Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Terdapat banyak penemuan metode baru yang semakin akurat dalam perkiraan
PMI (Post-Mortem Interval), terlebih bila metode tersebut dapat digunakan secara
universal, maka akan semakin banyak digunakan metode tersebut. Namun, mengingat
setiap jaringan lunak memiliki sifat pembusukan yang berbeda-beda, metode ini perlu
dalam investigasi forensik. Penelitian ini menguji dua metode dalam menentukan PMI
dilakukan di Kota Hawkesbury, Provinsi New South Wales, Australia. Metode pertama
adalah ADD (Accumulated degree day) oleh Megyesi dkk pada tahun 2005 dan
metode kedua adalah DDI (Degree of decomposition index) oleh Fitzgerald dan
Oxenham pada tahun 2009. Empat bangkai babi diletakan pada permukaan tanah dan
September 2013. Metode ADD dan DDI digunakan dalam menentukan PMI (Post-
Mortem Interval). Hasil menunjukan bahwa kedua metode tidak sesuai perkiraan yang
diinginkan, meskipun metode ADD memiliki potensi lebih efektif dalam menentukan
tertentu. Telah dibuat sebuah alternative untuk metode ini berdasarkan data
pembusukan yang diambil dari penelitian di kota Hawkesbury dan masih diperlukan
PENDAHULUAN
satu yang terumit untuk ditentukan karena banyaknya variable yang mempengaruhi
tingkat dan proses pembusukan. Banyak penelitian setuju bahwa alogaritma dalam
memiliki keunikan iklim dan lingkungan. Microclimates adalah iklim yang berbeda
pada daerah tertentu yang berbeda dengan lingkungan sekitar. Sangat penting dalam
forensik dimana kondisi lingkungan yang berbeda dari setiap lingkungan, hal tersebut
tidak ada yang dapat digunakan di daerah lain. Meskipun telah banyak penelitian yang
bila bukti pendukung seperti tanah, tumbuhan dan serangga sekitar tidak tersedia.
Tahap dan proses pembusukan telah diketahui secara luas. Pembusukan dimulai
fresh/segar (tidak ada perubahan eksternal), pembusukan awal (perubahan warna hijau-
Terlepas dari tahapan tersebut, proses pembusukan tidak selalu sama, dapat terjadi
perbedaan variasi tingkatan, waktu setiap tahapan, dan bagian tubuh tertentu.
metode yang digunakan dalam perkiraan PMI (Post Mortem Interval) telah dapat
menyesuaikan variable temperature sehingga dapat digunakan secara lebih luas. Pada
tahun 2005, Megyesi dkk merumuskan ADD (accumulated degree days) bersamaan
dengan metode TBS (Total Body Score) untuk representasi numeric dari pembusukan.
Pada tahun 2009, Fitzgerald dan Oxenham merumuskan metode DDI (Degree of
dengan asumsi semua variasi iklim telah diperhitungkan. Alogaritma ini termasuk baru
pada anthropology forensik namun diduga memiliki akurasi yang cukup tinggi dalam
menentukan PMI (Post Mortem Interval). Namun di Australia metode ini belum
Tujuan dari penelitian ini adalah menilai penggunaan ADD (Accumulated degree
day) dan DDI (Degree of decomposition index) dalam perkiraan PMI (Post Mortem
South Wales, selama musim dingin pada tahun 2013 selama 64 dari (2July-
2September). Lokasi penelitian merupakan tanah dengan semak yang lebat disertai
pohon eucalyptus (kayu putih) dan terisolasi dari masyarakat umum. Wilayah ini
mengalami musim dingin yang tergolong ringan, dengan suhu harian 14 oC, dengan
intensitas hujan sedikit dan tidak turun salju. Seperti yang diketahui bahwa suhu yang
rendah dapat memperlambat pembusukan, namun sejauh ini belum ada penelitian di
kota Hawkesbury untuk mengetahui efek dari iklim dingin pada perkiraan PMI (Post
Mortem Interval).
Empat ekor babi dewasa dengan berat sekitar 70kg, diperoleh dari tempat
pemotongan hewan setempat. Babi dibunuh diantara pukul 02.00-02.15 tanggal 2 Juli
2014, menggunakan “captive bolt” langsung ke otak dan segera diangkut ke lokasi
penelitian menggunakan truk tertutup. Lokasi penelitian terletak 20,9km atau 22 menit
dari tempat potong hewan. Setelah tiba di lokasi penelitian, dalam waktu 1,5 jam
setelah kematian, bangkai ditempatkan di permukaan tanah dan dicatat sebagai “Hari
ke – 0”. Semua bangkai berukuran kurang lebih sama untuk menghindari variable
massa tubuh. Bangkai ditutupi oleh kandang untuk mencegah dimangsa oleh hewan
lain namun kandang masih dapat ditembus oleh cuaca sekitar dan hewan melata
ketebalan kulit, struktur organ, struktur jaringan, kelebatan rambut, dan flora normal
gastrointestinal. Selanjutnya berat babi 70kg dipilih karena ukuran ini di analogikan
difoto dua kali seminggu pada hari senin dan kamis pukul 10 pagi sepanjang masa
permukaan bangkai dibagi menjadi daerah dan tingkat pembusukan sesuai kedua
Metode AAD membagi bangkai babi menjadi 3 regio, kepala-leher, badan, dan
ekstremitas (Gambar 1 (a)). Setiap regio diberi skor numeric untuk tingkat
pembusukan. Untuk setiap perubahan diamati, dan diberi nilai 1 poin. Skor masing-
masing dari ketiga regio dijumlahkan dan didapat skor TBS (Total Body Score)/ skor
minimal 3 dan maksimum 35. Sebagai contoh, bila kepala dan leher memiliki tingkat
mumifikasi disertai bone expose kurang dari satu setengah regio tersebut diberikan
skor, tubuh menunjukan tingkat pembusukan dengan kulit kendur dan caving/cekungan
dari rongga perut dan ekstremitas memiliki warna coklat dan hitam dengan penampilan
kasar. Maka alokasi skor : kepala-leher 9, badan 6, ekstremitas 5, skor TBS 20.
Gambar 1 (a). Pembagian regio bangkai untuk skoring TBS (kepala-leher, Badan,
Gambar 2 (b). Pembagian regio bangkai untuk skoring menggunakan metode DDI
Metode DDI dikembangkan oleh Fitzgerald dan Oxenham. Babi dibagi menjadi 8 regio
tubuh (Gambar 1(b)) diberikan skor antara 1-5 berdasarkan stadium pembusukan regio
(contoh : skor 1-1,9 untuk stadium fresh, skor 2-2,9 untuk stadium pembusukan awal,
skor 3-3,9 untuk stadium pembusukan lanjut, skor 4-4,9 untuk stadium skeletonisasi,
skor 5 untuk stadium pembusukan ekstrim. Dari 8 regio skor di rata-rata untuk
dimasukan dalam DDI (Degree of Decomposition Index). Skor DDI diadaptasi dari
Skor TBS dan DDI mewakili keseluruhan pembusukan yang terjadi pada bangkai
pada waktu pengamatan. Persamaan regresi yang dikembangkan oleh Megyesi dkk
digunakan untuk memprediksi ADD dari TBS. Sedangkan Fitzgerald dan Oxenham,
Data suhu dicatat setiap jam menggunakan dua alat “Tinytag plus 2-TGP-4017”
yang diletakan pada sisi kandang untuk bangkai 1 dan 3. Bangkai 1 dan 2 diletakan
pada posisi yang terpapar sinar matahari penuh pada siang hari, dan bangkai 3 dan 4
berada di bawah bayangan pohon pada siang hari. Hal ini memungkinkan terjadinya
perbedaan yang signigikan secara statistic antara kedua microclimates. Oleh karena itu
terdahulu, hal ini dikarenakan suhu pada tingkat pembekuan dapat menghambat proses
biologis pembusukan. Selain perbedaan dengan terpaparnya sinar matahari atau pada
daerah teduh, tidak terdapat perbedaan lain seperti masuknya arthropoda, dan flora
disekitar bangkai.
Grafik garis dibuat dengan menghubungkan antara (i) TBS dan ADD (metode
ADD), dan (ii) DDI dan PMI (metode DDI). Nilai prediksi dari alogaritma Megyesi
dkk dan Fitzgerald dan Oxenham disesuaikan dengan data ADD dan PMI yang didapat.
Semakin akurat alogaritma maka akan semakin dekat antara garis X = Y, dan mewakili
prediksi linier.
Hubungan antara TBS dan ADD, DDI dan PMI dinilai dari nilai r2 , untuk
mengetahui nilai yang menunjukan sejauh mana variable independen (PMI dan ADD)
dapat memprediksi variable dependen (pembusukan, DDI dan TBS) dalam penelitian
ini.
Liner Mixed Modell digunakan untuk emnghitung refresi yang paling tepat
diprediksi PMI dari DDI, dan ADD dari TBS menggunakan data yang didapat dari
lapangan. Bangkai babi yang terpilih dianggap sebagai babi yang mewakili semua
kemungkinan babi yang ada, dan pembusukan yang diamati (DDI atau TBS) diangap
untuk dapat memperkirakan PMI lebih akura dengan rentang +- 20% dari nilai prediksi,
dimana 20% merupakan interval yang diputuskan secara subjektif. Jika hipotesis
ditolak, maka pembuatan metode alternative untuk wilayah kota Hawkesbury sangat
HASIL
cocokan dengan ADD dan PMI, masing-masing untuk menentukan apakah ada
hubungan antara suhu dan pembusukan, dan antara waktu dan pembusukan. Pada tahap
ADD), pembusukan secara umum mengikuti garis linier. Setelah hari ke 15, skor dan
pembusukan mulai berbeda pada setiap babi. Pembusukan melambat secara drastic dari
hari ke 23-32 (291,3-401,3 ADD) dimana skor DDI dan TBS tidak mengalami
melambat pada hari ke 40-64 (527,9-9004 ADD) menghasilkan perubahan grafik kedua
(Gambar 2 dan 3). Dapat disimpulkan bahwa pada hari ke 65 (904 ADD), didapatkan
skor tertinggi TBS (metode ADD) didapatkan 24 (Babi ke 3) dan skor terendah TBS
didapatkan 16 (Babi ke 4) dengan skor maksimal 35. Skor tertinggi DDI didapatkan
3,3 (Babi ke 3) dan skor DDI terendah didapatkan 2,9 (Babi ke 4) dengan skor
maksimal 5.
Gambar 2. TBS-ADD untuk seluruh bangkai (n=4) , menggambarkan hubungan suhu
Metode ADD (berdasarkan persamaan yang dikembangkan oleh Magyesi dkk) telah
dilakukan pengamatan dalam penelitian, untuk mengetahui apakah metode ADD dapat
Hasil menunjukan perubahan yang signifikan pada pola grafik (gambar 4) dengan
perbedaan antara nilai aktual dan prediksi yang sejalan dengan waktu. Oleh karena itu,
ADD aktual lebih cepat meningkat dibandingkan ADD prediksi yang di publikasikan.
beberapa potensi yang menghasilkan perkiraan PMI yang akurat (Gambar 4), meskipun
teori ini masih membutuhkan penelitian yang lebih lanjut dengan sampel yang lebih
adekuat. Data t-test berpasangan menunjukan data statistic yang signifikan antara ADD
aktual dan ADD prediksi (p<0,001), mendukung kesimpulan bahwa metode ADD yang
ada (dipublikasikan sebelumnya oleh Magyesi dkk) tidak secara akurat memprediksi
ADD yang diperlukan untuk mencapai keadaan pembusukan yang ditemukan pada
penelitian ini.
pada bangkai dipengaruhi oleh suhu. Saat dibandingkan dengan persamaan Megyesi
dibandingkan dengan PMI aktual untuk menentukan akurasi metode dalam pengukuran
di kota Hawkesbury (Gambar 5). Hasil menunjukan perbedaan yang sangat signifikan
(p<0,001) antara PMI aktual dan PMI prekdiksi (dipublikasikan sebelumnya oleh
Fitzgerald dan Oxenham), diduga bahwa DDI tidak efektif dalam memperkirakan PMI
Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode DDI tidak dapat secara akurat
perbedaan iklim yang sangat berbeda dari lokasi pengembangan metode / penelitian
sebelumnya. Untuk mencari hubungan antara PMI dan DDI, dilakukan analisa regresi.
Hasil analisa menyatakan 92% variasi yang diobservasi pada proses pembusukan
sangat dipengaruhi oleh faktor waktu (PMI). Pada penelitian sebelumnya pleh
Fitzgerald dan Oxenham menyatakan 95% pembusukan dipengaruhi oleh waktu (PMI).
Gambar 4. ADD prediksi (Megyesi dkk) – ADD aktual. Kedua garis ditentukan
Gambar 5. PMI prediksi (Fitzgerald dan Oxenham) - PMI aktual. Kedua garis
Berdasarkan data temuan yang didapatkan, hipotesis awal ditolak, dalam hal ini
didapat dibuat 2 persamaan prediksi baru dari metode sebelumnya. Persamaan Megyesi
dkk dan FItzferal dan Oxenham dinilai lebih kompleks dibandingkan persamaan linier
hubungan antara TBS-ADD dan ADD-PMI. Sesuai dengan penelitian sebelumnya,
kedua metode dianggap merupakan metode terbaik yang dapat digunakan. Grafik
prediksi yang dibuat sesuai data penelitian dapat dilihat pada Gambar 6 dan 7.
Grafik yang paling sesuai untuk data yang didapatkan di kota Hawkesbury
Provinsi New South Wales, Australia adalah ADD = -85,8 +39,7 (TBS). Kedua garis
Grafik yang paling sesuai untuk data yang didapatkan di kota Hawkesbury
Provinsi New South Wales, Australia adalah PMI = -20,7 +22,1 (DDI). Kedua garis
DISKUSI
Hingga saat ini, tidak terdapat metode standart yang dapat memperkirakan waktu
kematian dari tingkat pembusukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai
validitas akurasi dan penerapan dari dua metode anthropologi, untuk memperkirakan
proses pembusukan cendrung memasuki periode stasis. Hasil ini mirip dengan
penelitian sebelumnya pada musim dingin dimana Myburgh dan Suckling menemukan
penelitian ini proses pembusukan hanya sedikit membentuk garis yang linier dengan
garis PMI dan ADD oleh penelitian sebelumnya. Semakin dingin suhu dapat semakin
memperlambat pembusukan pada semua Babi yang diteliti dan menghambat aktifitas
Metode yang dikembangkan oleh Megyesi dkk tidak secara baik memprediksi
atau tidak sesuai dengan temuan ADD aktual pada penelitian ini. Hal ini dinyatakan
dengan didapatkannya perbedaan yang sangat signifikan secara statistic (p<0,001) pada
semua babi kecuali babi ke 3, dimana didapatkan skor TBS tertinggi (TBS=24). Hal ini
diduga karena metode ADD lebih akurat bila TBS skor tinggi (>=24). Parson dkk
meneliti ADD di daerah West Central Montana dan juga mendapatkan hasil lebih
akurat sesuai dengan ADD prediksi pada stadium pembusukan lanjut. Dapat
diperhatikan bahwa tingkat akurasi dalam memperkirakan PMI menjadi tidak akurat
Saat dilakukan regresi linier, dapat disimpulkan bahwa suhu merupakan variable
ada faktor lain yang mempengaruhi pembusukan tidak dimasukan dalam perhitungan
dan mungkin berdampak pada efektifitas metode. Faktor yang berbeda bisa dari jenis
babi yang digunakan, iklim antara Indiana, Illinois dan Hawkesbury yang berbeda,
meskipun penulis menyatakan metode ini dapat digunakan pada berbagai wilayah
geografis.
DDI (Degree of Decomposition Index)
Metode ini dikembangkan oleh Fitzgerald dan Oxenham tidak secara baik
memprediksi atau tidak sesuai dengan temuan PMI aktual pada penelitian ini.
Meskipun menggunakan interval 20%, data PMI aktual tetap tidak sesuai dengan PMI
prediksi. Hal ini mungkin terjadi karena : (a) perbedaan metode penelitian (misal :
musim), (b) perbedaan proses pembusukan pada penelitian ini, (c) sulitnya
penggunaaan DDI pada proses pembusukan. Metode skoring ini tidak memiliki acuan
kusus dalam menentukan skor, membuat metode ini sulit untuk digunakan secara
benar.
Metode DDI dipengaruhi sebagian besar oleh waktu, namun faktor lingkungan
seperti suhu dan kelembapan juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Metode DDI
dilakukanya penelitian ini tidak sesuai dengan metode DDI yang sebelumnya
dilakukan pada musim panas di Canberra, dibuktikan dengan ketidak cocokan hasil
penelitian ini dan menemukan kemungkinan metode yang lebih mudah untuk dan
akurat. Sementara ini alternative alogaritma prediksi yang didapat dari data penelitian
ini belum dilakukan penelitian lebih lanjut, sehingga saat ini masih dalam tingkatan
teori. Namun, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan persamaan prediksi
yang lebih mudah berdasarkan TBS dan DDI yang dapat secara spesifik digunakan
Sampai saat ini belum ada penelitian yang menggunakan jumlah sampel yang
besar, hanya menggunakan jumlah sampel yang sedikit. Serta penelitian yang ada
hanya diujikan pada satu musim. Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.
Penelitian seperti ini akan mendapatkan hasil yang lebih baik bila dilakukan dalam
jumlah sampel yang besar dan dalam jangka waktu yang lama untuk mendapatkan
akurasi dan penerapan yang lebih baik pada metode ADD dan DDI.
KESIMPULAN
Persamaan sebelumnya telah dievaluasi pada penelitian ini dan terbukti tidak
Haekesbury. Hasil menunjukan bahwa metode ADD tidak sesuai dengan ADD aktual
yang ditemukan kecuali babi ke 3, dan PMI juga tidak sesuai dengan PMI aktual pada
semua sampel. Namun, metode ADD menunjukan ketepatan lebih baik berdasarkan
waktu kematian yang akurat. Kami (peneliti) menduga bahwa PMI lebih dapat
diterapkan secara luas. Persamaan Magyesi dkk serta Fitzgerald dan Oxenham
merupakan upaya untuk memperkirakan waktu kematian diberbagai macam wilayan
Dimungkinkan metode ini terlalu rumit untuk diterapkan secara luas, dan mungkin
alogaritma linier sederhana dapat lebih tepat untuk digunakan dalam berbagai iklim
Metode kuantitatif penghitungan PMi dari pembusukan akan berguna bila tidak
ditemukan serangga, tanah atau tanaman. Pengujian ADD dan DDI secara lebih luas
untuk memperkuat dalam prediksi PMi atau menghentikan penggunaanya bila terbukti
tidak efektif di daerah lain. Pengujian dari alternative alogaritma prediksi perlu
dilakukan untuk menilai tingkat akurasi dalam memperkirakan PMI ketika diterapkan
secara khusus di wilayah kota Hawkesbury provinsi New South Wales, Australia.
Penelitian selanjutnya disarankan lebih fokus pada tahap validasi alternatif alogaritma
prediksi untuk setiap musim dalam satu tahun atau berbeda tahun (2 musim dalam 2
tahun).
Izin Biosafety dan Radiation Safety diberikan oleh komite Biosafety dan Radiation
penelitian ini.
Daftar terminology
Pembusukan proses dimana tubuh terurai menjadi komponen organic paling dasar
setelah kematian
Suhu yang didapatkan dari akumulasi unit energy panas yang berasal dari reaksi
Interval yang dikembangkan oleh Fitzgerald dan Oxenham. Metode ini menggunakan
grafik garis dimana peneliti harus menentukan skor aktual dan membandingkan dengan
Total Body Score (TBS) Sistem skoring yang dikembangkan oleh Megyesi dkk
untuk digunakan bersama ADD. Sistem ini mengharuskan peneliti untuk memberikan
Microclimates iklim yang berbeda pada daerah kecil, dari suatu area yang berbeda
Perubahan morfologi perubahan yang terjadi pada struktur dan integritas usatu