You are on page 1of 7

Gambaran Makroskopik dan Mikroskopik Organ Tiroid pada Hewan

Coba Postmortem

1
Dwi P. A. Tangkelangi, 2Sonny J. R. Kalangi, 2Elvin C. Angmalisang

1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Bagian Anatomi dan Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
Email: dtangkelangi@gmail.com

Abstract: Macroscopic and microscopic changes of thyroid that occur after death can be used
in determining the time of death. This study was aimed to obtain the macroscopic and
microscopic changes of thyroid gland in an animal model during 24 hours postmortem. This
was a descriptive and observational study. We used 5 male pigs aged 4-5 months and
weighing more than 100 kg as animal model. The macroscopic changes were identified after 3
hours postmortem, as follows: darkened color, mushy consistency, dry surface, and decreased
weight and size of the organ. At 7 hours postmortem, the surface texture became very
wrinkled; however, up to 24 hours postmortem, there was no bad odor of the thyroid glands.
The initial microscopic change was identified at 2 hours postmortem as degenerated follicles.
At 24 hours postmortem, most follicles did not contain colloid anymore. In conclusion, the
initial macroscopic change was observed at 3 hours postmortem meanwhile the microscopic
change was identified at 3 hours postmortem as degenerated follicles that progressed until 24
hours postmortem, albeit, some follicles still could be identified at 24 hours postmortem.
Keywords: thyroid gland, postmortem

Abstrak: Perubahan organ tiroid secara makroskopik dan mikroskopik dapat dimanfaatkan
dalam penentuan waktu kematian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan
makroskopik dan mikroskopik organ tiroid hewan coba babi selama 24 jam postmortem. Jenis
penelitian ialah deskriptif-observasional. Hewan coba yang digunakan ialah 5 ekor babi
jantan, usia 4-5 bulan dan berat badan lebih dari 100 kg. Hasil penelitian makroskopik
teridentifikasi sejak 3 jam postmortem. Warna organ tiroid menjadi lebih gelap, konsistensi
bagian dalam lunak, permukaan kering, serta berat dan ukuran organ berkurang. Pada 7 jam
postmortem, tekstur permukaan organ menjadi sangat keriput. Pada 11 jam postmortem hingga
24 jam postmortem warna organ menjadi merah kehitaman. Hingga 24 jam postmortem, tidak
ditemukan bau busuk pada organ tiroid. Hasil penelitian mikroskopik awal terlihat sejak 2 jam
postmortem dengan ditemukannya degenerasi folikel yang terus berlangsung hingga pada 24
jam postmortem hampir seluruh folikel tidak berisi koloid. Simpulan penelitian ini ialah
perubahan makroskopik awal terlihat pada 3 jam postmortem sedangkan perubahan
mikroskopik telah teridentifikasi sejak 2 jam postmortem yaitu degenerasi folikel yang terus
berlangsung namun sebagian folikel tiroid masih dapat diidentifikasi pada 24 jam postmortem.
Kata kunci: organ tiroid, postmortem

Kematian sel pada setiap organ tubuh kebutuhan setiap jaringan.2,3


terjadi secara perlahan dan membutuhkan Terhentinya aktivitas jantung secara
waktu berjam-jam untuk benar-benar mati.1 total menyebabkan seluruh komponen sel
Kematian pada jaringan ini disebabkan tubuh mengalami penghentian aktivitas
karena tidak didapatkannya lagi pasokan metabolisme, sehingga sel tubuh menga-
oksigen yang cukup untuk memenuhi lami kematian. Kematian yang terjadi

199
200 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 11, Nomor 3, November 2019, hlm.199-205

menyebabkan beberapa perubahan pada anak di RS Bhayangkara Manado tahun


tubuh, yang terjadi secara bertahap. Sistem 2013 mendapatkan bahwa letak cedera ter-
pernapasan, sirkulasi, kulit, tonus otot serta utama ditemukan di daerah kepala berupa
mata akan mengalami penghentian aktivi- memar, disusul oleh bagian tubuh lainnya,
tas. Kepastian suatu kematian ditandai tidak termasuk daerah leher. Kristanto12
dengan adanya lebam mayat (livor mortis), melaporkan hasil ekshumasi selama tahun
kaku mayat (rigor mortis), penurunan suhu 2015-2019 menggunakan data dari RSUP
tubuh (algor mortis), pembusukan (decom- Prof. Dr. R. D. Kandou Manado dan RS
position, putrefaction), adiposera dan Bhayangkara Tingkat III Manado melapor-
mumifikasi.1,4 kan bahwa sebab kematian pada mayoritas
Setiap individu memiliki proses kasus yang diperiksa (95,45%) ialah keke-
pembusukan yang berbeda-beda. Perbedaan rasan tumpul pada berbagai daerah tubuh.
proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa Lumuhu et al13 meneliti sebab kematian
faktor, salah satunya lingkungan.4 Proses pada kasus ekshumasi di Sulawesi Utara
pembusukan terjadi lebih cepat bila suhu dan Gorontalo dengan menggunakan data
lingkungan optimal (26,5C hingga suhu 2016-2018 di Bagian Ilmu Kedokteran
normal tubuh 37C). Makin lembab suatu Forensik dan Medikolegal RSUP Prof. Dr.
lingkungan, makin cepat pula proses R. D. Kandou Manado dan mendapatkan
pembusukan itu terjadi. Hal ini terkait bahwa sebab kematian terbanyak ialah
dengan air sebagai media bertumbuhnya kekerasan tumpul pada kepala yang meng-
mikroorganisme.1 akibatkan kerusakan jaringan otak. Dengan
Organ-organ yang cepat mengalami melihat pola kekerasan yang telah dipapar-
proses pembusukan antara lain laring dan kan maka daerah leher bagian depan relatif
trakea, otak, perut, usus, limpa, hati, paru- bebas dari cedera akibat kekerasan tumpul.
paru dan pankreas, sedangkan organ Berdasarkan uraian di atas maka peneliti
dengan proses pembusukan lambat yakni tertarik untuk menggunakan organ tiroid
hati, ginjal, kandung kemih, rahim, prostat, yang terletak di daerah leher bagian depan
kulit, otot, tendon, serta pembuluh darah. sebagai bahan penelitian terhadap perubah-
Perubahan warna merupakan tanda awal an makroskopik dan mikroskopik yang
dari proses pembusukan organ di atas.4 terjadi pada organ tersebut dengan meng-
Organ yang kaya enzim memiliki proses gunakan hewan coba postmortem selama
dekomposisi (autolisis) yang lebih cepat.5 kurun waktu 0 jam hingga 24 jam.
Terdapat dua proses yang terjadi pada Diharapkan hasil penelitian ini dapat men-
proses pembusukan, yaitu autolisis (perlu- jadi bahan acuan dalam menentukan post
nakan jaringan) dan putrefaction.1 mortem interval.
Organ tiroid merupakan organ yang
terletak pada bagian leher, menutupi METODE PENELITIAN
permukaan anterolateral trakea.6 Organ Penelitian ini dilakukan di Labora-
tiroid normalnya memiliki berat antara 15 g torium Anatomi-Histologi Fakultas Kedok-
hingga 35 g. Volume tiroid rata-rata pada teran Universitas Sam Ratulangi Manado
laki-laki 19,6 mL, sedangkan pada wanita dan Pusat Diagnostik Patologi Anatomi.
18,6 mL.7 Folikel tiroid adalah unit struk- Jenis penelitian yang digunakan ialah
tural dan fungsional organ tiroid berbentuk penelitian deskriptif-observasional. Hewan
bangunan bulat. Setiap unit folikel terdiri coba ialah 5 ekor babi (Sus domestica)
atas selapis epitel dengan lumen sentral dengan berat lebih dari 100 kg, jenis kela-
berisi substansi gelatinosa, yang disebut min jantan, umur babi 4-5 bulan, aktif
koloid. Organ tiroid ini akan menyimpan secara fisik, sehat, dan tidak memiliki luka.
produk sekretoriknya di dalam sel paren- Hewan coba dianastesi terlebih dahulu
kim lumen folikel.8-10 dengan menggunakan cairan morfin 1
Penelitian oleh Janise et al11 dengan mg/kg intravena. Setelah 10 menit,
menggunakan data kasus kekerasan pada disuntikkan kembali propofol 10 mg/kg
Tangkelangi, Kalangi, Angmalisang: Gambaran makroskopik dan ... 201

intravena, rocuronium 1 mg/kg intravena folikel yang terlihat pada 3 jam postmortem
dan selanjutnya kalium klorida 40 mmol (Gambar 1B) berupa munculnya celah dan
untuk memastikan hewan coba mati tanpa ruang kosong dalam koloid folikel. Pada 8
rasa sakit.14 Selanjutnya, dibuat irisan pada jam postmortem terlihat makin banyak
bagian leher hewan coba, diidentifikasi folikel dengan ruang dan celah kosong
lokasi organ tiroid, kemudian organ tiroid dalam koloid (Gambar 1C). Pada 24 jam
dikeluarkan untuk diteliti secara makro- postmortem sebagian besar folikel tidak
skopik dan mikroskopik. Hewan coba per- terisi koloid lagi, tetapi struktur sebagian
tama digunakan untuk pembuatan sampel folikel masih dapat diidentifikasi (Gambar
makroskopik, hewan coba ke dua hingga ke 1D).
lima digunakan untuk pembuatan sampel Gambar 2A memperlihatkan gambaran
mikroskopik. Pengamatan dilakukan pada mikroskopik organ tiroid pada 0 jam post-
organ tiroid hewan coba postmortem mortem dengan pembesaran 400x. Peru-
dengan interval waktu 1 jam, dimulai dari bahan mikroskopik dengan pembe-saran
waktu 0 jam hingga 24 jam. Untuk sampel 400x mulai terlihat pada 2 jam postmortem
mikroskopik, organ tiroid dipotong ukuran berupa munculnya celah dan ruang kosong
1x1 cm kemudian difiksasi menggunakan dalam koloid folikel serta celah kosong an-
formalin 10% dan selanjutnya dibuat men- tara epitel folikel dan koloid yang menun-
jadi sediaan dan perubahan yang terjadi jukkan terjadinya degenerasi folikel yang
diamati dengan dengan mikroskop cahaya terus berlangsung hingga pada 24 jam post-
Olympus CX21FS1 dan Optilab reviewer. mortem sebagian besar folikel tidak terisi
Penelitian ini telah mendapat persetu- koloid lagi tetapi struktur sebagian folikel
juan dari komisi etik, dengan nomor kete- masih dapat diidentifikasi (Gambar 2D).
rangan layak etik yaitu No.089/EC/KEPK-
KANDOU/XI/2019. BAHASAN
Pada pengamatan makroskopik organ
HASIL PENELITIAN tiroid hewan coba selama 24 jam, didapat-
Pada pengamatan makroskopik organ kan perubahan awal terjadi pada 3 jam
tiroid hewan coba selama 24 jam, didapat- postmortem. Pada 11 jam postmortem
kan perubahan awal terjadi pada 3 jam hingga 24 jam postmortem, warna organ
postmortem. Perubahan tersebut meliputi menjadi merah kehitaman, bagian dalam-
warna organ yang menjadi lebih gelap, nya teraba kosong, tekstur permukaan keri-
konsistensi bagian dalam lembek, serta put serta berat dan ukurannya berkurang.
bagian permukaan organ tiroid menjadi Hasil ini selaras dengan penelitian terhadap
kering. Berat organ berkurang sebanyak 1,1 organ limpa yang dilakukan Goni et al15
g dari berat organ pada 0 jam postmortem, yaitu pada 18 jam postmortem ditemukan
serta ukuran panjang organ tiroid yang warna limpa menjadi hitam pekat, konsis-
berkurang 0,5 cm. Pada 11 jam postmortem tensi kenyal, permukaan kering, dan tepi
hingga 24 jam postmortem, warna organ mengerut.15
tampak berubah menjadi merah kehitaman, Perubahan pada organ tiroid ini dise-
bagian dalam organ tiroid mulai teraba babkan karena proses dekomposisi akibat
kosong, tekstrur permukaannya menjadi proses autolisis sel, yang melibatkan proses
keriput serta berat dan ukuran organ tiroid kimia aseptik oleh aktifitas enzim intrasel.
yang terus berkurang. Penelitian ini Proses kimia ini dipercepat oleh suhu pa-
dilakukan pada suhu rerata 28oC dan nas, diperlambat oleh suhu dingin, dan
kelembaban ruangan rerata 79%. dihentikan oleh pembekuan atau inaktivasi
Gambar 1A memperlihatkan gambaran enzim oleh suhu panas. Kelembaban ren-
mikroskopik organ tiroid pada 0 jam dah, suhu lingkungan tinggi serta sirkulasi
postmortem dengan pembesaran 100x. udara yang baik, dapat menyebabkan peru-
Perubahan mikroskopik yang didapatkan bahan organ menjadi lebih gelap dengan
dengan pembesaran 100x ialah degenerasi tekstur keras dan keriput.5
202 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 11, Nomor 3, November 2019, hlm.199-205

Gambar 1A. Organ tiroid pada 0 jam postmortem Gambar 1B. Organ tiroid pada 3 jam postmortem
(100x). Tampak folikel yang terisi penuh dengan (100x). Tampak ruang kosong dalam koloid dan
koloid celah antara epitel folikel dan koloid

Gambar 1C. Organ tiroid pada 8 jam postmortem Gambar 1D. Organ tiroid pada 24 jam post-
(100x). Ruang dan celah kosong dalam koloid mortem (100x). Sebagian besar folikel tidak terisi
membesar dan bertambah banyak koloid lagi namun struktur sebagian folikel tiroid
masih dapat diidentifikasi (anak panah)
Gambar 1. Gambaran mikroskopik organ tiroid dengan pembesaran 100x (pewarnaan HE)

Gambar 2A. Organ tiroid pada 0 jam postmortem Gambar 2B. Organ tiroid pada 4 jam postmortem
(400x). Folikel tiroid penuh terisi koloid (400x). Tampak ruang kosong dalam koloid serta
celah di antara epitel folikel dan koloid.
Tangkelangi, Kalangi, Angmalisang: Gambaran makroskopik dan ... 203

Gambar 2C. Organ tiroid pada 8 jam postmortem Gambar 2D. Organ tiroid pada 24 jam post-
(400x). Ruang/celah kosong dalam koloid mem- mortem (400x). Walaupun hampir seluruh folikel
besar dan bertambah banyak. memperlihatkan ruang/celah kosong dalam koloid
(1D), struktur sebagian organ tiroid masih dapat
diidentifikasi
Gambar 2. Gambaran mikroskopik organ tiroid dengan pembesaran 400x (pewarnaan HE)

Perubahan warna merah yang menjadi dalam lumen folikel. Penelitian sebelumnya
kehitaman pada organ tiroid, dipengaruhi oleh Sato et al18 menggunakan cynomolgus
oleh eritrosit yang membawa hemoglobin monkeys (Macaca fascicularis) mendapat-
teroksidasi sebagai akibat dari peningkatan kan bahwa degenerasi folikel terjadi oleh
waktu interval postmortem. Akibatnya karena dilatasi retikulum endoplasma.18
terjadi pemisahan oksigen dari hemoglobin Penelitian organ tiroid ini berbeda dengan
eritrosit. Strukur permukaan organ tiroid penelitian terhadap organ ginjal babi yang
yang kering dan kasar serta ukuran organ dilakukan oleh Rahmadana et al19 yang
yang berkurang, disebabkan karena dehi- mendapatkan pada 30 menit postmortem
drasi yang terjadi pada sel, yang mengaki- bagian tubuli proksimal ginjal telah menga-
batkan kadar cairan dalam organ menga- lami degenerasi hidropik.
lami penurunan, sehingga terjadi perubahan Penelitian oleh Lee et al20 terhadap
warna organ menjadi hitam kecoklatan. perubahan morfologik sel-sel organ tiroid
Kering dan kasarnya tekstur bagian permu- terkait usia pada hewan Murinae dan
kaan organ ini, menyebabkan tampilan wanita berusia tua, melaporkan terjadinya
organ yang tampak menyusut.16 Perubahan penurunan aktivitas organ tiroid seiring
ini dipengaruhi oleh lingkungan dengan bertambahnya usia. Morfologi yang khas,
suhu yang tinggi dan rendahnya tingkat seperti atrofi kistik, koloid kosong, dan
kelembaban.16,17 gumpalan tiroglobulin lebih banyak dida-
Perubahan mikroskopik dengan pem- patkan pada tikus berumur 15 dan 30 bulan,
besaran 100x yang didapatkan pada pene- serta pada wanitia berusia tua.20 Folikel
litian ini ialah degenerasi folikel yang kosong ialah folikel yang tidak aktif, yang
terlihat pada 3 jam postmortem (Gambar telah kehilangan akumulasi koloidnya dari
1B), munculnya ruang kosong pada 8 jam waktu ke waktu karena stasis sirkulasi
postmortem yang terus bertambah banyak koloid. Folikel-folikel kecil yang teragre-
hingga 24 jam postmortem (Gambar 1C gasi menyebabkan penipisan lumen foli-
dan gambar 1D). Folikel dikatakan kel.20,21 Hasil penelitian terhadap organ
mengalami degenerasi bila terjadi dilatasi tiroid hewan babi usia 4-5 bulan ini sejalan
koloid, hilangnya bentuk folikel normal, dengan hasil penelitian Lee et al20 yaitu
serta penurunan intensitas warna koloid didapatkan berupa folikel tiroid kosong dan
204 Jurnal Biomedik (JBM), Volume 11, Nomor 3, November 2019, hlm.199-205

hanya sebagian kecil folikel yang mengan- peran T3 beserta reseptornya yang memiliki
dung koloid dalam lumennya pada 24 jam pesan terhadap pengendalian kematian
postmortem. Sel-sel folikel kosong yang sel.28 Peran T3 yang dikemukakan tersebut
dilaporkan Lee et al memiliki sitoplasma mungkin turut mengambil bagian dalam
bening dan sel-sel yang mengalami penyu- terjadinya degenerasi folikel tiroid dalam
sutan. Perubahan sel yang terjadi merupa- penelitian ini.
kan hasil degenerasi folikel. Sel yang
mengalami fragmentasi dan berke-lompok SIMPULAN
pada koloid intrafolikel lebih sering dite- Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
mukan pada folikel yang hipofungsi. Peru- disimpulkan bahwa perubahan makro-
bahan yang terjadi cenderung merusak skopik organ tiroid telah tampak sejak 3
fungsi organ endokrin.20,21 jam postmortem berupa perubahan warna
Waktu yang diperlukan untuk autolisis menjadi lebih gelap, konsistensi bagian
biasanya dimulai sejak 3-4 jam setelah dalam melunak, permukaan organ menjadi
kematian dan selesai dalam waktu sekitar kering, serta berat dan ukurannya menga-
2-3 hari atau lebih, tergantung pada jenis lami pengurangan yang terus berlangsung
organ dan kandungan dalam organ terse- hingga 24 jam postmortem. Perubahan
but.5 Organ yang kaya akan enzim, memi- mikroskopik organ tiroid telah teridenti-
liki proses autolisis yang terjadi lebih awal fikasi sejak 2 jam postmortem berupa
dan berlangsung cepat. Organ kaya enzim degenerasi folikel tiroid yang berlangsung
tersebut misalnya pada pankreas,22 usus,23 terus sampai 24 jam postmortem sehingga
laring dan trakea, otak,24,25 serta organ hampir seluruh folikel tidak terdapat koloid
adrenal.14 Pada penelitian terhadap organ lagi, namun struktur sebagian folikel tiroid
tiroid yang telah dilakukan, struktur folikel masih dapat diidentifikasi.
tiroid belum sepenuhnya hancur sampai 24 Bagi peneliti selanjutnya disarankan
jam postmortem sehingga struktur sebagian agar melakukan pengamatan secara makro-
organ tiroid masih dapat diidentifikasi skopik dan mikroskopik dengan mengguna-
(Gambar 1D dan Gambar 2D). kan variasi cara kematian, perlakuan sete-
Hormon tiroid disintesis dalam ruang lah kematian (dimakamkan, dibiarkan
folikel, yang terjadi melalui serangkaian terbuka, dibungkus dengan kain, dll), dan
proses dengan perantara enzim tiroid suhu ruang atau lingkungan.
peroksidase (TPO).26 TPO adalah protein
transmembran yang diekspresikan pada DAFTAR PUSTAKA
apikal tirosit ke dalam lumen folikel. Untuk 1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S,
menyintesis hormon, organ tiroid membu- Mun’im TWA, Sidhi, Hertian S, et
tuhkan produksi hidrogen peroksida al. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:
(H2O2), yang nantinya akan digunakan Bagian Kedokteran Forensik Univer-
untuk menyintesis tiroksin (T4) dan triiodo- sitas Indonesia, 1997; p. 25-35.
2. Dix J. Color Atlas of Forensic Pathology.
tironine (T3). Proses sistensis hormon ini
Florida: CSR Press LLC, 2000.
terjadi melalui jalur pemotongan oleh 3. Shepherd R. Simpson’s Forensic Medicine
protease lisosomal, yang kemudian akan (12th ed). London: Arnold, 2003.
disimpan dalam lumen folikel organ tiroid 4. Rao NG. Thanatology. Textbook of Forensic
yaitu koloid dan terikat pada glikoprotein, Medicine and Toxicology (2nd ed).
yaitu tiroglobulin (TG) yang selanjutnya New Delhi: Jaypee, 2010; p. 133-60.
diiodinasi oleh sel epitel tiroid prekursor 5. DiMaio VJ, DiMaio D. Forensic Pathology
(tirosit) untuk mengaktifkan hormon.8,26 (2nd ed). Florida: CRC Press, 2001.
Penelitian terhadap metamorfosis amfibi 6. Paulsen F, Waschke J. Leher glandula
oleh Tata27 menyatakan bahwa hormon thyroidea. Sobotta Atlas Anatomi
yang terdapat pada organ tiroid dapat Manusia Jilid 3 (23rd ed). Jakarta:
EGC, 2014; p. 189-94.
memicu kerusakan sel. Studi biologi terha-
7. Som PM, Hugh D. Anatomy and pathology of
dap hormon organ tiroid menunjukkan
Tangkelangi, Kalangi, Angmalisang: Gambaran makroskopik dan ... 205

the thyroid and parathyroid glands. In: Tsuchitani M, Narama I. Histo-


Loevner LA, editor. Head and Neck pathology of incidental findings in
Imaging (5th ed). Elsevier, 2011; p. cynomolgus monkeys (Macaca
2611-77. [cited 2019 Aug 16]. fascicularis) used in toxicity studies. J
Available from: https://www.clinical Toxicol Pathol. 2012;25(1):63-101.
key.com/#!/content/book/3-s2.0B978 19. Rahmadana B, Wangko S, Kalangi S.
0323053556000410?scrollTo=%23hl0 Gambaran histologik ginjal hewan coba
001036. postmortem. eBiomedik. 2014;2(2).
8. Gartner PL, Hiatt LJ. Buku Ajar Berwarna 20. Lee J, Yi S, Kang YN, Kim HW, Joung
Histologi (3rd ed). Jakarta: Elsevier, KH, Sul HJ, et al. Morphological and
2014; p. 109, 311-5. functional changes in the thyroid
9. Koeppen BM, Stanton BA. The thyroid follicles of the aged murine and
gland. Berne and Levy Physiology (7th humans. Journal of Pathology and
ed). Philadelphia: Elsevier, 2018; p. Translational Medicine. 2016;50:426-
753-65. 35.
10. Eroschenko VP. Atlas Histologi diFiore: 21. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep
dengan Korelasi Fungsional (11th ed). Klinis Proses-Proses Penyakit Volume
Jakarta: EGC, 2010; p. 395-9. 2 (6th ed). Jakarta: EGC, 2015.
11. Janise CL, Kristanto EG, Siwu JF. Pola 22. Goni LR, Wongkar D, Ticoalu SHR.
cedera kasus kekerasan fisik pada anak Gambaran makroskopik dan mikro-
di RS Bhayangkara Manado periode skopik pankreas pada hewan coba
tahun 2013. Jurnal Biomedik. 2015; postmortem. eBiomedik. 2017;5(1).
7(1):36-41. 23. Theodore VJ, Wangko S, Kalangi SJR.
12. Lumuhu AWS, Kristanto E, Mallo NTS. Gambaran histologik usus halus pada
Gambaran sebab kematian pada kasus hewan coba selama 24 jam post-
ekshumasi di Sulawesi Utara dan mortem. eBiomedik. 2017;5(1).
Gorontalo tahun 2016-2018. e-Clinic. 24. Korobitua S, Wangko S, Ticoalu S.
2019;7(2):126-30. Gambaran makroskopik dan mikro-
13. Kristanto E. Pemeriksaan kedokteran skopik otak besar pada hewan coba
forensik setelah ekshumasi di Sulawesi postmortem. eBiomedik. 2017;5(1).
Utara: Kontribusi dan tantangan. Jurnal 25. Nangoy B, Kalangi SJR, Pasiak TF.
Biomedik. 2019;11(3):192-8. Gambaran mikrokopik serebelum pada
14. eh D, Dietrich H, Klima G, Paal P, hewan coba postmortem. eBiomedik.
Lindner KH, Wenzel V. Anesthesia in 2019;11(1):10-6.
swine. Optimizing a laboratory model 26. Szanto I, Pusztaszeri M, Mavromati M.
to optimize translational research. H2O2 metabolism in normal thyroid
Anaethesist. 2015;64(1):665-70. cells and in thyroid tumorigenesis/
15. Goni LR, Wongkar D, Wangko S. focus on NADPH oxidases.
Gambaran makroskopik dan mikro- Antioxidants (Basel). 2019;8(5). Pii:
skopik limpa pada hewan coba E126. Doi. 10.3390/antiox8050126.
postmortem. eBiomedik. 2017; 5(1). 27. Tata JR. How hormonal regulation of
16. Thanos CAA, Tomuka D, Mallo NTS. programmed cell death during
Livor mortis pada keracunan amphibian metamorphosis. Biochemis-
insektisida golongan organofosfat di try and Cell Biology. 1997. Available
kelinci. e-Clinic. 2016;4(1). from: https: //www.science direct.com/
17. Biswas G. Review of Forensic Medicine and science/article/pii/S1566311608600390
Toxicology Including Clinical and 28. Bernal J, Nunez J. Thyroid hormones and
Pathological Aspect (3th ed). New brain development. Eur J Endocrinol.
Delhi: Jaypee, 2015; p. 126-9. 1995;133(4):390-8.
18. Sato J, Doi T, Kanno T, Wako Y,

You might also like