You are on page 1of 14

Aplikasi Teori Behavioristik dan Konstruktifistik dalam Kegiatan Pembelajaran

Aplikasi Teori Behavioristik dan Konstruktifistik dalam Kegiatan Pembelajaran di


Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya Mojokerto

Achmad Pandu Setiawan a*

aProgram Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Raden Wijaya
Mojokerto
*Koresponden penulis: akhmad.pandu@yahoo.com

Abstract
Behaviorism learning theory is oriented towards results that can be measured and
observed. Repetition and training used so that the desired behavior can become a
habit. The expected results of the implementation of this behavioristic theory is the
formation of a desired behavior. The desirable behavior gets positive reinforcement
and behavior that is not appropriate awarded the negative. Evaluation or assessment
based on observed behavior. In theory this learned professor was not much give a
lecture, but the brief instruction is followed by examples by themselves or through
simulation. The purpose of this paper is to describe the application of the theory
Behavioristic and konstruktifistik in learning activities at the School of Raden Wijaya
Tarbiyah Mojokerto. Behavioristic learning theory emphasizes the changes in
behavior as well as a result of the interaction between stimulus and response.
Learning is a process of behavioral changes as a result of the interaction between
stimulus and response. A person is considered to have learned if he could show
changes in behavior. Although learning theory tigkah behavior began to be
abandoned century, but collaborate on this theory with cognitive learning theory and
the theory of other learning is essential for creating a learning approach that is
appropriate and effective, because basically there is no single theory of learning that is
truly suited to creating a learning approaches and effective fit. especially with
constructivism learning model. The role of the faculty in constructivist learning very
demanding mastery of a broad and in-depth about the material taught. A broad and
deep knowledge allow a lecturer accept different views and ideas of students and also
makes it possible to indicate whether or not the idea of the road. Mastery of the
material allows a professor to understand all kinds of roads and the model to arrive at
a solution to the problem without fixed on one model.
Keywords: Behavioristik, Konstruktifistik , Teaching, Learning

A. Pendahuluan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu


pun teori belajar yang betul-betul cocok untuk
Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori
menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran
belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan
yang pas dan efektif, khususnya dengan model
banyak ahli psikologi yang baru lebih
pembelajaran konstruktivisme.
mengembangkan teori belajar kognitif dengan
asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi Di dalam kelas konstruktivis, para
prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi mahasiswa diberdayakan oleh pengetahuannya
pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi
teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan strategi dan penyelesaian, debat antara satu
diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan lainnya, berfikir secara kritis tentang
dengan teori belajar kognitif dan teori belajar cara terbaik untuk menyelesaikan setiap
lainnya sangat penting untuk menciptakan masalah. Beberapa prinsip pembelajaran dengan
pendekatan pembelajaran yang cocok dan pendekatan konstruktivis diantaranya bahwa

33
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 6 No. 2 Nop 2016

observasi dan mendengar aktivitas dan modul dan program-program pembelajaran lain
pembicaraan matematika mahasiswa adalah yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-
sumber yang kuat dan petunjuk untuk respon serta mementingkan faktor-faktor
mengajar, untuk kurikulum, untuk cara-cara penguat (reinforcement), merupakan program
dimana pertumbuhan pengetahuan mahasiswa pembelajaran yang menerapkan teori belajar
dapat dievaluasi. yang dikemukakan Skiner.

Lebih jauh dikatakan bahwa dalam Skinner dan tokoh-tokoh lain pendukung
konstruktivis aktivitas mungkin diwujudkan teori behavioristik tidak menganjurkan
melalui tantangan masalah, kerja dalam digunakannya hukuman dalam kegiatan
kelompok kecil, dan diskusi kelas menggunakan pembelajaran. Namun apa yang mereka sebut
apa yang ’biasa’ muncul dalam materi dengan penguat negatif (negative
kurikulum kelas ’biasa’. Dalam konstruktivis reinforcement) cenderung membatasi
proses pembelajaran senantiasa ”problem mahasiswa untuk berpikir dan berimajinasi.
centered approach” dimana dosen dan
Menurut Guthrie hukuman memegang
mahasiswa terikat dalam pembicaraan yang
peranan penting dalam proses belajar. Namun
memiliki makna. Beberapa ciri itulah yang akan
ada beberapa alasan mengapa Skinner tidak
mendasari pembelajaran dengan pendekatan
sependapat dengan Guthrie, yaitu:
konstruktivis.
a. Pengaruh hukuman terhadap perubahan
B. Tujuan Penulisan
tingkah laku sangat bersifat sementara.
Mendeskripsikan aplikasi teori behavioristik
b. Dampak psikologis yang buruk mungkin
dan konstruktifistik dalam kegiatan
akan terkondisi (menjadi bagian dari jiwa si
pembelajaran di Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah
terhukum) bila hukuman berlangsung lama.
Raden Wijaya Mojokerto
c. Hukuman yang mendorong si terhukum
C. Pembahasan
untuk mencari cara lain (meskipun salah
1. Penerapan Teori Behavioristik dalam dan buruk) agar ia terbebas dari hukuman.
Kegiatan Pembelajaran Dengan kata lain, hukuman dapat
mendorong si terhukum melakukan hal-hal
Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar
lain yang kadangkala lebih buruk daripada
sebagai suatu proses perubahan tingkah laku
kesalahan yang diperbuatnya.
dimana reinforcement dan punishment menjadi
stimulus untuk merangsang mahasiswa dalam Skinner lebih percaya kepada apa yang
berperilaku. Pendidik yang masih disebut sebagai penguat negatif. Penguat negatif
menggunakan kerangka behavioristik biasanya tidak sama dengan hukuman.
merencanakan kurikulum dengan menyusun isi Ketidaksamaannya terletak pada bila hukuman
pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang harus diberikan (sebagai stimulus) agar respon
ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. yang muncul berbeda dengan respon yang
Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun sudah ada, sedangkan penguat negatif (sebagai
secara hirarki, dari yang sederhana sampai yang stimulus) harus dikurangi agar respon yang
komplek (Paul, 1997). sama menjadi semakin kuat. Misalnya, seorang
mahasiswa perlu dihukum karena melakukan
Pandangan teori behavioristik telah cukup
kesalahan. Jika mahasiswa tersebut masih saja
lama dianut oleh para pendidik. Namun dari
melakukan kesalahan, maka hukuman harus
semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang
ditambahkan.
paling besar pengaruhnya terhadap
perkembangan teori belajar behavioristik. Aliran psikologi belajar yang sangat besar
Program-program pembelajaran seperti mempengaruhi arah pengembangan teori dan
Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, praktek pendidikan dan pembelajaran hingga

34
Aplikasi Teori Behavioristik dan Konstruktifistik dalam Kegiatan Pembelajaran

kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat
menekankan pada terbentuknya perilaku yang otomatis-mekanis dalam menghubungkan
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik stimulus dan respon sehingga terkesan seperti
dengan model hubungan stimulus responnya, kinerja mesin atau robot. Akibatnya mahasiswa
mendudukkan orang yang belajar sebagai kurang mampu untuk berkembang sesuai
individu yang pasif. Respon atau perilaku dengan potensi yang ada pada diri mereka.
tertentu dengan menggunakan metode drill
2. Penerapan Teori Konstruktifistik dalam
atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku
Kegiatan Pembelajaran
akan semakin kuat bila diberikan reinforcement
dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Teori belajar pada dasarnya merupakan
suatu teori yang menjelaskan bagaimana
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan
mahasiswa-mahasiswa belajar, meliputi
pembelajaran tergantung dari beberapa hal
kesiapan belajar, proses mental, dan apa yang
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi
dilakukan mahasiswa pada usia tertentu.
pelajaran, karakteristik mahasiswa, media dan
Menurut paham konstruktivisme, pengetahuan
fasilitas pembelajaran yang tersedia.
merupakan hasil bentukan sendiri, oleh
Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada
karenanya tidak ada transfer pengetahuan dari
teori behavioristik memandang bahwa
seorang ke orang lain, sebab setiap orang
pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
membangun pengetahuannya sendiri. Bahkan
berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan
bila dosen ingin memberikan pengetahuan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan
kepada mahasiswa, maka pemberian itu
pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh
memindahkan pengetahuan (transfer of
mahasiswa sendiri melalui pengalamannya.
knowledge) ke orang yang belajar atau
Untuk terjadinya konstruksi pengetahuan ada
mahasiswa. Mahasiswa diharapkan akan
beberapa kemampuan yang harus dimiliki
memiliki pemahaman yang sama terhadap
mahasiswa antara lain; kemampuan mengingat
pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang
dan mengungkapkan kembali pengalaman,
dipahami oleh pengajar atau dosen itulah yang
kemampuan membandingkan, mengambil
harus dipahami oleh murid (Degeng, 2006).
keputusan mengenai persamaan dan perbedaan,
Demikian halnya dalam proses belajar dan kemampuan untuk lebih menyukai
mengajar, mahasiswa dianggap sebagai objek pengalaman yang satu dari pada yang lainnya.
pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan
Inti dari konstruktivisme di atas berkaitan
penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para
erat dengan beberapa teori belajar, yaitu; teori
pendidik mengembangkan kurikulum yang
perubahan konsep, teori belajar bermakna
terstruktur dengan menggunakan standart-
Ausubel, dan teori Skemata (Suparno, 1997:49).
standart tertentu dalam proses pembelajaran
Namun menurut peneliti pembelajaran
yang harus dicapai oleh para mahasiswa. Begitu
konstruktivisme juga berkaitan dengan teori
juga dalam proses evaluasi belajar mahasiswa
belajar Bruner. Penjelasan dari masing-masing
diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan
teori tersebut adalah sebagai berikut.
dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat
unobservable kurang dijangkau dalam proses a. Teori Perubahan Konsep
evaluasi. Teori belajar perubahan konsep
Implikasi dari teori behavioristik dalam merupakan suatu teori belajar yang
proses pembelajaran dirasakan kurang menjelaskan adanya proses evolusi
memberikan ruang gerak yang bebas bagi pemahaman konsep mahasiswa dari
mahasiswa untuk berkreasi, bereksperimentasi mahasiswa yang sedang belajar. Pada
dan mengembangkan kemampuannya sendiri. mulanya mahasiswa memahami sesuatu
melalui konsep secara spontan. Pengertian

35
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 6 No. 2 Nop 2016

spontan merupakan pengertian yang tidak kenyataannya sang pasien menderita sakit
sempurna, bahkan belum sesuai dengan kangker sudah stadium 4 (kritis sekali), sudah
konsep ilmiah, dan harus mengalami ”amat kritis”. Seorang dokter ”bohong” (tidak
perubahan menuju pengertian yang logis dan jujur) merupakan peristiwa anomali bagi
sistematis, yaitu pengertian ilmiah. Proses peserta didik tertentu. Peristiwa-peristiwa lain
penyempurnaan pemahaman itu berlangsung seperti itu akan menantang peserta didik
melalui dua bentuk yaitu tanpa melalui untuk lebih berpikir dan mempersoalkan
perubahan yang besar dari pengertian mengapa pikiran awal mereka tidak benar.
spontan tadi (asimilasi), atau sangat perlu
Banyak pendidik budi pekerti, moral, nilai
adanya perubahan yang radikal dari
ataupun agama menggunakan data anomali
pengertian yang spontan menuju pengertian
untuk memacu perubahan konsep pada
yang ilmiah (akomodasi).
peserta didik. Mereka menyediakan data-data,
Agar terjadi perubahan konsep secara fakta-fakta dan peristiwa yang memberikan
radikal/ akomodatif maka dibutuhkan data berbeda dengan keyakinan anak atau
keadaan dan syarat sebagai berikut: prediksi anak. Harus diakui bahwa data
anomali kadang kala gagal mendorong
1) Harus ada ketidakpuasan terhadap konsep
perubahan konsep karena para ilmuan dan
yang telah ada. Peserta didik mengubah
peserta didik kadang menemukan cara untuk
konsepnya jika mereka yakin bahwa
mengabaikan data-data atau fakta-fakta yang
konsep mereka yang lama tidak dapat
berlawanan tersebut. Ada beberapa orang
digunakan lagi untuk menelaah situasi,
bereaksi terhadap data anomali: (1)
pengalaman, dan gejala yang baru.
mengabaikan dan menolaknya, (2)
2) Konsep yang baru harus dimengerti, mengecualikan data itu dari teori yang telah
rasional, dan dapat memecahkan ada, (3) mengartikan kembali data itu, (4)
persoalan atau fenomena yang baru. mengartikan kembali data itu dengan sedikit
3) Konsep yang baru harus masuk akal, perubahan, dan (5) menerima data itu serta
dapat memecahkan dan menjawab mengubah teori atau konsep sebelumnya.
persoalan yang terdahulu, dan juga Teori perubahan konsep membedakan dua
konsisten dengan teori-teori atau macam perubahan yaitu: restrukturisasi kuat
pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. (perubahan yang kuat) dan restrukturisasi
4) Konsep baru harus berdaya guna bagi lemah (perubahan yang lemah). Perubahan
perkembangan penelitian dan penemuan yang kuat terjadi bila seseorang mengadakan
yang baru (Suparno, 1997: 50-51). akomodasi terhadap konsep yang telah ia
punyai ketika berhadapan dengan fenomena
Menurut kaum konstruktivis, salah satu yang baru. Perubahan yang lemah bila orang
penyebab terbesar ketidakpuasan terhadap tersebut hanya mengadakan asimilasi skema
konsep lama adalah adanya peristiwa yang lama ketika berhadapan dengan
anomali. Suatu peristiwa yang bertentangan fenomena yang baru. Dengan dua perubahan
dengan yang dipikirkan peserta didik. Suatu itu pengetahuan manusia berkembang dan
peristiwa di mana peserta didik tidak dapat berubah. Untuk memungkinkan perubahan
mengasimilasikan pengetahuannya untuk tersebut, diperlukan situasi anomali, yakni
memahami fenomena yang baru. Misalnya, suatu keadaan yang menciptakan
bagi peserta didik yang berpikir bahwa ketidakseimbangan dalam pikiran manusia
”kejujuran” bersifat mutlak (berlaku objektif atau yang menantang seseorang berpikir.
dan universal), akan menjadi bingung ketika
melihat seorang dokter ”berbohong” kepada Vygotsky (Kukla, 2003: 6-10; Fosnot (ed),
pasiennya dengan mengatakan bahwa 1996: 18) membedakan dua macam konsep:
penyakitnya ”agak serius”, kendati konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep

36
Aplikasi Teori Behavioristik dan Konstruktifistik dalam Kegiatan Pembelajaran

spontan diperoleh peserta didik dari tidak tepat. Dengan demikian, seorang
kehidupan sehari-hari dan konsep ilmiah pendidik dibantu untuk mengarahkan peserta
diperoleh dari pelajaran di sekolah. Kedua didik dalam pembentukan pengetahuan
konsep tersebut saling berhubungan terus- mereka yang lebih tepat. Teori perubahan
menerus. Apa yang dipelajari peserta didik di konsep sangat membantu karena mendorong
sekolah mempengaruhi perkembangan pendidik untuk menciptakan suasana dan
konsep yang diperoleh dalam kehidupan keadaan yang memungkinkan perubahan
sehari-hari dan sebaliknya. Perbedaan yang konsep yang kuat pada peserta didik sehingga
mencolok dari kedua konsep itu adalah ada pemahaman mereka lebih sesuai dengan
atau tidak adanya sistem. Konsep spontan pengertian ilmuan.
didasarkan pada kejadian khusus dan tidak
b. Teori Skema
merupakan bagian yang bertalian secara logis
dari suatu sistem pemikiran, sedangkan Jonassen menjelaskan bahwa skema adalah
konsep ilmiah disajikan sebagai bagian dari abstraksi mental seseorang yang digunakan
suatu sistem. Sehubungan dengan adanya dua untuk mengerti sesuatu hal, menemukan jalan
konsep tersebut, dianjurkan agar pendidik keluar, atau memecahkan persoalan (galam
tidak menolak konsep spontan peserta didik, Suparno, 1997:55). Menurut teori skema,
tetapi membantunya agar konsep itu pengetahuan itu disimpan dalam suatu paket
diintegrasikan dengan konsep yang ilmiah. informasi atau skema yang terdiri atas suatu
Hal ini harus semakin disadari oleh pendidik set atribut yang menjelaskan objek tersebut,
bahwa konsep (spontan ataupun ilmiah) maka dari itu membantu kita untuk mengenal
dalam diri seseorang terus berkembang untuk objek atau kejadian itu. Hubungan skema
semakin mendekati pemahaman para ilmuan. yang satu dengan yang lain memberikan
makna dan arti kepada gagasan kita. Belajar
Teori perubahan konsep cukup senada
menurut teori skema adalah mengubah skema
dengan teori konstruktivisme dalam arti
(Suparno, 1997:55). Lebih jauh ia menyatakan:
bahwa dalam proses pengetahuan seseorang
mengalami perubahan konsep. Pengetahuan Orang dapat membentuk skema baru dari
seseorang itu tidak sekali jadi, melainkan suatu pengalaman baru. Orang dapat
merupakan proses berkembang yang terus menambah atribut baru dalam skemanya
menerus. Dalam perkembangan itu ada yang yang lama. Orang dapat melengkapi dan
mengalami perubahan besar dengan memperluas skema yang telah dimilikinya
mengubah konsep lama melalui akomodasi, dalam berhadapan dengan pengalaman,
ada pula yang hanya mengembangkan dan persoalan, dan juga pemikiran yang baru.
memperluas konsep yang sudah ada melalui Biasanya seseorang bila menghadapi
asimilasi. Proses perubahan terjadi bila si pengalaman baru yang tidak cocok dengan
peserta didik aktif berinteraksi dengan skema yang dimilikinya, ia akan mengubah
lingkungannya. skema lamanya. Dalam proses belajar
mahasiswa mengadakan perubahan
Konstruktivisme, yang menekankan
skemanya, baik dengan menambah atribut,
bahwa pengetahuan dibentuk oleh peserta
memperluas, memperhalus, ataupun
didik yang sedang belajar, dan teori
mengubah sama sekali skema lama
perubahan konsep, yang menjelaskan bahwa
peserta didik mengalami perubahan konsep Teori skema berpendapat bahwa
terus menerus, sangat berperanan dalam pengetahuan itu disimpan dalam suatu paket
menjelaskan mengapa seorang peserta didik informasi, atau skema, yang terdiri dari
bisa salah mengerti dalam menangkap suatu konstruksi mental gagasan kita. Skema adalah
konsep yang ia pelajari. Konstruktivisme abstraksi mental seseorang yang digunakan
dapat membantu untuk mengerti bagaimana untuk mengerti sesuatu hal, menemukan jalan
peserta didik membentuk pengetahuan yang keluar, ataupun memecahkan persoalan.

37
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 6 No. 2 Nop 2016

Orang harus mengisi atribut skemanya menggunakan asimilasi dan akomodasi.


dengan informasi yang benar agar dapat Perbedaannya adalah bahwa teori skema
membentuk kerangka pemikiran yang benar. tidak menjelaskan proses pengetahuan, tetapi
Kerangka pemikiran inilah yang menurut lebih bagaimana pengetahuan manusia itu
Jonassen dkk.( Suparno,1997: 55), membentuk tersimpan dan tersusun.
pengetahuan struktural seseorang, di mana
Hal lain yang terkait dengan
pengetahuan struktural tersebut terdiri dari
konstruktivisme dan layak untuk diketahui,
skema-skema yang dipunyai dan hubungan
bahwa konstruktivisme sangat berbeda dan
antara skema-skema itu.
bahkan bertentangan dengan teori belajar
Bagaimana seseorang membentuk dan behaviorisme. Perbedaan antara kaum
mengubah skema, hal itu merupakan proses behavioris dan konstruktivis dalam hal
belajar. Orang dapat membentuk skema baru pengetahuan, belajar dan mengajar sebagai
dari suatu pengalaman baru. Orang dapat berikut.
melengkapi dan memperluas skema yang
1) Menurut kaum behavioris, pengetahuan itu
telah dipunyainya dalam berhadapan dengan
hasil pengumpulan pasif dari subjek dan
pengalaman, persoalan dan juga pemikiran
objek yang diperkuat oleh lingkungannya,
yang baru. Dalam proses belajar seseorang
sedangkan bagi kaum konstruktivis,
mengadakan perubahan-perubahan
pengetahuan itu adalah hasil kegiatan aktif
skemanya baik dengan menambah atribut,
peserta didik yang meneliti lingkungannya.
memperhalus, memperluas, ataupun
Bagi kaum behavioris, pengetahuan itu
mengubah sama sekali skema lama.
statis dan sudah jadi, sedang kagi kaum
Skemata adalah suatu jaringan hubungan konstruktivis, pengetahuan itu suatu proses
konsep-konsep. Jaringan itu menguraikan apa menjadi.
yang diketahui seseorang dan menyediakan
2) Mengajar, bagi kaum behavioris, adalah
dasar untuk mempelajari konsep-konsep
mengatur lingkungan agar dapat
baru, serta memperkembangkan dan
membantu peserta didik. Bagi kaum
mengubah jaringan yang telah ada. Sementara
konstruktivis, mengajar berarti partisipasi
itu pengetahuan struktural seseorang, yang
dengan peserta didik dalam membentuk
terdiri dari macam-macam skemata dan
pengetahuan, membuat makna,
hubungan antar skemata itu, didasarkan pada
mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis,
teori skema. Pengetahuan struktural adalah
mengadakan justifiksi. Jadi mengajar
pengetahuan akan bagaimana konsep-konsep
adalah suatu bentuk belajar sendiri, di
dalam suatu domain saling terkait.
mana “…teachers begin to construct an
Pengetahuan struktural menjembatani
understanding of how knowledge develops
perubahan dari pengetahuan deklaratif ke
” (Fosnot, 1989: 85).
prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah
pengetahuan yang mengungkapkan suatu 3) Belajar menurut kaum behavioris adalah
pengertian atau kesadaran akan objek, menerima pengetahuan, keterampilan dan
kejadian atau ide. Dalam pengetahuan ini sikap dari pendidik tanpa mengadakan
seseorang dapat menjelaskan apa yang ia perubahan apa-apa. Setiap peserta didik
ketahui tetapi ia tidak menggunakan apa yang mempunyai cara yang sama dalam
ia ketahui itu. menerima pengetahuan, keterampilan dan
sikap tertentu. Pendidik cukup
Menurut teori skema, seseorang belajar
menciptakan satu cara pembelajaran untuk
dengan mengadakan restrukturisasi atas
semua peserta didik. Menurut kaum
skema yang ada, baik dengan menambah
konstruktivis, peserta didik mempunyai
maupun dengan mengganti skema itu. Ini
cara sendiri untuk mengerti, masing-
mirip dengan konstruktivisme Piaget yang
masing mempunyai cara yang cocok untuk

38
Aplikasi Teori Behavioristik dan Konstruktifistik dalam Kegiatan Pembelajaran

mengkonstruksi pengetahuannya yang asimilasi pengalaman baru ke dalam konsep


kadang sangat berbeda dengan teman dan atau pengertian yang sudah dimiliki
pendidiknya. Maka pendidik perlu mahasiswa, dan keduanya mengasumsikan
menciptakan berbagai cara pembelajaran adanya keaktifan mahasiswa dalam belajar.
untuk membantu peserta didik yang cara
d. Teori Belajar Bruner
belajarnya memang berbeda-beda pula
(Suparno, 1997: 62-63). Menurut Bruner, “pembelajaran adalah
proses yang aktif dimana pelajar membina ide
Kaum behavioris memandang bahwa
baru berasaskan pengetahuan yang lampau”.
belajar merupakan sistem respon tingkah laku
Selanjutnya Bruner (Nur, 2000:10)
terhadap rangsangan fisik. Penganut aliran ini
menyatakan bahwa “mengajarkan suatu
berpendapat bahwa mendengarkan dengan
bahan kajian kepada mahasiswa adalah untuk
baik penjelasan pendidik atau terlibat dalam
membuat mahasiswa berfikir untuk diri
suatu pengalaman akan berakibat peserta
mereka sendiri, dan turut mengambil bagian
didik dapat mempunyai keterampilan
dalam proses mendapatkan pengetahuan.
tertentu sesuai dengan apa yang
Mengetahui adalah suatu proses bukan suatu
didengarkannya. Keterampilan merupakan
produk”. Masih menurut Bruner (Dahar,
tujuan dari suatu tujuan pembelajaran. Peserta
1997:98) bahwa dalam membangun
didik dipandang sebagai subjek yang pasif,
pengetahuan di dasarkan kepada dua asumsi
membutuhkan motivasi luar dan dipengaruhi
yaitu:asumsi pertama adalah perolehan
oleh suatu penguatan. Oleh sebab itu para
pengetahuan merupakan suatu proses
pendidik mengembangkan kurikulum yang
interaktif yaitu orang yang belajar akan
terstruktur baik dan menentukan bagaimana
berinteraksi dengan lingkungannya secara
peserta didik harus dimotivasi, dirangsang
aktif, perubahan tidak hanya terjadi
dan dievaluasi. Kemajuan belajar peserta
dilingkungan tatapi juga dalam diri orang itu
didik diukur dengan hasil yang dapat
sendiri.
diamati.
Asumsi kedua adalah orang yang
c. Teori Belajar Bermakna Ausubel
mengkonstruksi pengetahuannya dengan
David Ausubel (Dahar, 1989:112) terkenal menghubungkan informasi yang masuk
dengan teori belajar bermakna (meaningful dengan informasi yang tersimpan yang
learning). Belajar bermakna adalah suatu diperoleh sebelumnya. Menurut Bruner,
proses belajar dimana informasi baru dalam proses belajar terdapat tiga episode
dihubungkan dengan struktur pengertian yang harus dilalui anak, yakni (1) informasi,
yang sudah dipunyai seseorang yang sedang (2) transformasi, (3) evaluasi.
belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar
Dalam memandang proses belajar, Bruner
mencoba menghubungkan fenomena baru
menekankan adanya pengaruh kebudayaan
kedalam struktur pengetahuan mereka. Ini
terhadap tingkah laku seseorang. Cara belajar
terjadi melalui belajar konsep, dan perubahan
yang terbaik menurut Bruner adalah
konsep yang telah ada, yang akan
memahami konsep, arti, dan hubungan dan
mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan
sampai pada suatu kesimpulan. “Dengan
struktur konsep yang telah dipunyai si pelajar
teorinya free discovery learning, Bruner
(Suparno, 1997: 54).
mengatakan bahwa proses belajar akan
Kedekatan teori belajar bermakna Ausubel berjalan dengan baik dan kreatif jika dosen
dengan konstruktivisme adalah keduanya memberikan kesempatan kepada mahasiswa
menekankan pentingnya mengasosiasikan untuk menemukan suatu konsep, teori,
pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru aturan, atau pemahaman melalui contoh-
kedalam sistem pengertian yang telah contoh yang dijumpai dalam kehidupannya”
dimiliki, keduanya menekankan pentingnya (Budiningsih, 2005:43).

39
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 6 No. 2 Nop 2016

Garis besar pemikiran filsafat


konstruktivisme (Suparno, 1997: 49) yang
3. Permasalahan yang muncul berkenaan
diambil manfaatnya untuk proses belajar
dengan penerapan Teori Behavioristik dan
peserta didik adalah sebagai berikut.
Teori Konstruktifistik berikut cara
penyelesaiannya 1) Pengetahuan dibangun oleh peserta didik
sendiri, baik secara personal maupun
a. Pengembangan tingkah laku Belajar (Teori
secara sosial;
Behavioristik)
2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari
Di samping penggunaan reinforcement
pendidik ke peserta didik, kecuali hanya
untuk memperkuat tingkah laku, ada dua
dengan keaktifan peserta didik sendiri
metode lain yang penting untuk
untuk menalar,
mengembangkan pola tingkah laku baru
yakni shaping dan modelling. 3) Peserta didik aktif mengkontruksi terus
menerus, sehingga selalu terjadi perubahan
Frazier dalam (Sri Esti,2006: 139)
konsep menuju ke konsep yang lebih rinci,
menyampaikan penggunaan shaping untuk
lengkap, serta sesuai dengan konsep ilmiah,
memperbaiki tingkah laku belajar. Ia
mengemukakan lima langkah perbaikan 4) Pendidik sekadar membantu menyediakan
tingkah laku belajar murid antara lain: sarana dan situasi agar proses konstruksi
peserta didik berjalan mulus.
a) Datang di kelas pada waktunya.
4. Pengendalian atau Perbaikan Tingkah
b) Berpartisipasi dalam belajar dan merespon
Laku berkaitan dengan aplikasi Teori
dosen.
Behavioristik
c) Menunjukkan hasil-hasil tes dengan baik.
a. Memperkuat Tingkah Laku Bersaing
d) Mengerjakan pokerjaan rumah.
Dalam usaha merubah tingkah laku yang
e) Penyempurnaan. tak diinginkan diadakan penguatan tingkah
Clarizio (1981) memberi contoh bagus laku yang diinginkan misalnya dengan
tentang bagaimana dosen menggunakan kegiatan-kegiatan kerjasama, membaca dan
modelling untuk mengembangkan minat bekerja di satu meja untuk mengatasi
murid-murid terhadap literatur bahasa kelakuan-kelakuan menentang, melamun, dan
Inggris. la memberi contoh membaca buku hilir mudik. Contohnya, sekelompok
bahasa Inggris kadang-kadang tertawa mahasiswa yang memperlihatkan tingkah
terbahak-bahak, tersenyum,mengerutkan dahi laku yang tidak diinginkan, yaitu menarik
dan sebagainya, untuk membangkitkan minat rambut, mengabaikan perintah dosen,
anak terhadap buku itu. Modelling bisa berkelahi, berjalan sekeliling kelas. Sesudah
diterapkan di sekolah dengan mengambil menerapkan aturan-aturan kelas kepada
dosen maupun orang lain atau anak lain yang mahasiswa, dosen melupakan atau
sebaya sebagai model dari suatu tingkah laku, mengabaikan tingkah laku mahasiswa yang
mungkin pelajaran Bahasa dan lain-lain. mengacau dan memuji tingkah laku
Berkaitan dengan pengajaran keterampilan mahasiswa yang memberi kesempatan dosen
motorik dan akademis, misal mahasiswa untuk mengajar. Dalam beberapa waktu,
diajak ke suatu tempat di mana terdapat social reinforcement untuk tingkah laku yang
sesuatu yang bisa ditiru oleh anak atau tepat mengurangi tingkah laku yang tidak
menghadirkan model tersebut ke dalam diinginkan.
kelas/sekolah. b. Ekstinksi
b. Pengembangan tingkah laku Belajar (Teori Ekstinksi ialah proses di mana suatu
Konstruktif) operant yang telah terbentuk tidak mendapat

40
Aplikasi Teori Behavioristik dan Konstruktifistik dalam Kegiatan Pembelajaran

reinforcement lagi. Ekstinksi dilakukan yang mesti dilakukan oleh murid. Bukti
dengan membuat/meniadakan peristiwa- menunjukkan, bahwa hukuman atas kelakuan
peristiwa penguat tingkah laku. Ekstinksi murid yang tak pantas lebih efektif daripada
dapat dipakai bersama-sama dengan metode tidak menghukum. Ada dua bentuk
lain seperti “modelling dan social hukuman:
reinforcement”. Misalnya, Ana salah seorang
(1) Pemberian stimulus derita, misalnya:
siswi kelas tiga yang selalu mengacungkan
bentakan, cemoohan, atau ancaman.
tangan ketika dosen meminta para mahasiswa
untuk menjawab pertanyaan. Tetapi dosen (2) Pembatalan perlakuan positif, misalnya:
tidak memberikan perhatian pada Ana yang mengambil kembali suatu mainan atau
ingin menjawab pertanyaan dosennya mencegah anak untuk bermain-main bersama
tersebut. Suatu ketika Ana tidak mau lagi teman-temannya.
mengacungkan tangan ketika dosen meminta
para mahasiswa untuk menjawab
pertanyannya meskipun ia bisa menjawabnya. 5. Pengendalian atau Perbaikan Tingkah
Laku berkaitan dengan aplikasi Teori
Ekstinksi berlangsung terutama jika Konstruktifistik
reinforcement adalah perhatian. Apabila
murid memperhatikan ke sana ke mari, maka Bagi konstruktivisme, kegiatan belajar
perubahan interaksi dosen akan adalah kegiatan yang aktif, di mana peserta
menghentikan tingkah laku murid tersebut. didik membangun sendiri pengetahuan,
keterampilan dan tingkah lakunya. Peserta
c. Satiasi didik mencari arti sendiri dari yang mereka
Satiasi adalah suatu prosedur menyuruh pelajari. Peserta didik sendiri lah yang
seseorang melakukan perbuatan berulang- bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya.
ulang sehingga ia menjadi lelah atau jera. Mereka sendiri yang membuat penalaran
Contoh: seorang ayah yang memergoki anak dengan apa yang dipelajarinya, dengan cara
kecilnya merokok menyuruh anak merokok mencari makna, membandingkan dengan apa
sampai habis satu pak sehingga anak itu yang telah ia ketahui dengan pengalaman dan
bosan. situasi baru.

d. Perubahan Lingkungan Stimuli Belajar adalah lebih merupakan suatu


proses untuk menemukan sesuatu, daripada
Beberapa tingkah laku dapat dikendalikan
suatu proses untuk mengumpulkan sesuatu
oleh perubahan kondisi stimuli yang
(Fosnot, 1989: 20). Belajar bukanlah suatu
mempengaruhi tingkah laku itu. Jika suatu
kegiatan mengumpulkan fakta-fakta, tetapi
tugas yang sulit mengecewakan murid, maka
suatu proses pemikiran yang berkembang
dosen dapat mengganti dengan tugas yang
dengan membuat kerangka pengertian yang
kurang begitu sulit. Jika di kelas ada dua
baru. Peserta didik harus mempunyai
orang murid yang melamun, dosen dapat
pengalaman dengan membuat hipotesis,
menghampiri atau duduk di dekat mereka.
prediksi, mengetes hipotesis, memanipulasi
e. Hukuman objek, memecahkan persoalan, mencari
jawaban, meneliti, berdialog, mengadakan
Untuk memperbaiki tingkah laku,
refleksi, mengungkapkan pertanyaan,
hukuman hendaknya diterapkan di kelas
mengekspresikan gagasan, dan lain
dengan bijaksana. Hukuman dapat mengatasi
sebagainya untuk membentuk konstruksi
tingkah laku yang tak diinginkan dalam
pengetahuan yang baru. roses belajar itu
waktu singkat, untuk itu perlu disertai
antara lain bercirikan sebagai berikut.
dengan reinforcement. Hukuman
menunjukkan apa yang tak boleh dilakukan 1) Belajar berarti membentuk makna. Proses
murid, sedangkan reward menunjukkan apa pembentukan makna ini berdasarkan

41
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 6 No. 2 Nop 2016

pengetahuan yang sudah dimiliki untuk mengerti sendiri. Maka penting bahwa
sebelumnya melalui interaksi langsung setiap peserta didik mengerti kekhasan,
dengan objek. Makna diciptakan oleh keunggulan dan kelemahannya dalam
peserta didik dari apa yang mereka lihat, mengerti sesuatu. Mereka perlu menemukan
dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi arti cara belajar yang tepat bagi diri sendiri. Setiap
itu dipengaruhi oleh pengertian yang telah peserta didik mempunyai cara yang cocok
ia punyai. untuk mengkonstruksi pengetahuannya yang
kadang-kadang sangat berbeda dengan
2) Konstruksi terjadi lewat asimilasi dan atau
teman-temannya yang lain. Dalam kerangka
akomodasi. Setiap kali berhadapan dengan
ini, sangat penting bahwa peserta didik
fenomena atau persoalan yang baru,
dimungkinan untuk mencoba bermacam-
diadakan asimilasi dan atau akomodasi.
macam cara belajar yang cocok bagi dirinya,
3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan begitu juga penting bagi pendidik
fakta, melainkan lebih suatu menciptakan bermacam-macam cara belajar
pengembangan pemikiran dengan yang cocok untuk peserta didiknya. Pendidik
membuat pengertian (konsep) yang baru. juga perlu menciptakan bermacam-macam
Proses belajar adalah proses situasi dan metode pembelajaran yang
pengembangan pemahaman atau membantu peserta didik. Satu model belajar
pemikiran dengan membuat pemahaman dan mengajar tidak akan membantu banyak
yang baru. Belajar itu meredifinisi bagi peserta didik yang begitu majemuk.
pengetahuan, konsep lama menjadi
Di dalam kelas, sering kali peserta didik
pengertian ataupun konsep yang baru.
sudah membawa konsep yang bermacam-
Belajar bukanlah hasil perkembangan,
macam sebelum pelajaran formal dimulai.
melainkan merupakan perkembangan itu
Inilah pengetahuan dasar mereka untuk dapat
sendiri, suatu perkembangan yang
dikembangkan menjadi pengetahuan yang
menuntut penemuan dan pengaturan
baru. Mereka juga membawa perbedaan
kembali pemikiran seseorang.
tingkat intelektual, personal, sosial, emosional,
4) Hasil belajar yang sebenarnya terjadi pada kultural ketika masuk ruang pelajaran. Ini
waktu skema seseorang dalam keraguan semua mempengaruhi pemahaman mereka.
yang merangsang pemikirannya lebih Latar belakang dan pengertian awal yang
lanjut. Situasi ketidak seimbangan dibawa peserta didik sangat penting
(disequilibrium) adalah situasi yang baik dimengerti oleh pendidik agar dapat
untuk memacu belajar. membantu memajukan dan
5) Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman memperkembangkannya sesuai dengan
peserta didik dengan dunia fisik dan pengetahuan yang lebih sempurna.
lingkungannya. Karena pengetahuan dibentuk baik secara
6) Belajar akan bermakna jika terjadi melalui individual maupun sosial, maka kesempatan
refleksi dan memecahkan konflik kognitif untuk belajar kelompok, diskusi, cooperative
dan menggugat pengetahuan lamanya learning dapat dikembangkan. Menurut
yang kurang sempurna. Glasersfeld, dalam belajar kelompok
(Suparno,1997:63), peserta didik yang
7) Hasil belajar seseorang tergantung pada mengerjakan suatu persoalan secara bersama-
apa yang telah diketahui si peserta didik: sama, harus mengungkapkan bagaimana
konsep-konsep, nilai-nilai, tujuan, sikap melihat persoalan tersebut dan apa yang ingin
dan motivasi yang mempengaruhi interaksi mereka buat dengan persoalan itu. Inilah
dengan bahan yang dipelajari (Fosnot, 1989: salah satu cara menciptakan refleksi, yang
19-20;34-40). menuntut kesadaran akan apa yang sedang
Setiap peserta didik mempunyai cara dipikirkan dan sedang dibuat. Selanjutnya hal

42
Aplikasi Teori Behavioristik dan Konstruktifistik dalam Kegiatan Pembelajaran

tersebut akan memberikan kesempatan pembelajaran adalah bahwa pendidik


kepada seseorang untuk secara aktif membuat tidak dapat secara langsung memberikan
abstraksi. Bagi peserta didik, menjelaskan informasi, melainkan proses belajar hanya
sesuatu kepada kawan-kawan dapat akan terjadi bila peserta didik berhadapan
membantu untuk melihat sesuatu lebih jelas langsung dengan realitas atau objek
terutama inkonsistensi pandangan mereka tertentu. Pengetahuan diperoleh oleh
sendiri. Seseorang yang diberi kesempatan peserta didik atas dasar proses
untuk menjelaskan bahan pada seluruh kelas, transformasi struktur kognitif tersebut.
biasanya terpacu untuk belajar lebih sungguh- Dengan demikian tugas pendidik dalam
sungguh. proses pembelajaran adalah menyediakan
objek pengetahuan secara konkret,
Konstruktivisme sosial menekankan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai
bahwa belajar menyangkut dimasukkannya
dengan pengalaman peserta didik atau
seseorang dalam suatu dunia simbolik atau
memberikan pengalaman-pengalaman
konsep. Pengetahuan dikonstruksi bila
hidup konkret (nilai-nilai, tingkah laku,
seseorang terlibat secara sosial dalam dialog
sikap, dll) untuk dijadikan objek
dan aktif dengan percobaan, diskusi
pemaknaan.
kelompok dan tukar pengalaman. Belajar juga
merupakan proses di mana seseorang b. Kaum konstruktivis berpendapat bahwa
dimasukan dalam suatu kultur orang-orang pengetahuan dibentuk dalam diri individu
terdidik. Dalam hal ini peserta didik tidak atas dasar struktur kognitif yang telah
hanya perlu akses ke pengalaman fisik, tetapi dimilikinya, hal ini berimplikasi pada
juga pada konsep-konsep dan model dari proses belajar yang menekankan aktivitas
ilmu pengetahuan yang telah ada. Maka personal peserta didik. Agar proses belajar
peran pendidik di sini penting, karena mereka dapat berjalan lancar maka pendidik
menyediakan kesempatan yang cocok dan dituntut untuk mengenali secara cermat
juga prasarana masyarakat ilmiah bagi peserta tingkat perkembangan kognitif peserta
didik. Dalam konteks ini, kegiatan-kegiatan didik. Atas dasar pemahamannya
yang memungkinkan para peserta didik pendidik merancang pengalaman belajar
berdialog dan berinteraksi dengan para ahli, yang dapat merangsang struktur kognitif
dengan lembaga-lembaga penelitian, dengan anak untuk berpikir, berinteraksi
sejarah penemuan ilmiah, dengan masyarakat membentuk pengetahuan yang baru.
pengguna hasil ilmiah akan sangat membantu Pengalaman yang disajikan tidak boleh
dan merangsang untuk mengkonstruksi terlalu jauh dari pengetahuan peserta didik
pengetahuan mereka. tetapi juga jangan sama seperti yang telah
dimilikinya. Pengalaman sedapat mungkin
6. Implikasi Konstruktivisme terhadap
berada di ambang batas antara
Proses Pembelajaran
pengetahuan yang sudah diketahui dan
Ada sejumlah implikasi yang relevan pengetahuan yang belum diketahui
terhadap proses pembelajaran berdasarkan (Mukminan,dkk., 1998: 44; Fosnot (ed),
pemikiran konstruktivisme personal dan 1996: 18-20) sebagai zone of proximal
sosial. Implikasi itu antara lain sebagai development of knowledge.
berikut.
c. Terkait dengan kedua hal di atas, maka
a. Kaum konstruktivis personal berpendapat dalam proses pembelajaran seorang
bahwa pengetahuan diperoleh melalui pendidik harus menciptakan pengalaman
konstruksi individual dengan melakukan yang autentik dan alami secara sosial
pemaknaan terhadap realitas yang kultural untuk para peserta didiknya.
dihadapi dan bukan lewat akumulasi Materi pembelajaran sungguh harus
informasi. Implikasinya dalam proses kontekstual, relevan dan diambil dari

43
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 6 No. 2 Nop 2016

pengalaman sosio budaya setempat. adalah pembelajaran dengan bekerjanya


Pendidik tidak dapat memaksakan suatu sejumlah mahasiswa yang sudah terbagi
materi yang tidak terkait dengan kedalam kelompok-kelompok kecil untuk
kehidupan nyata peserta didik. Pemaksaan mencapai tujuan tertentu secara bersama-
hanya akan menimbulkan penolakan atau sama (Moejiono,1991/1992:60).
menimbulkan kebosanan atau akan Pengembangan pembelajaran dalam
menghambat proses perkembangan kelompok dapat menumbuhkan suasana
pengetahuan peserta didik. memelihara disiplin diri, dan kesepakatan
berperilaku. Melalui kegiatan kelompok
d. Dalam proses pembelajaran pendidik
terjadi kerja sama antar mahasiswa, juga
harus memberi otonomi, kebebasan
dengan dosen yang bersifat terbuka. Belajar
peserta didik untuk melakukan eksplorasi
berkelompok dapat dijadikan arena
masalah dan pemecahannya secara
persaingan sehat, dan dapat pula
individual dan kolektif, sehingga daya
meningkatkan motivasi belajar para anggota
pikirnya dirangsang untuk secara optimal
kelompok. Dengan pendekatan
dapat aktif membentuk pengetahuan dan
konstruktivisme, dosen melaksanakan
pemaknaan yang baru.
pembelajaran dalam kelompok-kelompok
e. Pendidik dalam proses pembelajaran harus belajar. Mahasiswa dibagi menjadi beberapa
mendorong terjadinya kegiatan kognitif kelompok yang anggotanya heterogen.
tingkat tinggi seperti mengklasifikasi, Kelompok mahasiswa bisa sangat bervariasi
menganalisis, menginterpretasikan, bentuknya, baik anggotanya maupun
memprediksi dan menyimpulkan, dll. jumlahnya. Menurut Slavin (1995:4-5)
f. Pendidik merancang tugas yang “kelompok yang efektif terdiri dari empat
mendorong peserta didik untuk mencari sampai enam orang, dengan struktur
pemecahan masalah secara individual dan kelompok yang bersifat heterogen”.
kolektif sehingga meningkatkan Pembelajaran dengan konsep komunitas
kepercayaan diri yang tinggi dalam belajar dapat berlangsung apabila ada
mengembangkan pengetahuan dan rasa komunikasi dua arah. Mahasiswa yang
tanggungjaawab pribadi. terlibat dalam kegiatan komunitas belajar
g. Dalam proses pembelajaran, pendidik memberi informasi yang diperlukan oleh
harus memberi peluang seluas-luasnya teman bicaranya dan sekaligus meminta
agar terjadi proses dialogis antara sesama informasi juga yang diperlukan teman
peserta didik, dan antara peserta didik belajarnya. Kegiatan beIajar ini dapat terjadi
dengan pendidik, sehingga semua pihak apabila tidak ada pihak yang dominan dalam
merasa bertanggung jawab bahwa berkomunikasi, tidak ada pihak yang merasa
pembentukan pengetahuan adalah segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang
tanggungjawab bersama. Caranya dengan menganggap paling tahu, semua pihak mau
memberi pertanyaan-pertanyaan, tugas- saling mendengarkan, pembelajaran dengan
tugas yang terkait dengan topik tertentu, teknik komunitas belajar ini sangat membantu
yang harus dipecahkan, didalami secara pembelajaran di kelas.
individual ataupun kolektif, kemudian Untuk pelaksanaan metode-metode
diskusi kelompok, menulis, dialog dan tersebut berpedoman kepada langkah-
presentasi di depan teman yang lain langkah yang ditentukan dalam waktu
(Suparno, 1997: 61-69). perencanaan. Langkah-langkah
pelaksanaannya dapat dilakukan sebagai
berikut.
7. Komunitas Belajar (Learning Community)
1) Langkah pertama, mahasiswa didorong
Komunitas belajar atau belajar kelompok

44
Aplikasi Teori Behavioristik dan Konstruktifistik dalam Kegiatan Pembelajaran

dan diberi motivasi agar mengemukakan D. Penutup


pengetahuan awalnya tentang konsep dari
Behaviorisme adalah teori perkembangan
pokok bahasan atau sub pokok bahasan
perilaku, yang dapat diukur, diamati dan
yang akan dibahas. Dosen memancing
dihasilkan oleh respons pelajar terhadap
dengan memberikan pertanyaan-
rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan
pertanyaan problematik tentang fenomena-
dapat diperkuat dengan umpan balik positif
fenomena yang sering ditemui sehari-hari
atau negatif terhadap perilaku kondisi yang
dengan mengaitkan konsep yang akan
diinginkan. Hukuman kadang-kadang
dibahas. Mahasiswa di beri kesempatan
digunakan dalam menghilangkan atau
untuk mengkomunikasikan,
mengurangi tindakan tidak benar, diikuti
mengilustrasikan pemahamannya tentang
dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.
konsep itu. Pada langkah ini penggunaan
metode tanya jawab sangat diperlukan Teori belajar behavioristik menekankan pada
antara mahasiswa dengan dosen, perubahan tingkah laku serta sebagai akibat
mahasiswa dengan mahasiswa yang interaksi antara stimulus dan respon. Belajar
difasilitasi oleh dosen. merupakan suatu proses perubahan tingkah
laku sebagai akibat dari interaksi antara
2) Langkah kedua, mahasiswa diberi
stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
kesempatan untuk menyelidiki dan
belajar apabila ia bisa menunjukkan perubahan
menemukan konsep-konsep dan
tingkah lakunya.
permasalahan-permasalahan melalui
pengumpulan dan pengorganisasian dan Walaupun teori belajar tigkah laku mulai
penginterpretasian data dalam suatu ditinggalkan diabad ini, namun
kegiatan yang telah dirancang dosen. Pada mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar
tahap ini dosen menggunakan metode kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting
inquiry. Secara bekerja kelompok untuk menciptakan pendekatan pembelajaran
mahasiswa membahas kemudian yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya
mendiskusikan temuannya dengan tidak ada satu pun teori belajar yang betul-betul
kelompok-kelompok lain. Secara cocok untuk menciptakan sebuah pendekatan
keseluruhan tahap ini akan memenuhi rasa pembelajaran yang pas dan efektif. khususnya
keingintahuan mahasiswa tentang topik dengan model pembelajaran konstruktivisme.
pelajaran yang dibahas pada saat itu. Peran dosen dalam pembelajaran
3) Langkah ketiga, Mahasiswa memberikan konstruktivis sangat menuntut penguasaan
penjelasan dan solusi yang didasarkan bahan yang luas dan mendalam tentang bahan
pada observasinya ditambah dengan yang diajarkan. Pengetahuan yang luas dan
penjelasan-penjelasan dosen untuk mendalam memungkinkan seorang dosen
menguatkan pengetehuan mahasiswa yang menerima pandangan dan gagasan yang
telah mereka bangun, maka mahasiswa berbeda dari murid dan juga memungkinkan
membangun pengetahuan dan pemahaman untuk menunjukkan apakah gagasan itu jalan
baru tentang konsep yang sedang atau tidak. Penguasaan bahan memungkinkan
dipelajari. Hal ini menjadikan mahasiswa seorang dosen mengerti macam-macam jalan
tidak ragu-ragu lagi tentang konsepsinya. dan model untuk sampai pada suatu
pemecahan persoalan tanpa terpaku pada satu
4) Langkah terakhir, dosen berusaha
model. Kedua modal ini tidak dapat dipisahkan
menciptkan iklim pembelajaran yang
karena beberapa unsur saling melengkapi.
memungkinkan mahasiswa dapat
mengaplikasikan pemahaman konsepnya
tentang topik pelajaran saat itu.

45
TA’DIBIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam Vol. 6 No. 2 Nop 2016

E. Daftar Pustaka Hadi, Ahmad. 2013. Teori Belajar Behavioristik.


dalam http://nudisaku.blogspot.com
Alit, Mahisa. 2004. Pembelajaran Konstruktivisme,
Apa dan Badaimana Penerapannya di Dalam Haryanto. 2010. Teori Belajar Behaviorisme. dalam
Kelas. Cirebon: SD Negeri 2 Bungko Lor UPT http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-
Pendidikan Kecamatan Kapetakan. behaviorisme.

Aqib, Z. 2002. Profesionalisme Guru Dalam Hudojo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika.
Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendikia. Jakarta: Depdikbud

Arsyad, Azhar. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: Johanes,dkk. 2004. Kompetensi Matematika Kelas 1
PT RajaGafindo Persada SMA Semester Kedua. Jakarta: Yudhistira

Azwar, Saifuddin. 1999. Penyusunan Skala Meier, Dave. 2002. The Accelerated Learning
Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Handbook. Bandung: Kaifa
Yogyakarta
Nurhadi,dkk. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan
Bell Gredler, E. Margaret. 1991. Belajar dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas
Membelajarkan. Jakarta: CV. Rajawali Negeri Malang

Blakey, Joseph. 1966. Macmillan Student Editions: Ormrod, Jeanne Ellis. 2012. Psikologi Pendidikan.
Intermediate Pure Mathematics (Fourth Edition). United States of America: Pearson Education.
London: Macmillan & Co. Ltd incorporating
Silberman, Mel. 1998. Active Learning (Second
Cleaver-Hume Press Ltd
Edition). New Jersey: A Willey Company
Budiningsih, C.A. 2005. Belajar dan Pembelajaran.
Slavin, Robert E. 2008. Psikologi Pendidikan: Teori
Jakarta: Rineka Cipta.
dan Praktik. Jakarta: PT.Indeks.
Creswell, J.W,. 1998. Qualitatif Inquiry and Research
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito
Design; Chosing Among Five Traditions:
London, New Delhi: Sage Publications, Inc. Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian.
Bandung: CV Alfabeta
Degeng, I Nyoman Sudana. 1989. Ilmu
Pengajaran Taksonomi Variable. Jakarta: Suherman, Erman dkk. 2003. Strategi Pembelajaran
Depdikbud Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-
Universitas Pendidikan Indonesia
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004, Standar
Kompetensi Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Sunardi,dkk. 2004. Matematika 1B Kurikulum 2004
Menengah Atas dan Madrasah Aliyah. Jakarta: Kelas 1 SMA. Jakarta: Bumi Aksara
Depdiknas. Suparno, Paul. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam
Esti Wuryani, Sri. 2002. Psikologi Pendidikan. Pendidikan. Jogjakarta: Kanisius
Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Tri Anni, Catharina. 2004. Psikologi Belajar.
(Grasindo) Semarang: UPT MKK UNNES
Esti Wuryani, Sri. 2003. Standar Kompetensi Tri Rahayu, Iin dkk. 2004. Observasi dan
Kurikulum 2004 MataPelajaran Matematika. Wawancara. Malang: Bayumedia Publishing
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

46

You might also like