You are on page 1of 8

141

BEBAN KERJA SUBJEKTIF PERAWAT INTENSIVE CARE UNIT

SUBJECTIVE WORKLOAD OF NURSING STAFF IN INTENSIVE CARE UNIT

Razvi Yudatama, Setya Haksama


Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Surabaya
Email: yrazvi18@gmail.com

ABSTRACT

RSUD Dr. Saiful Anwar is type “A” teaching hospital. Based on raw calculation, there are discrepancy of
total number nursing staff needed, it’s surplus in nursing staff in Intensive Care Unit (ICU) room. It requires
analysis of workload to describe the quaity and quantity of employment nursing staff in Intensive Care Unit ( ICU)
room RSUD Dr. Saiful Anwar. This study aim to analysis workload of nursing staff in Intensive Care Unit (ICU)
room RSUD Dr. Saiful Anwar. It was an observasional research with cross sectional design. The result of
study are 71,43% in subjective workload, it’s means there are 20 nursing staff felt over workloaded. Using time
and motion study that were 67,99% of effective time work. The result of cumulative workload are 53,57% nursing
staff had measurable workload. It can be concluded that there was a measurable in subjective and objective
workload, work rotation of nurse, rewards, insentives, and coherent punishment can improve performance
and reduce workload.

Keywords: nursing staff, objective workload, subjective workload, time and motion study

PENDAHULUAN RSUD Dr. Saiful Anwar Malang. Hal tersebut

RSUD Dr. Saiful Anwar adalah rumah menjadi tidak efektif dan efisien.

sakit daerah tipe A pendidikan, rumah sakit ini Ketidaksesuaian jumlah tenaga keperawatan

merupakan rumah sakit milik pemerintah provinsi antara kebutuhan dengan realisasi di ruang

Jawa Timur yang ada di kota Malang. Data Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr. Saiful

BOR dan jumlah tempat tidur dapat digunakan Anwar Malang dipengaruhi oleh banyak faktor

untuk menghitung jumlah tenaga keperawatan dan mempunyai dampak negatif. Tujuan dari

yang dibutuhkan. Bed occupancy rate (BOR) penelitian ini adalah untuk menghitung beban

adalah presentase pemanfaatan jumlah tempat kerja yang sesuai dengan kebutuhan rumah sakit

tidur. sehingga pihak rumah sakit dapat lebih rasional

Bahwa dengan pencapaian angka BOR dalam merencanakan jumlah dan jenis tenaga

yang cukup/tinggi maka tingkat kebutuhan perawat yang dibutuhkan. Manfaat dari penelitian ini

terhadap jumlah tenaga perawat juga semakin adalah mengetahui beban kerja perawat di ruang

tinggi (Sade, 2012). Perencanaan tenaga Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr. Saiful Anwar

perawat memerlukan beberapa metode untuk Malang, memberikan masukan kepada instansi

mengukur jumlah tenaga keperawatan yang dalam rangka membangun kualitas pelayanan

diperlukan. Jumlah perawat saat ini adalah 28 terutama asuhan keperawatan agar tercipta

orang perawat. Berdasarkan perhitungan baku kualitas pelayanan yang baik.

(formula Gilles, PPNI, NINA, dan formula ICU), PUSTAKA

didapatkan hasil bahwa terjadi kelebihan jumlah Perawat adalah seseorang yang telah

perawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) menyelesaikan pendidikan formal keperawatan dan

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014


142

diberikan wewenang untuk melaksanakan peran menghitung beban kerja. Time and motion study

dan fungsinya. Keperawatan sebagai pelayanan adalah cabang besar dari pengetahuan yang

profesional yang merupakan bagian integral dari mempelajari sistematika faktor yang menentukan

pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu metode kerja dengan perkiraan. Batas waktu nilai

dan kiat keperawatan berbentuk pelayanan kerja yang meliputi aktivitas manusia dan

biopsikososial dan spiritual yang komprehensif kemajuan penyediaan peralatan dalam

serta ditujukan kepada individu, keluarga, menggunakan data (Humairoh, 2006).

masyarakat baik yang sakit maupun sehat yang Studi gerakan atau motion study adalah

mencakup seluruh siklus hidup manusia suatu studi tentang gerakan-gerakan yang

(Nursalam et al, 2011). dilakukan pekerja untuk menyelesaikan

Beban kerja adalah jumlah pekerjaan pekerjaan. Dengan studi ini ingin diperoleh

yang harus diselesaikan oleh sekelompok atau gerakan-gerakan standar untuk menyelesaikan

seseorang dalam waktu tertentu. Beban kerja dilihat suatu pekerjaan, yaitu rangkaian gerakan yang

dalam dua sudut pandang, secara subyektif dan efektif dan efisien. Setelah kondisi pekerjaan

obyektif. Beban kerja secara subyektif membaik kemudian dilakukan studi gerakan

merupakan beban kerja yang dilihat dari sudut dengan analisa secara seksama berbagai

pandang atau persepsi dari perawat. Beban kerja gerakan yang dilakukan untuk menyelesaikan

subyektif adalah ukuran yang dipakai seseorang pekerjaan (Wignjosoebroto, 1995).

terhadap pertanyaan beban kerja yang diajukan Studi waktu menggambarkan jabatan

tentang perasaan kelebihan kerja, ukuran dari diuraikan berdasarkan unsur-unsurnya yang

tekanan pekerjaan dan kepuasan kerja. Beban pokok yang diperlukan untuk melaksanakan

kerja subyektif meliputi persepsi beban fisik dan jabatan tersebut sehingga menunjukkan urutan

beban mental. Beban kerja secara obyektif atau rangkaian dari pelaksanaan tugas yang

merupakan keadaan nyata yang ada di lapangan. berulang. Perhitungan gabungan unsur dan

Secara obyektif, beban kerja dilihat dari keseluruhan pengukuran waktu menghasilkan waktu produksi

waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang yang diperlukan (Humairoh, 2006). Time Study

dilakukan (Pudjirahardjo et al, 2013). digunakan untuk mengamati tenaga medis atau

Time and motion study adalah suatu paramedis yang mempunyai siklus kerja yang

aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan pendek dan berulang, sehingga lebih tepat untuk

oleh seseorang operator (yang memiliki skill menganalisis proses produksi secara individual

ratarata dan terlatih) baik dalam melaksanakan (Ilyas, 2004).

sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo Seseorang dalam bekerja akan berfungsi

kerja yang normal (Widiawati, 2009). Time and secara optimal apabila kondisi beban kerja

motion study merupakan salah satu cara untuk adalah sedang atau moderate dan kurang

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014


143

maksimal apabila dalam kondisi underload dan menggunakan metode time and motion study. Hasil

overload. Dengan ketentuan overload bila beban beban kerja subjektif dan objektif akan dianalisis

kerja > 90,00% dari total waktu kerja; moderate dengan menggunakan cross tabulation untuk

atau sedang bila 85,00 – 90,00% dari total waktu mengetahui hasil beban kerja secara keseluruhan.

kerja; underload bila < 85,00% dari total waktu HASIL DAN PEMBAHASAN

kerja (Pudjirahardjo et al. 2003). Jenis kelamin responden dari 28 tenaga

METODE keperawatan, sebesar 64,28% (18 responden)

Penelitian ini merupakan penelitian berjenis kelamin perempuan. Usia responden

observasional dengan rancang bangun cross sebesar 53,57% (15 responden) berusia 20-30

sectional di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD tahun. Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh

Dr. Saiful Anwar Malang pada bulan Juli sampai responden adalah sebesar 85,71% (24 responden)

dengan Agustus 2014. Jumlah sampel penelitian berpendidikan terakhir D3 Keperawatan. Masa kerja

adalah perawat yang bekerja di ruang Intensive responden adalah sebesar 71,28% (20 responden)

Care Unit (ICU) RSUD Dr. Saiful Anwar Malang memiliki masa kerja < 15 tahun dan pada penelitian

dengan teknik pengambilan sampel adalah total termasuk dalam kategori berpengalaman.

populasi sebanyak 28 orang perawat. Variabel yang Karakteristik jabatan yang dijabat responden

diteliti dalam penelitian adalah karakteristik perawat pada saat penelitian adalah sebesar 78,57% (22

yang meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan, responden) merupakan responden dengan jabatan

masa kerja, pelatihan dan jabatan; beban kerja sebagai perawat pelaksana. Data yang dikaji dalam

perawat yang terdiri dari dua jenis yaitu beban penelitian ini adalah meliputi beban kerja subjektif

kerja subjektif dengan menggunakan kuesioner yang terdiri atas beban kerja mental dan fisik

dan beban kerja objektif dengan time and motion yang akan dijelaskan dalam Tabel 1, Tabel 2

study. dan Tabel 3.

Beban kerja subjektif terdiri atas beban kerja Penilaian subjektif perawat terhadap beban

mental dan fisik yang hasil dari kedua penilaian mental dan fisik pada Tabel 1 dan Tabel 2 di atas,

tersebut akan dilakukan perhitungan rata-rata dilakukan penggabungan dengan menggunakan

dan hasilnya dijadikan hasil akhir penilaian beban tabulasi silang dengan kriteria penilaian yang

kerja subjektif. Beban kerja objektif merupakan ditentukan sendiri oleh peneliti. Kriteria beban kerja

hasil penilaian menggunakan metode time and subjektif adalah beban kerja tinggi merupakan

motion study. Pengumpulan data dilakukan gabungan dari penilaian dari penilaian beban kerja

dengan pembagian kuesioner untuk mendapatkan tinggi dan penilaian beban kerja cukup tinggi.

data tentang variabel karakteristik perawat, dan Beban kerja sedang adalah beban kerja

beban kerja subjektif. Lembar observasi untuk sedang merupakan penilaian beban sedang.

mendapatkan data tentang beban kerja objektif Beban kerja rendah merupakan gabungan dari

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014


144

penilaian beban kerja rendah dengan penilaian penggabungan penilaian perawat terhadap beban

beban kerja cukup rendah. Hasil dari mental dan fisik akan dijelaskan pada Tabel 3.

Tabel 1 Beban Kerja Mental di Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Tabel 2 Beban Kerja Fisik di Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Tabel 3 Beban Kerja Subjektif di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Beban kerja subjektif perawat merupakan kelesuan, sakit dan tidak produktif. Beban kerja

beban kerja yang dirasakan oleh perawat dalam subjektif yang tinggi dapat menurunkan berat badan

menjalankan asuhan keperawatan. Beban kerja perawat karena adanya gangguan psikologis.

subjektif merupakan gabungan beban kerja mental Stres sebagai akibat ketidakserasian emosi,

dan beban kerja fisik. Menurut hasil penelitian hubungan manusia dalam pekerjaan yang kurang

didapatkan bahwa beban kerja subjektif 71,43% baik, rangsangan atau hambatan psikologis, sosial,

responden penelitian, sehingga termasuk beban dan lainnya akan menurunkan berat badan,

kerja tinggi. Hasil ini menggambarkan bahwa terjadinya penyakit dan tidak produktifnya tenaga

perawat cukup terbebani secara psikis dalam kerja sehingga untuk mencapai optimalisasi kinerja

melaksanakan asuhan keperawatan. perawat maka tuntutan tugas harus seimbang

Tingginya beban kerja yang dialami perawat dengan kapasitas kerjanya. Kapasitas kerja yang

berasal dari beban subjektif perawat yang tinggi optimal harus didukung oleh kesegaran jasmani,

terhadap pekerjaannya. Beban kerja tinggi status kesehatan dan gizi supaya perawat tetap

menyebabkan perawat mudah merasa bosan, lesu produktif dalam melaksanakan pekerjaannya.

dan tidak produktif, dikarenakan bahwa tuntutan Status kesehatan dan nutrisi berhubungan

tugas lebih rendah daripada kemampuan atau erat satu sama lainnya dan berpengaruh pada

kapasitas kerjanya maka akan terjadi penampilan produktivitas dan efisiensi kerja, setiap tenaga

akhir berupa understress, kebosanan, kejemuan, kerja dituntut untuk memiliki kesegaran jasmani

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014


145

yang baik sehingga tidak merasa cepat lelah dan berpotensi meningkatkan produktivitas kerja dan

performasi kerja tetap stabil untuk waktu yang cukup mempertahankan citra kualitas pelayanan

lama. keperawatan di rumah sakit.

Perawat terbebani secara mental karena Tunggareni (2013) menyatakan bahwa

menghadapi beragam karakteristik pasien dengan perawat membutuhkan aktivitas mental (berpikir,

respons yang berbeda. Harapan dan permintaan mencari, melihat, mengingat) dan aktivitas

keluarga pasien terhadap kesembuhan pasien yang perseptual (mendiagnosa, mengenali gejala pasien)

begitu besar juga berpengaruh terhadap beban meskipun aktivitas tersebut tidak sebesar aktivitas

mental perawat. Selain itu, dalam pengamatan fisik dalam melakukan asuhan keperawatan.

selama penelitian, peneliti mendapatkan hasil Perawat terbebani secara fisik dengan

bahwa perawat merasa terbebani dengan pasien adanya pelaksanaan tugas yang bukan menjadi

yang sangat tergantung dengan mereka, membuat tanggung jawabnya, utamanya banyak

perawat merasa terbebani sehingga pada saat pekerjaanpekerjaan dokter yang dilimpahkan kepada

istirahat pun perawat tetap memperhatikan perawat yang akhirnya semakin membuat perawat

pasien untuk memonitor keadaan pasien tersebut. terbebani secara fisik. Pelaksanaan tugas yang

Ketergantungan pasien menjadikan bukan tanggung jawabnya menyebabkan persepsi

perawat terbebani secara mental karena perawat bahwa beban kerja tinggi, perawat merasa

dituntut untuk mengurangi kesakitan pasien dari terbebani secara fisik serta khawatir akan di

penyakitnya dan mempunyai peran terapeutik yakni tegur atasan, dokter yang melimpahkan pekerjaan

kegiatan yang ditujukan langsung pada tidak bertanggung jawab ketika perawat mendapat

pencegahan dan pengobatan penyakit (Ali, 2001). masalah dari tindakannya melakukan pekerjaan

Perawat terbebani secara mental karena dokter dan lain sebagainya. Perawat berhak

tuntutan untuk meningkatkan kualitas pelayanan mendapatkan perlindungan hukum dalam

tidak sesuai dengan penghargaan insentif yang melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya dan

diterima padahal pekerjaan yang dijalankan oleh berhak mendapatkan jaminan perlindungan

perawat beragam dan harus diselesaikan dengan terhadap risiko kerja yang dapat menimbulkan

baik di dalam ruangan. Kurangnya reward yang bahaya fisik maupun stres emosional sehingga

diterima perawat membuat kualitas kerja personel diharapkan perawat mendapatkan perlindungan

di rumah sakit pemerintah semakin kurang dalam menjalankan profesinya supaya tidak

karena adanya beban kerja yang tinggi di rumah terbebani secara fisik dan tetap produktif dalam

sakit (Ilyas, 2004). Kesesuaian reward atau insentif menjalankan tugas keperawatan. terjaminnya

yang didukung dengan baiknya kinerja SDM perlindungan hukum untuk perawat dalam

berdasarkan deskripsi pekerjaannya dapat menjalankan tugas sesuai dengan profesinya dapat

menekan tingginya beban kerja sehingga mengatasi masalah beban kerja perawat.

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014


146

Tabel 4 Penilaian Beban Kerja Objektif di Intensive Care Unit RSUD Dr. Saiful Anwar Malang

Keterangan:
TL : Tugas Langsung
TTL : Tugas Tidak Langsung
TA : Tugas Administrasi
BT : Bukan Tugas
Waktu efektif : TL+TTL+TA
Waktu tidak efektif : BT

Beban kerja objektif merupakan beban kerja mempersiapkan laborat untuk pasien, injeksi,

yang diamati melalui instrumen time and motion pengambilan spesimen pasien, membersihkan

study melalui pendekatan observasional. pasien dan lain sebagainya. Persentase rata-rata

Deskripsi pekerjaan pada shift pagi antara lain waktu efektif shift malam adalah 50,40% dan

menulis rekam medis dan laporan perawat, tergolong beban kerja rendah.

menemani visite doktermelaksanakan tugas limpah Persentase waktu efektif di ruang

dari dokter, tindakan diagnostik, dan lain Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr. Saiful Anwar

sebagainya. Beban kerja perawat shift pagi Malang untuk shift pagi, shift sore dan shift

adalah 88,22% dan tergolong beban kerja tinggi. malam tergolong beban kerja rendah. Beban kerja

Ini karena TL atau Tugas Langsung perawat shift objektif pada shift pagi lebih besar dibandingkan

pagi lebih banyak dibandingkan dengan shift dengan shift sore. Begitu pula beban kerja

yang lain. Pada shiftpagi dokter lebih banyak objektif pada shift sore lebih besar dibandingkan

melakukan visite. Selain itu terdapat pula TL shift malam.Beban kerja objektif perawat

(Tugas Langsung) perawat yakni menyeka berdasarkan penelitian adalah rendah.

pasien, sehingga waktu efektif perawat lebih Beban kerja subjektif dan objektif dalam

banyak di bandingkan shift yang lain. penelitian dilakukan penggabungan untuk

Deskripsi pekerjaan perawat shift sore mendapatkan hasil beban kerja secara

antara lain mengecek status untuk konsultasi keseluruhan. Penggabungan dilakukan dengan

dengan dokter, kegiatan injeksi, menulis rekam tabulasi silang dengan kategori yang telah

medis, membersihkan pasien, dan lain sebagainya. ditentukan oleh peneliti sendiri. Berikut 3 kategori

Beban kerja perawat shift sore adalah 72,96% dan beban kerja yang didapatkan dari proses

tergolong beban kerja rendah. penggabungan penilaian meliputi: 1) beban kerja

Deskripsi pekerjaan perawat shift malam tinggi (beban kerja tinggi merupakan gabungan dari

antara lain mempersiapkan program injeksi, penilaian dari penilaian beban kerja tinggi dan

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014


147

penilaian beban kerja cukup tinggi); 2) beban kerja penilaian beban kerja rendah dengan penilaian

sedang (beban kerja sedang merupakan beban kerja cukup rendah). Hasil penggabungan

penilaian beban sedang); 3) beban kerja rendah dari beban kerja subjektif dan beban kerja

(beban kerja rendah merupakan gabungan dari objektif akan dijelaskan pada Tabel 5.

Tabel 5 Beban Kerja Subjektif dengan Beban Kerja Objektif di Ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD
Dr. Saiful Anwar Malang

Beban kerja merupakan gabungan dari beban Tingginya keluhan perawat yang seharusnya

kerja subjektif dan beban kerja objektif yang dinilai tidak terjadi. Faktor internal beban kerja adalah

menggunakan instrumen kuesioner serta metode faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri

time and motion study melalui pendekatan sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja

wawancara dan observasional. Beban kerja adalah eksternal. Reaksi tubuh tersebut dikenal dengan

keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah strain, berat ringannya strain dapat dinilai baik

aktivitas yang dilakukan. Beban kerja subjektif objektif ataupun subjektif. Strain subjektif berkaitan

adalah ukuran yang dipakai seseorang terhadap erat dengan harapan, keinginan, kepuasan dan

pertanyaan tentang beban kerja yang diajukan, penilaian kerja.

tentang perasaan kelebihan beban kerja, ukuran SIMPULAN

dari tekanan pekerjaan dan kepuasan kerja Kesimpulan analisis beban kerja perawat

(Pudjirahardjo et al, 2003). dilakukan di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD

Menurut penelitian pada Dr. Saiful Anwar Malang menunjukkan bahwa

responden,didapatkan hasil yakni memiliki beban beban kerja subjektif yang dirasakan oleh perawat

kerja sedang(53,57%). Perawat memiliki persepsi di ruang Intensive Care Unit (ICU) RSUD Dr.

beban kerja sedang karena adanya Saiful Anwar Malang terdiri dari 2 kategori penilaian,

keseimbangan antara beban kerja subjektif yang yakni beban kerja mental dan beban kerja fisik.

dirasakan oleh responden dengan beban kerja Sebagian besar perawat merasakan beban kerja

objektif. Beban kerja subjektif menunjukkan mental cukup tinggi atau membebani. Beban

bahwa perawat terbebani secara mental karena kerja fisik yang dirasakan oleh perawat adalah

perawat dituntut untuk mengurangi kesakitan sebagian besar beban kerja sedang. Beban kerja

pasien dari penyakitnya dan mempunyai peran subjektif merupakan gabungan beban kerja

terapeutik yakni kegiatan yang ditujukan langsung mental dan beban kerja fisik. Beban kerja

pada pencegahan dan pengobatan penyakit (Ali, subjektif perawat di ruang Intensive Care Unit

2001).

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014


148

(ICU) RSUD Dr. Saiful Anwar Malang adalah sebagian besar merasakan beban kerja tinggi.

DAFTAR PUSTAKA Sade, S.(2012). Kebutuhan Jumlah Tenaga


Ali, Z. (2001). Dasar-Dasar Keperawatan Perawat berdasarkan Beban Kerja
Profesional. Jakarta: Widya Medika. pada Instalasi Rawat Inap RSUD
Humairoh, F. (2006). Analisis Perencanaan dan Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat.
Penentuan Kebutuhan Tenaga Jurnal Kesehatan Masyarakat Unhas, I
Keperawatan di Instalasi Rawat Inap (2) Juli, pages 88-98. Makasar.
Gedung A Shafa RSU Haji Surabaya. Tarwaka, Bakri, dan Sudiajeng, L. (2004). Ergonomi
Laporan Magang. Departemen untuk Kesehatan, Keselamatan Kerja
Administrasi Kebijakan Kesehatan FKM dan Produktivitas. UNIBA PRESS.
Unair. Surabaya. Surakarta.
Ilyas, Y. (2004). Perencanaan SDM Rumah Tunggareni, H. S. (2013). Job Satisfaction dan
Sakit: Teori, Metoda dan Formula. Performance berdasarkan Beban Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat – Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit
Universitas Indonesia. Jakarta. Bhayangkara Lumajang. Jurnal
Nursalam, Lilik D., Ernawati N.L.A.K. (2011). Administrasi Kesehatan Indonesia
Kebutuhan Riil Tenaga Perawat Volume 1 Nomor 3 pages 225-233.
dengan Metode Workload Indicator Staff Surabaya.
Need (WISN). Jurnal Ners Vol.6 No.1 Widiawati, U.T. (2009). Deskripsi Time and Motion
pages: 86-93. Surabaya. Study untuk Mengetahui Waktu Baku
Pudjirahardjo, W., J, Hargono., R, dan Rivai., F. di Produksi Sambal PT. Heinz ABC
(2003). Faktor Dominan yang Indonesia Karawang. Skripsi. UNS.
Mempengaruhi Kinerja Perawat dalam Wignjosoebroto, S. (1995). Ergonomi Studi Gerak
Melaksanakan Asuhan Keperawatan di dan Waktu Teknik Analisis untuk
Ruang Rawat Inap RSUD Haji Produktivitas Kerja. Guna Widya.
Surabaya. Jurnal Administrasi dan Jakarta
Kebijakan Kesehatan, I (3) September,
pages 167-168. Surabaya.

Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia Volume 2 Nomor 3 Juli-September 2014

You might also like