You are on page 1of 91

AB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menyusui adalah proses pemberian susu pada anak bayi atau anak kecil dengan air
susu ibu (ASI) dari payudara ibu. Bayi menggunakan refleks menghisap untuk mendapatkan dan
menelan susu. Air susu ibu ( ASI ) merupakan suatu jenis makanan yang mencukupi seluruh
unsur kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, social maupun spiritual. ASI mengandung nutrisi,
hormone, unsure kekebalan, factor pertumbuhan, anti alergi serta anti inflamasi. Zat-zat anti
infeksi yang terkandung dalam ASI membantu melindungi bayi terhadap penyakit, selain itu
terdapat hubungan penting antara menyususi dengan penjarangan kehamilan (KB). Keunggulan
ASI tersebut perlu di tunjang dengan cara pemberian ASI yang benar, antara lain pemberian ASI
segera setelah lahir atau IMD ( 30 menit pertama bayi harus sudah di sususkan ). Kemudian
pemberian ASI saja sampai umur 6 bulan (ASI Ekslusif) selanjutnya pemberian ASI sampai 2
tahun dengan pemberian makanan pendamping ASI yang benar. Sehingga diperlukan usaha-
usaha atau pengelolaan yang benar. Agar setiap IBU dapat menyusui sendiri bayinya.

Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal yang baik
fisik maupun mental dan kecerdasannya. Maka perlu diperhatikan agar dapat terlaksana dengan
benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi
yang benar, teratur dan eksklusif.

Menyusui adalah proses yang alami. Namun demikian, menyusui perlu dipelajari
antara lain, belajar bagaimana memegang bayi agar dapat menyusu dengan baik dan mengatur
posisi tubuh agar merasa nyaman selama menyusui. Teknik menyusui terdiri dari posisi
menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat, yang ,merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan menyusui dan pengeluaran ASI. Dimana bila teknik menyusui tidak
benar dapat menyebabkan putting lecet dan ibu menjadi enggan menyusui dan bayi jarang
menyusu. Selain iyu ibu harus menemukan posisi yang sesuai selama pemberian ASI, bayi juga
harus berada dalam posisi yang nyaman untuk mempermudah menjangkau puting.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian menyusui?
b. Apa manfaat menyusui?
c. Bagaimana tekhnik menyusui yang benar?
d. Bagaimana posisi menyusui yang benar?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui:
a. Pengertian menyusui.
b. Manfaat menyusui.
c. Tekhnik menyusui yang benar.
d. Posisi menyusui menyusui yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Menyusui
Menyusui adalah ketrampilan yang dipelajari ibu dan bayi, dimana keduanya
membutuhkan waktu dan kesabaran untuk pemenuhan nutrisi pada bayi. Menyusui adalah proses
pemberian susu pada anak bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu.
2.2 Manfaat Menyusui
Berikut ini adalah manfaat yang didapatkan dengan menyusui bagi bayi, ibu,
keluarga, dan Negara
a. Manfaat bagi bayi
1. Komposisi sesuai kebutuhan.
2. Kalori dari ASI memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan.
3. ASI mengandung zan antibody.
4. Perkembangan psikomototrik lebik cepat.
5. Menunjang perkembangan kognitif.
6. Menunjang perkembangan penglihatan.
7. Memperkuat ikatan batin ibu dan anak.
8. Dasar untuk perkembangan emosi yang hangat.
9. Membentuk sistem pencernaan yang sehat.

b. Manfaat bagi Ibu


1. Mencegah perdarahan pasca persalinan dan mempercepat kembalinya rahim ke bentuk semula.
2. Ibu yang menyusui dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya kehamilan.
3. Pemberian ASI adalah cara terbaik bagi ibu untuk mencurahkan kasih saying pada buah
hatinya.
4. Mengurangi kemungkinan kanker payudara.

c. Manfaat bagi keluarga


1. Mudah dalam proses pemberiannya.
2. Mengurangi biaya rumah tangga.
3. Bayi yang mendapat ASI jarang sakit, sehingga dapat menghemat biaya untuk berobat.
d. Manfaat bagi Negara
1. Pengehematan untuk subsidi anak sakit dan pemakaian obat-obatan.
2. Pengematan devisa dalam hal pembelian susus formula dan perlengkapan menyusui.
3. Mendapatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
2.3 Tekhnik Menyusui yang Benar
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar.
Langkah-langkah menyusui yang benar sebagai berikut:
a. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, sebelum menyusui bersihkan puting susu dan areola
dengan kapas DTT, langkah selanjutnya ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada
puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga
kelembaban puting susu
b. Bayi diletakkan menghadap payudara.
1) Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk lebih baik menggunakan kursi yang rendah agar kaki
ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.
2) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu dan bokong bayi
terletak pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan
telapak tangan ibu.
3) Satu tangan bayi diletakan di belakang badan ibu, dan yang satu di depan.
4) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara (tidak hanya membelokkan
kepala bayi).
5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.
c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang di bawah, jangan
menekan puting susu atau areolanya saja.
d. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut (rooting reflex) dengan cara:
1) Menyentuh pipi dengan puting susu.
2) Menyentuh sisi mulut bayi.
e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dengan
puting serta areola dimasukkan ke mulut bayi.
1) Usahakan sebagian besar areola dapat masuk ke dalam mulut bayi, sehingga puting susu berada
di bawah langit-langit dan lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI
yang terletak di bawah areola.
f. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada
payudara yang lain.
g. Cara melepas isapan bayi yaitu:
1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut bayi.
2) Dagu bayi ditekan ke bawah.
h. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan
areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.
i. Menyendawakan bayi untuk mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah. Cara
menyendawakan bayi, yaitu:
1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk
perlahan-lahan atau,
2) Bayi tidur tengkurap dipangkuan ibu, kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan.
Fungsi dari tekhnik menyusui yang benar yaitu:
a. Putting susu tidak lecet.
b. Perlekatan menyusu pada bayi kuat.
c. Bayi menjadi tenang.
d. Tidak terjadi gumoh.
Akibat tekhnik menyusui yang tidak benar yaitu:
a. Putting susu menjadi lecet.
b. ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI.
c. Bayi enggan menyusu.
d. Bayi menjadi kembung.
Apabila bayi telah menyusu dengan benar, maka akan memperlihatkan tanda-tanda
sebai berikut.
a. Bayi tampak tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu.
c. Mulut bayi terbuka lebar.
d. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.
e. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak masuk
f. Bayi tampak menghisap dengan ritme yang perlahan-lahan.
g. Putting susu tidak terasa nyeri.
h. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
i. Kepala bayi agak menengadah.

2.4 Posisi Menyusui yang benar


Dalam menyusui, terdapat macam posisi menyusui, cara menyusui yang tergolong
biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Adapun posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu, seperti ibu pasca operasi Caesar.
Bayi diletakan di samping kepala ibu dengan posisi kaki di atas. Menyusui bayi kembar
dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, yaitu di payudara kiri dan
kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu
sedikit menahan kepala bayi, sehingga dengan posisi ini bayi tidak tersedak.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Langkah-langkah menyusui yang benar
yaitu Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting,
duduk dan berbaring dengan santai. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah
seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan
bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke
badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka
lebar. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di
bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada
payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi
lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi
enggan menyusu. Apabila bayi telah
menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikutyaitu: bayi
tampak tenang, badan bayi menempel pada perut ibu, mulu bayi terbuka lebar, dagu bayi
menempel pada payudara ibu, sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih
banyak yang masuk, bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan, puting susu tidak
terasa nyeri, telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus, kepala bayi agak menengadah.
Dalam menyusui, terdapat macam posisi menyusui, cara menyusui yang tergolong
biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Adapun posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu, seperti ibu pasca operasi Caesar.
Bayi diletakan di samping kepala ibu dengan posisi kaki di atas. Menyusui bayi kembar
dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, yaitu di payudara kiri dan
kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan di atas dada ibu, tangan ibu
sedikit menahan kepala bayi, sehingga dengan posisi ini bayi tidak tersedak.

3.2 Saran
Setelah mengetahui cara menyusui yang baik dan benar, di harapkan kepada
mahasiswa kebidanan sebagai calon bidan agar dapat memberikan konseling di masyarakat
tentang menyusui yang baik dan benar sehingga para ibu menyusui dapat menyusui bayinya
dengan benar untuk menhasilkan generasi yang berkualitas.
This document is...
UsefulNot useful

Search Search
Upload

Home

Saved

Documents

Books

Audiobooks

Magazines

News

Sheet Music

248 views
0Up votes, mark as useful
0Down votes, mark as not useful
Makalah Cara Menyusui Yang Benar Dan Masalah Dalam Pembarian ASI

Uploaded by rusmini on Dec 06, 2017


Cara Menyusui Yang Benar Dan Masalah Dalam Pembarian ASI
Save
Makalah Cara Menyusui Yang Benar Dan Masalah Dalam...
For Later
Save
Embed
Share
Print
RELATED TITLES
Carousel Next

Makalah Teknik Menyusui

leaflet Cara menyusui yang benar.pdf

Makalah Desa Siaga


Makalah Desa Siaga

Neonatal Pneumonia

M RPS 9

ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR KB PADA NY.docx

Asuhan Kebidanan Akseptor Kb Pada Ny

BAB II

M BBL


konsep dasar bencana

Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi

M Cara Menyusui yang Benar dan Masalah dalam Pembarian ASI.docx

Makalah Konsep Dasar Asuhan Masa Nifas Dan Menyusui

Download
Jump to Page

You are on page 9of 21


Search inside document

6
7)

Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi, sehingga putingsusu
berada diantarapertemuan langit- langit yang keras (palatum durum) dan langit-langit
lunak (palatum molle).8)

Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerahsehingga
ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah kalangpayudara.9)

Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak
perludipegang atau disangga lagi.10)
Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi
denganmaksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu karena hidung
bayitelah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan
ibu11)

Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus- elus bayi12)

Cara Menyendawakan Bayia)

Letakkan bayi tegak lurus bersandar pada bahu ibu dan perlahan-lahan
diusappunggung belakang sampai bersendawa.b)

Kalau bayi tertidur, baringkan miring ke kanan atau tengkurap. Udara akankeluar
dengan sendirinya.c.

Langkah

langkah Menyusui Yang Benar (DinKes, 2009)1)

Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya2)

Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar punggung
kursidan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung3)

Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu dan aerola sekitarnya4)

Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu dan
bokongbayi terletak pada lengan5)

Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan
bayidibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke payudara

7
6)
Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus7)

Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawahserta tidak menekan puting susu atau areola.8)

Ibu menyentuhkan putting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum menyusui9)

Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.10)

Ibu menatap bayi saat menyusui11)

Pasca Menyusuia)

Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke mulut bayimelalui
sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah.b)

Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan padaputting
susu dan aerola, biarkan kering dengan sendirinya.12)

Menyendawakan bayi dengan :a)

Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungditepuk
perlahan-lahan, ataub)

Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya di tepuk perlahan-


lahan.13)

Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi menginginkan (ondemand)d.

Lama dan Frekuensi Menyusui (Purwanti, 2004)1)

Menyusui bayi tidak perlu di jadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukansetiap
saat bayi membutuhkan.2)

Asi dalam lambung bayi kosong dalam 2 jam.3)

Bayi yang sehat akan menyusu dan mengogongkan payudara selama 5-7 menit.e.

Tanda- Tanda Posisi Bayi Menyusui yang Benar (DepKes RI, 2005)1)

Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu2)

Dagu bayi menempel pada payudara ibu3)

Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara (payudara
bagianbawah).4)
Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi5)

Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka6)

Sebagian besar areola tidak tampak7)

Bayi menghisap dalam dan perlahan8)

Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu

8
9)

Terkadang terdengar suara bayi menelan10)

Puting susu tidak terasa sakit atau lecet


3.

Masalah Menyusui Pada Ibu


3.1.

Payudara Bengkak (Engorgement)Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu


melahirkan, payudara sering terasalebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti itu
disebut engorgement (payudarabengkak) yang disebabkan oleh adanya statis di vena
dan pembuluh darah bening. Halini merupakan tanda bahwa ASI mulai banyak
disekresi.Apabila dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan
nyerilalu memberikan prelacteal feeding (makanan tambahan) pada bayi, keadaan
tersebutjustru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena sekresi
ASI terusberlangsung sementara bayi tidak disusukan sehingga tidak terjadi
perangsangan padaputing susu yang mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan
ASI tidakdikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi menumpuk
pada payudaradan menyebabkan areola (bagian berwarna hitam yang melingkari
puting) lebihmenonjol, puting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika
disusukan. Bilakeadaan sudah sampai seperti ini, kulit pada payudara akan nampak
lebih merahmengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti
influenza.Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang
dianjurkanantara lain sebagai berikut :a.

menyusui bayi segera setelah lahir, apabila keadaan memungkinkan.b.

Menyusui bayi tanpa dijadwal (on demand / sesuka bayi).c.

Keluarkan asi dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.d.

Lakukan perawatan payudara pasca persalinan secara teratur.e.


Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting ke arah
payudarauntuk mengurangi peningkatan peredaran darah dan terjadinya statis di
pembuluhdarah dan pembuluh getah bening dalam payudarBeberapa tindakan yang
dapat dilakukan untuk mengatasi payudarabengkakadalah sebagai berikut :a.

Setiap 2 jam sekali sebelum menyusui kompreslah payudarah dengan lap bersih
atudengan daun pepaya basahb.

Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek, sehinggaputing
lebih mudah ditangkap/diisap oleh bayi.

9
c.

Bila bayi belum dapat menyusu, asi dikeluarkan dengan tangan atau pompa danberikan
pada bayi dengan cangkir atau sendok.d.

Tetap mengeluarkan asi sesering yang diperlukan sampai bendungan teratasi.e.

Berikan kompres dingin untuk mengurangi rasa sakit pada payudara,


dankompreshangat untuk memudahkan bayi mengisap (menangkap) puting susu.f.

Bila ibu demam dapat diberikan obat penurun demam dan pengurang sakit.g.

Lakukan pemijatan pada daerah payudarah yang bengkak, bermanfaat untukmembantu


memperlancar pengeluaran asi.h.

Pada saat menyusui sebaiknya ibu tetap rileksi.

Makan-makanan bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan


memperbanyakminum.j.

Jika ibu yang sedang menyusui terserang penyakit seperti : pilek, usahakan
tetapmemberikan asi dengan meutup mulut dn hidung dengan masker.3.2.

Kelainan Puting SusuKebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara.


Meskipun demikian,kadang-kadang dijumpai juga kelainan antomis yang menghambat
kemudahan bayiuntuk menyusui, misalnya puting susu datar atau puting susu
terpendam (tertarik kedalam). Disamping kelainan anatomis, kadang dijumpai pula
kelainan puting yangdisebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.a.

Puting Susu DatarApabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di belakang
puting,puting yang normal akan menonjol keluar, bila tidak, berarti puting datar.
Ketikamenyusui puting menjadi lebih tegang dan menonjol karena otot polos
putingberkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar akan tetap
sulitditangkap/diisap oleh mulut bayi.
10
b.

Puting Susu Terpendam (tertarik ke dalam)Sebagian atau seluruh puting susu tampak
terpendam atau masuk ke dalamareola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada sesuatu
di bawahnya yang menarikputing ke dalam, misalnya tumor atau penyempitan saluran
susu. Kelainan putingtersebut seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau
sebelumnya sehinggadapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari telunjuk atau ibu
jari di daerahpayudara, kemudian dilakukan pengurutan menuju ke arah berlawanan.
Perludiketahui bahwa tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan
caratersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk mengeluarkan ASI-nya
denganmanual (tangan) atau pompa kemudian diberikan pada bayi
dengansendok/pipet/gelas.3.3.

Putting Susu Nyeri (Sore Nipple) dan Putting Susu Lecet (Cracked Nipple)Puting susu
nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa sebabsebagai berikut:a.

Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak masuk kedalam mulutbayi
sampai pada areola sehingga bayi hanya mengisap pada puting susu
saja.Hisapan/tekanan terus menerus hanya pada tempat tertentu akan
menimbulkanrasa nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.b.

Pemakaian sabun, lotion, cream, alkohol dan lain-lain yang dapat mengiritasi
putingsusuc.

Bayi dengan tali lidah (frenulum linguae) yang pendek sehingga menyebabkan bayisulit
mengisap sampai areola dan isapan hanya pada putingnya saja.d.

Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).Puting susu nyeri biasanya


dapat disembuhkan setelah memperhatikan tehnikmenyusui yang benar, khususnya
letak puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayimenutup areola sehingga tidak nampak
dari luar, puting di atas lidah bayi, areola diantara gusi atas dan bawah.Untuk
menghindari puting susu nyeri atau lecet, perlu diperhatikan hal-halsebagai berikut :a.

Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alkohol, lotion, cream, dan obat-obat
yang dapat mengiritasi.b.

Sebaiknya selesai menyusukan untuk melepaskan hisapan bayi, tekanlah dagu bayiatau
pijit hidungnya atau masukkan jari kelingking ibu yang bersih ke mulut bayi.
Asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan
puting susu lecet
Minggu, 23 Oktober 2016

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.Y USIA 32


TAHUN P3A0POSTPARTUM 4 MINGGU DENGAN PUTING SUSU LECET DI
BPM NY.S DESA KARANGTENGAH KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN
GARUT PERIODE BULAN
APRIL-MEI TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun oleh :
Osih Rohaeti
B.1113072

AKADEMI KEBIDANAN YAYASAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


INDONESIA GARUT JABAR
2016
AKADEMI KEBIDANAN YPSDMI GARUT-JABAR
PROGRAM DIPLOMA III
KARYA TULIS ILMIAH, JUNI 2016

Osih Rohaeti
B.1113072

Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny.Y Usia 32 tahun P3A0 Postpartum 4 Minggu Dengan Puting Susu
Lecet Di Bpm Ny.S Desa Karangtengah Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut Periode Bulan April-
Mei Tahun 2016

xiii +V BAB + 119 Halaman + 12 Gambar + 4 Tabel + 5 Lampiran

ABSTRAK

Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu ( 42
hari ). Masalah yang sering terjadi pada ibu menyusui yaitu puting susu lecet karena teknik menyusui yang
salah dan kurangnya perawatan payudara. Bahaya yang akan ditimbulkan apabila puting susu lecet tidak
ditangani akan menyebabkan bendungan payudara, mastitis dan abses payudara. Hasil penelitian (SDKI)
tahun 2008-2009 menunjukkan bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan puting susu lecet,
kemungkinan hal tersebut disebabkan karena kurangnya perawatan payudara. Berdasarkan survey yang
dilakukan di BPM Ny.S terdapat 2 ibu yang mengalami puting susu lecet salah satunya pada Ny.Y
Tujuan dari penelitian ini yaitu melakukan asuhan kebidanan pada Ny.Y Usia 32 tahun
P3A0 Postpartum 4 Minggu Dengan Puting Susu Lecet Di Bpm Ny.S Desa Karangtengah Kecamatan
Kadungora Kabupaten Garut dengan menggunakan manajemen varney dan pendokumentasian SOAP.
Metode yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif, dengan pendekatan study kasus. Teknik
pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi kualitatif, dan study pustaka.
Hasil penelitian yang dilakukan sebanyak 2 kali kunjungan pada kunjungan pertama didapatkan Ny.Y
mengeluh sakit di daerah puting, terasa perih, nyeri dan pecah-pecah. Pada pemeriksaan payudara puting
terlihat kemerahan, lecet,ASI banyak dan pada kunjungan ke-2 ibu tidak merasakan sakit dan lecet pada puting
susunya. Di dapatkan diagnosa pertama P3A0postpartum 4 minggu dengan puting susu lecet. Dan diagnosa
pada kunjungan kedua P3A0postpartum 6 minggu fisiologis. Penatalaksanaan yang dilakukan yaitu
memberikan konseling tentang cara perawatan payudara dan teknik menyusui yang benar dan perlekatan
penyusui yang tepat.
Kesimpulan dari hasil pengkajian dapat memberikan asuhan kebidanan pada Ny.Y P3A0postpartum 4
minggu dengan puting susu lecet di BPM Ny.S desa karangtengah kecamatan kadungora garut sesuai dengan 7
langkah varney. Saran dari penelitian ini sebaiknya klien tetap melakukan perawatan payudara dan melakukan
teknik menyusui yang benar yang sudah diajarkan supaya mencegah terjadinya masalah dalam pemberian ASI
khususnya pada puting susu lecet

Kata Kunci : Asuhan kebidanan, Postpartum, Puting Susu Lecet.


Daftar Bacaan : 21 buku + 3 website + 1 jurnal (2002-2015)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari), merupakan waktu yang diperlukan untuk
pulihnya alat kandungan pada keadaan normal. Masa pemulihan berlangsung mengalami banyak
perubahan, baik secara fisik maupun psikologis. Apabila tidak dilakukan dengan pendampingan
melalui asuhan kebidanan maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi keadaan patologis.
Tujuan asuhan kebidanan pada masa nifas yaitu untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya,
melakukan skrining secara komprehensif, memberikan pendidikan kesehatan diri, memberikan
pendidikan kesehatan mengenai laktasi dan perawatan payudara, dan konseling mengenai KB. (1)
Hal ini penting karena proses menyusui seringkali terjadi kegagalan yang disebabkan
timbulnya beberapa masalah, baik dari bayi maupun ibu. Salah satu faktor dari ibu yaitu cara
menyusui yang tidak benar yang dapat menyebabkan puting susu lecet. Hal ini dapat
menimbulkan gangguan dalam proses menyusui sehingga pemberian ASI menjadi berkurang.
Pemberian ASI yang kurang akan menyebabkan kekurangan nutrisi pada bayi dan bayi rentan
terhadap penyakit.
Kegagalan menyusui salah satunya dikarenakan teknik menyusui yang tidak benar sehingga
dapat menyebabkan puting susu lecet, bendungan payudara, mastitis sampai terjadi abses
payudara.
Dilihat dari penyebab tertinggi kematian dan kesakitan pada masa nifas yaitu salah satunya
infeksi pada masa nifas dengan persentase (45,16%). Mastitis merupakan salah satu infeksi pada
masa nifas yaitu infeksi pada payudara yang diawali dengan kejadian bendungan ASI, dan
bendungan ASI bisa diawali dengan puting susu lecet.(2)
Puting susu lecet adalah masalah dalam menyusui dimana puting susu mengalami cedera
karena lecet, kadang kulitnya sampai terkelupas atau luka berdarah. Puting susu lecet dapat
disebabkan oleh teknik menyusui yang tidak benar, puting susu terpapar oleh sabun, krim, dan
alkohol saat ibu membersihkan puting susu, monaliasisi pada mulut bayi yang menular pada
puting susu ibu, bayi dengan tali lidah pendek, cara menghentikan menyusui yang tidak tepat.
Tanda puting susu lecet antara lain, payudara atau puting sakit, puting pecah-pecah, kadang-
kadang puting berdarah dan puting memerah. Komplikasi yang akan ditimbulkan yaitu akan
terjadi bendungan payudara.(1)
Upaya yang selama ini dilakukan terhadap puting susu lecet adalah bayi di susui terlebih
dahulu pada puting susu yang tidak mengalami lecet atau yang lecetnya sedikit, sehabis
menyusui tidak perlu dibersihkan dan cukup diangin-anginkan karena sisa ASI sudah merupakan
anti infeksi dan pelembut puting susu.(3)
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2009 menunjukkan
bahwa 55% ibu menyusui mengalami mastitis dan puting susu lecet, hal tersebut disebabkan
karena kurangnya perawatan payudara. Dari hasil penelitian journal yang dilakukan
oleh uswatun hasanah bahwa puting susu lecet terjadi sebanyak 17 orang (45,9 %) dari
37 responden, hal ini ada hubungan perawatan puting susu dengan kejadian puting susu lecet.
Hal yang menarik dari puting susu lecet ini karena menyusui merupakan peranan penting
bagi kebutuhan bayi. Oleh sebab itu ditakutkan jika ibu mengalami puting susu lecet dibiarkan,
nanti ibu malas menyusui bayinya dikarenakan putingnya sakit dan lecet sehingga nantinya ibu
beralih ke susu formula untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Untuk mencegah hal tersebut ibu
harus tetap menyusui bayinya, melakukan teknik menyusui yang benar, perlekatan menyusui
yang tepat, serta harus menjaga personal hygene pada payudara terutama pada puting ibu supaya
puting susu ibu tidak lecet dan bayinya tetap diberikan ASI ekslusif dan tidak dianjurkan
membersihakn payudara dengan menggunakan sabun, krim, salep, dan alkohol.
Menurut Permenkes No 1464/Menkes/per/X/2010 pasal 10 ayat (1) pelayanan kesehatan ibu
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf a diberikan pada masa prahamil, kehamilan, masa
persalinan, masa nifas masa menyusui dan masa antara 2 kehamilan. Sedangkan ayat (2)
pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi, pelayanan konseling
pada masa prahamil, pelayanan antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal,
pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu menyusui normal, pelayanan konseling pada masa
anatara 2 kehamilan.(3)
Berdasarkan survey yang dilakukan di BPM Ny.S selama PKK III terdapat 2 ibu yang
mengalami puting susu lecet dari 10 ibu postpartum salah satunya pada Ny. Y usia 32 tahun
P3A0 postpartum 4 minggu dengan puting susu lecet. Ny. Y mengeluh sakit di daerah puting,
terasa nyeri, perih dan pecah-pecah. Hasil pemeriksaan didapatkan payudara Simetris, bersih,
aerola hiperpigmentasi, puting susu menonjol, puting susu bagian kanan terlihat kemerahan,
lecet, tidak ada masa, tidak ada retraksi atau dimpling, tidak ada nyeri tekan, tidak ada
pembengkakan pada payudara, tidak ada celah-celah, ASI banyak, puting bagian kiri terlihat
kemerahan ada celah-celah, lecet, tidak ada retraksi dimpling, tidak ada pembengkakan pada
payudara,tidak ada nyeri tekan, ASI banyak. Dilihat dari hasil pemeriksaan menunjukan bahwa
payudara kiri ibu lebih parah lecetnya dari pada payudara kanan ibu.
Berdasarkan latar belakang maka penulis tertarik untuk melakukan “Asuhan Kebidanan Ibu
Nifas Pada Ny.Y Usia 32 tahun P3A0 Postpartum 4 Minggu Dengan Puting Susu Lecet Di
Bpm Ny.S Desa Karangtengah Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut Periode Bulan
April-Mei Tahun 2016”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas penulis merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana
Asuhan Kebidanan Ibu Nifas Pada Ny. Y Usia 32 Tahun P3A0Postpartum 4 Minggu Dengan
Puting Susu Lecet Di BPM Ny.S Desa Karangtengah Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut
Periode Bulan April-Mei Tahun 2016 “
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Kebidanan pada NY. Y Usia 32 Tahun P3A0 4 Minggu Postpartum
Dengan Puting Susu Lecet Di BPM Ny.S Karang Tengah Kadungora Garut Periode 2016 “
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Terkumpulnya data subjektif dan objektif serta melakukan analisa pada NY. Y Usia 32 Tahun
P3A0 4 Minggu Postpartum Dengan Puting Susu Lecet Di BPM Ny.S Karang Tengah Kadungora
Garut Periode 2016.
2. Tersusunnya interpretasi data sehingga bisa membuat diagnosa serta melakukan analisa pada
Ny.Y Usia 32 tahun P3A0 4 minggu postpartum dengan puting susu lecet di BPM Ny.S
Karangtengah kadungora garut periode 2016.
3. Teridentifikasi masalah potensial kebidanan yang terlah di kumpulkan untuk menegakan
diagnosa masalah yang terjadi pada ibu nifas Ny.Y Usia 32 tahun P3A0 4 minggu postpartum
dengan puting susu lecet di BPM Ny.S Karangtengah kadungora garut periode 2016.
4. Ditetapkan kebutuhan tindakan segera pada ibu nifas Ny.Y Usia 32 tahun P3A04 minggu
postpartum dengan puting susu lecet di BPM Ny.S Karangtengah kadungora garut periode 2016
5. Tersusunnya rencana asuhan dan menganalisa asuhan secara menyeluruh pada ibu nifas Ny.Y
Usia 32 tahun P3A0 4 minggu postpartum dengan puting susu lecet di BPM Ny.S Karangtengah
kadungora garut periode 2016.
6. Terlaksananya asuhan secara tepat berdasarkan perencanaan yang dibuat secara tepat
disesuaikan dengan kebutuhan pada ibu nifas Ny.Y Usia 32 tahun P3A0 4 minggu postpartum
dengan puting susu lecet di BPM Ny.S Karangtengah kadungora garut periode 2016.
7. Diketahuinya hasil atau evaluasi asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny.Y Usia 32 tahun P3A0 4
minggu postpartum dengan puting susu lecet di BPM Ny.S Karangtengah kadungora garut
periode 2016.
8. Dilakukanya pendokumentasian dan melakukan analisa pada Ny. Y usia 32 tahun P3A0 4
minggu postpartum dengan puting susu lecet di BPM Ny.S Karangtengah kadungora periode
2016.

1.4 Definisi Konsep


Konsep merupakan suatu ide atau gagasan yang akan dirancang untuk melakukan suatu
kegiatan atau pemberian asuhan secara abstrak terhadap suatu objek.(3
Tabel 1.1
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Dengan Puting Susu Lecet

No Konsep Definisi
1 Asuhan kebidanan Penerapan dan fungsi kegiatan yang
menjai tanggung jawab bidan dalam
memberikan pelayanan klien yang
mempunyai kebutuhan atas masalah
dalam bidang kesehatan masa
kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir, kelluarga berencana, kesehatan
reproduksi dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
2 Masa Nifas Masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan
kembali seperti keadaan sebelum
hamil dengan waktu kurang lebih 6
minggu.
3 Puting susu lecet Masalah dalam menyusui puting
mengalami cedera karena lecet,
kadang kulitnya sampai terkelupas
atau berdarah.(3)

4 Asuahn Kebidanan menurut 7 Proses pemecahan masalah yang


langkah varney digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan
tindakan berdasarkan teori ilmiah.
a. Pengumpulan data dasar Pengumpulan data yang dipeoleg dari
data subjektif dan objektif.
a) Data subjektif berisi data dari hasil
anamnesa langsung dalam bentuk
pertanyaan dan keluhan pasien dan
dari keluarga, data subjektif yang
akan ditanyakan keluhan pasien,
riwayat persalinan sekarang, riwayat
persalinan, persalinan dan nifas yang
lalu, riwayat perkawinan, riwayat
ginekologi, pola nutrisi, pola
eliminasi, pola istirahat, pola
kebiasaan sehari-hari, personal
hygine, pola aktivitas, konsumsi tablet
Fe, konsumsi vitamin A, konsumsi
obat-obatan lain, pemberian ASI,
riwayat penyakit, hubungan seksual,
riwayat KB, dan tanda bahaya masa
nifas.
b) Data objektif adalah data yang
didapat dari hasil observasi melalui
pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan fisik,
b. Interpretasi data Dilakukan diidentifikasi yang benar
terhadap masalah atau diagnosa dan
kebutuhan klien erdasarkan
interpretasi yang benar atas data-data
yang telah dikumpulkan. Data yang
sudah dikumpulkan akan
diinterpretasikan sehingga ditentukan
masalah atau diagnosa yang spesifik.
Dari data subjektif dan objektif
diperoleh diagnosa
P..A..postpartum ..... hari dengan
puting susu lecet.
c. Mengidentifikasi masalah Mengidentifikasi masalah atau
potensial diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisifasi, bila
memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati bayi.
Tenaga kesehatan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atau
masalah potensial ini benar terjadi.
Menurut teori masalah potensial yang
akan tejadi pada puting susu lecet
adalah bendungan ASI.
d. Kebutuhan penanganan segera Mengidentifikasi perlunya tindakan
segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsulkan serta ditangani
bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi bayi.
e. Perencanaan Direncanakan asuhan yang
menyeluruh sesuai dengan kebutuhan
klien sehingga dapat menentukan
penatalaksanaan asuhan yang akan
diberikan, yaitu pemberian konseling
pada ibu mengenai cara perawatan
payudara, cara menyusui yang benar,
perlekatan saat menyusui dan macam-
macam menyusui.
f. Penatalaksanaan Melaksanakan asuhan dari apa yang
sudah direncanakan, sehingga dapat
dilakukan evalusi yaitu ibu mengerti
dan paham apa yang diajarkan tentang
cara perawatan payudara, cara
menyusui yang benar, perlekatan saat
menyusui, dan macam-macam
menyusui.

g. Evalusi Dilakukakn evalusi keefektifan dari


asuhan yang sudah diberikan meliputi
pemenuhan kebutuhan
5 Dokumentasi Dokumentasi dalam kebidanan adalah
suatu bukti pencatatan dan pelaporan
yang dimiliki oleh bidan dalam
melakukan catatan perawatan yang
berguna untuk kepentingan klien,
bidan, dan tim kesehatan lainnya
dalam memberikan pelayanan
kkesehatan dengan dasar komunikasi
yang akurat dan lengkap secara
tertulis dan bertanggung jawab.
6 SOAP SOAP yang digunakan untuk
mendokumentasikan hasil asuhan
dengan mengumpulkan bukti-bukti
atau keterangan.
S: Subjektif
Adalah seluruh informasi atau data
subjektif tyang diperoleh dari apa
yang dikatakan klien atau keluhan
klien dan keluarganya. Merupakan
langkah ke I (Pengumpulan data) di
manajemen varney .
O: Objektif
Adalah seluruh data yang didapat dari
apa yang dilihat, diperiksa,sewaktu-
waktu melakukan pemeriksaan tanda-
tanda vital, pemeriksaan fisik.
A: Analisa
Kesimpulan yang dibuat berdasarkan
interpretasi yang benar terhadap data
subjektif dan objektif yang sudah
dikkumpulkan (berupa diagnosa)
Mendokumentasiakan langkah ke II
dan III (diagnosa masalah dan
masalah potensial).
P: Penatalaksanaan
Rencana pelaksanaan asuhan sesuai
dengan hasil analisa yang telah
ditegakka. Mendokumentasikan
langkah ke IV, V ,VI, dan VII
(tindakan segera, perencanaan,
penatalaksanaan dan evalusi) dalam
manajemen varney.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Manfaat Teoritis
Meningkatkan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan tentang cara menyusui dan langkah-
langkah menyusui yang benar pada ibu menyusui.
1.5.2 Manfaat Praktis
1) Bagi Penulis
Diharapkan penulis memperoleh Ilmu pengetahuan dan pengalaman dengan dilakukannya
penelitian dan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang telah didapat.
2) Bagi pendidikan AKBID YPSDMI Garut
Dapat menambah bahan bacaan dan memberikan informasi pada penelitian selanjutnya terutama
yang berhubungan dengan masalah pemberian ASI pada ibu nifas.

3) Bagi bidan
Sebagai bahan masukan bagi tempat penelitian untuk dapat mengoptimalkan sistem penyuluhan
tentang puting susu lecet pada ibu menyusui.
4) Bagi klien
Memberikan pengetahuan dan gambaran yang nyata kepada klien tentang teknik menyusui yang
benar sehingga dapat berkurangnya angka kejadian puting susu lecet.
1.6 Sistematika Penulisan
BAB I :PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan
sistimatika penulisan.
BAB II :TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang pengertian masa nifas, involusi alat-alat kandungan, tujuan masa nifas,
peran dan tanggung jawab bidan, tahapan masa nifas, program kebijakan teknis, perawatan masa
nifas, tanda bahaya masa nifas, adaptasi psikologi ibu nifas, menyusui, definisi menyusui,
meningkatkan suplai ASI, manfaat menyusui, masalah dalam menyusui, puting susu lecet,
definisi puting lecet, etiologi, penatalaksanaan, posisi menyusui yang benar, perawatan payudara,
pencegahan.
BAB III :METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang rancangan pendekatan, strategi penelitian, setting penelitian, sarana
penelitian, teknik prosedur pengumpulan data, instrumen penelitian dan analisis data.
BAB IV :HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil penelitian, matriks dan pembahsan.
BAB V :KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asuhan Kebidanan
2.1.1 Pengertian Asuhan Kebidanan
Asuhan Kebidanan adalah penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung jawab
bidan dalam memberikan pelayanan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah
kebidanan meliputi masalah kehamilan, persalinan, nifas, bayi, dan keluarga berencana termasuk
kesehatan reproduksi perempuan serta pelayanan masyarakat.
Tujuan asuhan kebidanan adalah menjamin kepuasan keselamatan ibu dan bayinya
sepanjang siklus reproduksi, mewujudkan keluarga bahagia dan berkualitas melalui
pemberdayaan perempuan dan keluarga dengan menumbuhkan rasa percaya diri.
Keberhasilan tujuan asuhan kebidanan antara lain dipengaruhi pleh adanya keterkaitan
penerapan masing-masing komponen yang dapat mempengaruhi keberhasilan tujuan asuhan,
baik dari pemberi asuhan maupun dari penerimaan asuhan. Komponen yang dimaksud adalah
faktor penentu dalam pemberi asuhan yang meliputi :
1. Nilai, etika, falsafah yang dianut oleh bidan.
2. Kepekaan terhadap asuhan kebidanan.
3. Kemampuan memfasilitasi dan mengambil keputusan dalam bertindak.
Pandangan tentang asuhan kebidanan difokuskan pada asfek prevensi dan promosi
kesehatan serta kealamiannya. Asuhan kebidanan harus dilakukan secara kreatif, fleksibel,
mendukung, melayani, membimbing, memantau, dan mendidik yang terpusat pada kebutuhan
pesonal yang unik pada perempuan.(12)
2.2 Masa Nifas
2.2.1 Pengertian masa nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai sejak 2 jam setelah
lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu ( 42 hari ).
Masa nifas dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir ketika alat-alakandungan
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. (10)
Masa nifs atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6
minggu(42 hari) setelah itu. Pelayanan pasca persalinan harus terselenggara pada masa itu untuk
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi, yang meliputi upaya pencegahan, deteksi dini dan
pengobatan komplikasi dan penyakit yang mungkin tidak terjadi, serta penyediaan pemberian
ASI, cara menjarangkan kehamilan, imunisasi, dan nutrisi bagi ibu. (11)

2.2.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas


a. Menjaga Kesehatan Ibu dan Bayinya
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis harus diberikan oleh penolong
persalinan. Ibu dianjurkan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh. Bidan mengajarkan kepada
ibu bersalin bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia
mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang
dan baru membersihkan daerah disekitar anus. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun
dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka
episiotomi atau laserasi sarankan ibu untuk menghindari / tidak menyentuh daerah luka.
b. Melaksanakan skrining secara komprehensif
Melaksanakan skrining yang komprehensif dengan mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk
bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. Pada hal ini seorang bidan bertugas untuk
melakukan pengawasan kala IV yang meliputi pemeriksaan plasenta, pengawasan TFU,
pengawasan PPV, pengwasan konsistensi rahim, dan pengawasan keadaan umum ibu.
Bila ditemukan permasalahan, maka harus segera melakukan tindakan sesuai dengan standar
pelayanan pada penatalaksanaan masa nifas.

c. Memberikan pendidikan kesehatan diri


Memberikan pelayanan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi KB, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya, dan perawatan bayi sehat. Ibu-ibu postpartum harus diberikan
pendidikan mengenai pentingnya gizi antara lain kebutuhan gizi ibu menyusui, yaitu sebagai
berikut:
1) Mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup
3) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum sebelum menyusui).
d. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai laktasi dan perawatan payudara, yaitu
sebagai berikut
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
2) Menggunakan bra yang menyokong payudara
3) Apabila puting susu lecet, oleskan kolosterum atau asi yang keluar pada sekitar puting susu
setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan mulai dari puting susu yang tidak lecet
4) Lakukan pengompresan apabila bengkak dan terjadinya bendungan ASI.

e. Konseling mengenai KB
Bidan memberikan konseling mengenai KB, antaraa lain seperti berikut:
1. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan
keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan.
2. Biasanya wanita akan menghasilkan ovulasi sebelum ia mendapatkan lagi haidnya setelah
persalinan. Oleh karena itu, penggunaan KB dibutuhkan sebelum haid pertama untuk mencegah
kehamilan baru. Pada umumnya metode KB dapat dimulai 2 minggu setelah persalinan
3. Sebelum menggunakan KB sebaiknya dijelaskan efektivitasnya, efek samping, untung
ruginya, kapan metode tersebut dapat digunakan.
4. Jika ibu dan pasangan telah memilih metode KB tertentu, dalam 2 minggu ibu dianjurkan
untuk kembali. Hal ini untuk melihat apakah metode tersebut bekerja dengan baik.(7)
2.2.3 Peran dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas
Peran Dan Tanggung Jawab Bidan Dalam Masa Nifas Dari Berbagai Macam Sumber.
a. Peran dan tanggung jawab bidan menurut teori
1. Teman terdekat, sekaligus pendamping ibu nifas dalam menghadapi saat-saat kritis masa nifas.
Pada awal masa nifas, ibu mengalami masa-masa sulit. Saat itulah, ibu sangat membutuhkan
teman terdekat yang dapat ia andalkan dalam mengatasi kesulitan yang ia alami.
2. Pendidik dalam usaha pemberian pendidikan kesehatan terhadap ibu dan keluarga. Masa nifas
merupakan masa yang paling efektif bagi bidan untuk menjalankan perannya sebagai pendidik,
dalam hal ini, tidak hanya ibu yang akan mendapatkan materi pendidikan kesehatan, tapi juga
seluruh anggota keluarga.
3. Pelaksanaan asuhan kepada pasien dalam hal tindakan perawaatan, pemantauan, penanganan
masalah, rujukan, dan deteksi dini komplikasi masa nifas. Dalam menjalankan peran dan
tanggung jawabnya, bidan sangat di tuntut kemampuannya dalam menerapkan teori yang telah
didapatkan dari pasien.(4)
b. Peran dan tanggung jawab bidan menurut teori
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan
ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman
4. Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu
melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan,
mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekan kebersihan yang
aman.
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, mengidentifikasi, menetapkan
diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan secara profesional. (5)
2.2.4 Tahapan masa nifas
Beberapa tahapan masa nifas menurut beberapa sumber sebagai berikut:
1. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa nifas ini sering terdapat
banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karna itu bidan dengan teratur
harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokea, tekanan darah, dan suhu.
2. Periode early postpartum (24 jam -1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia
tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat
menyusui dengan baik.
3. Periode late postpartum ( 1 minggu- 5 minggu )
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling
KB. (6)
a. Tahapan Masa Nifas
1. Puerperium dini
Yaitu kepulihan dimana ibu diperbolehkan berdiri dan berjalan, serta menjalankan aktivitas
layaknya wanita normal lainnya.
2. Puerperium intermediate
Yaitu suatu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.
3. Puerperium remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau
persalinan mempunyai komplikasi..(4)
2.2.5 Program Kebijakan Teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan BBL, dan
untuk mencegah, mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi dalam masa nifas.
Daftar tabel 2.1 Program kebijakan teknis

Kunjungan Waktu Asuhan


6-8 jam
a. Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena
postpartum atonia uteri
I b. Mendeteksi dan perawatan penyebab lain
perdarahan serta melakkan rujukan bila perdarahan
berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu dan keluarga
tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan
atonia uteri
d. Pemberian ASI awal.
e. Mengajarkan cara mempererat hubungan antara
ibu dan bayi baru lahir.
f. Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan
hipotermi.
g. Setelah bidan melakukan petolongan persalinan,
maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2
jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan
ibu dan bayi baru lahir keadaan baik.
6 hari
a. Mematiskan involusi uterus berjalan normal,
postpartum uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri
II di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
perdarahan
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
d. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
dan cukup cairan
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar
serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
f. Memberikan konseling tentang cara-cara
perawatan bayi baru lahir
2 minggu
a. Mematiskan involusi uterus berjalan normal,
postpartum uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri
di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal
b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan
perdarahan
c. Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup
III d. Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi
dan cukup cairan
e. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar
serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
f. Memberikan konseling tentang cara-cara
perawatan bayi baru lahir

6 minggu
a. Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu
1V postpartum selama masa nifas
b. Memberikan konseling KB.

(Sumber: Marmi, 2011;h.13)


2.2.6 Perubahan fisiologi masa nifas
1. Perubahan reproduksi
Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna atau eksterna akan berangsur-angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya
disebut involusi.
a. Involusi uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke
kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai
proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil. Involusi uterus
melibatkan reorganisasi dan penanggalan decida atau endometrium dan pengelupasan lapisan
pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta perubahan
tempat uterus, warna dan jumlah lochia.

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:


1) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi
2) Atrofi jaringan
Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon estrogen saat pelepasan plasenta.
3) Autolysis
Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterin. Enzim proteolitik
akan memendekkan jaringan otot yang telah sempet mengendur hingga 10 kali panjangnya dari
semula dan 5 kali lebar dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai
pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan, hal ini disebabkan karena
penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan
pembuluh daran yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu
untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Ukuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-
perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut
Daftar Tabel 2.2 Tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram

Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram

1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram

2 minggu Tidak teraba diatas simfisis 350 gram

6 minggu Bertambah kecil 50 gram

8 minggu Sebesar normal 30 gram


(Sumber: Saleha, 2009; h. 55)
b. Involusi tempat plasenta
Setelah pesalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata
dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke 2
hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasentakhas sekali.
Pada permulaan nifas beks plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat
oleh thrombus. Regenerasi endometrium terjadi ditempat implantasi plasenta selama sekitar 6
minggu. Epitelium berproliferasi meluas kedalam dari sisi tempat ini dan dari lapisan sekitar
uterus serta dibawah tempat implantasi plasenta dari sisa-sisa kelenjar basilar endometrial
didalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berrlangsung didalam decidua
basalis. Pertumbuhan kelenjar ini pada hakekatnya mengikis pembuluh darah yang membeku
pada tempat implantasi plasenta yang menyebabkanya menjadi terkelupas dan tak terpakai pada
pembuangan lochia.
c. Perubahan ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan
dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sedia kala. Tidak jarang
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi.
d. Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang terdapat
pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menyangga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sehingga seolah-olah pada
perbatasan antara korpus dan serviks uterus berbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri
merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru
yang mengakibatkan serviks memanjang seperti celah. Karean proses hyper palpasi ini, arena
retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh.walaupun begitu setelah involusi selesai,
ostium externum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan pada pinggirnya, terutama
pada pinggir sampingnya.
e. Lochia
Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa atau
alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang
ada pada vagina normal. Lochia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat
dan vollumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Secret mikroskopik lochia terdiri dari eritrosit,
peluruhan decidua, sel epitel dan bakteri. Lochia mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya, diantaranya:
1) Lochia rubra atau merah
Lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ke 3 masa postpartum. Sesuai dengan namanya,
warnanya merah dan mengandung darah dari perobekan atau luka pada plasenta dan serabut dari
decidua dan chorion. Terdiri dari sel desidua verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan
sisa darah.
2) Lochia serosa
Lochia ini muncul pada hari ke 5 sampai ke 9 postpartum. Warnanya kekuningan atau
kecoklatan. Lochia ini terdiri dari lebih sedikit darah dan lebih bnyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan laserasi plasenta

3) Lochia alba
Lochia ini muncul pada hari ke 10 postpartum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan dan
lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan selaput jaringan yang mati.
f. Perubahan pada vulva, vagina dan perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses
melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut , kedua organ ini
tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara
labia menjadi lebih menonjol.ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat
sebelum persalinan pertama. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan
tonus tersebut dan dapat mengecangkan vagina hingga tingkat tertentu.
2. Perubahan sistem pencernaan
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain:
a. Nafsu makan
Ibu seringkali cepat lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post primordial, dan
dapat ditoleransi dengan diet yang ringan. Setelah benar-benar pulih dari efek analgenisa,
anastesia dan keletihan kebanyakan ibu sangat lapar. Permintaan untuk memperoleh makanan 2
kali dari jumlah yang bisa dikonsumsi disertai konsumsi camilan yang sering ditemukan.
b. Mortilitas
Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir.
c. Pengosongan usus
Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah melahirkan. Keadaan ini
bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa
postpartum, diare sebelum persalinan,sebelim melahirkan dan kurang makan atau dehidrasi.
3. Perubahan sistem muskuloskeletal
Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara
terbalik pada masa nifas pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi
dan hipermorbiditaas sendi dan perubahan pusat gravitaasi ibu akibat pembesaran rahim.
4. Perubahan sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin. Hormon-
hormon yang berperan pada proses tersebut antara lain:
a. Hormon plasenta
Hormon plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon
plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (human placental
lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas.
b. Hormon pituitary
Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH dan LH. Hormon prolaktin darah
meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon
prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH
meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3 dan LH tetap rendah sehinggga
ovulasi terjadi.
c. Hipotalamik pituitary ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan menstruasi
pada wanita yang menyususi maupun yang tidak menyusui. Pada wanita menyusui mendapatkan
menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan sekitar 16 % dan 45 % setelah 12 minggu pasca
melahirkan. Sedangkan pada wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan mestruasi berkisar
40 % setelah 6 mingggu pasca melahirkan dan 90 % setelah minggu.
d. Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot
uteus dan jaringan payudara. selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam
pelepasan plasenta dan mempertahamkan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi
dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu involusi uteri.
e. Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang tinggi
memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan hormon
progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi rangsangan dan peningkatan pembuluh
darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih,ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum
dan vulva serta vagina.
5. Perubahan tanda-tanda vital
Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain:
a) Suhu badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20 C. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik
kurang lebih 0,50C dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akbibat kerja keras sewaktu
melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih dari hari ke-4 postpartum, suhu
badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara
membengk, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun
sistem lain.
b) Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi
dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit,
harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan postpartum
c) Tekanan darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa
oleh jantung keseluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik
antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan
darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan.
d) Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu
postpartum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahan. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya,
kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran pernafasan. Bila pernafasan pada masa
postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
6. Perubahan sistem kardiovaskuler
Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah uterin, meningkatkan
selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya penuruanan hormon estrogen, yang dengan
cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali. Meskipun kadar estrogen menurun
selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi daripada normal. Plasma darah tidak banyak
mengandung cairan sehingga daya koagulasi meningkat. Aliran ini terjadi dalam 24 jam pertama
setelah kelahiran bayi. Selama masa ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urine. Hilangnya
progesteron membantu mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vakuler
pada jaringan tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan teuma selama persalinan.
7. Perubahan sistem hematologi
Pada minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasma serta faktor-faktor
pembekuan darah meningkat. Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan
sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan faktor pembekuan darah. Pada awal postpartum, jumlah hemoglobin, hematrokit
dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat
volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi dari
wanita tersebut. Jika hematrokit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 % atau
lebih tingggi daripada saat memasuki persallinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan
darah yang cukup banyak. Titik 2 pesen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml
darah.(5)

2.2.7 Proses Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas


Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai 6 minggu berikutnya. Waktu
yang tepat dalam rangka pengecasan postpartum adalah 2-6 jam, 2 jam-6 hari, 2 jam-6 minggu
(atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari 6 minggu).
Pengawasan dan asuhan postpartum masa nifas sangat diperlukan yang tujuanya adalah:
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.
2. Melaksanakan sekrining yang komprehensif, mendeteksi masalah mengobati, atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nuutrisi, KB, menyusui,
pemberian imunisasi pada saat bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan KB
Gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologi seperti postpartum
blues, depresi postpartum dan postpartum psikologi.
Menjadi orangtua merupakan krisis dari melewati masa transisi. Masa transisi pada postpartum
yang harus diperhatikan adalah:
1. Taking in : Periode ini terjadi 1-2 hari setelah persalinan,ibu masih pasif dan sangat bergantung
pada orang lain,fokus perhatian terhadap tubuhnya,ibu lebih mengingat pengalaman melahirkan
dan persalinan yang dialami,serta kebutuhan tidur dan nafsu makan meningkat
2. Taking Hold : Periode ini berlangsung pada hari 3-4 hari postpartum,ibu lebih berkonsentrasi
pada kemampuanya dalam menerima tanggung jawab sepenuhnya terhadap perawatan bayi.pada
masa ini ibu menjadi sangat sensitif,sehingga membutuhkan bimbingan dan dorongan perawat
untuk mengatasi kritikan yang dialami ibu.
3. Letting Go : Periode ini dialami setelah ibu dan bayi pulang ke rumah,ibu mulai secara penuh
menerima tanggung jawab sebagai “seorang ibu” dan menyadari atau merasa kebutuhan bayi
sangat bergantung pada dirinya.(1)
2. Postpartum Blues
Postpartum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya
muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak kelahiran bayi.
Beberapa penyesuaian dibtuhkan oleh wanita dalam menghadapai aktivitas dan peran barunya
sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi
fisik maupun segi psikologis. Sabagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik,tetapi
sebagian lainya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan
psikologis,salah satunya yang disebut postpartum blues.(5)

2.2.8 Kebutuhan Dasar Masa Nifas


1. Nutrisi
Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus untuk
proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, prosese pembentukan ASI. Wanita dewasa
memerlukan 2.200 kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa +
700 kalori pada 6 bulan pertama kemudian +500 kalori bulan selanjutnya.
2. Gizi
Kualitas dan jumlah makanan yang di konsumsi kan sangat mempengaruhi produksi
ASI.. Ibu menyusui harus mendapatkan tambahan zat makanan sebesar 800 kkal yang digunakan
untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu sendiri.
3. Ambulasi dini
Disebut juga early ambulation. Early ambulation adalah kebijakan untuk selekas mungkin
untuk membimbing klien keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya selekas mungkin
berjalan. Klien sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.
Keuntungan early ambulation adalah :
a. Klien merasa lebih baik, lebih sehat dan lebih kuat
b. Faal usus dan kandung kecing lebih baik
c. Dapat lebih memungkinkan dalam mengajari ibu untuk merawat atau memelihara anaknya,
memandikan dan lain-lain selama ibu masih dalam perawatan.
d. Lebih sesuai dengan keadaan Indonesia ( social ekonomis ). Menurut penelitian-penelitain
yang seksama, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan
perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomy atau luka diperut,
serta tidak memperbesar kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.
4. Eliminasi
1) Miksi
Miksi disebut normal bila dapat buang air kecil spontan setiap 3-4 jam. Ibu diusahakan dapat
buang air kecil sendiri, bila tidak dilakukan dengan tindakan.
a) Dirangsang dengan mengalirkan air kran didekat dengan klien
b) Mengompres air hangat diatas simpisisbila tidak berhasil dengan cara diatas maka dilakukan
katerisasi. Karna prosedur katerisasi membuat klien tidak nyaman dan infeksi saluran kencing
tinggi untuk itu kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam postpartum. Douwer kateter
diganti setelah 48 jam.
2) Defekasi
Biasanya 2-3 hari postpartum masih sulit buang air besar. Jika klien pada hari ketiga belum
juga bisa buang besar maka diberi laksan supositoria dan minum air hangat. Agar dapat buang air
besar secara teratur dapat dilakukan dengan diit teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan
cukup serat, olah raga.
5. Kebersihan diri
Mandi ditempat tidur dilakakukan sampai ibu dapat mandi sendiri dikamar mandi, yang
terutama dibersihkan adalah puting susu dan mamae dilanjutkan perawatan perineum.
6. Istirahat
Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, sarankan ibu
untuk kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan serta untuk tidur siang atau
beristirahat selagi bayi tidur, mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan waktu
untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8 jam. Kurang istirahat pada ibu nifas
dapat mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu mengurangi jumlah produksi ASI,
memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak pendarahan, menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan diri sendiri.
7. Seksual
Hubungan seksual aman dilakukan begitu darah berhenti. Namun demikian hubungan sexual
dilakukan tergantng suami istri tersebut. Selama periode nifas hubungan seksual juga dapat
berkurang yan disebabkan oleh:
1) Gangguan/ ketidaknyamanan fisik
2) Kelelahan
3) Ketidakseimbangan hormone
4) Kecemasan berlebihan.

8. Latihan senam nifas


Senam nifas adalah senam yang dilakukan setelah ibu-ibu melahirkan yang bertujuan
mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, serta memulihkan dan
menguatkan otot-otot punggung, otot dasar panggul dan otot perut.
9. Keluarga berencana
Program KB sebaiknya dilakukan ibu setelah nifas selesai atau 40 hari( 6 minggu), dengan
tujuan menjaga kesehatan ibu. Pada saat melakukan hubungan seksual sebaiknya perhatikan
waktu, penggunaan kontrasepsi, dispareuni, kenikmatan dan kepuasan pasangan suami istri. (4)
2.2.9 Tanda bahaya masa nifas
Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas adalah:
1. Demam tinggi >38 oc.
2. Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak
3. Nyeri perut hebat
4. Sakit kepala, nyeri epigastrik dan pandangan kabur
5. Pembengkakan pada wajah dan ekstremitas.
6. Payudara berubah menjadi merah, bengkak, panas, dan sakit
7. Kehilangan nafsu makan dalam jangka waktu yang lama
8. Rasa sakit saat berkemih.
9. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya atau dirinya sendiri. (5)

2.2.10 Proses laktasi dan menyusui


1. Anatomi payudara
Payudara disebut grandulla mammae, berkembangbiak sejak usia janin 6 minggu dan
membesar karena pengaruh hormon ibu yang tinggi yaitu estrogen dan progesteron. Estrogen
meningkatkan pertumbuhan duktus-duktus dan saluran penampung. Prosesteron merangsang
pertumbuhan tunas-tunas alveoli. Hormon-hormon lain seperti prolaktin, growth hormon,
adenokotikosteroid dan tiroid juga diperlukan dalam kelenjar susu. Payudara tersusun dari
jaringan kelenjar, jaringan ikat dan jaringan lemak . Diameter payudara sekitar 10-12 cm. Pada
wanita yang tidak hamil berat rata-rata sekitar 200 gram, tergantung individu. Pada akhir
kehamilan beratnya berkisar 400-600ngram, sedangkan pada waktu menyusui beratnya mencapai
600-800 gram.
Payudara terbagi menjadi 3 bagian yaitu:
a. Korpus (badan) yaitu bagian yang besar
b. Areola yaitu bagian tengah yang berwarna kehitaman
c. Papilla (putting) yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara
Struktur payudara terdiri dari 3 bagian yaitu:
a) Kulit
b) Jaringan subkutan (jaringan dibawah kulit)
c) Corpus mammae terdiri dari:
1. Parenkin: duktus laktiferus uktus, duktulus, lobus, alveoli.
2. Stroma
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap duktus bercabang-cabang menjadi 20-40 duktuli. Duktulus
ercabang –cabang menjadi 10-100 alveolus yang berfungsi sebagai satu kesatuan kelenjar.
Payudara merupakan kumpulan darisejumlah kelenjar susu tungggal. Masing-masing duktus
akan membentuk lobus dan duktulus akan membentuk lobus. Duktulus dan duktus berpusat
kearah puting susu. Sebelum bermuara kepada puting susu, masing-masing duktus melebar
membentuk ampulla atau sinus yang akan berfungsi sebagai gudang air susu ibu. Sinus, duktus
dan alveolus dikelilingi oleh mioepitel yang dapat berkontraksi untuk memompa ASI . Alveolus
juga dikelilingi pembuluh darah yang memberi zat-zat gizi pada sel-sel kelenjar air susu untuk
proses pembentukan atau sintesis air susu ibu.
Bagian stroma dari payudara tersusun dari bagian-bagian berikut:
d. Jaringan ikat
e. Jaringan lemak
f. Pembuluh darah
g. Syaraf
h. Pembuluh limfa
Puting susu dan aerola (daerah sekitar puting susu yang berpigmentasi lebih) adalah gudang
susu yang mempunyai pengaruh terhadap keberhasilan menyusui. Pada puting susu dan aerola
terdapat ujung-ujung syaraf peraba yang penting pada proses refleks saat menyusui. Puting susu
mengandung otot polos yang dapat berkontraksi sewaktu ada rangsangan menyusu. Dengan
cekapan bibir bayi yang menyeluruh pada daerah tersebut, ASI akan keluardengan lancar. Pada
ujung puting susu terdapat 15-25 muara lobus (duktus laktiferus), sedangkan aerola mengandung
sejumlah kelenjar, misalnya kelenjar montgory yang berfungsi sebagai kelenjar minyak yang
mengeluarkan cairan agar puting tetap lunak dan lentur.
Gambar 2.1 Anatomi payudara
(Sumber:http://www.google.com/sercah:anatomi-payudara)
2. Fisiologi Laktasi
Kemampuan laktasi setiap ibu berbeda-beda. Sebagian mempunyai kemampuan yang lebih
besar dibanding dengan yang lain. Daeri segi fisiologi,kemampuan laktasi mempunyai hubungan
dengan makanan, faktor endokrin, dan faktor fisiologi.
Laktasi mempunyai dua pengertian sebagai berikut:
a. Pembentukan atau produksi air susu
b. Pengeluaran air susu
Pada masa hamil terjadi perubahan payudara, terutama mengenai besarnya. Hal ini
disebabkan oleh berkembangnya kelenjar payudara proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-
sel kelenjar pembuatan air susu ibu. Proses proliferasi dipengaruhi oleh hormon yang dihasilkan
plasenta yaitu laktogen, prolaktin, korigonadotropin, estrogen dan progesteron. Selain itu,
perubahan tersebut juga disebabkan bertambah lancarnya peredaran darah pada payudara. pada
kehamilan lima bulan atau lebih, kadang-kadang dari ujung puting keluar cairan yang disebut
kolostrum. Sekresi (keluarnya) cairan tersebut karena pengaruh hormon laktogen dari plasenta
dan hormon prolaktin dari hipofise. Keadaan tersebut adalah normal, meskipun cairan yang
dihasilkan tidak berlebihan sebab meskipun kadar prolaktin cukup tinggi, pengeluaran air susu
juga dihambat oleh hormon estrogen.
Setelah persalinan kadar estrogen dan progesteron menurun dengan lepasnya plasenta,
sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin dan
estrogen. Oleh karena itu, air susu ibu segera keluar. Biasanya, pengeluaran air susu dimulai
pada hari kedua atai ketiga setelah kelahiran. Setelah persalinan, segera susukan bayi karena
akan memacu lepasnya prolaktin dari hipofise sehingga pengeluaran air susu bertambah lancar.
Dua hari pertama pasca persalinan, payudara kadang-kadang terasa penuh dan sedikit sakit.
Keadaan yang disebut engorgement disebabkan oleh bertambagnya peredaran darah ke payudara
serta mulainya laktasi yang sempurna..(5)

2.3. Menyusui
2.3.1 Definisi Menyusui
Menyusui adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi,disekresi, dan
pengeluaran ASI sampai pada poses bayi menghisap dan menelan ASI. (5)
Menyusui adalah salah satu komponen dari proses reproduksi yang terdiri atas haid,
konsepsi, kehamilan, persalianan, menyusui dan penyapihan. (11)
2.3.2 Meningkatkan suplai ASI
a. Untuk bayi
1. Menyusui bayi setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama menyusui 10-15 menit disetiap
payudara.
2. Bangunkan bayi, lepaskan baju yang menyebabkan gerah dan duduklah selama menyusui.
3. Pastikan bayi menyusu dengan posisi menempel yang baik dan dengarkan suara nelan yang
aktif.
4. Susui bayi ditempat yang tenang, nyaman dan minumlah setiap kali menyusui.
5. Tidurlah bersebelahan dengan bayi.

b. Untuk ibu
1. Ibu harus meningkatkan istirahat dan minum.
2. Petugas kesehatan harus menyemangati ibu menyusui bayinya dan mengoreksi setiap kali
terdapat masalah pada posisi penempelan.
3. Yakinkan bahwa ia dapat memproduksi susu lebih banyak dengan melakukan hal-hal
tersebut. (19).
2.3.3 Dukungan bidan dalam pemberian ASI
Bidan mempunyai peranan yang sangat istimewa dalam menunjang pemberian ASI.
Peran bidan dapat membantu ibu untuk memberikan ASI dengan baik dan mencegah masalah-
masalah umum terjadi. Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI, dengan cara
sebagai berikut:
1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera sesudah lahir selama beberapa jam pertama
Bayi mulai menyusu sendiri setelah lahir, hal ini disebut dengan inisiasi menyusu
dini (early initiation) atau permulaan menyusu dini. Hal ini merupakan peristiwa penting,
dimana bayi dapat melakukan kontak kulit langsung dengan ibunya dengan tujuan dapat
memberikan kehangatan. Selain itu, dapat membangkitkan hubungan/ikatan atara ibu dan bayi.
Pemberian ASI sedini mungkin adalah lebih baik, jika memungkinkan paling sedikit 30 menit
setelah lahir.

2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk mencegah masalah
umum yang timbul
Tujuan dari perawatan payudara adalah untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah
tersumbatnya saluran susu sehinggga pengeluaran ASI lancar. Perawatan payudara dilakukan
sedini mungkin, bahkan tidak menutup kemungkinan perawatan payudara sebelum hamil sudah
mulai dilakukan.
3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberi ASI
Membantu segera setelah menyusui bayinya setelah lahir sangatlah penting. Semakin
sering bayi menghisap puting susu ibu, maka pengeluaran ASI juga semakin lancar. Hal ini
karena isapan bayi akan memberikan rangsangan pada hipofisis untuk segera mengeluarkan
horman oksitosin yang bekerja merangsang otot polos untuk memeras ASI.
4. Menempatkan bayi di dekat ibu pada kamar yang sama
Rawat gabung adalah salah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan
tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan bersama dalam ruangan selama 24 jam penuh. Manfaat
tawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari aspek fisik, fisiologis, psikologis, sdukatif,
ekonomi, maupun medis.
5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin.
Memberikan ASI sebaiknya sesering mungkin tidak perlu di jadwal disusukan sesuai
dengan keinginananya (on demand). Bayi dapat menentukan sendiri kebutuhannya. Bayi yang
sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung akan kosong
dalam 24 jam. Menyusui yang dijadwalkan berakibat kurang baik karena isapan bayi sangat
berpengaruh pada rangsangan produksi berikutnya.
6. Memberikan kolostrum dan ASI saja
ASI dan kolostrum merupakan makanan yang terbaik untuk bayi. Kandungan dan komposisi
ASI sangat sesuai dengan kebutuhan bayi pada keadaan masing-masing. ASI dari ibu yang
melahirkan prematur sesuai dengan kebutuhan prematur dan juga sebaliknya ASI dari ibu yang
melahirkan bayi cukup bulan, maka sesuai dengan kebutuhan bayi cukup bulan juga.
7. Menghindari susu botol dan “dot empeng”
Pemberian susu dengan botol dan kempengan dapat membuat bayi bingung puting dan menolak
menyusut atau isapan bayi kkurang baik. Hal ini disebabkan mekanisme menghisap dari puting
susu ibu dengan botol jauh berbeda.(7)
2.3.4 Manfaat Menyusui
1. Manfaat menyusui bagi ibu
a. Wanita yang menyusui akan mengalami peningkatan kadar hormon oksitosin dalam tubuhnya.
Hormon ini akan membantu untuk merangsang kontraksi rahim sehinggga dapat menurunkan
resiko perdarahan selama masa postpartum. Ibu bersalin akan pulih lebih cepat dan lebih sedikit
mengalami kehilangan darah pada saat persalinan.
b. Walaupun tidak selalu, ASI ekslusif membantu menunda proses mentruasi dan ovulasi selama
kira-kira 20-30 minggu atau lebih. Hal ini dapat dijadikan sebagai metode kontrasepsi alami,
tentunya dengan frekuensi menyusui dan jumlah ASI yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku
(on demand).
c. Menyusui dapat meningkatkan kedekatan antara ibu dan bayi. Bayi yang sering berada dalam
kedekapan ibu karena menyusui akan merasa kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman
dan tentram, terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah dikenal
sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual
yang baik.
d. Menyusui menurunkan resiko untu mengalami kanker ovarium dan kanker payudara
pramenopause, serta penyakit jantung pada ibu. Hasil penelitian (the lancet medical journal, juli
2002) menemukan bahwa resiko kanker payudara turun 4,3 % pada ibu yang menyusui.
Menyusui dapat menurunkan osteoporosis di kemudian hari. Manfaat ini akan meningkatkan
sering lamanya menyusui.
2. Manfaat menyusui bagi bayi
1. Sistem kekebalan tubuh bayi belum sepenuhnya sempurna sampai akhir usia 2 bulan. ASI
mengandung banyak sel-sel darah putih yang ditransfer dari ibu ke bayi , yang dapat berkerja
untuk melawan infeksi virus, bakteri, dan parasit usus.
2. ASI mengandung faktor yang dapat meningkatkan respons imun terhadap inokulsai bakteri
polio, tetanus, difteri dan influenza.
3. Menyusui dapat mengurangi kejadian beberapa penyakit infeksi termasuk infeksi saluran
pernafasan, infeksi telinga, bakteri meningitis, pneumonia, infeksi saluran kemih, dan sangat
membantu dalam mengurangi kejadian diare pada bayi.
4. Hasil penelitian menunjukan bahwa bayi yang disusui memiliki resiko yang rendah untuk
mengalami sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).
5. Pemberian ASI ekslusif dapat mengurangi resiko obesitas, tekanan darah tinggi, dan
menurunkan peningkatan kadar kolesterol tinggi di kemudian hari.
6. ASI ekslusif dapat menurunkan angka kejadian asma dan eksim terutama pada keluarga yang
bersiko tinggi mengalami alergi.
7. Menyusui dan memberikan ASI merupakan salah satu perlindungan bagi bayi prematur.
8. Pemberian ASI mendorong untuk meningkatkan kecerdasan melaui pertumbuhan otak yang
moptimal. Hal ini terjadi karena ASI mengandung nutrien khusus yang diperlukan otak bayi
untuk tumbuh secara tepat dan optimal. Nutrien taurin, laktosa dan asam lemak ikatan panjang
(AA, DHA, omega 3 dan omega 6). Memperhatikan hal tersebut, dapat dimengerti bahwa
pertumbuhan otak bayi yang diberikan ASI ekslusif selama 6 bulan akan optimal
dengan kualitas yang optimal pula.
9. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menunjukan bahwa ASI dapat membantu
pematangan otak. Dibandingkan dengan bayi prematur yang mengkonsumsi susu formula, bayi
preatur yang mengkonsumsi ASI menunjukan skor IQ yang lebih tinggi di kemudian hari. .(8)
2.3.5 Masalah dalam menyusui
1. Puting susu lecet
Pada keadaan ini, seorang ibu sering menghentikan proses menyusui karena putingnya
sakit. Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh ibu adalah mengecek bagaimana perlekatan ibu
dan bayi, serta mengecek apakah terdapat infeksi candida (dimulut bayi).
2. Payudara bengkak
Payudara bengkak akan terlihat payudara udem, pasien merasakan sakit, puting susu
kencang, kulit mengkilat walaupun tidak merah, ASI tidak keluar walaupun diisap dan badan
demam setelah 24 jam.
Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran ASI, tidak dikosangkan
seluruhnya.keluhan yang muncul adalah mamae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu
badan meningkat.
3. Mastitis
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Lecet pada puting dan trauma pada kulit juga
dapat mengandung bakteri. Gejala yang ditemukan adalah payudara menjadi merah, bengkak
kadang disertai rasa nyeri dan panas,serta suhu tubuh meningkat. Didalam terasa (lump), dan
diluarnya kulit menjadi merah. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-4 minggu setelah
persalinan disebabkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut.
4. Abses payudara
Bila penanganan mastitis karena terjadinya infeksi pada payudara tidak sempurna, maka
infeksi akan makin berat sehingga terjadi abses. Tanda gejalanya payudara berwarna lebih merah
mengkilat dari sebelumnya saat baru terjadi radang, ibu merasa lebih sakit, benjolan lebih lunak
karena berisi nanah .(10)
2.4 Puting Susu Lecet
2.4.1 Definisi Puting Susu Lecet
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan menjadi lecet. Umumnya
menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan darah. (1)
Puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat menyusui. Selain itu dapat pula
terjadi retak dan pembentukan celah-celah. Retakan pada puting susu dapat sembuh sendiri
dalam waktu 48 jam. Puting susu lecet adalah masalah menyusui dimana puting susu mengalami
cedera karena lecet, kadang kulitnya sampai terkelupas atau luka berdarah.

2.4.2 Etiologi
Penyebab puting susu lecet adalah sebagai berikut.
1. Teknik menyusui yang tidak benar
2. Puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol dll, saat ibu membersihkan puting susu.
3. Monialisis pada mulut bayi yang menular pada puting susu ibu.
4. Bayi dengan lidah pendek (frenulum lingue).
5. Cara menghentikan menyusui yang tidak tepat. (7)
2.4.3 Tanda-tanda puting susu lecet
1. Puting terasa sakit
2. Puting pecah-pecah
3. Puting berdarah
4. Puting memerah.
2.4.4 Pencegahan
Pencegahan terbaik adalah dengan memastikan pelekatan bayi ke payudara dengan benar sejak
hari pertama. Kontak kulit antara ibu dan bayi sesegera mungkin setelah kelahiran bayi,
setidaknya dalam 1 atau 2 jam pertama, akan memudahkan bayi untuk melekat sendiri ke
payudara dengan baik.
Pada saat bayi pertama kali menyusu akan ada sensasi atau perasaan tersedot(tungging
sensastion). Jika proses penempelan menimbulkan rasa sakit, maka kemungkinan proses
penempelan belum tepat. Hentikan sementara proses penempelan dengan cara memasukan jari
kemudian susupkan jari kearah sudut mulut bayi. Hal ini dilakukan agar aliran ASI lebih besar,
mencegah lecet pada puting susu ibu, menjaga bayi agar puas dalam menyusu, menstimulasi
produksi ASI yang kuat, menjaga agar tidak terjadi pembengkakan payudara.(1)
2.4.5 Penatalaksanaan
1. Cari penyebab puting susu lecet (posisi menyusui yang salah, candidiasis atau dermatitis)
2. ASI harus dikeluarkan dengan menyusukan bayinya, meskipun sedikit sakit. Hal ini penting
karena kalau tidak ada ASI keluar, maka keadaan ASI penuh ini akan terjadi penumpukan.
Sebelum disusukan, payudara dimasase terlebih dahulu dan ASI diperas lembut dengan tangan
sebelum menyusui.
3. Ibu dapat terus memberikan ASI nya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
4. Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-sekali memberikan obat lain,
seperti krim.
5. Puting susu yang sakit dapat di istirahatkan untuk sementara waktu
6. Selama puting susu di istirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak
dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
7. Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan dengan sabun.
8. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit untuk sementara untuk
memberi kesempatan lukanya sembuh.
9. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan pompa ASI) untuk tetap
mempertahankan kelancaran pembentukan ASI.
10. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan dot.
11. Setelah terasa membaik, mulai menyususi kembali mula-mula dengan waktu yang lebih
singkat. .(5)
2.5 Perawatan Masa Nifas
Beberapa isu terbaru mengenai perawatan masa nifas adalah sebagai berikut.
1. Mobilisasi Dini
Senam nifas bertujuan untuk mengurangi bendungan lochia dalam rahim, memperlancar
peredaran darah sekitar alat kelamin, dan mempercepat normalisasi.
2. Rooming in (perawatan ibu dan anak dalam 1 ruangan/kamar)
Meningkatkan pemberian ASI, bonding attachment, mengajari ibu cara perawatan bayi terutama
pada ibu primipara, dimulai dengan penerapan inisiasi menyusu dini (IMD).
3. Pemberian ASI
Untuk meningkatkan volume ASI pada masa nifas, ibu dapat memberikan terapi pijat bayi.(7)

2.6 Posisi Menyusui Yang Benar


1. Posisi dan Perlekatan Menyusui
Hal terpenting dalam posisi menyusui adalah ibu merasa nyaman dan rileks.
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong bisa dilakukan
adalah dengan duduk, berdiri, atau berbaring.
Gambar 2.2 posisi menyusui sambil berdiri yang benar.
(Sumber: http://www.gambar-posisi-menyususi.com)
Gambar posisi 2.3 menyusui sambil duduk yang benar.

(Sumber: http://www.gambar-posisi-menyususi.com)

Gambar 2.4 posisi menyusui setengah duduk

(Sumber: http://www.gambar-posisi-menyususi.com)
Gambar 2.5 posisi menyusui berbaring miring.

(Sumber: http://www.gambar-posisi-menyususi.com)
Beberapa langkah-langkah menyusui yang benar adalah sebagai berikut:
1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekiar puting, duduk dan
berbaring dengan santai.
2. Ibu harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur/kursi. Ibu harus merasa
rileks.
3. Lengan ibu menopang kepala, leher, dan saluran badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam
garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu hidung bayi didepan puting susu ibu. Posisi
bayi harus sedimikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Bayi seharusnya berbaring
miring dengan seluruh tubuhnya menghadap ibu. Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya,
tidak melengkung kebelakang/menyamping,telinga, bahu, dan panggul payi berada dalam satu
garis lurus.
4. Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayi yang siap
menyusui, membuka mulut, bergerak mencari, dan menoleh. Bayi harus berada dekat dengan
payudara ibu. Ibu tidak harus mencodongkan badan dan bayi tidak merenggakan lehernya untuk
mencapai puting susu ibu.
5. Ibu menyentuhkan puting susu nya kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar
kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap puting
susu tersebut. Ibu memegang payudara dengan satu tangan dengan cara meletakan empat jari di
bawah payudara dan ibu jari diatas payudara, ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C”.
Semua jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan aerola.
6. Pastikan bahwa sebagian besar aerola masuk kedalam mulut bayi. Dagu rapat ke payudara ibu
dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara, bibir bawah bayi melengkung keluar.

Gambar 2.6 perlekatan benar Gambar 2.7 perlekatan salah


(Sumber: http://www.perlekatan-bayi-saat-menyusui.com)
7. Bayi diletakan menghadap ke ibu dengan posisi sangggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya
leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi harus lurus, hadapkan bayi ke dada ibu sehingga
hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi dan badan ibu, menyentuh
bibbir bayi ke puting susunya dan menunggu samapi mulut bayi terbuka lebar.
8. Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan puting dari mulut bayi dengan cara
memasukan jari kelingking ibu diantara mulut dan payudara.
9. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi dipundak atau menelungkupkan bayi
melintang kemudian menepuk-nepuk punggung bayi. (7)

Gambar 2.8 Menyendawakan bayi

(Sumber: http://www.perlekatan-bayi-saat-menyusui.com)
2. Mengatur posisi bayi terhadap payudara ibu
1. Keluarkan sedikit ASI dari puting susu, kemudian di oleskan pada puting susu dan areola.
2. Ibu berada pada posisi yang rileks dan nyaman
3. Jelaskan kepada ibu bagaimana teknik memegang bayinya yaitu dengan 4 hal pokok :
a. Kepala dan badan bayi berada pada satu garis.
b. Muka bayi harus menghadap ke payudara, sedangkan hidungnya ke arah puting susu.
c. Ibu harus memegang bayinya berdekatan dengan ibu.
d. Untuk BBL, ibu harus menopang badan bayi bagian belakang, disamping kepala dan bahu.

4. Payudara di pegang menggunakan ibu jari diatas, sedangkan jari yang lain nya menopang badan
bayi bagian bawah payudara, sert gunakanlah ibu jari untuk membentuk puting susu demikian
rupa sehingga mudah memasukannya ke mulut bayi.
5. Berilah rangsangan pada bayi agar membuka mulut dengan cara, menyentuh bibir bayi ke puting
susu atau dengan cara menyentuh sisi mulut bayi.
6. Tunggulah sampai bibir bayi terbuka cukup lebar.
7. Setelah mulut bayi terbuka cukup lebar, gerakan bayi segera ke payudara dan bukan sebaliknya
ibu atau payudara ibu yang digerakan ke mulut bayi.
8. Arahkan bibir bawah bayi di bawah puting susu sehingga dagu bayi menyentuh payudara.
9. Perhatikanlah selama menyusui.
3. Ciri-ciri bayi menyusu dengan benar.
a. Bayi tampat tenang
b. Badan bayi menempel pada perut ibu.
c. Dagu bayi menempel pada payudara.
d. Mulut bayi terbuka cukup lebar.
e. Bibir bawah bayi juga terbuka lebar
f. Aerola yang kellihatan lebih luas di bagian atas dari pada di bagain bawah mulut bayi.
g. Bayi ketika menghisap ASI cukup dalam menghisapnya, lembut dan tidak ada bunyi.
h. Kepala dan badan bayi berada pada garis lurus.
i. Kepala bayi tidak ada posisi tengadah. (9)
2.7 Perawatan Payudara
Sebelum melakukan perawatan payudara terlabih dahulu cucilah tangan sebelum masase
payudara, pengurutan dimulai dengan ujung jari.
1. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan pergerakan kecil dengan dua atau tiga jari
tangan kanan, dimulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah
puting susu.
Gambar 2.9 Menyokong payudara

(Sumber: http://www.gambar-posisi-menyususi.com)
2. Selanjutnya buatlah gerakan memutarsambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada
puting susu diseluruh bagian payudara. Lakukan gerakan seperti ini pada payudara kanan.

Gambar 2.10 gerakan memutar

(Sumber: http://www.gambar-posisi-menyususi.com)
3. Gerakan selanjutnya letakan kedua payudara. Urutlah dari tengah keatas sambil mengangkat
kedua payudara dan lepaskan kedua perlahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30 kali. Variasi
lainnya adalah gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari diatas dan empat jari
lainnya di bawah. Peras dengan lembut payudara sambil meluncurkan kedua tangan kedepan
kearah puting susu. Lakukan hal yang sama pada payudara kanan.
Gambar 2.11 mengurut payudara dari tengah ke atas
(Sumber: http://www.gambar-posisi-menyususi.com)
4. Lalu cobalah posisi tangan pararel. Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan satu tangan
lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara ke arah puting susu.
Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali. Setelah itu, letakan satu tangan disebelah atas dan satu lagi
dibawah payudara. Luncurkan kedua tangansecara bersamaan ke arah puting susu dengan cara
memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan.
Gambar 2.12 menyangga payudara dengan satu tangan

(Sumber: http://www.gambar-posisi-menyususi.com)
5. Semua gerakan itu bermanfaat melancarkan refleks pengeluaran ASI. Selain itu juga merupakan
cara efektif meningkatkan volume ASI. (5)
2.8 Wewenang bidan
Landasan hukum tentang wewenang bidan dalam menjalankan praktiknya tercantum dalam
Permenkes No 1464/Menkes/per/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, yaitu
pada pasal 10 ayat (1) bahwa pelayanan kesehatan ibu sebagaimana yang dimaksu dalam pasal 9
huruf a diberikan pada masa prahamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas, masa menyusui
dan masa antara 2 kehamilan. Dilihat pada pasal 10 ayat (2) pelayanan kesehatan ibu
sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi: pelayanan konseling pada masa prahamil, pelayanan
antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal, pelayanan ibu nifas normal,
pelayanan ibu menyusui, pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan. (2)
2.9 Prinsip pendokumentasian manajemen kebidanan
2.9.1 Manajemen varney
Menurut varney (1997), proses penyelesaian masalah merupakan salah satu upaya yang
dapat digunakan dalam manajemen kebidanan varney berpendapat bahwa dalam melakukan
manajemen kebidanan bidan harus memiliki kemampuan berfikir secara kritis untuk menegakan
diagnosis atau masalah potensial kebidanan.
Selain itu diperlukan pula kemampuan berkolaborasi atau kerja sama. Hal ini dapat digunakan
sebagai dasar dalam perencanaan kebidanan selanjutnya. Langkah-langkah dalam proses
manajemen adalah sebagai berikut.
1. Pengumpulan data dasar
Langkah ini dilakukan dengan pengkajian melalui proses pengumpulan data yang diperlukan
untuk mengevaluasi keadaan pasien secara lengkap seperti riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik
sesuai dengan kebutuhan, peninjauan catatan terbaru, atau catatan selanjutnya data laboratorium
dan membandingkannya dengan hasil studi. Semua data di kumpulkan dari semua sumber yang
berhubungan dengan kondisi pasien.

2. Interpretasi data dasar


Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadapdiagnosa atau masalah
kebutuhan pasien. Masalah atau diagnosis yang spesifik dapat ditemukan berdasarkan
interpretasi yang benar tehadap data dasar.
3. Identifikasi diagnosa atau masalah potensial
Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial yang lain
berdasarkan beberapa masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi.
4. Identifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa
kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakan.
5. Perencanaan asuhan yang menyeluruh
Setelah beberapa kebutuhan pasien ditetapkan, diperlukan perencanaan secara
menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada.
6. Pelaksanaan perencanaan
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah
pasien ataupun diagnosis yang ditegakan.
7. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari
perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan
2.9.2 Dokumentasi SOAP
S :Data subjektif
Berisi data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang merupakan ungkapan langsung.
O :Data objektif
Data yang di dapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik.
A :Analisis
Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, anatisipasi
diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya dilakukan tindakan segera.
P :Perencanaan
Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes
diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut. (12).

Bagan 2.1

Hubungan Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney Dengan


Metode Pendokumentasian SOAP

Langkah
1 S

Langkah
2 O
Langkah 3 A

Langkah 4

Langkah
5

Langkah
6 P

Langkah 7

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian atau Strategi Penelitian
Penelitian merupakan kegiatan yang menghasilkan suatu karya tulis berdasarkan
kenyataan ilmiah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
mengambil penelitian jenis studi kasus. Pada penelitian kualitatif ini penelitian berasal dari
proses pengumpulan data melalui wawancara dan dokumen lainnya. Adapun tujuan
menggunakan metode ini adalah untuk mengetahui secara rinci dan mendalam tentang tentang
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan puting susu lecet.
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Letak Fasilitas Kesehatan
Penelitian ini dilakukan di BPM Ny. S Kecamatan Kadungora Kabupaten Garut.
3.2.2 Sarana dan Prasarana yang Dimiliki
Sarana dan prasarana yang tersedia atau yang dimiliki bidan Ny.S untuk tempat yang
dilakukan penelitian yaitu Ruang KIA, Ruang Bersalin, Ruang Nifas, dan alat-alat seperti tempat
tidur, partus set, tensimeter, thermometer, alat pengukur denyut jantung janin, serta obat-obatan
dll.

3.2.3 Jumlah Klien


Klien yang dijadikan objek untuk penelitian sebanyak satu orang yaitu Ny. Y dengan puting
susu lecet.
3.2.4 Jumlah Tenaga Kesehatan
Pada saat penelitian, peneliti didampingi oleh 1 orang tenaga kesehatan.
3.2.5 Fasilitas Kesehatan Pernah Dilakukan Penelitian
Tempat yang dipakai pada penelitian ini belum pernah dipakai untuk melakukan penelitian
oleh orang lain yang berjudul Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan puting susu lecet.
3.3 Objek Penelitian
Kasus yang diambil ini adalah pada ibu nifas Ny. Y Usia 32 tahun dengan puting susu
lecet di BPM Ny.S kadungora garut.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian menggunakan alat-alat kesehatan yaitu tensimeter, stetoskop,
termometer, sarung tangan bersih, larutan klorin, larutan DTT dan pencatatan dan format SOAP
sesuai dengan kasus yang di ambil yaitu asuhan kebidanan ibu nifas dengan puting susu lecet.

3.5 Metode Pengumpulan Data


3.5.1 Observasi Partisipasif
Yaitu pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan observasi secara langsung
kepada penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti.
3.5.2 Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mewancarai secara
langsung kepada informan yang diteliti, metode ini memberikan hasil secara langsung. Metode
dapat dilakukan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan secara mendalam dan
menggunakan pedoman wawancara secara langsung bertemu dengan klien di lapangan.
3.6 Analisa Data
Analisis ini merupakan tahap yang sangat penting dalam penelitian ini. Analisa data
adalah tahap berlangsungnya proses penentuan pengukuhan pendapat dalam sebuah penelitian.
Analisis data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan pada saat dilapangan dan juga setelah
peneliti meninggalkan lapangan penelitian.

3.6.1 Perpanjangan Keikutsertaan


Perpanjangan keikiutsertaan merupakan penilaian terhadap sejauh mana dan berapa lama
peneliti berada dilapangan untuk mengumpulkan data. Perpanjangan keikiutsertaan akan
meningkatkan derajat keakuratan sebuah penelitian yang dibuat. Hal ini penting karena
penelitian kualitatif berorientasi pada situasi, sehingga dengan perpanjangan keikutsertaan dapat
memastikan kasus yang dibahas tersebut dipahami atau tidak. Disamping itu, membangun
kepercayaan antara subjek dan peneliti memerlukan waktu yang cukup lama.
Pada Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti melakukan asuhan sebanyak 2 kali. Asuhan pertama
dilakukan pada tanggal 29 April 2016 di rumah klien yang bertempat dikampung sukasari desa
karangtengah kecamatan kadungora pada hari tersebut peneliti melakukan asuhan meliputi
pengumpulan data secara primer maupun sekunder dari mulai melakukan anamnesa hingga
melakukan penatalaksanaan pada kasus Ny. Y. Pada kunjungan kedua dilakukan pada tanggal 13
Mei 2016 dirumah klien Peneliti ingin mengetahui perkembangan kondisi klien apakah dari
kunjungan pertama ke kunjungan kedua ada perbaikan atau tidak, ternyata setelah dilakukan
kunjungan kedua hasil yang didapat kondisi klien berangsur membaik.

3.6.2 Ketentuan Pengamatan


Ketekunan pengamatan bertujuan menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dari kasus yang
diteliti, kemudian memuaskan padahal hal tersebut secara terperinci. Artinya jika perpanjangan
keikutsertaan menyediakan ruang lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan
kedalaman.
Dalam hal ini, peneliti memantau secara tekun dimulai saat ibu dipemeriksaan atas
keluhannya, dilihat dari data objektif, pemeriksaan fisik, dari mulai kunjungan satu dan
kunjungan kedua melihat bagaimana keluhan klien pada saat itu, kemudian mengkonsumsi obat
yang diberikan bidan, hingga klien merasa lebih baik dari sebelumnya dan kembali sehat.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1 Topik penelitian
Asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.Y usia 32 tahun P3A0 postpartum 4 minggu dengan puting
susu lecet. Di BPM Ny.S desa karangtengah kecamatan kadungora kabupaten garut periode
bulan april-mei 2016.
4.1.2 Deskriptif Data Hasil Penyelesaian Kasus
a) Study kasus
(1) Tinjauan umum objek penelitian study kasus
Ny.Y datang ke BPM Ny.S untuk melakukan pemeriksaan karena mempunyai masalah dalam
menyusui bayinya salah satunya ibu merasakan nyeri dan lecet pada puting susu nya.
(2) Prosedur/tahapan kerja lapangan
a. Melakukan pengambilan data dari hasil primer (data yang diambil sendiri) dan sekunder (data
yang sudah ada di BPM).
b. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital dan periksaan fisik pada Ny.Y dilakukan observasi
keadaan umum dan konseling tentang teknik menyusui yang benar serta perawatan payudara
yang benar di rumah.

c. Menentukan diagnosa
Diagnosa didapat pada kunjungan ke I yaitu P3A0 postpartum 4 minggu dengan puting susu
lecet, diagnosa pada kunjungan ke II yaitu P3A0 postpartum 6 minggu keadaan ibu baik.
d. Memberikan asuhan kebidanan
Asuhan kebidanan yang diberikan pada Ny.Y yaitu cara menangani puting susu lecet dan
memperbayak konseling tentang teknik menyusui yang benar dan cara perawatan payudara.
e. Melakukan pendokumentasian
Pendokumentasian yang dilakukan dalam bentuk SOAP dengan menggunakan 7
langkah varney.
(3) Pertanyaan kasus penelitian
Bagaimana asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.Y P3A0 postpartum 4 minggu dengan puting
susu lecet di BPM Ny.S desa karangtengah kecamatan kadungora kabupaten garut periode 2016.
b) Observasi kunjungan I
1. Pengumpulan data dasar
Pengambilan data diambil pada tanggal 29 April 2016 pukul 08.30 WIB di BPM Ny.S desa
karangtengah kecamatan kadungora kabupaten garut 2016.

4.2 Kunjungan Pertama


ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.Y USIA 32
TAHUN P3A0POSTPARTUM 4 MINGGU DENGAN PUTING SUSU LECET DI BPM
NY.S DESA KARANGTENGAH KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT
PERIODE BULAN
APRIL-MEI TAHUN 2016

Tanggal Pengkajian : 29 April 2016


Jam Pengkajian : 08.30 WIB
Nama Pengkaji : Osih Rohaeti
Tempat Pengkajian : Rumah pasien
4. Pengumpulan Data Dasar
a) Data Subjektif
1. Biodata
Nama :Ny. Y Nama Suami :Tn. Y
Umur :32 Tahun Umur :35 Tahun
Agama :Islam Agama :Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan :SMA
Pekerjaan :Tidak bekerja Pekerjaan :Sopir
Alamat :Kp.Sukasari desa karangtengah kecamatan kadungora kabupaten garut
1. Keluhan Utama
Ibu mengeluh sakit di daerah puting, terasa perih, nyeri, dan pecah-pecah sejak 3 hari yang lalu.
2. Riwayat persalinan sekarang
Ibu mengatakan ini persalinan yang ke-3 ditolong oleh bidan dengan spontan dan normal, ibu
mengatakan tidak ada komplikasi selama hamil maupun melahirkan, ibu mengatakan tidak ada
robekan jalan lahir.
3. Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Ibu mengatakan saat kehamilan anak pertama dan anak kedua tidak merasakan adanya tanda
bahaya pada kehamilan, persalinan anak pertama spontan/normal ditolong oleh paraji dengan
jenis kelamin perempuan dan sekarang sudah berumur 10 tahun, dan anak ke-2 bersalin normal
di tolong oleh bidan dengan jenis kelamin laki-laki dan sekarang sudah berumur 3,5 tahun. Pada
masa nifas ibu berjalan dengan normal tidak merasakan adanya tanda bahaya pada masa nifas.
4. Riwayat Menyusui
Ibu mengatakan pada saat menyusui anak pertama dan kedua ibu tidak mengalami puting susu
lecet.
5. Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan ini merupakan pernikahan yang pertama bagi ibu dan suaminya, ibu mengatakan
lama menikah sudah 11 tahun.

6. Riwayat Ginekologi
Ibu mengatakan tidak pernah operasi, tidak mempunyai penyakit dialat kandungan seperti kista
ovarium, mioma uteri dan kanker serviks.
7. Faktor Psikologi
Ibu mengatakan tidak mengalami stress maupun sedih pada saat merawat bayinya dan merawat
anak-anaknya.
8. Pola Nutrisi
Ibu mengatakan sehari makan 2x sehari, dengan menu bervariasi yaitu nasi, telor,tahu,tempe dan
sayur. porsi sedang, minum 4-5 gelas sehari air putih kadang teh manis.
9. Pola Eliminasi
Ibu mengatakan BAB 1x sehari lunak dan tidak keras, BAK 5-6 x/hari lancar tidak ada keluhan.
10. Pola Istirahat
Ibu mengatakan tidur malam hanya 5 jam, karena bayinya sering bangun dan menyusui banyinya
pada malam hari, ibu mengatakan pada siang hari jarang tidur.
11. Pola Kebiasaan Sehari-hari
Ibu mengatakan tidak pernah merokok, mengkonsumsi alkohol, dan jamu-jamuan.

12. Personal Hygene


Ibu mengatakan mandi, gosok gigi 2x sehari dan keramas 4x dalam seminggu, ganti celana
dalam 2x/ hari, ganti pembalut 2-3 x/hari. Ibu mengatakan jarang melakukan perawatan
payudara hanya saja mencuci puting setelah mandi memakai sabun.
13. Pola Aktivitas
Ibu mengatakan melakukan aktivitas rumah tangga kadang dibantu oleh suami dan anak
perempuan pertamanya, ibu merasakan lelah karena harus mengurus anak keduanya yang masih
kecil dan setiap kali menyusui anaknya selalu rewel kadang iri melihat adenya yang disusui.
14. Konsumsi tablet Fe
Ibu mengatakan suka mengkonsumsi tablet Fe yang di berikan oleh bidan diminum 1x sehari
pada malam hari dengan air putih.
15. Konsumsi vitamin A
Ibu mengatakan sudah meminum vitamin A yang di berikan oleh bidan saat sesudah bersalin.
16. Konsumsi obat-obatan lain.
Ibu mengatakan tidak memakan obat-obatan lain selain obat yang diberikan oleh bidan yaitu
tablet Fe dan Vit.A

17. Pola pemberian ASI


Ibu mengatakan sering memberikan ASI kepada bayinya, frekuensi 2 jam 1 kali, lamanya 15-20
menit, ASI banyak dan ibu merasa kesulitan dalam pemberian ASI karena puting susu yang lecet
pada bagian kiri dan kanan dan terasa sakit pada saat disusukan ke bayinya. Berdasarkan
pengamatan peneliti ibu menyusui bayinya tidak benar yakni ibu pada saat menyusui bayinya
hanya menyanggah leher dan bahunya saja, pada saat perlekatan antara aerola dan mulut bayi
tidak tepat yaitu sebagian aerola tidak masuk dan hanya putingnya saja yang masuk pada mulut
bayi, dan setelah selesai menyusui bayinya ibu tidak mengeluarkan puting dari mulut bayi
dengan dengan menggunakan jari kelingking, tetapi ibu selalu membiarkan bayinya melepaskan
sendiri dari puting ibu .
18. Riwayat Penyakit
Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang mengalami penyakit berat seperti hipertensi,
diabetes, malaria, jantung, ginjal, asma, TBC, HIV/AIDS.
19. Hubungan seksual
Ibu mengatakan belum melakukan hubungan suami istri.
20. Riwayat KB dulu dan sekarang
Ibu mengatakan sebelumnya pernah menggunakan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan. Ibu
mengatakan setelah selesai masa nifas ibu ingin menggunakan alat kontrasepsi KB IUD.

21. Tanda bahaya masa nifas


Masa nifas ibu tidak merasakan adanya perdarahan, demam tinggi, sakit kepala hebat, sakit dan
panas saat BAK, nyeri perut bagian bawah, payudara terasa bengkak, kemerahan terasa panas
dan nyeri, sedih karena tidak bisa merawat bayinya, selama masa nifas ibu hanya merasakan
adanya masalah dalam menyusui salah satunya bagian puting susu ibu lecet dan nyeri.
b) Data Objektif
Keadaan umum :Baik
Kesadaran : Compos mentis
Emosional : Stabil
1. Pemeriksaan TTV
a. Tekanan Darah : 110/70 mmHg
b. Respirasi : 21 x/menit
c. Nadi : 80 x/menit
d. Suhu : 36,4 0C
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
- Rambut :Warna hitam, bersih ,tidak ada ketombe,tidak rontok.
- Wajah :Tidak pucat,tidak oedema, bersih.
- Mata :Simetris, kongjungtiva merah muda, sklera putih, pandangan baik
- Telinga :Simetris, bersih, tidak ada benjolan, fungsi baik
- Hidung :Tidak ada kelainan , bersih, fungsi baik
- Mulut :simetris, tidak pucat, lidah bersih, gusi merah muda, gigi tidak ada yang berlubang,
tidak ada caries, tidak ada pembengkakan pada tonsil
b. Leher
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limfe
c. Payudara
Payudara kanan simetris, bersih, aerola hiperpigmentasi, puting susu menonjol, puting susu
bagian kanan puting terlihat kemerahan, lecet, tidak ada masa, tidak ada retraksi atau dimpling,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada celah-celah, ASI banyak, tidak ada bengkak pada payudara.
Payudara bagian kiri simetris, bersih, aerola hiperpigmentasi, puting susu menonjol puting
terlihat kemerahan ada celah-celah, lecet, tidak ada retraksi dimpling, tiadak ada pembengkakan
pada payudara, tidak ada nyeri tekan, ASI banyak.
d. Abdomen
Tidak ada luka bekas operasi, TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.
e. Ekstremitas
- Atas :Simetris, warna kuku merah muda tidak pucat, normal, tidak ada oedema
- Bawah :Simetris, warna kuku merah muda, tidak oedema, tidak ada varices, tidak ada tanda human

f. Genitalia
Pengeluran darah normal, lochia alba (warna putih), tidak berbau, tidak ada luka bekas jahitan.
5. Interpretasi Data Dasar
Diagnosa : P3A0 post partum 4 minggu dengan puting susu lecet.
Masalah :
2) Ibu kurang mengetahui tentang perawatan payudara
3) Pola istirahat ibu yang kurang
4) Dalam pemberian ASI teknik menyusui yang salah.
Data dasar :
Data Subjektif:
Ibu mengeluh sakit di daerah puting, terasa perih, nyeri, dan pecah-pecah sejak 3 hari yang lalu.
Data Objektif
Payudara kanan simetris, bersih, aerola hiperpigmentasi, puting susu menonjol, puting susu
bagian kanan puting terlihat kemerahan, lecet, tidak ada masa, tidak ada retraksi atau dimpling,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada celah-celah, ASI banyak, tidak ada bengkak pada payudara.
Payudara bagian kiri simetris, bersih, aerola hiperpigmentasi, puting susu menonjol puting
terlihat kemerahan ada celah-celah, lecet, tidak ada retraksi dimpling, tiadak ada pembengkakan
pada payudara, tidak ada nyeri tekan, ASI banyak.
3. Diagnosa Potensial Dan Masalah Potensial
Diagnosa potensial: Bendungan ASI
4. Menetapkan kebutuhan segera
Tidak memerlukan tindakan segera hanya diperlukan konseling tentang teknik menyusui yang
benar dan perawatan payudara.
5. Menyusun rencana asuhan
1. Lakukan inform consent
2. Beritahu ibu hasil pemeriksaan
3. Jelaskan pada ibu tentang rasa nyeri pada puting susu
4. Beritahu ibu bagaimana cara mengatasi puting susu lecet.
5. Lakukan dan ajarkan perawatan payudara.
6. Ajarkan tentang teknik menyusui yang benar dan perlekatan yang tepat.
7. Ajarkan dan bimbing ibu cara menyendawakan bayi.
8. Beritahu ibu jika saat menyusui payudaranya terasa sakit
9. Beritahu ibu untuk mencuci payudara 1 kali sehari tanpa mengguanakan sabun.
10. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
11. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yng sehat dan seimbang
12. Beritahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas
13. Anjurkan ibu untuk ber KB
14. Lakukan pendokumentasian SOAP.
6. Penatalaksanaan
1. Melakukan informed concent sebelum melakukan tindakan
2. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik
tekanan darah; 110/70 mmHg, Respirasi; 21x/menit, Nadi; 80x/menit, suhu; 36,4oC, hanya
saja ada masalah dalam puting susu ibu.
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri dan lecet pada puting susu ibu merupakan salah satu
masalah dalam menyusui dan hal ini terjadi karena kesalahan dalam menyusui atau bayi
menghisap tidak sampai ke aerola.
4. Mengajarkan ibu cara mengatasi puting susu lecet yaitu bayi disusui lebih dulu pada puting susu
yang tidak mengalami lecet atau yang lecetnya sedikit dan sehabis menyusui mengoleskan sisa
ASI terakhir pada puting yang lecet karena sisa ASI merupakan antiinfeksi dan pelembut puting
susu.
5. Mengajarkan ibu tentang teknik perawatan payudara yaitu Sebelum melakukan perawatan
payudara terlabih dahulu mencuci kedua tangan kemudian pengurutan dimulai dengan ujung jari.
Menyokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan pergerakan kecil dengan dua atau tiga
jari tangan kanan, dimulai dari pangkal payudara ke daerah puting susu. Selanjutnya buatlah
gerakan memutar sambil menekan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu
diseluruh bagian payudara. kemudian urutkan dari tengah keatas sambil mengangkat kedua
payudara dan lepaskan kedua perlahan. Lakukan selama kurang lebih 30 kali. Kemudian gerakan
payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari diatas dan empat jari lainnya di bawah. Peras dengan
lembut payudara sambil meluncurkan kedua tangan kedepan kearah puting susu. Lakukan hal
yang sama pada payudara kanan. Lalu cobalah posisi tangan berhadapan. Sangga payudara
dengan satu tangan, sedangkan satu tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari
arah pangkal payudara ke arah puting susu. Lakukan gerakan sekitar 30 kali. Setelah itu, letakan
satu tangan disebelah atas dan satu lagi dibawah payudara. Luncurkan kedua tangan secara
bersamaan ke arah puting susu dengan cara memutar tangan.
6. Mengajarkan ibu tentang teknik menyusui yang benar seperti cuci tangan yang bersih dengan
sabun, perah sedikit ASI dan oleskan kebagian puting, duduk dan berbaring dengan santai. Ibu
harus mencari posisi nyaman, dan merasa rileks. Pertama-tama lengan ibu menopang kepala,
leher, dan saluran badan bayi (kepala dan tubuh berada dalam garis lurus), muka bayi
menghadap ke payudara ibu hidung bayi didepan puting susu ibu. Posisi bayi harus menghadap
perut ibu. Bayi seharusnya berbaring miring dengan seluruh tubuhnya menghadap ibu.
Kepalanya harus sejajar dengan tubuhnya, tidak melengkung kebelakang/menyamping, telinga,
bahu, dan panggul bayi berada dalam satu garis lurus. Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka
bayi ke payudara ibu) dan mengamati bayinya. Ibu menyentuhkan puting susu nya kebibir
bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke puting
susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap puting susu tersebut. Ibu memegang payudara
dengan satu tangan dengan cara meletakan empat jari di bawah payudara dan ibu jari diatas
payudara, Semua jari ibu tidak boleh terlalu dekat dengan aerola. Pastikan bahwa sebagian besar
aerola masuk kedalam mulut bayi. Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian
atas payudara, bibir bawah bayi melengkung keluar
7. Mengajarkan ibu tentang menyendawakan bayi setelah disusui yaitu dengan menyandarkan bayi
dipundak atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung bayi.
8. Memberitahu ibu jika saat menyusui payudaranya terasa sakit maka boleh diistirahatkan terlebih
dahulu, dengan catatan ASI harus dikeluarkan dengan menggunakan tangan yaitu posisi tangan
harus membentuk huruf “C” pada saat mengeluarkan ASI nya supaya tidak terjadi bendungan
dan tidak dianjurkan untuk mengguanakan alat pompa karena akan menimbulkan
nyeri.kemudian berikan ASI kepada bayi dengan menggunakan sendok atau pipet.
9. Memberitahu ibu untuk mencuci payudara 1 kali sehari tanpa mengguanakan sabun.
10. Menganjurkan kepada ibu tentang istirahat yang cukup seperti tidur malam 6 jam dan tidur siang
1-2 jam, jika ibu kurang tidur dimalam hari maka di siang harinya ibu harus tidur supaya istirahat
ibu tercukupi.
11. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang seperti makan nasi,
proteinnya bisa didapat dari ikan, daging, tempe, tahu, sayur-sayuran seperti sayur sop, sayur
bayam, buah-buahan dan susu.
12. Memberikan konseling tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas seperti demam tinggi, sakit
kepala hebat, pandangan mata kabur, nyeri perut bagian bawah, Lochia yang berbau, bengkak
pada wajah dan tangan, terasa panas saat BAK, sedih karena tidak bisa merawat bayinya
13. Menganjurkan ibu untuk ber KB pasca salin, macam-macam KB yang bisa ibu gunakan yaitu
KB IUD, pil, suntik 3 bulan, impalan dan kondom.
14. Melakukan dokumentasi SOAP.
7. Evaluasi
1. Ibu mengerti dan menyetujui dilakukan pemeriksaan fisik pada ibu nifas
2. Ibu mengerti dan mengetahui hasil pemeriksaan tekanan darah 110/70 mmHg, respirasi
21x/menit, nadi 80x/menit, suhu 36,4oC
3. Ibu mengerti dan paham tentang keluhan yang dirasakan yaitu sakit di daerah puting, terasa
perih dan pecah-pecah. Bahwa hal tersebut merupakan salah satu masalah dalam menyusui dan
hal ini terjadi karena kesalahan dalam menyusui atau bayi menghisap tidak sampai keaerola.
4. Ibu mengerti dan melakukan untuk menyusui bayi lebih dulu pada puting yang normal atau
lecetnya sedikit dan mengoleskan sisa ASI terakhir pada puting yang lecet.
5. Ibu mengerti dan paham apa yang di ajarkan tentang perawatan payudara.
6. Ibu mengerti dan paham tentang teknik menyusui yang benar.
7. Ibu mengerti tentang menyendawakan bayi
8. Ibu mengerti dan paham apa yang disampaikan.
9. Ibu mengerti dan paham apa yang disampaikan.
10. Ibu mengerti tentang istirahat yang cukup
11. Ibu mengerti dan paham apa yang di jelaskan yaitu tentang mengkonsumsi makanan yang sehat
dan seimbang.
12. Ibu mnegerti dan paham mengenai tanda bahaya pada masa nifas
13. Ibu mengerti dan sudah sepakat dengan suami ingin memilih KB IUD
14. Sudah tercatat pendokumentasian SOAP.
4.3 Kunjungan Kedua
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.Y USIA 32 TAHUN
P3A0POSTPARTUM 6 MINGGU FISIOLOGIS DI BPM NY.S DESA KARANGTENGAH
KECAMATAN KADUNGORA
KABUPATEN GARUT PERIODE BULAN
APRIL-MEI TAHUN 2016

Tanggal Pengkajian : 13 Mei 2016


Jam Pengkajian : 08.00 WIB
Nama Pengkaji : Osih Rohaeti
Tempat Pengkajian : Rumah pasien
1. Pengumpulan Data Dasar
a) Data Subjektif
1. Keluhan
Ibu mengatakan sudah tidak mengalami lecet pada putingnya semenjak 2 hari setelah
pemeriksaan pada kunjungan pertama.
4. Pola pemberian ASI
Ibu mengatakan sering memberikan ASI kepada bayinya, frekuensi 2 jam 1 kali, lamanya 15-20
menit, ASI banyak dan ibu tidak merasakan kesulitan dalam menyusui karena puting susu ibu
sudah tidak lecet lagi.
5. Pola Istirahat
Ibu mengatakan tidur malam 6 jam, siang hari ibu tidak tidur.

6. Personal Hygine
Ibu mengatakan saat ini sering melakukan perawatan payudara
7. Riwayat KB
Ibu mengatakan sudah menggunakan alat kontrasepsi KB IUD pada tanggal 11 Mei 2013..
b) Data Objektif
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : stabil
1. Pemeriksaan TTV
a. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
b. Respirasi : 19 x/menit
c. Nadi : 82 x/menit
d. Suhu : 36,3 0C
2. Pemeriksaan fisik
a) Payudara
Simetris, tidak ada massa , tidak ada retrasi dimpling, tidak ada nyeri tekan aerola
hiperpigmentasi, puting susu menonjol, ASI banyak, tidak ada lecet puting susu tidak terlihat
kemerahan dan tidak ada celah-celah pada puting.
b) Abdomen
TFU tidak teraba, kandung kemih kosong.
c) Genitalia
Pengeluran darah normal, lochia alba (warna putih), tidak berbau
6. Interpretasi Data Dasar
Diagnosa : P3A0 post partum 6 minggu fisiologis
7. Identifikasi diagnosa potensial/masalah potensial
Tidak ada
8. Menetapkan kebutuhan tindakan segera
Tidak ada
9. Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
a. Lakukan informed consent kepada ibu
b. Beritahukan ibu mengenai hasil pemeriksaan
c. Ajurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara
6. Penatalaksanaan
a. Melakukan informed consent kepada ibu bahwa akan dilakukan pemeriksaan kepada ibu.
b. Menjelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan yaitu tekanan darah 120/70 mmHg, respirasi
o
19x/menit, nadi 82x/menit, suhu 36,3 C.
c. Menyarankan kepada ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara seperti selama ini ibu
lakukan.
7. Evaluasi
a. Ibu mengerti dan setuju dilakukan pemeriksaan kepada ibu
b. Ibu mengetahui hasil pemeriksaannya yaitu tekanan darah 120/70 mmHg, respirasi
19x/menit, nadi 82x/menit, suhu 36,3oC.
c. Ibu mengerti dan akan tetap melakukan perawatan payudara yang sudah diajarkan.
4.4 Matriks kunjungan
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.Y USIA 32
TAHUN P3A0POSTPARTUM 4 MINGGU DENGAN PUTING SUSU LECET DI BPM
NY.S DESA KARANGTENGAH KECAMATAN KADUNGORA KABUPATEN GARUT
PERIODE BULAN
APRIL-MEI TAHUN 2016

Pertanyaan Kunjungan I Kunjungan II


29 April 2016 13 Mei 2016
Subjektif 1. Keluhan utama 1. Keluhan utama
Ibu mengeluh sakit di Ibu mengatakan tidak
daerah puting, terasa perih mengalami lecet pada
dan pecah-pecah sejak 3 putingnya semenjak 2 hari
hari. setelah pemeriksaan pada
kunjungan pertama.
2. Pola pemberian ASI 2. Pola pemberian ASI
Ibu mengatakan sering
memberikan ASI kepada Ibu mengatakan sering
bayinya, frekuensi 2 jam 1 memberikan ASI kepada
kali, lamanya 15-20 menit, bayinya, frekuensi 2 jam 1
ASI banyak dan ibu
merasa kesulitan dalam kali, lamanya 15-20 menit,
pemberian ASI karena ASI banyak dan ibu tidak
puting susu yang lecet merasakan kesulitan dalam
pada bagian kanan dan kiri
dan terasa sakit pada saat menyusui karena puting
disusukan ke bayinya. susu ibu sudah tidak lecet
Berdasarkan pengamatan lagi.
peneliti ibu menyusui
bayinya tidak benar dan 3. Pola Istirahat
perlekatan antara aerola Ibu mengatakan tidur
dan mulut bayi tidak tepat. malam 6 jam, siang hari
3. Pola istirahat
ibu kadang-kadang tidur.
Ibu mengatakan tidur
malam hanya 5 jam, 4. Personal Hygine
karena bayinya sering Ibu mengatakan saat ini
bangun dan menyusui sering melakukan cara
banyinya pada malam hari, perawatan payudara
ibu mengatakan pada siang 5. Riwayat KB
hari jarang tidur. Ibu mengatakan sudah
4.Personal Hygine menggunakan alat
Ibu mengatakan mandi, kontrasepsi KB IUD
gosok gigi 2x sehari dan
keramas 4x dalam
seminggu, ganti celana
dalam 2x/ hari, ganti
pembalut 2-3 x/hari. Ibu
mengatakan jarang
melakukan perawatan
payudara hanya saja
mencuci puting setelah
mandi memakai sabun.
5.Riwayat KB
Ibu mengatakan
sebelumnya pernah
menggunakan alat
kontrasepsi KB suntik 3
bulan. Ibu mengatakan
setelah selesai masa nifas
ibu ingin menggunakan
alat kontrasepsi KB IUD
Objektif 1. Payudara: Simetris, 1. Payudara : simetris,
bersih,aerola,hiperpigmen-
tasi, puting susu menonjol, tidak ada massa, tidak ada
puting susu bagian kanan retraksi dimpling, tidak
terlihat kemerahan, lecet, ada nyeri tekan aerola
tidak ada masa, tidak ada
retraksi atau dimpling, hiperpigmentasi, puting
tidak ada nyeri tekan, tidak susu menonjol, ASI
ada celah-celah, ASI
banyak, puting bagian kiri banyak, tidak ada lecet,
terlihat kemerahan ada puting susu tidak terlihat
celah-celah, lecet, tidak kemerahan dan tidak ada
ada retraksi dimpling,
tidak ada nyeri tekan, ASI celah-celah pada puting.
banyak. 2. Abdomen: TFU tidak
2. Abdomen: Tidak ada teraba, kandung kemih
luka bekas operasi, TFU kosong.
tidak teraba, kandung
kemih kosong.
4. Genetalia: pengeluaran 4.Genetalia: pengeluaran
darah normal, lochia alba darah normal, lochia alba
(warna putih), tidak (warna putih), tidak
berbau, tidak ada luka berbau.
bakas jahitan
Analisa P3A0 postpartum 4 minggu P3A0 postpartum 6 minggu
dengan puting susu lecet. fisiologis
Pnatalaksanaan 1.Melakukan informed 1.Melakukan informed
concent sebelum consent kepada ibu bahwa
melakukan tindakan akan dilakukan
2.Memberitahukan kepada pemeriksaan kepada ibu.
ibu dan keluarga tentang 2.Menjelaskan kepada ibu
hasil pemeriksaan bahwa hasil pemeriksaan yaitu
keadaan ibu baik tekanan tekanan darah 120/70
darah; 110/70 mmHg, mmHg, respirasi
Respirasi; 21x/menit, 19x/menit, nadi 82x/menit,
Nadi; 80x/menit, suhu; suhu 36,3oC.
36,4oC, hanya saja ada 3. Menyarankan kepada
masalah dalam puting susu ibu untuk tetap melakukan
ibu. perawatan payudara
3. Menjelaskan kepada ibu seperti selama ini ibu
bahwa nyeri dan lecet pada lakukan.
puting susu ibu merupakan
salah satu masalah dalam
menyusui.
4.Mengajarkan ibu tentang
teknik perawatan payudara
5. Memberitahu ibu jika
payudara sakit untuk
disusukan boleh
diistirahatkan dengan
catatan ASI harus
dikeluarkan dengan
mengguankan tangan
Mengajarkan ibu tentang
teknik menyusui yang
benar
6.Memberitahu ibu tentang
macam-macam teknik
menyusui menyusui
seperti dengan duduk,
berdiri, atau berbaring.
7.Mengajarkan ibu tentang
mennyendawakan bayi
setelah disusui.
8.Menganjurkan kepada
ibu tentang istirahat yang
cukup
9.Menganjurkan ibu untuk
mengkonsumsi makanan
yang sehat dan seimbang.
10.Menganjurkan ibu untuk
ber KB pasca salin.
11.Menganjurkan ibu untuk
menyusui bayi lebih dulu
pada puting yang normal
atau lecetnya sedikit dan
mengoleskan ASI terakhir
pada puting yang lecet.

12.Memberikan konseling
tentang tanda-tanda
bahaya pada masa nifas
Melakukan dokumentasi
SOAP.
4.5 Pembahasan
Pada Bab ini penullis akan menguraikan kesenjangan yang terdapat pada teori yang terjadi
pada saat memberikan asuhan kebidanan pada pasien Ny.Y dengan puting susu lecet. Hasil
asuhan di dokumentasikan dalam bentuk metode pendokumentasian SOAP dengan mengarah
pada 7 langkah varney.
Penemuan yang didapatkan tentang keadaan pasien pada asuhan kebidanan pada Ny.Y
P3A0 4 minggu postpartum dengan puting susu lecet di dapatkan hasil sebagai berikut :
4.2.1 Pengumpulan data dasar
2. Data subjektif
Setelah dilakukan asuhan pada pasien Ny.Y di dapatkan keluhan yang dirasakan yaitu ibu
mengatakan mengeluh sakit di daerah puting, terasa perih,nyeri dan pecah-pecah. Sehingga
proses menyusui pada bayinya semakin berkurang, ASI yang dikeluarkan banyak, perdarahan
lochea alba, dan tidak terjadi depresi postpartum. Menurut teori di jelaskan bahwa puting susu
lecet adalah masalah dalam menyusui dimana puting susu mengalami cedera karena lecet,
kadang kulitnya sampai terkelupas atau luka berdarah. Puting susu lecet dapat disebabkan oleh
posisi menyusui yang tidak benar,puting susu terpapar oleh sabun,krim dan alkohol saat ibu
membersihkan puting susu, monaliasis pada mulut bayi yang menular pada puting ibu, bayi
dengan lidah pendek, cara menghentikan menyusui yang tidak tepat. Lochea adalah cairan secret
(1)
yang berasal dari cavum uteri dan vagina. Lochea alba airan putih setelah 2 minggu
Jika dibandingkan dengan teori dan praktek maka di dapat bahwa tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek dilihat dari keluhan ibu sesuai dengan penyebab puting susu lecet yaitu
pada kasus bahwa penyebab puting susu lecet yang dialami pada Ny.Y yaitu disebabkan karena
teknik menyusui yang salah terutama pada perlekatan menyusui yang tidak tepat dan ibu sering
mencuci puting susu dengan menggunakan sabun.
Setelah dilakukan pengkajian pada Ny.Y di dapat dari hasil anamnesa bawha pola
kebiasaan tidur Ny.Y setelah bayinya lahir ibu mengatakan tidur malam hanya 5 jam dan tidur
siang pun kadang-kadang, ASI yang diproduksi banyak, proses involusi uterus berjalan normal,
tidak terjadi perdarahan. Menurut teori di kemukakan bahwa kurang istirahat akan
mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, sebagai berikut :
a. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlamat proses involusi dan memperbanyak perdarahan.
c. Menyebabkan depresi dan ketidaknyaman untuk merawat bayinya.
Apabila dibandingkan dengan teori dan praktek maka keluhan ibu tidak sesuai dengan
teori dan adanya kesenjangan dengan teori dan praktek.
Pada data subjektif ibu mengatakan sering memberikan ASI kepada bayinya, frekuensi 2
jam 1 kali, lamanya 15-20 menit, ASI banyak dan ibu merasa kesulitan dalam pemberian ASI
karena puting susu yang lecet dan nyeri. Jika dibandingkan dengan teori menyusui adalah
keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi,disekresi, dan pengeluaran ASI sampai
pada poses bayi menghisap dan menelan ASI. Sedangkan menurut teori menyusui bayi
setiap 2 jam, siang dan malam hari dengan lama menyusui 10-15 menit disetiap payudara.(19)
Dilihat dari teori dan praktek adanya kesesuaian antara teori dan praktek yaitu ibu
menyusui bayinya setiap 2 jam. Hal ini berarti tidak adanya kesenjangan antara teori dan pratek
hanya saja frekuensi ibu menyusui yaitu 15-20 menit.(8) (16)
Pada personal hygene ibu mengatakan mandi, gosok gigi 2x sehari dan keramas 4x dalam
seminggu, ganti celana dalam 2x/ hari, ganti pembalut 2-3 x/hari, ibu mengatakan jarang
melakukan perawatan payudara hanya saja mencuci puting setelah mandi memakai sabun.
Menurut teori faktor penyebab puting susu lecet yaitu teknik menyusui yang tidak benar,
puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol saat ibu membersihkan puting susu. (7)
Dilihat dari teori dan kasus adanya kesenjangan antara teori dan kasus hal ini dilihat ibu
mengatakan jarang melakukan perawatan payudara hanya saja mencuci puting setelah mandi
memakai sabun, sedangkan menurut teori penyebab puting susu lecet yaitu puting terpapar oleh
sabun, krim, alkohol saat ibu membersihkan puting susu.
Pada tanda bahaya masa nifas ibu mengatakan selama masa nifas ibu tidak merasakan
adanya perdarahan, demam tinggi, sakit kepala hebat, sakit dan panas saat BAK, nyeri perut
bagian bawah, payudara terasa bengkak, kemerahan terasa panas dan nyeri, sedih karena tidak
bisa merawat bayinya, ibu mengatakan hanya merasakan adanya masalah dalam menyusui salah
satunya bagian puting susu ibu lecet dan nyeri. Menurut teori masalah dalam menyusui salah
satunya puting susu lecet yaitu seorang ibu sering menghentikan proses menyusui karena
putingnya sakit. (5)
Dalam hal ini, yang perlu dilakukan oleh ibu adalah mengecek bagaimana perlekatan ibu
dan bayi, serta mengecek apakah terdapat infeksi candida (dimulut bayi).(3)
Berdasarkan teori yang ada tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktek yakni
dilihat antara teori dan praktek terdapat kesesuaian.
3. Data Objektif
Berdasarkan data pemeriksaan yang sudah ada di dapat bahwa pada bagian payudara ibu
simetris, bersih, aerola hiperpigmentasi, puting susu menonjol, puting susu bagian kanan terlihat
kemerahan, lecet, tidak ada masa, tidak ada retraksi atau dimpling, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada celah-celah, ASI banyak, tidak ada bengkak pada payudara, puting bagian kiri terlihat
kemerahan ada celah-celah, lecet, tidak ada retraksi dimpling, tidak ada nyeri tekan, ASI
banyak..
Apabila melihat teori puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan
menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan dan kadang-kadang mengeluarkan
darah. (1)
Sedangkan teori dijelaskan puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma saat
menyusui. Selain itu dapat pula terjadi retak dan pembebtukan celah-celah.(7)
Jika dilihat dari beberapa teori bahwa pasien Ny.Y mengalami masalah dalam menyususi
salah satunya mengeluh karena puting susu nya lecet hal ini berarti tidak adanya kesenjangan
antara teori dan kasus.
Pada pemeriksaan abdomen terdapat TFU (Tinggi Fundus Uteri), yang semakin hari
semakin menurun.
Hal ini dapat dilihat menurut teori bahwa involusi alat- alat kandungan yaituuterus secara
berangsur – angsur menjadi kecil sehingga akan kembali seperti sebelum hamil.(16)
Apabila melihat teori dan kasus tersebut tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus. Karena teori yang ada dan kasus yang didapat adanya kesesuaian.
Pada pemeriksaan genetalia ditemukan bahwa pengeluran darah normal, lochia alba
(warna putih), tidak berbau, tidak ada luka bekas jahitan.
Menurut teori lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochia mempunyai bau yang amis meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Secret mikroskopik lochia
terdiri dari eritrosit, peluruhan decidua, sel epitel dan bakteri. Lochia mengalami perubahan
karena proses involusi. Lochia alba ini muncul pada hari ke 10 postpartum. Warnanya lebih
pucat, putih kekuningan dan lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan
selaput jaringan yang mati.(5)
Dilihat dari teori dan kasus bahwa tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
4. Penatalaksanaan
Pada penatalaksanaan ditemukan bahwa menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi nutrisi
yang cukup dan gizi seimbang.
Menurut teori dijelaskan bahwa ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi
seimbang, terutama kebutuhan protein dan dan karbohidrat. Gizi pada ibu menyusui sangat erat
kaitannya dengan produksi air susu, yang sangat dibutuhkan untuk tubuh kembang bayi. Bila
pemberian ASI berhasil baik, maka berat badan bayi akan meningkat, integritas kulit baik, tonus
otot, serta kebiasaan makan yang memuaskan. Ibu menyusui tidaklah terlalu ketat dalam
mengatur nutrisinya, yang terpenting adalah makanan yang menjamin pembentukan air
susu yang berkualitas dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya.(4)
Berdasarkan teori diatas menunjukan tidak adanya kesenjangan antara teori dan kasus.
Hal ini dilihat dari penatalaksanaan yang diberikan oleh penulis dalam memberikan konseling
pada pasien Ny.Y P3A0 4 minggu post partum dengan puting susu lecet.
4.2.2 Interpretasi data dasar
a. Kunjungan pertama
Diagnosa :P3A0 post partum 4 minggu dengan puting susu lecet.

Masalah :
a. Ibu yang kurang mengetahui tentang perawatan payudara
b. Pola istirahat ibu yang kurang
c. Teknik menyusui yang tidak benar.
b. Kunjungan kedua
Diagnosa: P3A0 post partum 6 minggu keadaan ibu baik.
Menurut teori menerangkan bahwa puting susu lecet adalah masalah menyusui dimana puting
mengalami cedera karenan lecet kadang kulitnya sampai terkelupas.(2).
Menurut teori lain menerangkan bahwa puting susu lecet dapat disebabkan oleh trauma
saat menyusui. Selain itu, dapat pula terjadi retak dan pembetukan celah-celah.retakan pada
puting susu dapat sembuh sendiri dalam waktu 24 jam. Beberapa penyebab puting susu lecet
yaitu teknik menyusui yang tidak benar, puting susu terpapar oleh sabun, krim, alkohol, ataupun
zat iritan lain saat ibu membersihkan puting susu, monaliasis pada mulut bayi yang menular pada
puting susu ibu, bayi dengan tali lidah pendek (frenulum lingue) dan cara
menghentikanmenyusui yang kurang tepat. (7)
Berdasarkan teori diatas bahwa tidak adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
4.2.3 Diagnosa potensial dan masalah potensial
Pada diagnosa potensial yaitu bendungan ASI .Menurut teori puting lecet dan trauma
pada kulit juga dapat mengandung bakteri. Kejadian ini terjadi pada masa nifas 1-4 minggu
setelah persalinan disebabkan oleh sumbatan saluran susu yang berlanjut akan menyebabkan
bendungan ASI.
Bendungan ASI terjadi karena sumbatan pada saluran ASI, tidak dikosangkan
seluruhnya.keluhan yang muncul adalah mamae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu
badan meningkat. (17)
Dari teori diatas jelas bahwa puting susu lecet diagnosa potensial yaitu bendungan ASI
Hal ini tidak adanya kesenjangan antra teori dan praktek.
4.2.4 Menetapkan kebutuhan tindakan segera
Pada kasus Ny.Y dengan puting susu lecet tidak memerlukan tindakan segera hanya saja
memperbaiki teknik menyusui yang benar dan cara perawatan payudara yang benar.
Berdasarkan jurnal hasil penelitian menjelaskan bahwa adanya hubungan perawatan
puting susu yang tidak benar dan teknik menyusui yang tidak benar dengan kejadian puting susu
lecet.
Dari penelitian diatas tidak adanya kesenjangan antara jurnal dan kasus. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian bahwa puting susu lecet ada hubungannya dengan teknik menyusui yang
tidak benar.
4.2.5 Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada tahap ini perencanaan asuahn tersusun berdasarkan kebutuhan klien yaitu lakukan
inform consent, beritahu ibu hasil pemeriksaan fisik, jelaskan pada ibu tetang rasa nyeri pada
puting susu, lakukan dan ajarkan perawatan payudara, teknik menyusui, posisi dan perlekatan
menyusui yang tepat, ajarakan dan bimbing ibu cara menyendawakan bayi,anjurkan ibu untutuk
istirahat yang cukup, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang,
beritahu ibu bagaimana cara mengatasi puting susu lecet, beritahu ibu tentang tanda bahawa
masa nifas dan lakukan pendokumentasian.
Sedangkan menurut teori tindakan mengatasi puting susu lecet yaitu
12. Cari penyebab puting susu lecet (posisi menyusui yang salah, candidiasis atau dermatitis)
13. ASI harus dikeluarkan dengan menyusukan bayinya, meskipun sedikit sakit. Hal ini penting
karena kalau tidak ada ASI keluar, maka keadaan ASI penuh ini akan terjadi penumpukan.
Sebellum disusukan, payudara dimasase terlebih dahulu dan ASI diperas lembut dengan tangan
sebelum menyusui.
14. Obati peneyebab puting susu lecet terutama perhatikan posisi menyusui.
15. Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri.
16. Ibu dapat terus memberikan ASI nya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
17. Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-sekali memberikan obat lain,
seperti krim, salep, dan lain-lain.
18. Puting susu yang sakit dapat di istirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan
biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x 24 jam.
19. Selama puting susu di istirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak
dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
20. Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan dengan sabun.
21. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit untuk sementara untuk
memberi kesempatan lukanya sembuh.
22. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan pompa ASI) untuk tetap
mempertahankan kelancaran pembentukan ASI.
23. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan dot.
24. Setelah terasa membaik, mulai menyususi kembali mula-mula dengan waktu yang lebih
singkat. .(5)
Menurut teori lain dijelaskan bahwa penatalaksanaan pada masa nifas yang
diberikan harus sesuai dengan kebutuhan klien..(2) dilihat dari teori dan kasus hal ini tidak
terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
4.2.6 Penatalaksanaan
1. Melakukan informed concent sebelum melakukan tindakan
2. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik
tekanan darah; 110/70 mmHg, Respirasi; 21x/menit, Nadi; 80x/menit, suhu; 36,4oC, hanya saja
ada masalah dalam puting susu ibu.
3. Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri dan lecet pada puting susu ibu merupakan salah satu
masalah dalam menyusui dan hal ini terjadi karena kesalahan dalam menyusui atau bayi
menghisap tidak sampai ke aerola.
4. Mengajarkan ibu tentang teknik perawatan payudara yaitu Sebelum melakukan perawatan
payudara terlabih dahulu cucilah tangan sebelum masase payudara, pengurutan dimulai dengan
ujung jari. Sokong payudara kiri dengan tangan kiri. Lakukan pergerakan kecil dengan dua atau
tiga jari tangan kanan, dimulai dari pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada
daerah puting susu. Selanjutnya buatlah gerakan memutarsambil menekan dari pangkal payudara
dan berakhir pada puting susu diseluruh bagian payudara. Lakukan gerakan seperti ini pada
payudara kanan. Gerakan selanjutnya letakan kedua payudara. Urutlah dari tengah keatas sambil
mengangkat kedua payudara dan lepaskan kedua perlahan. Lakukan gerakan ini kurang lebih 30
kali. Variasi lainnya adalah gerakan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari diatas dan empat
jari lainnya di bawah. Peras dengan lembut payudara sambil meluncurkan kedua tangan kedepan
kearah puting susu. Lakukan hal yang sama pada payudara kanan. Lalu cobalah posisi tangan
pararel. Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan satu tangan lain mengurut payudara
dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara ke arah puting susu. Lakukan gerakan ini
sekitar 30 kali. Setelah itu, letakan satu tangan disebelah atas dan satu lagi dibawah payudara.
Luncurkan kedua tangansecara bersamaan ke arah puting susu dengan cara memutar tangan.
Ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan.

5. Mengajarkan ibu tentang teknik menyusui yang benar yaitu Cuci tangan yang bersih dengan
sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar puting, duduk dan berbaring dengan santai. Ibu
harus mencari posisi nyaman, biasanya duduk tegak di tempat tidur/kursi. Ibu harus merasa
rileks. Lengan ibu menopang kepala, leher, dan saluran badan bayi (kepala dan tubuh berada
dalam garis lurus), muka bayi menghadap ke payudara ibu hidung bayi didepan puting susu ibu.
Posisi bayi harus sedimikian rupa sehingga perut bayi menghadap perut ibu. Bayi seharusnya
berbaring miring dengan seluruh tubuhnya menghadap ibu. Kepalanya harus sejajar dengan
tubuhnya, tidak melengkung kebelakang/menyamping,telinga, bahu, dan panggul payi berada
dalam satu garis lurus. Ibu mendekatkan bayi ke tubuhnya (muka bayi ke payudara ibu) dan
mengamati bayi yang siap menyusui, membuka mulut, bergerak mencari, dan menoleh. Bayi
harus berada dekat dengan payudara ibu. Ibu tidak harus mencodongkan badan dan bayi tidak
merenggakan lehernya untuk mencapai puting susu ibu. Ibu menyentuhkan puting susu nya
kebibir bayi, menunggu hingga mulut bayi terbuka lebar kemudian mengarahkan mulut bayi ke
puting susu ibu hingga bibir bayi dapat menangkap puting susu tersebut. Ibu memegang
payudara dengan satu tangan dengan cara meletakan empat jari di bawah payudara dan ibu jari
diatas payudara, ibu jari dan telunjuk harus membentuk huruf “C”. Semua jari ibu tidak boleh
terlalu dekat dengan aerola. Pastikan bahwa sebagian besar aerola masuk kedalam mulut bayi.
Dagu rapat ke payudara ibu dan hidungnya menyentuh bagian atas payudara, bibir bawah bayi
melengkung keluar
6. Memberitahu ibu tentang macam-macam teknik menyusui menyusui seperti dengan duduk,
berdiri, atau berbaring.
7. Mengajarkan ibu tentang mennyendawakan bayi setelah disusui yaitu dengan menyandarkan
bayi dipundak atau menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung bayi.
8. Menganjurkan kepada ibu tentang istirahat yang cukup seperti tidur malam 6 jam dan tidur siang
1-2 jam, jika ibu kurang tidur dimalam hari maka di siang harinya ibu harus tidur supaya istirahat
ibu tercukupi.
9. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang sehat dan seimbang seperti makan nasi,
proteinnya bisa didapat dari ikan, daging, tempe, tahu, sayur-sayuran seperti sayur sop, sayur
bayam, buah-buahan dan susu.
10. Menganjurkan ibu untuk ber KB pasca salin, macam-macam KB yang bisa ibu gunakan yaitu
KB IUD, pil, suntik 3 bulan, impalan dan kondom.
11. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayi lebih dulu pada puting yang normal atau lecetnya
sedikit dan mengoleskan sisa ASI terakhir pada puting yang lecet.
12. Memberikan konseling tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas seperti demam tinggi, sakit
kepala hebat, pandangan mata kabur, nyeri perut bagian bawah, Lochia yang berbau, bengkak
pada wajah dan tangan, terasa panas saat BAK, sedih karena tidak bisa merawat bayinya
13. Melakukan dokumentasi SOAP.
Menurut teori penatalaksanaan puting susu lecet yaitu:
1. Cari penyebab puting susu lecet (posisi menyusui yang salah, candidiasis atau dermatitis)
2. ASI harus dikeluarkan dengan menyusukan bayinya, meskipun sedikit sakit. Hal ini penting
karena kalau tidak ada ASI keluar, maka keadaan ASI penuh ini akan terjadi penumpukan.
Sebellum disusukan, payudara dimasase terlebih dahulu dan ASI diperas lembut dengan tangan
sebelum menyusui.
3. Obati peneyebab puting susu lecet terutama perhatikan posisi menyusui.
4. Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri.
5. Ibu dapat terus memberikan ASI nya pada keadaan luka tidak begitu sakit.
6. Olesi puting susu dengan ASI akhir (hind milk), jangan sekali-sekali memberikan obat lain,
seperti krim, salep, dan lain-lain.
7. Puting susu yang sakit dapat di istirahatkan untuk sementara waktu kurang lebih 1x24 jam, dan
biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x 24 jam.
8. Selama puting susu di istirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan tangan, dan tidak
dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.
9. Cuci payudara sekali saja sehari dan tidak dibenarkan untuk menggunakan dengan sabun.
10. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit untuk sementara untuk
memberi kesempatan lukanya sembuh.
11. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan pompa ASI) untuk tetap
mempertahankan kelancaran pembentukan ASI.
12. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan dot.
13. Setelah terasa membaik, mulai menyususi kembali mula-mula dengan waktu yang lebih
singkat.(5)
Berdasarkan teori dan kasus diatas bahwa tidak adanya kesenjangan antara teori dan
kasus.
4.3.7 Evaluasi
Dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan pada kasus Ny.Y yaitu memperbaiki teknik
menyusui ibu secara benar sudah dilakukan dan cara perawatan payudara yang benar sudah
dilakukan. Setelah dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana asuhan yang telah disusun
yaitu setelah pemberian konseling pada Ny.Y dengan puting susu lecet maka puting susu lecet
bisa teratasi.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan pembahsan diatas setelah melakukan asuhan
kebidanan pada ibu nifas pada Ny. Y Usia 32 Tahun P3A0 4 minggu postpartum dengan puting
susu lecet di BPM Ny.S desa karangtengah kecamatan kadungora garut. Maka penulis dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Mampu melakukan dan menganalisa pengumpulan data dasar pada ibu nifas dengan puting susu
lecet, penulis telah melakukan pengkajian dan hasil pengkajian tersebut meliputi data subjektif
dan data objektif
2. Mampu menganalisa interpretasi data dasar yang sudah dikumpulkan dari data subjektif dan
objektif sehingga didapat diagnosa Ny. Y P3A0 4 minggu postpartum dengan puting susu lecet.
3. Mampu melakukan dan menganalisa diagnosa dan masalah potensial yaitu diagnosa potensialnya
bendungan ASI, mastitis, dan abses payudara. Sedangkan masalah potensial yang penulis
temukan yaitu ibu tidak dapat menyusui bayinya secara optimal.
4. Mampu melakukan dan mengidentifikasi kebutuhan segera pada kasus Ny.Y dengan puting susu
lecet tidak dibutuhkan kebutuhan segera hanya saja memperbaiki teknik menyusui yang benar
dan cara perawatan payudara melalui konseling yang diberikan.
5. Mampu merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh perencanaan tindakan disesuaikan
dengan kebutuhan klien yang berdasarkan dengan diagnosa dan masalah klien yaitu ditemukan
dari data subjektif dan objektif.
6. Mampu melakukan dan menganalisa asuhan kebidanan sesuai dengan kebutuhan klien dengan
memberikan banyak konseling mengenai teknik perawatan payudara yang benar, cara menyusui
yang benar, pola nutrisi yang seimbang, poa istirahat yang cukup dan tanda bahaya pada masa
nifas.
7. Mampu melakukan dan mengevaluasi asuahan kebidanan yang sudah diberikan dan dievalusi
pada penatalaksanaan asuhan apakah telah sesuai dengan kebutuhan klien pada Ny.Y setelah
dilakukan evalusi yang diberikan pada kasus Ny.Y bahwa sudah sesuai dengan kebutuhan
8. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan kebidanan Ny.Y usia 32 tahun P3A0 postpartum 4
minggu dengan puting susu lecet di BPM Ny.S desa karangtengah kecamatan kadungora
kabupaten garut.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan saran sebagai berikut :
1. Bagi Institusi Pendidikan
Penulis menyarankan sebaiknya institusi dapat memberikan keterampilan yang lebih kepada
mahasiswa agar dapat dengan mudah dan bisa mandiri memberikan pelayanan dengan baik dan
benar, pembuatan karya tulis ilmiah yang telah ada tetap dijadikan acuan dan bahan
perbandingan untuk pembuatan karya tulis ilmiah yang lebih baik.
2. Bagi bidan
Penulis mengharapkan agar bidan lebih mengetahui deteksi dini pada masalah dalam menyusui
khususnya pada puting susu lecet.
3. Bagi klien
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan pada klien khususnya pada ibu menyusui agar
mengetahui penanganan pada puting susu lecet untuk mencegah terjadinya masalah pada saat
menyusui.
4. Bagi penulis
Sebaiknya setiap mahasiswa (penulis) dapat terus menerapkan manajemen dan asuhan
kebidanan yang telah dimiliki serta terus mengikuti kemajuan dan perkembangan dalam dunia
kesehatan khusunya dalam dunia kebidanan.

DAFTAR PUSTAKA
1. Ambarwati dan wulandari. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. jogjakarta: Mitra Cendikia Press.
2. Prawirohardjo,sarwono.2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
3. Nugroho,dkk.2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (Askeb 3). Yogyakarta :Nuha Medika.
4. Purwoastuti endang, dkk. 2014. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
5. Sulistyawati,ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: ANDI
OFFSET.
6. Marmi.2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Peuperium Care”.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
7. Saleha,siti.2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
8. Nany Vivian,dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
9. Astuti,dkk.2015. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Bandung: Erlangga.
10. Widyasih,hesty. 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Tramaya.
11. Mardiah,dkk. 2013. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dan Deteksi Dini Komplikasi. Jakarta :EGC.
12. Wildan,dkk.2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
13. Prawirohardjo,sarwono.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
14. Asmuji,dkk. 2014. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
15. Yulianti,dkk.2014. Asuhan Kebidana Nifas III. Jakarta: Trans Info Media.
16. Moctar,Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta:EGC.
17. Manuaba,2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB. Jakarta: EGC.
18. Maryunani,Anik,dkk. 2013. Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Trans
Info Media.
19. Saifudin,dkk.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
20. Maryuanani, anik.2009. kamus saku istilah dan singkatan kata-kata dalam kebidanan.Jakarta :
CV.Trans Info Media.
21. Notoatmodjo, soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA.
22. Wulan,ari ( 23 April 2016). Gambar posisi menyusui.
Tersedia: http://www.gambar-posisi-menyususi.com [ Diakses 12 Juni 2016]
23. Yulianti, ( 10 Mei 2015). Pencegahan Puting Susu Lecet.
Tersedia: http://www.pencegahan-puting-susu-lecet.htm [Diakses 11 Juni 2016]
24. Sintia, (7 Juni 2014). Perlekatan bayi saat menyususi.
Tersedia: http://www.perlekatan-bayi-saat-menyusui.com [Diakses 12 Juni 2016]

You might also like