You are on page 1of 16

LAPORAN ANATOMI FISIOLOGI TUMBUHAN

“PENETAPAN KUOSIEN RESPIRASI KADAR CO2”

DISUSUN OLEH

NAMA : DITA LINDA YANI

NIM :F1072161022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

PONTIANAK

2018
Abstract

Respiration is the process of breaking down food that produces energy.


Respiration is carried out by all the constituent bodies, both plant cells or animal
cells and human. To find out the results of the respiration CO2 levels was
undertaken practical determination of Tissue respiration of Kuosien which aims to
determine the levels of CO2 sprouts green beans (Phaseolus radiatus) at different
temperature i.e. the room temperature and the temperature oven 400C. The tools
and materials used are used capillary pipe bent (he = 1-2 mm), the suction flask
(Erlenmeyer flask), glass cup, small test tubes, Stoppers, marbles and rubber
sprouts green beans (Phaseolus radiatus), 10 M NaOH, Vaseline and methylene
blue and thread . Sprouts green beans (Phaseolus radiatus) weighed later at wrap
with gauze and put into each bottle of jam and then closed. 3 bottles of jams is
inserted into the oven with a temperature of 400C and other jams 3 bottles placed
at room temperature for 24 hours. After 24 hours, 2 ml NaOH taken plus 3 drops
of indicator solution baCl2 and pp 0, 2 m as much as 0.5 ml. then titrated with
HCl 1 m until the solution turns pink/pink. From the observations of CO2 levels
on lower oven i.e. 161 mg/ml while at room temperature (32 ° C) CO2 levels was
164 mg/ml. temperature affects the respiration of a plant, so that the high
temperature (optimum temperature) the higher respiration rate. This is due to the
presence of enzimatis activities at the plant. NaOH here plays a role in binding
CO2.

Key words: CO2, Respiration, temperature Titration


Abstrak

Respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang menghasilkan


energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan
maupun sel hewan dan manusia. Untuk mengetahui kadar CO2 hasil respirasi
tersebut dilakukanlah praktikum Penentuan Kuosien Respirasi Jaringan
Tumbuhan yang bertujuan untuk menentukan kadar CO2 kecambah kacang hijau
(Phaseolus radiatus) pada suhu yang berbeda yaitu suhu ruangan dan suhu oven
400C. Alat dan bahan yang digunakan adalah digunakan pipa kapiler bengkok (dia
= 1-2 mm), labu penghisap (Erlenmeyer), gelas piala, tabung reaksi kecil, sumbat
karet dan kelereng, kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus ), NaOH 10 M,
vaselin dan metilen blue dan benang. Kecambah kacang hijau ( Phaseolus radiatus
) ditimbang kemudian di bungkus dengan kain kasa dan dimasukkan kedalam
masing-masing botol selai kemudian ditutup. 3 botol selai dimasukkan kedalam
oven dengan suhu 400C dan 3 botol selai lainnya diletakkan pada suhu ruangan
selama 24 jam. Setelah 24 jam 2ml NaOH diambil ditambah 3 tetes indikator pp
dan larutan baCl2 0,2M sebanyak 0,5 ml. Kemudian dititrasi dengan HCl 1M
sampai larutan berubah warna merah muda/pink. Dari hasil pengamatan kadar
CO2 pada oven lebih rendah yaitu 161 mg/ml sedangkan pada suhu ruang(32°C)
kadar CO2 nya adalah 164 mg/ml. Suhu mempengaruhi respirasi suatu tanaman,
sehingga pada suhu yang tinggi (suhu optimal) laju respirasi semakin tinggi. Hal
ini dikarenakan adanya aktifitas enzimatis pada tanaman. NaOH disini berperan
dalam mengikat CO2.

Kata kunci : CO2 , Respirasi, Suhu, Titrasi


Pendahuluan

Untuk mempertahankan kehidupannya, tumbuhan perlu mempunyai suatu


penyediaan energi yang berkesinambungan. Energi-energi tersebut diperoleh dari
mengambil energi kimia yang terbentuk dalam molekul organik yang disintesis
oleh fotosintesis. Suatu proses pelepasan energi yang menyeddiakan energi bagi
keperluan sel itu diseebut dengan respirasi.
Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel tumbuhan
maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik pada siang maupun
malam hari. Sebagaimana kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup
memerlukan energi begitu juga dengan tumbuhan. Respirasi terjadi pada seluruh
bagian tubuh tumbuhan, pada tumbuhan tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada
akar, batang maupun daun dan secara kimia pada respirasi aerobik pada
karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan fotosintesis. Pada respirasi pembakaran
glukosa oleh oksigen kan menghasilkan energi karena semua bagian tumbuhan
tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel, maka respirasi terjadi pada
sel (Campbell, 2002).
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik
menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik
yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik.
Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta
energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang
tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol,
asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi (Lovelles, 1997).
Pada tumbuhan respirasi terjadi di dalam sel yaitu dalam sitoplasma
(anaerob) dan terutama di mitokondria (aerob). Di dalam mitokondria berlangsung
pemecahan kerangka-kerangka karbon antara untuk menghasilkan berbagai
produk essensial lainnya. Mitokondria mengandung DNA sirkular yang
mempunyai informasi genetic untuk menghasilkan enzim. Panjang mitokondria
hanya beberapa micrometer. Membran dalam mitokondria sangat berbelit-belit,
menjorok ke matriks dengan pola seperti tabung yang sempit (Sallisbury,
F.B:1995).
Respiration may sometimes, however, be controlled by the supply of its
substrate – translocated sucrose. Thus respiration can be controlled by the
photosynthetic source, the utilization sink, or by a combination of both. A
complexity is that, within the electron transport chain, there is also the potential
for an alternative oxidase to be engaged that has the effect of allowing respiratory
CO2 release without concurrent generation of ATP. The function of this
apparently CO2-wasting respiration is unclear and its regulation is not understood
(Affourtit et al. 2001)
Tujuan proses pernapasan, yaitu untuk memperoleh energi. Pada peristiwa
bernapas terjadi pelepasan energi. Tumbuhan yang bernapas secara anaeraob
mendapatkan energi dengan cara menguraikan bahan – bahan tertentu dimana
mereka hidup. Dalam proses pernapasan aerob / anaerab akan dihasilkan gas
karbon dioksida dan uap air. Oksigen diperlukan dan karbon dioksida yang
dihasilkan masuk dan keluar dari tubuh secara difusi. Gas – gas tersebut masuk
dan keluar melalui stomata yang ada pada permukaan daun dan inti sel yang
ditemukan pada kulit batang pegangan. Akar yang berada dalam tanah juga dapat
melakukan proses keluar msuknya gas. Enzim sangat penting untuk siklus reaksi
respirasi (sebaik-baiknya proses respirasi ). Beberapa reaksi kimia membolehkan
mencampur dengan fungsi dari enzim atau mengkombinasikan sisi aktifnya.
Penggunaan ini akan dapat dilihat hasilnya pada inhibitor dari aktivitas enzim
(Kimball, 1983).
Bahan organik yang dioksidasi adalah glukosa (C6H12O6) maka persamaan
reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 6 CO2 + 6H2O + Energi
Jumlah O2 dan CO2 yang dilepaskan tidak selalu sama. Perbedaan antara jumlah
CO2 yang dilepaskan dan jumlah O2 yang digunakan biasa dikenal dengan
Respiratory Ratio atau Respiratory Quotient dan disingkat RQ. Nilai RQ ini
tergantung pada bahan atau subtrat untuk respirasi dan sempurna atau tidaknya
proses respirasi tersebut dengan kondisi lainnya (Simbolon, 1989).
Reaksi respirasi suatu karbohidrat berlangsung dalam 4 tahapan:
1) Glikolisis
Kata “glikolisis” berarti “menguraikan gula” dan itulah yang tepatnya terjadi
selama jalur ini. Glukosa, gula berkarbon enam, diuraikan menjadi dua gula
berkarbon tiga. Gula yang lebih kecil ini kemudian dioksidasi, dan atom sisanya
disusun ulang untuk membuat dua molekul piruvat (Champbell, 2002)
2) Dekarboksilasi oksidatif piruvat
Asam piruvat yang merupakan senyawa 3C diubah menjadi aseti-KoA (senyawa
2C) dengan melepaskan CO2
3) Daur asam sitrat (daur Krebs)
Asetil-KoA diuraikan menjadi CO2. Daur ini disebut daur asam sitrat karena
senyawa C6 yang pertama terbentuk adalah asam sitrat
4) Transfer electron
Hydrogen (ion H+) yang dihasilkan dari tahap 1 sampai 3 berkombinasi dengan
oksigen membentuk air (H2O). energy yang dibebaskan oleh transport electron
digunakan untuk pembentukan ATP.
Faktor yang mempengaruhi laju respirasi ada dua, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi tingkat perkembangan, susunan kimia
jaringan, ukuran produk, pelapis alami dan jenis jaringan. Sedangkan faktor
eksternal meliputi suhu, gas etilen, ketersediaan O2 dan CO2. Laju respirasi
menentukan daya tahan produk yang disimpan sehingga produk yang laju
respirasinya rendah umumnya disimpan lebih lama dalam kondisi yang baik.
Respirasi pada tumbuhan ditandai oleh penurunan konsentrasi gas O2 dan
peningkatan konsentrasi CO2 dalam chamber. Laju respirasi dipengaruhi oleh
suhu. Pada suhu di antara 0-35° C kecepatan reaksi akan berlangsung dua atau
tiga kali lebih besar untuk tiap kenaikan suhu 10° C (Wills, 1981).
Di dalam rentang suhu 0°C - 45°C, peningkatan suhu akan diikuti oleh
peningkatan laju respirasi. Pada suhu optimal kecepatan respirasi meningkat.
Faktor waktu berkaitan dengan sifat dari reaksi enzimatis. Menurut Meyer dan
Anderson dalam Soerodikoesoemo menjelaskan bahwa menurunnya laju respirasi
pada suhu tinggi disebabkan oleh: · Masuknya oksigen ke dalam sel tidak cepat
karena pada suhu yang tinggi konsentrasi oksigen menurun · Keluarnya CO2
tidak cepat sehingga banyak tertimbun di dalam sel dan menyebabkan hambatan
pada proses respirasi. · Pada suhu tinggi substrat respirasi yang tersedia menurun
sehingga subtract respirasi menjadi factor pembatas (Salisbury: 1995)
Berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi laju respirasi,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Ketersediaan substrat
Respirai bergantung pada ketersediaan substrat. Tumbuhan yang kandungan
pati, fruktan, atau gulanya rendah, melakukan respirasi pada laju yang rendah.
Tumbuhan yang banyak gula sering melakukan respirasi lebih cepat bila gula
disediakan. Bahkan laju respirasi daun sering lebih cepat setelah matahari
tenggelam, saat kandungan gula tinggi dibandingkan dengan ketika matahari
terbit, saat kandungan gulanya lebih rendah (Salisbury & Ross, 1995).
Fotosintat merupakan substrat respirasi sehingga peningkatan fotosintat
akan meningkatkan respirasi yang menghasilkan energi untuk pertumbuhan
tanaman yang pada akhirnya akan meningkatkan hasil tanaman. Untuk mencapai
produksi yang tinggi tanaman memerlukan faktor-faktor tumbuh yang optimum
baik berupa hormon yang dihasilkan oleh tanaman sendiri maupun zat pengatur
tumbuh. Faktor lingkungan seperti cahaya, suhu, air dan zat hara yang berkaitan
erat dengan lingkungan berupa kondisi tanah, daerah dan iklim juga
mempengaruhi produksi tanaman (Lestari, Solichatun, Sugiyarto, 2008).
2. Ketersediaan Oksigen
Masing-masing tumbuhan membutuhkan kadar oksigen yang berbeda, bahkan
organ dalam satu tumbuhan. Fluktuasi normal oksigen di udara tidak banyak
mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan
untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara. Oksigen
dalam respirasi berfungsi untuk mengoksidasi NADH2 dan FADH2, mengurangi
terjadinya respirasi anaerob dan memungkinkan siklus krebs.
3. Tipe dan umur tumbuhan.
Masing-masing tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme, sehingga
kebutuhan respirasi berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda
menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua.
Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Bakteri dan jamur umumnya menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dari
tumbuhan tingkat tinggi. Perbedaan ini disebabkan karena bakteri dan jamur
keduanya mengandung sedikit senyawa yang diakumulasi sebagai bahan
cadangan makanan dan tidak mengandung sel-sel kayu non metabolic
sebagaimana tumbuhan tingkat tinggi. Umur tumbuhan akan mempengaruhi laju
respirasi. Laju respirasi tinggi pada saat perkecambahan dan tetap tinggi pada fase
pertumbuhan vegetative awal (dimana laju pertumbuhan juga tinggi) dan
kemudian turun dengan bertambahnya umur tumbuhan (Pradana,2008).
4. Suhu
Di dalam rentang suhu 0°C - 45°C, peningkatan suhu akan diikuti oleh
peningkatan laju respirasi. Pada suhu optimal kecepatan respirasi meningkat.
Faktor waktu berkaitan dengan sifat dari reaksi enzimatis. Menurut Meyer dan
Anderson dalam Soerodikoesoemo menjelaskan bahwa menurunnya laju respirasi
pada suhu tinggi disebabkan oleh:
 Masuknya oksigen ke dalam sel tidak cepat karena pada suhu yang tinggi
konsentrasi oksigen menurun
 Keluarnya CO2 tidak cepat sehingga banyak tertimbun di dalam sel dan
menyebabkan hambatan pada proses respirasi.
 Pada suhu tinggi substrat respirasi yang tersedia menurun sehingga
subtract respirasi menjadi factor pembatas (Salisbury & Ross, 1995).
Temperatur merupakan salah satu factor yang dapat mempengaruhi produksi
CO2 yang akan menyebabkan peningkatan produksi CO2, sejalan dengan
meningkatnya suhu. CO2 merupakan salah satu hasil atau produk dari
respirasi. Respirasi dan fotosintesis sangat berpengaruh dengan temperatur.
Sedikit perubahan temperatur akan mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi.
Beberapa jenis tanaman mengalami ini, temperatur akan mempengaruhi
fotosintesis yang juga akan mempengaruhi laju respirasi atau sebaliknya (Atkin,
2006).
Adapun permasalahan yang dibahas kali ini adalah bahas fungsi
penggunaan indicator pp, HCI, dan NaOH (mengapa memakai NaOH), tuliskan
reaksi kimia, factor yang mempengaruhi respirasi, bandingkan hasil kadar co2 di
suhu ruang dan dioven .
Praktikum ini bertujuan menetapkan laju respirasi dan kuosien respirasi
kecambah kacang hijau.

Metodologi

Praktikum mengenai penentuan kadar CO2, dilaksanakan pada tanggal 07


November 2018 Pada pukul 07.30-09.30 WIB di Laboratorium Pendidikan
Biologi FKIP UNTAN.

Alat yang digunakan saat praktikum ini alat yang digunakan pipa kapiler
bengkok (dia = 1-2 mm), labu penghisap (Erlenmeyer), gelas piala, tabung reaksi
kecil, sumbat karet dan kelereng. Sedangkan bahan yang digunakan seperti
kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus ), NaOH 10 M, vaselin dan metilen
blue dan benang.

Adapun Cara kerja yang dilakukan dalam praktikum kali ini adalah
sebagai berikut : pertama-tama Dipasang pipa gelas kapiler (bengkok) pada
lengan samping labu penghisap (Erlenmeyer) dengan menggunakan selang karet
yang diberi vaksin, masukkan pipa kedalam gelas piala yang berisi metilen blue.
Dimasukkan NaOH ke dalam tabung reaksi kecil sebanyak 4/5 volume tabung
reaksi. Tabung reaksi ditutup dengan kelereng. Pada awal percobaan, dimasukkan
15 gr kecambah kacanag hijau kedalam labu Erlenmeyer dan sebarkan merata
pada dasar labu. Dengan pertolongan benang dan secara hati-hati, dimasukkan
tabung reaksi yang berisi NaOH kedalam Erlenmeyer, jaga agar NaOH tidak
tumpah. Pasanglah sumbat karet pada labu Erlenmeyer dan diberi vaselin
secukupnya. Diusahakan agar pipa kapiler berdiri tegak lurus. Dibiarkan selama
1-2 jam (peridoe percobaan) Setelah periode percobaan selesai, tandai pipa kapiler
pada dua tempat yaitu pada permukaan larutuan metilen blue dalam gelas piala
dan dalam pipa kapiler. Dicatat tinggi kolom metilen blue Erlenmeyer dalam pipa
kapiler ini dalam mm (Da). Sambil memegang pipa kapiler agar ujungnya tetap
dalam gelas piala berisi metilen blue, sentakkan labu Erlenmeyer sehingga
kelereng jatuh dan larutan NaOH tertumpah kedalam Erlenmeyer. Tunggu selama
beberapa menit, tandai pipa kapiler pada keadaan kedua. Dicatat tinggi kolom
metilen blue dalam pipa kapiler (Db). Tentukan volume kolom metilen blue dalam
pipa kapiler pad kedua keadaan tersebut. Volume metilen blue = luas penampang
kolom pipa kapiler x tinggi. Tentukan laju respirasi dan kuosien respirasi. Cara
penetapan nilai KR adalah sebagai berikut : Va : volume cairan dalam pipa kapiler
pada akhir percobaan, sebelum NaOH ditumpahkan. Vb : volume cairan dalam
pipa kapiler sesudah NaOH ditumpahkan Da : jarak permukaan metilen blue
sebelum NaOH ditumpahkan Db : jarak permukaan metilen blue sesudah NaOH
ditumpahkan Vt : volume total alat (setara dengan volume labu Erlenmeyer 250
Ml)

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil pengamatan

Table 1. perbandingan kadar Co2 pada suhu oven (400c) dan suhu ruang (400c)

Perlakuan Ulangan Waktu Volume HCI Kadar C02


(ml) (mg/ml)
Dimasukkan ke 1 2 menit 14 7,2 ml 144
dalam oven detik
2 2 menit 10 8,3 ml 166
detik
3 2 menit 6 8,5 ml 170
detik
4 3 menit 13 8,1 ml 162
detik
5 2 menit 37 8,3 ml 166
detik
6 2 menit 39 7,9 ml 158
detik
Rata-rata 161
Diletakkan di 1 3 menit 8 ml 160
suhu ruang 2 3 menit 25 8,3 ml 166
(suhu 40oc) detik
3 3 menit 36 8,5 ml 170
detik
4 1 menit 53 7 ml 140
detik
5 2 menit 28 8,2 ml 164
detik
6 2 menit 31 7,9 ml 158
detik
Rata-rata 164

Perhitungan

Kadar Co2 = 1000 x titron HCI X Ml sampel NaOH


1000 x V sampel NaOH

1. Oven
Ulangan 1 = 1000 x 7,2 ml x 40
1000 x 2 ml
= 288000
2000
=144 mg/ml

Ulangan 2 = 1000 x 8,3 ml x 40


1000 x 2 ml
= 332000
2000
=166 mg/ml

Ulangan 3 = 1000 x 8,5 ml x 40


1000 x 2 ml
= 340000
2000
=170 mg/ml

Ulangan 4 = 1000 x 8,1 ml x 40


1000 x 2 ml
= 324000
2000
=162 mg/ml

Ulangan 5 = 1000 x 8,3 ml x 40


1000 x 2 ml
= 322000
2000
=166 mg/ml

Ulangan 6 = 1000 x 7,9 ml x 40


1000 x 2 ml
= 316000
2000
=158 mg/ml

2. Suhu ruang

Kadar Co2 = 1000 x titron HCI X Ml sampel NaOH


1000 x V sampel NaOH

Ulangan 1 = 1000 x 8 ml x 40
1000 x 2 ml
= 320000
2000
=160 mg/ml
Ulangan 2 = 1000 x 8,3 ml x 40
1000 x 2 ml
= 322000
2000
=166 mg/ml

Ulangan 3 = 1000 x 8,5 ml x 40


1000 x 2 ml
= 340000
2000
=170 mg/ml

Ulangan 4 = 1000 x 7 ml x 40
1000 x 2 ml
= 280000
2000
=140 mg/ml

Ulangan 5 = 1000 x 8,2 ml x 40


1000 x 2 ml
= 328000
2000
=164 mg/ml

Ulangan 6 = 1000 x 7,9 ml x 40


1000 x 2 ml
= 316000
2000
=158 mg/ml

B. Pembahasan

Pada praktikum kali ini adalah tentang penetapan kuosien respirasi kadar
co2 yang bertujuan untuk menetaapkan laju respirasi dan kuosien reapirasi
kecambah kacang hijau.
Kuesien respirasi (KR) merupakan angka perbandingan antara volume
CO2 dan dibebaskan dengan volume O2 yang di absorbsi secara stimulan oleh
jaringan dalam periode tertentu. Pada suhu dan tekanan tertentu.
Dari data di atas dapat dilihat kadar CO2 pada suhu oven( 400C)
dilakukan 6 kali ulangan dimana didapat data yaitu pada ulangan 1 yaitu volume
HCI nya 7,2 ml dengan waktu 2 menit 14 detik dengan kadar co2 nya 144 mg/ml,
pada ulangan 2 yaitu volume HCI nya 8,3 ml dengan waktu 2 menit 10 detik
dengan kadar co2 166 mg/ml, pada ulangan 3 yaitu volume HCI nya 8,5 ml
dengan waktu 2 menit 6 detik dengan kadar co2 nya 170 mg/ml, pada ulangan 4
yaitu volume HCI nya 8,1 ml dengan waktu 3 menit 13 detik dengan kadar co2
nya 162 mg/ml, pada ulangan 5 yaitu volume HCI nya 8,3 ml dengan waktu 2
menit 37 detik dengan kadar co2 nya 166 mg/ml, pada ulangan 6 yaitu volume
HCI nya 7,9 ml dengan waktu 2 menit 39 detik dengan kadar co2 nya 158 mg/ml
dan pada suhu ruangan didapat data sebagai berikut, pada ulangan 1 volume
HCI nya 8 ml dengan waktu 3 menit dengan kadar co2 nya 160 mg/ml, pada
ulangan 2 yaitu volume HCI nya 8,3 ml dengann waktu 2 menit 35 detik dengan
kadar co2 nya 166 mg/ml, pada ulangan 3 yaitu volume HCI nya 8,5 ml dengan
waktu 3 menit 36 detik dengan kadar co2 nya 170mg/ml, pada ulangan 4 yaitu
volume HCI nya 7 ml dengan waktu 1 mneit 53 detik dengan kadar co2 140
mg/ml, pada ulangan 5 yaitu volume HCI nya 8,2 ml dengan waktu 2 menit 28
detik dengan kadar co2 nya 164 mg/ml, dan pada ulangan 6 yaitu volume HCI
nya 7,9 ml dengan waktu 2 menit 31 detik denagn kadar co2 nya 158 mg/ml,
berdasarkan data yang telah diperoleh maka didapat rata-rata yaitu pada oven
didapat rata-rata nya yaitu 161 mg/ml dan pada suhu ruang yaitu 164 mg/ml.

. Kadar CO2 tersebut dapat diketahui dari hasil titrasi sampel ( NaOH ) dengan
menggunakan HCl. Semakin banyak HCl yang digunakan semakin banyak pula
kadar CO2. NaOH berperan dalam mengikat CO2, CO2 merupakan salah satu
hasil atau produk dari respirasi. Fungsi penambahan indikator pp untuk
mengetahui terjadinya suatu titik ekuivalen dalam proses penitrasian dengan
terjadinya perubahan warna pada larutan dan indikator titrasi dan sebagai
katalisator (mempercepat reaksi) (penyebab warna pink- ungu). Indikator PP
dengan range pH 8,0 ± 9,6 merupakan indikator yang baik untuk larutan basa
dimana indikator ini akan merubah warna larutan dari bening menjadi merah
muda akibat dari perubahan pH larutan pada saat penitrasian. HCl sebagai titran
(setara dengan CO2 yang dihasilkan pada proses respirasi). BaCl2 berfungsi
mengendapkan CO2 yang diserap NaOH

Di dalam rentang suhu 0°C - 45°C, peningkatan suhu akan diikuti oleh
peningkatan laju respirasi. Pada suhu optimal kecepatan respirasi meningkat.
Faktor waktu berkaitan dengan sifat dari reaksi enzimatis. Menurut Meyer dan
Anderson dalam Soerodikoesoemo menjelaskan bahwa menurunnya laju
respirasi pada suhu tinggi disebabkan oleh: Masuknya oksigen ke dalam sel tidak
cepat karena pada suhu yang tinggi konsentrasi oksigen menurun · Keluarnya
CO2 tidak cepat sehingga banyak tertimbun di dalam sel dan menyebabkan
hambatan pada proses respirasi. Pada suhu tinggi substrat respirasi yang
tersedia menurun sehingga subtract respirasi menjadi faktor pembatas
(Salisbury: 1995). Pada suhu 40°C laju respirasi akan semakin cepat dalam
waktu 24 jam dengan kadar CO2 yang lebih tinggi dari pada suhu ruangan 32°C.
alumunium foil yang digunakan berfungsi untuk mengisolasi CO2 yang dihasilkan
agar tidak keluar dari toples. Ketika berada pada oven yang suhunya 40°C
dengan waktu yang sangat lama kemungkinan besar akan menyebabkan
kerusakan pada enzim kecambah yang dapat menyebabkan menurunnya laju
respirasi.

Absorbsi CO2 dari campuran biogas ke dalam larutan NaOH dapat


dilukiskan sebagaiberikut:

CO2(g)+ NaOH(aq)→ NaHCO3(aq)


NaOH(aq)+ NaHCO3→Na2CO3(s)+ HO(l)+
CO2(g)+ 2NaOH(aq)→Na2CO3(s)+ H2O(l)

Salah satu yang mempengaruhi laju respirasi adalah suhu, peningkatan


suhu akan diikuti oleh peningkatan laju respirasi. Pada suhu optimal kecepatan
respirasi akan meningkat. Dapat dilihat dari hasil pengamatan bahwa pada suhu
oven yaitu 40°C kadar CO2 yang dihasilkan lebih banyak dari pada kadar CO2
yang dihasilkan pada kecambah yang diletakkan pada suhu ruangan 32°C
seperti yang kita ketahui bahwa kadar CO2 merupakan hasil dari respirasi, berarti
pada suhu oven kecepatan respirasi nya lebih besar daripada respirasi yang
terjadi pada suhu ruangan. Kecepatan respirasi ini dipengaruhi faktor-faktor yang
berhubungan dengan enzim-enzim karena respirasi merupakan rangkaian reaksi
enzimatis. Suhu akan mempengaruhi reaksi enzimatis yang berada pada
kecambah kacang hijau. Enzim akan mengalami denaturasi apabila berada
diatas suhu optimal, denaturasi enzim akan menghambat metabolisme pada
tanaman. selain suhu, terdapat faktor lain yang mempengaruhi laju respirasi
seperti ketersediaan substrat, oksigen, tipe dan umur tanaman,serta cahaya.

Dari proses praktikum didapat beberapa reaksi kimia, yaitu :

CO2(g) + NaOH(aq) NaHCO3(aq) NaOH(aq) + NaHCO3 Na2CO3(s) + H2O(l)


CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(s) + H2O(l)
Reaksi titrasi dengan HCl :

CO2(g) + 2NaOH(aq) Na2CO3(s) + H2O(l) (4) Na2CO3(s)+BaCl2 (l) 2NaCl(l)+


BaCO3(aq) BaCO3(aq) + 2HCl(l) BaCl 2(l) + CO2(g)+ H2O(l)

Pada reaksi absorbsi CO2 kedalam NaOH menghasilkan Na2CO3 dan air
(H2O) sedangkan untuk hasil titrasi yang menggunakan indikator pp dan BaCl2
akan menghasilkan BaCl, karbondioksida (CO2) dan air.

Kesimpulan

Respirasi pada kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) dapat di


ukur dengan menentukan kadar CO2 kecambah pada suhu yang berbeda yaitu
suhu ruangan (30°C) dan suhu oven 400C. Kadar CO2 merupakan salah satu
hasil dari proses respirasi. Kadar CO2 dapat dihitung dengan cara mentitrasi
sampel (NaOH) dengan HCl menggunakan biuret. NaOH berperan untuk
mengikat CO2 hasil respirasi. Dari hasil pengamatan kadar CO2 pada oven lebih
rendah yaitu 161 mg/ml sedangkan pada suhu ruang(32°C) kadar CO2 nya
adalah 164 mg/ml. Peningkatan suhu akan diikuti oleh peningkatan laju
respirasi, dapat diketahui respirasi yang terjadi pada kecambah yang diletakkan
di oven dengan suhu yang lebih tinggi respirasinya akan semakin cepat
dibandingkan dengan respirasi yang dilakukan di suhu ruangan dengan suhu
yang lebih rendah. Tetapi jika kecambah diletakkan pada suhu yang tinggi dalam
jangka waktu yang lama , maka enzim akan mengalami denaturasi sehingga laju
respirasi akan semakin menurun.

Saran

Untuk praktikum penetapan kuosien respirasi kadar co2 kedepannya


diperlukannya ketelitian dalam praktikum terutama pada saat titrasi agar hasil
yang didapatkan lebih akurat.

Daftar Pustaka

Affourtit C; Krabb K; Moore AL.2001.Control of Plant Mitochondrial Respiration.


Biochimica et Biophysica Acta /Bioenergetics, 1504:58-69.
Atkin. 2006. Respiration as a percentage of daily photosynthesis in whole plants
is homeostatic at moderate, but not high, growth temperatures. Journal
compilation 368.

Campbell. 2002.Biologi, edisi kelima jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Kimball, Jhon.W, 1983, Biologi, jilid 1.Jakarta: Erlangga.


Lestari, Giyatmi Wahyu, Solichatun, Sugiyarto.2008. Pertumbuhan, Kandungan
Klorofil, dan Laju Respirasi Tanaman Garut (Maranta arundinacea L.)
setelah Pemberian Asam Giberelat (GA3).Bioteknologi 5 (1): 1-9.

Loveless. 1997. Prinsip-prinsip Fisiologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Jakarta:


PT. Gramedia.

Pradana, Subhan.2008. Respirasi.(online).http://one.indoskripsi.com diakses


tanggal 13 november 2018..

Salisbury, Frank B. & Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Simbolon, Hubu. 1989. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

Wills RHH, Lee TH, Graham D, Glasson WBM, Hall EG. 1981. Postharvest. An
Introduction to the Physiology and Handling of Fruits and Vegetables.
Kensington, N.S.W. Australia: New South Wales University Press
Limited

You might also like