You are on page 1of 14

Budiman EfektivitasPSIKIS-Jurnal

HypnoterapiPsikologi
Teknik Anchor
IslamiTerhadap
Vol. 2 No.Perubahani ‖135
…-148
2 (2016) 135

EFEKTIVITAS HYPNOTERAPI TEKNIK ANCHOR TERHADAP PERUBAHAN


PERILAKU MEROKOK REMAJA
Studi Pada Klien di Klinik Maulana Center of Hypnotherapy Palembang

Budiman
Prodi Psikologi Islam UIN Raden Fatah Palembang
budipsiushpi@gmail.com

ABSTRACT
Adolescent smoking behavior is one of the behaviors that are formed through the influence
of the environment and the curiosity of a teenager on the enjoyment of cigarettes by a teenager.
Smoking is also not only occurs in adolescent boys by the results of the study found that smoking
behavior also applies to young women as well as children who are still in primary school. This
study examines the effectiveness Anchor Techniques of Hypnoterapy toward Adolescent Smoking
Behavior Change. Study for Client in The Clinic Maulana Center of Hypnotherapy Palembang. The
hypothesis of this study is there Effect of Anchor Techniques of Hypnoterapy smoke Adolescent
Behavior Change. Research for Clients in The Clinic Maulana Center of Hypnotherapy Palembang.
This study included a quantitative study in which research methods used was Quasi Experiment
design with pretest and posttest with non-control group design, a design study aimed at testing the
causal relationship (Polit & Beck, 2006). This study will be conducted at the Clinic Maulana
Center of Hypnotherapy Palembang on March-June 2015. The Clinic is located at street Kebun
Bunga complex BNI Block B 4 Sukarami Palembang and sampling techniques using purposive
sampling with 15 respondens and using t-test data analysis and MANOVA. The results of this study
stated that there Effect Anchor Techniues of Hypnotherapy toward Adolescent Smoking Behavior
Change. The changes meant is leading to better behavior and that, of 15 people treated with anchor
techniques of hypnotherapy 11 people stop smoking while two people can reduce the intensity and
frequency of smoking to 78% while the two others are only able to be able to reduce the intensity of
smoking 56, 3%. It is advisable to adolescents to be more selective in choosing friends relations,
peer groups, and the utilization of spare time with positive activities. Trying to avoid and try
smoking, improve self-control and self-regulation to the development of technology and information
in order to avoid negative environment.

Keywords: Anchor Techniques of Hypnotherapy, Adolescent Smoking Behavior Change

ABSTRAK
Perilaku merokok remaja merupakan salah satu perilaku yang terbentuk melalui pengaruh
lingkungan dan keigintahuan seorang remaja atas kenikmatan rokok oleh seorang remaja. Perilaku
merokok juga tidak hanya terjadi pada ramaja laki-laki berdasarkan hasil studi menemukan bahwa
perilaku merokok juga berlaku atas remaja perempuan serta pada anak-anak yang masih di Sekolah
Dasar. Penelitian ini berjudul Efektivitas Hypnoterapi Teknik Anchor Terhadap Perubahan Perilaku
Merokok Remaja studi Pada Klien Di Klinik Maulana Center of Hypnotherapy Palembang.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada Pengaruh Hypnotherapy dengan Teknik Anchor terhadap
Perubahan Perilaku Merokok Remaja Penelitian Pada Studi Pada Klien di Klinik Maulana Center of
Hypnotherapy Palembang. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dimana rancangan
penelitian yang digunakan adalah rancangan Quasi Eksperiment dengan pretest and posttest with

ISSN: 2502-728X
136‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016

non control group design, suatu desain penelitian yang bertujuan menguji hubungan sebab akibat
(Polit & Beck, 2006). Penelitian ini akan dilakukan di Klinik Maulana Center of Hypnotherapy
Palembang pada bulan Maret–Juni 2015. Klinik beralamat di jalan kebun bunga komplek BNI Blok
B 4 Sukarami Palembang dan menggunakan purposive sampling dengan 15 respondens serta
menggunakan analisis data uji t dan manova. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada Pengaruh
Hypnotherapy dengan Teknik Anchor terhadap Perubahan Perilaku Merokok Remaja. Perubahan
yang dimaksudkan adalah mengarah pada perilaku yang lebih baik yakni,dari 15 orang yang
diterapi dengan menggunakan hipnoterapi dengan teknik anchor 11 orang berhenti merokok
sedangkan 2 orang dapat mengurangi intensitas dan frekuensi merokok hingga 78 % sementara
untuk 2 orang lagi hanya mampu mampu mengurangi intensitas merokok 56, 3%. Disarankan
kepada remaja agar dapat lebih selektif dalam memilih teman pergaulan, lingkungan pergaulan, dan
pemanfaatan waktu luang dengan kegiatan positif. Berusaha menghindari dan mencoba rokok,
meningkatkan kontrol diri serta regulasi diri terhadap perkembangan teknologi dan informasi agar
terhindar dari pergaulan negatif.

Kata Kunci: Hypnotherapi teknik Anchor, Perilaku Merokok

Pendahuluan penelitian terhadap pelajar SMU di Yogyakarta


Kebiasaan merokok nampaknya telah menunjukkan bahwa 19,9% pelajar tersebut
menjadi fenomena sosial yang cukup luar merokok (Prabandari dan Prawitasari, 1994).
biasa. Dalam berbagai kesempatan kita selalu Perry dkk. (dalam Smet, 1994)
menyaksikan seseorang sedang merokok. Dari menegaskan bahwa kebanyakan perokok mulai
lingkungan masyarakat kecil hingga antara umur 11 dan `13 tahun dengan sigaret
masyarakat elit di seluruh dunia. Angka pertama, dan 85 % sampai 90 % sebelum umur
prevalensi dan konsumsi merokok di negara 18 tahun. Awal dari kebiasaan merokok itu
maju telah menurun sebagai hasil dari program terjadi diakibatkan pengaruh lingkungan sosial,
penanggulangan yang komprehensif dan teman-teman, kawan-kawan sebaya, orang tua
intensif, keadaan sebaliknya terjadi di negara dan media. Merokok tahap awal terjadi akibat
sedang berkembang dalam jangka panjang akan pengaruh lingkungan sosial, teman-teman,
terjadi endemik penyakit akibat merokok yang kawan-kawan sebaya, orang tua saudara-
mahal biaya penanggulangannya di negara saudara, dan media. Merokok tahap awal
dunia ketiga, bila keadaan ini tidak segera dilakukan dengan teman-teman 6 %, seorang
ditanggulangi dengan serius (Suhardi, 2005) anggota keluarga bukan orang tua 23%, tetapi
Laporan WHO menunjukkan bahwa secara mengejutkan sebagian besar juga dengan
remaja sekolah adalah target iklan tembakau, orang tua 14%. Tekanan dari teman-teman
data dari 151 negara menunjukkan bahwa sebaya merupakan hal penting, pengaruh
sekitar 7 persen dari remaja sekolah merokok, keluarga merupakan faktor penentu kedua yang
sedangkan usia dewasa 12 persen. paling penting. Suatu riset nasional di Amerika
Perokok di Indonesia bukan hanya orang Serikat menentukan bahwa kira-kira 14% dari
dewasa, melainkan juga para remaja anak-anak. anak-anak dengan orang tua yang merokok
Diperkirakan 25 % remaja Indonesia sudah juga merokok, sedangkan hanya sekitar 6%
mulai merokok (Aditama, 2007). Tingginya dari anak-anak yang merokok dengan orang tua
jumlah perokok remaja juga di laporkan bahwa yang bukan perokok (Smet, 1994).
49% pelajar laki-laki di Jakarta merokok, Pemerintah Indonesia sebenarnya sudah
sedangkan pelajar putrinya sebanyak 8,8%, mulai melakukan kampaye anti merokok
Budiman Efektivitas Hypnoterapi Teknik Anchor Terhadap Perubahani …‖137

melalui media televisi, namun tampaknya tidak masalah perilaku merokok pada anak remaja
dilaksanakan secara konsisten. Dalam sekolah. Beberapa metode pendekatan pada
keputusan menteri penerangan RI No, 04 agregard anak sekolah dalam memberikan
A/Kep./MenPen./1993 tentang penyiaran pendidikan kesehatan diataranya adalah
televisi di Indonesia dalam pasal 20 ayat 1 menyampaikan pesan-pesan kesehatan agar
disebutkan bahwa siaran niaga berupa iklan masyarakat memiliki pengetahuan tentang
program sponsor mengenai rokok dan bahaya merokok. Dengan demikian muncul
minuman keras beserta segenap produk sikap yang negatif terhadap rokok sehingga
sampingannya dalam bentuk apapun juga tidak diharapkan masyarakat bisa menjauhi perilaku
boleh ditanyangkan di televisi (Abadi, 1999). merokok yang merugikan kesehatan. Di dalam
Pada kenyataanya hampir pada setiap saat mata memberikan pendidikan kesehatan ini, ada
acara televisi dapat disaksikan dengan mudah beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu 1)
iklan mengajak orang merokok. menetapkan tujuan yang ingin dicapai, 2)
Perokok di Indonesia bukan hanya memilih materi yang cocok untuk mencapai
orang dewasa, melainkan juga para remaja tujuan, 3) menentukan subyek atau sasarannya,
anak-anak. Diperkirakan 25 % remaja 4) menentukan penyaji atau orang yang
Indonesia sudah mulai merokok (Aditama, menyampaikannnya, 5) memilih metode yang
1997). Tingginya jumlah perokok remaja juga cocok dalam penyajiannya, dan 6)
di laporkan bahwa 49% pelajar laki-laki di Pertimbangan situasi (Surachmad, 2003)
Jakarta merokok, sedangkan pelajar putrinya Metode pemecahan masalah kesehatan
sebanyak 8,8%, penelitian terhadap pelajar masyarakat mengalami perkembangan dengan
SMU di Yogyakarta menunjukkan bahwa mengunakan metode-metode komplementer.
19,9% pelajar tersebut merokok (Prabandari Metode komplementer yang mudah diterima
dan Prawitasari, 1994). Hasil survei oleh masyarakat diantaranya adalah metode
pendahuluan yang dilakukan pada 40 orang hypnoterapi, hypnoterapi merupakan salah satu
siswa di tiga sekolah SMU di kota Palu pendekatan kesehatan secara psikologis yang
terdapat 57,5% mengaku merokok, 17,5% digunakan untuk dapat merubah dan perilaku
merokok dan minum beralkohol dan 12,5% dan kebiasaan manusia. Manusia adalah
pernah menggunakan pil koplo. makhluk multi telenta yang diberikan anugerah
Tingginya prevalensi merokok di oleh Tuhan berupa akal dan pikiran. Dalam
negara-negara berkembang termasuk Indonesia, aktivitas keseharian manusia banyak
terutama di kalangan remaja, menyebabkan dipengaruhi oleh pikiran. Pikiran manusia
masalah rokok menjadi semakin serius. Apalagi terbagi atas dua, yaitu : pikiran alam sadar dan
dampak rokok itu sendiri juga meningkat justru pikiran alam bawah sadar.
pada perokok pasif, yaitu orang yang tidak Seorang pakar ilmu psikologi asal India
merokok tetapi terkena akibat buruk dari utara, Prof dr Kelvan vinath menuturkan bahwa
merokok (Kompas, 2003). pikiran bawah sadar memiliki kekuatan 70% di
Perilaku merokok di usia remaja saat bandingkan dengan pikiran sadar yang hanya
ini, menjadi perhatian penting bagi kesehatan memiliki kekuatan 30%. Pikiran bawah sadar
masyarakat, peran perawat komunitas terutama manusia menyimpan misteri yang luar biasa.
pada agregard anak sekolah dengan masalah Banyak hal yang menyangkut manusia
perilaku merokok merupakan tugas dan bersumber dari berbagai data dan nilai yang
tanggung jawab semua orang terutama bagi tersimpan di pikiran bawah sadar. Pikiran
penggerak kesehatan sebagai kontribusi ilmu bawah sadar tidak saja terkait dengan perilaku
dan keterampilan dalam menanggulangi dan mental, tetapi lebih jauh lagi pikiran bawah

ISSN: 2502-728X
138‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016

sadar dapat merubah metabolisme, langsung sembuh setelah pulang dari tempat
mempercepat penyembuhan, atau bahkan praktik, padahal obatnya belum diminum.‖
memperburuk suatu kondisi penyakit. Ditambahkan dr. Charles, pasien
Berdasarkan uraian fenomena di atas apapun bisa menerapkan terapi pikiran,
peneliti berminat untuk melakukan penelitian terutama pasien penyakit kronis, atau menahun.
berjudul Efektivitas Hypnotherapy dengan Hampir 60-70 persen penyakit menahun
Teknik Anchor terhadap Perubahan Perilaku memiliki aspek psikologis yang besar, sehingga
Merokok Remaja Studi Pada Klien di Klinik aspek sugestif sangat diperlukan dalam terapi.
Maulana Center of Hypnotherapy Palembang. Terapii pikiran inii pada umumnya
menggunkan pendekatan pyhpnotherapy,
Hipnotherapi dengan memanfaat kondisi hypnosis seseorang
Dalam aktivitas keseharian manusia (state hypnpsis).
banyak dipengaruhi oleh pikiran. Pikiran Menurut American Psychologi
manusia terbagi atas dua, yaitu : pikiran lama Asosiation (APA) kondisi hipnosis pada
sadar dan pikiran alam bawah sadar. Seorang umumnya terkait dengan pengenalan sebuah
pakar ilmu psikologi asal India utara, Prof dr prosedur selama subjek tersebut disugesti
Kelvan vinath Mtk menuturkan bahwa pikiran untuk mengalami suatu pengalaman imajinatif.
bawah sadar memiliki kekuatan 70% di Induksi hipnosis merupakan sugesti inisial
bandingkan dengan pikiran sadar yang hanya yang luas menggunakan imajinasi seseorang
memiliki kekuatan 30%. Pikiran bawah sadar dan mungkin mengandung perincian lebih
manusia menyimpan misteri yang luar biasa. lanjut pada introduksinya. Sebuah prosedur
Banyak hal yang menyangkut manusia hipnosis biasanya digunakan untuk
bersumber dari berbagai data dan nilai yang memberikan dukungan dan mengevaluasi
tersimpan di pikiran bawah sadar. Pikiran respon sugesti. Ketika menggunakan hipnosis,
bawah sadar tidak saja terkait dengan perilaku seseorang (subjek) dipimpin oleh orang lain
dan mental, tetapi lebih jauh lagi pikiran bawah (hypnotist) untuk memberikan respon terhadap
sadar dapat merubah metabolisme, sugesti untuk berubah pada pengalaman
mempercepat penyembuhan, atau bahkan subjektifnya, perubahan persepsi, sensasi,
memperburuk suatu kondisi penyakit. emosi, pikiran atau tingkah laku. Orang
Hal ini selaras dengan penuturan dr tersebut dapat juga mempelajari hipnosis diri
Charles E. Damping, SpKJ, staf pengajar di sendiri (self hypnosis) yang merupakan
Departemen Psikiatri FKUI. ―Efek tindakan untuk mengatur prosedur hipnosis
penyembuhan plasebo memang ada. Banyak atas kemauan orang tersebut. Jika subjek
pasien yang sembuh karena punya kenyakinan berespon terhadap sugesti hipnotis, umumnya
bahwa obat yang diberikan bisa menandakan bahwa hipnosis telah berhasil
menyembuhkan, meskipun diberikan obat dilakukan. Banyak pihak meyakini bahwa
kosong‖, cetusnya. Maka itu, kekuatan sugesti respon hipnosis dan pengalaman merupakan
amat manjur bagi penyembuhan kanker. Daya karakteristik keadaan hipnosis.
tahan tubuh meningkat ketika kita berpikiran Hipnotis di masa lalu indentik dengan
positif sehingga bisa memotivasi diri untuk kondisi tidur, terbaring, atau tidak bergerak.
melakukan hal-hal yang positif pula, seperti Pada masa kini, hipnotis lebih ditekankan pada
makan teratur, olahraga teratur, minum obat kondisi relaksasi yang dalam, baik secara fisik
secara teratur dan istirahat yang cukup. maupun mental. Saat ini dikenal beberapa
―Masyarakat kita masih percaya akan kekuatan keadaan hipnotis seperti moving meditation,
sugesti‖, kata dr. Charles. ―Ada pasien yang hypnoidal state, serta automatic writing,
Budiman Efektivitas Hypnoterapi Teknik Anchor Terhadap Perubahani …‖139

dimana pasien melakukan aktivitas bawah rencana besar yang tak terlihat dari subyek
sadar dalam bentuk gerakan atau tindakan yang hipnotis.
dikendalikan oleh niat. Secara sederhana, dengan memiliki
Psikolog pada Pusat Hipnotis dasar ilmu hipnotis seorang Hypnotist dapat
Kedokteran RSPAD Gatot Subroto (pusat membuat seseorang (Subjek) sangat relaks dan
hipnotis kedokteran pertama di Indoneisa) Dra tenang. Bahkan pada orang-orang tertentu dan
Psi Adjeng Lasmini mengatakan, pada dalam situasi tertentu, seorang Hypnotist dapat
hipnotis, pasien diajak untuk relaks secara fisik membuat Subjek sangat tenang secara ekstrim,
dan mental dengan memusatkan perhatian sehingga masuk ke suatu tahapan yang dikenal
melalui sarana fiksasi berupa suara, tatapan, sebagai kondisi "Hypnotic" atau "Tertidur
dan sentuhan secara berulang dan monoton. Ini Hypnosis" atau ―trans hipnosis‖.
membuat pasien merasa semakin santai. Pada saat Subjek sudah dalam kondisi
Dalam kondisi hipnotis, lanjutnya, sangat rileks, atau dalam kondisi "Hypnos",
sugesti positif yang ditanamkan disusun dalam maka Hypnotist dapat memberikan sugesti-
kalimat yang sederhana. Karena pada kondisi sugesti yang relatif lebih mudah diterima oleh
ini kemampuan seseorang untuk merangkum Subjek dibandingkan dalam kondisi biasa.
kalimat demi kalimat mengalami penurunan. Untuk memberikan sugesti seorang
Seperti terapi lainnya, hipnotis juga dapat penghipnotis harus memiliki kekuatan mental
menimbulkan efek samping. Seperti dikatakan seperti percaya diri, kemampuan mensugesti
dr Erwin Kusuma SpKJ, program yang dengan meyakinkan, keberhasilan praktik
ditanamkan dalam hipnoterapi harus positif. Ini hipnotis adalah ketika subjek sudah berada
mengingat pasien tidak memiliki kemampuan pada situasi deep trance. Namun, untuk
merangkum (sintesis) karena kecerdasan mencapat tingkat ini, ada faktor yang
jasmaninya menurun. Bila hal ini tidak mempengaruhinya. Yakni, kondisi psikologis
diperhatikan, bukan tidak mungkin akan (Kejiwaan) subjek, tingkat keaktifan berpikir
muncul hasil yang tidak diinginkan, seperti subjek, suasana dan kondisi lingkungan,
timbul abreaksi (keluarnya rekaman bawah ketrampilan seorang hypnotist, waktu, serta
sadar secara serentak, seperti kekesalan dan tingkat kepercayaan subjek terhadap seorang
kesedihan, sehingga ungkapan dan tindakan hypnotist.
pasien tidak terkendali). 1. Tahap pre-induction
Para illusionis lainnya, tak lepas dari Pre-Induction (pra-induksi) merupakan
pengembangan maupun penerapan prinsip- suatu proses untuk mempersiapkan suatu
prinsip dasar ilmu psikologi. Upaya ‗hipnotis‘ situasi dan kondisi yang bersifat kondusif
tersebut merupakan tindakan manipulatif antara seorang penghipnosis dan Subjek.
terhadap kesadaran realitas ‗obyek‘ hipnotis. Agar proses Pre-Induction berlangsung
Dibutuhkan lebih dari sekedar kekuatan mental dengan baik, maka sebelumnya Hypnotist
saja untuk dapat memahami trick para harus dapat mengenali aspek-aspek
illusionis itu, karena pada saat hipnotis psikologis dari Subjek, antara lain : hal
dilakukan maka pada saat itu pula telah terjadi yang diminati, hal yang tidak diminati, apa
sinkronisasi antara psikis dengan fisik yang yang diketahui Subjek terhadap Hypnosis,
bersimulakrum. Seperti yang telah diteliti oleh dan seterusnya.
Carl Jung salah satu peletak dasar-dasar Pre-Induction dapat berupa percakapan
psikologi modern bahwa sinkronitas tersebut ringan, saling berkenalan, serta hal-hal lain
akan menghasilkan suatu interaksi yang terjadi yang bersifat mendekatkan seorang
dalam kesadaran dan digerakkan oleh satu Hypnotist secara mental terhadap seorang

ISSN: 2502-728X
140‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016

Subjek. Pre-Induction merupakan tahapan "Trance" akan berkaitan dengan efektivitas


yang bersifat kritis. Seringkali kegagalan pengaruh Sugesti Therapi yang akan
proses hipnotis diawali dari proses Pre- diberikan kepada Subjek.
Induction yang tidak tepat. Depth Level Test dilakukan dengan cara
Tahap ini juga untuk menguji apakah klien memberikan perintah sederhana yang
cocok diterapi dengan menggunakan berlawanan dengan logika kesadaran biasa
hipnotis atau tidak, klien mudah dihipnotis (Conscious). Jika tingkat kedalaman
atau tidak sebab hipnotis membutuhkan "Trance" yang dimaksud belum dicapai,
keadaan psikis tertentu dimana klien harus maka Hypnotist harus melakukan
mau bekerja sama dengan suka rela untuk "induction" kembali. Seringkali diikuti
mengikuti instruksi hipnotis yang dengan sugesti yang bersifat "provokatif".
diberikan. Tidak setiap orang dapat mencapai tingkat
2. Tahap Induction "Trance" yang dalam. Hal ini tidak menjadi
Langkah berikutnya adalah Induction masalah dalam Hypnotherapy.
(induksi). Merupakan kunci utama dalam 4. Suggestion
proses hipnotis, karena proses inilah yang Suggestion atau Sugesti. Merupakan
akan membawa Subjek dari kondisi "Beta" tahapan inti dari maksud dan tujuan proses
ke kondisi "Alpha" bahkan "Theta" dengan hipnotis. Pada tahapan ini seorang
kondisi sepenuhnya di bawah kendali Hypnotist mulai dapat memasukkan
seorang Hypnotist. kalimat-kalimat sugesti ke Sub-Conscious
Bagian utama dari induction adalah Subjek.
"kalimat kunci" dari seorang Hypnotist, 5. Post Hypnotic Suggestion
ketika memerintahkan seorang Subjek Setelah itu, kita menuju tahapan Post
untuk tidur "Hypnotic", di mana Hypnotic Suggestion. yakni, suatu Sugesti
selanjutnya Hypnotist akan mengambil alih yang tetap "bekerja" walaupun seorang
kendali atas Sub-Conscious Subjek. telah berada dalam kondisi pasca-hipnotis
Secara utuh, proses Induction terdiri dari 3 (normal). Post Hypnotic Suggestion
bagian, yaitu: Relaxation, adalah proses merupakan hal penting yang mendasari
untuk mengurangi keaktifan BrainWave proses Clinical Hypnotherapy.
Subjek (High Beta to Low Beta). Induction, Apabila hypnotist ingin mengendalikan
adalah Proses untuk membawa Subjek ke Subjek, ia bisa menggunakan simbol bunyi
Brainwave Alpha, untuk selanjutnya siap atau tindakan. Inilah yang disebut Anchor.
di-sugesti dengan "kalimat kunci". Yakni sugesti berupa simbol-simbol yang
Deepining adalah proses untuk membawa akan menghasilkan reaksi pemikiran,
Subjek ke "Trance Level" yang lebih dalam emosional, atau perilaku tertentu disebut
(Theta). juga dengan "Anchor". Inilah yang sering
3. Pengujian Trans Hipnotis dipraktikan Romy Rafael di televisi atau
Proses Dept Level Test. Seringkali dikenal dengan istilah anchoring, yang
diistilahkan dengan "Trance Level Test" merupakan proses "Programming" seorang
atau pengujian tingkat kedalaman Hypnotist terhadap Subjek. Misalnya,
"Hypnotic" seorang Subjek.Bagi seorang mulai saat ini, jika kamu melihat Warung
Stage hypnotist, perlu memperoleh seorang Tegal, maka kamu tidak dapat menahan
Subjek dengan tingkat kedalaman "Trance" keinginan kamu untuk mentraktir saya!
tertentu. Minimal : Medium Trance. Bagi
seorang Hypnotherapist, tingkat kedalaman
Budiman Efektivitas Hypnoterapi Teknik Anchor Terhadap Perubahani …‖141

6 Termination masalah sosial yang sangat kritis. Perilaku


Termination, yakni suatu tahapan untuk merokok di kalangan remaja sangat penting
mengakhiri proses hipnotis. Konsep untuk dicegah karena dapat mengakibatkan
Termination adalah agar seorang Subjek berbagai dampak negatif.
tidak mengalami kejutan psikologis ketika Berdasarkan uraian tersebut diatas
terbangun dari "tidur hipnotis". bahwa kecenderungan berperilaku merokok
Standar dari proses Termination adalah dapat diukur dari aspek-aspek yaitu dampak
membangun sugesti positif yang akan orang merokok, fungsi rokok, tempat merokok,
membuat tubuh seorang Subjek lebih segar citra anak remaja, perik lanan merokok. Aspek-
dan relaks, kemudian diikuti dengan regresi aspek tersebut seringkali menjadi materi dalam
beberapa detik untuk membawa Subjek ke pembahasan rokok, sehingga pada penelitian
kondisi normal kembali. akan dijadikan sebagai indikator alat ukur.
Perilaku merokok merupakan interaksi
1. Perilaku Merokok Remaja antara faktor farmakologis dan psikologis.
Monks dan Haditono (1999) memberi Secara psikologis mencakup aspek kontrol
batasan usia remaja 12 tahun sampai dengan 21 stimulus dan peran rokok sebagai reinforcer
tahun. Batasan usia ini dibagi menjadi tiga untuk mendapatkan rasa nikmat dan relaks.
tahap, yaitu masa remaja tengah awal (12-15 Kenikmatan dan rasa relaks merokok
tahun), masa remaja tengah (15-18 tahun), dan didapatkan ketika merokok dilakukan sesudah
masa remaja akhir (18-21 tahun). Pada makan, sebagai penyerta minum kopi atau
umumnya ahli lain sependapat bahwa batasan minum minuman beralkohol. Perilaku yang
usia remaja di Indonesia adalah 12 sampai 21 dapat mengurangi rasa tidak nyaman seperti
tahun di Indonesia. kecemasan, ketegangan, kebosanan dan
Remaja adalah masa peralihan dari anak kelelahan (Lichstein, 1982). Menurut Shiffam
menjelang dewasa (Darajat, 1980). Suatu (1993) perilaku merokok merupakan bagian
tingkat umur tidak lagi anak, akan tetapi belum kebiasaan kehidupan sehari-harinya sehingga
dipandang dewasa. Pada umur ini terjadi sangat sulit untuk menghentikannya karena
perubahan yang tidak mudah bagi seorang anak dipengaruhi oleh beberapa faktor:
untuk menghadapinya tanpa bantuan dan a). Pengaruh orang tua. Salah satu temuan
pengertian orang tua serta orang dewasa pada tentang remaja perokok adalah bahwa
umumnya. Menurut Hurlock (1991) masa anak-anak muda yang berasal dari rumah
remaja sebagai usia bermasalah. Dengan status tangga yang tidak bahagia, dimana orang
remaja yang berada di tengah dan terombang- tua tidak begitu memperhatikan anak-
ambing akan banyak menghadapi masalah. anaknya dan memberikan hukuman fisik
Masalah yang dihadapi remaja bila tidak cepat yang keras lebih mudah untuk menjadi
diselesaikan remaja dapat lari ke hal-hal yang perokok dibandingkan anak-anak muda
negatif diantaranya merokok. Jessor dan Jessor yang berasal dari lingkungan rumah tangga
(dalam Gathel, dkk. 1989) mengatakan bahwa yang bahagia (Baer dan Carado dalam
pemberontakan dapat menyebabkan remaja Atkinson, dkk (1994). Remaja yang
merokok. berasal dari keluarga konservatif yang
Perilaku merokok semakin merupakan menekankan nilai-nilai sosial dan agama
hal yang lazim di antara anak remaja bahkan dengan baik dengan tujuan jangka panjang
populasinya cenderung meningkat. lebih sulit untuk terlibat dengan
Kecenderungan ini dapat membuat anak remaja rokok/tembakau/obat-obatan dibandingkan
menghadapi masalah kesehatan maupun dengan keluarga yang permisif dengan

ISSN: 2502-728X
142‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016

penekanan pada falsafah ―kerjakan gambaran bahwa perokok adalah lambang


urusanmu sendiri-sendiri ― dan yang paling kejantanan atau glamour, membuat remaja
kuat pengaruhnya adalah bila orang tua seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku
sendiri menjadi figure contoh yaitu sebagai seperti yang ada dalam iklan tersebut.
perokok berat, maka anak-anaknya akan Perilaku merokok anak dipengaruhi
mungkin sekali untuk mencontohnya. oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan, sikap,
Perilaku merokok lebih banyak di dapati tingkah laku serta lingkungan anak. Hal lain
pada mereka yang tinggal dengan satu ikut mempengaruhi adalah keyakinan,
orang tua (single parent). Remaja akan pengalaman, kondisi fisik, sarana atau
lebih cepat berperilaku sebagai perokok prasarana, faktor psikologis serta sosial budaya.
bila ibu mereka merokok dari pada ayah Faktor psikososial paling banyak dihubungkan
yang merokok. dengan perilaku merokok. Sebagai contoh yang
b). Pengaruh teman. Fakta mengungkapkan mendorong anak merokok diantaranya,
bahwa semakin banyak remaja merokok memanfatkan merokok untuk mendapatkan
maka semakin besar kemungkinan teman- rasa percaya pada diri sendiri, dapat diterima
temannya adalah perokok juga dan dalam pergaulan, merasa sangat maskulin pada
demikian sebaliknya. Dari fakta tersebut anak laki-laki atau hanya ikut-ikutan karena
ada dua kemungkinan yang terjadi, yang teman merokok. Efek psikologis seperti
pertama remaja tadi terpengaruh oleh memberikan kesenangan, ketenteraman,
teman-temannya atau bahkan teman-teman konsentrasi. Jadi faktor yang paling penting
remaja tersebut dipengaruhi oleh diri dan mendukung anak merokok adalah
remaja tersebut yang akhirnya mereka lingkungan terdekatnya seperti orang tua,
semua menjadi perokok. Di antara remaja saudara, orang sekeliling seperti guru
perokok terdapat 87% mempunyai memberikan contoh merokok.
sekurang-kurangnya satu atau lebih
sahabat yang perokok. Pendapat ini Metode Penelitian
didukung hasil penelitian Karyani dan Penelitian ini termasuk penelitian
Sulistyanto (1999) yang menyimpulkan kuantitatif dimana rancangan penelitian yang
bahwa sebagian besar perokok (47,5 %) digunakan adalah rancangan Quasi Eksperiment
merupakan dorongan dari teman. dengan pretest and posttest with non control
c). Faktor kepribadian. Orang mencoba untuk group design, suatu desain penelitian yang
merokok karena alasan ingin tahu atau bertujuan menguji hubungan sebab akibat (Polit
ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik & Beck, 2006). Penelitian ini akan dilakukan di
atau psikis, membebaskan diri dari Klinik Maulana Center of Hypnotherapy
kebosanan. Namun satu sifat kepribadian Palembang pada bulan Maret–Juni 2015.
yang bersifat prediktif pada pengguna Klinik beralamat di jalan kebun bunga komplek
obat-obatan (termasuk rokok) ialah BNI Blok B 4 Sukarami Palembang.
kompormitas sosial. Orang yang memiliki Populasi penelitian adalah klien yang
skor tinggi pada berbagai tes konformitas terapi dengan metode hypnoterapi di klinik
sosial lebih mudah menjadi pengguna hypnopranic healing palembang. Pengambilan
dibandingkan dengan mereka yang sampel menggunakan teknik simple proposive
memiliki skor yang rendah (Atkinson, dkk. sampling. Berdasarkan teknik sampling yang
1991). digunakan di peroleh 15 responden. Data akan
d). Pengaruh Iklan. Melihat iklan di media dianalisis akan dilakukan melalui dua tahap
massa dan elektronik yang menampilkan yaitu analisis deskriptif, analisis inferensial
Budiman Efektivitas Hypnoterapi Teknik Anchor Terhadap Perubahani …‖143

menggunakan uji t Test Independent dengan Di samping itu, berdasarkan uji


kriteria terpenuhi uji normalitas dan MANOVA (Analisis Variansi dengan Amatan
homogenitas data. Ulang) diperoleh hasil seperti pada tabel 6 di
bawah ini :
Hipotesis Tabel 6.
Ada Pengaruh Hypnotherapy dengan Hasil Uji MANOVA perilaku merkok pre-test
Teknik Anchor terhadap Perubahan Perilaku dan post-test diberi hipnoterapi
Merokok Remaja Penelitian Pada Studi Pada dengan metode anchor.
Tahapan perubahan Perilaku Merokok
Klien di Klinik Maulana Center of Hypnotherapy Variabel Maret April Mei Juni
Merokok Behenti Merokok Behenti Merokok Behenti Merokok Behenti
Palembang. Perilaku 15 - 13 2 9 6 4 11
Merokok (100%) (0%) (86,6%) (13,3%) (60%) (40%) (26,6%) 73,3%)

Hasil Penelitan Pembahasan


Hasil penelitian ini akan disajikan Hasil penelitian ini menyatakan bahwa
sebagai berikut : ada Pengaruh Hypnotherapy dengan Teknik
Tabel 5. Anchor terhadap Perubahan Perilaku Merokok
Perbedaan Rerata perilaku merokok Remaja Remaja. Perubahan yang dimaksudkan adalah
Pre-test dan Post-test diberikan mengarah pada perilaku yang lebih baik
Hipnotherapi dengan metode anchor yakni,dari 15 orang yang diterapi dengan
Pre-test Post-test
Uji
p menggunakan hipnoterapi dengan metode
Variabel
Mean Std Deviation Mean
Std Statistik anchor 11 orang berhenti merokok sedangkan
Deviation
Perilaku 18,66 4,35 21,93 3,16 -10,05 0,00
kan 2 orang dapat mengurangi intensitas dan
Meokok frekuensi merokok hingga 78 % sementara
Remaja 70,41 10,58 81,45 10,27 -4,80 0,00
untuk 2 orang lagi hanya mampu mampu
t = paired t-test, df =13
mengurangi intensitas merokok 56, 3%.
Mengacu pada tabel 5, di atas dapat
Hal ini selaras dengan penuturan dr
dijelaskan bahwa pada pre-test hipnotherapi
Charles E. Damping, SpKJ, staf pengajar di
adalah 18,66 dengan standar deviasi 4,35.
Departemen Psikiatri FKUI. ―Efek penyembuhan
Terjadi perubahan perilaku setelah diberikan
plasebo memang ada. Banyak pasien yang
hipnotherapi dengan metode degan rata-rata
sembuh karena punya kenyakinan bahwa obat
nilai yaitu 21.93 dengan standar deviasi 3.1d.
yang diberikan bisa menyembuhkan, meskipun
Uji statistik dengan t berpasangan diperoleh
diberikan obat kosong‖, cetusnya. Maka itu,
nilai (p value) sebesar 0.00 lebih kecil dari alpa
kekuatan sugesti amat manjur bagi
0.05 yang berarti bahwa ada pengaruh Program
penyembuhan kanker. Daya tahan tubuh
hipnotherapi dengan merode anchor terhadap
meningkat ketika kita berpikiran positif
perilaku merokok remaja. Rata-rata nilai
sehingga bisa memotivasi diri untuk
perilaku laku merokok remaja pre-test 70,41
melakukan hal-hal yang positif pula, seperti
dengan standar deviasi 10,58. Terdapat
makan teratur, olahraga teratur, minum obat
perubahan lebih baik setelah dilakukan
secara teratur dan istirahat yang cukup.
hipnoterapi denga metode anchor dengan rata-
―Masyarakat kita masih percaya akan kekuatan
rata 81,45 dan standar deviasi 10,27. Uji
sugesti‖, kata dr. Charles. ―Ada pasien yang
statistik dengan t berpasangan diperoleh nilai
langsung sembuh setelah pulang dari tempat
probabilitas (p value) sebesar 0,00 lebih kecil
praktik, padahal obatnya belum diminum.‖
dari alpa 0,05 yang berarti bahwa ada pengaruh
Ditambahkan dr. Charles, pasien
penerapan hipnotherapi dengan metode anchor
apapun bisa menerapkan terapi pikiran,
terhadap perubahan perilaku merokok remaja.

ISSN: 2502-728X
144‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016

terutama pasien penyakit kronis, atau menahun. Ketika kita sudah dewasa dan dalam
Hampir 60-70 persen penyakit menahun kondisi sadar seperti sekarang ini, Critical
memiliki aspek psikologis yang besar, sehingga Factor akan menghalangi afirmasi atau sugesti
aspek sugestif sangat diperlukan dalam terapi. yang ingin kita tanamkan ke pikiran bawah
Terapi pikiran ini pada umumnya menggunkan sadar. Sugesti yang diucapkan dalam kondisi
pendekatan pyhpnotherapy, dengan memanfaat sadar terhalang oleh Critical Factor, sehingga
kondisi hypnosis seseorang (state hypnpsis). efeknya sangat kecil atau bahkan tidak ada
Pengaruh pikiran bawah sadar terhadap sama sekali karena ditolak mentah-mentah oleh
diri kita adalah 9 kali lebih kuat dibandingkan Critical Factor. Misalnya, seorang perokok
pikiran sadar. Itulah mengapa banyak orang yang sudah 20 tahun merokok mengatakan
yang sulit berubah meskipun secara sadar pada dirinya "Saya mau berhenti merokok
mereka sangat ingin berubah. Apabila terjadi sekarang", maka Critical Factornya mengkritik
pertentangan keinginan antara pikiran sadar dengan kata-kata yang terdengar dalam hati
dan bawah sadar, maka pikiran bawah sadar "Walah kamu mana bisa berhenti merokok,
selalu menjadi pemenangnya. kamu sudah terlalu lama merokok, apa kamu
Apabila kita ingin mengubah kebiasaan, mampu meninggalkan rokok?, omong kosong,
kepribadian, keyakinan yang negatif, kamu dulu juga sudah pernah mau berhenti
mengendalikan emosi, maka yang harus diubah merokok tapi nyatanya gagal." Hasilnya
adalah "program pikiran" yang ada di pikiran kemauan untuk berhenti merokok itu menjadi
bawah sadar. Misalnya, sebagian besar perokok lemah dan kita tidak berdaya untuk berhenti
tahu bahwa merokok itu merugikan. Bahkan merokok.
tidak sedikit yang ingin berhenti merokok. Perilaku merokok merupakan interaksi
Namun mereka seolah tidak bisa lepas dari antara faktor farmakologis dan psikologis.
kebiasaan merokok, meskipun segala usaha Secara psikologis mencakup aspek kontrol
telah dilakukan. Hal ini terjadi karena pikiran stimulus dan peran rokok sebagai reinforcer
bawah sadarnya selalu menginginkan rokok. untuk mendapatkan rasa nikmat dan relaks.
Tidak peduli sekuat apapun pikiran sadar Kenikmatan dan rasa relaks merokok
berusaha menolak rokok, selama pikiran bawah didapatkan ketika merokok dilakukan sesudah
sadarnya masih suka (baca: terbiasa) merokok, makan, sebagai penyerta minum kopi atau
maka berhenti merokok adalah hal yang minum minuman beralkohol. Perilaku yang
mustahil. dapat mengurangi rasa tidak nyaman seperti
Seorang anak kecil usia 0-3 tahun dalam kecemasan, ketegangan, kebosanan dan
pikirannya belum terbentuk Critical Factor, kelelahan (Lichstein, 1982).
sehingga anak kecil menerima perintah/informasi Perilaku merokok anak dipengaruhi
dari orang lain begitu saja tanpa berpikir panjang. oleh beberapa faktor yaitu pengetahuan, sikap,
Anak kecil tidak menyaring informasi/sugesti, tingkah laku serta lingkungan anak. Hal lain
apapun yang diterima dari lingkungannya ikut mempengaruhi adalah keyakinan,
dianggap sebagai sesuatu yang benar. Usia 0-3 pengalaman, kondisi fisik, sarana atau
tahun ini adalah fase kritis dalam pertumbuhan prasarana, faktor psikologis serta sosial budaya.
anak. Jika kita banyak memberikan Faktor psikososial paling banyak dihubungkan
perintah/informasi yang positif, maka anak akan dengan perilaku merokok. Sebagai contoh yang
tumbuh menjadi anak yang cerdas dan sukses, mendorong anak merokok diantaranya,
begitu sebaliknya.Seiring bertambahnya usia, memanfatkan merokok untuk mendapatkan
Critical Factor akan membentuk dan semakin rasa percaya pada diri sendiri, dapat diterima
menguat hingga dewasa. dalam pergaulan, merasa sangat maskulin pada
Budiman Efektivitas Hypnoterapi Teknik Anchor Terhadap Perubahani …‖145

anak laki-laki atau hanya ikut-ikutan karena ikut-ikutan karena teman merokok. Efek
teman merokok. Efek psikologis seperti psikologis seperti memberikan kesenangan,
memberikan kesenangan, ketenteraman, ketenteraman, konsentrasi. Jadi faktor yang
konsentrasi. Jadi faktor yang paling penting paling penting dan mendukung anak merokok
dan mendukung anak merokok adalah adalah lingkungan terdekatnya seperti orang tua,
lingkungan terdekatnya seperti orang tua, saudara, orang sekeliling seperti guru
saudara, orang sekeliling seperti guru memberikan contoh merokok.
memberikan contoh merokok.
Menurut American Psychologi Kesimpulan
Asosiation (APA) kondisi hipnosis pada Ada Pengaruh Hypnotherapy dengan
umumnya terkait dengan pengenalan sebuah Teknik Anchor terhadap Perubahan Perilaku
prosedur selama subjek tersebut disugesti untuk Merokok Remaja. Hal ini dibuktikan hasil uji
mengalami suatu pengalaman imajinatif. Induksi yaitu Uji statistik dengan t berpasangan diperoleh
hipnosis merupakan sugesti inisial yang luas nilai (p value) sebesar 0.00 lebih kecil dari alpa
menggunakan imajinasi seseorang dan mungkin 0.05 yang berarti bahwa ada pengaruh Program
mengandung perincian lebih lanjut pada hipnotherapi dengan merode anchor terhadap
introduksinya. Sebuah prosedur hipnosis perilaku merokok remaja. Rata-rata nilai perilaku
biasanya digunakan untuk memberikan laku merokok remaja pre-test 70,41 dengan
dukungan dan mengevaluasi respon sugesti. standar deviasi 10,58. Terdapat perubahan lebih
Ketika menggunakan hipnosis, seseorang baik setelah dilakukan hipnoterapi denga metode
(subjek) dipimpin oleh orang lain (hypnotist) anchor dengan rata-rata 81,45 dan standar deviasi
untuk memberikan respon terhadap sugesti untuk 10,27. Uji statistik dengan t berpasangan
berubah pada pengalaman subjektifnya, diperoleh nilai probabilitas (p value) sebesar 0,00
perubahan persepsi, sensasi, emosi, pikiran atau lebih kecil dari alpa 0,05 yang berarti bahwa ada
tingkah laku. Orang tersebut dapat juga pengaruh penerapan hipnotherapi dengan metode
mempelajari hipnosis diri sendiri (self hypnosis) anchor terhadap perubahan perilaku merokok
yang merupakan tindakan untuk mengatur remaja. Perubahan yang dimaksudkan adalah
prosedur hipnosis atas kemauan orang tersebut. mengarah pada perilaku yang lebih baik
Jika subjek berespon terhadap sugesti hipnotis, yakni,dari 15 orang yang diterapi dengan
umumnya menandakan bahwa hipnosis telah menggunakan hipnoterapi dengan metode anchor
berhasil dilakukan. Banyak pihak meyakini 11 orang berhenti merokok sedangkan kan 2
bahwa respon hipnosis dan pengalaman orang dapat mengurangi intensitas dan frekuensi
merupakan karakteristik keadaan hipnosis. merokok hingga 78 % sementara untuk 2 orang
Perilaku merokok anak dipengaruhi oleh lagi hanya mampu mampu mengurangi intensitas
beberapa faktor yaitu pengetahuan, sikap, tingkah merokok 56, 3%.
laku serta lingkungan anak. Hal lain ikut
mempengaruhi adalah keyakinan, pengalaman, Referensi
kondisi fisik, sarana atau prasarana, faktor
psikologis serta sosial budaya. Faktor psikososial Abadi, T. 1999. Menggugat Iklan Rokok,
paling banyak dihubungkan dengan perilaku Kompas, Senin, 30 Mei.
merokok. Sebagai contoh yang mendorong anak
Aditama, T.Y., 1992. Rokok dan Kesehatan.
merokok diantaranya, memanfatkan merokok
Jaka‘rta: Penerbit Universitas Indonesia.
untuk mendapatkan rasa percaya pada diri
sendiri, dapat diterima dalam pergaulan, merasa Aditama, Y.T.1997 Rokok dan Kesehatan.
sangat maskulin pada anak laki-laki atau hanya Jakarta. UI-Press.

ISSN: 2502-728X
146‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016

Alwi, U. 1990. Manfaat Rokok Bagi Anda. Departemen Kesehatan. 1993. Informasi
Jakarta: Binadaya Press. tentang Kesehatan: Intitusu Kesehatan
Pintu menuju Dunia Bebas Asap Rokok.
Atkinson, R. L., Atkinson, R. C., dan Hilgard, Jakarta: PPKM.
E. R. 1994. Pengantar PsikologiJilid I.
Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga. Effendi, N. 1998. Rencana Perawatan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta:EGC.
Benyamin,P. 1996. Usaha Penghentikan
Merokok. Jurnal Respik Indonesia. 16 Ewles, L & Simnett, J. 1985. Promoting Health
(3) 118-120. (terjamahan).Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Brem, S.S. & Kassim, S.M.. 1990. Social Gathel, R.J.Baum, A. & Krantsz, D. S.1989. An
Psychology. Boston: Houghton Mifflin Introduksion to Health Psychology. New
Company. York: McGraw-Hill Book Company,
Budiman. 2013. Cara Cepat Belajar Hipnotis. New York.
Palembang : Neofrikri.
Hasanbasri, M. 1996. Komunikasi untuk
Budiman. 2013. Hypnotherapy Fundamental Kesehatan dan Perubahan
Workshop. The Indonesia Broad of Perilaku.Yogyakarta: Gadjah Mada
Hypnotherapy. IBH. Palembang. University Press.

Cameron R, Manske S, Brown KS, Jolin MA, Hiswani. 2000. Pendidikan Kesehatan dengan
Murnaghan D, Lovato C. 2007 Integrating MetodePenyuluhan dan Diskusi dalam
public health policy, practice, evaluation, Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap
surveillance, and research: the School Pasien D.M. Tipe II di RSUPirgadi
Health Action Planning and Evaluation Medan. Tesis. Yogyakarta. Program
System. Am J Public Health.;97(4):648— Pascasarjana UGM.
654.
Hurlock, E. B.1991.Psikologi Perkembangan
Cook, T.D. & Campbell, D. T. 1979. Quasi Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Experimentatiun: Design and Analysis Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Issues For Field Settings. Boston:
Houghton Mifflin Company. Karyani, U, & Sulistyanto, M. 2000. Hubungan
Antara Tahap Pembahasan dan
Cristen, G.A., & Cooper, H, H.K. 1979. Penghentian PL MRK dengan
Strategig Withdrawal From Cigarette Pengetahuan tentang Merokok dan
Smoking. American Cancen Society. Akibat Merokok. Laporan Penelitian.
Lembaga Penelitian Universitas
Darajat, Z. 1980. Pembinaan Remaja. Jakarta: Muhammadiyah Surakarta.
Bulan Bintang.
Kompas, 2003. Memang Tak Mudah
Darling H, Reeder AI, Williams S, McGee R. Perjuangan Kesehatan.
2006. Is there a relation between school
smoking policies and youth cigarette Krisriani, Ch, M. 1998. Jurnal Epidemiologi
smoking knowledge and behaviors? Indonesia, Vol. 2 Edisi 3 Depkes
Journal Health Education Res.;21(1):108- RI.Kesehatan.
-115.
Departemen kesehatan. 1990. Penyuluhan Krstanti. 1995. Perilaku Merokok dan Minum
Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Alkohol pada Remaja. Jakarta:Badan
Departemen Kesehatan R.I. Litbangkes Depkes RI.
Budiman Efektivitas Hypnoterapi Teknik Anchor Terhadap Perubahani …‖147

Lichstein, E. 1982. The Smoking Problem A dan Diskusi Sebagai Alternatif


Behavioral Perspective. Jurnal Of Penanggulangan Perilaku Merokok Pada
Consulting and clinical Psychology. Vol. Remaja Pelajar SLTA di Kodya
50 (6), 804 – 819. Yogyakarta. Bulletin Penelitian Pasca
Sarjana UGM, 8 (2A), Mei. 159-173.
Lovato CY, Hsu HC, Sabiston CM, Hadd V,
Nykiforuk CI. 2007 Tobacco point-of- Rose. 2001. Form,Adolencence to Adulthood:
purchase marketing in school neigh- Age-Related Chages in Beliefs About
bourhoods and school smoking prevalence: a Cigarette Smoking in a Midwestern
descriptive study. Can J Public Community Sample. Journal Health
Health.;98(4):265--270. Psychology. 20, 5, 377-395

Lunandi, A.G. 1981. Pendidikan Orang Sarwono, S. 1993. Sosiologi Kesehatan.


Dewasa. Jakarta: Penerbit Gramedia Ypgyakarta. Gadjah Mada University
Indonesia. Press.

Mantra, I.B. 1992. Perilaku sehubungan Shiffam, S . 1993. Assessing Smoking Patterns
dengan Kesehatan. Jakarta: DepKes. and motives. Jurnal Of Consulting and
Clinical Psychology. Vol. 61 (5), 732 –
Mar‘at, S. 2008. Psikologi Perkembangan. 742.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan. .Jakarta:
Meliono, I. 2007. Pengetahuan dalam Penerbit PT Gramedia Indonesia.
Kesehatan. MPKT Modul 1.Jakarta:
Lembaga Penerbit FEUI. Soewadi. 1993. Kecenderungan Neorosis
dengan merokok Berkala Ilmu
Monks, F, J., Knoers, A.M. P & Haditono, S. Kedokteran. Jil. XXV No.1.
R. 1999. Psikologi Perkembangan
Pengantar Dalam Berbagai Soldz, S. & xingjia Cui. 2001. patways through
Bagian.Yogyakarta: Gadjah Mada Adolescent Smoking Research. Journal
Universuty Press. Health Psychology. 21, 5, 11-21.

Mu‘ tadin, Z. 2002. Remaja dan Rokok. www. Suhardi. 2005. Perilaku merokok di Indonesia
e-psikologi. Com. menurut Susenas dan SKRT. Jurnal
Cermin Dunia Kedokteran. 125. 23-24.
Niven, N. 2002. Psikologi Kesehatan, Edisi-2,
Cetakan I, Jakarta. Penerbit EGC. Supardi, S., Heri Kusnanto,Y., Hersusanto,
Soeherman, B. 1982. Studi Pendahuluan
Notoatmodjo, S. 1993. Pengantar Pendidikan Tentang Beberapa Faktor Yang
Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Mempengaruhi Merokok pada Anak di
Yogyakarta: Andi Offset. Yogyakarta. MKN, 10 (2): 62-69.

Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan dan Susanto, M. 1992. Hubungan Kecenderungan


Ilmu Perilaku. Jakarta : Renika Cipta. Perilaku Merokok dengan Penerimaan
Nurindra, Yan.2013. Modul Fundamental dan Kelompok. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas
Advance Hypnotherapy. Versi 2013. Psikologi Universutas Gadjah Mada.
Jakarta : The Indonesian Board of
Hypnotherapy. Traquet, Claire Chollat. 1992. Women and
Tabacco. Geneva: World Health
Prabandari, Y.S., dan Prawitasari, J.E. 1994. Organization.
Pendidikan Kesehatan Melalui Seminar

ISSN: 2502-728X
148‖ PSIKIS –Jurnal Psikologi Islami Vol. 2 No. 2 Desember 2016

Umar, A. 1995. Penangulangan Perilaku


Merokok melalui Metode Diskusi Panel
dan pemberian liflet pada tiga Sekolah
Lanjutan Atas di Kabupaten Sleman.
Tesis.Yogyakarta: Pascasarjana. UGM.

Usdhsi. 2008. Long-Term Psychological


suquelac of smoking Cessation and
Relepse. Journal Health Psychology, 21,
5, 438-443.

Whaeler, R. J. 1988. Effect of Community


Wide smoking Cessation program. Soc.
Sei. Med. 27 1387-1392.

Wowulumaya. 2007. Studi Pengetahuan Sikap


dan Perilaku Merokok pada Anak
Sekolah Dasar Negeri V Jakarta. Majalah
Kesehatan Masyarakat Indonesia. XXIV.
3. 184-196.

WHO. 1992. Pendidikan Kesehatan Pedoman


Pelayanan Kesehatan Dasar. Bandung:
Universitas Udayana.

WHO. 1985. Smoking and Health. New Dehli:


WHO.

Zulkarnain. 1999. Opengetahuan, Sikap dan


Perilaku merokok serta prevalensi
perokok pada remaja di kelurahan
Mariana Banyuasin Kabupaten Musi
Banyuasin. Jurnal MKS 31, 2, 27-35

You might also like