You are on page 1of 19

Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pada zaman pra sejarah, ditemukan bahwa tanah liat dapat dibentuk
dengan menjemurnya dibawah sinar matahari dan agaknya secara kebetulan
ditemukan bahwa pembakaran dapat membuat bentuknya lebih tahan lama,
dari sinilah lahir seni Tembikar. Setelah berabad-abad teknik pembuatan,
pembentukan tanah liat berkembang, dari yang sekedar untuk alat
memasak (earthenware) sampai pada tembikar keramik (stoneware) yang
lebih tahan air bila dibakar.
Penemuan dan perkembangan pelapisan tembikar adalah kemajuan
pokok yang lain, dengan maksud untuk membubuhi lapisan, memperjelas
hiasan serta mempertajam warna dasar hingga menambahkan oksida logam
yang dapat menghasilkanberbagai macam warna dan ekstus lapisan.
Pada tahun 2000SM adalah budaya Cina yang mempeunyai budaya
tertinggi dalam melakukan pembuatan tembikar dengan roda putar. sehingga
peranannya sangat penting dalam menyempurnakan barang tembikar, yaitu
dengan sistem pencetakan.
Beberapa abad kemudian pada zaman Dinasti Tang (618-
907) stoneware disempurnakan menjadi putih bening, yang dikenal dengan
porselen cina. Setelah ribuan tahun dan melalui ratusan percobaan dengan soft-
paste atau porselen buatan bangsa Eropa kemudian mampu membuat
sendiri hard-paste atau bahan mentah porselen.
Porselen cina tumbuh dengan pesat pada tahun 1300 sampai tahun 1600
yang mengilhami porselen corak traditional pada zaman Renaissance Eropa
dan budaya Islam. Penggunaan lapisan timah dengan tambahan abu timah
cerah mengubah warna barang tembikar bakar berwarna kekuningan menjadi
putih. Dengan begitu permukaannya dapat dilukis dan menaikkan pupolaritas
tembikar Eropa.

1
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

Tembikar berlapis timah ini berkembang pesat tahun 1300-an dan 1400-
an di Spanyol dan dikenal dengan Hispano-Moresque sementara di Italy
dinamai mailoca. Di Ingrris deltware; di Prancis faience; di Jerman fayencen.
Ketika perdagangan dengan Timur Jauh, kedatangan porselenbiru putih
mempengaruhi porselen Eropa, dan dalam waktu bersamaan resep porselen
ditemukan dan dimanfaatkan di pabrik Meissen dekat Dresden.
Tahun 1759 Josiah Wedgwood melakukan Revolusi Industri Keramik di
Staffordshire, ia menyempurnakan pencampuran bahan baku dan teknik
pembakaran serta melakukan garis produksi dan menggunakan pemasaran
modern.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan keramik putih ?
2. Apa saja komposisi keramik putih ?
3. Apa saja jenis-jenis keramik putih?
4. Bagaimana proses pembuatan keramik putih ?
5. Apa saja kegunaan dan bahay dari keramik putih?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi dari keramik putih
2. Untuk mengetahui komposisi dari keramik putih
3. Untuk mengetahui jenis-jenis keramik putih
4. Untuk mengetahui proses pembuatan keramik putih
5. Untuk mengetahui kegunaan dan manfaat dari keramik

2
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

BAB II
PEMBAHASAN

Keramik putih (whiteware) adalah nama umum yang diberikan untuk sejenis
produk keramik yang biasanya berwarna putih dan mempunyai tekstur (jaringan)
halus. Keramik ini dibuat dari bahan dasar lempung kualitas terpilih dan fluks
dalam jumlah bervariasi yang dipanaskan pada suhu cukup tinggi (1200 sampai
1500 oC) di dalam tanur (kiln). Oleh karena itu keramik putih ini merupakan salah
satu produk lempung (Clay Product)

A. KARAKTERISITIK LEMPUNG
Mineral lempung memainka dua peran penting dalam badan keramik.
Pertama, ketika ditambahkan air, lempung akan bersifat sangat plastis, kondisi
ini disebut dengan hidroplastisitas. Sifat ini sangat penting pada operai
pembentukan. Lalu, lempung menyatu atau meleleh melebihi range
temeprature dimana sebuah keramik yang padat dan kuat mungkin dihasilkan
selama pembakaran tanpa memelehkan bentuk yang diinginkan secara
keseluruhan, sehingga bentuk dari yang dinginkan dapat terjaga. Range
temperature penggabungan ini tentu bergantung pada komposisi dari lempung.
Lempung adalah alumino silikat yang terdiri dari alumina (Al2O3) dan
silika (SiO2) yang mengandung air yang terikat secara kimiawi. Lempug
memiliki range karakteristik fisik, komposisi kimia, dan struktur yang luas,
pengotor alami yang biasanya terdapat pada lempung adalah senyawa
(biasanya oksida) dari barium, calsium, natrium, kalium, besi dan juga
beberapa material organik.
Struktur kristal dari mineral lempung relatif rumit, namun satu
karaktersitik yang umum adalah struktur yang berlapis. Mineral lempung yang
secara umum banyak diminati bernama struktur kaolinite. Lempung Kaolinite
[Al2(Si2O5)(OH)4] memiliki struktur kristal seperti gambar dibawah ini. Ketika
ditambahkan air, molekul air akan masuk diantara lapisan-lapisan ini dan akan
membentuk lapisan film tipis disekitar partikel lempung. Partikel-partikel

3
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

lempung ini kemudian bebas bergerak dari satu tempat ke tempat lain dengan
tujuan untuk mendapatkan plastisitas dari campuan air dan lempung.

Gambar 1. Struktur dari Lempung Kaolinite

B. KOMPOSISI BAHAN KERAMIK PUTIH


Selain lempung, banyak dari produk lempung (terutama keramik putih)
juga mengandung beberapa material non plastis, materual nonlempung yang
digunakan termasuk flint, atau pasir kuarsa dan fluks sperti feldsfar.
Kuarsa digunakan utamanya sebagai material pengisi, harganya murah,
relatif keras, dan tidak bereaksi secara kimia. Kuarsa ini mengalami sedikit
perubahan selama pemanasan temperatur tinggi karena kuarsa memiliki
temperature leleh yang tinggi. Ketika meleleh, kuarsa ini memiliki kemampuan
untuk membentuk gelas. Ketika dicampur dengan lempung, sebuah fluks
membentuk gelas yang memiliki titik leleh relatif rendah.
Feldspar adalah beberapa dari agen fluks yang umum, feldsparini adalah
grup aluminosilikatyang mengandung ion-ion K+, Na+, dan Ca2+. Seperti
biasanya, perubahan terjadi selama proses pengeringan dan pembakaran,
karakteristik dari produk akhir juga dipengaruhi oleh komposisi dari ketiga
bahan tersebut, yaitu lempung, kuarsa, dan feldspar. Porselen umum kira-kira
mengandung 50% lempung, 25% kuarsa, dan 25% feldspar.

4
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

Dari ketiga bahan mentah pokok peralatan putih, lempung memberikan


keplastisan dan kekuatan kering selama pembentukan dan membentuk mulit
dan fasa cair pada pembakaran. Felspar meleleh pada temperature tinggi dan
berperilaku sebagai fluks. Flint kurang reaktif meskipun sampai temperature
tinggi, dan memegang peranan sebagai pengisi untuk mempertahankan bentuk
benda, tetapi dapat menjadi lelehan yang sangat kental pada temperature tinggi
komposisi khas dari berbagai benda tertera pada diagram fasa kesetimbangan
fasa silica-leusit-mulit.
Titik konstitusi dari sistem terner dari lempung-felspar-flin terdapat
dalam segitiga yang menghubungkan silica, feldspar kalium dan
metakaolin. Perbedaan utama pencampuran berbagai produk adalah dari jenis
lempung dan feldspar dan perbandingan volumnya. Misalnya bila banyaknya
lempung dikurangi dan banyaknya felspar bertambah maka bahan akan terjadi
vitrifikasi pada temperature rendah, volume dari lelehan bertambah dan dicapai
sifat tembus cahaya baik. Di lain pihak, dengan lebih banyak lempung
vitrifikasi tak terjadi sampai temperature tinggi.
Namun demikian karena banyak lempung, porselen mudah dibentuk,
kekuatan mekaniknya baik ketahanan listriknya tinggi dan kehilangan
induksinya kurang. Oleh karenanya kualitas dan kwantitas lempung yang
digunakan merupakan faktor yang paling penting dalam penemuan metoda
pembuatan produk.
Dalam bahan yang dibentuk, felspar yang relative kasar dan partikel
kuarsa didispersikan dalam matriks lempung yang halus. Feldspar melebur
pada kira-kira 1140˚C, tetapi bentuknya dapat dipertahankan akibat viskositas
yang tinggi. Pada kira-kira 1250˚C akibat reaksi dengan lempung di sekitarnya,
felspar yang halus hilang secara sempurna, dan dihasilkan mulit. Pada
temperature agak di atas 1000˚C dihasilkan kristal mulit yang tidak bulat dan
halus dalam lempung.
Namun demikian, temperatur kira-kira 1250˚C diperlukan untuk
pertumbuhannya dan dpat dilihat di bawah mikroskop. Pada temperatur yang
lebih tinggi lagi kristal mulit tumbuh terus. Sampai kira-kira 1250˚C tak ada
perubahan mencolok yang dapat diamati pada partikel kuarsa tetapi

5
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

permukannya mulai meleleh pada temperatur yang lebih tinggi. Dengan


bertambahnya temperatur, partikel berukuran kira-kira 20 mm melebur pada
1350˚C, dan pada 1400˚C hampir tak ada kuarsa yang tinggal, dan porselen
terdiri hanya dari gelas dan mulit.
Porselen terdiri dari mulit dan gelas; fotograf menunjukkan kristal yang
berkembang secara kusut dari mulit seperti jarum. Dalam keramik batu,
kebanyakan partikel kuarsa tak larut, dan permukaannya tampak melebur.
Selanjutnya, dengan mudah dapat diamati bahwa mulit halus berkembang
menjadi partikel lempung, dan mulit yang lebih besar tumbuh pada tempat
dimana semula terdapat partikel felspar.

C. JENIS KERAMIK PUTIH


Karena keramik putih merupakan produk lempung, maka keramik putih
dapat digolongkan kedalam keramik tanah, keramik batu dan keramik porselen,
oleh keadaan pembakarannya.

1. Keramik Tanah (Earthen Ware)


Earthen Ware dikenal sebagai badan tanah liat yang hanya mampu
dibakar pada suhu rendah (900-1180 oC), tak bersifat seperti kaca dan
strukturnya rapat, mempunyai daya serap air 3% atau lebih. Contoh produk
keramik yang dibuat dari bahan Earthen Ware ini adalah gerabah, batu
bata, dan genting.
Tanah liat yang diperoleh dari tempat asalnya memiliki berbagai
warna yaitu krem, kuning, kecoklatan, merah kecoklatan, abu-abu- dan
hitam. Perbedaan warna ini dipengaruhi oleh perbandingan kadar
kandungan bahan tanah liat antara lain campuran atau kotoran humus
(organik), oksida besi (Fe), oksida mangan (Mn), oksida cupper (Cu),
oksida cobalt (Co) dll.
Pada waktu proses pembakaran berlangsung kotoran organik akan
terbakar habis sedangkan bahan yang terikat secara kimiawi akan
menyebabkan tanah liat menjadi berwarna. Pada umumnya tanah liat
earthen ware paling banya mengandung oksida besi (Fe) Bentuk butiran

6
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

atau partikel yang halus dan lembut akan memberikan sifat lentur atau
plastis jika mengandung air yang berfungsi sebagai pelumas.
Plastisitas tanah liat earthenware cukup tinggi sehingga susut kering
dan susut bakarnya juga tinggi, jadi semakin tinggi plastisitas tanah liat
semakin tinggi pula susut kering dan susut bakarnya. Sifat lain adalah
porositasnya yang cukup tinggi setelah mengalami proses pembakaran hal
ini disebabkan karena tanah liat ini masih banyak mengandung pasir.
Dengan adanya sifat porous ini memungkinkan air pembentuk keluar
dari badan keramik selama proses pengeringan sehingga benda keramik
tidak mudah pecah atau retak. Perubahan struktur tanah liat earthenware
dari hasil proses pembakaran:
 Suhu bakar antara 700oC–900 oC mudah pecah
 Suhu bakar antara 900 oC –1050 oC aman
 Suhu bakar antara 1050 oC –1180 oC maksimal
 Suhu bakar di atas 1180 oC akan gosong bahkan meleleh.

2. Keramik Batu (Stone Ware)


Keramik Stone Ware rata-rata dibakar pada suhu 1186-1315 oC
sehingga memiliki kematangan diantara earthen ware dan porselen. Stone
Ware dikenal sebagai badan tanah liat yang bagus karena kekuatannya,
memiliki warna-warna alami, bersifat keras agak mengkaca.
Glasir dan badan stoneware masak pada suhu yang sama sehingga
akan membentuk ketepatan glasir yang sempurna. Jenis-jenis stoneware
yang berkembang di Eropa pada tahun 1600 dan 1700 menggunakan
oksida cobalt dan mangaan untuk membuat stoneware hitam, agateware
(juga disebut marbleware atau variegatedware) adalah suatu tiruan
agatestone dan dihasilkan dengan kombinasi pewarna-pewarna tanah liat
yang berbeda dalam suatu badan tunggal.
Stoneware pada masa lampau biasanya dihasilkan dan tanah liat
alami yang mengandung feldspar dan silika yang dibakar sehingga
menjadi padat dan tidak porous. Tanah liat alami seperti halnya fireclay,
tanah liat untuk pipa-pipa air, dan tanah liat untuk membuat bata dapat

7
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

digunakan secara langsung tanpa banyak penambahan bahan lain serta


dapat digunakan untuk pembentukan dengan tangan atau putaran.
Sebagian besar tanah liat yang dipersiapkan untuk keperluan komersial
biasanya dibuat dari beberapa macam tanah liat seperti feldspar, kaolin,
kwarsa, fireclay, dan ballclay yang dibuat dalam formula tertentu.
Warna bakar stoneware diantaranya abu-abu, krem, coklat, coklat
tua, dan oranye. Biasanya tanah liat stoneware mengandung unsur besi
(Fe), titanium (Ti), zinc (Zn).Hal inilah salah satu yang membedakan
antara stoneware dengan porselin karena porselin tidak mengandung unsur
besi sehingga memberikan ciri khas porselin berwarna putih. Kandungan
besi alami yang ada dalam tanah seperti besi, ilminite, atau mangaan akan
mengubah permukaan glasirnya yang apabila dibakar menghasilkan efek
spotspot besi berwarna kecoklatan.
Kelebihan badan tanah liat stoneware adalah:
 Plastisitasnya yang baik, sehingga dapat digunakan dengan berbagai
keteknikan.
 Kuat tetapi tidak menggelas.
 Penyusutan yang rendah.
 Memiliki warna alami tanah.
 Memiliki spot-spot besi.
 Memilki sifat pencegahan terhadap bloating (mengembang).
 Padat dan kedap air.
 Memiliki sifat tahan terhadap kejut suhu.
 Memiliki sifat menyatu dengan glasirnya.
Kebanyakan badan keramik stoneware dibuat dari sejumlah bahan
atau material yang dipilih untuk maksud dan tujuan tertentu, antara lain:
 Untuk meningkatkan plastisitas, dapat digunakan ballclay hingga 30%
atau tanah liat merah sampai 20%.
 Untuk meningkatkan daya lebur pada umumnya digunakan flux
nonplastis seperti talc sebanyak 5% atau kapur (whiting) 10%.
 Untuk meningkatkan kekerasan dapat digunakan kaolin, kuarsa
sekitar 15%-20%, pasir atau grog idealnya menggunakan

8
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

bubuk/butiran dari barang biskuit atau menggunakan bubuk bata tahan


api.
 Untuk menghasilkan tanah liat warna dapat ditambahkan tanah liat
merah, ocher sekitar 5%-10% atau oksida logam 5%-10%
 Untuk membentuk tekstur, dapat menggunakan grog, pasir, atau
remukan fireclay (bata tahan api) sampai sebanyak 25%.
3. Porselin
Porselin merupakan badan keramik yang terbuat dari tanah liat putih
dan bahan halus lain berwarna yang putih. Badan ini setelah melalui proses
pembakaran akan menghasilkan benda putih yang padat, keras, kedap air
(porositasnya sangat kecil), seperti kaca dan transculent (setengah
transparan/tembus bayang) dengan ketebalan 3 mm. Pada umumnya
temperatur bakar porselin berkisar antara 1250–1460oC. Bahan utama
porselin adalah kaolin, kata “kaolin“ berasal dan kata China “Kao” (tinggi)
dan “Ling” (bukit), jadi kaolin merupakan sebuah bukit tinggi dimana
lempung pertama kali ditemukan.
Produk keramik biasanya terbuat dari campuran bahan seperti
kaolin, kwarsa, ballclay, dan feldspar namun dengan bahan ballclay
kadang-kadang mengakibatkan porselin menjadi kurang putih, sebagai
pengganti dapat digunakan bentonite.Untuk membuat formula badan
keramik porselen yang bagus memerlukan waktu, kesabaran dan kemauan
(usaha yang besar) untuk bereksperimen dan melakukan penelitian. Badan
porselin dapat diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, yaitu:
 Porselin keras, merupakan campuran yang sangat ulet dan dibakar
pada temperatur tinggi 1380–1460oC.
 Porselin lunak, sedikit resistant dengan temperatur bakar antara 1250–
1300oC.
Tingkat plastisitas tanah liat tergantung pada ukuran partikelnya.
Semakin kecil ukurannya, maka akan semakin plastis. Kaolin atau china
clay partikelnya berukuran 10 kali lebih besar dari ballclay karena itulah
maka kaolin tidak begitu plastis. Untuk menjaga keaslian sangatlah
penting kiranya bila kita memilih kaolin atau china clay yang mempunyai

9
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

kandungan besi. Tingkat keplastisan sangat dipengaruhi ukuran partikel


tanah liat, cara mempersiapkan, juga umur tanah liat tersebut.
Karena alasan inilah maka bila kita akan memakai bahan porselen
plastis untuk pembentukan dengan teknik putar maka perlu diperhatikan
benarbenar bagaimana mempersiapkan tanah liat tersebut, misalnya
pemeraman tanah hat yang disimpan selama beberapa bulan akan bersifat
lebih kuat dari tanah liat yang sama sekali belum pernah disimpan.

Berdasarkan penggunaannya keramik putih dibagi menjadi beberapa


jenis, yaitu:
 Peralatan Makan (Tableware), Peralatan makan yang biasanya terbuat dari
keramik putih antara lain piring, mangkuk, gelas, cangkir serta sendok,
garpu, maupun sumpit.
 Peralatan Masak (Cookware), Bisanya keramik putih ini hanya menjadi
bahan pelapis seperti pada wajan anti lengket. Tetapi terdapat juga panci dan
pisau yang terbuat dari keramik putih.
 Ubin (Wall tiles), Ubin yang sering kita jumpai didalam rumah maupun
didalam kamar mandi biasany terbuat dari bahan keramik putih.
 Tembikar (Pottery products), Tembikar yang termasuk kedalam keramik
putih adalah tembikar yang terbuat dari porselen. Tembikar jenis ini sudah
ada sejak zaman dinasti china dan keindahannya dikagumi di seluruh dunia.
dan
 Peralatan Sanitari (Sanitary ware), Peralatan sanitary yang menggunakan
keramik putih antara lain wastafel, kloset duduk maupun kloset jongkok

D. TEKNIK PEMBUATAN
Material mentah dari tambang biasa harus melalui proses perataan atau
penghalusan untuk mengurangi ukuran partikel, selanjutnya diringi oleh proses
pengayakan untuk mendapatkan produk bubuk dengan range ukuran partikel
yang dinginkan.

10
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

Untuk sistem multikomponen, bubuk harus melalui pencampuran dengan


air dan mungkin beberapa bahan lain untuk memberikan karaketristik yang
sesuai dengan teknik pembentukan khususnya. Produk yang telah dibentuk
harus memiliki kekuatan mekanik yang cukup untuk tetap utuh selama proses
pengantaran, pengeringan dan pembakaran. Dua teknik pembentukan yang
umum untuk komposisi berbasis lempung adalah Hydroplastic Forming dan
Slip Casting.
1. Hydroplastic Forming
Seperti dijelaskan sebelumnya, mineral lempung menjadi sangat
plastis dan lembut ketika dicampurkan dengan air dan dapat dibentuk tanpa
adanya keretakan, namun lempung ini memiliki yield strength yang sangat
rendah. Konsistensi (rasio air dan lempung) dari massa hidroplastis harus
memiliki yield strength yang cukup agar dapat dibentuk dan
mempertahankan bentuknya selama penanganan dan pengeringan. Fluks,
dalam konteks produk lempung adalah zat yang menaikkan formasi fase
kaca selama proses pembakaran
Teknik Hidroplastic Forming yang paling umum adalah ekstrusi,
dimana massa keramik plastis kaku ditekan melalui lubang die yang
memiliki luas penampang geometri yang dinginkan, proses ini sama seperti
proses ekstrusi pada logam. Bata, pipa, blok keramik, dan ubin adalah
produk yang umumnya dibut dengan Hydroplastic Forming.

Gambar 2. Proses Ekstrusi


Biasanya keramik plastis ditekan melalui die dengan menggunakan
bor yang digerakan oleh motor dan biasanya udara dihilangkan dalam
vacuum chamber untuk meningkatkan densitas. Kolom internal yang hollow
pada pada hasil ekstrusi didapatkan dengan memasukkan profilyang
diinginkan kedalam die.
.

11
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

2. Slip Casting
Proses pembentyukan yang lain yang digunakan untuk komposisi
berbasis lempung adalah Slip Casting. Slip adalah suspensi dari lempung
dan atau material nonplastik lain dalam air.
Ketika dituangkan kedalam sebuah cetakan berpori (secara umum
terbuat dari plastik ), air dari slip diserap kedalam cetakan, meninggalkan
lapisan padat pada dinding cetakan, ketebalannya tergantung kepada waktu.
Proses ini terus dilanjutkan sampai seluruh rongga dari cetakan
menjadi padatan (solid casting), aeperti pada gambar 3a atau mungkin
dihentikan ketika dinding padat mencapai ketebalan yang diinginkan,
dengan membalikkan cetakan dan membuang sisa slip, proses ini disebut
drain casting (Gambar 3b).

Gambar 3. (a) Solid Casting, (b) Drain Casting

Saat barang hasil cast mengering dan menyusut, barang tersebut


bergerak meninggalkan (terlepas) daridinding cetakan, pada saat ini cetakan
dapat dibongkar dan barang hasil cast dapat dikeluarkan.

12
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

Sifat dari slip ini sangat penting, slip harus memiliki berat jenis yang
tinggi akan tetapi masih sangat cair dan dapat dituang. Karakteristik ini
bergantung pada rasio padatan dan air dan bahan tambahan lain yang
ditambahkan. Hasil casting yang memuaskan adalah kebutuhan utama,
sebagai tambahan barang hasil cast harus bebas dari gelembung dan hasrus
memiliki laju penyusutan pada saat pengeringan yang rendah dan memilki
kekuatan yang cukup tinggi
Sifat dari cetakan itu sendiri mempengaruhi kualitas dari hasil casting.
Normalnya plaster dari plastik paris yang digunakan sebagai bahan cetakan
dikarenakan sifatnya ekonomis, relatif mudah digunakan untuk dibuat
kedalam bentuk yang diinginkan, dapat digunakan kembali. Porositas dari
cetakan dapat dibuat bervariasi untuk mengkontrol laju casting.
Keramik dengan bentuk yang agak kompleks yang dapat diproduksi
dengan metode ini adalah peralatan sanitari, objek seni, dana alat
laboratorium science seperti tabung keramik.
3. Pengeringan dan Pembakaran
Keramik yang telah dibentuk secara hidroplastic atau dengan slip
casting mempertahankan sifat porositas yang significant dan kekuatan yang
tidak cukup untuk kebanyakan aplikasi secara praktikal. Ditambah lagi,
keramik mungkin masing mengandung beberapa cairan (contohnya air)
yang ditambahkan untuk membantu proses pembentukan. Cairan ini
dihilangkan dengan proses pengringan, densitas dan kekuatannya
ditingkatkan dengan cara memanaskannya pada temperatur yang tinggi.
Badan keramik yang telah dikeringkan tetapi tidak dipanaskan dinamakan
green.
Teknik pengeringan dan pemanasan adalah kritikal karena defects
yang biasanya membuat keramik tidak dapat digunakan ( melenting,
distorsi, dan keretakan) yang terjadi selama proses ini. Defects ini secara
nomal terjadi akibat dari tegangan yang timbul dari penyusutan yang
seragam.

13
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

a. Pengeringan
Saat badan keraik berbasis lempung mengering, ia juga
mengalami beberapa penyusutan. Pada tahap awal pengeringan partikel
lempung secara virtual dikeliligi oleh lapisan tipis air dan terpisahkan
antara satu dengan yang lainnya. Selama proses pengeringan
berlangsung dan air dihilangkan, pemisahan interpartikel berkurang
yang kemudian menghasilkan penyusutan.

Gambar 4. Beberapa tahap dalam penghilngan air dari antara partikel


lempung selama proses pengeringan (a) basah (b) kering sebagian. (c) kering

Selama pengeringan sangat penting untuk mengontrol laju


penghilangan air. Pengeringan pada bagian dalam badan dicapai dengan
difusi dari molekul air ke permukaan saat penguapan terjadi. Jika laju
penguapan lebih besar dari laju difusi, maka permukaan akan kering
lebih cepat daripada bagian dalam dengan kemungkinan tinggi
timbulnya defect yang telah dijelaskan sebelumnya. Laju penguapan
permukaan harus diperkecil sampai mendekati laju difusi dari air, laju
penguapan dapat dikontrol oleh temperatur, kelembaban dan laju alir
udara.
Faktor-faktor lain juga mempengaruhi penyusutan. Salah satunya
adalah ketebalan badan, penyusutan seragam dan pembentukan defects
lebih mudah terjadi pada badan yang tebak daripada yang tipis.
Kandungan air pada badan yang telah dibentuk juga kritikal, semakin
banyak kandungan air, maka semakin luas penyusutan yang terjadi.
Karena itu, kandungan air biasanya dijaga seminimun mungkin. Ukuran
partikel lempung juga memberikan pengaruh, penyusutan makin
meningkat ketika ukuran partikel semakin kecil. Untuk meminimalisir
penyusutan, ukuran partikel dapat diperbesar atau material nonplastic

14
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

yang memiliki ukuran partikel yang relatif besar juga dapat


ditambahkan pada lempung.
Energi dari microwave juga dapat digunakan untuk
mengeringkan keramik. Satu keuntungan dari teknik ini adalah
tempertaure tinggi yang digunakan pada metode konvensional dapat
dihindari, sehingga tempertaure pengringan dapat dijaga sampai level
minimum. Hal ini penting karena pengeringan dari beberapa material
yang sensitif terhadap temperature harus dijaga pada temperature yang
rendah.
b. Pembakaran
Setelah dikeringkan, badan keramik biasanya dibakar pada
temperature antara 900 – 1400 oC (1650 – 2550 oF), temperature
pembakaran bergantung pada komposisi dan sifat yang dinginkan dari
produk jadi. Selama pembakaran, densitas ditingkat lebih jauh ( dengan
berkurangnya porositas ) dan kekuatan mekanikal meningkat.
Ketika bahan berbasis lempung dipanaskan pada temepratur
tinggi beberapa reaksi yang agak kompleks terjadi. Salah satunya
adalah vitrifikasi, pembentukan bertahap dari gelas cair yang mengalir
kedalam dan mengisi beberapa volume pori. Tingakat vitrifikasi ini
bergantung pada temperature dan waktu pembakaran serta komposisi
dari badan keramik. Temperature dimana fasa liquid terbentuk
diturunkan dengan penambahan agen fluks seperti feldspar. Fasa yang
tergabung ini mengalir disekitar partikel yang masih belum meleleh dan
mengisi pori-pori sebagai hasil dari gaya tegangan permukaan (atau
aksi kapilaritas, penyusutan juga mengikuti pada proses ini. Setelah
pendinginan gabungan fasa ini membentuk matriks berkaca yang
menghasilkan badan yang kuat dan padat. Sehingga mikrostruktur akhir
terdiri dari fasa vitrifikasi, beberapa partikel kuarsa yang tidak bereaksi
dan beberapa porositas. Gambar 5 adalah hasil scanning electron
micrograph dari porselin yang telah dibakar dimana element
ikrostruktural ini dapat terlihat.

15
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

.
Gambar 5. Scanning electron micrograph dari porselin yang telah dibakar
dimana dapat terlihat fitur-fitur berikut: butiran feldspar (partikel gelap
besar), yang dikelilingi oleh larutan gelap mengkilap yang melingkar, daerah
feldspar yang terlarut sebagian (area unfeatured kecil), jarum dan pori-pori
(lubang gelap dengan area pinggiran putih) serta keretakan pada partikel
kuarsa yang dapat dicatat, dimana keretakan terbentuk selama proses
pengeringan akibat hasil dari perbedaan penyusutan antara matriks kaca dan
kuarsa

Tingkat vitrifikasi tentu mengontrol sifat pada temperature ruang


dari keramik, kekuatan, durabilitas, dan densitas semuanya meningkat.
Temperature pembakaran menentukan tingkat dimana vitrifikasi
terjadi, dengan kata lain vitrifikasi meningkat saat temperature
pembakaran dinaikkan. Bata bangunan biasanya dibakar sekitar 900 oC
(1650 oC) dan relatif berpori. Pada kasus lain, membakar porselin yang
sangat tervitrifikasi yang mencapai batasan menjadi tembus cahaya
secara optik memerlukan temperature yang lebih tinggi. Vitrifikasi
secara lengkap dihindari selama proses pembakaran, karena badan
keramik akan menjadi sangat lunak dan akan hancur.

16
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

E. KEGUNAAN DAN BAHAYA KERAMIK PUTIH


Keramik putih banyak digunakan dalam berbagai bidang terutama dalam
bidang konstruksi dan rumah tangga. Pada umumnya keramik banyak dipakai
sebagai peralatan rumah tangga seperti periuk, belanga, kendi dan berbagai
jenis gerabah lainnya. Selain itu banyak pula yang menggunaannya sebagai
barangbarang seni dan dekorasi, misalnya guci, vas bunga, piring dan gelas
hias.
Bahan bahan bangunan juga banyak yang terbuat dari keramik seperti
batu bata, tegel,ubin dan sebagainya Namun, dibalik itu semua, terdapat bahaya
yang terkandung didalamnya. Semakin putih keramik, semakin tinggi bahaya
radioaktif yang dikandungnya. Semakin tinggi bahaya radioaktif, maka kian
membahayakan penghuni rumah, terutama kesehatan kulit.
Yang perlu diperhatikan adalah batasan putihnya keramik. Semakin putih
batasan putih keramiknya, maka keramik banyak mengandung zirconium.
Zirconium adalah salah satu mineral non logam, dalam unsure Zr. ini bisa
memberi efek buruk, karena dalam jangka waktu panjang bisa menyebabkan
kanker kulit.
Selain keramik, di industri kimia zirconium banyak digunakan
sebagai getter atau penyerap dalam tabung vakum, sebagai agen pencampur
logam dalam baja, peralatan bedah, primer peledak, filamen bola lampu pijar
dan rayon spinnerets. Untuk itu, ada baiknya lebih berhati-hati dengan
penggunaan keramik yang mengandung zat ini.

17
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

BAB III
PENUTUP

Keramik putih (whiteware) adalah nama umum yang diberikan untuk sejenis
produk keramik yang biasanya berwarna putih dan mempunyai tekstur (jaringan)
halus. Keramik putih termasuk kedalam produk lempung
Berdasarkan lempug yang digunakan dan temperature pembakaran, kermaik
putih digolongkan menjadi keramik tanah (Earthen Ware), keramik batu (Stone
Ware) dan porselin. Berdasarkan penggunaannya keramik putih dibagi menjadi
peralatan makan (Table Ware), peralatan masak (Cooking Ware), peralatan sanitari
(Sanitary Product), Ubin (Wall Tiles), dan tembikar (Poettry Product).
Komponen penyusun keramik putih adalah lempung, fledspar, dan flint atau
pasir kuarsa. Keramik putih dibuat melalui tiga tahap, tahap pembentukan, tahap
pengeringan, dan tahap pembakaran. Terdapat dua teknik pembentukan yang
umum, yaitu Hydroplastic Forming dan Slip Casting. Teknik Slip Casting pun
dibedakan menjadi dua macam, yaitu Solid Casting dan Drain Casting.

18
Keramik Putih (White Ware) | Kelompok 4

DAFTAR PUSTAKA

Afrozi, S.T, M.T, Agus Salim, “Modul Teknologi Keramik Pertemuan 8: Keramik
Putih.”. Universitas Pamulang. Tangerang Selatan

Taufiqullah.2016.”Badan Keramik Earthen Ware.”https:// www.tneutron.net.


Diakses pada 4 April 2017.

Taufiqullah.2016.”Badan Keramik Stone Ware.”https:// www.tneutron.net.


Diakses pada 4 April 2017.

Taufiqullah.2016.”Badan Keramik Porselen.”https:// www.tneutron.net. Diakses


pada 4 April 2017.

Callister. Jr, William D. 2007. “Materials Science and Engineering: An


Introduction 7-th Ed.”.University of Utah

19

You might also like