Professional Documents
Culture Documents
Hubungan Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Prevalensi Demensia Pada Lansia Di Kabupaten Tangerang, Banten
Hubungan Diabetes Melitus Tipe 2 Terhadap Prevalensi Demensia Pada Lansia Di Kabupaten Tangerang, Banten
Damianus diabetes
Journal melitus tipe 2 terhadap prevalensi demensia pada lansia di Kabupaten Tangerang, Ba nten
of Medicine;
Vol.10 No.3 Oktober 2011: hlm. 125–132.
ARTIKEL PENELITIAN
ABSTRACT
Introduction: In the world, especially in Indonesia dementia is a degenerative
*
Departemen Farmakologi - disease which is commonly found especially in elderly community. Dementia
Farmasi, Fakultas Kedokteran has many risk factors, which one of them is type 2 diabetes mellitus (DM 2).
Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No. There are a lot of literature that suggested a link between DM 2 and dementia.
2, Jakarta Utara 14440. The aim of this study is to look related between DM 2 with dementia patients in
** elderly people.
Peserta Program Studi Sarjana
Kedokteran, Fakultas Kedokteran Methods: The study design used is unpaired categorical analytic with cross
Unika Atma Jaya, Jl. Pluit Raya No. sectional study. Target population was all the elderly in the district of Tangerang,
2, Jakarta Utara 14440. Banten. Samples taken by random sampling. Inclusion criteria were everyone
over 60 years and willing to be interviewed. Exclusion criteria were refusal to
participate, can not communicate, severe pain, mild alcohol consumed (2-
3shots). Collecting data using 2 questionnaires. Questionnaire I is containing
about history by asking the typical symptoms of DM 2. Questionnaire II con-
ducted interviewed after the patient was diagnosed DM 2 with blood glucose test.
Results: Total of 95 respondents, there were 54 (56.84%) who suffer from de-
mentia with 15 of them also suffer from DM 2 and 39 did not suffer from dementia
but DM 2. In addition 41 (43.16%) of respondents were not dementia, including
6 respondents suffer from DM 2 and 35 respondents did not suffer from DM
2.Result obtained by Pearson Chi Square p value = 0,143 (>0.05).
Conclusions: This study no significant relation between DM 2 with prevalence of
dementia in the elderly.
Key words: type 2 diabetes mellitus, dementia, elderly
ABSTRAK
Latar belakang: Di dunia khususnya di Indonesia, demensia adalah penyakit
degeneratif yang banyak ditemukan terutama pada masyarakat lanjut usia.
Demensia memiliki banyak faktor risiko, salah satunya adalah diabetes melli-
tus tipe 2 (DM 2). Ada banyak literatur yang menyatakan adanya hubungan
antara DM 2 dan demensia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat
keterkaitan antara DM 2 dengan pasien demensia pada orang lanjut usia.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah analitik kategorik
berpasangan dengan studi cross sectional. Target populasi adalah semua or-
ang lanjut usia di Kabupaten Tangerang, Banten. Sampel diambil secara ran-
dom sampling. Kriteria inklusi adalah semua orang lebih dari 60 tahun dan
bersedia untuk diwawancarai. Kriteria eksklusi adalah menolak untuk
berpartisipasi, tidak bisa berkomunikasi, sakit parah, mengkonsumsi alkohol
ringan (2-3sloki). Pengumpulan data menggunakan 2 kuesioner. Kuesioner I
berisi tentang riwayat penyakit dengan menanyakan gejala khas DM 2.
Kuesioner II dilakukan diwawancarai setelah pasien didiagnosis DM 2 dengan
menggunakan tes strip glukosa darah.
Hasil: Total 95 responden, terdapat 54 (56.84%) yang menderita demensia
dengan 15 dari mereka juga menderita DM 2 dan 39 tidak menderita demensia,
tetapi 2 menderita DM 2. Selain itu 41 (43,16%) dari responden tidak demensia,
termasuk 6 responden menderita DM 2 dan 35 responden tidak menderita DM
2. Hasil statistik diperoleh bahwa nilai Pearson Chi Square dengan p = 0,143 (>
0,05).
Kesimpulan: Pada penelitian ini tidak ada hubungan yang bermakna antara
DM 2 dengan prevalensi demensia padaorang lanjut usia.
Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, demensia, lanjut usia
Penyakit demensia merupakan salah satu penyakit Desain penelitian yang dipakai adalah penelitian ana-
yang memiliki berbagai faktor risiko. Faktor risiko yang litik kategorik tidak berpasangan dengan jenis penelitian
paling berpengaruh ialah umur yang tua. Selain itu me- cross sectional. Populasi target adalah semua lansia
nurut penelitian, Diabetes Melitus (DM) juga merupakan di Kabupaten Tangerang, Banten. Dan sampel diambil
faktor risiko yang berpengaruh terhadap terjadinya secara random sampling. Kriteria inklusi yaitu semua
demensia.3,6,8 Pada penelitian kohort yang dilaksanakan orang berumur di atas 60 tahun dan bersedia untuk di-
pada orang Amerika-Jepang, didapatkan DM2 dapat wawancara. Sedangkan kriteria eksklusi adalah meno-
meningkatkan risiko terjadinya penyakit Alzheimer se- lak untuk berpartisipasi, tidak dapat berkomunikasi,
banyak 1,8 kali dan demensia vaskular sebanyak 2,3 sakit berat seperti stroke, koma, dan lain-lain, dan
kali. Hal ini terjadi akibat adanya resistensi insulin serta mengkonsumsi alkohol ringan (2-3 sloki). Variabel be-
insulinemia pada penderita DM 2.9,10 bas pada penelitian ini adalah DM 2 sedangkan variabel
terikat pada penelitian ini adalah demensia.
Pengumpulan data dengan menggunakan dua kuesio- menggunakan kuesioner 1 untuk mengetahui riwayat
ner. Kuesioner 1 merupakan kuesioner yang berisi DM 2. Responden yang mempunyai riwayat DM 2 akan
perta-nyaan mengenai riwayat DM 2 yang diderita dilakukan pengecekan GDS serta diwawancarai meng-
responden serta gejala-gejala khas DM 2 yang mungkin gunakan kuesioner 2 untuk mengecek apakah DM 2
diderita oleh responden. Kuesioner 1 digunakan dengan pada responden terkontrol atau tidak. Responden yang
me-wawancarai responden untuk mengetahui apakah mengalami demensia namun tidak mempunyai riwayat
res-ponden memiliki riwayat DM 2 atau memperkirakan DM 2 akan diwawancarai dengan kuesioner 2. Pasien
apakah responden yang tidak memiliki riwayat DM 2 yang tidak menderita demensia dan tidak mempunyai
menderita DM 2 dengan menanyakan gejala-gejala riwayat DM 2 tidak akan diberi tindakan lanjutan.
khas DM2 pada responden. Dan kuesioner 2 juga akan
Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan
dilakukan dengan mewawancarai responden yang
menggunakan program SPSS 15.0, Pengolahan data
digunakan setelah pasien didiagnosis menderita DM 2
direncanakan menggunakan metode nonparametrik
dari tes glukosa darah sewaktu. Tujuannya adalah untuk
yaitu Chi Kuadrat Indepedensi Test.
mengetahui apakah responden melakukan pengobatan
Gambar 1. Alur pengumpulan data.
DM 2 secara teratur atau tidak serta mengetahui apa-
kah responden mempunyai faktor-faktor yang dapat Lansia
mempengaruhi penyakit demensia. (umur di atas 60 tahun)
Dari 15 responden yang menderita DM 2 dan demen- Pada Panti Werdha Bina Bhakti pemeriksaan GDS
sia, 10 diantara 15 responden (66.6%) menderita DM dilakukan oleh pihak panti secara teratur setiap hari
2 dengan GDS yang terkontrol dan terdapat 5 res- rabu. Pada laporan pengukuran yang terakhir didapat
ponden (33,3%) dengan DM 2 dan GDS yang tidak hasil bahwa GDS seluruh penderita DM 2 pada panti
terkontrol seperti yang terlihat pada tabel 2. tersebut berada dalam batas normal dan masing-
masing penderita DM 2 mendapat obat untuk DM 2
Dari hasil yang kami dapat dari 95 responden, terdapat
yang mereka derita seperti insulin dan metformin.
54 responden yang menderita demensia dengan 15
Sedangkan pada Panti Werdha Melania dan Panti
diantaranya juga menderita DM 2 dan 39 responden
Werdha Kasih Ayah Bunda pengecekan GDS tidak di-
demensia namun tidak menderita DM 2. Selain itu
lakukan secara teratur setiap minggu sehingga maha-
41(43,16%) responden adalah yang tidak demensia,
siswa peneliti perlu mengadakan pengecekan GDS
6 responden diantaranya menderita DM 2 dan 35 res-
pada responden panti tersebut. Pengobatan yang
ponden tidak menderita DM 2 seperti yang terlihat pa-
dilakukan pada Panti Werdha Kasih Ayah Bunda hanya
da tabel 3.
menggunakan satu macam obat yaitu metformin
Pada tabel 4 dapat dilihat kejadian demensia banyak sedangkan pada Panti Werdha Melania pengobatan
terdapat pada responden yang tidak memiliki faktor dilakukan dengan memberikan obat seperti metformin,
risiko seperti rokok, alkohol, dan vitamin B dengan to- sulfonylrea, dan suntik insulin.
tal 21 orang (38,8%). Dari tabel juga terlihat 14 pasien
Pada penelitian ini didapatkan distribusi yang tidak nor-
(25,9%) yang mengkonsumsi vitamin B secara teratur
mal sehingga akan digunakan metode statistik non-
tetap terkena demensia. Selain itu faktor lain seperti
parametrik yaitu Pearson Chi Square. Pada pengukur-
rokok dan alkohol tidak terlalu banyak dimiliki oleh
an menggukan SPSS dengan metode Pearson Chi
responden.
Square. Pada pembacaan tabel, nilai statistik Pearson
Chi Square dengan Asymp. Sig. (2-sided) = 0,126
DISKUSI
(>0,05) yang mengindikasikan penerimaan terhadap
Kami memilih 3 panti di atas dengan asumsi ketiga H0. Hipotesis nol pada penelitian ini adalah tidak ada-
panti tersebut memiliki karakteristik yang mirip yaitu nya hubungan/korelasi antara DM 2 dengan demensia.
dihuni oleh lansia kalangan menengah ke bawah de-
Secara teori seharusnya DM 2 mempengaruhi kejadian
ngan tingkat aktivitas dan makanan utama sehari-hari
demensia (terutama demensia vaskular) dengan jumlah
yang dikonsumsi tidak jauh berbeda. Makanan utama
penderita demensia yang menderita DM 2 tidak terkon-
pada ketiga panti tersebut ialah tahu dan tempe, de-
trol lebih banyak dari pada penderita demensia dengan
ngan konsumsi protein hewani yang cukup jarang.
DM 2 yang terkontrol seperti yang terlihat dari penelitian
Ketiga panti tersebut juga diharapkan dapat menggam-
yang dilakukan oleh Weili Xu dan juga Chris MacKnight.
barkan dan mewakili seluruh lansia yang terdapat di
Tetapi secara statistik kami mendapatkan bahwa DM
Tangerang, Banten karena letak ketiga panti tersebut
2 tidak mempunyai hubungan dalam meningkatkan pe-
tidak berdekatan dan memiliki karakteristik yang tidak
nyakit demensia pada lansia. Hasil yang berbeda pada
jauh berbeda dengan para lansia yang terdapat di
penelitian ini mungkin karena dipengaruhi oleh berbagai
wilayah Tangerang, Banten.
faktor seperti cukup teraturnya dalam melakukan pe-
Dalam proses pengambilan data untuk penyakit de- meriksaan GDS, pengobatan secara teratur serta pene-
mensia, kami melakukan tes MMSE pada sejumlah litian yang dilakukan pada panti sosial yang memiliki
responden pada ketiga panti tersebut. Setelah didapat- tingkat kesadaran akan penyakit DM 2 yang cukup
kan hasil demensia maka dilanjutkan dengan pertanya- tinggi, maka hasil yang kami dapat dalam penelitian
an menggunakan kuesioner untuk mengetahui bebe- yang dilaksanakan pada ketiga panti tersebut tidak se-
rapa berpengaruh lain yang dapat menyebabkan suai dengan teori. Hal ini juga berkebalikan seperti hasil
demensia seperti rokok, alkohol, dan vitamin B. Meski- penelitian yang dilaksanakan oleh Weili Xu. et al yang
pun penyakit demensia mempunyai beragam faktor mendapatkan OR 1,63, yang artinya penderita DM 2
risiko, tetapi pada penelitian ini faktor-faktor risiko terse- berisiko 1,63 kali lebih besar mengalami demensia.
but akan kami abaikan dan pencarian data faktor yang Penelitian yang dilaksanakan Weili Xu dilakukan de-
berpengaruh seperti di atas hanya untuk digunakan ngan metode case control dengan 13.693 responden.
sebagai data tambahan sekaligus pelengkap yang da- Hasil yang didapatkan ialah DM 2 meningkatkan risiko
pat digunakan untuk membandingkan faktor berpe- demensia terutama demensia vaskular. 35 Pada
ngaruh yang paling banyak didapat pada responden.
Tabel 2. Persentase diabetes melitus tipe 2 terkontrol dan tidak terkontrol terhadap jenis
kelamin
DM Tidak DM Total
Tabel 4. Faktor yang berpengaruh berupa rokok, alkohol, dan vitamin B terhadap penyakit demensia
Demensia
Faktor berpengaruh Laki-laki Perempuan Total Persentase
penelitian Weili Xu didapatkan jumlah responden yang utama seperti umur yang tua (responden penelitian ini
sangat banyak dengan sebagian besar responden yang yang berumur 60 tahun ke atas), kurangnya nutrisi pada
terkena demensia memiliki riwayat stroke dan serangan asupan makanan sehari-hari (kurang protein hewani),
jantung. Sedangkan pada penelitian ini kami mengambil kurangnya aktivitas fisik pada responden yang sebagian
95 responden dengan sedikitnya jumlah responden besar tidak melakukan olah raga, membaca, ataupun
yang memiliki riwayat penyakit serebro-vaskular. kegiatan-kegiatan yang mengasah otak, mempunyai
riwayat stroke, banyak responden yang mengalami
Pada sebuah jurnal meta analisis yang dibuat oleh F
stres karena efek psikologis yang merasa terbebani
Pasquier. et al terdapat beberapa penelitian mengenai
untuk tinggal di panti, dan kurangnya pendidikan dengan
DM 2 dengan demensia. Hasilnya terdapat sebuah pe-
rata-rata responden memiliki tingkat pendidikan yang
nelitian yang mengatakan DM 2 hanya memberikan
rendah mungkin lebih berpengaruh terhadap angka
sedikit pengaruh terhadap angka kejadian demensia
kejadian demensia pada ketiga panti tersebut.
pada lansia. Dalam jurnal meta analisis tersebut juga
terdapat beberapa penelitian lain mengatakan DM 2 Pada beberapa penelitian dikatakan DM 2 banyak di-
merupakan faktor yang cukup berpengaruh terhadap dapatkan dan lebih berpengaruh terhadap angka ke-
demensia. Pada jurnal tersebut penelitian-penelitian jadian demensia vaskular. Pada penelitian ini tidak ba-
yang dilakukan dilaksanakan di luar negeri dan men- nyak responden yang sebelumnya pernah menderita
dapatkan kesimpulan berupa adanya pengaruh DM 2 penyakit vaskular seperti stroke dan penyakit jantung
terhadap peningkatan risiko penyakit demensia pada yang mungkin juga dapat mempengaruhi hasil
lansia terutama demensia vaskular. penelitian ini. Selain itu sebagian besar responden yang
memiliki riwayat stroke dan penyakit vaskular tidak
Pada sebuah penelitian yang dilaksanakan oleh Chris
dapat melakukan komunikasi sehingga termasuk
MacKnight yang dilakukan dengan metode kohort
dalam kriteria eksklusi.
prospektif selama 5 tahun, didapatkan hasil bahwa DM
2 meningkatkan angka kejadian penyakit demensia Pada tabel 5.4 dapat terlihat beberapa faktor yang ber-
terutama demensia vaskular.36 Metode prospektif se- pengaruh seperti alkohol dan rokok yang dapat
perti ini memang tampaknya dapat memberikan gam- meningkatkan risiko terkena demensia serta vitamin
baran yang lebih baik dari pada metode retrospektif B yang bersifat mengurangi risiko terkena demensia.
yang hanya melihat riwayat responden sebelumnya Dari hasil penelitian, Vitamin B yang diberikan setiap
seperti yang kami pakai pada penelitian ini. hari kepada anggota panti dapat menurunkan angka
kejadian demensia pada panti tersebut. Untuk faktor
Dari hasil penelitian yang kami lakukan, didapatkan
rokok dan alkohol, umumnya jarang didapatkan pada
DM 2 bukan merupakan suatu faktor risiko bagi de-
responden pada penelitian ini sehingga pengaruhnya
mensia yang cukup berpengaruh. Hal ini terlihat dari
terhadap demensia tidak terlihat.
data yang menunjukan hanya 15 responden dari total
54 responden (hanya berkisar 27,7%) yang menderita Penelitian ini mempunyai kelemahan, banyaknya faktor
demensia dan memiliki faktor risiko berupa DM 2. Hasil luar yang dapat menyebabkan demensia sehingga se-
penelitian ini berbeda dari hasil beberapa penelitian- bagian besar kejadian demensia bukan dipengaruhi oleh
penelitian lain seperti yang di atas. Hal ini mungkin di- DM 2 melainkan akibat dari faktor-faktor luar tersebut.
karenakan perbedaan cara pengambilan sampel melihat Selain itu penelitian ini juga hanya melihat sekelompok
beberapa penelitian menggunakan metode prospektif lansia yang tinggal pada panti-panti yang melakukan
dengan melakukan pengamatan selama beberapa pengecekan untuk penyakit DM 2 dengan cukup rutin
tahun ke depan. Selain itu hampir seluruh penelitian dan mempunyai tingkat kesadaran yang cukup tinggi
lain mengambil populasi berskala besar dengan jumlah dalam menjaga kesehatan para responden. Kelemahan
sampel yang jauh lebih besar dan merata sehingga yang lain ialah kami tidak melakukan pengecekan GDS
memungkinkan angka DM 2 yang tidak terkontrol cukup pada seluruh responden karena kami menggunakan
banyak. Lalu mungkin terdapat perbedaan genetik dan hasil pengecekan GDS yang dilaksanakan secara ru-
gaya hidup pada responden penelitian lain yang dilaksa- tin oleh pihak panti. Jumlah sampel yang diambil pada
nakan di negara lain. Hal ini mungkin berpengaruh terha- penelitian ini juga tidak cukup besar dan tidak cukup
dap hasil penelitian. Dalam penelitian ini, tidak banyak variatif untuk mendapatkan gambaran yang lebih
kejadian demensia yang disertai faktor risiko DM 2 dan menyeluruh karena dilakukan pada panti menengah
mungkin terdapat faktor luar lainnya yang lebih ber- ke bawah yang memiliki kontrol penyakit DM 2 yang
pengaruh terhadap kejadian demensia. Faktor risiko cukup baik.
8. Umegaki H. Pathophysiology of cognitive dysfunc- 24. Sudoyo AW. Buku ajar ilmu penyakit dalam, 4th ed,
tion in older people with type 2 diabetes: vascular Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
changes or neurodegeneration?". Age and Ageing. Kedokteran Universitas Indonesia; 2006.
2009; 39: 8-10. 25. Looi JC, Sachdev PS. Differentiation of vascular de-
9. Peters R, Poulter R, Warner J, Beckett N, Burch L, mentia from AD on neuropsychological tests. Neu-
Bulpitt C. Smoking, dementia and cognitive decline rology. 1999;53(4): 670-8.
in the elderly, a systematic review. BMC Geriatrics. 26. Lumbantobing SM. Neurogeriatri. Jakara: Balai
2008; 8(36). doi:10.1186/1471-2318-8-36. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indone-
10. Pasquier F, Boulogne A, Leys D, Fontaine P. Diabe- sia; 2001.
tes mellitus and dementia. Diabetes Metab. 2006 27. Indiyarti R. Diagnosis dan pengobatan terkini
Nov;32(5 Pt 1): 403-14. demensia vaskular. 2004; 23(1): 28-33.
11. Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal 28. Alagiakrishnan K. Vascular Dementia. 2011. Avail-
Departemen Kesehatan. Tahun 2030 Prevalensi Dia- able from: http://emedicine.medscape.com/article/
betes Melitus Di Indonesia Mencapai 21,3 Juta 292105-overview#showall [Cited: July 5, 2011].
Orang. Available from: http://www.depkes.go.id/
29. Querfurth HW, Laferla FM. Alzheimer's disease. The
index.php/berita/press-release/414-tahun-2030-
England Journal of Medicine. 2010; 362: 329-44.
p r evale n s i-d ia b et es -m e litu s -d i-in d o n e sia-
mencapai-213-juta-orang.html [cited: April 1, 2011]. 30. Juan D, Zhou DH, Li J. A 2-year follow up study of
12. Wild S, Roglic G, Green A. Global prevalence of dia- cigarette smoking and risk of dementia. European
betes. Estimates for the year 2000 and projections Journal of Neurology.2004; 11(4): 277-82. doi:
for 2030. WHO Diabetes Care. 2004; 27(5) 1047-53. 10.1046/j.1468-1331.2003.00779.x.
31. Ruitenberg A, Van Swieten JC, Witteman JC. Alcohol 35. Xu W, Qiu C, Gatz M. Mid and late-life diabetes in
consumption and risk of dementia: the Rotterdam relation to the risk of dementia. Diabetes. 2009 Jan.;
Study. The Lancet. 2002; 359(9303): 281-286. 58(1): 71-7.
32. Huang TL, Zandi PP, Tucker KL. Benefits of fatty fish 36. MacKnight C, Rockwood K, Awalt E, McDowell I. Dia-
on dementia risk are stronger for those without APOE betes mellitus and the risk of dementia,alzheimer's
epsilon 4. Neurology. 2005;65(9): 1409-14. disease and vascular cognitive impairment in the
Canadian study of health and aging. Dement Geriatr
33. Malouf R, Evans JG, Sastre AA. Folic acid with or with-
Disord. 2002;14(2):77-83.
out vitamin B12 for cognition and dementia. New
Jersey: Wiley Online; 2008.