You are on page 1of 8

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

ANALISIS BEBAN KERJA TENAGA REKAM MEDIS RUMAH SAKIT BEDAH SURABAYA
MENGGUNAKAN METODE FTE
Workload Analysis of Rumah Sakit Bedah Surabaya’s Medical Record Staff using FTE Methods

Dwi Trisana Wardanis


Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya, Indonesia
E-mail: dwiwardanis@yahoo.com

ABSTRACT

Workload analysis is a human resource planning activity to determine of staff needs so organization goals can
be achieved. Human resources planning at Rumah Sakit Bedah Surabaya is done periodically using Workload
Indicator Staff Need (WISN), this method is subjective. Based on the calculation using the WISN method,
there is a discrepancy between the number of existing and the required staff, including in the Medical Record
Unit of Rumah Sakit Bedah Surabaya. There is an excess of medical record staff that will impact on employee
productivity. Therefore, so important to measure objective workload based on real condition in the field. There are
several methods that can be used to analyze the objective workload, one of them is Full Time Equivalent (FTE).
Data on the workload is obtained by interview and daily log which will be analyzed and converted into FTE index.
Based on the results of the analysis it is found that the workload of supervisor and medical recorder of morning
shift is normal, but for the shift of the afternoon, night and helper are underload. The medical record staff owned
by Rumah Sakit Bedah Surabaya has been sufficient to handle the patient’s medical record needs

Keywords: full time equivalent, medical record, workload analysis

ABSTRAK

Analisis beban kerja merupakan kegiatan perencanaan sumber daya manusia yang bertujuan untuk mengetahui
kebutuhan tenaga sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Perencanaan sumber daya manusia di Rumah
Sakit Bedah Surabaya meliputi perhitungan kebutuhan jumlah karyawan dilakukan secara berkala menggunakan
metode Workload Indicator Staff Need (WISN) yang bersifat subjektif. Berdasarkan hasil perhitungan
menggunakan metode WISN, terjadi ketidaksesuaian antara jumlah tenaga yang ada dengan tenaga yang
dibutuhkan, termasuk di unit Rekam Medis Rumah Sakit Bedah Surabaya. Terdapat kelebihan jumlah tenaga
rekam medis dibandingkan dengan yang dibutuhkan, hal ini akan berdampak pada produktivitas karyawan. Oleh
karena itu diperlukan adanya pengukuran beban kerja objektif berdasarkan kondisi nyata yang ada di lapangan.
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisis beban kerja objektif, salah satunya adalah
Full Time Equivalent (FTE). Data mengenai beban kerja didapatkan melalui pencatatan pada instrumen berupa
daily log dan wawancara, selanjutnya dianalisis dan dikonversikan ke dalam nilai indeks FTE. Berdasarkan hasil
analisis didapatkan bahwa beban kerja supervisor dan pelaksana rekam medis shift pagi tergolong normal, namun
untuk pelaksana shift sore, malam dan helper memiliki beban kerja yang tergolong rendah (underload). Tenaga
rekam medis yang dimiliki oleh Rumah Sakit Bedah Surabaya telah mencukupi untuk menangani kebutuhan
berkas rekam medis pasien

Kata kunci: analisis beban kerja, full time equivalent, rekam medis

Received: 10 July 2017 Accepted: 2 August 2017 Published: 01 June 2018

PENDAHULUAN atau pengendalian pegawai. Tujuan perencanaan


SDM meliputi menentukan kualitas dan kuantitas
Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah pegawai yang akan mengisi jabatan dalam organisasi,
satu komponen penting dalam organisasi sehingga menjamin ketersediaan tenaga kerja masa kini
keberadaannya perlu dikelola dengan baik. Fungsi maupun masa depan, menghindari adanya tumpang
manajemen sumber daya manusia (MSDM) menurut tindih dalam pelaksanaan tugas, menghindari adanya
Griffith & White (2010) antara lain perencanaan, kelebihan pegawai meningkatkan produktivitas dan
pengembangan, pemeliharaan dan pemberdayaan menjadi pedoman dalam menetapkan program
tenaga kerja, kompensasi serta penilaian kinerja seleksi, pengembangan, pemeliharaan, kompensasi,
organisasi. Menurut Marlina (2015) proses pengintegrasian dan pemberhentian pegawai.
perencanaan SDM merupakan cara atau kegiatan Ketersediaan SDM yang dibutuhkan untuk
yang dilakukan untuk menetapkan tujuan dan pelaksanaan tugas pada masa yang akan datang
pedoman pelaksanaan serta menjadi dasar kontrol sangat penting untuk memastikan bahwa kegiatan

Analisis Beban Kerja.... 53 Wardanis


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

perusahaan dapat terlaksana dengan baik. Tindakan beban kerja berdasarkan keadaan nyata yang ada
yang akan dilakukan harus direncanakan sebelumnya di lapangan. Pengukuran beban kerja objektif ini
untuk memastikan atau meminimalkan gangguan berguna mengetahui kebutuhan tenaga yang
pada rencana perusahaan. Jumlah pegawai yang sebenarnya.
lebih besar daripada kebutuhan mengimplikasikan Full Time Equivalent (FTE) merupakan salah
bahwa perusahaan kurang baik dalam mengelola satu metode analisis beban kerja yang dilakukan
sumber daya manusia demikian juga sebaliknya. dengan membandingkan waktu penyelesaian
Fokus perhatian perencanaan SDM ditujukan pada pekerjaan dan waktu kerja yang tersedia secara
proses peramalan dan penentuan kebutuhan SDM di subjektif. Pengukuran nilai FTE dilakukan dengan
masa depan (Hariandja, 2002). menghitung beban kerja semua pegawai dalam
Ketepatan jumlah karyawan yang dipekerjakan satu unit kerja pada periode tertentu. Metode FTE
dalam suatu sistem produksi, merupakan kondisi mengukur beban kerja suatu organisasi selama satu
dasar yang harus diperhatikan dalam menyusun tahun dan untuk mengukur semua aktivitas pekerjaan
perancangan kerja. Proses perancangan kerja pada berdasarkan deskripsi pekerjaan yang ada. Nilai
akhirnya bertujuan untuk menyeimbangkan aspek yang didapatkan menunjukkan beban kerja dan juga
fisik dan mental manusia dalam menyelesaikan jumlah tenaga yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
tugas tertentu sehingga ketepatan jumlah karyawan pekerjaan (Supriyatna, 2013).
dengan beban kerja yang ada akan mendukung Metode WISN yang diterapkan di Rumah Sakit
kondisi mental maupun fisik saat bekerja (Dannies, Bedah Surabaya digunakan untuk menghitung
et al., 2015). pola kebutuhan di semua unit, baik unit pelayanan
Perencanaan SDM merupakan salah satu ataupun non pelayanan. Pelaksanaan perhitungan
tugas yang harus dilakukan Unit Manajemen pola ketenagaan dilakukan setiap tahun untuk
Sumber Daya Manusia (MSDM) di Rumah Sakit menjadi pedoman dalam melakukan perencanaan
Bedah Surabaya. Perencanaan SDM yang dilakukan kebutuhan SDM rumah sakit di tahun yang akan
bertujuan untuk mengetahui kebutuhan SDM tiap datang. Berdasarkan perhitungan pola ketenagaan
unit dan proses rekrutmen karyawan di periode menggunakan metode WISN sering terdapat
yang akan datang. Unit MSDM Rumah Sakit Bedah ketidaksesuaian antara jumlah tenaga yang
Surabaya menggunakan metode WISN (Workload dibutuhkan dengan jumlah tenaga yang telah
Indicator Staff Need) mengacu kepada KEPMENKES ada. Salah satu unit yang memiliki perbedaan
RI Nomor 81/Menkes/SK/I/2004 untuk menentukan antara jumlah tenaga yang tersedia dengan hasil
kebutuhan tenaga di periode selanjutnya. WISN perhitungan kebutuhan adalah Unit Rekam Medis.
merupakan suatu metode perhitungan kebutuhan Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan
SDM kesehatan berdasarkan pada beban pekerjaan metode WISN didapatkan bahwa kebutuhan tenaga
nyata yang dilaksanakan oleh tiap kategori SDM di unit Rekam Medis Rumah Sakit Bedah Surabaya
kesehatan pada tiap unit kerja di fasilitas pelayanan adalah sebanyak 5 orang. Realisasi alokasi tenaga
kesehatan. yang ada saat ini berjumlah 5 orang tenaga rekam
Perhitungan kebutuhan SDM di Rumah medis dan dibantu dengan 1 orang helper. Sehingga
Sakit Bedah Surabaya pada awalnya dilakukan dapat dikatakan bahwa tenaga yang ada di unit
secara berkala oleh supervisor tiap unit yang telah Rekam Medis berjumlah 6 orang dimana terdapat
mengetahui dengan baik kegiatan yang dilakukan kelebihan jumlah tenaga. Oleh karena itu, penelitian
dan jumlah tenaga yang diperlukan. Kegiatan ini ini dilakukan untuk menghitung beban kerja objektif
telah tercantum dalam uraian tugas supervisor. tenaga rekam medis dan menentukan jumlah optimal
Namun, selama pelaksanaannya kerap terjadi bias SDM yang dibutuhkan di unit Rekam Medis dalam
dikarenakan penilaian yang bersifat subjektif. Oleh memenuhi pelayanan berkas rekam medis Rumah
karena itu, saat ini perhitungan pola ketenagaan Sakit Bedah Surabaya mengunakan metode Full
Rumah Sakit Bedah Surabaya dilakukan oleh unit Time Equivalent (FTE).
MSDM dengan tetap melakukan konfirmasi dan
klarifikasi mengenai uraian pekerjaan dan frekuensi
pekerjaan kepada karyawan dan supervisor unit METODE
terkait. Data yang dibutuhkan antara lain uraian
kegiatan pokok yang dilakukan dan alokasi waktu Jenis penelitian ini merupakan penelitian
yang dibutuhkan. Selanjutnya berdasarkan data observasional dengan pendekatan deskriptif analitik.
tersebut dilakukan perhitungan kebutuhan SDM pada Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh tenaga
periode tertentu berdasarkan standar beban kerja yang ada di unit Rekam Medis Rumah Sakit Bedah
karyawan. Surabaya dengan sampel penelitian menggunakan
Perhitungan menggunakan metode WISN yang total dari populasi yaitu 5 orang tenaga rekam medis
selama ini dilakukan bersifat subjektif dikarenakan dan 1 orang helper. Data beban kerja diperoleh dari
pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara daily log dan wawancara.
tidak dilakukan kepada semua tenaga kerja yang ada Setiawan & Wulandari (2016) menyebutkan
di unit tersebut dan juga lama waktu pelaksanaan bahwa pengumpulan data dalam perhitungan beban
kegiatan ditetapkan berdasarkan persepsi karyawan kerja personal dapat dilakukan dengan daily log. Daily
yang bertindak sebagai responden. Oleh karena log cukup sesuai untuk digunakan dalam mengetahui
itu, diperlukan adanya pengukuran yang lebih beban kerja rekam medis karena pekerjaan
objektif. Setiawan & Wulandari (2016) menyebutkan rekam medis yang berhubungan dengan kegiatan
bahwa beban kerja objektif merupakan perhitungan administratif memungkinkan untuk menuliskan

Analisis Beban Kerja.... 54 Wardanis


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
melakukan pekerjaan. Lembar daily log berisi
komponen uraian kegiatan, deskripsi kegiatan, alokasi Rekam medis menurut Permenkes RI Nomor 55
waktu pelaksanaan kegiatan, volume pekerjaan dan Tahun 2013 adalah berkas yang berisikan catatan
frekuensi pelaksanaan kegiatan. Sebelum dilakukan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
penelitian, diberikan penjelasan terlebih dahulu pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
mengenai cara pengisian tiap komponen pada lembar diberikan kepada pasien pada suatu pelayanan
daily log. Pengisian dilakukan selama 3 hari kerja kesehatan. Berkas rekam medis di suatu pelayanan
untuk supervisor dan 4 hari kerja untuk pelaksana kesehatan dikelola oleh tenaga rekam medis atau
rekam medis dan helper. perekam medis yang berdasarkan kompetensi dan
Selanjutnya dilakukan wawancara untuk pendidikannya bertugas untuk memberikan pelayanan
memastikan kembali uraian kegiatan yang telah rekam medis dan informasi kesehatan pasien.
dicatat pada lembar daily log. Proses ini mencegah Tenaga rekam medis di Rumah Sakit Bedah
terjadinya kesalahan perhitungan dikarenakan adanya Surabaya bertanggungjawab dalam proses perakitan,
uraian kegiatan yang belum tercatat. Pengumpulan kelengkapan berkas rekam medis, pengembalian
data dilakukan dari hari Kamis tanggal 28 September dan peminjaman berkas, penyimpanan, kerahasiaan
hingga Senin tanggal 02 Oktober 2017. Dikarenakan dan keamanan berkas dan juga keakuratan data
tiap pelaksana rekam medis setiap harinya memiliki yang digunakan sebagai laporan pihak rumah sakit.
shift kerja yang berbeda-beda, maka penulis Semakin bertambahnya jumlah pasien, semakin tinggi
mengelompokkan beban kerja tahunan dan juga pula pelayanan rekam medis yang dibutuhkan.
nilai indeks FTE pelaksana rekam medis ke dalam Peningkatan kebutuhan pelayanan berkas
3 kategori yaitu pelaksana rekam medis shift pagi, rekam medis dapat meningkatkan beban kerja yang
sore dan malam. dialami oleh tenaga rekam medis. Oleh karena itu,
Langkah pertama dalam melakukan analisis diperlukan adanya suatu perhitungan beban kerja
beban kerja menggunakan metode FTE yaitu objektif sehingga dapat diketahui jumlah tenaga yang
membuat tabel aktivitas dan waktu kerja. Tabel dibutuhkan. Pengukuran beban kerja dapat dilakukan
aktivitas kerja berisi deskripsi pekerjaan dan waktu secara subjektif dan juga objektif. Beban kerja
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan aktivitas subjektif adalah ukuran yang umumnya digunakan
tersebut selama 1 siklus/periode kerja. Langkah dalam menjawab tentang persepsi terhadap beban
kedua yaitu menghitung total waktu kerja tersedia kerja, tekanan dan kepuasan kerja yang dilihat
tiap kategori SDM yang ada di Unit Rekam Medis. berdasarkan beban kerja fisik, mental dan sosial.
Langkah ketiga adalah menghitung beban kerja Sedangkan beban kerja objektif merupakan beban
tahunan berdasarkan data uraian pekerjaan dan kerja yang diukur secara nyata sesuai dengan
alokasi waktu yang tercatat pada daily log dengan keadaan di lapangan. Beban kerja objektif diukur
menjumlahkan seluruh waktu kerja yang dibutuhkan berdasarkan keseluruhan waktu yang digunakan
selama periode tertentu. Langkah selanjutnya yaitu untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan (Setiawan
menghitung waktu kelonggaran. Waktu kelonggaran & Wulandari, 2016).
adalah waktu kerja yang digunakan untuk keperluan Perhitungan kebutuhan tenaga medis dan
pribadi, seperti pergi ke toilet, beribadah, makan siang non medis berdasarkan beban kerja dilakukan oleh
dan istirahat. Langkah terakhir yaitu menghitung Nilai Rumah Sakit Bedah Surabaya menggunakan metode
Indeks FTE berdasarkan rumus. WISN. Penelitian yang dilakukan oleh Permatasari &
Pudjirahardjo (2015) menyebutkan bahwa perhitungan
beban kerja menggunakan metode WISN umumnya
menggunakan data sekunder yang mungkin belum
dijamin kelengkapannya sehingga dapat menimbulkan
Total waktu kerja riil per tahun didapatkan dari kurangnya data yang dianalisis dan memberikan hasil
perhitungan beban kerja tahunan. Total waktu kerja yang kurang akurat. Kelemahan utama melakukan
tersedia didapatkan dari jumlah hari kerja tersedia perhitungan beban kerja dengan metode WISN
tiap kategori SDM dikalikan dengan jam kerja tiap adalah sangat tergantung pada kelengkapan dan
kategori SDM. Jika didapatkan perhitungan indeks keakuratan data. Adanya uraian tugas ataupun
nilai FTE yang berada antara 1,00–1,28 memiliki kegiatan riil yang tidak tercatat dan tidak masuk
arti bahwa beban kerja masih dalam batas normal. ke perhitungan dapat memberikan hasil kebutuhan
Indeks nilai FTE >1,28 memiliki arti bahwa beban tenaga kerja yang lebih sedikit. Selain itu, penerapan
kerja diatas normal atau overload dan jika indeks nilai metode WISN tidak memperhatikan produktivitas
FTE <1,00 memiliki arti bahwa beban kerja dibawah kerja dari tenaga yang ada sehingga pekerjaan yang
batas normal atau underload. Indeks nilai FTE dapat terhitung belum tentu sampai pada menghasilkan
dikonversikan menjadi standar jumlah tenaga kerja pelayanan yang optimal. Perlu dilakukan perhitungan
yang dibutuhkan, yaitu bila indeks nilai FTE >1,28 beban kerja obyektif untuk melihat kesesuaian beban
maka jumlah orang yang dibutuhkan adalah 2 orang. kerja yang terjadi di lapangan.
Indeks nilai FTE >2,56 membutuhkan 3 orang tenaga Adanya ketidaksesuaian antara hasil
kerja dan seterusnya (Sugiono & Palit, 2016). perhitungan kebutuhan tenaga di unit Rekam Medis

Analisis Beban Kerja.... 55 Wardanis


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

berdasarkan metode WISN dengan jumlah tenaga dikalikan dengan jam kerja karyawan. Dalam unit
yang ada di lapangan menuntut adanya perhitungan Rekam Medis terdapat 3 kategori SDM yang berbeda
menggunakan metode lain sebagai perbandingan. yaitu supervisor, pelaksana rekam medis dan helper.
FTE merupakan metode yang umumnya digunakan Supervisor bekerja selama 5 hari dalam satu minggu
untuk mengatur efektivitas dan efisiensi tenaga kerja dan memiliki waktu kerja 8,6 jam per hari. Pelaksana
berdasarkan waktu kerja yang dibutuhkan. FTE dapat rekam medis dan helper memiliki 6 hari kerja dan
diterapkan untuk menghitung beban kerja karyawan waktu kerja pelaksana rekam medis per hari selama 7
di semua sektor, termasuk sektor kesehatan. Metode jam sedangkan helper selama 8 jam per hari. Adapun
FTE telah banyak diaplikasikan untuk menghitung perhitungan waktu kerja tersedia untuk ketiga kategori
kebutuhan tenaga medis seperti dokter ataupun tersebut adalah sebagai berikut:
tenaga kesehatan lain seperti perawat, bidan dan Hari kerja tersedia yang dimiliki oleh supervisor
juga petugas rekam medis. adalah 231 hari per tahun dan memiliki jam kerja
FTE dilakukan dengan menganalisis, mengambil 8.6 jam per hari, dan didapatkan bahwa waktu kerja
keputusan dan mengimplementasikan proses yang tersedia bagi supervisor rekam medis adalah 1.987
menentukan jumlah pegawai yang dibutuhkan. jam per tahun. Hari kerja tersedia untuk pelaksana
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam rekam medis adalah 288 hari per tahun dengan jam
melakukan perhitungan beban kerja dan kebutuhan kerja sebanyak 7 jam per hari sehingga didapatkan
tenaga menggunakan metode FTE yaitu spesifikasi bahwa waktu kerja tersedia untuk pelaksana rekam
proses kinerja, standar beban kerja untuk suatu medis adalah 2.016 jam per tahun. Hari kerja tersedia
proses atau aktivitas dan jumlah jam kerja pada suatu untuk helper adalah 288 hari per tahun dengan waktu
posisi pekerjaan (Susilo & Yustiawan, 2015). kerja selama 8 jam per hari sehingga didapatkan
Implikasi dari nilai FTE terbagi menjadi 3 waktu kerja tersedia bagi helper adalah 2.304 jam
jenis yaitu overload, normal dan underload. Beban per tahun.
kerja yang terlalu berat atau terlalu ringan akan Setelah mengetahui waktu kerja tersedia yang
mengakibatkan terjadi inefisiensi kerja. Beban kerja dimiliki masing-masing kategori SDM di unit Rekam
berlebih (overload) mengindikasikan bahwa jumlah Medis Rumah Sakit Bedah Surabaya maka langkah
tenaga yang dipekerjakan tidak sesuai dengan selanjutnya adalah melakukan perhitungan beban
beban kerja yang diterima sehingga dapat memicu kerja tahunan. Data beban kerja diperoleh dari
terjadinya kelelahan fisik dan juga psikologis yang hasil pengisian lembar daily log. Total waktu yang
nantinya akan berdampak pada produktivitas tenaga diperlukan tenaga rekam medis dalam melakukan
kerja. Beban kerja yang terlalu rendah (underload) pekerjaan, selanjutnya dikonversikan ke dalam satuan
mengindikasikan bahwa jumlah tenaga yang tahun. Konversi dilakukan dengan menggunakan
dialokasikan terlalu banyak sehingga perusahaan analisis trend linier. Analisis trend dilakukan untuk
harus mengalokasikan biaya untuk gaji karyawan menentukan prediksi volume pekerjaan yang
lebih banyak yang menyebabkan terjadinya inefisiensi dilakukan berdasarkan banyaknya volume pekerjaan
biaya (Tridoyo & Sriyanto, 2014). di periode sebelumnya.
Pelaksanaan perhitungan beban kerja obyektif Berdasarkan pencatatan pada daily log, waktu
tenaga unit Rekam Medis menggunakan metode yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan rekam
FTE dilakukan dengan menghitung beban kerja riil medis shift pagi membutuhkan waktu selama 4–6 jam
berdasarkan waktu yang dibutuhkan tenaga rekam per hari, sedangkan untuk shift sore membutuhkan
medis dalam melakukan tugas dan tanggung waktu kerja selama 3–5 jam per hari dan shift malam
jawabnya. Proses pelaksanaan analisis beban kerja membutuhkan waktu kerja selama 1–2 jam per
tenaga rekam medis yang ada di Rumah Sakit Bedah hari. Supervisor rekam medis membutuhkan waktu
Surabaya menggunakan metode FTE dimulai dengan kerja selama 5–6 jam dalam satu hari dan helper
membuat instrumen berupa daily log. Daily log atau membutuhkan waktu kerja selama 4 jam dalam satu
pencatatan kegiatan sendiri merupakan bentuk hari. Untuk mengetahui total waktu kerja selama satu
sederhana dari work sampling, yaitu pencatatan yang tahun dilakukan analisis trend dan dikonversikan
dilakukan sendiri oleh SDM yang diamati (Setiawan dalam satuan tahun. Adapun hasil beban kerja
& Wulandari, 2016). tahunan tenaga rekam medis di unit Rekam Medis
Instrumen daily log berisikan tabel aktivitas, adalah sebagai berikut:
waktu kerja, frekuensi kegiatan dan volume pekerjaan
yang dilakukan karyawan. Kolom volume pekerjaan
Tabel 1. Hasil Perhitungan Beban Kerja Tahunan
bertujuan untuk mempermudah dalam menganalisis
Tenaga unit Rekam Medis
kesesuaian beban kerja dengan output kerja yang
dihasilkan. Sebelum dilakukan pengisian pada daily Total waktu Total waktu
log diberikan penjelasan mengenai tiap komponen Jabatan kerja tersedia kerja riil
yang ada dalam tabel beserta cara pengisian kepada (jam/ tahun) (jam/ tahun)
seluruh tenaga rekam medis untuk menghindari
adanya kesalahan dalam melakukan pengisian. Supervisor 1.987 2.184
Setelah dilakukan pengisian pada instrumen Pelaksana Pagi 2.016 2.132
penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan Pelaksana Sore 2.016 1.500
perhitungan waktu tersedia seluruh kategori SDM di
Pelaksana Malam 2.016 546
unit Rekam Medis Rumah Sakit Bedah Surabaya.
Waktu kerja tersedia dalam satu tahun diperoleh Helper 2.304 1.403
dari banyaknya hari kerja tersedia dalam satu tahun

Analisis Beban Kerja.... 56 Wardanis


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa waktu sesuai dengan tugas yang dibebankan sedangkan
kerja terbanyak dimiliki oleh supervisor dan pelaksana waktu kerja non produktif adalah waktu kerja yang
rekam medis shift pagi. Hal ini dikarenakan pada dialokasikan untuk melakukan kegiatan yang tidak
saat jam kerja shift pagi, pasien yang melakukan berhubungan langsung dengan tugas yang diberikan.
pemeriksaan baik rawat jalan, IGD dan rawat inap Umumnya waktu kerja non produktif digunakan untuk
relatif lebih banyak dari waktu kerja lainnya. Uraian menghilangkan penat dan beristirahat.
kegiatan yang dilakukan pelaksana rekam medis Waktu kelonggaran didapat dari jumlah alokasi
antara lain coding, assembling, filing, peminjaman waktu yang digunakan untuk melakukan kegiatan di
berkas, permintaan data serta distribusi berkas. luar pekerjaan (kegiatan non produktif) atau waktu
Berdasarkan perhitungan didapatkan pula waktu yang digunakan dalam menyelesaikan kegiatan yang
kerja yang dilakukan supervisor melebihi waktu kerja tidak terkait dengan kegiatan pokok. Dalam penelitian
tersedia yang dimiliki dikarenakan uraian tugas ini, waktu kelonggaran yang dihitung adalah waktu
dan tanggung jawab yang dimiliki supervisor lebih yang digunakan untuk pergi ke toilet, makan dan
banyak. Waktu kerja supervisor dialokasikan untuk juga beribadah. Alokasi waktu kelonggaran tenaga
melakukan tugas rekam medis seperti entry data, Unit Rekam Medis dalam satu tahun terlihat dalam
coding, permintaan data, merekap data dan juga Tabel 2.
kegiatan lainnya seperti weekly report, membuat
laporan bulanan dan briefing. Tabel 2. Hasil Perhitungan Waktu Kelonggaran
Total waktu kerja yang digunakan pelaksana Tenaga unit Rekam Medis
rekam medis shift sore lebih sedikit dari total waktu
kerja yang tersedia. Jam kerja produktif yang Total waktu Total waktu
digunakan saat melakukan pekerjaan sore hari Jabatan kelonggaran kelonggaran
sebesar 74% dari jam kerja yang ditetapkan. Kegiatan (menit/ hari) (jam/ tahun)
yang dilakukan di shift sore tidak jauh berbeda oleh Supervisor 50 217
shift pagi namun karena jumlah pasien pada saat
Pelaksana Pagi 45 216
shift sore lebih sedikit sehingga waktu kerja yang
dibutuhkan juga menjadi sedikit. Berdasarkan uraian Pelaksana Sore 50 240
kegiatan yang tercatat pada daily log, terdapat Pelaksana Malam 45 216
beberapa kegiatan yang membutuhkan alokasi waktu Helper 40 192
cukup lama saat melakukan pekerjaan pada shift sore
antara lain pengisian berkas asuransi pasien poli
rawat jalan, memastikan kelengkapan berkas rekam Alokasi waktu yang diperlukan tenaga rekam
medis, peminjaman berkas dan distribusi berkas medis untuk melakukan kegiatan di luar pekerjaan
rekam medis. seperti makan, ke toilet dan juga beribadah adalah
Total waktu kerja terendah dialami oleh 40–50 menit per hari. Alokasi waktu tersebut
pelaksana shift malam. Produktivitas dalam didapatkan dari perhitungan rata-rata lama waktu
melakukan kegiatan saat shift malam menurun hingga kelonggaran yang telah tercatat pada daily log.
20%, hal ini dikarenakan saat shift malam hanya Perhitungan waktu kelonggaran per tahun didapatkan
melayani berkas untuk pasien IGD. Selain itu, waktu dari waktu kelonggaran per hari dikalikan dengan
kerja shift malam digunakan untuk distribusi berkas jumlah hari kerja tersedia tiap kategori tenaga
rekam medis pasien IGD dan juga telusur berkas rekam medis yang ada. Kegiatan non produktif ini
rekam medis yang belum kembali baik dari poli, IGD dilakukan di sela pekerjaan, umumnya saat volume
ataupun dari peminjaman rekam medis. Waktu lain pasien berkurang sehingga aktivitas pelayan dapat
yang tersisa digunakan untuk stand by apabila ada terus berjalan. Waktu kelonggaran yang telah
permintaan berkas rekam medis mendadak serta diakumulasikan sesuai hari kerja per tahun dapat
melakukan koding apabila terdapat operan dari shift digunakan dalam perhitungan indeks FTE.
sebelumnya. Langkah terakhir dalam melakukan analisis
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan beban kerja dengan metode FTE adalah menghitung
pula bahwa total waktu kerja helper rekam medis nilai indeks FTE beserta melakukan interpretasi
cenderung rendah. Hal ini disebabkan oleh berdasarkan hasil yang didapatkan. Indeks FTE dapat
tanggungjawab pekerjaan yang dilakukan oleh helper ditentukan dengan menghitung total waktu kerja per
bukan hanya pekerjaan untuk membantu kinerja unit tahun ditambah dengan waktu kelonggaran per tahun
Rekam Medis tetapi seringkali helper ditugaskan
untuk membantu pekerjaan di bagian lain yaitu front
office sehingga waktu kerja yang dialokasikan helper Tabel 3. Hasil Perhitungan Indeks FTE dan
di unit Rekam Medis terhitung cukup rendah. Waktu Interpretasi
kerja helper yang dialokasikan di unit Rekam Medis
Interpretasi
meliputi kegiatan melakukan distribusi berkas dan Jabatan Indeks FTE
Hasil
juga melakukan filing.
Langkah terakhir sebelum menghitung nilai Supervisor 1,25 Normal
indeks FTE adalah menghitung waktu kelonggaran. Pelaksana Shift Pagi 1,18 Normal
Waktu kerja yang dilakukan karyawan terdiri Pelaksana Shift Sore 0,86 Underload
dari waktu kerja produktif dan waktu kerja non
Pelaksana Shift Malam 0,37 Underload
produktif. Waktu kerja produktif merupakan waktu
yang digunakan untuk melakukan kegiatan kerja Helper 0,73 Underload

Analisis Beban Kerja.... 57 Wardanis


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

dibagi dengan total jam kerja tersedia dalam satu ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
tahun. Nilai indeks tersebut dapat menunjukkan beban Astuti, et al. (2017) yang menyebutkan bahwa tidak
kerja seseorang dengan ketentuan jika nilai indeks ada hubungan antara beban kerja fisik terhadap
<1 memiliki beban kerja yang rendah (underload), kelelahan kerja namun ada hubungan antara shift
nilai indeks 1 hingga 1,28 memiliki beban kerja yang
kerja dengan kelelahan kerja. Petugas rekam
normal, dan nilai indeks >1,28 memiliki beban kerja
medis shift malam bertugas untuk selalu standby
yang tinggi (overload).
Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan dan menahan rasa kantuk apabila terdapat pasien
bahwa beban kerja supervisor tergolong normal baru dari IGD. Marchelia (2014) yang menyebutkan
dengan nilai indeks yang hampir mendekati bahwa manusia mempunyai circadian rhythm yaitu
overload. Supervisor memiliki tugas dan kewajiban fluktuasi dari berbagai macam fungsi tubuh selama
yang lebih dibandingkan dengan pelaksana oleh 24 jam. Pada saat malam hari manusia berada dalam
karena itu waktu kerja dan juga beban kerja yang fase ‘trohotropic’ yaitu fase dimana tubuh melakukan
dimiliki lebih besar. Supervisor bertanggung jawab pembaharuan cadangan energi atau penguatan
langsung kepada manajer, sehingga apabila kembali sedangkan pada siang hari manusia berada
manajemen membutuhkan data terkait pasien pada fase ‘ergotrophic’ yaitu fase dimana semua
maka supervisor bertugas untuk menyediakan data organ dan fungsi tubuh siap untuk melakukan
tersebut. Penyelenggaraan pelayanan rekam medis tindakan sehingga tingkat kesalahan, ketelitian dan
didukung oleh kelengkapan laporan mengenai kecelakaan akan meningkat pada saat malam hari.
kegiatan rekam medis secara periodik. Kegiatan yang Beban kerja helper di unit Rekam Medis
berkaitan dengan kelengkapan laporan ini merupakan termasuk ke dalam kategori rendah dikarenakan
tanggungjawab supervisor yang pelaksanaannya helper juga melakukan tugas dari unit lain sedangkan
membutuhkan waktu yang cukup lama, antara 3–4 pada saat pengisian daily log hanya dilakukan
jam dengan frekuensi pelaksanaan bulanan dan pencatatan kegiatan kerja yang dilakukan di unit
tahunan. Kegiatan ini pula yang menyebabkan Rekam Medis saja. Peran helper di unit Rekam Medis
perhitungan beban kerja supervisor memiliki nilai membantu meringankan beban kerja pelaksana rekam
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pelaksana medis, terutama dalam melakukan pendistribusian
rekam medis. berkas dan mengembalikan berkas ke dalam rak.
Beban kerja untuk pelaksana rekam medis Indeks nilai FTE yang didapatkan, selanjutnya
shift pagi tergolong normal meskipun berdasarkan digunakan dalam menentukan jumlah tenaga yang
pencatatan pada daily log dan konfirmasi melalui dibutuhkan di unit Rekam Medis Rumah Sakit Bedah
wawancara terdapat beberapa hari dimana terjadi Surabaya. Untuk mengetahui jumlah tenaga yang
penambahan kegiatan kerja. Hal tersebut terjadi ketika dibutuhkan dapat dilakukan dengan menjumlahkan
terdapat kenaikan jumlah pasien yang umumnya nilai FTE seluruh tenaga yang ada di satu unit, jika
terjadi di hari-hari tertentu seperti pada hari senin indeks nilai FTE >1,28 maka jumlah orang yang
hingga kamis, adanya berkas rekam medis yang tidak dibutuhkan adalah 2 orang. Indeks nilai FTE >2,56
lengkap, permintaan data oleh manajemen ataupun membutuhkan 3 orang tenaga kerja, dan seterusnya.
unit terkait dan terkadang masih terdapat operan dari Total indeks nilai FTE unit Rekam Medis RS Bedah
shift sebelumnya yang pekerjaannya dilimpahkan Surabaya adalah 4,39. Sehingga dapat disimpulkan
ke pelaksana shift pagi. Namun, kegiatan tersebut bahwa jumlah tenaga rekam medis yang dibutuhkan
tidak terjadi secara periodik sehingga tidak terjadi untuk memenuhi pelayanan berkas rekam medis
peningkatan beban kerja yang signifikan. Beban kerja secara optimal adalah 5 orang.
normal merupakan beban kerja dimana karyawan Hasil perhitungan kebutuhan tenaga di Unit
dan pekerjaan yang dilakukan seimbang sehingga Rekam Medis Rumah Sakit Bedah Surabaya
tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan menggunakan metode FTE sesuai dengan
pekerjaannya (Ajitia & Prasetya, 2017). perhitungan pola kebutuhan tenaga di unit Rekam
Pelaksana rekam medis shift sore memiliki Medis menggunakan metode WISN yang sebelumnya
beban kerja dalam kategori rendah dikarenakan telah dilakukan oleh pihak unit MSDM Rumah Sakit
permintaan untuk pelayanan berkas rekam medis Bedah yaitu berjumlah 5 orang. Jika alokasi tenaga
pasien yang lebih sedikit dibandingkan dengan rekam medis di Rumah Sakit Bedah Surabaya tidak
shift pagi. Beban pekerjaan yang terlalu rendah disesuaikan dengan beban kerja yang dilakukan dan
(underload) mengindikasikan bahwa jumlah tetap terdiri dari 6 orang tenaga termasuk helper,
pekerja yang dipekerjakan terlalu banyak sehingga maka akan terjadi kelebihan tenaga dalam unit Rekam
membuat perusahaan harus mengalokasikan Medis. Konsekuensi dari kelebihan tenaga adalah
gaji berlebih dengan tingkat produktivitas sama. adanya biaya sumber daya manusia yang besar
Ketidakseimbangan beban kerja dalam satu unit karena setiap tenaga kerja membawa konsekuensi
kerja dapat menimbulkan kecemburuan antar biaya yang harus dikeluarkan berupa gaji, lembur,
karyawan sehingga dapat berakibat pada penurunan bonus, biaya pelatihan dan juga biaya perawatan
produktivitas unit (Ajitia & Prasetya, 2017). kesehatan. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu
Beban kerja pelaksana rekam medis shift pertimbangan yang dilakukan oleh manajemen terkait
malam termasuk ke dalam kategori rendah. Meskipun hal tersebut untuk melakukan optimalisasi kinerja
memiliki beban kerja yang paling kecil, namun tingkat tenaga yang ada (Sari, et al., 2017).
kelelahan yang terjadi ketika melakukan pekerjaan Rohmadi & Lestari (2013) menyebutkan
bahwa dalam upaya mencapai produktivitas yang
pada shift malam cukup tinggi dikarenakan memiliki
baik maka perlu mempertimbangkan keseimbangan
jam kerja yang lebih panjang dari shift lainnya. Hal

Analisis Beban Kerja.... 58 Wardanis


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

beban kerja dan penempatan tenaga kerja pada sedangkan pada pelaksana rekam medis shift sore,
pekerjaan yang tepat. Tenaga di unit Rekam Medis shift malam dan helper berada dalam kategori rendah
saat ini yang berjumlah 5 orang telah cukup untuk (underload).
memenuhi pelayanan berkas rekam medis pasien Nilai indeks FTE juga dapat digunakan untuk
rumah sakit. Tenaga kerja yang dibutuhkan saat menentukan jumlah tenaga yang dibutuhkan dalam
shift pagi sebanyak 2 orang yang terdiri dari 1 orang suatu unit kerja. Indeks FTE untuk unit Rekam Medis
supervisor dan 1 orang pelaksana rekam medis. Rumah Sakit Bedah Surabaya sebesar 4,39 yang
Untuk memenuhi beban kerja pada shift sore cukup menunjukkan bahwa tenaga rekam medis yang
menempatkan 1 orang pelaksana rekam medis begitu dibutuhkan oleh Rumah Sakit Bedah Surabaya
pula untuk shift malam dapat menempatkan 1 orang sebanyak 5 orang, jumlah ini merupakan jumlah
pelaksana serta 1 orang pelaksana rekam medis ideal yang dibutuhkan berdasarkan beban kerja
sebagai backup untuk menggantikan apabila terdapat yang dilakukan di unit Rekam Medis. Dalam upaya
pelaksana lain yang cuti atau libur setelah lepas shift pemerataan beban kerja dapat dilakukan pengawasan
malam. Untuk menghindari adanya beban kerja yang operan shift oleh supervisor sehingga tidak terjadi
tidak merata dan penumpukan kerja di satu shift saja penumpukan pekerjaan di satu shift saja.
maka diperlukan adanya koordinasi dan pengaturan Kendala yang terjadi selama pelaksanaan
operan shift oleh supervisor yang ada di unit Rekam analisis beban kerja menggunakan metode FTE
Medis sehingga pekerjaan dapat terselesaikan dengan instrumen berupa daily log adalah terdapat
tepat waktu dan tidak membebani pelaksana di shift beberapa kegiatan yang tidak tercatat pada daily
berikutnya. Keberadaan helper sendiri memang cukup log dan juga membutuhkan kejujuran dari petugas
membantu pelaksanaan kegiatan di unit Rekam Medis mengenai apa saja kegiatan yang dilakukan dan
tetapi tugas yang selama ini dilakukan oleh helper lama waktu pelaksanaan kegiatan yang dapat
masih bisa ditangani oleh pelaksana rekam medis memengaruhi hasil perhitungan.
lain. Jika keberadaan helper sendiri ditiadakan maka
dapat dipastikan tugas unit Rekam Medis tetap akan
terselesaikan dengan baik dan beban kerja yang ada DAFTAR PUSTAKA
di unit Rekam Medis akan lebih merata.
Kedua metode yang digunakan untuk Ajitia, M. & Prasetya, A. 2017. Efektivitas Manpower
menghitung kebutuhan tenaga di unit Rekam Medis Planning dengan Menggunakan Metode Analisis
yaitu metode WISN dan FTE menunjukkan hasil yang Beban Kerja (Workload Analysis) Berdasarkan
sama. Hal ini dapat terjadi dikarenakan pada saat Pendekatan Full Time Equivalent. Jurnal
proses pengumpulan data uraian pekerjaan dan waktu Administrasi Bisnis (JAB), Volume 42, pp.
pelaksanaan pekerjaan dilakukan konfirmasi ulang 27–35.
melalui wawancara pada tenaga yang bersangkutan Astuti, F.W., Ekawati & Wahyuni, I. 2017. Hubungan
meskipun saat pengumpulan data uraian pekerjaan Antara Faktor Individu, Beban Kerja dan Shift
menggunakan metode WISN hanya dilakukan pada Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Perawat di
beberapa tenaga saja, bukan berarti salah satu RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Jurnal
metode lainnya memiliki kebenaran yang mutlak. Kesehatan Masyarakat, 5(5), pp. 163–172.
Kelemahan dari metode FTE yang dilakukan dengan Dannies, N., Halim, V. & Haryanto, H. 2015. Analisis
instrumen berupa daily log seperti yang dilakukan Beban Kerja PT. X. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
dalam penelitian ini adalah pengisian pada lembar Universitas Surabaya, 4(1), pp. 1–12.
daily log memerlukan adanya kejujuran dari tenaga Griffith, J.R. & White, K.R. 2010. Well-Managed
yang bersangkutan sehingga tidak berdampak pada Healthcare Organization. 7th ed. Chicago: AUPHA
terjadinya kesalahan dalam melakukan perhitungan Press.
beban kerja. Untuk meminimalisir hal tersebut, Hariandja, M.T.E. 2002. Manajemen Sumber
pengisian daily log akan lebih baik lagi jika didukung Daya Manusia (Pengadaan, Pengembangan,
oleh suatu sistem informasi yang mempermudah Pengompensasian dan Peningkatan Produktivitas
dalam proses pencatatan uraian pekerjaan serta Pegawai). Jakarta: PT Grasindo.
dilakukan komunikasi dan sosialisasi kepada tenaga Marcelia, V. 2014. Stres Kerja Ditinjau dari Shift Kerja
kerja mengenai tujuan dan manfaat dari pelaksanaan pada Karyawan. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan,
analisis beban kerja untuk perencanaan dan 2(1), pp. 130–143.
pengembangan SDM dalam organisasi. Marlina, L. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia
(SDM) dalam Pendidikan. Istinbath, XIV(15), pp.
SIMPULAN 123–139.
Metode FTE merupakan metode yang baik Permatasari, E.D. & Pudjirahardjo, W.J., 2015.
digunakan untuk mengukur beban kerja objektif Kelemahan Workload Indicators of Staffing
tenaga medis ataupun non medis karena selain Need sebagai Metode Perhitungan Jumlah
dapat mengukur beban kerja individu juga dapat Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Puskesmas.
digunakan untuk menilai kinerja dan produktivitas Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 3(1),
individu. Berdasarkan perhitungan didapatkan bahwa pp. 89–98.
beban kerja untuk supervisor dan pelaksana rekam Rohmadi & Lestari, A.P. 2013. Prediksi Kebutuhan
medis shift pagi di unit Rekam Medis Rumah Sakit Tenaga Kerja di Bagian Pendaftaran Pasien Rawat
Bedah Surabaya berada dalam kategori normal Jalan Berdasarkan Rumus Full Time Equivalent

Analisis Beban Kerja.... 59 Wardanis


Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 6 Nomor 1 Januari – Juni 2018

(FTE) di RSUD Kota Surakarta Tahun 2014. Jurnal Supriyatna, Y. 2013. Analisis Kesesuaian Antara
Rekam Medis, VII(1), pp. 1–12. Beban Kerja terhadap Jumlah SDM SAP
Sari, W.O.S.R., Sakka, A. & Paridah. 2017. Analisis Operasional Divisi Information Technology Shared
Beban Kerja dengan Metode Full Time Equivalent Services: Studi Kasus PT XYZ, Depok: Universitas
(FTE) pada Dokter Umum di Rumah Sakit Umum Indonesia.
Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Susilo, R. & Yustiawan, T. 2015. Perhitungan Tenaga
2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Keperawatan dengan Metode Full Time Equivalent
Masyarakat, 2(6), pp. 1–9. di Rumah Sakit Adi Husada, Undaan Wetan
Setiawan, V.B. & Wulandari, R.D. 2016. Beban Surabaya. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan,
Kerja Subyektif dan Obyektif Tenaga Farmasi 18(4), pp. 399–406.
Rawat Jalan di Rumah Sakit. Jurnal Administrasi Tridoyo & Sriyanto, 2014. Analisis Beban Kerja
Kesehatan Indonesia, 4(1), pp. 28–36. dengan Metode Full Time Equivalent untuk
Sugiono, H.S. & Palit, H.C., 2016. Penentuan Jumlah Mengoptimalkan Kinerja Karyawan pada PT Astra
Tenaga Kerja pada Departemen MPC: A Case Internasional Tbk-Honda Sales Operation Region
Study. Jurnal Tirta, 4 (2), pp. 223–228. Semarang. Industrial Engineering Online Journal
e-Journal Undip, 3(2), pp. 1–8.

Analisis Beban Kerja.... 60 Wardanis

You might also like