Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Starfish is a marine biota that have potency for used in human health. Protoreaster nodosus is species
of starfish that commonly found in water of southeast Sulawesi and not widely used by local community. The
aim of this study is to find out bioactive compound and to examine the antibacterial and antifungal bioactivity
ethanol exract of Protoreaster nodosus. Thin Layer Chromatography (TLC) is used in bioactive compound
assay and disk diffussion method is used to examine antibacterial and antifungal activity. Ethanol extract of
Protoreaster nodosus is diluted into 2000 ppm, 4000 ppm, 8000 ppm, 16.000ppm and 32.000 ppm. As the result
result of this study, ethanol extract of Protoreaster nodosus are positively containing alkaloid, steroid, saponin,
flavonoid and tannin. The diameter of clear zone of disk containing extract in nutrient agar with Streptococcus
sp are 4,4 mm, 5,4 mm, 6,7 mm, 9,4 mm dan 11,4 mm, consecutively. The diameter of clear zone of disk
containing extract in potato dextrose agar with Candida albicans are 6,6 mm, 9,15 mm, 11,5 mm, 13,95 mm and
20,7 mm, consecutively. In the conclusion, ethanol extract of Protoreaster nodosus from Southeast Sulawesi
containing alkaloid, steroid, saponin, flavonoid and tannin. The Antibacterial activity is strong in concentration
of 32.000 ppm and the antifungal activity is strong in 32.000 ppm, 16.000 ppm, 8.000 ppm, 4000 ppm
concentration.
Keywords: Protoreaster nodosus, antibacterial activity, antifungal activity Streptococcus sp, Candida
albicans, secondary metabolite
PENDAHULUAN
Salah satu hasil perairan yang alkaloida, triterpenoida, saponin dan
merupakan kekayaan alam laut Indonesia flavonoida (Agustina, 2012 dan Juariah
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan 2014). Bintang laut bertanduk
obat adalah bintang laut. Beberapa (Protoreaster nodosus) merupakan spesies
penelitian tentang senyawa bioaktif dari yang memiliki kelimpahan tertinggi di
bintang laut masih terbatas pada penemuan perairan Sulawesi Tenggara. Penelitian
senyawa yang belum diketahui tentang aktivitas Protoreaster nodosus
aktivitasnya. Bintang laut merupakan salah terhadap bakteri dan fungi belum pernah
satu spesies dari kelas Asteroidaea dan dilakukan, hal inilah yang mendasari
merupakan kelompok dari Echinodermata. perlunya dilakukan penelitian tentang
Beberapa bioaktif antiviral, antitumor, aktivitas antibakteri dan antifungal spesies
antimikroba, atau senyawa sitotoksik telah Protoreaster nodosus terhadap bakteri
berhasil diekstrak dari berbagai jenis Streptococcus sp dan Candida albicans.
bintang laut. Senyawa bioaktif bintang laut
sangat menarik untuk diteliti terutama METODE PENELITIAN
berkaitan dengan sifat karakteristik kimia a. Pengambilan dan Persiapan Sampel
maupun biokimianya serta Secara umum, bagian bintang laut
pemanfaatannya untuk bidang pangan dan bertanduk (Protoreaster nodosus) adalah
kesehatan (Chludil et al.,2000; Kumaran et tubuh dari bintang laut (Protoreaster
al., 2011 dan Juariah, 2014). nodosus). Bintang laut bertanduk
Ekstrak bintang laut memiliki (Protoreaster nodosus) dikumpulkan dan
komponen senyawa bioaktif berupa dipilih sampel yang memiliki ukuran sama
192
Medula Vol. 3 No. 1 Oktober 2015 E-ISSN 2443-0218
besar lalu dibersihkan, dipotong-potong laut. Uji senyawa kimia yang dilakukan
kecil, diangin-anginkan selama 7 hari, terdiri dari uji alkaloida,
dan dihaluskan menggunakan palu lalu steroida/triterpenoida, flavonoida, dan
dihancurkan menggunakan mesin saponin
pencacah elektrik hingga menjadi serbuk Menurut Juariah (2014), uji komponen
bintang laut bertanduk (Protoreaster senyawa kimia dilakukan terhadap ekstrak
nodosus) sebagai sampel. Serbuk bintang bintang laut Protoreaster nodosus dengan
laut bertanduk (Protoreaster nodosus) ini cara sebanyak 5 gram sampel ekstrak
ditimbang dan siap untuk diteliti lebih bintang laut ditambahkan masing-masing 5
lanjut di laboratorium (Nurullita, 2012). ml air suling dan kloroform lalu dikocok
kuat dan dibiarkan selama 8 menit sampai
a. Ekstraksi terbentuk dua lapisan. Lapisan air ekstrak
Proses ekstraksi bintang laut bertanduk bintang laut digunakan untuk uji senyawa
(Protoreaster nodosus) dilakukan dengan flavonoida, dan saponin. Lapisan
cara maserasi. Maserasi merupakan cara kloroform ekstrak bintang laut digunakan
penyaringan sederhana yang dilakukan untuk uji senyawa terpenoida, dan
dengan cara merendam serbuk sampel steroida, sedangkan untuk uji alkaloida
dalam pelarut selama beberapa hari pada memiliki prosedur tersendiri.
temperatur kamar dan terlindung dari
cahaya secara langsung (Nuralima, 2011). 1. Pemeriksaan kandungan kimia
Sampel bintang laut bertanduk alkaloid
(Protoreaster nodosus) ditimbang Pengujian adanya senyawa alkaloida,
kemudian dimaserasi dengan etanol selama digunakan metode Culvenor-Fizgerald. 2
3 x 24 jam. Maserat dipisahkan dari ampas mg ekstrak ditambahkan 10 ml larutan
dengan penyaringan menggunakan corong kloroform beramoniak 0,05 M, diaduk
dan kertas saring, kemudian diuapkan kemudian disaring dan dimasukkan ke
dengan menggunakan Rotary vacum dalam tabung reaksi. Ke dalam tabung
evaporator sehingga diperoleh ekstrak reaksi tersebut ditambahkan 1 ml asam
kental (Haryati, 2011). sulfat 2 N, dikocok selama 2 menit dan
dibiarkan hingga terbentuk dua lapisan dan
b. Pengenceran ekstrak dalam berbagai terjadi pemisahan. Lapisan asam (bagian
konsentrasi atas) diambil dan ditambahkan 1-2 tetes
Pengenceran ekstrak bintang laut pereaksi Mayer terbentuknya endapan
bertanduk (Protoreaster nodosus) putih dengan pereaksi Mayer menunjukkan
dilakukan dengan mengencerkan ekstrak hasil yang positif untuk alkaloida.
menjadi 2.000 ppm, 4.000 ppm, 8.000
ppm, 16.000 ppm, dan 32.000 ppm dalam 2. Pemeriksaan kandungan kimia
10 ml larutan DMSO 10%. steroid
Lapisan kloroform ekstrak bintang
c. Uji Senyawa Bioaktif laut disaring melalui pipet yang
Uji komponen senyawa kimia diujungnya diberi kapas. Hasil saringan di
dilakukan menurut (Harborne, 1987) yakni pipet beberapa tetes lalu ditambahkan
untuk menentukan komponen bioaktif pereaksi Liebermann-Burchard (10 tetes
yang terdapat pada ekstrak kasar bintang asam asetat anhidrat dan 3 tetes asam
193
Medula Vol. 3 No. 1 Oktober 2015 E-ISSN 2443-0218
sulfat pekat). Terbentuknya warna hijau- Hydrolysate of casein 17,5 gr, Starch 1,5
biru positif adanya steroida. gr, Agar-agar 17 gr, Aquadest 1 L) dengan
volume 15-20 ml setiap cawan petri
3. Pemeriksaan kandungan kimia (CLSI, 2012).
saponin
Lapisan air ekstrak bintang laut 3. Pembuatan suspensi Bakteri
dimasukkan kedalam tabung reaksi lalu Bakteri yang akan diuji disuspensikan
dikoocok. Apabila terbentuk busa yang dengan cara menumbuhkan mikroba dalam
bertahan selama 5 menit, menandakan cairan NaCl fisiologis 0,9%. Kekeruhan
positif adanya saponin. bakteri diukur hingga sesuai dengan
standar Mc Farland 0,5 menggunakan
4. Pemeriksaan kandungan kimia spektonik 20D pada 625 nm (Rahma,
flavonoid 2010).
Beberapa tetes lapisan air ekstrak
bintang laut dimasukkan pada tabung 4. Pengujian Daya Hambat Ekstrak
reaksi lalu tambahkan 1-2 butir logam Etanol Bintang Laut Bertanduk
magnesium dan beberapa tetes asam (Protoreaster nodosus)
klorida pekat. Terbentuknya warna jingga, Aktivitas antibakteri diuji dengan
merah muda sampai merah menandakan metode difusi agar menggunakan kertas
adanya senyawa flavonoida. cakram. Metode difusi agar dilakukan
dengan cara mencampur satu mililiter
5. Pemeriksaan kandungan senyawa suspensi Streptococcus sp. yang telah
tanin dibuat, lalu diinokulasikan pada medium
2 gram serbuk sampel ditambah 100 ml air Mueller Hinton Agar dengan cara
panas, dididihkan selama 15 menit menggoreskan bakteri tersebut
kemudian disaring kedalam masing- menggunakan swab steril secara merata
masing 5 ml FeCl3 1% dan larutan gelatin. pada permukaan MHA. Metode ini
Hasil positif menunjukkan terbentuknya dilakukan dengan cara meneteskan
endapan putih. masing-masing ekstrak etanol Protoreaster
nodosus ke dalam kertas cakram yang
d. Uji Daya Hambat Antibakteri berdiameter 6 mm (Juariah, 2014). Tiap
1. Sterilisasi Alat cawan petri berisi 2-3 lembar kertas
Cawan petri, erlenmeyer, gelas kimia, cakram diatur jarak penempatannya yang
gelas ukur, tabung reaksi, penjepit, spatula, masing masing di dalamnya terdapat
oce, tip mikro, dan kertas cakram ekstrak bintang laut, streptomycin sebagai
berdiameter 6 mm yang telah dimasukkan kontrol positif dan DMSO sebagai kontrol
dalam cawan petri disterilisasi di dalam negatif. Selanjutnya ditempatkan pada
autoklaf dan disterilkan selama 15 menit permukaan media tepat di atas koloni
pada suhu 121ºC dan tekanan 1 atm Streptococcus sp. Kemudian dibiarkan
(Rahma, 2010). selama 30 menit pada suhu kamar sebelum
dimasukkan ke inkubator 370C selama 1 x
2. Pembuatan Media Mueller Hinton 24 jam. Zat uji atau ekstrak bintang laut
Agar (MHA) bertanduk (Protoreaster nodosus) dibuat
MHA terdiri dari Beef extract 2 gr, Acid dengan beberapa konsentrasi yaitu 2.000
194
Medula Vol. 3 No. 1 Oktober 2015 E-ISSN 2443-0218
ppm, 4.000 ppm, 8.000 ppm, 16.000 ppm, 3. Pembuatan suspensi jamur
dan 32.000 ppm. Selanjutnya diamati dan Jamur yang akan diuji disuspensikan
diukur diameter zona hambat yang dengan cara menumbuhkan mikroba dalam
terbentuk di sekitar kertas cakram yang media cair yang mengandung pepton 5
didasarkan pada pengukuran diameter gram, yeast ekstrak 3 gram, dextrose 3
daerah hambat (DDH) pertumbuhan gram, malt ekstrak 3 gram dilarutkan
bakteri yang terbentuk di sekeliling kertas dalam 1 gelas Erlenmeyer 1000 ml
cakram. Zona hambat tersebut menggunakan aquades. Kekeruhan jamur
menandakan bahwa Streptococcus sp. dinilai setelah dishacker selama ±18 jam
telah dihambat pertumbuhannya oleh pada suhu 28 oC (Rahmah, 2010).
senyawa antibakteri dari ekstrak bintang
laut bertanduk (Protoreaster nodosus) 6. Pengujian Daya Hambat Ekstrak
(Chamundeeswari et al, 2012). Etanol Bintang Laut Bertanduk
(Protoreaster nodosus)
5. Uji Daya Hambat Antijamur 1. Sebanyak 15 ml Potato Dextrose Agar
1. Sterilisasi alat dan bahan (PDA) dituang dalam cawan petri
Cawan petri, erlenmeyer, gelas kimia, steril.Biakan jamurpatogen yang
gelas ukur, tabung reaksi, penjepit, spatula, berumur 72 jam pada suspensi diambil
Potato Dextrose Agar (PDA), dan kertas sebanyak 4,5 μl dan dituang ke dalam
cakram berdiameter 6 mm yang telah tabung ependorff lalu dihomogenkan
dimasukkan dalam botol vial disterilisasi kemudian di masukkan ke dalam
di dalam autoklaf dan disterilkan selama cawan petri steril lalu dihomogenkan
15 menit pada suhu 1210C dan tekanan 1 dengan media agar.
atm (Rahmah, 2010). 2. Setelah media padat, kertas cakram
diletakkan di atas cawan petri steril
2. Pembuatan dan sterilisasi media lalu diteteskan ekstrak sebanyak 20 μl
Media untuk pertumbuhan jamur pada kertas cakram sesuai dengan
digunakan Potato Dextrose Agar (PDA). masing-masing konsentrasi kemudian
Media PDA sebanyak 39 gram, dilarutkan diletakkan ke dalam media agar dan
dalam 1.000 ml aquades dalam gelas dibiarkan beberapa saat.
erlenmeyer kemudian disterilkan dalam 3. Selain ekstrak, juga digunakan
autoklaf pada suhu 121 oC selama 15 antijamur ketokonazol sebagai kontrol
menit (Rahmah, 2010). positif. Ketokonazol dibuat dengan
Jamur yang akan diuji disuspensikan cara menggerus menggunakan
dengan cara menumbuhkan mikroba dalam lumpang dan alu, kemudian ditimbang
media cair yang mengandung pepton 5 200 mg diencerkan dengan aquades
gram, yeast ekstrak 3 gram, dextrose 3 dalam 10 ml. Kertas cakram diteteskan
gram, malt ekstrak 3 gram dilarutkan sebanyak 20 μl ketokonazol yang telah
dalam 1 gelas Erlenmeyer 1000 ml diencerkan kemudian diletakkan ke
menggunakan aquades. Kekeruhan jamur dalam medium agar yang mengandung
dinilai setelah dishacker selama ±18 jam jamur uji.
pada suhu 28 oC (Rahmah, 2010). 4. Kontrol negatif yaitu DMSO juga
diteteskan sebanyak 20 μl pada kertas
195
Medula Vol. 3 No. 1 Oktober 2015 E-ISSN 2443-0218
196
Medula Vol. 3 No. 1 Oktober 2015 E-ISSN 2443-0218
197
Medula Vol. 3 No. 1 Oktober 2015 E-ISSN 2443-0218
198
Medula Vol. 3 No. 1 Oktober 2015 E-ISSN 2443-0218
199
Medula Vol. 3 No. 1 Oktober 2015 E-ISSN 2443-0218
200