You are on page 1of 8

FAKTOR RISIKO STATUS IMUNISASI TETANUS TOXOID (TT) IBU HAMIL: KONTEKS

INDIVIDUAL DAN EKOLOGIS

(Risk Factor Of Pregnant Tetanus Toxoid (TT) Immunization Status: Individual and
Ecological Context )

Yunus Ariyanto1, Arfiani Meikalynda2


1
Departemen Epidemiologi dan Biostatistika Kependudukan FKM Universitas Jember
Korespondensi: Jl. Kalimantan I/93 Jember 68121, Telp (0331) 337878, Fax (0331) 322995,
Email: yunus.ariyanto@gmail.com
2
Alumni Departemen Epidemiologi dan Biostatistika Kependudukan FKM Univ. Jember Tahun 2011

ABSTRACT

Background: Result of TT2+ coverage achievement in Jember district based on the


screening tests and immunizations TT in 2010 that was equal to 79.8%, which the lowest
TT2+ coverage of pregnant women is Ledokombo community health centers, at 72.8%.
Objective: The purpose of this research was to analyze the risk factors the status of TT
immunization of pregnant women in the Ledokombo community health center.
Method: This research used analytical survey method with cross-sectional study
approach. Samples obtained were 75 people. Sampling was carried out using proportional
random sampling technique. The data were obtained by interviews using a questionnaire.
The statistical analysis used a logistic regression with α = 0.05.
Results: The factors influencing maternal TT immunization status by individual context
were the status of work (p=0.003), knowledge (p=0.011), attitude (p=0.002), active
immunization officer (p=0.005), family support (p=0.001), and community support
(p=0.0001). And by ecological context were community support (p=0.001), knowledge
(p=0.032), and attitude (p=0.02).
Conclusion: The most dominant as ecological factor influencing TT immunization status
of pregnant women was the support of the community. From the results of this research it
expected the cooperation between the public to help support and motivate pregnant
women to obtain the complete TT immunization.

Keywords: tetanus toxoid, pregnant

Pendahuluan
Tetanus neonatorum merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di
sebagian besar negara bekembang dimana cakupan pelayanan kesehatan antenatal dan
imunisasi TT kepada ibu hamil masih rendah. Tetanus neonatorum menyebabkan 50%

87 SEMINAR NASIONAL JAMPERSAL


JEMBER, 26 NOPEMBER 2011
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER

kematian perinatal dan menyumbangkan 20% kematian bayi (1). Menurut laporan kerja
WHO pada bulan april tahun 2004, diketahui bahwa sebanyak 8,1 juta kematian bayi di
dunia, sekitar 48% adalah kematian neonatal, dari seluruh kematian neonatal, sekitar 42%
kematian neonatal disebabkan oleh infeksi tetanus neonatorum (2). Berdasarkan data
jumlah kasus tetanus neonatorum di Indonesia pada tahun 2003 ditemukan sebanyak 175
kasus, sedangkan pada tahun 2008 ditemukan kasus tetanus neonatorum sebanyak 165
kasus dengan 91 kematian (Case Fatality Rate/ CFR sebesar 55%), pada tahun 2009
masih ditemukan kasus tetanus neonatorum sebanyak 158 kasus dengan 76 kematian
(CFR sebesar 48,1%)(3).
Perlindungan terhadap penyakit tetanus neonatorum dapat diwujudkan apabila
WUS yang hamil minimal telah memiliki status TT2+ yaitu mendapatkan imunisasi TT
minimal sampai TT2. Berdasarkan profil kesehatan Indonesia (4), secara nasional keadaan
cakupan imunisasi TT2+ selama tahun 2003-2007 tidak mengalami perkembangan,
bahkan cenderung menurun. Namun sejak dua tahun terakhir terjadi peningkatan cakupan
imunisasi TT2+, dari 26% pada tahun 2007 menjadi 42,9% pada tahun 2008, kemudian
meningkat lagi menjadi 62,52% pada tahun 2009. Dari data tersebut dapat terlihat bahwa
upaya pencegahan tetanus neonatorum dengan pemberian imunisasi TT pada ibu hamil
belum menunjukkan hasil yang efektif, disebabkan cakupan imunisasi tersebut masih
belum mencapai 100% .
Pencapaian cakupan TT2+ ibu hamil di Kabupaten Jember tahun 2010 yaitu
sebesar 13,32%, sedangkan berdasarkan data hasil uji coba screening dan imunisasi TT
WUS pada tahun 2010 diketahui cakupan TT2+ ibu hamil yaitu sebesar 79,8%.
Berdasarkan hasil uji coba screening dan imunisasi TT WUS pada tahun 2010 tersebut
diketahui bahwa cakupan TT2+ ibu hamil terendah yaitu pada Puskesmas Ledokombo
sebesar 72,8%. Puskesmas ini dapat dikatakan merupakan wilayah risiko tinggi tetanus
neonatourum karena cakupan TT2+ belum mencapai 80%, selain itu pada tahun 2010
ditemukan 1 kasus kematian bayi akibat penyakit tetanus neonatorum (5).
Berdasarkan gambaran rendahnya cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil
khususnya di wilayah kerja Puskesmas Ledokombo maka perlu dilakukan penelitian
tentang faktor risiko yang mempengaruhi status imunisasi TT ibu hamil. Menurut Azwar(6),
salah satu faktor yang menentukan terjadinya masalah kesehatan di masyarakat adalah

88
ciri manusia atau karakteristik, yang termasuk dalam unsur karakteristik manusia antara
lain pendidikan, status perkawinan, status sosial ekonomi, status kerja, pengetahuan,
sikap dan kepercayaan. Begitu juga halnya dalam masalah status imunisasi TT juga
dipengaruhi oleh karakteristik ibu dan adanya dukungan dari keluarga, masyarakat serta
keaktifan petugas imunisasi.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode penelitian
survei analitik dan pendekatan studi cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah
kerja Puskesmas Ledokombo pada bulan Juli - Agustus 2011. Populasi terjangkau dalam
penelitian ini adalah ibu hamil yang terdata berdasarkan hasil uji coba screening dan
imunisasi TT WUS di Puskesmas Ledokombo pada tahun 2010 yaitu sebanyak 286 orang
dengan besar sampel hasil perhitungan sampel survei sebanyak 75 responden. Sampel
diambil dengan menggunakan teknik proportional random sampling menurut wilayah desa.
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini antara lain pendidikan, status bekerja
pengetahuan, sikap, keaktifan petugas imunisasi, dukungan keluarga dan dukungan
masyarakat. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi dan wawancara.
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini antara lain pendidikan, status bekerja
pengetahuan, sikap, keaktifan petugas imunisasi, dukungan keluarga dan dukungan
masyarakat. Analisis menggunakan analisis bivariabel untuk konteks individual udan
analisis multivariabel dengan uji regresi logistik metode backward stepwise untuk konteks
ekologis dengan tingkat kemaknaan sebesar 5% (α=0,05).
Hasil dan Pembahasan
Konteks Individual
Distribusi dan hasil analisis faktor internal (karakteristik) responden yang diteliti
meliputi: pendidikan, status bekerja, pengetahuan dan sikap. Dari data sekunder dan hasil
wawancara yang dilakukan terhadap responden diperoleh hasil yang selengkapnya dapat
diuraikan sebagai berikut:

89 SEMINAR NASIONAL JAMPERSAL


JEMBER, 26 NOPEMBER 2011
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER

Tabel 1. Hasil Analisis Bivariabel


Faktor Risiko yang Diteliti Secara Status Imunisasi TT2+ OR p
Bivariabel
n %
Pendidikan rendah 44 58,6 1,9 0,347
Ibu berstatus bekerja 9 12 5,1 0,003*
Pengetahuan imunisasi TT rendah 17 22,6 3,8 0,011*
Sikap ibu negatif terhadap imunisasi TT 1 1,3 26,2 0,002*
Bidan desa kurang aktif 1 1,3 22,1 0,005*
Keluarga kurang mendukung imunisasi 13 17,3 6,8 0,001*
Masyarakat kurang mendukung imunisasi 11 14,6 6,9 0,0001*
Keterangan: *signifikan pada 0,05
Melalui analisis bivariabel dapat diketahui bahwa faktor risiko yang signifikan
berpengaruh terhadap status imunisasi TT pada ibu hamil secara individual adalah status
ibu bekerja, pengetahuan imunisasi TT rendah, sikap ibu negatif terhadap imunisasi TT,
bidan desa kurang aktif, keluarga kurang mendukung imunisasi, dan masyarakat kurang
mendukung imunisasi.
Hasil tersebut di atas sesuai dengan hasil penelitian Yusuf(7) yang menyebutkan
bahwa ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang 7,094 kali untuk melakukan imunisasi
dibandingkan ibu yang bekerja. Ibu tidak melakukan imunisasi TT secara lengkap bisa
disebabkan karena ibu tersebut tidak memiliki waktu untuk melakukan imunisasi TT
karena banyaknya beban kerja pada ibu tersebut (8).
Sesuai juga dengan penelitian sebelumnya(9) yang menyebutkan semakin tinggi
tingkat pengetahuan ibu maka semakin tinggi pula kepatuhan terhadap imunisasi.
Permata(10), menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Seseorang yang memiliki pengetahuan
yang baik tentang suatu hal, maka ia cenderung akan mengambil keputusan yang lebih
tepat berkaitan dengan masalah tersebut dibandingkan dengan mereka yang
berpengetahuan rendah. Hasil wawancara dengan responden menyebutkan bahwa
mereka mendapatkan pengetahuan mengenai imunisasi TT dari bidan setempat dimana
memang beberapa bidan mengadakan semacam sekolah khusus ibu hamil yang diadakan
sebulan sekali di balai desa sehingga ibu hamil mendapatkan berbagai macam
pengetahuan seputar kehamilan termasuk imunisasi TT selama hamil. Oleh karena itulah

90
sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang tinggi mengenai imunisasi TT
meskipun sebagian besar berpendidikan rendah.
Hasil yang sama juga didapatkan sebelumnya (11,12) yang menyebutkan bahwa ada
pengaruh antara sikap ibu dengan status imunisasi TT pada ibu hamil. Faktor yang
berhubungan dengan status imunisasi adalah baik pada petugas kesehatan (13), khususnya
TT melalui anjuran masyarakat(14). Berdasarkan hasil wawancara dengan responden
sebagian besar responden berpendapat bahwa petugas imunisasi di wilayah mereka aktif
dalam memotivasi maupun memberikan penyuluhan mengenai imunisasi TT, sebagian
besar mereka berpendapat bahwa bidan bersikap ramah sewaktu memberikan imunisasi,
aktif memberikan penyuluhan mengenai imunisasi TT meliputi manfaat imunisasi TT, risiko
apabila tidak mendapat imunisasi TT, memberitahukan kapan harus mendapat imunisasi
TT dosis selanjutnya serta melakukan kunjungan rumah untuk memberikan pelayanan
imunisasi TT terhadap ibu hamil yang tidak datang ketempat pelayanan imunisasi.
Sebagian besar responden mendapat dukungan dari keluarga untuk mendapatkan
imunisasi TT yaitu sebanyak 46 responden (61,4%). Sebagian besar adalah dukungan
dari suami yaitu sebanyak 38 responden (82,6%) sedangkan lainnya berasal dari orang
tua yaitu sebesar 8 responden (17,4%). Responden yang tidak mendapatkan dukungan
dari keluarga memberikan alasan karena anggota keluarga mereka baik suami maupun
orang tua yang tinggal serumah dengan mereka tidak memiliki cukup pengetahuan
mengenai imunisasi TT sehingga kurang memberikan dukungan kepada responden untuk
melakukan imunisasi TT secara lengkap ketika hamil. Sementara dukungan masyarakat
mayoritas berasal dari kader Posyandu (87,8%) dan paling sedikit pada Ketua Pengajian
(2%).
Analisis multivariabel yang berpengaruh terhadap status imunisasi TT ibu hamil
dilakukan pada variabel yang memiliki nilai probabililitas kurang dari 0,05 dari hasil analisis
bivariabel, sehingga apabila p<0,05 maka variabel tersebut memenuhi syarat untuk
dilanjutkan ke uji multivariabel menggunakan regresi logistik berganda dengan metode
backward. Hasil analisis bivariabel menunjukkan bahwa variabel yang dapat masuk ke
analisis multivariabel adalah ibu berstatus bekerja (p=0,003), pengetahuan imunisasi TT
rendah (p=0,011), sikap ibu negatif terhadap imunisasi TT (p=0,001), bidan desa kurang
aktif (p=0,005), keluarga kurang mendukung imunisasi (p=0,001), masyarakat kurang

91 SEMINAR NASIONAL JAMPERSAL


JEMBER, 26 NOPEMBER 2011
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER

mendukung imunisasi (p=0,0001).


Konteks Ekologis
Berdasarkan analisis multivariabel diketahui bahwa variabel yang berpengaruh
secara signifikan terhadap status imunisasi TT ibu hamil adalah variabel pengetahuan
imunisasi TT rendah (p=0,032), sikap (p=0,02) dan dukungan masyarakat rendah
(p=0,001). Dari uji multivariabel dapat diurutkan variabel-variabel berdasarkan Odd Ratio
yang terbesar hingga yang terkecil yaitu kurangnya dukungan masyarakat terhadap
imunisasi TT (OR=11,7), pengetahuan imunisasi TT rendah (OR=4,8), dan terakhir sikap
ibu negatif terhadap imunisasi TT (OR=3,8).
Tabel 2. Hasil Analisis Multivariabel
Faktor Risiko yang Diteliti Secara Multivariabel OR p
Pengetahuan imunisasi TT rendah 4,8 0,032*
Sikap ibu negatif terhadap imunisasi TT 3,8 0,020*
Masyarakat kurang mendukung imunisasi 11,7 0,001*
Keterangan:*signifikan pada 0,05 pada hasil optimal regresi logistik metode backward

Hasil tersebut dalam konteks ekologis dapat dipahami dengan dukungan


masyarakat dalam mempengaruhi pilihan seorang ibu melalui jalur pengetahuan ibu dan
selanjutnya pada sikap ibu terhadap imunisasi TT. Sesuai dengan Rahmawati(15) yang
menganalisis pendekatan Community Led Total Sanitation (CLTS) bahwa “dukungan
masyarakat sekitar digunakan sebagai alat untuk mendapatkan masukan berupa
informasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat sekitar dalam keadaan
tertentu akan menjadi pakar yang baik, karena belajar dari pengalaman atau karena
pengetahuan yang didapatnya dari kegiatannya sehari-hari.” Peran serta masyarakat
sekitar membuka kemungkinan untuk meningkatnya akses masyarakat ke dalam
pembuatan keputusan salah satunya yaitu keputusan untuk mendapatkan imunisasi TT
secara lengkap. Terlihat juga bahwa masyarakat (selain kader) juga memiliki potensi untuk
berperan serta, namun masih sedikit program imunisasi yang memiliki pendekatan kepada
mereka.
Peningkatan cakupan dan kelengkapan imunisasi sama halnya dengan pendekatan
pada program kesehatan lainnya, bahwa pendekatan yang diarahkan kepada individu
akan berbeda dengan pendekatan komunitas meskipun untuk capaian indikator yang

92
sama. Oleh karenanya hasil-hasil di atas mampu menjelaskan bagaimana suatu faktor
risiko kelengkapan imunisasi TT bekerja, baik secara individual maupun secara ekologis
pada ibu hamil, serta bagaimana suatu proses sosial di masyarakat sebagai lingkungan
eksternal individu berkontribusi mempengaruhi internal individu. Sehingga melalui
gambaran tersebut diharapkan program peningkatan kelengkapan imunisasi TT dapat
lebih efektif dan efisien.
Kesimpulan
1. Faktor yang berpengaruh secara individual meliputi: status bekerja, pengetahuan,
sikap, keaktifan petugas imunisasi, dukungan keluarga dan dukungan masyarakat.
2. Faktor yang berpengaruh secara ekologis meliputi: dukungan masyarakat,
pengetahuan, dan sikap.
Saran
Disarankan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Jember untuk lebih meningkatkan
program imunisasi TT terutama melalui pendekatan ekologis kemasyarakatan.

Daftar Pustaka
1. Ismoedijanto & Darmowandowo, W. 2006. Tetanus. [serial online]
http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf
=0&pdf=&html=07110-prmh279.htm [diakses 10 Maret 2011]
2. Dina, R. 2009. Gambaran Epidemiologi Kasus dan Kematian Tetanus Neonatorum
di Kabupaten Serang Tahun 2005 –2008. [serial online]
http://ilib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=363 [ diakses 3 Maret 2011 ]
3. Departemen Kesehatan RI. 2008. General Info: Tetanus Neonatorum. [serial online]
http: // www. litbang. depkes. go. id/ download/ ICDC/ RO-ICDC.pdf (diakses 20
April 2011)
4. Departemen Kesehatan RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. [serial online]
http://www.depkes.go.id/downloads/publikasi/Profil%20Kesehatan%20Indonesi a
%202008.pdf (diakses 20 April 2011)
5. Dinas Kesehatan Kabupaten jember. Data TT WUS, Bumil dan KIA. [Data tidak
dipublikasikan]. Jember: Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
6. Azwar, A. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Binarupa Aksara.
7. Yusuf, A. M. 2009. Determinan Ketepatan Jadwal Pemberian Imunisasi Rutin pada
Bayi di Puskesmas Kaliwates, Puskesmas Puger, dan Puskesmas Rowotengah
Tahun 2008. Tidak dipublikasikan. Skripsi. Jember: Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember
8. Hasnain S. and Sheikh N.H. 2007. Causes of low tetanus toxoid vaccination
coverage in pregnant women in Lahore district, Pakistan. Health Journal. 13(5): 30-
35. [serial online]. http://www.emro.who.int/dsaf/dsa 929.pdf (diakses 11 Maret

93 SEMINAR NASIONAL JAMPERSAL


JEMBER, 26 NOPEMBER 2011
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS JEMBER

2011)
9. Pudjiati, W. Z. 2008. Hubungan Pengetahuan tentang Imunisasi Tetanus Toxoid
dengan Status Imunisasi Tetanus Toxoid di BPS Permata Bunda Semarang.
Skripsi. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro. [serial
online]. http://eprints.undip.ac.id/22226/1/2037.pdf (diakses 11 Maret 2011)
10. Permata, S.P. 2002. Hubungan Pendidikan, Pengetahuan Kesehatan Maternal, dan
Pendapatan dengan Efektifitas Gerakan Sayang Ibu (GSI) dalam Meningkatkan
Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan ( Studi Kasus di Kecamatan mande,
Cilaku dan Pacet Kabupaten Cianjur Jawa Tengah. [serial online]. Http
://www.geocities.com/ejurnal/files/ip/2002/100/pdf. (diakses 10 April 2011)
11. Sukmara, U. 2000. Faktor - faktor yang Mempengaruhi Status Imunisasi Tetanus
Toxoid ibu hamil di Puskesmas Sukamanah Kabupaten Bogor Tahun 2000. Skripsi.
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. [serial online].
http://digilib.ui.ac.id/helper/viewKoleksi-eprints.jsp?id=72397 (diakses 11 Maret
2011)
12. Almunirah, C. 2008. Analisa Tetang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Imunisasi
Tetanus Toxoid Ibu Hamil di Puskesmas Kagok Kecamatan Cadisari Kota
Semarang Tahun 2008. Skripsi. Semarang: Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Diponegoro. [serial online]. http: //eprints.undip.ac.id/ 22226/1/2037.pdf
(diakses 11 Maret 2011)
13. Muamalah, S. 2006. Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi
Difteri Pertusis Tetanus (DPT) dan Campak. Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu
Keolahragaan Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang.
[serial online]. www.scribd.com/zu_nanik/documents (diakses 15 Maret 2011)
14. Purwanto, H. 2001. Faktor - faktor yang Berhubungan dengan Status Imunisasi TT
pada Wanita Usia Subur di Puskesmas Anyer Kabupaten Serang Tahun 2001.
Tesis. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia [serial
online].http://repository.ui.ac.id/0b3b1beb0f60316023fc973981d402 f614e7606a.pdf
(diakses 11 Maret 2011)
15. Rahmawati. 2009. Analisis Peran Serta Masyarakat Dalam Keberhasilan Program
Community Led Total Sanitation (CLTS) (Studi Kasus di Dusun Sidorejo Desa
Purworejo Kecamatan Senduro dan Dusun Darung Desa Ranulogong Kecamatan
Randuagung Kabupaten Lumajang). Dipublikasikan. Skripsi. [Serial Online]
http://skripsi.umm.ac.id/files/disk1/273/jiptummpp-gdl-s1-2009- rahmawati - 13615-
PENDAHUL-N.pdf. (diakses 10 Maret 2011).

94

You might also like