You are on page 1of 14

BAB I

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Badan usaha merupakan kesatuan yuridis dan ekonomis atau kesatuan organisasi yang terdiri dari faktor-
faktor produksi yang bertujuan mencari keuntungan. Badan usaha adalah rumah tangga ekonomi yang bertujuan
mencari laba dengan faktor-faktor produksi.

Koperasi adalah suatu badan usaha (UU No.25 tahun 1992). Sebagai badan usaha, koperasi tetap tunduk
terhadap kaidah-kaidah perusahaan dan prinsip –prinsip ekonomi yang berlaku. Dengan mengacu pada konsepsi
system yang bekerja pada suatu badan usaha, maka koperasi sebagai badan usaha juga bearti merupakan
kombinasi dari manusia, asset-aset fisik dan non fisik, informasi, dan teknologi.

Ciri utama koperasi yang membedakannya dengan badan usaha lainnya (non koperasi) adalah posisi
anggota. Dalam UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian disebutkan bahwa, anggota koperasi adalah pemilik
dan sekaligus pengguna jasa koperasi.

Koperasi Syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip kegiatan, tujuan dan kegiatan
usahanya berdasarkan pada syariah Islam yaitu Al-quran dan Assunnah. Pengertian umum dari Koperasi syariah
adalah Koperasi syariah adalah badan usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsip-prinsip syariah.
Apabila koperasi memiliki unit usaha produktif simpan pinjam, maka seluruh produk dan operasionalnya harus
dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia.

Berdasarkan hal tersebut, maka koperasi syariah tidak diperkenankan berusaha dalam bidang-bidang yang
didalamnya terdapat unsur-unsur riba, maysir dan gharar. Disamping itu, koperasi syariah juga tidak
diperkenankan melakukan transaksi-transaksi derivatif sebagaimana lembaga keuangan syariah lainnya juga.
Tujuan koperasi sebagai perusahaan atau badan usaha tidaklah semata-semata hanya pada orientasi laba
(profit oriented), melainkan juga pada orientasi manfaat (benefit oriented). Karena itu, dalam banyak kasus
koperasi, nmanajemen koperasi tidak mengejar keuntungan sebgai tujuan perusahaan karena mereka bekerja
didasari dengan pelayanan (service at cost). Untuk koperasi diindonesia, tujuan badan usaha koperasi adaalah
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya (UU No. 25/1992 pasal 3).
Tujuan ini dijabarka dalam berbagai aspek program oleh manajemen koperasi pada setiap rapat angggota tahunan.
TUJUAN PENELITIAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah menjelaskan


1. Untuk mengetahui tentang teori- teori koperasi
2. tentang teori-teori koperasi,
3. keanggotaan koperasi yang belum terbukti kualitas kerjanya,
4. seluk beluk kerja struktural Koperasi, dan
5. perbandingan antara Koperasi Konvensional dan Koperasi Syariah

RUMUSAN MASALAH

Di lingkungan masyarakat masih banyak yang mempertanyakan perbandingan antara Koperasi


Konvensional dan Koperasi Syariah. Penulis membuat makalah ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu,
karena di masyarakat khususnya di Indonesia masih banyak koperasi yang kurang akan kualitas kerjanya dan tidak
sesuai landasan koperasi, serta kurang disiplin anggotanya.

Contoh dari kasus diatas masih banyak di lingkungan masyarakat, seperti koperasi yang hanya melayani
masyarakat dalam kurun waktu 2 bulan, (jangka pendek), kejadian tersebut dikarenakan kurangnya perangkat
organisasi yang berguna untuk mengelola kegiatan bisnis, serta SDM yang kurang berkualitas.
Rumusan masalah dalam tugas ini adalah sebagai berikut :

· Teori dan Penjelasan dari Badan Usaha Koperasi


· Teori dan Penjelasan dari Badan Usaha Koperasi Syariah
· Perbedaan antara Koperasi Konvensional dan Koperasi Syariah
BAB II
PEMBAHASAN

BADAN USAHA KOPERASI

Menurut udang-undang Perkoprasian No.25 Tahun 1992, yang bermaksud koperasi adalah badan usaha
yang beranggotakan orang-seorangan atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan (Pasal 1 angka
1). Koperasi merupakan badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya.

Dalam kehidupan ekonomi koperasi seharusnya memiliki ruang gerak dan kesempatan usaha yang luas terkait
kepentingan kehidupan ekonomi rakyat. Pembangunan koperasi perlu diarahkan sehingga semakin berperan dalam
perekonomian nasional.

Pada Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No.27 (Revisi 1998), disebutkan bahwa
karakteristik utama koperasi yang membedakan dengan badan usaha lain, yaitu anggota koperasi memiliki
identitas ganda. Dikatakan demikian karena setiap anggota koperasi selain berkedudukan sebagai pemilik
sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi.

Fungsi dan Peran Koperasi


Fungsi koperasi tertuang dalam pasal 4 UU No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian, yaitu:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional
dengan koperasi sebagai sokogurunya
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi (Pasal 4)
Prinsip-Prinsip Koperasi
Koperasi dianggap sebagai satu lembaga bisnis yang unik. Keunikan itu sering dikaitkan dengan prinsip-
prinsip yang tidak saja mendasarkan diri pada prinsip ekonomi melainkan juga kebersamaan[3]. Menurut
penjelasan (Pasal 5) undang-undang Perkoprasian No.25 tahun 1992, adapun yang menjadi prinsip-prinsip
koperasi adalah:
a. Keanggotaan bersifat sekarela dan terbuka
Sifat kesukarelaan dalam keanggotaan koperasi mengandung makna bahwa menjadi anggota
koperasi tidak boleh dipaksakan oleh siapapun. Sedangkan sikap tebuka memiliki arti bahwa dalam
keanggotaan tidak dilakukan pembatasan atau diskriminasi dalam bentuk apapun.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis
Prinsip demokratis menunjukan bahwa pengelolaan koperasi dilakukan atas kehendak dan
keputusan para anggota. Para anggota itulah yang memegang dan melaksanakan kekuasaan
tertinggi dalam koperasi
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil
Yaitu sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota. Ketentuan demikian ini
merupakan perwujudan nilai kekeluargaan dan keadilan
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal
Modal dalam koperasi pada dasarnya dipergunakan untuk kemanfaatan anggota dan bukan untuk
sekedar mencari keuntungan. Karena itu balas jasa terhadap modal yang diberikan kepada para
anggota juga terbatas, dan tidak didasarkan semata-mata alas besarnya modal yang diberikan. Yang
dimaksud dengan terbatas adalah wajar dalam arti melebihi suku bunga yang berlaku.
e. Kemandirian
Kemandirian mengandung pengertian dapat berdiri sendiri, tanpa bergantung pada pihak lainyang
dilandasi oleh kepercayaan kepada pertimbangan, keputusan, kemampuan, dan usaha sendiri.

Jenis Koperasi
Ditinjau dari keanggotaannya, koperasi dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
a. Koperasi Primer
Yaitu koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang-seorang.
b. Koperasi Sekunder
Yaitu koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan koperasi (Pasal 15).

Berbeda dengan koperasi primer, koperasi sekunder meliputi semua koperasi yang didirikan oleh
beranggotakan koperasi primer dan/atau koperasi sekunder.jenis koperasi didasarkan pada kesamaan dan
kepentingan ekonomi anggotanya (Pasal 16). Dasar untuk menentukan jenis koperasi adalah kesamaan aktifitas,
kebutuhan dan kepentingan ekonomi anggotanya , seperti antara lain Koperasi Simpan Pinjam, Koperasi
Konsumen, Koperasi Produsen, dll.
Tujuan Koperasi
Tujuan utama koperasi adalah mewujudkan masyarakat adil makmur material dan spiritual berdasarkan
Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945. Dalam BAB II Pasal 3 Undang – undang RI No. 25 Tahun 1992,
menyatakan bahwa koperasi bertujuan untuk:

“Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut
membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur
berlandaskan Pancasila dan Undang – undang Dasar 1945”.

Menurut Bang Hatta, tujuan koperasi bukanlah mencari laba yang sebesar-besarnya, melainkan melayani
kebutuhan bersama dan wadah partisipasi pelaku ekonomi skala kecil.

Syarat Pendirian Koperasi


Mekanisme pendirian koperasi terdiri dari beberapa tahapan. Pertama addalah pengumpulan anggota untuk
mengadakan rapat, membentuk kepengurusan koperasi (ketua, sekertaris, dan bendahara). Setelah itu koperasi
tersebut harus merencanakan anggaran dasar dan rumah tangga koperasi itu. Kemudian setelah mendapatkan
perizinan dari departemen yang terkait, barulah bisa menjalankan koperasi secara baik dan benar
Untuk dapat mendirikan koperasi harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Koperasi primer dibentuk oeh
sekurang-kurangnya 20 orang, sedangkan koperasi sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 koperasi.
Pembentukan koperasi sebagaimana dimaksud dilakukan dengan akta pendirian yang mencantumkan Anggaran
Dasar yang sekurang-kurangnya memuat tentang:

· Daftar nama pendiri


· Nama dan tempat kedudukan
· Maksud dan tujuan serta bidang usaha
· Ketentuan mengenai keanggotaan

Koperasi dibentuk untuk memenuhi kebutuhan anggotanya, maka koperasi merupakan salahsatu bentuk
kerjasama dalam usaha dapat didirikan dengan syarat-syarat sebagai berikut:
· Dilakukan dengan akta notaris
· Disahkan oleh pemerintah
· Didaftarkan di Pengadilan Negeri
· Diumumkan dalam berita negara
Keanggotaan Koperasi
Keanggotaan koperasi dicatat dalam buku daftar anggota. Anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus
pengguna jasa koperasi (Pasal 17). Pada dasarnya yang dapat menjadi anggota koperasi ialah setiap warga negara
yang mampu melakukan tindakan hukum atau koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaiman ditetapkan dalam
anggaran dasar (Pasal 18 ayat 1). Koperasi dapat memiliki anggota luar biasa yang persyaratan, hak, kewajban
keanggotaannya ditetapkan dalam anggaran dasar (Pasal 18 ayat 2)
Untuk menjadi anggota koperasi ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan, yaitu:
· Keanggotaan koperasi didasarkan pada kesamaan kepentingan ekonomi dalam lingkup usaha
koperasi
· Keanggotaan koperasi dapat diperoleh atau diakhiri setelah syarat sebagaimana diatur dalam
Anggaran Dasar dipenuhi
· Keanggotaan koperasi tidak dapat dipindah tangankan
· Setiap anggota mempunyai hak dan kewajiban

Untuk mencapai tujuan pendirian koperasi, setiap anggota mempunyai kewajiban yang harus dijalankan.
Adapun yang merupakan kewajiban anggota koperasi adalah:
· Mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
· Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi
· Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasar atas asas kekeluargaan

Keberadaan anggota merupakan faktor penentu dalam kehidupan koperasi, karena itu penting bagi anggota
untuk mengembangkan dan memelihara kebersamaan. Disamping kewajiban, setiap anggota koperasi juga
mempunyai hak hak sebagai berikut:
· Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam rapat anggota
· Memilih atau dipilih menjadi anggota pengurus atau pengawas
· Memanfaatkan koperasi dan mendapat pelayanan yang sama antara sesama anggota

Perangkat Organisasi
Seperti halnya bentuk badan usaha lainnya, koperasi membutuhkan adanya perangkat organisasi untuk
mengelola kegiatan bisnis. Menurut (Pasal 21) undang-undang perkoprasian, perangkat organisasi kopersai terbagi
menjadi 3 macam, yaitu:
A. Rapat Anggota
Rapat anggota merupakan wadah aspirasi anggota yang memegang kekuasaan tertinggi dalam koperasi
sebagai pemegang kekuasaan tertinggi

Keputusan rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat. Apabila tidak
diperoleh keputusan dengan cara musyawarah, maka pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara
terbanyak.

B. Pengurus Koperasi
Pengurus adalah badan yang dibentuk oleh rapat anggota untuk diserahi mandat dalam pengelolaan
koperasi. Untuk mencapai fungsi tersebut, menurut (Pasal 30) pengurus koperasi memiliki tugas sebagai berikut:

· Mengelola kegiatan koperasi


· Mengajukan rancangan rencana kerja
· Menyelenggarakan rapat anggota
· Mengajukan laporan keuangan
· Menyelenggarakan pembukaan keuangan
· Memelihara daftar buku anggota dan pengurus

C. Pengawas Koperasi
Pengawas adalah suatu badan yang dibentuk untuk melaksanakan fungsi pengawasan terhadap kinerja
pengurus. Pengawas dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat anggota[5]
Untuk menjalankan.fungsinya, pengawas sebagai perangkat organisasi mempunyai tugas dan kewenangan
yang harus ditunaikan. Adapun yang menjadi tugas pengawas koperasi adalah:
· Untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi
· Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya

KOPERASI SYARIAH
Dalam Islam, koperasi tergolong sebagai syirkah/syarikah. Lembaga ini adalah wadah kemitraan,
kerjasama, kekeluargaan, dan kebersamaan usaha yang sehat, baik, dan halal.Koperasi Syariah mulai
diperbincangkan seiring dengan maraknya pertumbuhan Baitul Maal wat Tamwil (BMT) di Indonesia.

Koperasi ditinjau dari hukum Islam


Sebagian ulama menisbatkan koperasi dengan akad mudharabah. Akan tetapi menurut syaltut Menurut
Mahmud Syaltut, koperasi merupakan syirkah baru yang tidak bisa dimasukkan ke dalam jenis-jenis syirkah
sebagaimana yang ada dalam khazanah fikih.
Sedangkan Khalid Abdurrahman Ahmad, seorang enulis Timur Tengah, berpendapat bahwa haram bagi umat Islam
berkoperasi. Dengan alasan tidak sesuai dengan prinsip syariah dan Tujuan utama pembentukan koperasi hanya
bermaksud untuk menenteramkan dan membatasi keinginan orang lemah, di samping hanya mempermainkan
mereka dengan ucapan-ucapan atau teori-teori yang utopis.

Namun, di sisi lain hukum Islam mengizinkan kepentingan masyarakat dan kesejahteraan bersama melalui
prinsip ishtishlah atau al-maslahah dan ini dimiliki oleh koperasi. Malalui pendekatan kaidah ishtishlah dan
istihsan ada kecenderungan diperbolehkannya kegiatan koperasi.Di samping itu, jika dilihat dari keberadaan
simpanan pokok, wajib, dan suka rela, pada dasarnya koperasi syariah dapat didirikan atas dasar prinsipsyirkah
mufawadhah dan syirkatul inan.

Walaupun begita terlebih dahulu kita lihat sifat koperasi, koperasi simpan pinjam misalnya, jika dalam
kinerjanya menylitkan peminjam dengan menarik bunga yang tinggi itu yang tidak diperbolehkan. Sedangkan
koperasi yang mengusahakan modal bersama untuk suatu usaha perdagangan atau jasa yang dikelola bersama dan
hasil keuntungan dibagi bersama selagi layak, tidak berlebihan, dan tidak bertentangan dengan Islam tentunya
sangat dibolehkan.

Pembatasan Koperasi Syariah


jika melihat dari prinsip-prinsip yang ada dalam koperasi, maka tidak ada hal yang bertentangan dengan
syariah Islam.Oleh karenanya, meski koperasi bukan berasal dari Islam secara murni, tetapi lembaga ini sesuai
dengan nilai-nilai Islam. Akan tetapi perlu adanya penyempurnaan dan pemantauan dalam sistem koperasi.
Pada dasarnya, ada tujuh hal yang harus dihindari yaitu: Maysir, Asusila, Ghoror, haram, riba, ihtikar/ penimbunan
dan menimbulkan berbahaya.

Sejarah Singkat Koperasi Syariah


Istilah koperasi mulai muncul abad XIXNamun secara teoritis, gagasan yang memiliki kemiripan dengan
sistem koperasi telah dikemukakan oleh filosuf Islam al-Faraby As-Syarakhsy dalam al-Mabsuth.
Di Indonesia, koperasi berbasis nilai Islam lahir pertama kali dalam bentuk paguyuban usaha bernama
Syarikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan H. Samanhudi di Solo, Jawa Tengah.
Landasan Hukum Koperasi Syariah di Indonesia
Sebagaimana yang diungkap di atas koperasi syariah tidak memiliki perbedaan sistem yang mencolok
dengan koperasi konvensional.Oleh karena itu payung hukum yang digunakan oleh koperasi syariah secara umum
dapat menggunakan payung hukum koperasi konvensional Undang-undang No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian. Namun saat ini masalah koperasi syariah diatur khusus melalui Perundang-undangan tersendiri.
BMT yang berbadan hukum koperasi menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia Nomor: 35.2/PER/M.KUKM/X/2007 tentang Pedoman Standar Operasional
Manajemen Koperasi Jasa Keuangan Syariah dan Unit Jasa Keuangan Syariah.

Permodalan Koperasi Syariah


Pada dasarnya, permodalan koperasi syariah tidak jauh berbeda dengan koperasi konvensional. Perbedaan
hanya terdapat dalam salah satu jenis koperasi, yakni koperasi simpan pinjam di mana sistem keuangannya tidak
memakai riba. Modal dalam koperasi syariah berasal dari: modal sendiri atau pnjaman yang dibenarkan syara`,
simpanan pokok, simpanan wajib, dana cadangan dan hibah. modal awalnya bisa bersumber dari dan diusahakan
oleh koperasi syariah, misalkan dari modal sendiri, modal penyertaan dan dana amanah.

Prinsip dan Produk Koperasi Syariah


Pada prinsipnya koperasi syariah menganut prinsip ekonomi islam pada umunya:
1. Kekayaan adalah amanah Allah
2. Manusia diberi kebebasan bermuamalah
3. Menjunjung tinggi keadilan.

Selain itu koperasi syariah perlu memperhatikan beberapa hal seperti: semua kegiatan usaha yang halal,
baik dan bermanfaat (thayyib), Dalam menjalankannya harus dalam sertifikais usaha koperasi, usha-usahanya
sesuai dengan ketentuan dewan syariah nasional MUI dan tidak bertentangan dengan UU yang berlaku.

Dengan demikian, dalam kegiatan usahanya peroduk koperasi syaria berupa: Investasi/ kerjasama, jual
beli, sewa menyewa, jasa hiwalah/ anjak piutang, jasa gadai dan jasa wadiah(titipan).

Perkembangan Koperasi Syariah di Indonesia


Pengembangan bisnis koperasi berbasis non bunga, diyakini, akan menjadi tren pada tahun mendatang.
Oleh karena pada lima tahunterakhit perkembangannya cukup signifikan. Akan tetap banyak pihak yang
mengatakan bahwa pemerintah masih kurang memberikan perhatian terhadap koperasi syariah, dengan indikasi
tidak tersedianya perangkat hukum yang mendukung. Memang sudah adah Permen hanya saja peratuaran tersebut
hanya menjadi eraturan sementara berbeda dengan UU.Oleh karanya, koperasi syariah direncanakan masuk
dalamamandemen RUU Koperasi.
Perkembangan koperasi syariah baru dilakukan di 20 propinsi, di mana dari total 3 ribu koperasi syariah,
80 persennya masih berada di pulau Jawa dan Sumatera.Koperasi syariah memang mempunyai peluang masa
depan yang cerah seandainya dapat diusahakan bentuk dan strategi tindakan yang betul.

Dalam penegmbangan koperasi syariah dalam kritikan jauh dari idel. Kritikan tajam antara lain
menyangkut praktek koperasi syariah yang masih belum bebas sepenuhnya dari praktek ribawi. Menurut pengamat
ekonomi islam Abdul Qoyyum Muhammad, dia menggagaskan rekonstruksi Koperasi Syariah dengan:
· Merubah paradigma koperasi syariah untu mendpatkan keuntungan sebanyak-banyaknya.
· Meningkatan peran ulama sebagai independent control
· Regulasi pemerintah (penerapan prinsip syariah)
· Goverment insurance terhadap pembiayaan koperasi syariah kepada kaum miskin

Koperasi Syariah secara teknis bisa dibilang sebagai koperasi yang prinsip kegiatan, tujuan dan kegiatan
usahanya berdasarkan pada syariah Islam yaitu Al-quran dan Assunnah. Pengertian umum dari Koperasi syariah
adalah Koperasi syariah adalah badan usaha koperasi yang menjalankan usahanya dengan prinsip-prinsip syariah.
Apabila koperasi memiliki unit usaha produktif simpan pinjam, maka seluruh produk dan operasionalnya harus
dilaksanakan dengan mengacu kepada fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) Majelis Ulama Indonesia.
Berdasarkan hal tersebut, maka koperasi syariah tidak diperkenankan berusaha dalam bidang-bidang yang
didalamnya terdapat unsur-unsur riba, maysir dan gharar. Disamping itu, koperasi syariah juga tidak
diperkenankan melakukan transaksi-transaksi derivatif sebagaimana lembaga keuangan syariah lainnya juga.

Tujuan Koperasi Syariah, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan kesejahteraan masyarakat
dan ikut serta dalam membangun perekonomian Indonesia berdasarkan prinsip-prinsip islam.

Landasan koperasi syariah:


· Koperasi syariah berlandaskan syariah islam yaitu al-quran dan assunnah dengan saling tolong
menolong (ta’awun) dan saling menguatkan (takaful)
· Koperasi syariah berlandaskan pancasila dan undang-undang dasar 1945
· Koperasi syariah berazaskan kekeluargaan
Prinsip Koperasi syariah:
· Kekayaan adalah amanah Allah swt yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun secara mutlak.
· Manusia diberi kebebasan bermu’amalah selama bersama dengan ketentuan syariah.
· Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi.
· Menjunjung tinggi keadian serta menolak setiap bentuk ribawi dan pemusatan sumber dana
ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok orang saja.
Usaha-usaha Koperasi Syariah
· Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan bermanfaat (thayyib)
serta menguntungkan dengan sistem bagi hasil dan tanpa riba, judi atau pun ketidakjelasan (ghoro).
· Untuk menjalankan fungsi perannya, koperasi syariah menjalankan usaha sebagaimana tersebut
dalam sertifikasi usaha koperasi.
· Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus sesuai dengan fatwa dan ketentuan
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
· Usaha-usaha yang diselenggarakan koperasi syariah harus tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

PERBANDINGAN KOPERASI KONVENSIONAL DAN KOPERASI SYARIAH

Koperasi syariah merupakan koperasi yang berdasarkan pada prinsip syariah atau prinsip agama islam.
Pada prinsip ini melarang adanya system bunga ( riba ) yang memberatkan nasabah, maka koperasi syariah berdiri
berdasarkan kemitraan pada semua aktivitas atas dasar kesetaraan dan keadilan.
Perbedaan-perbedaan dapat terlihat pada aspek, diantaranya sebagai berikut :

A. Pembiayaan
Koperasi konvensional memberikan bunga pada setiap naabah sebagai keuntungan koperasi. Sedangkan
pada koperasi syariah, bagi hasil adalah cara yang diambil untuk melayani para nasabahnya.

B. Aspek Pengawasan
Aspek pengawasan yang diterapkan pada koperasi konvensional adalah pengawasan kinerja, ini berarti
koperasi hanya diawasi kinerja para pengurus dalam mengelola koperasi. Berbeda dengan koperasi syariah, selain
diawasi pada pengawasan kinerjanya, tetapi juga pengawasan syariah. Prinsip-prinsip syariah sangat dijunjung
tinggi, maka dari itu kejujuran para intern koperasi sangat diperhatikan pada pengawasan ini, bukan hanya
pengurus, tetapi aliran dana serta pembagian hasil tidak luput dari pengawasan.
C. Penyaluran Produk
Koperasi konvensional memberlakukan system kredit barang atau uang pada penyaluran produknya,
maksudnya adalah koperasi konvensional tidak tahu menahu apakah uang ( barang ) yang digunakan para nasabah
untuk melakukan usaha mengalami rugi atau tida ?, nasabah harus tetap mengembalikan uang sebesar yang
dipinjam ditambah bunga yang telah ditetapkan pada RAT. Aktivitas ini berbeda di koperasi syariah, koperasi ini
tidak mengkreditkan barang-barangnya, melainkan menjualn secara tunai maka transaksi jual beli atau yang
dikenal dengan murabahah terjadi pada koperasi syariah, uang / baramg yang dipinjamkan kepada para
nasabahpun tidak dikenakan bunga, melainkan bagi hasil, artinya jika nasabah mengalami kerugian, koperasipun
mendapatkan pengurangan pengembalian uang, dan sebaliknya. Ini merupakan salah satu bagi hasil yang
diterapkan pada koperasi syariah.

D. Fungsi Sebagai Lembaga Zakat


Koperasi konvesional tidak menjadikan usahanya sebagai penerima dan penyalur zakat, sedangkan
koperasi syariah, zakat dianjurkan bagi para nasabahnya, karena kopersai ini juga berfungsi sebagai institusi
Ziswaf .

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Penjelasan UUD 1945 menyatakan bahwa bangunan usaha yang sesuai dengan kepribadian bangsa indonesia
adalah koperasi. Koperasi merupakan gerakan ekonomi rakyat yang dijalankan berdasarkan asas kekeluargaan. inti
dari koperasi adalah kerja sama, yaitu kerja sama diantara anggota dan para pengurus dalam rangka mewujudkan
kesejahteraan anggota dan masyarakat serta membangun tatanan perekonomian nasional. Sebagai gerakan
ekonomi rakyat, koperasi bukan hanya milik orang kaya melainkan juga milik oleh seluruh rakyat Indonesia tanpa
terkecuali.

Koperasi syariah koperasi yang berdasarkan melalui landasan-landasan pada prinsip syariah atau prinsip
agama islam, yang membawa visi dan misi yang ditentukan oleh dasar-dasar agama, dengan kesetaraan voice dan
keadilan dalam menentukan bagi hasil. Dalam hal ini tidak terfokus pada jumlah pembiayaan atau modal yang
dikeluarkan, namun disini akan berpacu dari hasil yang didapat dari modal tersebut, hingga disinilah koprasi
syariah menyebutkan bagi hasil (membagi penghasilan). Pada prinsip ini melarang adanya system bunga ( riba )
yang memberatkan nasabah. Yang mana bunga tersebut diakumulasikan dari persentase modal/pembiyaan yang
dikeluarkan dari koprasi konvensional. Maka, koperasi syariah berdiri berdasarkan kemitraan pada semua aktivitas
atas dasar kesetaraan dan keadilan yang telah ditentukan oleh dasar agama Islam.

Koperasi konvensional memberikan bunga pada setiap nasabah sebagai keuntungan koperasi. Sedangkan
pada koperasi syariah, bagi hasil adalah cara yang diambil untuk melayani para nasabahnya .

Pengawasan yang diterapkan dalam sebuah koperasi konvensional adalah pengawasan kinerja, ini berarti
koperasi hanya diawasi kinerja para pengurus dalam mengelola koperasi. Berbeda dengan koperasi syariah, selain
diawasi pada pengawasan kinerjanya, tetapi juga pengawasan syariah. Prinsip-prinsip syariah sangat dijunjung
tinggi, maka dari itu kejujuran para intern koperasi sangat diperhatikan pada pengawasan ini, bukan hanya
pengurus, tetapi aliran dana serta pembagian hasil tidak luput dari pengawasan.

Koperasi konvensinal memberlakukan system kredit barang atau uang pada penyaluran produknya,
maksudnya adalah koperasi konvensional tidak tahu menahu apakah uang ( barang ) yang digunakan para nasabah
untuk melakukan usaha mengalami rugi atau tida ?, nasabah harus tetap mengembalikan uang sebesar yang
dipinjam ditambah bunga yang telah ditetapkan pada RAT. Aktivitas ini berbeda di koperasi syariah, koperasi ini
tidak mengkreditkan barang-barangnya, melainkan menjualn secara tunai maka transaksi jual beli atau yang
dikenal dengan murabahah terjadi pada koperasi syariah, uang / baramg yang dipinjamkan kepada para
nasabahpun tidak dikenakan bunga, melainkan bagi hasil, artinya jika nasabah mengalami kerugian, koperasipun
mendapatkan pengurangan pengembalian uang, dan sebaliknya. Ini merupakan salah satu bagi hasil yang
diterapkan pada koperasi syariah.

DAFTAR PUSTAKA
Ø Burhanuddin, 2011, Hukum Bisnis Syariah, Yogyakarta, UII Press
Ø http://arievaldo.wordpress.com/2011/10/03/pengertian-tujuan-dan-prinsip-prinsip-
koperasi/
Ø http://echadarmaputri.wordpress.com/2010/12/20/bentuk-organisasi-menurut-
hanel-ropke-dan-di-indonesia/
Ø http://lhantank.blogspot.com/2010/11/pola-manajemen-koperasi.html
Ø Kian, Kwik, 2005. Hukum Bisnis untuk Perusahaan, Jakarta, PRENADA MEDIA GROUP
Ø Suhendi, Hendi. 1997. Fiqh Muamalah, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada.

[1]Burhanuddin, 2011, Hukum Bisnis Syariah, Yogyakarta, UII Press, Halaman 52


[2] Burhanuddin, 2011, Hukum Bisnis Syariah, Yogyakarta, UII Press, Halaman 53
[3] Hudiyanto, Sistem Koperasi: Ideologi an Pengelolaan, cet ke-1, (yogyakarta:UII Press, 2002), halaman. 81
[4] Burhanuddin, 2011, Hukum Bisnis Syariah, Yogyakarta, UII Press, Halaman 60
[5] Burhanuddin, 2011, Hukum Bisnis Syariah, Yogyakarta, UII Press, Halaman 66
Diposkan 4th June 2014 oleh Muhammad Fitra Kurniawan

You might also like