You are on page 1of 6

LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN

PEMBERIAN ROM PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN STROKE

DI SUSUN OLEH :

YUNI LISTYANTI
SN. 162189

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2017
LAPORAN ANALISA SINTESA TINDAKAN

Analisa Sintesa Tindakan tindakan ROM pada pasien dengan gangguan


mobilisasi.

Hari : Jumat
Tanggal : 9 Juni 2017
Jam : 16.00 WIB

A. Keluhan Utama
Klien mengeluh anggota gerak sebelah kiri tidak bisa digerakkan.

B. Diagnosa Medis
Stroke

C. Diagnosa Keperawatan
Gangguan mobilisasi berhubungan dengan intoleransi aktivitas

D. Data yang mendukung


DS : pasien mengatakan lemas pada tubuh bagian sebelah kiri, klien juga
mengatakan memiliki riwayat stroke sudah 20 tahun yang lalu.
DO : pasien tampak lemas, tampak aktivitas kurang, reantang gerak
kurang,
4 1
4 1

E. Dasar Pemikiran
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secara cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak
yang timbul mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan
peredaran darah otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja
(Muttaqin, 2008).
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang
cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala
yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian
tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskuler
Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi aliran darah
otak (Corwin, 2009). Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke
bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama
beberapa tahun (Smeltzer et al, 2002).
Gangguan mobilitas fisik merupakan suatu keadaan keterbatasan
kemampuan pergerakan fisik karena secara mandiri yang dialami
seseorang (Stanley,2009).
Mobilisasi adalah kemapuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat.
Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat
proses penyakit khususnya penyakit degeratatif dan untuk aktualisasi
(Mubarak, 2008)

F. Prinsip Tindakan Keperawatan


Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan
pasien.
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher,
jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada
bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.

G. ANALISIS TINDAKAN
Pengertian ROM lainnya adalah latihan gerakan sendi yang
memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien
menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara aktif ataupun pasif. Latihan range of motion (ROM) adalah latihan
yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan
lengkap untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot (Potter & Perry,
2005).
Adapun tujuan dari ROM (Range Of Motion), yaitu :
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibiltas dan kekuatan otot
2. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
3. Mencegah kekakuan pada sendi
4. Merangsang sirkulasi darah
5. Mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur
Adapun prinsip latihan ROM (Range Of Motion), diantaranya :
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali sehari
2. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan
pasien.
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur pasien,
diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.
4. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah leher,
jari, lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
5. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada
bagian-bagian yang di curigai mengalami proses penyakit.
6. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah di lakukan.
H. BAHAYA DILAKUKAN TINDAKAN
Kontraindikasi dan hal-hal yang harus diwaspadai pada latihan ROM
a. Latihan ROM tidak boleh diberikan apabila gerakan dapat
mengganggu proses penyembuhan cedera.
Gerakan yang terkontrol dengan seksama dalam batas-batas gerakan
yang bebas nyeri selama fase awal penyembuhan akan memperlihatkan
manfaat terhadap penyembuhan dan pemulihan
Terdapatnya tanda-tanda terlalu banyak atau terdapat gerakan yang
salah, termasuk meningkatnya rasa nyeri dan peradangan
b. ROM tidak boleh dilakukan bila respon pasien atau kondisinya
membahayakan (life threatening)
PROM dilakukan secara hati-hati pada sendi-sendi besar, sedangkan
AROM pada sendi ankle dan kaki untuk meminimalisasi venous stasis
dan pembentukan trombus
Pada keadaan setelah infark miokard, operasi arteri koronaria, dan lain-
lain, AROM pada ekstremitas atas masih dapat diberikan dalam
pengawasan yang ketat

I. TINDAKAN KEPERAWATAN LAIN YANG DILAKUKAN


1. Tirah baring
2. ROM aktif
3. Kolaborasi dengan rehabilitasi

J. HASIL YANG DIDAPATKAN SETELAH DILAKUKAN


TINDAKAN
S: Tn. D mengatakan masih belum mampu gerak secara maksimal, semua
kegiatan masih dibantu keluarga
O: Tn. D masih tampak lemas, rentang masih minimal
A: Masalah gangguan mobilisasi belum teratasi
P: lanjutan intervensi
- latihan ROM
K. EVALUASI DIRI
Dalam mempersiapkan alat-alat sampai melakukan tindakan ROM, akan
lebih baik jika sesuai dengan teori yang ada seperti cuci tangan, memakai
masker, memberikan buli – buli hangat di bagian tubuh yang aka
dilakukan tindakan ROM. Dalam hal ini saya sudah melakukan dengan
teori yang saya dapatkan selama pendidikan. Meskipun rumah sakit
memiliki SOP tersendiri, saya juga melakukannya hanya menambahkan
sesuai dengan apa yang saya dapatkan.

L. DAFTAR PUSTAKA
Corwin, EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi, 3 Edisi Revisi. Jakarta: EGC

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-


2006. Jakarta: Prima Medika

Smeltzer, dkk. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8 Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono,
Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta: EGC.

Alimul Aziz, 2008. Kebutuhan dasar manusia Edisi 2. Jakarta : Salemba


Medika

Asmadi, 2008 Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :


Salemba Medika.

You might also like