You are on page 1of 8

Hubungan

Damianus diabetes
Journal melitus tipe 2 terhadap prevalensi demensia pada lansia di Kabupaten Tangerang, Ba nten
of Medicine;
Vol.10 No.3 Oktober 2011: hlm. 125–132.

ARTIKEL PENELITIAN

HUBUNGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 TERHADAP PREVALENSI DEMENSIA


PADA LANSIA DI KABUPATEN TANGERANG, BANTEN

Linawati Hananta*, Deon Kristian**, Chriscelia Valery So**

ABSTRACT
Introduction: In the world, especially in Indonesia dementia is a degenerative
*
Departemen Farmakologi - disease which is commonly found especially in elderly community. Dementia
Farmasi, Fakultas Kedokteran has many risk factors, which one of them is type 2 diabetes mellitus (DM 2).
Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No. There are a lot of literature that suggested a link between DM 2 and dementia.
2, Jakarta Utara 14440. The aim of this study is to look related between DM 2 with dementia patients in
** elderly people.
Peserta Program Studi Sarjana
Kedokteran, Fakultas Kedokteran Methods: The study design used is unpaired categorical analytic with cross
Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No. sectional study. Target population was all the elderly in the district of Tangerang,
2, Jakarta Utara 14440. Banten. Samples taken by random sampling. Inclusion criteria were everyone
over 60 years and willing to be interviewed. Exclusion criteria were refusal to
participate, can not communicate, severe pain, mild alcohol consumed (2-
3shots). Collecting data using 2 questionnaires. Questionnaire I is containing
about history by asking the typical symptoms of DM 2. Questionnaire II con-
ducted interviewed after the patient was diagnosed DM 2 with blood glucose test.
Results: Total of 95 respondents, there were 54 (56.84%) who suffer from de-
mentia with 15 of them also suffer from DM 2 and 39 did not suffer from dementia
but DM 2. In addition 41 (43.16%) of respondents were not dementia, including
6 respondents suffer from DM 2 and 35 respondents did not suffer from DM
2.Result obtained by Pearson Chi Square p value = 0,143 (>0.05).
Conclusions: This study no significant relation between DM 2 with prevalence of
dementia in the elderly.
Key words: type 2 diabetes mellitus, dementia, elderly

ABSTRAK
Latar belakang: Di dunia khususnya di Indonesia, demensia adalah penyakit
degeneratif yang banyak ditemukan terutama pada masyarakat lanjut usia.
Demensia memiliki banyak faktor risiko, salah satunya adalah diabetes melli-
tus tipe 2 (DM 2). Ada banyak literatur yang menyatakan adanya hubungan
antara DM 2 dan demensia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
keterkaitan antara DM 2 dengan pasien demensia pada orang lanjut usia.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah analitik kategorik
berpasangan dengan studi cross sectional. Target populasi adalah semua or-
ang lanjut usia di Kabupaten Tangerang, Banten. Sampel diambil secara ran-
dom sampling. Kriteria inklusi adalah semua orang lebih dari 60 tahun dan
bersedia untuk diwawancarai. Kriteria eksklusi adalah menolak untuk
berpartisipasi, tidak bisa berkomunikasi, sakit parah, mengkonsumsi alkohol
ringan (2-3sloki). Pengumpulan data menggunakan 2 kuesioner. Kuesioner I
berisi tentang riwayat penyakit dengan menanyakan gejala khas DM 2.
Kuesioner II dilakukan diwawancarai setelah pasien didiagnosis DM 2 dengan
menggunakan tes strip glukosa darah.
Hasil: Total 95 responden, terdapat 54 (56.84%) yang menderita demensia
dengan 15 dari mereka juga menderita DM 2 dan 39 tidak menderita demensia,
tetapi 2 menderita DM 2. Selain itu 41 (43,16%) dari responden tidak demensia,
termasuk 6 responden menderita DM 2 dan 35 responden tidak menderita DM
2. Hasil statistik diperoleh bahwa nilai Pearson Chi Square dengan p = 0,143 (>
0,05).
Kesimpulan: Pada penelitian ini tidak ada hubungan yang bermakna antara
DM 2 dengan prevalensi demensia padaorang lanjut usia.
Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, demensia, lanjut usia

Vol. 10, No.3, Oktober 2011 125


DAMIANUS Journal of Medicine

PENDAHULUAN Diabetes Melitus merupakan suatu penyakit metabolik


yang dapat terjadi pada semua usia dengan kelainan
Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13
pada homeostatis glukosa. DM secara garis besar di-
Tahun 1998, penduduk lanjut usia (lansia) adalah
bagi menjadi 2 tipe yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2 (DM
mereka yang berumur 60 tahun ke atas.1 Pada lansia
2). DM tipe 1 ditandai dengan kurangnya hormon insu-
terdapat perubahan pada fisik maupun mental serta
lin dalam tubuh yang biasa didapat sejak lahir.
terjadi kemunduran-kemunduran terhadap fungsi tubuh
Sedangkan DM 2 ditandai dengan resistensi sel terha-
mereka. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2005
dap hormon insulin akibat berbagi faktor seperti obe-
adalah 17,6 juta jiwa dan pada 2009 adalah sekitar
sitas. Secara umum, hampir 80 % prevalensi adalah
16,5 juta jiwa dari seluruh jumlah penduduk yang
DM 2.3,12
mencapai lebih dari 220 juta jiwa. Pada tahun 2010,
diperkirakan jumlah lansia mencapai 23 juta jiwa, dan Prevalensi penderita DM di seluruh dunia meningkat
tahun 2020 menjadi 28 juta orang lebih.2 Semakin tua secara dramatis selama dua dekade, dari 30 juta kasus
umur seseorang, maka orang tersebut akan menjadi pada tahun 1985 menjadi 171 juta ditahun 2000. Preva-
lebih rentan terkena penyakit degeneratif, diantaranya lensi penderita DM didunia pada tahun 2000 mencapai
ialah demensia. angka 2,8% dan diperkirakan akan mencapai 4,4% dari
jumlah penduduk dunia pada tahun 2030. Indonesia
Demensia merupakan penyakit degeneratif yang banyak
sendiri menduduki peringkat ke-4 di dunia dengan pen-
ditemukan dalam masyarakat sekarang ini khususnya
derita DM tertinggi di tahun 2000 sebanyak 8,4 juta
pada lansia. Gangguan ingatan merupakan gejala
orang.13
demensia yang paling sering terjadi tanpa disertai
penurunan kesadaran. Demensia terbagi atas beberapa Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tipe diantaranya yang paling banyak dijumpai ialah 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan
Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskular.3 gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan
5,7%. Namun hanya 1,5% (kira-kira 26% dari total DM)
Lebih dari 50% kasus demensia merupakan demensia
yang telah mengetahui dirinya menderita DM sebelum
tipe Alzheimer. Berdasarkan studi epidemiologi,
diperiksa Riskesdas. 13 Menurut hasil pengukuran
diperkirakan terdapat 24,3 juta orang yang terkena
disabilitas dan prediksi kualitas hidup pada masyarakat
demensia pada tahun 2005, dengan 4,6 juta kasus
lanjut usia di DKI Jakarta yang dilaksanakan oleh
demensia yang baru setiap tahunnya (1 kasus baru
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indone-
demensia setiap 7 detik) dengan 48% penderita demen-
sia, didapatkan prevalensi penderita DM pada penduduk
sia terdapat pada wilayah benua Asia. Angka pening-
lansia di DKI Jakarta adalah sebesar 10,7%.14
katan tersebut tidak sama pada setiap negara. Pada
negara berkembang diperkirakan terdapat peningkatan Dengan adanya hubungan DM 2 dengan demensia ser-
sebesar 100%, dan pada Asia Selatan diperkirakan ta semakin banyaknya jumlah penderita DM dan de-
terdapat peningkatan sebesar 300% setiap tahunnya. mensia serta lansia di Indonesia, khususnya di Jakarta,
Masalah demensia sering terjadi pada pasien lansia maka kami tertarik untuk melihat seberapa besar
yang berumur diatas 60 tahun dan pada tahun 2005 pengaruh DM 2 dengan demensia khususnya pada
terdapat 606.100 penduduk Indonesia. Melalui sebuah penduduk lansia.
penelitian didapatkan prevalensi demensia di Jakarta
sebesar 62,5%.4,5,6,7 METODE

Penyakit demensia merupakan salah satu penyakit Desain penelitian yang dipakai adalah penelitian ana-
yang memiliki berbagai faktor risiko. Faktor risiko yang litik kategorik tidak berpasangan dengan jenis penelitian
paling berpengaruh ialah umur yang tua. Selain itu me- cross sectional. Populasi target adalah semua lansia
nurut penelitian, Diabetes Melitus (DM) juga merupakan di Kabupaten Tangerang, Banten. Dan sampel diambil
faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya secara random sampling. Kriteria inklusi yaitu semua
demensia.3,6,8 Pada penelitian kohort yang dilaksanakan orang berumur di atas 60 tahun dan bersedia untuk di-
pada orang Amerika-Jepang, didapatkan DM2 dapat wawancara. Sedangkan kriteria eksklusi adalah meno-
meningkatkan risiko terjadinya penyakit Alzheimer se- lak untuk berpartisipasi, tidak dapat berkomunikasi,
banyak 1,8 kali dan demensia vaskular sebanyak 2,3 sakit berat seperti stroke, koma, dan lain-lain, dan
kali. Hal ini terjadi akibat adanya resistensi insulin serta mengkonsumsi alkohol ringan (2-3 sloki). Variabel be-
insulinemia pada penderita DM 2.9,10 bas pada penelitian ini adalah DM 2 sedangkan variabel
terikat pada penelitian ini adalah demensia.

126 Vol. 10, No.3, Oktober 2011


Hubungan diabetes melitus tipe 2 terhadap prevalensi demensia pada lansia di Kabupaten Tangerang, Ba nten

Pengumpulan data dengan menggunakan dua kuesio- menggunakan kuesioner 1 untuk mengetahui riwayat
ner. Kuesioner 1 merupakan kuesioner yang berisi DM 2. Responden yang mempunyai riwayat DM 2 akan
perta-nyaan mengenai riwayat DM 2 yang diderita dilakukan pengecekan GDS serta diwawancarai meng-
responden serta gejala-gejala khas DM 2 yang mungkin gunakan kuesioner 2 untuk mengecek apakah DM 2
diderita oleh responden. Kuesioner 1 digunakan dengan pada responden terkontrol atau tidak. Responden yang
me-wawancarai responden untuk mengetahui apakah mengalami demensia namun tidak mempunyai riwayat
res-ponden memiliki riwayat DM 2 atau memperkirakan DM 2 akan diwawancarai dengan kuesioner 2. Pasien
apakah responden yang tidak memiliki riwayat DM 2 yang tidak menderita demensia dan tidak mempunyai
menderita DM 2 dengan menanyakan gejala-gejala riwayat DM 2 tidak akan diberi tindakan lanjutan.
khas DM2 pada responden. Dan kuesioner 2 juga akan
Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan
dilakukan dengan mewawancarai responden yang
menggunakan program SPSS 15.0, Pengolahan data
digunakan setelah pasien didiagnosis menderita DM 2
direncanakan menggunakan metode nonparametrik
dari tes glukosa darah sewaktu. Tujuannya adalah untuk
yaitu Chi Kuadrat Indepedensi Test.
mengetahui apakah responden melakukan pengobatan
Gambar 1. Alur pengumpulan data.
DM 2 secara teratur atau tidak serta mengetahui apa-
kah responden mempunyai faktor-faktor yang dapat Lansia
mempengaruhi penyakit demensia. (umur di atas 60 tahun)

Tes glukosa darah sewaktu dilakukan setelah kuesioner


1 dan jika responden tidak memiliki riwayat DM 2 tetapi Demensia Tidak demensia
memiliki gejala-gejala khas DM 2. Tes ini dilakukan
oleh peneliti dengan menusukan jarum pada jari respon-
den untuk mendapatkan darah dari responden seba- DM2 Tidak DM2 DM2 Tidak DM2
nyak 3-5 ml untuk selanjutnya dilakukan pengecekan
kadar glukosa darah sewaktu. Pemeriksaan ini dapat Kuesioner 2
dilakukan kapan saja tanpa persiapan khusus. Hasilnya
akan didapatkan apakah responden menderita DM 2
atau tidak. Responden dikatakan menderita DM 2 apa- DM2 DM2 Tidak
bila memiliki beberapa gejala khas DM2 dan memiliki Terkontrol terkontrol
kadar glukosa darah sewaktu  200 mg/dL seperti acu-
an diagnosis menurut Konsensus Pengelolaan dan
HASIL
Pencegahan DM 2 Di Indonesia tahun 2006.
Dari total 138 lansia yang didapat dari Panti Werdha
Mini Mental State Examination (MMSE) adalah suatu
Bina Bhakti, Panti Werdha Melania, dan Panti Werdha
tes yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit de-
Kasih Ayah Bunda yang terdapat di wilayah Tangerang,
mensia. Pada penelitian ini, MMSE akan dilakukan
Banten telah dilakukan pengambilan data pada 95
saat responden sudah didiagnosis menderita DM 2
lansia yang terdapat pada panti-panti tersebut dengan
pada pengecekan kadar gula darah sewaktu. MMSE
43 sisanya termasuk dalam kriteria eksklusi. Setelah
dilakukan saat peneliti mengajukan pertanyaan-
melakukan pengambilan data yang dibutuhkan bagi
pertanyaan serta beberapa arahan untuk dapat dilaku-
penelitian ini, maka berikut ini dijabarkan hasil data
kan oleh responden dengan setiap pertanyaan dan arah-
yang telah diperoleh.
an memiliki nilai tersendiri. Responden akan didiag-
nosis menderita demensia apabila nilai dari MMSE Dari hasil penelitian terdapat 95 sampel lansia yang
orang tersebut lebih kecil dari 24. didapat dari Panti Werdha Bina Bhakti, Panti Werdha
Melania, dan Panti Werdha Kasih Ayah Bunda yang di
Pengumpulan data dimulai dengan mencari lansia
wilayah Tangerang, Banten dengan jumlah responden
(penduduk dengan umur di atas 60 tahun) di Kabupaten
pria sebanyak 26 orang dan responden wanita
Tangerang, Banten. Setelah mendapatkan lansia yang
sebanyak 69 orang. Tetapi hanya 86 responden yang
bersedia dijadikan responden, maka kami akan meng-
memiliki data berupa umur dengan responden
gunakan MMSE untuk mengukur apakah responden
terbanyak pada rentang umur 66-70 tahun dengan to-
menderita demensia atau tidak. Responden akan didiag-
tal 21 orang (24,4%) (tabel 1).
nosis demensia jika reponden memiliki hasil MMSE di
bawah 24. Responden selanjutnya akan diwawancarai

Vol. 10, No.3, Oktober 2011 127


DAMIANUS Journal of Medicine

Dari 15 responden yang menderita DM 2 dan demen- Pada Panti Werdha Bina Bhakti pemeriksaan GDS
sia, 10 diantara 15 responden (66.6%) menderita DM dilakukan oleh pihak panti secara teratur setiap hari
2 dengan GDS yang terkontrol dan terdapat 5 res- rabu. Pada laporan pengukuran yang terakhir didapat
ponden (33,3%) dengan DM 2 dan GDS yang tidak hasil bahwa GDS seluruh penderita DM 2 pada panti
terkontrol seperti yang terlihat pada tabel 2. tersebut berada dalam batas normal dan masing-
masing penderita DM 2 mendapat obat untuk DM 2
Dari hasil yang kami dapat dari 95 responden, terdapat
yang mereka derita seperti insulin dan metformin.
54 responden yang menderita demensia dengan 15
Sedangkan pada Panti Werdha Melania dan Panti
diantaranya juga menderita DM 2 dan 39 responden
Werdha Kasih Ayah Bunda pengecekan GDS tidak di-
demensia namun tidak menderita DM 2. Selain itu
lakukan secara teratur setiap minggu sehingga maha-
41(43,16%) responden adalah yang tidak demensia,
siswa peneliti perlu mengadakan pengecekan GDS
6 responden diantaranya menderita DM 2 dan 35 res-
pada responden panti tersebut. Pengobatan yang
ponden tidak menderita DM 2 seperti yang terlihat pa-
dilakukan pada Panti Werdha Kasih Ayah Bunda hanya
da tabel 3.
menggunakan satu macam obat yaitu metformin
Pada tabel 4 dapat dilihat kejadian demensia banyak sedangkan pada Panti Werdha Melania pengobatan
terdapat pada responden yang tidak memiliki faktor dilakukan dengan memberikan obat seperti metformin,
risiko seperti rokok, alkohol, dan vitamin B dengan to- sulfonylrea, dan suntik insulin.
tal 21 orang (38,8%). Dari tabel juga terlihat 14 pasien
Pada penelitian ini didapatkan distribusi yang tidak nor-
(25,9%) yang mengkonsumsi vitamin B secara teratur
mal sehingga akan digunakan metode statistik non-
tetap terkena demensia. Selain itu faktor lain seperti
parametrik yaitu Pearson Chi Square. Pada pengukur-
rokok dan alkohol tidak terlalu banyak dimiliki oleh
an menggukan SPSS dengan metode Pearson Chi
responden.
Square. Pada pembacaan tabel, nilai statistik Pearson
Chi Square dengan Asymp. Sig. (2-sided) = 0,126
DISKUSI
(>0,05) yang mengindikasikan penerimaan terhadap
Kami memilih 3 panti di atas dengan asumsi ketiga H0. Hipotesis nol pada penelitian ini adalah tidak ada-
panti tersebut memiliki karakteristik yang mirip yaitu nya hubungan/korelasi antara DM 2 dengan demensia.
dihuni oleh lansia kalangan menengah ke bawah de-
Secara teori seharusnya DM 2 mempengaruhi kejadian
ngan tingkat aktivitas dan makanan utama sehari-hari
demensia (terutama demensia vaskular) dengan jumlah
yang dikonsumsi tidak jauh berbeda. Makanan utama
penderita demensia yang menderita DM 2 tidak terkon-
pada ketiga panti tersebut ialah tahu dan tempe, de-
trol lebih banyak dari pada penderita demensia dengan
ngan konsumsi protein hewani yang cukup jarang.
DM 2 yang terkontrol seperti yang terlihat dari penelitian
Ketiga panti tersebut juga diharapkan dapat menggam-
yang dilakukan oleh Weili Xu dan juga Chris MacKnight.
barkan dan mewakili seluruh lansia yang terdapat di
Tetapi secara statistik kami mendapatkan bahwa DM
Tangerang, Banten karena letak ketiga panti tersebut
2 tidak mempunyai hubungan dalam meningkatkan pe-
tidak berdekatan dan memiliki karakteristik yang tidak
nyakit demensia pada lansia. Hasil yang berbeda pada
jauh berbeda dengan para lansia yang terdapat di
penelitian ini mungkin karena dipengaruhi oleh berbagai
wilayah Tangerang, Banten.
faktor seperti cukup teraturnya dalam melakukan pe-
Dalam proses pengambilan data untuk penyakit de- meriksaan GDS, pengobatan secara teratur serta pene-
mensia, kami melakukan tes MMSE pada sejumlah litian yang dilakukan pada panti sosial yang memiliki
responden pada ketiga panti tersebut. Setelah didapat- tingkat kesadaran akan penyakit DM 2 yang cukup
kan hasil demensia maka dilanjutkan dengan pertanya- tinggi, maka hasil yang kami dapat dalam penelitian
an menggunakan kuesioner untuk mengetahui bebe- yang dilaksanakan pada ketiga panti tersebut tidak se-
rapa berpengaruh lain yang dapat menyebabkan suai dengan teori. Hal ini juga berkebalikan seperti hasil
demensia seperti rokok, alkohol, dan vitamin B. Meski- penelitian yang dilaksanakan oleh Weili Xu. et al yang
pun penyakit demensia mempunyai beragam faktor mendapatkan OR 1,63, yang artinya penderita DM 2
risiko, tetapi pada penelitian ini faktor-faktor risiko terse- berisiko 1,63 kali lebih besar mengalami demensia.
but akan kami abaikan dan pencarian data faktor yang Penelitian yang dilaksanakan Weili Xu dilakukan de-
berpengaruh seperti di atas hanya untuk digunakan ngan metode case control dengan 13.693 responden.
sebagai data tambahan sekaligus pelengkap yang da- Hasil yang didapatkan ialah DM 2 meningkatkan risiko
pat digunakan untuk membandingkan faktor berpe- demensia terutama demensia vaskular. 35 Pada
ngaruh yang paling banyak didapat pada responden.

128 Vol. 10, No.3, Oktober 2011


Hubungan diabetes melitus tipe 2 terhadap prevalensi demensia pada lansia di Kabupaten Tangerang, Ba nten

Tabel 1. Demografi responden (N=86)

Jenis Kelamin Total


Perempuan Laki-laki Jumlah Persentase
Range umur 61-65 0 orang 8 orang 8 orang 9,3%
66-70 8 orang 13 orang 21 orang 24,4%
71-75 9 orang 9 orang 18 orang 20,9%
76-80 4 orang 14 orang 18 orang 20,9%
81-85 3 orang 10 orang 13 orang 15,4%
86-90 1 orang 3 orang 4 orang 4,6%
91-95 1 orang 3 orang 4 orang 4,6%
Total 26 orang 60 orang 86 orang 100%

Tabel 2. Persentase diabetes melitus tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol terhadap jenis
kelamin

Diabetes Laki-laki Perempuan Total


Melitus Tipe n % n % n %

Terkontrol 3 orang 50% 7 orang 46,6% 10 orang 47,6%


Tidak terkontrol 2 orang 33,3% 3 orang 20% 5 orang 23,8%

Total 5 orang 83,3% 10 orang 66,6% 15 orang 71,4%

Tabel 3. Hubungan penyakit demensia terhadap penyakit diabetes melitus tipe 2

DM Tidak DM Total

Demensia 15 orang 39 orang 54 orang


Tidak demensia 6 orang 35 orang 41 orang

Total 21 orang 74 orang 95 orang

Tabel 4. Faktor yang berpengaruh berupa rokok, alkohol, dan vitamin B terhadap penyakit demensia

Demensia
Faktor berpengaruh Laki-laki Perempuan Total Persentase

Tanpa rokok, alkohol 5 orang 16 orang 21 orang 38,8%


Vitamin B
Merokok saja 4 orang 1 orang 5 orang 9,2%
Alkohol saja 0 orang 1 orang 1 orang 1,8%
Vitamin B saja 1 orang 13 orang 14 orang 25,9%
Merokok + Alkohol 3 orang 0 orang 3 orang 5,5%
Alkohol + Vitamin B 0 orang 4 orang 4 orang 7,5%
Vitamin B + Merokok 3 orang 1 orang 3 orang 5,5%
Merokok + Vitamin B 2 orang 0 orang 2 orang 3,7%
+ Alkohol
Total 18 orang 36 orang 54 orang 100%

Vol. 10, No.3, Oktober 2011 129


DAMIANUS Journal of Medicine

penelitian Weili Xu didapatkan jumlah responden yang utama seperti umur yang tua (responden penelitian ini
sangat banyak dengan sebagian besar responden yang yang berumur 60 tahun ke atas), kurangnya nutrisi pada
terkena demensia memiliki riwayat stroke dan serangan asupan makanan sehari-hari (kurang protein hewani),
jantung. Sedangkan pada penelitian ini kami mengambil kurangnya aktivitas fisik pada responden yang sebagian
95 responden dengan sedikitnya jumlah responden besar tidak melakukan olah raga, membaca, ataupun
yang memiliki riwayat penyakit serebro-vaskular. kegiatan-kegiatan yang mengasah otak, mempunyai
riwayat stroke, banyak responden yang mengalami
Pada sebuah jurnal meta analisis yang dibuat oleh F
stres karena efek psikologis yang merasa terbebani
Pasquier. et al terdapat beberapa penelitian mengenai
untuk tinggal di panti, dan kurangnya pendidikan dengan
DM 2 dengan demensia. Hasilnya terdapat sebuah pe-
rata-rata responden memiliki tingkat pendidikan yang
nelitian yang mengatakan DM 2 hanya memberikan
rendah mungkin lebih berpengaruh terhadap angka
sedikit pengaruh terhadap angka kejadian demensia
kejadian demensia pada ketiga panti tersebut.
pada lansia. Dalam jurnal meta analisis tersebut juga
terdapat beberapa penelitian lain mengatakan DM 2 Pada beberapa penelitian dikatakan DM 2 banyak di-
merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap dapatkan dan lebih berpengaruh terhadap angka ke-
demensia. Pada jurnal tersebut penelitian-penelitian jadian demensia vaskular. Pada penelitian ini tidak ba-
yang dilakukan dilaksanakan di luar negeri dan men- nyak responden yang sebelumnya pernah menderita
dapatkan kesimpulan berupa adanya pengaruh DM 2 penyakit vaskular seperti stroke dan penyakit jantung
terhadap peningkatan risiko penyakit demensia pada yang mungkin juga dapat mempengaruhi hasil
lansia terutama demensia vaskular. penelitian ini. Selain itu sebagian besar responden yang
memiliki riwayat stroke dan penyakit vaskular tidak
Pada sebuah penelitian yang dilaksanakan oleh Chris
dapat melakukan komunikasi sehingga termasuk
MacKnight yang dilakukan dengan metode kohort
dalam kriteria eksklusi.
prospektif selama 5 tahun, didapatkan hasil bahwa DM
2 meningkatkan angka kejadian penyakit demensia Pada tabel 5.4 dapat terlihat beberapa faktor yang ber-
terutama demensia vaskular.36 Metode prospektif se- pengaruh seperti alkohol dan rokok yang dapat
perti ini memang tampaknya dapat memberikan gam- meningkatkan risiko terkena demensia serta vitamin
baran yang lebih baik dari pada metode retrospektif B yang bersifat mengurangi risiko terkena demensia.
yang hanya melihat riwayat responden sebelumnya Dari hasil penelitian, Vitamin B yang diberikan setiap
seperti yang kami pakai pada penelitian ini. hari kepada anggota panti dapat menurunkan angka
kejadian demensia pada panti tersebut. Untuk faktor
Dari hasil penelitian yang kami lakukan, didapatkan
rokok dan alkohol, umumnya jarang didapatkan pada
DM 2 bukan merupakan suatu faktor risiko bagi de-
responden pada penelitian ini sehingga pengaruhnya
mensia yang cukup berpengaruh. Hal ini terlihat dari
terhadap demensia tidak terlihat.
data yang menunjukan hanya 15 responden dari total
54 responden (hanya berkisar 27,7%) yang menderita Penelitian ini mempunyai kelemahan, banyaknya faktor
demensia dan memiliki faktor risiko berupa DM 2. Hasil luar yang dapat menyebabkan demensia sehingga se-
penelitian ini berbeda dari hasil beberapa penelitian- bagian besar kejadian demensia bukan dipengaruhi oleh
penelitian lain seperti yang di atas. Hal ini mungkin di- DM 2 melainkan akibat dari faktor-faktor luar tersebut.
karenakan perbedaan cara pengambilan sampel melihat Selain itu penelitian ini juga hanya melihat sekelompok
beberapa penelitian menggunakan metode prospektif lansia yang tinggal pada panti-panti yang melakukan
dengan melakukan pengamatan selama beberapa pengecekan untuk penyakit DM 2 dengan cukup rutin
tahun ke depan. Selain itu hampir seluruh penelitian dan mempunyai tingkat kesadaran yang cukup tinggi
lain mengambil populasi berskala besar dengan jumlah dalam menjaga kesehatan para responden. Kelemahan
sampel yang jauh lebih besar dan merata sehingga yang lain ialah kami tidak melakukan pengecekan GDS
memungkinkan angka DM 2 yang tidak terkontrol cukup pada seluruh responden karena kami menggunakan
banyak. Lalu mungkin terdapat perbedaan genetik dan hasil pengecekan GDS yang dilaksanakan secara ru-
gaya hidup pada responden penelitian lain yang dilaksa- tin oleh pihak panti. Jumlah sampel yang diambil pada
nakan di negara lain. Hal ini mungkin berpengaruh terha- penelitian ini juga tidak cukup besar dan tidak cukup
dap hasil penelitian. Dalam penelitian ini, tidak banyak variatif untuk mendapatkan gambaran yang lebih
kejadian demensia yang disertai faktor risiko DM 2 dan menyeluruh karena dilakukan pada panti menengah
mungkin terdapat faktor luar lainnya yang lebih ber- ke bawah yang memiliki kontrol penyakit DM 2 yang
pengaruh terhadap kejadian demensia. Faktor risiko cukup baik.

130 Vol. 10, No.3, Oktober 2011


Hubungan diabetes melitus tipe 2 terhadap prevalensi demensia pada lansia di Kabupaten Tangerang, Ba nten

KESIMPULAN 13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Profil


Kesehatan Indonesia, Jakarta: Depkes; 2008.
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa tidak ada hubung-
14. Bird TD, Miller BL. Dementia. In: Fauci AC. Harrison's
an yang bermakna antara DM 2 terhadap terjadinya principles of internal medicine, 17th ed. New York:
prevalensi demensia pada lansia. McGraw-Hill Companies; 2008: 2536-58.
15. Kahn CR, Jacobson AM, Moses AC. Joslin's diabe-
DAFTAR PUSTAKA
tes mellitus, 14th ed. Philadelphia: J.B Lippincott
1. Undang-undang Republik Indonesia (1998). Avail- Company; 2005.
able from: http://www.dpr.go.id/uu/uu1998/ 16. Guyton AC, Hall JE. Textbook of medical physiology,
UU_1998_13.pdf. [Cited: April 8, 2011]. 11st ed. Oxford: Elsevier; 2006.
2. Jumlah Lansia Di Indonesia 165 juta Orang (2009). 17. Kumar V, Abbas AK, Fausto N. Robbins and cotran
Available from: http://www.depkominfo.go.id/berita/ pathologic basis of disease, 8th ed. Philadelphia:
bipnewsroom/jumlah-lansia-di-indonesia-165-juta- Elsevier Saunders; 2010.
orang/ . [Accessed: April 8, 2011].
18. Kronenberg HM, Melmed S, Polonsky KS. Williams
3. Powers AC. Diabetes mellitus. In: Fauci AC, textbook of endocrinology, 11st ed, Philadelphia: W.B.
Harrison's principles of internal medicine. 17th ed. Saunders; 2008.
New York: McGraw-Hill Companies, 2008: 2275-304
19. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus
4. Ferri CP, Prince M, Brayne C. Global prevalence of pengelolaan dan pencegahan diabetes melitus tipe
dementia: a delphi consensus study. Lancet. 2005; 2 di Indonesia 2006. Jakarta: PB. PERKENI; 2006.
366: 2112-17.
20. Kumar P, Clark M. Diabetes mellitus and other disor-
5. Alzheimer’s Disease International. Dementia in Asia ders of metabolism. In: Kumar and Clark Clinical
Pasific region. Canbera: Access Economics; 2006. Medicine, 6th ed, London: Elsevier Saunders; 2005.
6. Johnson E, Zieger-graham K, Arrighi HM. Alzheimer's 21. Misbach J, Lumempouw SF, Kumalawati. Demensia
disease to quadruple worldwide by 2050. Available dan penyakit alzheimer. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
from: http://www.jhsph.edu/publichealthnews/ 2002.
press_releases/20 07 /broo kmeyer_alzheimers
_2050.html [Cited: April 1, 2011]. 22. Ropper AH, Samuels MA. Adams and Victor's prin-
ciples of neurology, 9th ed, New York: McGraw-Hill
7. Handajani YF. Indeks pengukuran disabilitas dan Medical; 2009.
prediksi kualitas hidup pada masyarakat lanjut usia
di DKI Jakarta [suatu upaya memperkirakan 23. Saddock BJ, Saddock VA, Ruiz P. Kaplan and
kemandirian lanjut usia], Jakarta: Universitas Indo- Sadock's comprehensive textbook of psychiatry, 9th
nesia, Depok; 2006. ed, Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2009.

8. Umegaki H. Pathophysiology of cognitive dysfunc- 24. Sudoyo AW. Buku ajar ilmu penyakit dalam, 4th ed,
tion in older people with type 2 diabetes: vascular Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
changes or neurodegeneration?". Age and Ageing. Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.
2009; 39: 8-10. 25. Looi JC, Sachdev PS. Differentiation of vascular de-
9. Peters R, Poulter R, Warner J, Beckett N, Burch L, mentia from AD on neuropsychological tests. Neu-
Bulpitt C. Smoking, dementia and cognitive decline rology. 1999;53(4): 670-8.
in the elderly, a systematic review. BMC Geriatrics. 26. Lumbantobing SM. Neurogeriatri. Jakara: Balai
2008; 8(36). doi:10.1186/1471-2318-8-36. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indone-
10. Pasquier F, Boulogne A, Leys D, Fontaine P. Diabe- sia; 2001.
tes mellitus and dementia. Diabetes Metab. 2006 27. Indiyarti R. Diagnosis dan pengobatan terkini
Nov;32(5 Pt 1): 403-14. demensia vaskular. 2004; 23(1): 28-33.
11. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal 28. Alagiakrishnan K. Vascular Dementia. 2011. Avail-
Departemen Kesehatan. Tahun 2030 Prevalensi Dia- able from: http://emedicine.medscape.com/article/
betes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta 292105-overview#showall [Cited: July 5, 2011].
Orang. Available from: http://www.depkes.go.id/
29. Querfurth HW, Laferla FM. Alzheimer's disease. The
index.php/berita/press-release/414-tahun-2030-
England Journal of Medicine. 2010; 362: 329-44.
p r evale n s i-d ia b et es -m e litu s -d i-in d o n e sia-
mencapai-213-juta-orang.html [cited: April 1, 2011]. 30. Juan D, Zhou DH, Li J. A 2-year follow up study of
12. Wild S, Roglic G, Green A. Global prevalence of dia- cigarette smoking and risk of dementia. European
betes. Estimates for the year 2000 and projections Journal of Neurology.2004; 11(4): 277-82. doi:
for 2030. WHO Diabetes Care. 2004; 27(5) 1047-53. 10.1046/j.1468-1331.2003.00779.x.

Vol. 10, No.3, Oktober 2011 131


DAMIANUS Journal of Medicine

31. Ruitenberg A, Van Swieten JC, Witteman JC. Alcohol 35. Xu W, Qiu C, Gatz M. Mid and late-life diabetes in
consumption and risk of dementia: the Rotterdam relation to the risk of dementia. Diabetes. 2009 Jan.;
Study. The Lancet. 2002; 359(9303): 281-286. 58(1): 71-7.

32. Huang TL, Zandi PP, Tucker KL. Benefits of fatty fish 36. MacKnight C, Rockwood K, Awalt E, McDowell I. Dia-
on dementia risk are stronger for those without APOE betes mellitus and the risk of dementia,alzheimer's
epsilon 4. Neurology. 2005;65(9): 1409-14. disease and vascular cognitive impairment in the
Canadian study of health and aging. Dement Geriatr
33. Malouf R, Evans JG, Sastre AA. Folic acid with or with-
Disord. 2002;14(2):77-83.
out vitamin B12 for cognition and dementia. New
Jersey: Wiley Online; 2008.

34. Pasquier F, Boulogne A, Leys D, Fontaine P. Diabe-


tes mellitus and dementia. 2006 Nov.;32(5 Pt 1): 403-
14.

132 Vol. 10, No.3, Oktober 2011

You might also like