You are on page 1of 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1Landasan Teori
II.1.1Prestasi Belajar
Prestasi dari bahasa belanda “prestastie” dalam bahasa Indonesia menjadi
prestasi yang berasal dari usaha. Prestasi dalam literature selalu dihubungkan
dengan aktivitas tertentu, seperti yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne,
bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan
dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang (Ahmadi, 2008).
Prestasi merupakan kecakapan atau hasil kongkrit yang dapat dicapai pada
saat atau periode tertentu. Berdasarkan pendapat tersebut, prestasi dalam
penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam proses pembelajaran.
Untuk mencapai sesuatu,mahasiswa harus mengalami proses pembelajaran.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran mahasiswa akan mendapatkan
pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan (Ahmadi, 2008).
Prestasi belajar meliputi perubahan psikomotorik, sehingga prestasi belajar
adalah kemampuan siswa yang berupa penguasaan pengetahuan, sikap dan
ketrampilan yang dicapai dalam belajar setelah ia melakukan kegiatan
belajar. Prestasi belajar adalah tingkat pencapaian yang telah dicapai oleh anak
didik atau siswa terhadap tujuan yang ditetapkan oleh masing-masing bidang studi
setelah mengikuti program pengajaran dalam waktu tertentu (Ingham, 2006).
Jika mahasiswa mendapatkan prestasi yang rendah, bisa dikarenakan
adanya kesulitan dalam menerima proses pembelajaran. Kesulitan dalam
menerima proses pembelajaran tersebut beraneka ragam, ada yang bersifat fisik
misalnya pusing, cepat mengantuk, kurang darah, kurang asupan gizi, sedang sakit
dan lain sebagainya. Faktor lainnya adalah bersifat psikologis, yaitu tidak ada
minat belajar sehingga tidak mau berusaha dan cepat putus asa (tidak tekun),
stress, depresi, dan sulit konsentrasi, IQ (Intelligence Quotient) rendah, daya ingat
lemah, dorongan ingin tahu rendah, kurang percaya diri, tidak memiliki disiplin
diri dan lain-lain.Banyak bentuk penilaian yang dipakai untuk mengetahui hasil

6
prestasi belajar mahasiswa,salah satu penilaian yang diambil adalah berdasarkan
perolehan Prestasi Belajar (Djamarah, 2002).

II.1.2 Teori Ujian tulis


II.1.2.1 Definisi Ujian Tulis (MCQ)
Ada beberapa teknik dan alat penilaian yang dapat digunakan sebagai
saranauntuk memperoleh informasi tentang keadaan peserta didik. Penggunaan
berbagaiteknik dan alat disesuaikan dengan tujuan penilaian, waktu yang tersedia,
sifat tugasyang dilakukan peserta didik, dan banyaknya/jumlah materi
pembelajaran yang sudahdisampaikan. Teknik penilaian merupakanmetode atau
cara penilaian yang dapat digunakan pengajar untuk mendapatkan
informasi.Teknik penilaian yang mungkin dan dapat dipergunakan dengan mudah
oleh guru,misalnya: (1) tes (tertulis, lisan, perbuatan), (2) observasi atau
pengataman, dan (3)wawancara (Depdiknas, 2008).
Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik
denganmemberikan jawaban tertulis. Penulisan tes tertulis merupakan kegiatan
yang palingpenting dalam menyiapkan bahan ujian. Setiap butir soal yang ditulis
harus berdasarkanrumusan indikator yang sudah disusun dalam kisi-kisi.
Penggunaan bentuk soal yangtepat dalam tes tertulis, sangat tergantung pada
perilaku/kompetensi yang akan diukur.Ada kompetensi yang lebih tepat
diukur/ditanyakan dengan menggunakan tes tertulisdengan bentuk soal uraian, ada
pula kompetensi yang lebih tepat diukur denganmenggunakan tes tertulis dengan
bentuk soal objektif (Depdiknas, 2008).
Bentuk tes tertulis pilihan gandamaupun uraian memiliki kelebihan dan
kelemahan satu dengan yang lain.Keunggulan soal bentuk pilihan ganda di
antaranya adalah dapat mengukurkemampuan/perilaku secara objektif, sedangkan
untuk soal uraian di antaranya adalahdapat mengukur kemampuan
mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannyamenurut kata-kata atau
kalimat sendiri. Kelemahan soal bentuk pilihan ganda diantaranya adalah sulit
menyusun pengecohnya, sedangkan untuk soal uraian diantaranya adalah sulit
menyusun pedoman penskorannya.Di dalam Depdiknas (2008) jenis tes ini dapat
dikelompokkan menjadi duayaitu tes objektif dan tes uraian (Depdiknas, 2008).

7
Salah satu bentuk tes objektif adalah soal bentuk pilihan ganda. Soal
bentukpilihan ganda merupakan soal yang telah disediakan pilihan jawabannya
(Depdiknas,2008). Tes objektif disebut juga sebagai tes jawaban singkat. Ada
empat macam tesobjektif, yaitu tes jawaban benar-salah (true-false), pilihan ganda
(multiple choice),isian (completion), dan penjodohan (matching) (Nurgiyantoro,
2001).
Multiple Choice Question (MCQ) merupakan suatu bentuk tes yang paling
banyak dipergunakan dalam duniapendidikan. Multiple Choice Question terdiri
dari sebuah pernyataan atau kalimat yang belumlengkap yang kemudian diikuti
oleh sejumlah pernyataan atau bentuk yang dapat untukmelengkapinya. Dari
sejumlah “pelengkap” tersebut, hanya satu yang tepat sedang yanglain merupakan
pengecoh (distractors) (Nurgiyantoro, 2001). Penulisan soal bentukpilihan ganda
sangat diperlukan keterampilan dan ketelitian. Hal yang paling sulitdilakukan
dalam menulis soal bentuk pilihan ganda adalah menuliskan
pengecohnya.Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau
tingkatkesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci
jawaban. Olehkarena itu, untuk memudahkan dalam penulisan soal bentuk pilihan
ganda, maka dalampenulisannya perlu mengikuti langkah-langkah berikut,
langkah pertama adalahmenuliskan pokok soalnya, langkah kedua menuliskan
kunci jawabannya, langkahketiga menuliskan pengecohnya(Nurgiyantoro, 2001).

II.1.2 Penggunaan MCQ di Fakultas kedokteran UPNVJ


Instrumen penilaian, termasuk MCQ, dapat dinilai berdasarkan
karakteristik yang dimilikinya, salah satunya adalah instrumen tersebut
memberikan dampak yang baik pada proses belajar pada mahasiswa (learning
impact) yang mengikuti ujian tersebut atau tidak (Shumway & Harden, 2003).
Dampak pembelajaran menjadi karakteristik yang sangat penting karena setiap
instrumen, dalam semua bentuknya, dan setiap ujian, untuk semua tujuannya,
akan sangat mempengaruhi cara mahasiswa belajar (assessment drives
learning)(Vleuten dan Schuwirth, 2005).
Penggunaan multiple choice question (MCQ – soal pilihan berganda)
sebagai metode untuk menguji pencapaian hasil akhir belajar. Sejak

8
diberlakukannya Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) sejak tahun 2007,
MCQ dipilih sebagai salah satu metode untuk menilai pencapaian kompetensi
seorang lulusan dokter Indonesia. Ujian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran tentang pengetahuan peserta melalui soal-soal yang berkaitan dengan
mekanisme penyakit, clinical reasoning, critical thinking dan problem solving
(Aras, 2014).

II.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor dari
dalam diri sendiri (internal) dan faktor yang datang dari luar (eksternal) atau
lingkungan. Berikut ada penjabaran mengenai faktor-faktor tersebut: (Djali, 2007)
1. Faktor internal:
a. Faktor genetik kecerdasan
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap proses pencapaian hasil belajar
siswa. Hal ini menurut Djali (2007) mengatakan bahwa faktor
intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan
belajar. Ini bermakna bahwa seseorang yang mempunyai tingkat
intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai
tingkat intelegensi yang rendah.
b. Faktor minat dan motivasi
Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan.
Sedangkan Menurut Muhibin Syah, motivasi berasal dari bahasa latin
“movere” yang berarti ”dasarnya” atau penggerak. Motivasi yang
terdapat pada individu akan mewujudkan suatu perilaku untuk
memenuhi “keinginan atau kebutuhannya”.
Kuatnya motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan
terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks
belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang
motivasi memiliki daya tarik bagi kalangan pendidik terutama
dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja prestasi dan
profesionalisme seseorang.

9
Dengan demikian adanya minat dan motivasi dalam diri siswa
dapat membangkitkan kegairahan untuk belajar dan akan
mempengaruhi prestasi belajarnya. Minat dan motivasi yang kuat
untuk belajar sangat memungkinkan untuk mencapai prestasi belajar
yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan minat dan motivasi yang
lemah.
c. Faktor keadaan fisik
Kesehatan jasmani mempunyai pengaruh penting terhadap prestasi
belajar siswa. Kondisi jasmani yang dimaksud di sini meliputi
kesehatan fisik yang akan memberikan hasil yang baik. Sebaliknya
apabila kita belajar dalam keadaan sakit maka prestasi yang kita capai
akan rendah.
Dijelaskan oleh Djali (2007) bahwa Kesehatan sangat diperlukan
untuk meningkatkan prestasi belajar. Apabila orang selalu sakit (sakit
kepala, pilek, deman) mengakibatkan tidak bergairahnya belajar dan
secara psikologi sering mengalami gangguan pikiran dan perasaan
kecewa karena konflik.
Sama halnya dengan kesehatan jasmani, kondisi panca indra juga
harus dalam keadaan baik sehingga pencapaian prestasi belajar dapat
diperoleh secara maksimal, jika dibandingkan kalau kita belajar
dengan alat indera yang tidak berfungsi secara maksimal. Seorang ahli
lain juga menjelaskan bahwa: ”Keadaan cacat tubuh juga
mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya juga terganggu.
Jika hal ini terjadi, hendaknya ia belajar pada lembaga pendidikan
khusus atau diusahakan alat bantu agar dapat menghindari atau
mengurangi pengaruh kecacatannya itu”, (Slameto, 2010).
Dengan demikian, kondisi kesehatan jasmani dan
ketidakharmonisan alat-alat indera dapat menimbulkan gangguan-
gangguan yang ada dalam proses belajar, maka dengan sendirinya akan
berpengaruh terhadap hasil yang dicapai yaitu prestasi belajar.

10
d. Gaya belajar
Dalam belajar, kita juga harus mengetahui gaya belajar yang
digunakan supaya mendapatkan hasil yang maksimal dalam prestasi.

2. Faktor eksternal:
a. Faktor dari lingkungan kampus: teman dan dosen
Perguruan tinggi adalah tempat belajar turut mempengaruhi tingkat
keberhasilan belajar. Tempat, bangunan, kualitas dosen, instrumen
pendidikan, semua itu turut mempengaruhi keberhasilan mahasiswa.
b. Faktor dari lingkungan masyarakat
Keadaan masyarakat juga menetukan keberhasilan prestasi belajar.
Bila sekitar tempat tinggal keadaan masyarakatnya terdiri dari orang-
orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya bersekolah tinggi
dan bermoral baik, hal ini akan mempengaruhi anak untuk giat belajar.
Apabila disekitar tempat tinggal keadaan masyarakat terdiri atas orang-
orang yang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah
tinggi dan moralnya baik, hal ini akan mendorong anak untuk giat
belajar.
c. Faktor keluarga
Keluarga merupakan tumpuan dari setiap anak, keluarga
merupakan lingkungan yang pertama dari anak dan dari keluarga
pulalah anak menerima pendidikan karena keluarga mempunyai
peranan yang sangat penting di dalam perkembangan anak. Keluarga
yang baik akan memberikan pengaruh yang baik terhadap
perkembangan anak. Situasi keluarga (ayah, ibu, saudara, adik, kakak
serta famili) sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam
keluarga. Pendidikan orang tua, status ekonomi, rumah kediaman,
persentase hubungan orang tua, perkataan dan bimbingan orang tua,
mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak.
d. Faktor sarana dan prasarana belajar
Dalam hasil proses belajar mengajar, sarana dan prasarana belajar juga
membantu untuk mendapatkan prestasi. Fasilitas yang digunakan dan

11
metode dalam lingkungan belajar juga mempengaruhi untuk
mendapatkan hasil prestasi yang maksimal

II.1.4Minat
II.1.4.1 Definisi Minat
Minat merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu, dimana minat
belajar yang tinggi akan menyebabkan belajar siswa menjadi lebih mudah dan
cepat. Minat berfungsi sebagai daya penggerak yang mengarahkan seseorang
melakukan kegiatan tertentu yang spesifik (Setiawan, 2006).
Minat adalah kecenderungan seseorang untuk merasa tertarik pada objek
tertentu yang dianggap penting. Rasa ketertarikan terhadap sesuatu akan
membentuk motivasi yang akhirnya teraktualisasi dalam perilaku belajar
(Setiawan,2006).
Minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri suatu campuran dari
perasaan, harapan, rasa takut atau kecenderungan lain yang mengarah individu
terhadap sesuat, selain itu Hilgar & Slameto mengatakan bahwa minat merupakan
siatu proses yang tetap untuk memperhatikan dan menfokuskan diri pada sesuatu
yang diminatinya dengan perasaan senang dan rasa puas (Setiawan, 2006).
Minat merupakan salah satu aspek pskologis yang berperan penting dalam
menumbuhkan motivasi belajar dan makin besar minat makin tinggi prestasi
seseorang.Minat merupakan salah satu dimensi aspek afektif yang banyak
berperan juga dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam kehidupan belajar
seorang murid (Setiawan, 2006).
Minat ada beberapa arti, yaitu: (Iskandar, 2010)
1. Suatu sikap yang berlangsung terus menerus dan memusatkan perhatian
seseorang, sehingga ia menjadi selektif terhadap obyek niatnya.
2. Perasaan yang menyatakan bahwa aktivitas, pekerjaan, atau obyek
tersebut berharga atau berarti bagi seseorang.
3. Motivasi yang menuntun tingkah laku ke satu arah (sasaran) tertentu.
Dapat ditarik kesimpulan, kecenderungan untuk menyelidiki yang dilakukan
oleh seseorang lama-lama akan timbul minat. Minat terjadi dari perhatian,

12
kesenangan, kemampuan dan keinginan yang terjadi berulang kali dari obyek
yang menarik atau berharga bagi dirinya (Iskandar, 2010). Minat berhubungan
dengan aspek kognitif dan afektif yang dinyatakan dalam sikap dan merupakan
sumber motivasi untuk melakukan apa yang diinginkan (Jahja,2011).

II.I.4.2 Aspek-aspek Minat


Minat memiliki 3 aspek, yaitu: (Hurlock, 1999)
1. Aspek kognitif
Aspek ini didasarkan atas konsep yang dikembangkan seseorang
mengenai bidang yang berkaitan dengan minat. Konsep yang
membangun aspek kognitif didasarkan atas pengalaman dan apa yang
dipelajari dari lingkungan.
2. Aspek afektif
Aspek afektif ini adalah konsep yang membagun konsep kognitif dan
dilihat dari ekspresi emosi seseorang dalam jangka waktu yang lama.
3. Aspek motorik
Aspek ini dinyatakan dalam sikap dan perilaku terhadap kegiatan atau
objek yang menimbulkan minat.Aspek ini mempunyai peranan besar
dalam memotivasi tindakan seseorang.

Berdasarkan uraian tersebut, maka minat terhadap sesuatu yang dimiliki


seseorang bukan bawaan sejak lahir, tetapi melalui proses penilaian kognitif dan
penilaian afektif seseorang yang dinyatakan dalam sikap. Jika proses penilaian
kognitif dan afektif seseorang terhadap objek minat adalah positif maka akan
menghasilkan sikap yang positif dan dapat menimbulkan minat (Hurlock, 1999).

II.I.4.3 Sifat dan Indikator Minat


Minat memiliki sifat dan karakter khusus, sebagai berikut: (Jahja, 2011)
1. Minat bersifat individual (pribadi), ada perbedaan antara minat seseorang
dengan orang lainnya.
2. Erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi, dan dipengaruhi
motivasi.

13
3. Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan lahir dan dapat
berubah tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan mode.
Indikator minat seorang terhadap sesuat sebagai berikut
1. Perasaan senang. Seorang mahasiswa yang memiliki perasaan senang
maka ia akan terus mempelajari ilmu yang dipelajarinya.
2. Perhatian dalam belajar, merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa
terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya.
3. Mata pelajaran dan sikap pengajar yang menarik. Kedua indicator tersebut
dapat mengembangkan minat mahasiswa.
4. Manfaat fungsi mata kuliah. Adanya manfaat dan fungsi kuliah akan
membuat mahasiswa lebih mengerti dan berminat terhadap kuliah yang
dijalaninya.

II.I.4.4 Manfaat Minat


Minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan
kegiatan dengan baik.Sebagai suatu aspek kejiwaan minat bukan saja dapat
mempengaruhi tingkah laku seseorang, tetapi juga dapat mendorong orang untuk
tetap melakukan dan memperoleh sesuatu (Iskandar, 2010). Adanya minat
terhadap suatu objek maka ada kesempatan untuk memunculkan suatu prestasi.
Adanya upaya semacam itu, bukan tidak mungkin bahwa apa yang diminati juga
menjadi bakatnya. Karena minat itulah seseorang berusaha terus menerus untuk
menggali, menyelidiki dan mendalaminya (Iskandar, 2010).
Minat berhubungan dengan sesuatu yang dapat menimbulkan
kepuasan.Kesenangan merupakan minat yang bersifat sementara, sedangkan minat
bersifat tetap (persisten) dan ada unsur memenuhi kebutuhan dan memberikan
kepuasan. Semakin sering minat diekspresikan di dalam kegiatann semkain kuat
minat tersebut berkembang, sebaliknya minat akan menjadi tidak berkembang
kalau tidak ada kesempatan untuk mengekspresikannya (Jahja, 2011). Tanpa
minat dan hanya didasari atas rasa terpaksa, maka tidak akan tercipta motivasi
belajar, sehingga hasil yang didapat tidak akan optimal meskipun cara belajar
yang sudah digunakan sudah efektif. Syarat penting untuk memulai belajar
seseuatu adalah minat terhadap apa yang ingin dipelajari (Setiawan, 2006).

14
II.I.4.5Cara Menumbuhkan Minat Remaja
Para ahli psikologi berkata bahwa para remaja yang mempunyai tujuan
dan karier atau cita-cita, lebih cenderung menyelesaikan pendidikan dan
menjauhkan diri dari obat-obat illegal, kriminalitas, dan seks bebas
(Rosalia,2005).
Cara menumbuhkan minat remaja dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Jelaskan kepada remaja untuk membuat daftar minat-minat mereka yang
paling kuat.
2. Dimana kemampuan terkuat mereka
3. Menuliskan lima tempat di sekitar tempat tinggal yang menyediakan
pekerjaan berhubungan dengan minat dan kelebihan mereka.
4. Remaja tertarik akan karirnya, maka ia butuh seorang teman dengan karir
uang sama untuk berbicara mengenai hal tersebut kepada remaja
Latihan ini mengembangkan pemahaman remaja mengenai diri mereka sendiri
dan pemahaman orang tua mengenai kapan mereka harus memberi pujian, dan
mempertimbangkan tugas-tugas yang berhubungan dengan minat mereka
(Rosalia, 2005).

II.I.5 Motivasi
II.1.5.1 Definisi Motivasi
Motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan
perilaku manusia termasuk perilaku belajar.Dalam motivasi terkandung adanya
keinginan yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan
sikap dan perilaku individu (Dimyati dan Mudjiono, 2009)
Buku lain menyebutkan setiap individu memiliki kondisi internal, dimana
kondisi internal tersebut turut berperan dalam aktivitas sehari-hari. Salah satu dari
kondisi internal tersebut adalah “motivasi”. Motivasi adalah dorongan dasar yang
menggerakkan seseorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri
seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan

15
dorongan dalam dirinya. Oleh karena itu, perbuatan seseorang yang diadasarkan
atas motivasi tertentu mengandung tema sesuai dengan motivasi yang
mendasarinya. Istilah motivasi yang berasal dari kata motif, dapat diartikan
sebagai kekuatan yang terdapat dalam individu, yang menyebabkan individu
tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung. Tapi
dapat diinterpretasikan dalam tingkah laku (Hamzah, 2008).
Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya dimana kekuatan
mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Motivasi belajar
adalah kekuatan mental yang mendorong terjadinya belajar (Dimyati dan
Mudjiono 2009).

II.1.5.2 Komponen utama dalam motivasi

Ada tiga komponen utama dalam motivasi yatiu : (i) kebutuhan, (ii) dorongan
dan (iii) tujuan
1. Kebutuhan
Kebutuhan terjadi bila individu merasa ada ketidakseimbangan antara apa
yang ia miliki dan yang ia harapkan. Menurut Morgan dan ditulis kembali
oleh S. Nasution dalam Handayani (2008), manusia memiliki berbagai macam
kebutuhan :
a). Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk aktivitas
Hal ini sangat penting, karena perbuatan sendiri itu mengandung suatu
kegembiraan baginya. Sesuai dengan konsep ini, maka dapat dihubungkan
dengan suatu kegiatan belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil
kalau disertai dengan rasa gembira.
b). Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain
Banyak orang memiliki motivasi untuk berbuat sesuatu untuk
menyenangkan orang lain, hal ini tentunya merupakan kepuasan dan
kebahagiaan tersendiri bagi orang yang melakukannya. Konsep ini dapat
diterapkan dalam kegiatan belajar, misalnya : mahasiswa rajin belajar untuk
menyenangkan orang tuanya.

16
c). Kebutuhan untuk mencapai hasil
Kegiatan belajar akan berhasil dengan baik kalau disertai dengan “pujian”,
hal ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk belajar lebih giat lagi.
Pujian dan reinforcement harus selalu dikaitkan dengan prestasi yang baik,
seseorang harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu
dengan hasil optimal, sehingga ada rasa “sense of success”

d). Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan


Kesulitan atau hambatan, misal ; cacat tubuh, mungkin menimbulkan rasa
rendah diri, tapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari kompensasi dengan
usaha yang keras dan tekun, sehingga mencapai keberhasilan dalam bidang
tertentu.

Kebutuhan manusia selalu berubah, begitu juga motivasinya selalu


berubah sesuai dengan kebutuhannya atau bersifat dinamis. Relevansi dari
masalah kebutuhan ini maka timbulah teori tentang motivasi.

2. Dorongan

Menurut Hull yang dikutip Dimyati dan Mudjiono (2009), kebutuhan –


kebutuhan organisme merupakan penyebab munculnya dorongan, dan
dorongan akan mengaktifkan tingkah laku mengembalikan keseimbangan
fisiologis organisme. Tingkah laku organisme terjadi disebabkan oleh respon
dari organisme, kekuatan dorongan organisme, dan penguatan kedua hal
tersebut. Disamping kedua hal tersebut juga ada pengaruh – pengaruh dari
luar seperti insentif (hadiah dan hukuman) yangmempengaruhi intensitas dan
kualitas tingkah laku organisme.

3. Tujuan
Tujuan merupakan pemberi arah pada perilaku. Secara psikologis, tujuan
merupakan titik akhir ”sementara” pencapaian puncak kebutuhan. Jika tujuan

17
tercapai maka kebutuhan terpenuhi untuk ”sementara” (Dimyati dan
Mudjiono, 2009).

II.1.5.3 Macam – macam Motivasi


Macam atau jenis motivasi dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, maka
dari itu penggolongan motivasinyapun bervariasi (Handayani, 2008).
Menurut Sardiman (2010) macam-macam motivasi adalah:
1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya
a). Motivasi bawaan
Yang dimaksud dengan motivasi bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir
tanpa dipelajari. Sebagai contoh adalah : dorongan untuk makan,minum,
bekerja, istirahat, seksual, dll. Motivasi ini sering disebut motif biologis atau
motif psysiological drive

b). Motivasi yang dipelajari


Maksudnya adalah motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh
adalah : dorongan untuk belajar, dorongan untuk mengajar di masyarakat, dll.
Motivasi ini sering disebut social motives.

2. Jenis motivasi menurut Frandsen


a). Cognitive motives
Motif ini merujuk pada gejala instrinsik, yaitu menyangkut kepuasan
individual. Kepuasan individu yang berada di dalam diri manusia dan
biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif seperti ini adalah
sangat primer dalam kegiatan belajar, terutama yang berkaitan dengan
pengembangan intelektual

b). Self expresion


Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia, untuk itu memang
diperlukan kreativitas dan daya imajinasi, sehingga individu mampu

18
membuat suatu keajaiban. Jadi dalam hal ini seseorang memiliki keinginan
untuk aktualisasi diri

c). Self-enhancement
Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan
kemajuan diri seseorang, kemajuan diri ini menjadi salahsatu keinginan bagi
setiap individu. Dalam belajar diciptakan suasanakompetensi yang sehat bagi
peserta didik untuk mencapai suatu prestasi

3. Jenis motivasi menurut Woodworth dan Marquis

a). Motif atau kebutuhan organis, yaitu motif yang berhubungan dengan
kebutuhan dasar tubuh manusia, misalnya : makan, minum, oksigen, seksual,
istirahat, dll. Ini sesuai dengan jenis physiological drives dari Frandsen

b). Motif-motif darurat (emergency motives), yaitu yang timbul jika situasi
menunut tindakan yang cepat. Motif timbul bukan dari dalam tapi atas
rangsangan dari luar, misalnya: dorongan untuk menolong orang lain yang
mengalami kecelakaan, dorongan menyelamatkan diri dari bahaya dan lain-
lain.

c). Motif-motif obyektif, yaitu motif yang diarahkan / ditujukan pada


obyek atau tujuan tertentu di sekitar kita. Motif ini timbul karena adanya
dorongan dari dalam diri kita (kita menyadari) untuk dapat menghadapi dunia
luar secara efektif, contohnya: keinginan untuk menyelidi, explorasi, menaruh
minat, dll.

II.1.5.4 Klasifikasi Motivasi


Menurut Sardiman (2010) klasifikasi motivasi adalah:
1. Motivasi instrinsik

19
Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
diri tiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai
contoh : seorang yang gemar membaca maka tidak usah ada orang yang
mendorong, ia sudah rajin mencari literatur untuk dibaca.

2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya rangsangan dari luar. Sebagai contoh : seseorang itu belajar karena
besok pagi ada ujian, dengan harapan mendapatkan nilai baik sehingga akan
mendapatkan penghargaan atau pujian. Jadi belajar bukan karena ingin
mengetahui sesuatu, tapi karena ingin nilai baik dan mendapatkan hadiah.

II.1.5.5Indikator Motivasi
Menurut Hamzah, (2008) Indikator Motivasi belajar adalah :
a) Adanya hasrat dan keinginan berhasil
b) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar
c) Adanya harapan dan cita – cita masa depan
d) Adanya penghargaan dalam belajar
e) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar
f) Adanya lingkungan yang kondusif sehingga memungkinkan seorang
peserta didik belajar dengan baik.

II.1.6. Gaya Belajar


II.1.6.1 Definisi Gaya Belajar
Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang lebih disukai pelajar.
Umumnya, dianggap bahwa gaya belajar seseorang berasal dari variabel
kepribadian, termasuk susunan kognitif dan psikologis latar belakang sosio-
cultural, serta pengalaman pendidikan (Nunan, 2003).
Keanekaragaman gaya belajar siswa perlu diketahui pada awal permulaannya
diterima pada suatu lembaga pendidikan yang akan ia jalani. Hal ini akan
memudahkan bagi pebelajar untuk belajar maupun pembelajar untuk mengajar

20
dalam proses pembelajaran. Pebelajar akan dapat belajar dengan baik dan hasil
belajarnya baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan
pembelajar dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat (Kolb dan
Alice, 2009).

II.1.6.2 Macam-Macam Gaya Belajar


Banyak ilmuan yang menggolongkan gaya belajar menjadi beberapa macam,
namun yang paling sering digunakan adalah penggolongan menurut Grinder(De
Porter & Hernacki, 2004) yang membagi gaya belajar menjadi 3macam, yaitu:
1. Gaya belajar Visual
Gaya belajar visual (visual learner) menitikberatkan ketajaman penglihatan.
Artinya, bukti-bukti konkret harus diperlihatkan terlebih dahulu agar siswa
paham. Ciri-ciri siswa yang memiliki gaya belajar visual adalah kebutuhan yang
tinggi untuk melihat dan menangkap informasi secara visual sebelum ia
memahaminya.
Siswa yang memiliki gaya belajar visual menangkap pelajaran lewat materi
bergambar. Selain itu, ia memiliki kepekaan yang kuat terhadap warna, disamping
mempunyai pemahaman yang cukup terhadap masalah artistik. Hanya saja
biasanya ia memiliki kendala untuk berdialog secara langsung karena terlalu
reaktif terhadap suara, sehingga sulit mengikuti anjuran secara lisan dan sering
salah menginterpretasikan kata atau ucapan.
Gaya belajar ini dapat diterapkan dalam pembelajaran, dengan menggunakan
beberapa pendekatan : menggunakan beragam bentuk grafis untuk menyampaikan
informasi/materi pelajaran berupa film, slide, ilustrasi, coretan atau kartu-kartu
gambar berseri untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan
Ciri – ciri gaya belajar ini adalah :
1. Senantiasa berusaha melihat bibir guru yang sedang mengajar.
2. Saat mendapat petunjuk untuk melakukan sesuatu, biasanya siswa akan
melihat teman-teman lainnya baru kemudian dia sendiri yang bertindak.
3. Cenderung menggunakan gerakan tubuh (untuk mengekspresikan dan
menggantikan kata-kata) saat mengungkapkan sesuatu.

21
4. Tak suka bicara di depan kelompok dan tak suka pula mendengarkan orang
lain.
5. Biasanya kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan.
6. Lebih suka peragaan daripada penjelasan lisan.
7. Biasanya dapat duduk tenang di tengah situasi yang ribut dan ramai tanpa
merasa terganggu.

2. Gaya Belajar Auditorial


Gaya belajar ini mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami sekaligus
mengingatnya. Karakteristik model belajar ini benar-benar menempatkan
pendengaran sebagai alat utama untuk menyerap informasi atau pengetahuan.
Artinya, untuk bisa mengingat dan memahami informasi tertentu, yang
bersangkutan haruslah mendengarnya lebih dulu. Mereka yang memiliki gaya
belajar ini umumnya susah menyerap secara langsung informasi dalam bentuk
tulisan, selain memiliki kesulitan menulis ataupun membaca.
Di dalam pembelajaran, untuk membantu siswa-siswa seperti ini, guru bisa
menggunakan media tape untuk merekam semua materi pelajaran yang diajarkan
di sekolah. Selain itu, keterlibatan siswa dalam diskusi juga sangat cocok untuk
siswa seperti ini. Bantuan lain yang bisa diberikan adalah mencoba membacakan
informasi, kemudian meringkasnya dalam bentuk lisan dan direkam untuk
selanjutnya diperdengarkan dan dipahami. Langkah terakhir adalah melakukan
review secara verbal dengan teman atau pengajar.
Ciri – ciri gaya belajar auditorial adalah :
1. Mampu mengingat dengan baik materi yang didiskusikan dalam kelompok
atau kelas.
2. Mengenal banyak sekali lagu atau iklan TV, bahkan dapat menirukannya
secara tepat dan komplet.
3. Cenderung banyak omong.
4. Tak suka membaca dan umumnya memang bukan pembaca yang baik karena
kurang dapat mengingat dengan baik apa yang baru saja dibacanya.
5. Kurang cakap dalam mengerjakan tugas mengarang/menulis.

22
6. Kurang tertarik memperhatikan hal-hal baru di lingkungan sekitarnya, seperti
hadirnya siswa baru, adanya papan pengumuman di pojok kelas dan sebagainya.

3. Gaya Belajar Kinestetik


Gaya belajar ini mengharuskan individu yang bersangkutan menyentuh
sesuatu yang memberikan informasi tertentu agar ia bisa mengingatnya. Tentu
saja ada beberapa karakteristik model belajar seperti ini yang tak semua orang
bisa melakukannya. Karakter pertama adalah menempatkan tangan sebagai alat
penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Hanya dengan
memegangnya saja, seseorang yang memiliki gaya belajar ini bisa menyerap
informasi tanpa harus membaca penjelasannya.
Karakter berikutnya dicontohkan sebagai orang yang tak tahan duduk manis
berlama-lama mendengarkan penyampaian pelajaran. Tak heran kalau individu
yang memiliki gaya belajar ini merasa bisa belajar lebih baik kalau prosesnya
disertai kegiatan fisik.
Kelebihannya, mereka memiliki kemampuan mengkoordinasikan sebuah tim
disamping kemampuan mengendalikan gerak tubuh (athletic ability). Tak jarang,
orang yang cenderung memiliki karakter ini lebih mudah menyerap dan
memahami informasi dengan cara menjiplak gambar atau kata untuk kemudian
belajar mengucapkannya atau memahami fakta.
Untuk menerapkannya dalam pembelajaran, kepada siswa yang memiliki
karakteristik-karakteristik di atas dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
model peraga, semisal bekerja di lab atau belajar yang membolehkannya bermain.
Cara sederhana yang juga bisa ditempuh adalah secara berkala mengalokasikan
waktu untuk sejenak beristirahat di tengah waktu belajarnya.
Ciri- ciri gaya belajar kinestetik :
1. Gemar menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya.
2. Amat sulit untuk berdiam diri/duduk manis.
3. Suka mengerjakan segala sesuatu yang memungkinkan tangannya sedemikian
aktif.
4. Memiliki koordinasi tubuh yang baik.
5. Suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar.

23
6. Mempelajari hal-hal yang abstrak (simbol matematika, peta, dan sebagainya)
dirasa amat sulit oleh siswa dengan gaya belajar ini.
7. Cenderung terlihat “agak tertinggal” dibanding teman sebayanya. Padahal hal
ini disebabkan oleh tidak cocoknya gaya belajar siswa dengan metode
pengajaran yang selama ini lazim diterapkan di sekolah-sekolah.

II.1.6 Hubungan Minat, Motivasi, dan Cara Belajar dengan Prestasi Belajar
II.I.6.1 Hubungan Minat dengan Prestasi Belajar
Minat adalah ketertarikan seseorang terhadap obyek tertentu sehingga ada
kecenderungan jiwa terhadap keinginan, seperti halnya seorang yang
berminatterhadap mata kuliah atau jurusan tertentu. Beberapa faktor yang dapat
membangkitkan minat seseorang antara lain: membangkitkan adanya suatu
kebutuhan, menghubungan dengan persoalan pengalaman yang lampau, memberi
kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik dan menggunakan berbagai
macam bentuk mengajar. Minat akan mendorong seseorang untuk melakukan
aktifitas sesuai dengan kebutuhannya, misal seorang mahasiswa akan tergerak
untuk aktif belajar sehingga dapat memperoleh hasil atau prestasi seperti yang
diharapkan.Minat yang tinggi terhadap suatu obyek akan timbul semangat yang
tinggi untuk memfasilitasi dalam rangka meraih prestasi, sebaliknya minat yang
rendah akan menimbulkan ketidaktertarikan dalam belajarnya sehingga tidak ada
upaya untuk memperoleh prestasi.(Iskandar, 2010).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Luckyta Sundah dalam gambaran
minat dan prestasi belajar mahasiswa kedokteran semester II angkatan 2015, dari
52 responden yang memiliki minat di Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado tidak ada satupun yang memiliki IP rendah (Sundah, 2015).

II.1.6.2 Hubungan Motivasi dengan Prestasi Belajar


Motivasi belajar seseorang yang tinggi merupakan motor penggerak untuk
melakukan aktivitas belajar dan selalu berusaha untuk mencapai hasil seperti apa
yang diinginkan atau dicita – citakan. Misal seorang mahasiswa dengan motivasi
tinggi untuk menjadi seorang perawat maka akan termotivasi untuk belajar
sehingga akan memperoleh prestasi belajar yang baik. Mengingat keterikatan

24
yang cukup kuat antara motivasi belajar dengan prestasi belajar, timbul dugaan
bahwa prestasi belajar yang rendah di kalangan mahasiswa disebabkan karena
rendahnya motivasi untuk belajar.(Dimyati dan Mudjiono, 2009)
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lisiswanti dalam hubungan antara
motivasi dengan hasil belajar mahasiswa kedokteran menyatakan bahwa semakin
tinggi motivasi belajar mahasiswa maka akan semakin tinggi pula prestasi
belajarnya (Lisiswanti, 2015).
II.1.6.3 Hubungan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar
Seseorang mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda untuk mengerti
dalam pembelajaran. Ada beberapa gaya belajar, seperti gaya belajar visual,
auditorik, atau kinestetik. Jika seseorang sudah menemukan cara belajar yang
efektif dan efisien, maka materi yang diberikan oleh pengajar akan lebih mudah
dipahami dan bisa meningkatkan prestasi.(Nunan, 2003)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Retno Wulandari (2011), seseorang
yang semakin menyadari dan menggunakan cara belajar yang efisien akan
semakin baik prestasi yang didapat (Wulandari, 2011).

25
II.2 Kerangka Teori
Dasar pemikiran dalam teori yang menjadi alur dari buah penelitian
kemudian tertuang dalam sebuah bagan kerangka teori yang dibuat sebagai
berikut:
Faktor Internal

Kecerdasan Fisik Minat Motivasi Gaya Belajar

Mengetahui gaya
IQ ↓ IQ ↑ Sakit Sehat Tinggi Rendah belajarnya

Konsentrasi Konsentrasi Semangat Semangat Lebih mudah


Belajar ↓ Belajar ↑ belajar tinggi belajar rendah memahami
pelajaran

Menurunkan Meningkatkan Meningkatkan Menurunkan Meningkatkan

Prestasi Belajar
(MCQ)

Faktor Eksternal
Keterangan: Yang Diteliti
- Lingkungan kampus
- Lingkungan masyarakat
Tidak Diteliti
- Keluarga
- Sarana dan prasarana
belajar

Sumber: modifikasi teori Djali

26
II.3. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian latar belakang, tujuan penelitian, dan landasan teori
yang sudah dijelaskan sebelumnya maka kerangka konsep yang dapat dibuat
sebagai berikut:

Variabel Independent Variabel Dependent

Faktor Internal:
- Minat:
Prestasi Belajar (MCQ):
o Tinggi
- Baik (≥70)
o Rendah
- Kurang (< 70)
- Motivasi
o Tinggi
o Rendah
(PSSK, 2016)
- Gaya Belajar
o Visual
o Auditorik
o Kinestetik

II.4 Hipotesis
1. H1: Terdapat hubungan antara minat, motivasi, dan gaya belajar dengan
Prestasi Belajar (MCQ) mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta Tingkat I

27

You might also like