You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Zimmerer (1996) kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas


dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki
kehidupan/usaha. Sedangkan Schumpeter (1934) menyatakan kewirausahaan adalah usaha
menciptakan nilai tambah dengan mengombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru
dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Sehingga dapat disimpulkan kewirausahaan
adalah suatu hal yang berkaitan dengan nilai-nilai dan perilaku yang memotivasi seseorang
untuk melakukan usaha memperbaiki taraf hidup secara kreatif dan inovatif dalam
menemukan sesuatu yang baru. Satu bangsa akan memiliki perkembangan lebih cepat apabila
bangsa tersebut memperbesar kelompok wirausaha, memperluas lingkup kemerdekaan
ekonomi yang menumbuhkan perilaku wirausahawan, dan berhasil menciptakan suatu
lingkungan sosio-ekonomi.

Koperasi dalam proses perkembangannya sangat dipengaruhi oleh konsep-konsep


kewirausahaan. Suatu koperasi akan mampu berkembang dengan pesat apabila memiliki
wirausaha-wirausaha koperasi (wirakop) yang mempunyai kebebasan dan motif-motif yang
mendorongnya untuk mengambil keputusan-keputusan yang bersifat kewirausahaan, seperti
agresif mencari peluang-peluang bisnis, berani mengambil risiko yang terukur, dan
menciptakan inovasi. Untuk dapat menciptakan koperasi yang unggul maka diperlukan
bantuan dari pemerintah guna merangsang terciptanya wirakop-wirakop baru, seperti
pemberian hak usaha dalam bidang tertentu oleh koperasi tertentu, kemudahan dalam
memperoleh bantuan modal, dan penciptaan iklim usaha yang lebih menggairahkan.

Dalam beberapa kebijakan pembangunan selama PJPT 1 telah ditetapkan beberapa


kebijakan yang dapat memberikan tantangan bagi wirakop-wirakop dalam mengembangkan
potensinya sehingga cita-cita koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dapat
segera terealisasi. Namun pembangunan koperasi dalam PJPT 1 tidak memberikan hasil yang
cukup mengembirakan karena dari data statistik sumbangan koperasi terhadap GDP hanya
sekitar 5 persen (Thoby Mutis, 1992), bahkan Menurut Ropke (1992) bahwa sumbangan
koperasi untuk GDP hanya sekitar 1 sampai 3 persen, sedangkan sisanya disumbangkan oleh

1
sektor swasta dan BUMN. Ketidakberhasilan pembangunan koperasi selama PJPT 1
disebabkan karena kurangnya perhatian yang serius terhadap pengembangan wirakop.

Tujuan utama kegiatan koperasi adalah meningkatkan kesejahteraan anggota pada


khususnya dan masyarakat pada umumnya, karena koperasi dipandang sebagai soko guru
ekonomi Indonesia yang berkembang dari bawah berubah menjadi badan usaha lainnya,
seperti Koperasi Unit Desa (KUD), koperasi KP-RI (KKP-RI), Koperasi Simpan Pinjam
(KSP), dan lain-lain. Untuk mencapai tujuan tersebut koperasi menyelenggarakan berbagai
usaha yang bermanfaat bagi anggotanya baik sebagai produsen maupun konsumen.

Dewasa ini banyak bermunculan koperasi-koperasi baru, baik yang sudah mandiri
maupun yang belum mandiri, sehingga mengakibatkan persaingan dalam rangka
mengembangkan usahanya. Untuk mengantisipasi persaingan antar koperasi maupun badan
usaha lainnya, diperlukan suatu sistem pengolahan dan manajemen koperasi yang baik. Oleh
karena itu, maka diperlukan efisiensi koperasi sehingga koperasi dapat bersaing dengan
badan atau unit usaha yang lain. Salah satu caranya adalah dengan terus mengkaji dan
menerapkan sika kewirakoperasian.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana Pengertian dan Fungsi Kewirakoperasian?
2. Apa saja Tipe-Tipe Kewirakoperasian ?
3. Bagaimana Tugas-Tugas Kewirakoperasian?
4. Apa saja Prasyarat Keberhasilan Kewirakoperasian?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan memahami Pengertian dan Fungsi Kewirakoperasian.
2. Untuk mengetahui dan memahamiTipe-Tipe Kewirakoperasian.
3. Untuk mengetahui dan memahamiTugas-Tugas Kewirakoperasian.
4. Untuk mengetahui dan memahamiPrasyarat Keberhasilan Kewirakoperasian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Fungsi Kewirakoperasian


2.1.1 Pengertian Kewirakoperasian

Pada Seminar Nasional tentang Kurikulum Kewirausahaan Koperasi tanggal 5,6,7


Oktober 1993 di Kampus IKOPIN Jatinagor secara mendalam telah didiskusikan 3 istilah
yang muncul selama seminar, yaitu cooperative entrepreneur, kewirausahaan koperasi dan
kewirakoperasian. Mengingat bahwa entrepreneurship dalam koperasi tidak hanya
menyangkut usaha koperasi tetapi meliputi member entrepreneurship, manajer
entrepreneurship, bureaucratic entrepreneurship, dan catalytic entrepreneurship, maka pada
akhirnya disepakati istilah KEWIRAKOPERASIAN sebagai istilah baku kewirakoperasian.

Diskusi tersebut akhirnya merumuskan definisi yang mencakup aspek-aspek intrinsic


dan manajerial dari entrepreneurship dan mendudukkannya dalam hakikat koperasi yang
memiliki prinsi-prinsip identitas dan dasar etika yang terkait dengan prinsip-prinsip itu.
”Kewriausahaan Koperasi adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha secara koperatif,
dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberanian mengambil risiko dan berpegang teguh
pada prinsip identitas koperasi, dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata serta
peningkatan kesejahteraan bersama”.

Dari definisi tersebut, terkandung beberapa unsure yang patut diperhatikan :

a. Kewirausahaan koperasi merupakan sikap mental positif dalam berusaha secara


koperatif. Ini berarti wirakop(orang yang melaksanakan kewirakoperasian ) harus
mempunyai keinginan untuk memajukan organisasi koperasi, baik itu usaha
koperasi maupun usaha anggotanya. Usaha itu harus dilakukan secara koperatif
dalam arti setiap kegiatan usaha koperasi harus mementingkan kebutuhan
anggotanya.
b. Tugas utama wirakop adalah mengambil prakarsa inovatif, artinya berusaha
mencari, menemukan, dan memanfaatkan peluang yang ada demi kepentingan
bersama (Drucker,1988,h.30). Bertindak inovatif tidak hanya dilakukan pada saat
memulai usaha tetapi juga pada saat usaha itu berjalan, bahkan pada saat usaha
koperasi berada dalam kemunduran. Pada saat memulai usaha agar koperasi dapat

3
tumbuh dengan cepat dan menghasilkan. Kemudian, pada saat usaha koperasi itu
berjalan, agar koperasi paling tidak dapat mempertahankan eksistensi usaha
koperasi yang sudah berjalan dengan lancar. Perihal yang lebih penting adalah
tindakan inovatif pada saat usaha koperasi berada pada kemunduran (stagnasi).
Pada saat itu wirakop diperlukan agar koperasi pada siklus hidup yang baru.
c. Wirakop harus mempunyai keberanian mengambil risiko. Karena dunia penuh
dengan ketidakpastian, sehingga hal-hal yang diharapkan kadang-kadnag tidak
sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan. Oleh karena itu dlaam
menghadapi situasi semacam itu diperlukan seorang wirausaha yang mempunyai
kemampuan mengambbil risiko. Tentu saja pengambilan risiko ini dilakukan
dengan perhitungan-perhitungan yang cermat. Pada koperasi risiko-risiko yang
ditimbulkan oleh ketidakpastian sedikit terkurangi oleh orientasi usahanya yang
lebih banyak di pasar internal. Pasar internal memungkinkan setiap usaha menjadi
beban koperasi dan anggotanya karena koperasi adalah milik anggota. Oleh
karena itu secara nalar tidak mungkin anggota merugikan koperasinya. Kalaupun
terjadi kerugian dalam kegiatan operasional, maka risiki tersebut akan ditanggung
bersama-sama, Sehingga risiko per anggota menjadi relatif kecil. Tetapi bial
orientasi usaha koperasi lebih banyak ke pasar eksternal seperti KUD, maka risiko
yang ditimbulkan oleh ketidakpastian akan mempunyai bobot yang sama dengan
risiko yang dihadapi oleh pesaingnya. Dalam kondisi ini tugas wirakp lebih berat
disbanding dengan wirakop yang lebih abnyak berorientasi di pasar internal.
d. Kegiatan wirakop harus berpegang teguh pada prinsip identitas koperasi,yaitu
anggota sebagai pemilik dan sekaligus sebagai pelanggan. Kepentingan anggota
harus diutamakan agar anggota mau berpartisipasi aktif terhadap koperasi. Karena
itu wirakop bertugas menignkatka pelayanan dengan jalan menyediakan berbagai
kebutuhan anggotanya.
e. Tujuan utama wirakop adalah memenuhi kebutuhan nyata anggota koperasi dan
meningkatkan kesejahteraan bersama. Tugas wirakop sebenarnya cukup berat
karena banyak pihak yang berkepentingan di lingkungan koperasi seperti anggota,
perusahaan koperasi, karyawan, masayarakat sekitarnya dan lain-lain. Seorang
wirakop terkadang dihadapkan pada masalah konflik kepentingan di antara
masing-masing pihak. Bila ia lebih mementingkan usaha koperasi, otomatis ia
harus berorientasi di pasar eksternal dan hal ini berarti mengurangi nilai
pelayanan terhadap anggota. Sebaliknya, bila orietasinya di pasar internal dengan

4
mengutamakan kepentingan anggota, maka yang menjadi korban adalah
pertumbuhan koperasi.
f. Kewirausahaan dalam koperasi dapat dilakukan oleh anggota, manajer, birokrat
yang berperan dalam pembangunan koperasi dan katalis, yaitu orang yang peduli
terhadap pengembangan koperasi. Keempat jenis wirakop ini tentunya
mempunyai kebiasaan bertindak dan insetif yang berbeda –beda yang selanjutnya
menenntukan tingkat efektivitas yang berbeda-beda pula.

2.1.2 Fungsi Kewirakoperasian


Dipandang dari fungsi atau kegiatan seorang wirakop, jenis kewirakoperasian
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu kewirakoperasian rutin, kewirakoperasian arbitrase, dan
kewirakoperasian inovatif (Ropke, 1992).
a. Kewirakoperasian Rutin
Kewirakoperasian rutin diarahkan pada kegiatan rutin organisasi usaha
(koperasi), seperti produksi, pemasaran, personalia, keuangan, administrasi,
dan lain-lain. Progam-program telah disusun dan dilaksanakan. Tugas wirakop
hanyalah meluruskan/mengendalikan sesuatu agar berjalan sesuai dengan
program yang telah ditetapkan. Dalam pengertian lain, tugas wirakop yang
bersifat rutin berhubungan erat dengan alokasi faktor produksi. Dalam alokasi
sumber daya kadang-kadang terjadi penyimpangan dari hal yang direncanakan
semula, dan penyimpangan ini perlu diluruskan. Jadi pada dasarnya kegiatan
wirakop dalam hal ini hanyalah menyelesaikan permasalahan yang terjadi
dalam aktivitas rutin sehari-hari.
Kewirakoperasian rutin mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Kegiatan kewirakoperasian berhubungan dengan evaluasi dan koreksi bila
terjadi misalokasi sumber daya. Tindakan ini disebut pemecahan masalah.
2) Manajer (wirakop) mempunyai informasi yang banyak tentang sumber
daya, tujuan, dan resiko yang dihadapi. Wirausaha dapat bertindak
berdasarkan informasi yang akurat mengenai sumber-sumber dan hasil
akhir (tujuan), serta setiap keputusan telah mempertimbangkan resiko.
3) Rendahnya tingkat ketidakpastian memungkinkan wirausaha (wirakop)
mampu memaksimumkan tujuan (misalnya memaksimumkan profit atau
pengembangan usaha para anggota koperasi).

5
b. Kewirakoperasian Arbitrase
Arbitrase di sini dimaksudkan sebagai keputusan yang diambil dari dua
kondisi yang berbeda dan keputusan itu memberikan peluang yang
menguntungkan. Tugas utama dari wirakop dalam hal ini mencari peluang
yang menguntungkan dari dua kondisi yang berbeda. Misalnya
ketidaksesuaian permintaan dan penawaran suatu pasar akan menciptakan
peluang bagi seseorang (wirausaha) untuk membeli dengan murah dan
menjual dengan mahal. Oleh karena itu, guna memperoleh keberhasilan dalam
kondisi ini, wirakop harus mempunyai informasi yang banyak tentang
lingkungan dan pasar yang hendak dituju dan memanfaatkan informasi ini
untuk kemajuan koperasi.
Kewirakoperasian arbitrase mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1) Wirakop mempunyai informasi yang banyak tentang perbedaan harga
barang-barang tertentu bila ia beli saat ini dan dijual pada waktu yang akan
datang.
2) Inti kewirakoperasian terdiri dari penemuan dan pelaksanaan peluang yang
menguntungkan yang sampai saat ini belum dikenali dan direalisasikan.
Peluang tersebut merupakan hasil ketidakseimbangan yang disebabkan
perbedaan permintaan dan penawaran.

c. Kewirakoperasian Inovatif
Inovatif berarti mencari, memanfaatkan dan menemukan sesuatu yang baru.
Wirakop yang inovatif berarti wirakop yang selalu tidak puas dengan kondisi
yang ada. Ia selalu berusaha mencari, menemukan dan memanfaatkan peluang
yang diperoleh. Ia sangat diperlukan terutama pada kondisi di mana
perusahaan (termasuk koperasi) mengalami stagnasi. Ia juga diperlukan oleh
perusahaan atau koperasi yang menghadapi masalah ketidakpastian yang
serius dalam lingkungan yang dinamis. Kewirakoperasian inovatif biasanya
tidak menimbulkan masalah, artinya meskipun keuntungan yang diperoleh
oleh inovator akan dikikis oleh para peniru, namun pengurangan keuntungan
ini akan menyebabkan inovator memperkenalkan inovasi versi terbaru atau
peluang baru, jadi kegiatan inovatif akan menghasilkan dorongan tertentu bagi
kegiatan inovatif baru.

6
2.2 Tipe-Tipe Kewirakoperasian
Kewirakoperasian dibagi menjadi empat tipe yaitu: kewirakoperasian anggota,
kewirakoperasian manajer, kewirakoperasian birokrat, dan kewirakoperasian katalis.
a. Kewirakoperasian Anggota
Kewirakoperasian anggota adalah suatu nilai, kemampuan, dan proses penerapan
kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki usaha koperasi yang dilakukan oleh anggota koperasi. Anggota
sebagai pemilik koperasi dapat menjadi wirakop bila ia mampu menemukan dan
memanfaatkan peluang yang ada untuk pertumbuhan koperasi. Tetapi kemungkinan
ini sangat lemah mengingat kebanyakan kemampuan anggota dalam berinovasi masih
sangat rendah dan keterbatasan hak bertindak karena setiap tindakan harus
memperhatikan anggota lainnya. Di samping itu, kendatipun anggota mempunyai
kemampuan yang tinggi tetapi motivasi untuk berprestasi di bidang koperasi akan
menjadi sangat rendah sebab manfaat dari hasil inovasi anggota yang dinikmati hanya
sebagian kecil oleh anggota yang bersangkutan dan sebagian besar dinikmati oleh
anggota lainnya, anggota potensial atau bahkan para persaing koperasi. Dalam kondisi
seperti ini, anggota yang rasional akan memanfaatkan peluang tersebut untuk
kepentingan diri sendiri dengan jalan bekerja di luar koperasi.

b. Kewirakoperasian Manajer
Kewirakoperasian manajer adalah suatu nilai, kemampuan, dan proses penerapan
kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki usaha koperasi yang dilakukan oleh manajer (pengelola) koperasi.
Pada koperasi yang mengangkat manajer sebagai pelaksana dan penanggungjawab
kegiatan operasional, koperasi tentu sangat mengharapkan perubahan yang
memberikan keuntungan. Tetapi kendala yang dihadapi oleh manajer adalah
keterbatasan-keterbatasan untuk bertindak. Keterbatasan ini karena manajer
disamping dibebani peningkatan pertumbuhan usaha koperasi tetapi juga dibebani
peningkatan pelayanan terhadap anggotanya. Bila manajer manginginkan
meningkatan pertumbuhan koperasi, maka ia harus berorientasi ke pasar ekternal dan
ini berarti mengurangi nilai pelayanan terhadap anggotanya. Sebaliknya bila manajer
menginginkan peningkatan pelayanan terhadap anggota, maka ia tidak akan dapat
meningkatkan pertumbuhan koperasi. Dalam kondisi seperti ini kendatipun manajer

7
mempunyai kemampuan dan motivasi yang tinggi untuk mengembangkan organisasi
koperasi, tetap saja ia menghadapi hambatan yang besar yang harus dilewatinya.

c. Kewirakoperasian Birokrat
Kewirakoperasian birokrat adalah suatu nilai, kemampuan, dan proses penerapan
kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
memperbaiki usaha koperasi yang dilakukan oleh para birokrat. Birokrat adalah orang
atau lembaga yang diberi wewenang oleh pemerintah dalam mengembangkan gerakan
koperasi (dalam hal ini Departemen Koperasi beserta jajarannya). Pemerintah dengan
konsep top-down menjadi pionir pendiri koperasi-koperasi di pedesaan yang diberi
nama Koperasi Unit Desa (KUD). KUD tersebut didirikan, dibantu pendanaanya,
diawasi, dikendalikan, serta dibuatkan sistem kelembagaannya oleh pemerintah.
Tetapi dalam pelaksanaannya, aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh birokrat
tersebut dalam organisasi koperasi belum tentu sesuai dengan keinginan anggota
koperasi. Dengan demikian, kendatipun mempunyai kemampuan dan kemauan yang
tinggi dalam mengembangan koperasi, tetap saja kewirakoperasiaannya terbatas.

d. Kewirakoperasiaan Katalis
Kewirakoperasian katalis adalah suatu nilai, kemampuan, dan proses penerapan
kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki usaha koperasi yang dilakukan oleh para katalis. Katalis berarti
pihak yang berkompeten terhadap pengembangan koperasi kendatipun ia tidak
mempunyai hubungan langsung dengan organisasi koperasi. Wirausaha katalis
merupakan para ahli lokal yang memprakarsai, mengembangkan, dan membantu
organisasi koperasi (Ropke, 1992). Para katalis ini mempunyai kemampuan dan
motivasi yang tinggi. Di samping itu ia juga mempunyai kebebasan bertindak karena
ia berada di luar organisasi koperasi dan tidak terikat oleh aturan-aturan organsasi
koperasi tersebut. Seorang katalis biasanya adalah seorang altruis, yaitu orang yang
mementingkan kebutuhan orang lain.

8
2.3 Tugas-Tugas Kewirakoperasian
Tugas wirausaha koperasi adalah menciptakan keunggulan bersaing koperasi di
banding dengan organisasi usaha pesaingnya. Keunggulan tersebut dapatd iperolehmelalui:
a. Mendudukan Koperasi Sebagai Penguasa yang Kuat di Pasar
Bila para petani bersatu membentuk koperasi maka koperasi tersebut mempunyai
kedudukan yang kuat di pasar. Bila masing-masing koperasi primer yang anggotanya
para petani tersebut membentuk koperasi di tingkat atasnya (koperasi sekunder) maka
koperasi yang terbentuk akan mempunyai posisi yang kuat di pasar yang lebih luas,
demikian seterusnya. Dengan kata lain kekuatan dalam penawaran di pasar dapat
diperoleh melalui integrasi vertikal ke hulu atau ke hilir. Integrasi vertikal ini sangat
dimungkinkan bagi koperasi karena para petani anggota koperasi menguasai
input/bahan baku untuk keperluan produksi di tingkat atasnya.

b. Kemampuan Dalam Mereduksi Biaya Transaksi


Tugas wirakop yang kedua ini adalaah menekan biaya transaksi. Biaya transaksi
adalah biaya di luar biaya produksi yang timbul karena adanya transaksi-transaksi,
seperti biaya pencarian informasi, biaya kontrak, biaya monitoring kontrak, biaya
legal jika kontrak dilanggar, dan biaya risiko yang mungkin timbul sebagai akibat
terjadinya transaksi. Kemungkinan menekan biaya transaksi pada koperasi dapat
dilakukan karena:

1) Informasi yang berguna untuk pengembangan koperasi banyak tersebar luas di


antara para anggota.
1) Kontrak antara anggota dengan koperasinya tidak perlu dilakukan karena anggota
adalah pemilik koperasi.
2) Terdapatnya kontrol sosial dalam koperasi tidak perlu manajemen mengeluarkan
biaya monitoring dalam jumlah yang besar.
3) Risiko ketidakpastian dapat mudah direduksi karena ada pasar internal koperasi.

c. Pemanfaatan Interlinkage Market


Interlinkage market adalah hubungan antarpelaku ekonomi di pasar. Seorang
produsen membutuhkan input dari penghasil input (rumah tangga konsumen) dan
membutuhkan modal dari pemberi kredit. Bila produsen menghasilkan pendapatan itu
akan digunakan untuk membeli input, membayar utang, dan ditabung. Bila penghasil

9
input membentuk koperasi, misalnya koperasi penjualan, para produsen membentuk
koperasi produsen dan para pemberi kredit mendirikan koperasi simpan pinjam, maka
transaksi antara koperasi penjualan dengan koperasi produsen, koperasi penjualan
dengan koperasi simpan pinjam dan koperasi produsen dengan koperasi simpan
pinjam akan dapat mengurangi biaya transaksi karena koperasi akan terhindar sistem
ijon dan rentenir.

d. Pemanfaatan Trust Capital


Trust capital (pengumpulan modal) dimungkinkan terjadi pada koperasi karena usaha
yang tadinya dilakukan sendiri-sendiri oleh para anggotanya sekarang dikelola secara
bersama-sama dengan anggota lainnya. Semakin banyak anggota semakin besar
modal yang dapat dikumpulkan dan semakin kuat kedudukan modal usaha koperasi
sehingga kemampuan koperasi dalam bersaing dengan pesaingnya semakin kuat.

e. Pengendalian Ketidakpastian
Upaya pengendalian ketidakpastian sangat dimungkinkan mengingat adanya pasar
internal pada koperasi. Kalaupun ada kerugian karena muncul risiko dalam kegiatan
operasionalnya, maka risiko ini akan ditanggung bersama-sama, sehingga biaya risiko
per anggota menjadi rendah. Koperasi adalah milik anggota dan anggota
memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh koperasinya. Oleh karena koperasi milik
anggota, maka secara rasional tidak mungkin para anggota akan merugikan
koperasinya sendiri dalam melaksanakan transaksinya.

f. Penciptaan Inovasi
Inovasi pada koperasi sangat dimungkinkan mengingat banyak pihak yang
berkompeten terhadap pertumbuhan koperasi, seperti anggota, manajer, birokrat, dan
para katalis. Tugas wirakoperasi dalam hal ini menciptakan inovasi-inovasi yang
menguntungkan bagi perusahaan koperasi dan anggotanya dengan laju yang lebih
cepat dibanding laju inovasi para pesaing koperasi. Inovasi-inovasi yang berasal dari
anggota atau manajer sangat diperlukan oleh koperasi terutama pada saat koperasi
mengalami stagnasi atau pada saat produk-produk koperasi berada pada tahap
kemunduran. Untuk membangkitkan kembali koperasi dari kelesuan diperlukan
wirakoperasi-wirakoperasi yang altruistis dan handal.

10
g. Pengembangan Manfaat Partisipasi
Salah satu kunci sukses koperasi adalah partisipasi aktif anggotanya. Keunggulan
koperasi dapat diperoleh melalui partisipasi, baik partisipasi kontributif dalam
penyerahan keuangan dan pengambilan keputusan, maupun partisipasi intensif dalam
hal pemanfaatan pelayanan koperasi. Bila partisipasi intensif mengalami peningkatan,
maka partisipasi kontributif dalam hal penyerahan keuangan juga akan meningkat.

h. Menciptakan Economies of Scale


Economies of scale adalah penghematan pada koperasi yang ditimbulkan oleh
penambahan kapasitas produksi. Penghematan tersebut sangat dimungkinkan karena
penambahan anggota berarti bertambahnya kapasitas produksi di koperasi, kebutuhan
bahan baku bertambah, dan koperasi dapat membeli bahan dalam jumlah besar.
Pembelian dalam jumlah yang besar akan menurunkan harga beli per unit bahan,
sehingga biaya per unit output pada akhirnya dapat ditekan. Tugas wirakoperasi
adalah menciptakan economies of scale dan mengendalikan produksi pada tingkat
produksi yang optimal.

2.4 Persyaratan Keberhasilan Kewirakoperasian


Koperasi sebagai unit usaha yang bergerak di bidang ekonomi dan sosial pada
dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu membantu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, yang merupakan sasaran utama pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi itu
sendiri diarahkan pada peningkatan produktivitas dan pendapatan masyarakat. Perubahan
yang meningkatkan produktivitas hanya dapat dilakukan melalui dua jalan, yaitu:

a. Melalui kegiatan inovatif (penciptaan pengetahuan baru dan penerapannya), dan


b. Melalui kegiatan peningkatan kegiatan kerja (berprestasi lebih banyak dalam satuan
waktu kerja tetap dan atau waktu kerja yang diperpanjang).

Hakikat dari fungsi wirausaha (termasuk wirakop) adalah melihat dan menerapkan
kemungkinan-kemungkinan baru di bidang ekonomi. Fungsi ini disebut fungsi inovatif.
Secara substansi dan organisatoris, fungsi inovatif dapat dijabarkan dalam berbagai bidang
kegiatan, seperti:

a. Mengenal keuntungan atau manfaat (benefit) dari kombinasi-kombinasi baru,


b. Evaluasi keuntungan (benefit) yang terkandung dalam kombinasi baru,

11
c. Pembiyaan,
d. Teknologi, perencanaan, dan pembangunan tempat-tempat produksi,
e. Pengadaan, pendidikan, dan memimpin tenaga kerja,
f. Negosiasi dengan pemerintah/badan resmi yang berwenang, dan
g. Negosiasi dengan pemasok dan pelanggan.

Dari ketujuh fungsi tersebut tidak mungkin seorang wirausaha koperasi mampu
melaksanakan semuanya secara efektif. Seorang wirausaha koperasi dapat
mengombinasikannya dengan berbagai kemungkinan yang dapat dijangkau oleh
kemampuannya. Tetapi yang lebih penting dan menentukan adalah apakah seorang wirausaha
koperasi berhasil mempengaruhi dan mengorganisir proses pembauran tersebut sehingga
tercipta kombinasi baru. Dalam melakukan fungsi-fungsi tersebut, seorang wirausaha
koperasi dihadapkan pada kendala-kendala sebagai berikut:

a. Kemungkinan bertindak inovatif tidak selalu merupakan kemungkinan yang diizinkan


menurut hukum. Jadi inovator tidak mempunyai hak untuk menerapkan tindakan
inovatif.
b. Kemungkinan inovatif yang diperbolehkan harus ditemukan dan kemudian
dilaksanakan penerapannya. Untuk itu diperlukan kemampuan (kompetensi) baik
personal maupun organisatoris.
c. Kalaupun kemungkinan inovasi tertentu tidak terlarang dan masih dalam rangka
kesanggupan seseorang atau kelompok, maka perseorangan atau kelompok itu perlu
memiliki motivasi untuk menerapkan inovasi itu.

Menurut Ropke (1992) tindakan inovasi oleh seorang wirausaha dapat dikatakan
merupakan fungsi dari hak-hak bertindak (property right = PR), kemampuan atau kompetensi
(competency = C), dan motivasi untuk berprestasi (motivation = M). Dalam bentuk fungsi hal
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

I = f (PR, C, M)
di mana:
I = kegiatan inovasi
PR = kebebasan bertindak
C = kompetensi
M = motivasi

12
Ketiga faktor penentu keberhasilan inovasi seorang wirausaha koperasi tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:

a. Hak Bertindak
Hak bertindak merupakan kemungkinan bertindak dalam kelompok-kelompok yang
tidak terlarang. Hak bertindak meliputi berbagai pembatasan normatif terhadap
tindakan, disamping peraturan-peraturan hukum abstrak yang dikodifikasikan, nilai-
nilai sosial budaya, etika, agama, ketentuan-ketentuan konkrit, dan peraturan-
peraturan pihak pengemban kekuasaan politik. Perubahan hak bertindak karena
rangsangan tindakan wirausaha akan memengaruhi taraf kemungkinan terjadinya
inovatif, sehingga akan memengaruhi produktivitas dan imbalan dari faktor-faktor
yang dikerahkan serta pembagian pendapatan atau kekayaan personal. Bila para
wirausaha (termasuk wirausaha di bidang koperasi) diberikan kebebasan bertindak
(dalam arti kebebasan bertindak sepanjang tidak merugikan pihak lain) akan banyak
muncul inovasi-inovasi baru yang dapat merangsang pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya apabila kebebasan bertindak terhalang oleh berbagai peraturan, maka
inovasi-inovasi baru akan sulit muncul ke permukaan.

b. Kemampuan atau Kompetensi


Keberhasilan penerapan kombinasi-kombinasi baru dalam suatu periode tertentu akan
bertalian dengan peningkatan kemampuan personal dan organisatoris. Kecenderungan
individu atau organisasi untuk meningkatkan kemampuannya sangat tergantung dari
rangsangan ekonomis dan harapan untuk dapat menerapkan peningkatan
kemampuannya ke dalam tindakan-tindakan inovatif yang nyata. Dengan demikian,
hak bertindak juga memengaruhi orang-orang untuk meningkatkan kemampuannya,
yang kalau dilihat dalam jangka panjang menjadi dasar yang menentukan potensi
pengembangan ekonomi. Perilaku inovasi juga memerlukan kemampuan wirausaha
dalam mengembangkan dan menerapkan gagasan-gagasan baru di lingkungannya.
Karena itu perilaku inovasi sangat tergantung dari kemampuan, keterampilan,
pengalaman, intuisi, dan kreativitas untuk menerapkan berlakunya sesuatu yang baru.

13
c. Motivasi untuk Berprestasi
Motivasi menyebabkan suatu peristiwa mempunyai nilai, baik nilai yang positif
maupun negatif. Segala aspek yang ada kaitannya dengan motivasi dalam situasi yang
dialami mengandung kadar tuntutan. Kadar tuntutan yang ditimbulkan oleh situasi
memberikan motivasi untuk melakukan tindakan tertentu. Bagi wirausaha koperasi,
kiranya yang paling penting adalah motivasi-motivasi dalam pencapaian hasil yaitu
hasil kegiatan usaha perusahaan koperasi dan hasil kegiatan usaha perusahaan
anggotanya.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada pembahasan materi di atas, maka dapat ditarik beberapa


kesimpulan sebagai berikut:

1. Kewirakoperasiaan adalah suatu sikap mental positif dalam berusaha secara koperatif
dengan mengambil prakarsa inovatif serta keberaniaan mengambil risiko dan berpegang
teguh pada prinsip indentitas koperasi dalam mewujudkan terpenuhinya kebutuhan nyata
serta peningkatan kesejahteraan bersama.

2. Dipandang dari fungsi atau kegiatan seorang wirakop, jenis kewirakoperasian dibedakan
menjadi 3 jenis, yaitu kewirakoperasian rutin, kewirakoperasian arbitrase, dan
kewirakoperasian inovatif.

3. Kewirakoperasian dibagi menjadi empat tipe yaitu: kewirakoperasian anggota,


kewirakoperasian manajer, kewirakoperasian birokrat, dan kewirakoperasian katalis.

4. Tugaswirausahakoperasiadalahmenciptakankeunggulanbersaingkoperasidibandingdengan
organisasiusahapesaingnya. Keunggulantersebutdapatdiperolehmelalui: (1)mendudukan
koperasi sebagai penguasa yang kuat di pasar, (2) kemampuan dalam mereduksi biaya
transaksi, (3) pemanfaatan interlinkage market, (4) pemanfaatan trust capital, (5)
pengendalian ketidakpastian, (6) penciptaan inovasi, (7) pengembangan manfaat
partisipasi, serta (8) menciptakan economies of scale.

5. Fungsi inovatif adalah fungsi wirausaha dalam melihat dan menerapkan kemungkinan-
kemungkinan baru di bidang Tindakan inovasi oleh seorang wirausaha dapat dikatakan
merupakan fungsi dari hak-hak bertindak (property right = PR), kemampuan atau
kompetensi (competency = C), dan motivasi untuk berprestasi (motivation = M).

15
DAFTAR PUSTAKA

HendardanKusnadi. 2005. EkonomiKoperasi (UntukPerguruan Tinggi). Edisi ke-2. Jakarta:


Lembaga PenerbitFakultasEkonomiUniversitas Indonesia.

Hendar. 2010. Manajemen Perusahaan Koperasi (Pokok-


pokokPikiranMengenaiManajemendanKewirausahaanKoperasi). Semarang:
PenerbitElangga.

16

You might also like