You are on page 1of 13

Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2021

ISOLASI DAN UJI AKTIVITAS ANTIKOLESTEROL SENYAWA


METABOLIT SEKUNDER DARI FRAKSI n-HEKSANA DAUN SUNGKAI
(Peronema canescens Jack)
Nadya Anastasia Prescilla Pakpahan
08031281722061
Jurusan Kimia FMIPA Universitas Sriwijaya
E-mail : nadyaanastasia35381@gmail.com
ABSTRACT: Sungkai (Peronema canescens Jack) belongs to the Lamiaceae family that mostly
can be found in tropical rainforests. The leaves of P. canescens have been used traditionally to
treat high blood pressure diseases. Scientific information regarding the content of chemical
compounds in P. canescens is very limited. The aims of this research to isolated secondary
metabolite compounds from the n-hexane extract P.canescens leaves and their anti-cholesterol
activity test. Isolation begun with the extraction of 1000 g P. canescens by maceration method
using n-hexane solvent. The separation and purification of compounds were carried out using
chromatography methods. Identification of the isolated compound structure by using FTIR and
NMR spectroscopy (1H-NMR, 13C-NMR, and DEPT 135) and compared with the literature data.
The anti-cholesterol activity was determined using the photometric method by Liebermann-
Burchard reaction. The isolated compound was obtained as a white crystals (11.82 mg). Base on
spectroscopies data analysis the isolated compound was a triterpenoid group, namely betulinic
acid. The isolated compound showed IC50 values of 60.64 µg/mL, while the standard
anticholesterol compound, simvastatin had an IC50 of 23.15 µg/mL. The betulinic acid is reported
here for the first time and identified its anticholesterol activity.

Keywords : Sungkai, P.canescens, betulinic acid, anti-cholesterol, Liebermann-Burchard

ABSTRAK: Sungkai (Peronema canescens Jack) merupakan tumbuhan dari famili lamiaceae
yang banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Daun P. canescens telah digunakan masyarakat
secara tradisional untuk penyakit darah tinggi. Informasi ilmiah mengenai kandungan senyawa
kimia dari P. canescens masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengisolasi senyawa
metabolit sekunder dari ekstrak n-heksana daun P.canescens dan menentukan aktivitas
antikolesterolnya. Isolasi diawali dengan ekstraksi 1000 g daun P. canescens dengan metode
maserasi menggunakan pelarut n-heksana. Pemisahan dan pemurnian senyawa dilakukan
menggunakan metode kromatografi. Identifikasi struktur senyawa hasil isolasi menggunakan
spektroskopi FTIR dan NMR (1H-NMR, 13C-NMR dan DEPT 135) dan dibandingkan dengan
literatur. Pengujian aktivitas antikolesterol dilakukan menggunakan metode fotometri dengan
reaksi Liebermann-Burchard. Senyawa hasil isolasi yang diperoleh berupa kristal putih sebanyak
11,82 mg. Berdasarkan analisa data spektroskopi senyawa hasil isolasi adalah golongan
triterpenoid yaitu asam betulinat. Senyawa hasil isolasi menunjukkan aktivitas antikolesterol
dengan nilai IC50 60,64 µg/mL, sedangkan standar antikolesterol simvastatin memberikan nilai
IC50 of 23,15 µg/mL. Senyawa asam betulinat untuk pertama kalinya dilaporkan dari daun P.
canesnens dan bersifat antikolesterol.

Kata kunci : Sungkai, P.canescens, asam betulinat, antikolesterol, Liebermann-Burchard

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 1


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2021

PENDAHULUAN antikarsinogenik dan menurunkan kadar


kolesterol. Berdasarkan hal tersebut
Indonesia merupakan negara tropis diharapkan daun P. canescens memiliki
dengan keanekaragaman hayati yang tinggi aktivitas antikolesterol.
sehingga menjadi salah satu sumber potensial
untuk mendapatkan senyawa bioaktif baru. METODOLOGI PENELITIAN
Hasil survei menunjukkan bahwa banyak
tumbuhan yang telah digunakan oleh Alat dan Bahan
masyarakat untuk pengobatan berbagai Alat-alat yang digunakan selama
penyakit belum ditunjang dengan informasi penelitian yaitu seperangkat alat destilasi
ilmiah yang memadai (Oyebode et al. 2016). (Samheung Energy SH-WB-6GDN), neraca
Salah satu tumbuhan obat tradisional analitik Ohaus, rotary evaporator
adalah tumbuhan sungkai (Paronema DRAGONLAB RE100-pro, spektrofotometer
canescens Jack). Tumbuhan sungkai banyak UV-Visible (Shimadzu), FTIR (Thermo
ditemukan di Indonesia yaitu di pulau Scientific Nicolet iS 10), NMR (JEOL JNM-
Sumatera, Kalimantan, sebagian Jawa dan ECZ500R), lampu UV (UvOC-02), chamber,
Sulawesi. Berdasarkan studi pustaka, kromatografi cair vakum, kromatografi kolom
masyarakat Indonesia menggunakan air gravitasi, dan oven.
rebusan daun sungkai sebagai obat demam, Bahan yang digunakan antara lain daun
malaria, sakit gigi, dan kurap (Thomas, 1993; tumbuhan sungkai (Peronema canescens), n-
Kusriani dkk, 2015), sedangkan air rebusan heksana teknis, etil asetat teknis, metanol
kulit batang sungkai digunakan sebagai obat teknis, akuades, aseton (Merck), kloroform
cacar (Yani and Putranto, 2014). Di daerah (Merck), asam sulfat (Merck), anhidrida
Sumatera Selatan khususnya penduduk etnis asetat (Merck), standar kolesterol,
Musi di Musi Banyuasin menggunakan simvastatin, serium sulfat 2 N, iodium, plat
tumbuhan ini untuk pengobatan hipertensi KLT Merck G60 F254, silika gel 60 G, dan
(Muharni dkk, 2016). silika gel G60 (70-230 mesh). Semua pelarut
Kandungan kimia dan aktivitas biologis teknis didestilasi terlebih dahulu sebelum
yang terkandung pada daun P. canencens digunakan.
telah dilaporkan. Ekstrak metanol daun P.
canencens mengandung senyawa akteosida Prosedur Kerja
dan flavonoid glikosida (Simanjuntak, 1996).
Dalam penelitian lain dilaporkan bahwa Determinasi Tumbuhan
ekstrak metanol daun P. canencens memiliki Determinasi tumbuhan dilakukan di
aktivitas antibakteri terhadap bakteri S. Herbarium Bogoriense Pusat Penelitian
mutans, S. thyposa, B. subtilis, dan S.aureus. Biologi LIPI, Cibinong.
Ekstrak aseton daun P. canencens
mengandung senyawa β-sitosterol, phytol, β- Preparasi Sampel
amyrin dan tujuh senyawa diterpenoid tipe Daun tumbuhan sungkai (Peronema
klerodan yaitu peronemin B2, A2, B3, A3, Bl, canescens) diambil di desa Mulak, Musi
Cl dan Dl. Senyawa peronemin A3 dan C1 Banyuasin, Sumatera Selatan. Daun sungkai
memiliki aktivitas antiplasmodium (Kitagawa segar dibersihkan dari pengotor dan dipotong-
et al. 1994). potong dengan ukuran ± 1×0,5 cm.
Berdasarkan uji fitokimia yang
dilakukan Sitepu (2020) dilaporkan bahwa Ekstraksi dengan Metode Maserasi
ekstrak metanol daun P. canescens
Daun segar yang telah dipotong-potong
mengandung golongan senyawa alkaloid,
kecil sebanyak 1 kg dimasukkan ke dalam
flavonoid, glikosida, terpenoid, steroid, dan
botol. Sampel dimaserasi menggunakan
fenolat. Menurut Eddouks et al (2007) steroid,
pelarut n-heksana selama 48 jam dan diulangi
triterpenoid dan fenolat memiliki efek
Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 2
Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2021

sebanyak tiga kali. Sampel yang telah kromatografi lapis tipis G60 F254 dengan eluen
dimaserasi kemudian disaring menggunakan yang sesuai (Pasaribu dkk, 2014). Penampak
kertas saring sehingga didapatkan filtrat. noda diamati menggunakan cahaya UV pada
Filtrat tersebut kemudian dipekatkan panjang gelombang 254 nm. Hasil KLT eluat
menggunakan rotary evaporator sehingga dengan pola kromatogram yang sama akan
didapatkan ekstrak kental n-heksana. Ekstrak digabungkan menjadi satu fraksi. Fraksi
kering hasil tiga kali maserasi kemudian di terpilih (FC4) menunjukkan terbentuknya
hitung persen rendemen dengan persamaan: kristal dan setelah dimurnikan didapatkan
berat ekstrak senyawa murni berupa kristal putih (11,82
% Rendemen = × 100%
berat sampel mg).

Pemisahan dan Pemurnian Menggunakan Uji Kemurnian


Kromatografi Cair Vakum Uji kemurnian kristal senyawa hasil
Ekstrak n-heksana (15 g) dipisahkan isolasi dilakukan dengan kromatografi lapis
menggunakan kromatografi cair vakum tipis menggunakan beberapa perbandingan
menggunakan fasa diam silika gel 60. Sampel eluen yaitu n-heksana : etil asetat (8:2 dan 5:5)
disiapkan dengan cara preadsorbsi serta etil asetat : metanol (9:1) . Setelah dielusi
menggunakan silika gel G60 (70-230 mesh) sampel dideteksi menggunakan lampu
dengan perbandingan 1:1 hingga membentuk ultraviolet λ 254 nm dan pereaksi penampak
serbuk, kemudian dimasukkan ke dalam noda cerium sulfat lalu dipanaskan hingga
kolom dan dielusi menggunakan eluen dengan menimbulkan bercak noda. Bercak noda
kepolaran meningkat yaitu campuran n- tunggal pada berbagai eluen menunjukkan
heksana dan etil asetat (10:1; 9:1; 8:2; 5:5; 4:6 bahwa senyawa hasil isolasi telah murni
dan 0:1) (Emrizal dkk, 2012). Eluat (Pasaribu dkk, 2014).
ditampung dengan botol ukuran 500 mL,
kemudian dipekatkan menggunakan rotary Identifikasi Senyawa Isolat
evaporator. Hasil pemekatan masing-masing Identifikasi senyawa isolat dilakukan
botol selanjutnya dianalisa menggunakan berdasarkan analisa data spektroskopi FTIR
KLT G60 F254 yang diamati menggunakan dan NMR 1D (1H-NMR, C –NMR, DEPT)
lampu UV λ 254 nm. Eluat yang memiliki serta membandingkannya dengan data
pola noda yang sama digabung menjadi satu senyawa yang sudah dilaporkan pada literatur.
fraksi. Fraksi yang menunjukkan pola noda
yang sederhana dan pemisahan yang baik Penentuan Aktivitas Antikolesterol
dipilih untuk pemurnian lebih lanjut. Ekstrak n-Heksana, Senyawa Isolat
Penentuan aktivitas antikolesterol
Pemisahan dan Pemurnian Menggunakan dilakukan menggunakan metode fotometri
Kromatografi Kolom Gravitasi dengan pereaksi Lieberman-Buchard (Musa et
Fraksi terpilih (FC) dimurnikan lebih al. 2019). Ekstrak n-heksana dibuat variasi
lanjut menggunakan kromatografi kolom konsentrasi uji 50, 100, 200, 300, 400 dan 500
gravitasi. Sampel dipreadsorbsi terlebih µg/mL. Variasi konsentrasi uji senyawa isolat
dahulu menggunakan silika gel G60 (70-230 yang digunakan yaitu 10; 20; 30; 40; 50; 75
mesh) dengan perbandingan 1:1. Fasa diam dan 100 µg/mL. Simvastatin sebagai kontrol
menggunakan silika gel G60 (70-230 mesh). positif dengan variasi konsentrasi uji 10; 20;
Pengelusian dilakukan menggunakan pelarut 30; 40 dan 50 µg/mL. Masing-masing
dengan kepolaran meningkat (campuran n- konsetrasi uji diambil 2,5 mL, ditambahkan
heksana dan etil asetat 10:1; 9:1; 8:2; 5:5; 4:6 2,5 mL larutan kolesterol 100 µg/mL.
dan 0:1). Hasil elusi ditampung ke dalam Selanjutnya ditambahkan 2 mL anhidrida
botol vial dengan volume ± 10 mL dan asetat dan 0,1 mL asam sulfat pekat. Larutan
selanjutnya dianalisa menggunakan didiamkan selama 15 menit di tempat yang

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 3


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2021

terhindar dari cahaya. Sebagai blanko adalah dan didapatkan 5 fraksi yaitu fraksi FA (2,36
2,5 mL larutan kolesterol 100 µg/mL. g), FB (2,94 g), FC (4.75 g), FD (0,83 g), dan
Pengukuran absorbansi larutan uji FE (1,78 g).
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada Berdasarkan pola KLT yang
panjang gelombang 420 nm, kemudian dibuat ditunjukkan pada Gambar 1 diketahui bahwa
regresi linear antara absorbansi dengan pada semua fraksi didapatkan noda yang
konsentrasi (Musa et al. 2019). cendrung tidak terpisah dengan baik seperti
pada fraksi FC didapatkan pola noda yang
Penentuan Nilai IC50 (Inhibitor lebih nonpolar daripada fraksi FB, hal ini
Concentration 50%) dapat disebabkan oleh perbedaan ketebalan
dalam penotolan sampel pada plat klt. Pada
Nilai absorbansi larutan baku kolesterol
fraksi FC menunjukkan terbentuknya padatan
dan absorbansi sampel yang diperoleh dari
putih, oleh karena itu fraksi FC dipilih untuk
pengukuran menggunakan spektrofotometer
dipisahkan lebih lanjut.
UV-Vis digunakan untuk menghitung %
H : E (8:2) H : E (8:2)
inhibisi kolesterol dengan rumus:
A-B
Inhibisi (%) = A x 100%
Keterangan:
A : Absorbansi blanko
B : Absorbansi sampel

Pengukuran nilai IC50 dilakukan


menggunakan regresi linear hubungan antara
nilai persen inhibisi (y) dengan variasi
FA FB FC FD FE FA FB FC FD FE
konsentrasi (x) sehingga didapatkan
persamaan: (a) (b)
y = ax + b Gambar 1. Pola KLT hasil KCV fraksi n-
(Anggraini dan Nabillah, 2018). heksana menggunakan eluen n-
heksana dan etil asetat (8:2) (a)
dibawah lampu UV λ 254 nm, (b)
HASIL DAN PEMBAHASAN
dengan penampak noda uap
Ekstraksi Daun Sungkai iodium
Ekstraksi daun P. canescens segar (1 Fraksi FC (4 g) dipisahkan lebih lanjut
kg) dipekatkan menggunakan rotary menggunakan kromatografi kolom gravitasi
evaporator hingga didapatkan ekstrak pekat (KKG) dengan eluen campuran n-heksana dan
n-heksana (15,97 g) dengan nilai persen etil asetat dengan kepolaran meningkat (0:1;
rendemen sebesar 1,597%. Ekstrak n-heksana 9:1; 8:2; 5:5; 4:6 dan 0:1). Pada proses
(15 g) dipisahkan menggunakan kromatografi pemisahan ini menghasilkan 65 vial. Eluat
kolom cair vakum (KCV) dengan eluen n- tersebut selanjutnya dianalisis menggunakan
heksana (1 L), campuran n-heksana dan etil KLT dengan eluen n-heksana dan etil asetat
asetat 9:1 (1,5 L), 8:2 (2,5 L), 5:5 (500 mL), (8:2) (Gambar 2). Eluat dengan pola noda
4:6 (250 mL) dan etil asetat (500 mL). Eluat yang sama digabung menjadi satu fraksi dan
hasil kolom kromatografi vakum ditampung didapatkan 4 fraksi yaitu FC1 (0,61 g), FC2
dalam botol 500 mL, kemudian dianalisis (0,83 g), FC3 (0,46 g) dan FC4 (1,44 g).
menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT)
menggunakan eluen n-heksana dan etil asetat
(8:2). Eluat dengan pola noda yang sama
digabung menjadi satu fraksi, selanjutnya
dievaporasi menggunakan rotary evaporator

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 4


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2021

metanol (9:1) (C) dengan


FC1
penampak noda serium sulfat.
FC2
Identifikasi Senyawa Hasil Isolasi
FC3
FC4
Identifikasi senyawa isolat dilakukan
berdasarkan analisa data spektroskopi FTIR
dan NMR 1D (1H-NMR, C –NMR, DEPT).
FC1 FC2 FC3
Spektrum IR menunjukkan adanya pita
(a) (b) vibrasi pada bilangan gelombang 2966 cm-1
dan 2877 cm-1 yang menunjukkan adanya
Gambar 2. Pola KLT hasil pemisahan fraksi
vibrasi untuk C-H stretching alifatik asimetrik
FC dengan eluen n-heksana: etil
dan simetrik. Serapan pada 1747 cm-1
asetat 8:2, dengan penampak
merupakan serapan untuk gugus karbonil
noda lampu UV λ 254 nm (a), dan
(C=O) dan pada daerah serapan pada1156 cm-
pola penggabungan fraksi di 1
untuk C-O. Pita serapan pada bilangan
bawah sinar UV λ 254 nm (b).
gelombang 1658 cm-1 menunjukkan adanya
Fraksi FC4 menunjukkan terbentuk vibrasi ulur gugus fungsi alkena (C=C), 1419
kristal, selanjutnya kristal tersebut dipisahkan cm-1 untuk C-H bending dalam bentuk siklik
dari pelarut dan pengotornya. Kemudian (CH2)n, dan 1364 cm-1 gugus geminal dimetil.
kristal yang didapatkan dicuci menggunakan Gugus C-H stretching alifatik asimetrik dan
etil asetat sehingga didapatkan kristal putih simetrik serta geminal dimetil merupakan
(11,82 mg). karakteristik dari suatu senyawa triterpenoid.
Identifikasi senyawa isolat
Uji Kemurnian Senyawa Isolat menggunakan 1H-NMR 500 MHz dengan
Uji kemurnian senyawa hasil isolasi pelarut deuterated methanol (CD3OD).
dilakukan menggunakan analisa kromatografi Analisis spektrum 1H-NMR pada Gambar 4
lapis tipis yang menggunakan tiga jenis eluen menunjukkan adanya sinyal yang menumpuk
yang memiliki kepolaran meningkat. Eluen di bawah daerah 2 ppm dengan integrasi 1 H
yang digunakan berupa n-heksana : etil asetat atau 2 H dengan multiplisitas multiplet
(8:2) (A), n-heksana : etil asetat (5:5) (B) serta merupakan sinyal karakteristik untuk proton
etil asetat : metanol (9:1) (C). Pola CH dan CH2 sikloalifatik pada triterpenoid.
kromatogram A, B dan C yang ditunjukkan Pada Gambar 4 ditemukan adanya 6 puncak
pada Gambar 3 memiliki pola noda tunggal singlet dengan intensitas kuat dan integrasi 3
dengan nilai Rf berturut-turut 0,2; 0,7 dan proton pada daerah pergeseran kimia δH 0,75
0,82, sehingga senyawa hasil isolasi tersebut ppm (3H, s), 0,85 ppm (3H, s), 0,96 ppm (3H,
dapat dinyatakan senyawa murni. s), 0,97 ppm (3H, s), 1,06 ppm (3H, s) dan
1,70 ppm (3H, s) yang menunjukkan adanya
H:E E:M
8:2
H:E
5:5 9:1
sinyal untuk proton metil. Umumnya senyawa
triterpenoid memiliki 8 gugus metil, sehingga
diduga 2 gugus metil yang lain telah berubah.
Pada daerah pergeseran kimia δH 4,59
ppm (1H, d, J = 2 Hz) dan 4,71 ppm (1H, d, J
= 2,5 Hz) ditemukan puncak dengan intensitas
doublet yang memiliki nilai konstanta kopling
A B C
2 Hz dan 2,5 Hz yang menunjukkan adanya
Gambar 3. Uji kemurnian senyawa isolat sinyal untuk proton vinilik pada posisi
dengan eluen n-heksana : etil geminal. Adanya puncak pada daerah
asetat (8:2) (A), n-heksana : etil pergeseran kimia δH 3,11 ppm (1H, dd)
asetat (5:5) (B) serta etil asetat : diduga merupakan puncak untuk proton pada

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 5


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2021

C sp3 atau H yang terikat dengan C yang menunjukkan adanya sinyal untuk proton
mengikat gugus elektronegatif (C-O). Pada yang berasal dari objek pengotor pada pelarut
daerah pergeseran kimia 4,62 ppm (2H, s) metanol (Fulmer et al. 2010).

Gambar 4. Spektrum total 1H-NMR δH 0-14 ppm

Analisis spektrum 13C-NMR (125 Hz) C yang khas untuk gugus karboksilat, dan
senyawa isolat pada Gambar 5 menunjukkan sinyal pada daerah δC 152 ppm dan 110 ppm
jumlah dan jenis karbon pada senyawa isolat. merupakan sinyal untuk C=C vinilik. Sinyal
Setelah dilakukan pelebaran spektrum pada daerah δC 79,7 ppm merupakan sinyal
didapatkan adanya 30 puncak karbon, yang karbon yang mengikat O yang khas untuk
merujuk pada rangka dari triterpenoid. Pada senyawa triterpenoid yang mengikat O pada
pergeseran kimia di atas 100 ppm terdapat 3 posisi C-3 menunjukkan adanya karbon
sinyal untuk C sp2. Selain itu juga terdapat alkohol. Selain itu daerah serapan dibawah δC
sinyal pada pergeseran kimia 79,7 ppm yang 60 ppm menunjukkan adanya sinyal untuk
merupakan sinyal untuk C sp3 yang terikat metil (CH3), metilen (CH2), metin (CH) dan
dengan gugus elektronegatif (C-O). Sinyal karbon kuarterner (C) pada sikloalifatik pada
pada δC 180,1 ppm menunjukkan sinyal atom triterpenoid.

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 6


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2021

C=C
C-OH
C=O
Karboksilat

Gambar 5. Spektrum 13C-NMR senyawa isolat pada daerah δC 0-220 ppm


Identifikasi senyawa hasil isolasi Berdasarkan data-data dari analisis
menggunakan Distortionless Enhancement by spektrum yang didapatkan, kemudian
Polarization Transfer (DEPT) 135o berguna dilakukan pembandingan pada literatur-
untuk menentukan jenis sinyal karbon seperti literatur yang telah ada. Dari hasil studi
C primer (CH3), sekunder (CH2), tersier (CH), literatur yang dilakukan, diusulkan bahwa
atau C kuartener. Pada spektrum DEPT 135o senyawa hasil isolasi yang didapatkan berupa
akan muncul puncak ke arah atas untuk C asam betulinat. Data spektrum H-NMR dan
primer (CH3) dan C tersier (CH), puncak ke C-NMR senyawa isolat yang didapatkan akan
arah bawah untuk C sekunder (CH2), dan dibandingkan dengan senyawa asam betulinat
sinyal pada spektrum C-NMR yang tidak dari penelitian yang telah dilakukan
muncul pada spektrum DEPT 135o sebelumnya oleh Hong et al (2015).
merupakan sinyal untuk jenis karbon Dilihat dari data perbandingan pada
kuartener. Analisa spektrum DEPT 135o. Tabel 1, pergeseran kimia antara senyawa
berdasarkan analisis spektrum 13C-NMR dan isolat dan senyawa asam betulinat
DEPT 135o dapat disimpulkan bahwa terdapat menunjukkan nilai yang hampir sama.
6 sinyal metil (CH3)pada daerah pergeseran Adapun perbedaan pada pergeseran kimia
kimia δC 15,1 ppm; 16,2 ppm; 16,7 ppm; 16,8 disebabkan karena perbedaan penggunaan
ppm; 19,6 ppm; dan 28,7 ppm. 11 sinyal pelarut untuk analisis NMR, yang mana pada
karbon metilen (CH2) pada daerah δC 19,5 analisis senyawa isolat menggunakan pelarut
ppm; 22,1 ppm; 26,9 ppm; 28,1 ppm; 30,9 CD3OD sedangkan analisis senyawa asam
ppm; 31,7 ppm; 33,4 ppm; 35,6 ppm; 38,2 betulinat yang dilaporkan oleh Hong et al
ppm; 40,1 ppm dan 110,2 ppm. Terdapat 6 (2015) menggunakan pelarut C5D5N. Selain
sinyal karbon metin (CH) pada daerah δC 39,7 itu faktor perbedaan kekuatan alat NMR juga
ppm; 48,6 ppm; 50,5 ppm; 52,0 ppm; 56.9 dapat mempengaruhi nilai pergeseran kimia,
ppm dan 79,7 ppm, serta 7 puncak untuk C dimana kekuatan alat H-NMR yang
kuarterner yang didapatkan pada daerah δC digunakan yaitu 500 MHz dan C-NMR 125
38,4; 40,0; 42,0; 43,6; 57,5; 152,0 dan 180,7 MHz, sedangkan yang digunakan Hong et al
ppm. (2015) untuk H-NMR yaitu 400 MHz dan C-
NMR 100 MHz.

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 7


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2021

Tabel 1. Data perbandingan pergeseran kimia H-NMR dan C-NMR senyawa isolat dengan
literatur
senyawa isolat Hong et al (2015)
Posisi δC δH δH Jenis Karbon
δC (ppm)
(ppm) (∑H, mult, J) (∑H, mult, J)
1,66 (2H, dt, J=3,0; 13,0
1 40,1 39,5 CH2
Hz)
2 28,1 28,3 1,87 (1H, m) CH2
3 79,7 3,11 (1H, dd, J = 5 Hz) 72,3 3,46 (1H, t, J =7,8 Hz) CH
4 40,0 39,3 C
5 56,9 55,9 0,82 (1H, m) CH
2,63 (1H, dt, J=3,0; 12,7,
6 19,5 18,8 CH2
Hz), 1,41 (1H, m)
7 35,6 34,8 1,42 (1H, m), 1,40 (1H, m) CH2
8 42,0 41,1 C
9 52,0 51,0 1,39 (1H, m) CH
10 38,4 37,5 C
11 22,1 21,2 2,68 (1H, m) CH2
12 26,9 26,1 CH2
13 39,7 38,6 2,74(1H, td-like) CH
14 43,6 42,9 C
15 31,7 30,3 1,90 (1H, m), 1,28 (1H, m) CH2
2,63 (1H, dt, J = 3,0, 12,7
16 33,4 32,9 CH2
Hz), 1,56 (2H, m)
17 57,5 56,6 C
18 48,6 49,8 1,76 (1H, t, J=11,4 Hz) CH
19 50,5 47,5 CH
20 152,0 151,3 C
21 30,9 31,2 2,24 (1H, m), 1,52 (1H, m) CH2
22 38,2 37,6 2,26 (1H, m), 1,59 (1H, m) CH2
23 28,7 1,06 (3H, s) 28,7 1,23 (3H, s) CH3
24 16,2 0,95 (3H, s) 16,4 1,06 (3H, s) CH3
25 16,7 0,75 (3H, s) 16,4 0,83 (3H, s) CH3
26 16,8 0,85 (3H, s) 16,3 1,01 (3H, s) CH3
27 15,1 0,96 (3H, s) 14,9 1,07 (3H, s) CH3
28 180,1 178,9 C
4,71 (1H, d, J=2,5 Hz),
29 110,2 109,9 4,95 (1H, s), 4,77 (1H, s) CH2
4,59 (1H, d, J=2 Hz)
30 19,6 1,70 (3H, s) 19,5 1,79 (3H, s) CH3

Senyawa asam betulinat (Gambar 6) Physocarpus intermedium dan Ilex


untuk pertama kalinya dilaporkan dari daun macropoda serta ekstrak etanol dari tumbuhan
tumbuhan Peronema canescens. Asam Tovomita krukovii, Ancistrocladus
betulinat merupakan triterpenoid pentasiklik heyneanus, Anemone raddeana, Doliocarpus
jenis lupan yang banyak tersebar pada schottianus, dan Syzrgium claviforum
tumbuhan tinggi (Zhao et al., 2013). Asam (Yogeeswari and Sriram. 2005; Zhou et al.,
betulinat telah dilaporkan ditemukan pada 2016; Kumar et al., 2010). Asam betulinat
ekstrak n-heksana tumbuhan Feretia dilaporkan memiliki aktivitas sebagai
canthioides, Tecomella undulata, Quisqualis antiinflamasi, antialergi, antituberkolosis,
fructus dan Orthosiphon stamineus (Egbubine antiviral, antikanker, anti-HIV serta
et al., 2020). Asam betulinat juga dilaporkan antikolesterol (Sami et al., 2006; Soica et al.,
ditemukan dari ekstrak etanol beberapa 2012; Rastogi et al., 2016; Kumar et al., 2010;
spesies seperti Ekstrak metanol tumbuhan Fujioka et al., 1994)
Dillenia indica, Vitex negundo, Combretum
quadrangulare, Eucalyptus camaldulensis,

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 8


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2021

antikolesterol dilakukan menggunakan


metode Liebermann-Bunchard yang
didasarkan pada pengukuran nilai absorbansi.
Pengukuran absorbansi dilakukan pada
panjang gelombang 420 nm dengan berbagai
variasi konsentrasi.
Kolesterol akan membentuk ikatan
hidrogen dengan sampel. Kolesterol sisa yang
tidak berikatan hidrogen dengan sampel akan
bereaksi dengan pereaksi Liebermann-
Bunchard membentuk senyawa asam
Gambar 6. Struktur senyawa hasil isolasi kolestaheksana sulfonat yang berwarna hijau
(Li et al. 2018). Berdasarkan nilai absorbansi
Uji Aktivitas Antikolesterol yang didapatkan, kemudian dicari persen
inhibisi dan nilai IC50. Aktivitas antikolesterol
Uji aktivitas antikolesterol dilakukan dinyatakan menggunakan nilai IC50 yang
terhadap ekstrak n-heksana dan senyawa hasil mana nilai ini menunjukkan besarnya nilai
isolasi yang dibandingkan dengan simvastatin hambat sebesar 50% (Sadino et al. 2016).
sebagai kontrol positif. Pengukuran aktivitas

Tabel 2. Nilai persen inhibisi dan IC50 ekstrak n-heksana


Absorbansi
Konsentrasi Absorbansi rata-rata %I IC50 (µg/mL)
I II III
500 0,546 0,544 0,543 0,544 33,12
400 0,597 0,579 0,572 0,583 28,41
300 0,588 0,589 0,588 0,588 27,72
200 0,619 0,620 0,620 0,620 23,87 1115,37
100 0,626 0,638 0,639 0,634 22,07
50 0,656 0,659 0,658 0,658 19,20
Blanko 0,812 0,815 0,815 0,814

Tabel 3. Nilai persen inhibisi dan IC50 senyawa isolat


Absorbansi
Konsentrasi Absorbansi rata-rata %I IC50 (µg/mL)
I II III
100 0,217 0,275 0,218 0,237 71,892
75 0,303 0,309 0,318 0,310 63,183
50 0,419 0,405 0,417 0,414 50,871
40 0,499 0,468 0,518 0,495 41,211
60,64
30 0,603 0,568 0,599 0,590 29,929
20 0,764 0,707 0,749 0,740 12,114
10 0,778 0,79 0,761 0,776 7,799
blanko 0,827 0,848 0,851 0,842

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 9


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2021

Tabel 4. Nilai persen inhibisi dan IC50 simvastatin


Absorbansi IC50
Konsentrasi Absorbansi rata-rata %I
I II III (µg/mL)
50 0,378 0,363 0,338 0,360 59,05
40 0,402 0,401 0,400 0,401 54,34
30 0,426 0,428 0,430 0,428 51,27
23,15
20 0,456 0,455 0,454 0,455 48,19
10 0,462 0,463 0,464 0,463 47,28
Blanko 0,869 0,879 0,887 0,8783

Berdasarkan data pada Tabel 2, 3 dan 4 medicinal plants used in Daraa Tafialet
dinyatakan bahwa nilai IC50 untuk senyawa region (province of Errachidia)
hasil isolasi memiliki nilai IC50 sebesar 60,64 Morocco. Journal of
µg/mL sedangkan nilai IC50 untuk simvastatin Ethnopharmacology. 198, 16-530.
sebesar 23,15 µg/mL. Senyawa hasil isolasi
memiliki aktivitas antikolesterol yang cukup Egbubine, C. O., Adeyemi, M. M & Habila, J.
kuat, namun aktivitasnya lebih kecil D. (2020). Isolation and
dibandingkan dengan simvastatin. Hal ini characterization of betulinic acid from
dikarenakan nilai IC50 senyawa isolat lebih the stem bark of Feretia canthioides
besar dibandingkan dengan simvastatin. Hiern and its antimalarial potential.
Aktivitas antikolesterol senyawa isolat hampir Bulletin of the National Research
3 kali lebih rendah dibandingkan dengan Centre. 44(49), 1-7.
simvastatin. Nilai IC50 ekstrak heksana Emrizal dkk. 2012. Isolasi senyawa dan uji
sebesar 1115,37 µg/mL yang mana lebih besar aktivitas anti-inflammasi ekstrak
dibandingkan dengan IC50 senyawa isolat dan metanol daun puwar kincung (Nicolaia
simvastatin sehingga aktivitas antikolesterol speciosa Horan). Jurnal Penelitian
sangat kecil dibandingkan dengan senyawa Farmasi Indonesia. 1(1), 1-5.
isolat dan simvastatin.
Fujioka, T & Kashiwada, Y. (1994). Anti-
KESIMPULAN AIDS agents, 11. betulinic acid and
platanic acid as anti-HIV principles
Senyawa triterpenoid asam betulinat from Syzigium claviflorum, and the anti-
atau asam 3β-hidroksilup-20(29)-en-28-oat HIV activity of structurally related
telah berhasil diisolasi dari ekstrak n-heksana triterpenoids. Journal of Natural
P. canescens, serta menunjukkan aktivitas Products. 57(2), 243–247.
antikolesterol yang cukup kuat dengan nilai
IC50 60,64 µg/mL. Fulmer, G. R et al. 2010. NMR chemical
shifts of trace impurities: common
laboratory solvent, organics, and gases
DAFTAR PUSTAKA in deuterated solvent relevant to the
organometallic chemist.
Anggraini, D. I & Nabillah, L. F. (2018).
Activity test of suji leaf extract Organometallics. 29, 2176-2179.
(Dracaena angustifolia Roxb.) on in Hong, E. H., et al. (2015). Anti-influenza
vitro cholesterol lowering. Jurnal Kimia activity of betulinic acid from Zizyphus
Sains dan Aplikasi. 21(2), 54-58. jujuba on Influenza A/PR/8 Virus.
Eddouks, M., Ajebli, M & Hebi, M. (2017). Biomolecules & Therapeutics. 23(4),
Ethnopharmacological survey of 345-349.

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 10


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2021

Kitagawa, I., et al. (1994). Indonesian Rastogi, S. et al. (2020). Medicinal plants of
medicinal plants. VII seven new the genus Betula-Traditional uses and a
clerodane-type diterpenoids, phytochemical-pharmacological review
peronemins A2, A3, B1, B2, B3, C1 and Subha. Journal of Etnopharmacology.
D1 from the leaves of Peronema 159(2020), 62–83.
canescens (Vebenaceae). Journal of
Chemistry and Pharmautical Bulletin. Sadino, A., Sahidin, I and Wahyuni, W. 2016.
Antioxidant activity of ethanol extract
42(5), 1050-1055.
of Polygonum pulchrum Blume.
Kumar, D. et al. (2010). Phytomedicine Anti- Pharmacology and Chlinic Pharmacy
leukemic activity of Dillenia indica L . Research. 1(2), 48-54.
fruit extract and quantification of
betulinic acid by HPLC. Phytomedicine. Sami, A. et al. (2006). Pharmacological
properties of the ubiquitous natural
17(6), 431–435.
product betulin. European Journal of
Kusriani, R. H., Nawawi, A & Turahman, T. Pharmautical Sciences. 29(2006), 1–13.
(2015). Uji aktivitas antibakteri ekstrak
dan fraksi kulit batang dan daun sungkai Simanjuntak, P. (1996). Studi kimia senyawa
glikosida tumbuhan sungkei, Peronema
(Peronema Canescens Jack) terhadap
Staphylococcus aureus Atcc 25923 dan canescens (Verbenaceae). Indonesian
Journal of Applied Chemistry. 6(1), 8-
Escherichia coli ATCC 25922. Jurnal
Farmasi Galenika. 2(1), 8-14. 12.

Li, L.H., Dutkiewicz, E. P., Huang, Y. C., Sitepu, N. (2020). In vitro test of antibacterial
Zhou, H.B & Hsu, C. C. (2018). ethanol extract, n-hexane fraction and
Analytical methods for cholesterol ethyl acetate fraction of sungkai leaf
quantification. Journal of Food and (Peronema canescens) against
Salmonella typhi. Asian Journal of
Drug Analysis. 27(2019), 375-386.
Pharmaceutical Research and
Muharni, Fitrya, & Nurmaliana, R. (2016). Development. 8(3), 57-60.
Skrining fitokimia aktifitas antioksidan
dan antibakteri dari tumbuhan obat Soica, C. et al. (2014). Betulinic Acid in
tradisional etnis Musi. Palembang. Complex with a Gamma-Cyclodextrin
Laporan Penelitian Ristoja, Departemen Derivative Decreases Proliferation and
in Vivo Tumor Development of Non-
Kesehatan Republik Indonesia.
Metastatic and Metastatic B164A5
Musa, W. J. A., Situmeang, B & Sianturi, J. Cells. International Journal of
(2019). Anti-cholesterol triterpenoid Molecular Sciences. 2014(15), 8235–
acids from Saurauia vulcani Korth. 8255.
(Actinidiaceae). International Journal Thomas, A. N. S. (1993). Tanaman obat
of Food Properties. 22(1), 1439-1444. tradisional 1. Yogyakarta: Kanisius.
Oyebode, O. et al. 2016. Use of traditional
Yani, A. P & and Putranto, M. H. (2014).
medicine in middle-income countries : a Examination of the sungkai’s young leaf
WHO-SAGE study. Health Policy and extract (Peronema canescens) as an
Planning, 31(1): 984–99. antipiretic, immunity, antiplasmodium
Pasaribu, S. P., Erwin dan Istianti, S. 2014. and teratogenity in mice (Mus.muculus).
Isolasi dan identifikasi senyawa International Journal of Science and
flavonoid daridaun tumbuhan kerahau Engineering. 7(1), 30-34.
(Callicarpa longifolia Lam.). Jurnal Yogeeswari, P & Sriram, D. (2005). Betulinic
Kimia Mulawarman, 11(2): 80-83. acid and its derivatives: A review on

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 11


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2021

their biological properties. Current


Medicinal Chemistry. 12(6): 657-666.
Zhao G.J, et al. (2013). Antagonism of
betulinic acid on LPS-mediated
inhibition of ABCA1 and cholesterol
efflux through inhibiting nuclear factor-
kappaB signaling pathway and miR -33
expression. PLoS One. 8(9), 1-10.
Zhou, C., Li, J., Li, C & Zhang, Y. (2016).
Improvement of betulinic acid
biosynthesis in yeast employing
multiple strategies. Bio Medical Central
Biotechnology. 16(59),1-9.

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 12


Artikel Ilmiah Sidang Sarjana 2021

Indralaya, Mei 2021

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Muharni, M.Si. Fahma Riyanti, M.Si.


NIP. 196903041994122001 NIP.197204082000032001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Kimia

Dr. Hasanudin, M. Si.


NIP. 197205151997021003

Jurusan Kimia FMIPA UNSRI Halaman 13

You might also like