You are on page 1of 11

209

EKSPLORASI BAKTERI ENTOMOPATOGENIK PENGENDALI HAMA


Plutella xylostella DAN Spodoptera Sp. PADA TANAMAN KUBIS
BUNGA DAN BROKOLI
EXPLORATION OF ENTOMOPATHOGENIC BACTERIA FOR BIO-PESTICIDE TO
CONTROL Plutella xylostella AND Spodoptera sp. ON CABBAGE AND BROCCOLI

Christina L.Salaki*)
*)Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Unsrat Manado

ABSTRACT

The research aimed to explore potential entomopathogenic bacteria as biological control agent for
insect pest of P. xylostella and Spodoptera sp. in cabbage and broccoli. The indigenous bacteria were
explored by taking 103 samples from location around North Sulawesi. Bacteria were selectively isolated
by using Ohba and Aizawa method and then identified based on morphology. Subsequently the isolates
were screened by their potency to kill test insect of P. xylostella and Spodoptera sp. The isolates were
able to kill ≥ 50 % test insect considered as potential for biological control. The potential isolates were
then selected and would be developed as powder and liquid bio-pesticide through large scale
production. The result of the study showed that 145 Bacillus thuringiensis isolates and 202 Bacillus
cereus isolates were obtained from 103 samples. The screening of the isolates based on standard test
insect for cabbage and broccoli were in progress. The potential isolates would be further selected on the
basis of their pathogenicity test. Based on pathogenecity test, chosen isolates will be developed as bio-
pasticide to control insect pest of cabbage and broccoli.
Keywords : Exploration, entomopathogenic bacteria, biological control, Plutella xylostella,
Spodoptera Sp.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh isolat bakteri entomopatogenik yang berpotensi sebagai
pengendali hayati terhadap hama P. xylostella dan Spodoptera sp., pada tanaman kubis dan brokoli.
Bakteri endogenik dieksplorasi dengan mengambil sebanyak 103 sampel dari berbagai lokasi di daerah
Sulawesi Utara. Bakteri diisolasi secara selektif dengan menggunakan metode Ohba dan Aizawa
kemudian diidentifikasi berdasarkan morfologi. Selanjutnya, isolat bakteri diskriming berdasarkan daya
bunuhnya terhadap serangga uji P. xylostella dan Spodoptera sp. isolat bakteri yang mampu
membunuh serangga uji ≥ 50% dianggap isolat yang berpotensi. Isolat yang berpotensi selanjutnya di
seleksi untuk memperoleh isolat unggul yang akan di kembangkan menjadi biopestisida dalam bentuk
serbuk dan cairan melalui teknik produksi skala besar. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 103
sampel diperoleh 149 isolat yang diidentifikasi sebagai Bacillus thuringiensis dan 202 isolat yang
diidentifikasi sebagai B. cereus. Skrining terhadap isolat berdasarkan serangga uji standar masih
berlangsung sampai saat ini. Isolat yang berpotensi selanjutnya akan diseleksi berdasarkan
patogeisitasnya untuk selanjutanya isolat unggul akan dikembangkan menjadi bio-pestisida untuk
mengendalikan hama P. xylostella dan Spodoptera sp. pada tanaman kubis dan brokoli
Kata kunci : Eksplorasi, bakteri entomopatogenik, pengendali hayati, Plutella xylostella,
Spodoptera sp.
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 210

PENDAHULUAN spodoptera sp.) Salah satu faktor penting yang ha-


rus mendapat perhatian adalah pengendalian hama
Kubis bunga dan Brokoli sampai saat ini (Capinera, 2010; Rondonuwuet et. al., 2003).
masih termasuk sayuran mewah, harganya cukup Sampai saat ini titik berat pengendalian
mahal, dan konsumennya sebagian besar adalah hama tanaman kubis bunga dan brokoli masih me-
penduduk di kota-kota besar (Rukmana, 1996; ngandalkan pengendalian kimia secara berlebihan
Husaini, 2010; Wikipedia, 2011). baik dari segi dosis maupun jumlah perlakuan. Di-
Pengembangan budidaya kubis bunga dan tinjau dari segi penekanan populasi hama pe-
brokoli menjanjikan prospek yang cerah, menun- nguasaan inteksida berhasil baik, namun diingat
jang perbaikan gizi masyarakat, meningkatkan pen- adanya pengaruh samping yang tidak diinginkan
dapatan petani, mengurangi impor dan meningkat- (Oka, 1995; Sembel, 2010; Untung, 2006).
kan ekspor non migas, memperluas kesempatan Pengaruh samping akibat penggunaan
kerja, mengembangkan agribisnis, melestarikan intektisida secara berlebihan adalah (a) kematian
dan meningkatkan kualitas lingkungan. Meskipun organism bukan sasaran (b) terjadinya resistensi
demikian, fakta di lapangan menunjukkan bahwa dan resurgensi hama sasaran dan (c) residu insek-
pengembangan komoditas ini masih terbatas di tisida pada bahan makanan. Untuk memperkecil
daerah dataran tinggi, dan luas arealnya jauh di timbulnya pengaruh samping dari penggunaan in-
bawah kubis krop dan petsai. Brokoli memiliki be- sektisida tersebut, alternatif lain dalam pengendali-
ragam manfaat untuk kesehatan tubuh, seperti an perlu diusahakan (Oka, 1995; Untung, 2006;
mencegah terjadinya kanker kolon, kanker prostat, Sembel, 2010).
kanker paru dan kanker perut. Zat sulfotraphana Adanya pengaruh buruk bagi lingkungan
bermanfaat sebagai antioksidan, sedangkan serat- dan fenomena resistensi pada serangga hama
nya bermanfaat untuk mencegah konstipasi/sembe- akibat penggunaan insektisida telah meningkatkan
lit dan gangguan pencernaan lainnya (Husaini, perhatian para ahli terhadap penelitian tentang
2010; Wikipedia, 2011). pemanfaatan patogen-patogen untuk mengendali-
Keengganan para petani atau pengusaha kan hama-hama tanaman pertanian. Patogen se-
tani membudidayakan kubis bunga dan brokoli an- rangga relatif bersifat spesifik dan pengaruhnya se-
tara lain karena masih terbatasnya informasi me- andainya ada jauh lebih kecil dari pada yang di-
ngenai aspek teknik, ekonomi, dan sosialnya komo- timbulkan oleh bahan kimia terhadap lingkungan
ditas ini. Semula banyak beranggapan bahwa kubis atau organisme bukan sasaran.
bunga dan brokoli hanya cocok di tanam di dataran Mengingat hal-hal di atas maka pencarian
tinggi dengan perawatan tanaman secara khusus. strain-strain baru bakteri entomopatogenik yang
Akhir-akhir ini permintaan kubis bunga endogenik perlu dilakukan di Indonesia sebagai
maupun brokoli semakin meningkat, baik untuk upaya untuk meningkatkan pengendalian serangga
konsumsi dalam negeri maupun eksport. Me- hama secara hayati sebagai alternatif pengganti
ningkatnya permintaan ini dapat dipenuhi dengan insektisida kimia. Pemanfaatan jasad renik ini se-
memperluas pertanamannya, sehingga makin me- bagai agensia pengendali hayati merupakan suatu
ningkat pula kebutuhan benih. terobosan dalam peningkatkan pendayagunaan
Berbagai usaha telah dilakukan untuk sumber daya hayati secara lebih intensif dan me-
memperluas pertanamannya dan meningkatkan nyelamatkan lingkungan hidup dari pencemaran.
produksinya. Usaha tersebut antara lain dengan in-
tensifikasi dan ekstensifikasinya. Untuk meningkat- METODE PENELITIAN
kan kualitas dan kuantitas produksi diperlukan cara
pemeliharaan yang baik. Dalam usaha meningkat- Pengambilan Contoh Tanah
kan produksi kubis bunga dan brokoli ini banyak Pengambilan contoh tanah sebagai sum-
faktor penghambat yang harus dihadapi, antara lain ber isolat dilakukan pada tiga Kabupaten yaitu
adalah gangguan hama (plutella xylostella dan
Salaki, Ch.L. : Eksplorasi Bakteri Entomopatogenik …………….. 211

Kabupaten Minahasa Selatan, Minahasa, dan Kota kop fase kontras, untuk mengamati bentuk sel dan
Tomohon. pertumbuhan spora serta Kristal protein.
Contoh tanah dikoleksi dari areal pertani-
an, tanah hutan, kebun, rawa, sawah, tempat- Morfologi Koloni Bakteri
tempat tertentu yang dicurigai mengandung endo- Untuk melihat koloni bakteri, maka bakteri
spora bakteri. Tanah diambil sebanyak 400 gram ditumbuhkan pada media NA dan diamati setelah
pada masing-masing tempat. Contoh tanah yang di- berumur 48-96 jam setelah inokulasi. Hal-hal yang
ambil dimasukkan ke dalam kantong plastik, diikat diamati yaitu bentuk koloni, warna koloni, tepi ko-
rapat, diberi label lokasi dan tanggal pengambilan loni, permukaan koloni, elefasi koloni.
kemudian di bawah ke laboratorium dan disimpan
di dalam kulkas untuk diisolasi. Uji Skrining Isolat B. cereus
Sebagai tahap awal pendahuluan dilaku-
Isolasi Bakteri Entomopatogenik kan pengujian isolat B. cereus terhadap larva P.
Contoh tanah yang diambil di lapangan di- xylostella, kemudian akan dilanjutkan dengan peng-
isolasi dengan menggunakan metode Ohba and ujian isolat-isolat lain yang telah ditemukan untuk
Aizawa (1978) dengan cara sebagai berikut: diambil diuji cobakan terhadap larva Spodoptera Sp.
1 gram contoh tanah, dimasukkan ke dalam tabung Isolat B. cereus murni yang didapatkan
reaksi yang telah berisi 9 ml larutan ringer steril. dari berbagai contoh tanah diuji toksisitasnya ter-
Suspensi dikocok hingga homogen kemudian di- hadap larva P. xylostella. Tahap kegiatan yang
panasi dalam waterbath pada suhu 800C selama 10 akan dilakukan yaitu pembiakan massal serangga,
menit. Suspensi dibuat seri pengenceran dari 10-2- penyiapan suspensi isolat dan pengujian toksisitas
10-4. Dari pengenceran 10-3-10-4 diambil masing- isolat terhadap larva uji.
masing 0,1 ml diratakan di atas media NA, lalu
petridis dibungkus dengan kertas sapul steril dan Pembiakan Massal Serangga
diletakkan dengan posisi terbalik. Inkubasi selama Larva P. xylostella yang berasal dari la-
48 jam pada suhu kamar (280-300C). Untuk seleksi pang diambil dan dipelihara di laboratorium Ento-
awal, dari banyak koloni yang tumbuh dipilih karak- mologi Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan de-
teristik koloni dengan ciri-ciri morfologi : sel ber- ngan diberi makan daun kubis segar. Pada bagian
bentuk batang, motil, gram positif, kolon circuler, bawah daun kubis disiapkan tanah untuk tempat
warna koloni putih dan putih kekuningan. Dari ko- membentuk pupa. Gumpalan tanah yang sudah ter-
loni ini dibuat sediaan preparat untuk diamati de- bentuk dan mengandung kepompong dipisahkan
ngan mikroskop fase kontras pada pembesaran dan dimasukkan ke dalam kurungan kasa, yang di
1000 kali. Koloni bakteri yang menunjukkan ciri-ciri dalamnya digantungkan gumpalan kapas yang di-
positif sebagai bakteri bacillus dibuat kultur murni tetesi madu untuk pakan imagonya. Kelompok telur
untuk kemudian di masukkan ke dalam tabung ber- pada permukaan daun hasil perbanyakan diletak-
isi cairan yang mengandung 15% gliserol dan di- kan dicawan petri yang berisi daun kubis, selanjut-
simpan pada lemari es sebagai stok yang akan di- nya ditunggu hingga telur menetas dan larva ber-
gunakan selama penelitian. kembang menjadi instar III. Larva-larva tersebut di-
seleksi untuk mendapatkan larva yang umurnya
Identifikasi homogen yang akan dipakai sebagai larva uji.
Identifikasi dilakukan dengan mengamati
morfologi sel dan koloni bakteri. Penyiapan Suspensi Isolat B. cereus
Isolat B. cereus yang akan diuji toksisitas-
Morfologi Sel Bakteri nya dibiakkan dalam media NA untuk perhitungan
Untuk melihat morfologi sel maka biakan jumlah sporanya. Di samping itu seluruh koloni da-
bakteri yang telah berumur 48-96 jam setelah ino- lam satu tabung agar miring diencerkan 100 kali,
kulasi pada media biakan diamati di bawah mikros- untuk digunakan dalam pengujian pendahuluan.
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 212

Pada uji pendahuluan perhitungan spora berdasar- HASIL DAN PEMBAHASAN


kan pada hasil perhitungan isolat lain yang diguna-
kan atau dianggap sebagai standar. Penghitungan Eksplorasi Strain Bakteri Entomopatogen
spora memakai haemositometer. Isolasi Selektif Bakteri Entomopatogen
Isolasi selektif bakteri entomopatogen (B.
Skrining Bakteri B. cereus thuringiensis, B. cereus, dan B.sphaericus) dari 103
Daun kubis yang akan digunakan untuk uji sampel tanah berhasil memperoleh sebanyak 411
toksisitasnya dicuci sampai bersih dan dipotong- isolat bakteri bentuk batang pembentuk spora.
potong berbentuk lingkaran berdiameter 3 cm. seperti terlihat pada tabel 1. Terlihat Pada Tabel 1
Potongan daun kubis diberi perlakuan B. cereus bahwa jumlah isolat bakteri B. thuringiensis (145),
isolat lokal dari berbagai contoh tanah dari masing- B. cereus (202) dan B. sphaericus (64) berbeda
masing pengenceran suspense dengan cara me- untuk tiap kabupaten. Perbedaan ini disebabkan di
nyemprot daun-daun tersebut dengan alat penyem- daerah tertentu pencarian dilakukan lebih intensif
prot. Alat semprot yang akan digunakan, sebelum dibandingkan dengan daerah lainnya. Dalam
dan sesudahnya dicuci bersih untuk menghindari hubungannya dengan habitat tersebut, sebenarnya
adanya kontaminasi dari pemakaian sebelumnya. diperlukan pengambilan sampel berulang kali kare-
Setiap permukaan atas daun kubis disemprot de- na penemuan bakteri entomopatogenik pada suatu
ngan volume suspens 2 ml, begitu pula pada per- saat tertentu dipengaruhi oleh banyak faktor antara
mukaan bawah daun. Daun kubis yang akan di- lain hujan dan erosi, epizootic dan endozootic, dan
gunakan sebagai kontrol disemprot dengan aqua- ada kemungkinan pada suatu saat ditemukan
des steril dengan cara yang sama. Daun-daun yang bakteri entomopatogenik di suatu tempat tertentu
sudah disemprot dimasukkan dalam cawan petri tetapi pada saat lain tidak dapat ditemukan lagi dan
yang beralaskan kertas tissue dalam keadaan sebaliknya (Salaki dkk., 2010).
lembab.
Larva yang sudah dipuaskan sebelumnya Hasil Isolasi Bakteri
dimasukkan dalam botol steril yang berisi daun Bacillus merupakan genus bakteri yang
kubis yang sudah diperlakukan, sebanyak 30 larva mampu membentuk struktur dorman yaitu endo-
dimana masing-masing botol berisi 1 larva. Peng- spora yang bersifat tahan terhadap bahan-bahan
amatan mortalitas larva yang diuji dilakukan pada kimia dan perlakuan fisik seperti panas, UV dan
jam ke 24, 48, 72 dan 96 jam setelah perlakuan. kering. Perlakuan pemanasan 800C Selama 10
Bila larva pada kontrol ada yang mati maka per- menit pada metode isolasi ini, bertujuan agar mikro-
hitungan mortalitas larva didasarkan pada rumus bia lain kecuali yang berbentuk endospora akan
Abbot yaitu: mati. Dengan demikian hanya bakteri-bakteri
P1-C thermo-tolerant pembentuk spora yang tumbuh,
P = ------------ x 100 % dan dari jenis-jenis bakteri tersebut hanya bakteri
100-C aerobik saja yang dapat tumbuh karena kultur di-
Keterangan : inkubasi secara aerobik.
P = persentase mortalitas terkoreksi Hasil isolasi dari 103 sampel tanah dari 3
P1 = persentase mortalitas pengamatan Kabupaten, didapatkan 411 isolat bakteri pem-
C = persentase mortalitas control bentuk spora. Pengamatan dengan mikroskop fase
kontras, isolat-isolat tersebut menunjukkan ciri
Penyesuaian yang dilakukan dengan for- bakteri yang dikenal sebagai agensia hayati. Isolat-
mula Abbot ini, dilakukan untuk memperkirakan isolat tersebut 145 isolat merupakan B.
adanya kematian secara alami. Jika kematian thuringiensis, 202 isolat sebagai B. cereus, dan 64
kontrol mencapai 20 % maka perlakuan diulang. isolat yang menunjukkan ciri-ciri sebagai B.
sphaericus.
Salaki, Ch.L. : Eksplorasi Bakteri Entomopatogenik …………….. 213

Tabel 1. Jumlah Sampel Tanah Dan Isolat Bakteri Entomopatogen Di Provinsi Sulawesi Utara
(Table 1. Number of Soil Sample and Entomopathogenic Bacteria Isolate at Province North Sulawesi)
Jumlah Sampel Jumlah Isolat Jumlah Isolat Jumlah Isolat
Kabupaten
Tanah B. thuringiensis B. cereus B. sphaericus
1. Minahasa Selatan 17 4 37 8
2. Minahasa 70 114 111 47
3. Kota Tomohon 16 27 54 9
Total 103 145 202 64

Isolat B. thuringiensis dicirikan oleh sel-sel spora sferis dan membengkak, gram positif.
vegetatifnya yang membentuk rantai spora ber- (Alexander and Priest, 1990; Krych et.al., 1980)
bentuk oval terletak sub terminal dan adanya kristal
parasporal. Pada isolat-isolat bakteri ini kristal Bacillus cereus
parasporal berbentuk bipiramidal dan spherical. Ciri Berdasarkan hasil pengamatan pertumbu-
spesifik B. sphaericus terlihat dari bentuk spora han bakteri B. cereus pada media NA terlihat bah-
yang sferis dan mengembung, terletak subterminal wa koloni berbentuk irregular, permukaan koloni
hingga terminal (Heimpel, 1967) sehingga bentuk kasar, datar dan agak mengkilap. Warna koloni
sel vegetatif menjadi seperti gada. B. cereus mem- putih kekuningan. Hal ini sesuai dengan yang di-
punyai sel vegetatif yang berbentuk batang dengan kemukakan oleh Parry et.al., (1983) bahwa koloni
spora berbentuk ellips terletak pada bagian sentral yang tumbuh pada media agar darah menunjukkan
atau parasentral, gram positif (Gambar 1, 2, dan 3). pertumbuhan yang bundar hingga irregular dan
fimbriat dengan elevasi rendah hingga cembung.
Karakterisitik dan Identifikasi B. cereus dapat tumbuh dengan baik pada
B. thuringiensis media NA yang diinkubasi di laboratorium yag
Hasil pengamatan secara makroskopi ter- mempunyai suhu rata-rata 28,80C. Menurut Gordon
hadap koloni-koloni yang diamati morfologinya ter- et.al., (1973) B. cereus dapat tumbuh dengan baik
nyata menunjukkan karakteristik sebagai anggota pada suhu maksimum 350C sampai 450C dan suhu
spesies B. thuringiensis yaitu bentuk circular, per- minimum 100C sampai 200C. Permukaan koloni
mukaan koloni kasar dan licin, mengkilap dan agak yang tumbuh pada NA tampak mengkilap dan da-
mengkilap, warna koloni putih dan putih kekuning- pat memantulkan cahaya. Bakteri yang berumur 8
an. hari dapat menimbulkan bau busuk (Granum et.al.,
Sel vegetatif bakteri B. thuringiensis ber- 1993; Binoto, 2001).
bentuk batang dengan spora subterminal. Ber- Pada pengamatan secara mikroskopis ter-
samaan dengan terbentuknya spora dibentuk pula nyata B. cereus yang berumur sampai 24 jam se-
benda berupa kristal yang berada dekat spora yang telah inokulasi belum membentuk spora. Spora
dikenal dengan nama Kristal protein (Agaisse and baru terlihat setelah pengamatan 48 setelah inoku-
Lereclus, 1995; Bravo, 1997; Ggroschulski et.al., lasi. Spora tampak lisis pada pengamatan 96 jam
1995; Salaki, 2010). Pada umur biakan satu hari setelah inokulasi. Hal ini ditunjang oleh pendapat
spora dan Kristal belum terbentuk, namun baru ter- yang dikemukakan oleh Gordon et al., (1973);
lihat pada umurdua hari setelah diinokluasi. Adanya Lechener et al., (1998) bahwa spora B. cereus me-
Kristal protein di dekat spora menunjukkan bahwa ngalami perkembangan yang nyata pada umur 48
sebanyak 145 isolat diidentifikasi sebagai anggota sampai 168 jam setelah inokulasi. Kimball (1965)
B. thuringiensis. mengatakan bakteri berkebang biak (multiplikasi)
dengan cara membelah diri dari satu sel menjadi
Bacillus sphaericus dua sel pada kondisi yang sesuai untuk pertumbu-
Warna koloni putih kekuningan dan per- hannya. Spora B. cereus terdapat pada bagian para
mukaan licin, bentuk batang (seperti gada) soliter, sentral, berbentuk elips dan berwarna putih.
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 214

Gambar 1. Morfologi koloni dan sel-sel vegetatif Bacillus thuringiensis


(Figure 1. Colonial Morphology and Vegetative Cell Bacillus thuringiensis)

Gambar 2. Morfologi koloni dan sel-sel vegetatif Bacillus cereus


(Figure 2. Colonial Morphology and Vegetative Cell Bacillus cereus)

Gambar 3. Sel Vegetatif Bacillus sphaericus


(Figure 3. Vegetative Cell of Bacillus sphaericus)

B. Screening Isolat B. cereus Berdasarkan Uji kabupaten. Dari hasil pengamatan morfologi koloni
Daya Bunuh Terhadap Larva P. xylostella dan sel vegetatif dipilih 15 isolat yang diuji pada
Uji daya bunuh dilakukan terhadap sebagi- taraf pendahuluan terhadap larva P. xylostella.
an isolat B. cereus yang dipilih mewakili tiap Hasil pengujian disajikan pada Tabel 2.
Salaki, Ch.L. : Eksplorasi Bakteri Entomopatogenik …………….. 215

Tabel 2. Hasil Pengujian Screening Daya Bunuh Isolat Bakteri B. cereus Terhadap Larva P. xylostella Selama
Pendedahan 96 jam
(Table 2. Screening of B. cereus for ability to kill P. xylostella larvae (96 hours)
No. Kode Isolat Kabupaten Mortalitas (%)
1 PPT Minahasa Selatan 36,7
2. RNP* Minahasa Selatan 86,7
3. MTC * Minahasa Selatan 56,7
4 TEK Minahasa Selatan 30,0
5. LBH * Minahasa Selatan 83,3
6. NOH * Minahasa 70,0
7 ATP1* Minahasa 63,3
8. SDR2 Minahasa 40,0
9. RWK1 * Minahasa 93,3
10. SDK1 Minahasa 40,0
11. PPT * Minahasa 86,7
12. TOR* Minahasa 90,0
13. RRK Tomohon 33,3
14. RRO * Tomohon 76,7
15. RRW* Tomohon 100,

Dari hasil pengujian semua bakteri ter- KESIMPULAN DAN SARAN


sebut terdapat 10 isolat yang dapat mematikan
larva P.xylostella 7,50 % setelah 96 jam pada kon- Kesimpulan
sentrasi 1,22x108 spora/ml. Gejala awal pada ulat Upaya pencaharian strain bakteri endo-
yang telah memakan pakan yang diberi perlakuan genik dari 3 kabupaten di Provinsi Sulawesi Utara
adalah terjadinya perubahan perilaku ulat. Ulat yg dengan pendekatan isolasi selektif telah berhasil
terinfeksi bergerak menjauhi pakan atau kehilangan memperoleh sejumlah 411 isolat yang berdasarkan
nafsu makan, sedangkan pada kontral ulat tetap karakteristiknya diidentifikasi sebagai anggota B.
memakan daun kubis. Gejala lain yang timbul ada- thuringiensis145 isolat, B. cereus 202 isolat dan B.
lah gerakan ulat menjadi lambat, kotoran (faces) sphaericus sebanyak 64 isolat.
agak cair atau diarhe, berbeda dengan faces kon- Di antara 202 isolat B. cereus dipilih 15
trol yang tetap berupa butiarn-butiran. Ulat yg telah isolat yang diuji daya bunuhnya terhadap larva P.
terinfeksi ini akhirnya akan mati, warna tubuh men- xylostella dan terdapat 10 isolat yang dapat di-
jadi kehitam-hitaman dan tubuhnya lembek (Poinar anggap potensial karena mampu menimbulkan
and Thomas, 1982). Bila disentuh kulit ulat akan mortalitas ≥ 50% larva uji setelah waktu pendedah-
pecah dan mengeluarkan cairan berwarna hitam an 96 jam.
dan berbau busuk. timbulnya warna hitam menurut
Steinhaus (1949) disebabkan karena bakteri tubuh Saran
sampai ke bagian haemokoel sehingga sel-sel Dari pengalaman yang diperoleh selama
darah menjadi keracunan. penelitian ini dapat disarankan hal-hal berikut : 1)
Perubahan perilaku ini menyebabkan ulat untuk mendapatkan gambaran yang lebih pasti me-
menjadi gelisah dan terjadinya paralisis. Ulat yang ngenai keberadaan dan dinamika strain bakteri en-
mengalami paralisis ini menunjukkan bahwa kondisi tomopatogenik di berbagai daerah sumber sampel
ulat telah lemah atau sistem pertahanan ulat-ulat perlu dilakukan penelitian yang bersifat longitudinal
bekerja dengan baik sehingga spora yang berada dengan cara pengambilan sampel secara periodik
dalam saluran pencernaan lebih mudah menyebab- selama waktu tertentu. 2) agar potensi strain-strain
kan infeksi pada ulat. bakteri unggul yang diperoleh dalam penelitian ini
Eugenia Volume 17 No. 3 Desember 2011 216

dapat diwujudkan menjadi biopestisida yang ber- Hall, I.M. 1964. Use of Micro-organisms in
manfaat bagi pengendalian hama kubis secara ra- Biological Control”. In Biological Control of
mah lingkungan, perlu dilakukan uji efikasi dan pilot Insect Pest and Weeds. (Eds.) Paul
project untuk produksi secara komersial. DeBach. New York: Reinhold Pub.Corp.
Husaini, A. 2010. Manfaat Brokoli dan Kembang
DAFTAR PUSAKA Kol. http://hidupsehat-dr-alam-
blogspot.com/2010/04/manfaat-brokoli-
Agaisse, H. & Lereclus, D. 1995. How does Bacillus dan-kembang-kol.html.
thuringiensis produce so much insecticidal Heimpel. A.M. and A.t. Angus. 1967. Disease
crystal protein? Journal of Bacteriology 17, Caused by Certain Sporeforming Bacteria.
6027-6032. In E.A. Steinhaus (Eds) Insect Pathology
Alexander, B. & Priest, F.G. 1990. Numerical and Advanced Trastise vol.2; Academic
classification and identification of Bacillus Press, New York.
thuringiensis including some strain Kimball, J.W. 1965. Biology, Addison.. Wesley
pathogenic for mosquito larvae. Journal of Publishing Company. London.
General Microbioloy 136, 367-376. Krych, V., Johnson, J.L. &Youstern, A.A. 1980.
Bravo, A. 1997. Phylogeneric relationship of Deoxyribonucleic acid homologies among
Bacillus thuringiensis δ-endotoxin family strain of Bacillus sphaericus. International
proteins and their functional domains. journal of Systematic Bacteriology 30, 476-
Journal of Bacteriology 179, 2793-2801. 484.
Burges, H.D. and N.W. Hussey, 1971. Microbial Lencher, S., Mayr, R., Francis. K.P. et al. 1998.
Control of Insect And Mites. Academic Bacillus weibenstephanensis sp. now. is a
Press, New York. new psychorotolerant species of the
Binoto, P.D., 2001. Isolasi dan Uji Patogenisitas Bacillus cereus group. International
Bacillus cereus Frank. Serta Daya Bunuh Journal of Systematic Bacteriology 48,
Kombinasi dengan Sihalotrin Terhadap 1373-1382.
Crocidolomia binotalis Zell. (Lepidoptera; Oka, I.N., 1995. Pengendalian Hama dan
Pyraidae). Tesis. Program Pasca Sarjana. Implementasinya Di Indonesia. Gadjah
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Mada University Press.
Capinera, J.L., 2000. Plutella xylostella. Ohba, M and K. Aizawa. 1986. Distribution of
http://creatures.ifas.ufl.edu/leaf/diamondba Bacillus thuringiensis in Soil of Japan.
ckpupa.html. Diakses 28 Juni Journal of Invertebrate Pathology.37:277-
2011.Biological Control of Insect 282.
Gordon, R.E, W.C. Haynes, and C.H. Pang, 1973. Parry, J.M., P.C.B. Turnbull dan J.R. Gibson. 1983.
The Genus Bacillus Agriculture Researh A Colour Atlas of Bacillus Species.Wolfe
Service. United Stated Departement of Medical Publication Ltd.
Agriculture. Poinar.G.O. and G.M. Thomas. 1982. Diagnostik
Granum, P.E., Brymestad, S., O’Sullivan, K. & Manual for the Identification of Insect
Nissen, H. 1993. The enterotoxin from Pathogen. Press. New York.
Bacillus cereus: production and Rondonuwu, S., D. Tarore dan C. Salaki. 2003.
biochemical characterization. Netherlands Survey populasi dan Penyebaran Vektor
Milk and Diary Journal 47, 53-70. demam Berdarah serta faktor-faktor
Groschulski, P., Masson, L., Borisova, M. et.al. penyebabnya. Fakultas Pertanian
1995. Bacillus thuringiensis CrylIA(a) Universitas Sam Ratulangi Manado.
insecticidal toxin: crystal structure and Rukmana, R. 1996. Kubis. Seri Budidaya. Penerbit
channel formation. Journal of Molecular Kanisius. Yogyakarta.
Biology 254, 447-464.
Salaki, Ch.L. : Eksplorasi Bakteri Entomopatogenik …………….. 217

Salaki, C. 2010. Keanekaragaman Genetik Isolat London Mc. Graw Hill Book Company,
Bacillus thuringiensis Berliner Endogen INC.
Indonesia Sebagai Agensia Pengendali Sembel, D.T. 2010. Pengendalian Hayati-Hama-
Hayati Hama Crocidolomia binotalis Zell. hama Serangga Tropis dan Gulma. Andi
(Lepidoptera; Pyralidae) Pada Tanaman Offset. Yogyakarta.
Kubis. Disertasi. Fakultas Biologi Untung, K. 2006. Pengantar Pengeloalaan Hama
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Terpadu. Gadjah Mada University Press.
Salaki, C., Situmoran, J., Sembiring, L., dan Yogyakarta.
Handayani, N.S. 2010. Isolasi dan WHO. 1991. Biological Control VectorUNDP/World
karakterisasi bakteri indigeneous Bank/WHO, Special Programme for
Indonesia (Bacillus thuringiensis) yang Research and Training in Tropical
berpotensi sebagai agensia pengendali Diseases. Geneva.
hayati serangga hama kubis (Crocidolomia Wikipedia, 2011. Brokoli, Manfaat dan
binotalis). Jurnal Ilmu Pertanian kehebatannya bagi kesehatan manusia.
AGRIVITA. 31(2): 174-181. http://mediaanakindonesia.wordpress.com/
Steinhaus, E.A. 1949. Principle of Insect Pathology. 2011/05124/brokoli-manfaat-dan-
Mc.Graw-Hill Publication in the Agriculture kehebatannya-bagi-kesehatan-manusia/.
Science. First Edition. New York Toronto
218
219

You might also like