You are on page 1of 10

DERAJAT KEJANG DEMAM PADA ANAK BALITA

DI RUANG SERUNI RSUD JOMBANG

Catur Prasastia LD.*, Ayu Marta Ananuri


* Akademi Keperawatan Bina Sehat PPNI Mojokerto

Abstract
The impact of febrile seizure when the demands of oxygen are not fulfilled, there can
be brain hypoxia and brain damage. If it is let without treatment which is fast and responsive,
it will cause the death. The purpose of this study identified degree of febrile seizure in the
children whose were 1-5 years old at RSUD Jombang. The research design used descriptive.
The population was all of children who are suffering febrile seizure at Seruni Room RSUD
Jombang until be obtained sample as many as 30 children whose were 1-5 years old. Data
were taken by purposive sampling technique. The result of this study indicated the degree of
febrile seizure in the children whose were 1-5 years old at RSUD Jombang. It was founded
that most children who had a febrile seizure was the vast majority of children experienced a
simple febrile seizures of the complex febrile seizures by the time, the child was in the
hospital getting treatment so that the risk of recurrence of febrile seizures were very small. We
recommend that health workers provide health education to parents when their child home
from the hospital about febrile seizures. So that, parents understand more about how to
prevent and cope with febrile seizures in children and can provide appropriate action on their
child when the child has a febrile seizure.

Keywords: body temperature, febrile seizure, children

PENDAHULUAN rentan terhadap peningkatan mendadak


Kejang demam atau febris suhu badan.sekitar 10 % anak mengalami
convulsion merupakan bangkitan kejang sekurang- kurangnya 1 kali kejang. Pada
yang terjadi karena peningkatan suhu usia 5 tahun,sebagian besar anak telah
akibat proses ekstrakranium dengan cirri dapat mengatasi kerentanannya terhadap
terjadi antara usia 6 bulan- 4 kejang (Hidayat, 2008). Bila terjadi pada
tahun,lamanya kurang dari 15 menit dapat usia kurang dari 6 bulan harus dipikirkan
bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam penyebab lain seperti infeksi susunan saraf
setelah timbulnya demam.pada kejang pusat, maupun epilepsi yang terjadi
demam wajah anak akan menjadi bersama demam. (Gunawan & Saharso,
biru,matanya berputar-putar,dan anggota 2012).
badanya akan bergetar dengan hebat. Fenomena penderita kejang
Kejang demam sering terjadi pada anak demam pada anak balita 1- 5 tahun masih
dibawah usia 1 tahun sampai awal tinggi karena Insiden kejang demam di
kelompok usia 2 tahun sampai 5 tahun, Amerika Serikat berkisar antara 2% - 5%
karena pada usia ini otak anak sangat pada anak berusia kurang dari 5 tahun. Di
Asia angka kejadian kejang demam 44% anak mengalami batuk pilek, 44%
dilaporkan lebih tinggi sekitar 80%-90% panas tanpa sebab yang jelas dan 11 anak
dari seluruh kejang demam adalah kejang dengan diare serta 1 anak mengalami
demam sederhana. Kejang demam morbili sebelum kejang.
dilaporkan di Indonesia mencapai 2- Berdasarkan data yang di peroleh
4% . (Pasaribu, 2013). dari rekam medik RSUD Jombang
Penelitian yang dilakukan oleh menunjukkan bahwa pada tahun 2012
Gunawan & Saharso (2012). Data dari 100 penderita kejang demam sebanyak 182
anak yang mengalami Kejang Demam anak dan pada bulan januari- oktober 2013
pertama kalinya. Berdasarkan kelompok penderita kejang demam sebanyak 103
usia per bulan, pada awal pendataan, anak. Berdasarkan study pendahuluan
didapatkan rata-rata usia saat kejang tanggal 7- 9 november dari 7 anak yang
pertama adalah 16,8 bulan, terbanyak pada mengalami kejang demam kompleks
usia 12 bulan. Perbandingan anak laki-laki sebanyak 1 (14%) anak dan yang
dan perempuan yang mengalami Kejang mengalami kejang demam sederhana 6
Demam adalah 2:1. Berdasarkan (86%) anak, dan yang mengalami kejang
anamnesis dan pemeriksaan fisik, 53% demam lebih banyak adalah anak laki-laki
didiagnosis sebagai Kejang Demam sebanyak 4 (57%) anak dan perempuan 3
Sederhana dan 47% merupakan Kejang (43%) anak. Dan yang menderita kejang
Demam Kompleks. Tidak ada anak yang demam lebih banyak pada anak usia 2
mengalami kelambatan perkembangan atau tahun.
mempunyai kelainan neurologis sebelum Terjadinya bangkitan kejang
Kejang Demam pertama. Keadaan Kejang demam pada balita kebanyakan bersamaan
Demam pertama kali rata-rata dengan suhu badan yang tinggi dan cepat,
membutuhkan waktu selama 3-5 menit, yang disebabkan oleh berbagai sebab,
setelah itu penderita sadar atau menangis. terutama infeksi. Penyebab penderita
Hanya 8 anak yang mengalami kejang kejang demam seperti : mengalami
kurang lebih 15 menit. Semua anak kejang hipoksia (penurunan oksigen dalam darah),
setelah mengalami panas. Suhu badan saat hipoglekimea (penurunan glikosa dalam
kejang berkisar di atas 38,5OC (81%), darah ), asidemia (peningkatan asam dalam
sebagian kejang setelah suhu meningkat darah), dehidrasi, demam tinggi, dan
antara 37-38,5OC. Hanya 2 anak penyebab lainnya sering tidak diketahui.
mengalami kejang fokal, 98% lainnya Menurut ngastiyah, (2005) serangan
mengalami kejang umum. Sebelum kejang, kejang biasanya terjadi dalam 24 jam
pertama sewaktu demam,berlangsungnya Derajat kejang demam pada anak Balita 1-
singkat dengan sifat bangkitan dapat 5 tahun di ruang seruni RSUD Jombang.
berbentuk tonik,klonik,tonik,klonik,fokal Tujuan penelitian ini adalah untuk
atau akinatik dan Tiap anak mempunyai mengetahui derajat kejang demam pada
ambang kejang yang berbeda tergantung anak balita di ruang seruni RSUD
tinggi rendahnya ambang kejang seseorang Jombang.
anak akan menderita kejang pada kenaikan
suhu tertentu . pada anak dengan dengan METODE PENELITIAN
ambang kejang yang rendah, kejang terjadi Penelitian yang digunakan yaitu
pada suhu 380 C sedang anak dengan dengan jenis metode penelitian deskriptif
ambang kejang yang tinggi kejang terjadi dan dilakukan dengan cara observasi.
bila suhu mencapai 400C atau lebih. Populasi semua anak balita 1-5 tahun yang
Dampak kejang demam apabila kebutuhan mengalami kejang demam yang dirawat di
oksigen ini tidak terpenuhi, dapat terjadi RSUD Kabupaten Jombang pada tanggal 6
hipoksia otak dan kerusakan otak. Kejang Februari 2014 sampai 4 Maret 2014 yang
yang berlangsung lama ,atau timbulnya berjumlah 32 anak. Pengambilan sampel
status epileptikus, sangat meningkatkan pada penelitian ini menggunakan tekhnik
kemungkinan terjadinya kerusakan otak. Purposive sampling. Selama kurun waktu
Dari kenyataan ini dapat disimpulkan 6 Februari 2014 sampai 4 Maret 2014
bahwa berulangnya kejang demam lebih tercatat 30 anak yang memenuhi kriteria
sering terjadi pada anak dengan ambang inklusi dan eksklusi.
kejang yang rendah sehingga dalam Variabel dalam penelitian ini adalah
penanggulanya perlu memperhatikan pada derajat kejang demam anak usia 1-5 tahun
tingkat suhu berapa pasien menderita di RSUD Jombang. Instrumen dalam
kejang. penelitian ini menggunakan lembar
Berdasarkan data diatas penulis observasi. Lembar observasi untuk
tertarik untuk meneliti Derajat kejang mengetahui yang mengalami kejang
demam pada anak Balita 1-5 tahun di demam sederhana dan kejang demam
Ruang Seruni RSUD Jombang. kompleks. Kemudian adata dianalisa
Dari latar belakang diatas maka dengan menggunakan distribusi frequensi.
batasan masalah dari penelitian adalah Dengan Skor:
“Bagaimana derajat kejang demam pada KDS (Kejang demam sederhana) :1
anak Balita 1-5 tahun di ruang seruni KDK (Kejang demam kompleks) :2
RSUD Jombang” Tujuan mengetahui Sumber : ( muftaqin, 2008 )
HASIL PENELITIAN DAN BAHASAN Tabel 3 Distribusi frekuensi Berdasarkan
Berat Badan Lahir dan Derajat
Tabel 1 Distribusi frekuensi Berdasarkan
Kejang Demam Pada Balita 1-5
Umur dan Derajat Kejang Demam
Tahun Di Ruang Seruni RSUD
Pada Balita 1-5 Tahun Di Ruang
Jombang pada tanggal 6 Februari
Seruni RSUD Jombang pada
2014 sampai 4 Maret 2014
tanggal 6 Februari 2014 sampai 4
Maret 2014 Berat Badan
No. Umur No.
Frekuensi Presentasi (%) Lahir F Presentasi (%)
1 1 Tahun 9 30,0 1. < 2500 Gram 3 10,0
2 2 Tahun 12 40,0 2. > 2500 Gram 27 90,0
3 3 Tahun 6 20,0 Total 30 100,0
4 4 Tahun 1 3,3 Berdasarkan Tabel 4.3 Dapat diketahui
5 5 Tahun 2 6,7
hasil dari frekuensi berdasarkan Berat
Total 30 100,0
Berdasarkan Tabel 1 Dapat diketahui Badan lahir dan derajat kejang demam
hasil dari frekuensi berdasarkan umur dan menunjukkan bahwa hampir seluruhnya
derajat kejang demam menunjukkan bahwa dari total 30 responden yang mengalami
hampir setenganya dari total 30 responden kejang demam adalah yang memiliki Berat
yang mengalami kejang demam adalah Badan Lahir > 2500 yaitu sebanyak 90%
pada anak usia 2 tahun sebanyak 40 % atau atau 27 responden
12 responden.
Tabel 4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Berat Badan Sekarang dan Derajat
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan
Kejang Demam Pada Balita 1-5
Jenis Kelamin dan Derajat Kejang
Tahun Di Ruang Seruni RSUD
Demam Pada Balita 1-5 Tahun Di
Jombang pada tanggal 6 Februari
Ruang Seruni RSUD Jombang pada
2014 sampai 4 Maret 2014
tanggal 6 Februari 2014 sampai 4
Maret 2014 Berat Badan
No.
No Jenis Kelamin F Presentasi (%) Sekarang F Presentasi (%)
1. 7-10 Kg 12 40
1. Laki-laki 9 30,0
2. 11-15 Kg 13 43,3
2. Perempuan 21 70,0 3. 16-25 Kg 5 16,7
Total 30 100,0 Total 30 100
Berdasarkan Tabel 2 Dapat diketahui Berdasarkan Tabel 4 Dapat
hasil dari frekuensi berdasarkan jenis diketahui hasil dari frekuensi berdasarkan
kelamin dan derajat kejang demam Berat Badan sekarang dan derajat kejang
menunjukkan bahwa sebagian besar dari demam menunjukkan bahwa hampir
total 30 responden yang mengalami kejang setengah dari total 30 responden yang
demam adalah yang memiliki jenis mengalami kejang demam adalah yang
kelamin Perempuan yaitu sebanyak70 % memiliki Berat Badan 11- 15 kg yaitu
atau 21 responden. sebanyak 43,3% atau 13 responden.
Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan 24 responden atau 80,0% sedangkan yang
Riwayat Penyakit dan Derajat
mengalami kejang demam kompleks yaitu
Kejang Demam Pada Balita 1-5
Tahun Di Ruang Seruni RSUD 6 responden atau 20,0%. Tanda dan gejala
Jombang pada tanggal 6 Februari
kejang demam sederhana adalah Tidak
2014 sampai 4 Maret 2014
terjadi penurunan kesadaran,Suhu < dari
No. Riwayat Penyakit f (%)
Ada riwayat kejang demam 380C, jenis ukuran kedua pupil. (dilatasi
1. 20 66,7
tidak ada riwayat kejang pupil), tipe gerakan bagian tubuh yang
2. demam 10 33,3
Total 30 100 terkena (bagian salah 1 sisi tubuh), durasi
Berdasarkan Tabel 4 Dapat diketahui setiap fase kejang (< 15 menit), Mampu
hasil dari frekuensi berdasarkan Riwayat berbicara(menangis setelah kejang) , tidak
penyakit dan derajat kejang demam terdapat inkotinesia urine atau feses
menunjukkan bahwa sebagian besar dari sedangkan yang mengalami kejang demam
total 30 responden yang mengalami kejang kompeks: terdapat adanya penurunan
demam adalah yang mempunyai riwayat kesadaran, Suhu > dari 380C, tipe
kejang demam yaitu sebanyak 66,7% atau gerakan bagian tubuh yang terkena
20 responden. (semua bagian tubuh), terlihat gerakan
otomatis (aktivitas motorik yang tidak
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Karakteristik
responden Berdasarkan Derajat Kejang disadari seperti bibir mengecap atau
Demam Pada Balita 1-5 Tahun Di Ruang menelan berulang), durasi setiap fase
Seruni RSUD Jombang pada tanggal 6
Februari 2014 sampai 4 Maret 2014. kejang (> 15 menit), ketidakmampuan
untuk berbicara setelah kejang, terdapat
No. Derajat Kejang Demam F (%)
1. Kejang demam sederhana 24 80,0 inkotinesia urine atau feses. Hal ini
Kejang demam kompleks menunjukkan bahwa sebagian besar yang
2. 6 20,0
Total 30 100,0 mengalami derajat kejang demam adalah
Berdasarkan Tabel 6 Dapat
kejang demam sederhana yang
diketahui bahwa dari 30 responden
menunjukkan bahwa anak yang mengalami
menunjukkan bahwa sebagian besar
kejang berlangsung kurang dari 15 menit
responden yang mengalami kejang demam
dan tidak berulang dihari yang sama.
sederhana adalah 24 responden atau Menurut Putri & Hasniah (2009),
80,0%. Kejang Demam Sederhana (simple febrile
Hasil penelitian berdasarkan Tabel
seizure) adalah bila kejang berlangsung
6. menunjukkan bahwa dari 30 total
selama kurang dari 15 menit dan tidak
responden sebagian besar dari responden
berulang pada hari yang sama.kejang
mengalami kejang demam sederhana yaitu
demam sederhana tidak menyebabkan
kelumpuhan,meninggal,atau mengganggu responden (22,2 %) dari 30 responden dan
kepandaian. Resiko untuk menjadi epilepsi pada umur 2 tahun sebanyak 2 responden
dikemudian hari juga sangat kecil, sekitar (16,7 %) dari 30 responden, Sehingga
2% -3%..resiko terbanyak adalah menurut Rani Dkk (2010), pada saat usia <
berulangnya kejang demam,yang dapat 2 tahun keadaan belum matang dimana
terjadi pada 30 sampai 50% anak. Risiko- kadar corticotropin releasing hormon di
risiko tersebut lebih besar pada kejang hipokampus tinggi sehingga berpotensi
demam kompleks sedangkan pada kejang untuk terjadi bangkitan kejang apabila
demam kompleks (complex febrile terpicu oleh demam. Menurut
seizueresi /complex partial seizures ) lumbantombing (2004), Faktor umur
adalah kejang yang berlangsung lebih lama merupakan salah satu faktor resiko utama
dari 15 menit atau berulang dua kali atau yang berhubungan dengan kejang demam
lebih dalam satu hari.(Putri & Hasniah, karena hal ini erat kaitanya dengan
2009). Menurut Riyadi etc, (2009) Kejang kematangan otak , tingkat kematangan otak
Demam adalah serangan kejang yang dalam bidang anatomi,fisiologi dan
terjadi karena kenaikan suhu tubuh (suhu biokimiawi otak. Menurut Triloka H. putri
rektal di atas 38oC). Dan faktor yang & Badiul Hasniah(2009),umumnya antara
mempengaruhi kejang demam adalah anak berumur 6bulan-5 tahun mengalami
faktor umur,suhu dan riwayat keluarga. kejang demam sederhana dan kejang
(Aden,2010). Menurut fakta dan teori demam kompleks. Berdasarkan fakta dan
Sebagian besar responden mengalami teori, faktor umur menjadi hal yang
Kejang demam sederhana dari pada mempengaruhi terjadinya kejang demam
kejang demam kompleks karena pada saat pada anak. Pada penelitian ini sebagian
dirumah sakit anak sudah mendapatkan besar terjadi kejang demam pada anak usia
penanganan sehingga resiko berulangnya 1-2 tahun dan menurun pada usia 4 tahun.
kejang demam sangat kecil. karena hal ini erat kaitanya dengan
Hasil penelitian berdasarkan tabel 1
kematangan otak , tingkat kematangan otak
menunjukkan bahwa responden yang
dalam bidang anatomi,fisiologi dan
berumur 2 tahun yang mengalami Derajat
biokimiawi otak. Artinya serangan kejang
kejang demam sederhana sebanyak 10
demam akan menurun dengan
responden(33,3 %) dari 30 responden.
bertambahnya umur anak.
sedangkan yang mengalami kejang demam Hasil penelitian berdasarkan tabel 5
kompleks lebih banyak pada umur 1 – 2 diketahui bahwa sebagian besar responden
tahun yaitu pada umur 1 tahun sebanyak 2 yang mempunyai riwayat kejang demam
dan mengalami kejang demam sederhana cenderung ditemukan dalam satu
sebanyak 19 responden (63,3%) sedangkan keluarga,sehingga melibatkan faktor
yang mengalami kejang demam kompleks keturunan . kasus tertinggi anak yang
sebanyak 1 responden (3,3%), sehingga mempunyai riwayat kejang demam adalah
total responden yang mempunyai riwayat 20 anak dari total 30 anak. Artinya
kejang demam adalah 20 anak dengan serangan kejang demam lebih beresiko
persentase (66,7%). Menurut Aden(2010), kepada anak yang mempunyai riwayat
kejang demam cenderung ditemukan kejang demam.
dalam satu keluarga,sehingga melibatkan
SIMPULAN
faktor
Berdasarkan hasil pembahasan tentang
keturunan.lumbantombing(2004),mereka
Derajat Kejang Demam Pada Balita 1-5
dengan riwayat kejang ini ternyata
Tahun Di Ruang Seruni RSUD Jombang
mempunyai insiden abnormalitas antenatal
adalah 80,0% responden yang mengalami
dan perinatal yang lebih tinggi.Tiap anak
kejang demam sederhana sedangkan yang
mempunyai ambang kejang yang berbeda
mengalami kejang demam kompleks yaitu
tergantung tinggi rendahnya ambang
20,0%.
kejang seseorang anak akan menderita
kejang pada kenaikan suhu tertentu .
SARAN
(Ngastiyah, 2005).Sehingga tidak atau
1. Bagi Rumah Sakit
berulangnya kejang demam yang lebih
Hendaknya memberikan pendidikan
sering terjadi pada anak dengan ambang
kesehatan pada orang tua ketika anak
riwayat kejang demam maka dalam
mereka pulang dari rumah sakit tentang
penanggulangannya perlu memperhatikan
kejang demam. Sehingga orang tua
pada tingkat suhu tubuh anak yang
lebih mengerti tentang cara mencegah
beresiko mengalami atau menderita kejang
dan mengatasi kejang demam pada anak
demam.Hasil penelitian ini menunjukkan
serta dapat memberikan tindakan yang
Kejang demam bisa terjadi jika suhu tubuh
tepat pada anak ketika mereka
naik atau turun dengann cepat. Pada
mengalami kejang demam.
sebagian besar kasus,kejang terjadi tanpa
2. Bagi profesi keperawanan
terduga atau tidak dapat dicegah.
Diharapkan tenaga kesehatan lebih
(Aden,2010). Berdasarkan fakta dan teori,
bersosialisasi, meningkatkan pelatihan
riwayat kejang demam menjadi hal yang
yang diperoleh baik melalui
mempengaruhi terjadinya kejang demam
penelitian,seminar atau literatur
pada anak karena kejang demam
kepustakaan lainya sehingga lebih Hidayat. 2010. Metode Penelitian
Kesehatan. Surabaya: Health Books
mengerti tentang derajat kejang demam
Publishing
yang dialami oleh balita.
Kania. 2007. Penatalaksanaaan demam
3. Bagi peneliti selanjutnya
pada Anak. Bandung: disampaikan
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat pada acara siang klinik penanganan
kejang demam pada anak
mengembangkan penelitian untuk
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme
menganalisa faktor yang mempengaruhi d/11918463.
kejang demam.pada balita.
Lumbantobing. 2004. Kejang Demam
4. Bagi Orang Tua ( Febrile Convulsions ). Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Diharapkan orang tua lebih dapat
menambah pengetahuan sehingga Muftaqin,Arif.2008. Buku ajar Asuhan
keperawatan klien dengan gangguan
memahami kejang demam, dan serta
sistem persyarafan. Jakarta: salemba
dapat memberikan tindakan pertama medika
kepada balita yang mengalami kejang
Nasution. 2008. Metode Research
demam. (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi
Aksara

DAFTAR PUSTAKA Ngastiyah. 2003. Perawatan Anak Sakit.


Jakarta:EGC
Aden. 2010. Seputar Penyakit dan
Gangguan Lain Pada Anak.
Notoadmodjo. 2010. Metodelogi penelitian
Yogyakarta: Siklus
kesehatan. Jakarta: Rineka cipta
Betz &Sowden. 2002. Buku Saku
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan
Keperawatan Pediatri. Jakarta: EGC
Keperawatan Bayi dan anak(untuk
perawat dan bidan). Jakarta:
Fathoni. 2011. Metodologi penelitian dan
Salemba medika
teknik penyusunan skripsi. Jakarta:
Rineka Cipta
Nursalam. 2003. Konsep dan penerapan
metodologi penelitian ilmu
Gunawan dan Saharso. 2012. Faktor
keperawatan: pedoman skipsi, Tesis
resiko kejang demam berulang pada
dan Instrumen penelitian
anak. Surabaya: Departemen ilmu
keperawatan. Jakarta: Salemba
kesehatan Anak Fakultas kedokteran
Medika
Universitas Airlangga
Oman, dkk. 2008. Panduan Belajar
Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu
keperawatan Emergensi. Jakarta:
Keperawatan Anak. Jakarta:Salemba
EGC
Medika
Pasaribu. 2013. Kejang Demam Sederhana
Hidayat. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan
pada Anak yang disebabbkan karena
Anak Untuk Pendidikan Kebidanan.
Infeksi Tonsil dan Faring. Lampung:
Jakarta:Salemba Medika
Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung
http://www.idai.or.id/tips/artikel.asp?
q=2009421101559 [Diakses pada
tanggal 11 September 2013]

Poter &Perry. 2005. Buku ajar


Fundamental Keperawatan :
Konsep, proses, dan , praktik.
Jakarta: EGC

Putri dan Hasniah. 2009. Menjadi dokter


Pribadi Bagi anak kita. Jogyakarta:
Katahati

Rani, dkk. 2010. Karakteristik penderita


kejang demam pada balita rawat
inap di RSUD Dr. Pirngadi Medan
tahu 2010-2011. Medan: Departemen
Epidemiologi FKM USU
http://eprints.undip.ac.id/29076/..

Setiawan dan Saryono. 2010. Metodologi


Penelitian kebidanan DIII, DIV, S1,
dan S2. Yogyakarta: Nuhamedika

Sujono & Sukarmin. 2009. Asuhan


Keperawatan Pada Anak.
Yogyakarta:Graha Ilmu

Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar


Keperawatan Anak. Jakarta:EGC

Utaminingsih. 2010. Menjadi Dokter bagi


Anda. Yogyakarta: Cakrawala Ilmu

You might also like