You are on page 1of 10

MAKALAH PRAKTIKUM

COMPOUNDING AND DISPENSING


“ SWAMEDIKASI CACINGAN”

Dosen Pengampu : VivinNopiyanti M.Sc. Apt

Disusun oleh:
Trimida (1820364076)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER XXXVI


UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Infeksi cacing atau biasa disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam infeksi
yang di sebabkan oleh parasit. Parasit adalah mahluk kecil yang menyerang tubuh inangnya
dengan cara menempelkan diri (baik di luar atau di dalam tubuh) dan mengambil nutrisi
daritubuh inangnya. Pada kasus cacingan, maka cacing tersebut bahkan dapat
melemahkantubuh inangnya dan menyebabkan gangguan kesehatan.
Cacingan biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran akan kebersihan baik terhadap
diri sendiri ataupun terhadap lingkungannya. Cacingan dapat menular melalui larva/telur
yang tertelan & masuk ke dalam tubuh. Cacing merupakan hewan tidak bertulang yang
berbentuk lonjong & panjang yang berawaldari telur/larva hingga berubah menjadi bentuk
cacing dewasa.
Cacing dapat menginfeksibagian tubuh manapun yang ditinggalinya seperti pada
kulit, otot, paru-paru, ataupun usus/saluran pencernaan Penyakit cacingan, khususnya pada
anak sering dianggap sebagai penyakit yang sepeleoleh sebagian besar kalangan masyarakat.
Padahal penyakit ini bisa menurunkan tingkatkesehatan anak. Di antaranya, menyebabkan
anemia, IQ menurun, lemas tak bergairah,ngantuk, malas beraktivitas serta berat badan
rendah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Macam-macam cacing

Cacing penyebab infeksi pada manusia dapat dibagi menjadi dua filum utama, yaitu
nematoda atau cacing gelang dan Platyhelmintes atau cacing pipih. Platyhelmintes terbagi
menjadi dua kelas yaitu trematoda dan cestoda. Filum nematoda (roundworm) mempunyai
bentuk tubuh bulat memanjang, silindris, tidak bersegmen dan bilateral simetris. Cacing ini
memiliki rongga tubuh dan tubuhnya tertutup oleh kutikulum. Alat pencernaannya sudah
lengkap, tetapi sistem syaraf dan ekskresinya belum sempurna. Nematoda adalah cacing yang
uniseksual dengan alat reproduksi jantan dan betina yang terpisah.

Trematoda mempunyai bentuk tubuh yang tidak bersegmen, pipih mirip daun. Cacing
dewasa mempunyai alat isap mulut (oral sucker) yang terdapat di kepala dan alat isap ventral
yang terdapat di bagian perut. Trematoda pada umumnya bersifat hermaprodit. Trematoda
memiliki alat pencernaan yang belum sempurna dan tidak memiliki rongga tubuh. Ciri khas
trematoda adalah adanya sistem ekskresi (flame cell) yang berbentuk khas pada setiap
spesies.

Cacing cestoda mempunyai bentuk seperti pita, pipih ke arah dorsoventral dan
mempunyai banyak ruas (segmen). Cestoda memiliki alat pencernaan yang belum sempurna
dan tidak memiliki rongga tubuh. Kepala cacing cestoda mempunyai alat isap untuk
menempel yang dilengkapi kait untuk menempel pada organ manusia atau hewan yang
menjadi hospes tempatnya hidup

2. Macam-macam infeksi cacing


1. Infeksi nematoda Menurut Anand dan Sharma (1997) infeksi nematoda (roundworm)
yang sering terjadi adalah askariasis, infeksi cacing tambang, trikuriasis,
strongyloidiasis dan filariasis.
2. Infeksi trematoda Infeksi trematoda yang sering terjadi diantaranya adalah
schistosomiasis dan fasciolopsiasis
3. Infeksi cestoda Infeksi yang diakibatkan cestoda yang sering terjadi adalah infeksi di
saluran cerna dan kista hidatid. disebabkan Taenia saginata (cacing pita sapi), Taenia
solium (cacing pita babi) dan Diphyllobothrium latum (cacing pita ikan). kista hidatid,
yaitu larva Echinococcus granulosus dan E. multilocularis pada manusia dan hewan
ternak.

3. Gejala
a. Cacing kremi gejala nya adalah rasa gatal di sekitar daerah anus atau vulva (kemaluan
wanita). Gejala ini akan memburuk di malam hari ketika cacing kremi biasanya akan
keluar dari permukaan tubuh tidak untuk menaruh telurnya di sekitar anus / vulva.

b. Cacing gelang gejala nya adalah dapat menyebabkan masalah penglihatan apabila
terdapat di mata karena menimbulkan radang dan luka pada retina mata. Cacing
gelang ini dapat berpindah ke bagian paru–paru menyebabkan timbulnya batuk dan
asma, serta menimbulkan bengkak di organ tubuh lain.
c. Cacing tambang gejala nya adalah dapat menimbulkan rasa sakit di daerah perut,
cacing pita dapat menutupi daerah otot, kulit, jantung, mata dan otak. Selain hal
tersebut di atas, gejala lain yang mungkin timbul adalah :
1. Rasa mual
2. Lemas

3. Hilangnya nafsu makan

4. Rasa sakit di bagian perut

5. Diare

6. Turunnya BB karena penyerapan nutrisi yang tidak mencukupi dari makanan


d. Apabila infeksi yang lebih lanjut apabila cacing sudah berpindah tempat dari usus ke
organ lain, sehingga menimbulkan kerusakan organ dan jaringan. Yang dapat
menyebabkan :
1. Demam

2. Adanya benjolan di organ

3. Dapat timbul reaksi alergi terhadap larva cacing

4. Infeksi bakteri

5. Kejang atau gejala gangguan syaraf apabila organ otak sudah terkena

4. Faktor Penyebab Infeksi Cacingan


Banyak faktor yang menyebabkan infeksi penyakit kecacingan diantaranya adalah
Personal Hygiene dan sanitasi lingkungan. Dalam hal ini, Personal Hygiene yang masih
kurang baik sangat mempengaruhi penyakit kecacingan terutama pada anak-anak. Misalnya
jarang melakukan cuci tangan dan cuci kaki apabila abis melakukan aktivitas di luar rumah,
kemudian membiarkan kuku panjang dan kotor, kebiasaan masih sering menggigit kuku dan
sebagainya merupakan kebiasaan masyarakat yang sangat buruk sehingga menyebabkan
masih tingginya angka kecacingan.
Sanitasi lingkungan yang kurang memadai juga merupakan salah satu faktor terjadinya
infeksi cacingan, sanitasi lingkungan mempunyai peranan penting dalam penularan infeksi
cacingan, pada daerah yang kelembaban tinggi dan pada kelompok sanitasi lingkungan yang
kurang baik itu juga salah satu penyebab infeksi cacingan, sanitasi makanan juga
berpengaruh terjadinya infeksi cacingan karena pola makanan biasanya sering mengonsumsi
makanan mentah atau makanan yang setengah matang seperti lalapan, ikan, daging itu
mengakibatkan banyak terkena infeksi cacingan.

5. Cara Penularan
Cacing masuk ke dalam tubuh manusia lewat makanan atau minuman yang tercemar
telur-telur cacing. Umumnya, cacing perut memilih tinggal di usus halus yang banyak berisi
makanan. Meski ada juga yang tinggal di usus besar. Penularan penyakit cacing dapat lewat
berbagai cara, telur cacing bisa masuk dan tinggal dalam tubuh manusia. Ia bisa masuk lewat
makanan atau minuman yang dimasak menggunakan air yang tercemar. Jika air yang telah
tercemar itu dipakai untuk menyirami tanaman, telur-telur itu naik ke darat.
Begitu air mengering, mereka menempel pada butiran debu. Telur yang menumpang pada
debu itu bisa menempel pada makanan dan minuman yang dijajakan di pinggir jalan atau
terbang ke tempat-tempat yang sering dipegang manusia. Mereka juga bisa berpindah dari
satu tangan ke tangan lain. Setelah masuk ke dalam usus manusia, cacing akan berkembang
biak, membentuk koloni dan menyerap habis sari-sari makanan. Cacing mencuri zat gizi,
termasuk protein untuk membangun otak.
Setiap satu cacing gelang memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari.
Cacing cambuk menghabiskan 0,005 milimeter darah per hari dan cacing tambang minum 0,2
milimeter darah per hari. Kalau jumlahnya ratusan, berapa besar kehilangan zat gizi dan
darah yang digeogotinya. Seekor cacing gelang betina dewasa bisa menghasilkan

6. Terapi farmakologi
1. Golongan piperazin Piperazin bekerja sebagai agonis GABA pada otot cacing. Cara
kerja piperazin pada otot cacing ascaris lumbricoides adalah dengan mengganggu
permeabilitas membran sel terhadap ion-ion yang berperan dalam mempertahankan
potensial istirahat, sehingga menyebabkan hiperpolarisasi dan supresi impuls spontan
disertai paralisis. Piperazin efektif terhadap Ascaris lumbricoides dan Enterobiasis
vermicularis (cacing kremi) (Syarif dan Elysabeth, 2011).
2. 2.3.2 Golongan benzimidazol Benzimidazol merupakan antelmintik berspektrum luas
dengan mekanisme kerja menghambat pembentukan sitoskeleton dengan berinteraksi
secara selektif dengan ß-tubulin. Derivat benzimidazol adalah tiabendazol,
mebendazol dan albendazol.
a. Tiabendazol Merupakan antelmintik derivat benzimidazol berspektrum luas
dan efektif untuk mengobati infestasi berbagai nematoda pada manusia.
Tiabendazol mempunyai daya antelmintik yang luas, efektivitasnya tinggi
terhadap strongiloidiasis, askariasis dan larva migrans kulit; berguna untuk
mengobati trikuriasis dan trikinosis akut. Cara kerjanya sama dengan derivat
benzimidazol lainnya, misalnya dengan menghambat enzim fumarat reduktase
cacing (Syarif dan Elysabeth, 2011).
b. Mebendazol efektif untuk mengobati infeksi cacing gelang, cacing kremi,
cacing tambang dan T. trichiura, sehingga efektif untuk mengobati infestasi
campuran cacing-cacing tersebut. Mebendazol bekerja dengan menyebabkan
kerusakan struktur subselular dan menghambat sekresi asetilkolinesterase
cacing. Obat ini juga menghambat pengambilan glukosa secara ireversibel
sehingga akan terjadi pengosongan (deplesi) glikogen pada cacing (Syarif dan
Elysabeth, 2011).
c. Albendazol efektif dalam dosis tunggal untuk infeksi cacing kremi, cacing
gelang, cacing trikuris, cacing S. stercoralis dan cacing tambang. Juga
merupakan obat pilihan untuk penyakit hidatid dan sistiserkosis. Obat ini
bekerja dengan cara berikatan dengan ß-tubulin parasit sehingga menghambat
polimerisasi mikrotubulus dan memblok pengambilan glukosa oleh larva
maupun cacing dewasa, sehingga persediaan glukosa menurun dan
pembentukan ATP berkurang dan menyebabkan kematian cacing. Obat ini
dapat membunuh larva N.americanus dan juga dapat merusak telur cacing
gelang, tambang dan trikuris
3. Golongan agonis reseptor nikotinik Obat yang termasuk dalam golongan ini adalah
pirantel pamoat dan morantel..
a. Pirantel pamoat terutama digunakan untuk memberantas cacing gelang, cacing
kremi dan cacing tambang. Pirantel pamoat dan analognya menimbulkan
depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan frekuensi impuls, sehingga cacing
mati dalam keadaan spastis (Syarif dan Elysabeth, 2011).
b. Morantel adalah antelmintik golongan tetrahidro pirimidin yang berguna untuk
mengatasi infeksi cacing gelang dan cacing pita
4. Golongan spiroindol Paraherquamide A dan marcfortine A adalah anggota golongan
oxindol alkaloid yang diisolasi dari Penicillum paraherquei dan P.roqueforti. Cara
kerja antelmintik golongan ini adalah menimbulkan paralisis flasid pada cacing
parasit dan sebagai antagonis kompetitif reseptor kolin
5. Golongan lakton makrosiklik Antelmintik yang termasuk golongan lakton
makrosiklik adalah avermektin dan ivermektin.
a. Avermektin dihasilkan lewat proses fermentasi dari Streptomyces avermitilis.
Obat ini efektif terhadap infeksi onchocersiasis dan strongiloidiasis. Cara
kerjanya yaitu memperkuat peranan GABA pada proses transmisi di saraf tepi
sehingga cacing mati dalam keadaan paralisis.
b. Ivermektin adalah antelmintik semisintesis dari avermektin yang lebih efektif
dan aman dibanding senyawa induknya
6. Golongan emodepsid Merupakan hasil fermentasi dari jamur Mycelia sterilia.
Menyebabkan paralisis otot dengan mengganggu pertukaran ion kalsium dan kalium
pada otot cacing
BAB III

PEMBAHASAN

Seorang ibu pergi ke apotik untuk membelikan obat buat anaknya umur 4 tahun dengan
keluhan kurang nafsu makan dan sering garuk-garuk pantat di malam hari.Sebelumnya belum
pernah mengalami penyakit ini , tidak memiliki penyakit lain, tidak memiliki alergi.
Nama Pasien (Anak)
Jenis Kelamin -
Usia 4 tahun
Alamat -
Tanggal pasien datang -
Keluhan pasien kurang nafsu makan dan sering garuk-garuk pantat di malam
hari
Riwayat alergi -
Pasien pernah datang Ya
sebelumnya :

Problem medic Subjek/ Objek Terapi DRP Plan

kurang nafsu makan


Indikasi
dan sering garuk- Pemberian Pirantel
Infeksi cacing Tidak ada tanpa terapi
garuk pantat di Pamoat dan KIE
pengobatan
malam hari
Obat yang diberikan :
Nama Obat Dosis atau sediaan Cara No Batch Tanggal ED
pemakaian
Combantrin 1-2 sendok takar (5ml) diminum
(pirantel dalam sehari.
palmoat) 125 mg/5 ml dalam
10ml
PERCAKAPAN DIALOG
Pasien : Permisi mba, saya mau beli obat
Apoteker : iya ibu, ada yang bisa saya bantu ?
Pasien : saya mau beli obat cacingan untuk anak saya.
Apoteker : anaknya kenapa ya bu ?
Pasien : anak saya setiap malam merasa gatal pada pantatnya, pas saya liat ada seperti
putih-putih kaya kelapa parut gitu mba.
Apoteker : apakah ini yang pertama kali bu ?
Pasien : iya mba, baru aja anak saya kaya gini.
Apoteker : oh iya biasanya itu karena tidak mecuci tangan sebelum makan kan biasanya
anak-anak habis main pasir gitukan langsung makan tanpa pengawasan kita ya bu
Pasien : oh iya mba, mungkin karena itu.
Apoteker :anaknya umur berapa tahun ya bu ?
Pasien : 4 tahun mba.
Apoteker : oh… iya bu, sebentar ya buk, saya ambilkan obatnya dulu.
Beberapa saat kemudian apoteker mengambil obat dan menemui pasien kembali
Apoteker : ibu, ini saya rekomendasikan obat combantrin. Ini harganya 12.000,- bu ?
Pasien : oh iya mbak, ini uangnya.
Apoteker :ibu combantrin ini nanti dikocok dulu ya bu dan diminum lansung 1 botol ini ya
bu langsung di habiskan, diminumnya kalau bisa setelah anak ibu pulang sekolah,
karena kalau diminum pagi hari nnti anak ibu mengantuk dan sakit kepala akibat
efek sampingnya , dan ini diminumnya sesudah makan ya bu, 2 minggu kemudian
jika dirasa masih gtal ibu bisa memberikan obat ini lagi. apakah ibu sudah paham?
Pasien : iya mbak, sudah. Jadi ini langsung diminum gtu kan mba. Siang hari sesudah
makan ?
Apoteker : iya bu betul sekali.,. Oia bu sebaiknya untuk anak2 rutin minum obat cacing ya
bu 6 bulan sekali untuk mencegah terjadinya infeksi kembali ya bu. Kemudian,
cacing kremi ini dapat mnyebar dengan mudah bu, jadi ibu harus sering
membersihkan toilet, pakaian,seprai, handuk haru diganti atau di cuci setiap hari
ya bu. Terus jangan biarkan anak ibu menggaruk pantat, mencuci tangan sebelum
makan, rajin memotong kuku, selalu pakai alas kaki ya budan mencuci pantat
setiap pagi ya bu agar telur cacingnya dapat hilang.
Pasien : oh iya mba terimakasih ya mba
Apoteker : iya bu sama-sama,. semoga anaknya lekas sembuh ya bu

You might also like