You are on page 1of 7

PRODUKSI PROTEIN SEL TUNGGAL (PST) SPIRULINA SP.

SEBAGAI SUPER FOOD DALAM UPAYA PENANGGULANGAN GIZI BURUK DAN


KERAWANAN PANGAN DI INDONESIA

Dwi Riesya Amanatin1), Erna Rofidah2), Siti Duratun Nasiqiati Rosady3)

1)
Jurusan Biologi , Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Email: riesya09@mhs.bio.its.ac.id
2)
Jurusan Biologi , Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Email: erna09@mhs.bio.its.ac.id
3)
Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Email: nisiqiati.rosady10@mhs.me.its.ac.id

Abstract
Tauge Extract Medium (TEM) and urea can be a good choice in developing the culture of Spirulina sp.,
because in addition to lower cost also has deposits of macronutrient and micronutrients that support the
nutritional content of Spirulina sp. This research aims to know the right combination concentration of
TEM and urea that can produce the highest levels of a protein. Combination executed is as follows: P1
: 2% TEM 80 ppm urea, P2 : 2% TEM 100 ppm urea, P3 : 2% TEM 120 ppm urea, P4 : 4% TEM 80
ppm urea, P5 : 4% TEM 100 ppm urea, P6 : 4% TEM 120 ppm urea, P7: 6% TEM 80 ppm urea, P8:
6% TEM 100 ppm urea, P9: 6% TEM 120 ppm urea, and P10 : walne (control). ANOVA test results
(P<0,05) indicates that there is influence of TEM and urea with the protein of Spirulina sp. then test
results of Dunnet test showing that P5 have a real difference against control with levels of 20,557 %
protein in phase stationary and 19,220 % in phase exponentially. This provides indication that
combination of TEM and urea has the potential to become as alternatives fertilizer in Spirulina sp.
culture. To acquire levels of high protein and low cost of fertilizer. So it can be applied in the production
of single cell protein of Spirulina sp. as a super food.
Keywords: Spirulina sp., Urea Fertilizer, Tauge Extract Medium (TEM) proteins, Super food

1. PENDAHULUAN Pemenuhan kebutuhan nutrien untuk


Spirulina sp. merupakan Spirulina sp. sangat bergantung pada
cyanobacteria yang banyak dimanfaatkan ketersediaannya dalam medium kultur.
sebagai bahan baku industri makanan karena Komposisi nutrien yang lengkap dan
mengandung protein 60–71%, lemak 8%, konsentrasi nutrien yang tepat menentukan
karbohirdrat 16%, dan vitamin serta 1,6% produksi biomassa dan kandungan gizi
Chlorophyll-a, 18% Phycocyanin, 17% β- mikroalga. Jenis pupuk yang banyak dipilih
Carotene, dan 20 – 30 % γ-linoleaic acid dari masyarakat dalam kultur Spirulina sp. adalah
total asam lemak [1]. Spirulina sp. juga telah jenis PA (Pro Analisis) yang sudah
digunakan sebagai suplemen atau makanan distandarkan seperti pupuk Walne, Guillard,
pelengkap oleh penduduk Afrika sebagai dll. Mahalnya harga pupuk jenis PA menjadi
sumber makanan tradisional [2]. Kandungan dasar pencarian pupuk alternatif pada kultur
nutrisi Spirulina sp.yang lengkap terutama Spirulina sp. yang mampu menghasilkan
protein yang tinggi menyebabkan Spirulina nutrisi serta kepadatan sel yang tinggi,
sp. memiliki potensi yang besar untuk dengan harga yang ekonomis dan mudah
dimanfaatkan sebagai sumber protein. diperoleh oleh masyarakat. Salah satu
contohnya adalah media ekstrak tauge sp. yang dapat menghasilkan kadar protein
(MET). tertinggi
Penambahan media ekstrak tauge
(MET) telah diaplikasikan pada mikroalga 2. METODE
marga Chlorella spp. [3] dan Scenedesmus
sp. [4]. Media tersebut mengandung unsur Penelitian dilakukan di Laboratorium
makro terutama fosfat dalam jumlah yang Kultur Jaringan Tumbuhan Program Studi
tinggi. Selain itu dilengkapi pula dengan Biologi ITS dan Laboratorium Pakan
unsur mikro, mineral, asam amino dan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
vitamin (tiamin, riboflavin, piridoksin, Airlangga Surabaya.
triptofan, asam pantotenat, vitamin K dan Isolat Spirulina sp. diperoleh dari
vitamin C) yang berperan sebagai growth Balai Budidaya Air Payau (BBAP)
factor dalam pertumbuhan alga [5]. Situbondo. Media dasar air laut yang
Selain fosfat, unsur makro lain yang digunakan diperoleh dari perairan Pantai
mendukung penyusun senyawa dalam sel, Kenjeran Surabaya. Kemudian salinitas air
termasuk protein dan klorofil untuk laut dibuat 20‰ dengan menambahkan
fotosintesis Spirulina sp. adalah nitrogen. [6]. aquades. Sedangkan pupuk yang
Namun unsur nitrogen ini tidak tersedia ditambahkan pada media kultur Spirulina sp.
dalam MET, sehingga diperlukan terdiri dari kombinasi konsentrasi Media
penambahan jenis pupuk lain sebagai sumber Ekstrak Tauge (MET) dengan pupuk urea dan
nitrogen yaitu pupuk urea. Urea (CO(NH2)2) kontrol berupa pupuk walne.
merupakan pupuk komersil yang ekonomis Pembuatan Media Ekstrak Tauge
serta memiliki kandungan Nitrogen yang (MET) dilakukan dengan merebus 500 gram
tinggi mencapai 46% [7]. Apabila urea tauge kacang hijau dalam 2500 ml aquades
terlarut akan terbentuk ion amonium (NH4+) yang mendidih selama 1 jam, kemudian
yang akan diasimilasi oleh mikroalga dan disaring dengan kassa dan kapas. Konsentrasi
diubah menjadi glutamat sebagai salah satu MET yang digunakan yaitu: 2%, 4%, dan 6%
penyusun asam amino [8]. Pengaruh pupuk dibuat dari larutan stok (v/v) [4]. MET yang
urea sebagai sumber nitrogen dalam kultur telah dibuat kemudian dikombinasikan
mikroalga telah diaplikasikan pada dengan pupuk urea komersil yang berbentuk
Scenedesmus sp. yang menunjukkan serbuk, dengan dosis 80 ppm, 100 ppm, dan
peningkatan pertumbuhan sel [9].Namun 120 ppm pada media dasar air laut
unsur nitrogen ini tidak tersedia dalam MET, sebagaimana tabel 1.
sehingga diperlukan penambahan jenis pupuk
lain sebagai sumber nitrogen yaitu pupuk Tabel 1. Kombinasi MET dengan pupuk
urea. urea

Melalui kombinasi MET dan pupuk Pupuk Keterangan


urea yang sesuai diharapkan dapat P1 MET 2% pupuk urea 80
memberikan solusi berupa pupuk alternatif ppm
yang ekonomis dalam kultur Spirulina sp. P2 MET 2% pupuk urea 100
sebagai super food dalam penanggulangan ppm
ancaman gizi buruk dan kerawanan pangan di P3 MET 2% pupuk urea 120
Indonesia. ppm
P4 MET 4% pupuk urea 80
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk ppm
mengetahui kombinasi konnsentrasi MET P5 MET 4% pupuk urea 100
dan pupuk urea yang dapat menghasilkan ppm
kadar protein Spirulina sp. tertinggi serta P6 MET 4% pupuk urea 120
mengetahui jenis fase pertumbuhan Spirulina ppm
P7 MET 6% pupuk urea 80
ppm
P8 MET 6% pupuk urea 100
ppm Gambar 1. Kurva pertumbuhan Spirulina
P9 MET 6% pupuk urea 120 sp. pada masing masingperlakuan.
ppm
P10 Pupuk walne Keterangan:
Pupuk 1 (P1) : MET 2% pupuk urea 80
Starter Spirulina sp. dibuat dengan ppm
menumbuhkan Spirulina pada media air laut Pupuk 2 (P2) : MET 2% pupuk urea 100
hingga mencapai fase pertumbuhan ppm
eksponensial. Setelah itu diinokulasikan ke Pupuk 3 (P3) : MET 2% pupuk urea 120
dalam media perlakuan P1 sampai dengan ppm
P10 sebanyak 10% dari volume media kultur. Pupuk 4 (P4) : MET 4% pupuk urea 80
Pemanenan Spirulina sp. dilakukan ppm
saat kultur mencapai fase eksponensial dan Pupuk 5 (P5) : MET 4% pupuk urea 100
fase stasioner melalui metode filtrasi ppm
menggunakan plankton net dengan mesh size Pupuk 6 (P6) : MET 4% pupuk urea 120
0,060 mm. Spirulina sp. yang diperoleh ppm
kemudian dianalisis kandungan protein Pupuk 7 (P7) : MET 6% pupuk urea 80
dengan metode Kjeldhal. ppm
Pupuk 8 (P8) : MET 6% pupuk urea 100
Parameter pengamatan dalam
ppm
penelitian ini meliputi pengukuran OD
Pupuk 9 (P9) : MET 6% pupuk urea 120
(Optical density) Spirulina sp. menggunakan
ppm
spektrofotometer serta pengukuran kualitas
Kontrol (P10) : pupuk walne
air yang meliputi suhu, salinitas dan pH yang
dilakukan setiap 24 jam.
Data penelitian berupa kadar protein
Spirulina sp. dianalisa dengan Anova dan uji
Dunnet dengan taraf kepercayaan 95%
(α=0,05).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Spirulina sp. yang dikultur pada
perlakuan penambahan pupuk kombinasi Gambar 2. Kultur Spirulina sp. pada masing
konsentrasi MET dengan pupuk urea dan masing perlakuan.
perlakuan kontrol (walne) memiliki pola
pertumbuhan dengan puncak populasi yang Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui
berbeda-beda. Kurva pertumbuhan Spirulina bahwa pelakuan P5 memiliki kelimpahan sel
sp. pada masing-masing perlakuan dapat tertinggi dengan hasil pengukuran OD
dilihat pada gambar 1. sebesar 0,747, dan terendah terdapat pada
0.8 perlakuan P1 dengan kisaran OD 0,102.
P1
OD (Optical Density)

Sementara perlakuan P10 menggunakan


0.6 P2 pupuk walne memiliki nilai OD 0,200. Selain
P3 itu, pada kurva pertumbuhan Spirulina sp.
0.4 P4 pada gambar 1 dapat diketahui pula bahwa
P5 perlakuan P10 memiliki pola pertumbuhan
0.2 P6 yang lebih lama dibandingkan dengan
P7 perlakuan yang lain. Hal ini disebabkan
0 P8
0 2 4 6 8 10 P9
hari ke- P10
karena pupuk walne merupakan pupuk yang Sementara berdasarkan uji Dunnet
biasa digunakan sebagai media kultur menunjukkan hasil sebagaimana pada tabel 2.
Spirulina sp., sehingga Spirulina sp. telah
teradaptasi untuk tumbuh dalam media yang Tabel 2. Hasil uji Dunnet kadar Protein
diberi pupuk walne. Namun setelah Spirulina sp.
memasuki fase adaptasi, Spirulina sp. Pupu Perlakuan Kadar
membutuhkan nutrisi yang cukup banyak k protein
untuk melakukan pertumbuhan hingga P1 2% tauge 80 ppm 6,737 a
mencapai fase puncak populasi. Sedangkan urea
pada pupuk walne umumnya memiliki P2 2% tauge 100 ppm 7,167 a
kandungan unsur hara yang relatif lebih urea
rendah dibandingkan dengan media kultur P3 2% tauge 120 ppm 13,422
yang lainnya, seperti kandungan Nitrogen urea
dalam bentuk (NH4)6.Mo7O24.4H2O hanya P4 4% tauge 80 ppm 7,488 a
sebesar 0,009 mg/liter yang tersedia hanya urea
dalam jumlah sedikit. Nitrogen merupakan P5 4% tauge 100 ppm 20,997
unsur yang dibutuhkan dalam pertumbuhan urea
sel Spirulina sp. [10]. P6 4% tauge 120 ppm 11,849
Sementara pada perlakuan P5 dengan urea
komposisi 100 ppm urea dengan 4% MET P7 6% tauge 80 ppm 13,712
memiliki puncak pertumbuhan yang paling urea
tinggi dengan OD mencapai 0,747. P8 6% tauge 100 ppm 14,623
Sedangkan puncak pertumbuhan Spirulina urea
sp. terendah terdapat pada perlakuan P1 P9 6% tauge 120 ppm 8,032 a
(MET 2% dan pupuk Urea 80 ppm) dengan urea
OD sebesar 0,102. Hal ini disebabkan karena P10 Walne 7,987 a
nitrogen merupakan unsur hara yang Keterangan : huruf yang sama menunjukkan
diperlukan dalam pembentukan klorofil, hasil yang tidak berbeda nyata berdasarkan
dimana klorofil sangat dibutuhkan untuk uji Dunnet dengan taraf kepercayaan 95%
proses fotosisntesis. Ketika unsur nitrogen
diturunkan konsentrasinya maka Hasil pengujian kadar protein kasar
pembentukan klorofil menjadi terhambat Spirulina sp. pada gambar 10 dapat diketahui
yang mengakibatkan proses fotosintesis bahwa perlakuan P5 dengan komposisi MET
menjadi terhambat. Terhambatnya proses 4% dan Urea 100 ppm menunjukkan kadar
fotosintesis tersebut mengakibatkan protein yang tertinggi sebesar 20,99%. Hal
pertumbuhan Spirulina sp. menjadi ini disebabkan karena perlakuan P5 yang
terhambat pula. mengalami puncak pertumbuhan pada hari
Pertumbuhan Spirulina sp. yang keenam, memiliki kelimpahan sel yang
rendah juga terjadi pada perlakuan dengan paling tinggi dibandingkan perlakuan lain.
konsentrasi nitrogen yang tinggi (pupuk Urea
lebih dari 100 ppm). Hal ini disebabkan Kandungan protein yang tinggi pada
karena adanya batas maksimum penggunaan perlakuan P5 tersebut menunjukkan bahwa
nutrien dari medium oleh sel sehingga terjadi nutrien yang terdapat pada media kultur
penghambatan proses biosintesisnya Spirulina sp. tersebut telah sesuai dengan
terutama biosintesis protein. kebutuhan nutrien Spirulina sp. Perlakuan P5
Berdasarkan hasil analisis (ANOVA) tersebut juga menunjukkan bahwa unsur
dengan P<0,05 menunjukkan bahwa terdapat Nitrogen yang terdapat pada Pupuk Urea
pengaruh kombinasi konsentrasi MET dan telah menjalankan fungsinya dengan baik,
urea terhadap kadar protein Spirulina sp. yang ditunjukkan dengan tingginya
kelimpahan sel serta kadar protein Spirulina
sp. Nitrogen merupakan makronutrien yang pembentukan klorofil dan mencegah
mempengaruhi pertumbuhan Spirulina sp. kerusakan molekul klorofil [15].
dalam aktifitas metabolisme sel seperti Sedangkan apabila dalam media
katabolisme maupun asimilasi khususnya kultur kekurangan mikronutrien dalam
biosintesis protein [10]. Nitrogen juga bentuk Mn dapat mempengaruhi proses
merupakan bahan penting penyusun asam
fotosintesis karena Mn merupakan
amino, amida, nukleotida, dan nukleo
protein, serta essensial untuk membelahan sel aktivator enzim pada proses fotosintesis
sehingga nitrogen penting penting untuk [14]. Karbohidrat yang dihasilkan
pertumbuhan [11]. Berdasarkan hal tersebut, melalui proses fotosistesis selain
maka pada saat konsentrasi nitrogen dalam digunakan untuk pertumbuhan juga untuk
media kultur optimal, Aktifitas metabolisme respirasi seluler. Apabila hasil
sel juga berjalan dengan baik, termasuk fotosintesis berkurang maka karbohidrat
sintesis klorofil, karena kandungan klorofil yang tersisa setelah sebagian digunakan
yang tinggi akan menyebabkan proses dalam proses respirasi tidak mencukupi
fotosintesis dapat berjalan dengan baik dan untuk pertumbuhan sel [4].
pertumbuhan Spirulina sp. akan lebih Hasil pengukuran parameter
optimal.
kualitas air pada kultur Spirulina sp.
Namun di sisi lain, jika dalam media
kultur Spirulina sp. kekurangan unsUr dengan pupuk kombinasi MET (Media
nitrogen seperti pada perlakuan dengan dosis Ekstrak Tauge) dan pupuk Urea serta
pupuk Urea kurang dari 100 ppm kontrol menunjukkan nilai suhu, salinitas
dikombinasikan dengan MET 2%, 4% dan dan pH yang berbeda. Hasil pengukuran
6% memiliki kadar protein yang rendah. Hal suhu menunjukkan bahwa suhu media
ini disebabkan karena kurangnya unsur N, berkisar antara 200C -260C. [16]
mengingat nitrogen merupakan nutrien yang menyatakan, suhu optimal untuk
banyak dibutuhkan untuk pertumbuhan Spirulina sp. adalah 320C- 350C.
Spirulina sp. [12], serta sebagai unsur penting Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui
dalam pembetukan klorofil [13]. bahwa suhu pada media kultur Spirulina
Kadar protein yang rendah juga terjadi
sp. pada perlakuan P1 hingga P10 tidak
apabila nitrogen dalam media kultur
Spirulina sp. berlebih, seperti pada perlakuan menunjukkan kondisi suhu optimal yang
P3, P6 dan P9. Hal ini disebabkan karena mendukung pertumbuhan, karena hasil
penyerapan ammonium lebih mudah pengukuran suhu hanya mencapai 260C.
dilakukan oleh Spirulina sp. daripada nitrat Selain itu pada gambar 10 dapat diketahui
(NO3), karena ammonium dapat melalui pula bahwa perlakuan P5 dengan
membrane sel secara langsung. Selain itu kelimpahan sel paling tinggi memiliki
MET yang dikombinasikan dengan suhu media tertinggi dibandingkan
pupuk urea juga mempunyai banyak perlakuan yang lain. hal tersebut dapat
peranan diantaranya: Mangan (Mn) terjadi karena tingginya kelimpahan sel
sebagai komponen struktural membran Spirulina sp., mengingat suhu merupakan
kloroplas [14] dan merupakan aktivator parameter fisika yang mempengaruhi
enzim pada reaksi terang fotosintesis [4], aktivitas metabolisme organisme. Suhu
magnesium (Mg) berperan sebagai juga dapat berpengaruh terhadap
kofaktor dalam pembentukan asam amino kehidupan dan pertumbuhan biota air
dan klorofil [14], Besi (Fe) berperan [17].
dalam sintesis klorofil dan sintesis Hasil pengukuran Nilai salinitas
protein-protein penyusun kloroplas, Seng media kultur berkisar antara 20‰ - 27‰.
(Zn) diperlukan dalam proses [18] menyatakan bahwa salinitas yang
optimal untuk pertumbuhan Spirulina sp. protein tertinggi adalah fase stasioner pada
adalah berkisar antara 15-30 ‰. perlakuan P5 dengan kadar protein sebesar
Sementara hasil pengukuran pH media 20,557.
tumbuh Spirulina sp. pada masing-
masing perlakuan menunjukkan nilai pH 5. REFERENSI
7 hingga 8. Peningkatan nilai pH pada
[1] Jongkon P., Siripen T and Richard D. L.
media perlakuan pH disebabkan karena
2008. Phytoremediation of Kitchen
terjadinya penguraian protein dan
Wastewater by Spirulina platensis
senyawa nitrogen lain. Amonium (Nordstedt) Geiteler: Pigment content,
(NH4+), merupakan bentuk senyawa Production Variable Cost and Nutritonal
nitrogen organik yang telah mengalami Value. Maejo International Journal of
penguraian [3]. Amonium dihasilkan Science and Technology. 2 (2): 159–
melalui proses disosiasi amonium 171.
hidroksida. Amonium hidroksida [2] Susanna D., Zakianis, Hermawati E.,
merupakan amonia yang terlarut dalam Adi H. K. 2007. Pemanfaatan Spirulina
air. Menurut [19], reaksi pembentukan platensis sebagai Suplemen Protein Sel
amonium adalah sebagai berikut: NH3 + Tunggal (PST) Mencit (Mus musculus).
H2O NH4+ + OH-. Bila reaksi di atas Makara Kesehatan. 11(1): 45.
[3] Prihantini, N. B., Berta P. dan Ratna Y.
bergerak ke kanan maka konsentrasi 2005. Pertumbuhan Chlorella spp.
amonium di dalam media akan meningkat dalam Medium Ekstrak Tauge (MET)
dan pH media menjadi basa. Menurut dengan Variasi pH Awal. Makara Sains.
[20], pH yang tidak dapat meningkat lagi 9(1): 1.
disebabkan adanya sistem buffer alami [4] Prihantini, Nining Betawi et al., 2007.
berupa gas CO2 terlarut yang terdapat Pengaruh Konsentrasi Medium Ekstrak
dalam media kultur. Gas CO2 terlarut Tauge (MET) Terhadap Pertumbuhan
yang terdapat dalam media akan menjadi Scenedesmus Isolat Subang. Makara
asam karbonat yang akan terurai menjadi Sains. 11 (1): 1.
ion-ion karbonat dan ion bikarbonat. [5] Anonim. 2004. Danish Food
Reaksi kesetimbangan antara CO2 Corporation. foodcop.dk/fcbd.det
diakses tanggal 28 Juni 2012.
terlarut, asam karbonat, ion bikarbonat,
[6] Chrismadha, T., Lily P. dan Yayah M.
dan ion karbonat akan menyebabkan nilai 2006. Pengaruh Konsentrasi Nitrogen
pH bergeser pada kisaran 7-8 dan tidak dan Fosfor terhdap Pertumbuhan,
meningkat lagi. Pengontrolan pH pada Kandungan Protein, Karbohidrat dan
suatu media kultur sangat penting untuk Fikosianin pada Kultur Spirulina
menjaga keseimbangan pertumbuhan sel fusiformis. Berita Biologi. 8 (3).
Spirulina sp. [16] menyebutkan bahwa [7] Anonim. 2009. Urea.
pH yang baik untuk pertumbuhan www.pupukkaltim.com Diakses tanggal
Spirulina sp. berkisar antara 7-11 2 September 2012.
[8] Laura, B dan Paolo G. 2006. Algae:
4. KESIMPULAN Anatomy, Biochemistry, and
Biotechnology. CRC Press, Boca Raton
Kesimpulan dari penelitian ini adalah New York.
konsentrasi MET dan pupuk urea yang dapat [9] Goswami, Chandra D. 2011.
menghasilkan kadar protein tertinggi adalah Scenedesmus dimorphus and
4% MET dan 100 ppm urea. sedangkan fase Scenedesmus quadricauda : Two Potent
pertumbuhan yang dapat menghasilkan kadar Indigenous Microalgae Strains for
Biomass Production and CO2
Mitigation - A Study on their Growth
Behavior and Lipid Productivity under
Different Concentration of Urea as
Nitrogen Source. Journal of Algal
Biomass Utilization. 2 (4): 2-4.
[10] Borowitzka, A.M., dan Lesly B. J. 1988.
Microalgal Biotechnology. Cambridge
University Press, Australia.
[11] Gardner FP., Pierce RB, Mitchell RL.
1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. UI
Press, Jakarta.
[12] Wijaya. S. A. 2006. Pengaruh
Pemberian Konsentrasi Urea yang
Berbeda Terhadap pertumbuhan
Nannochloropsis oculata. Skiripsi.
Program Studi Budidaya Perairan.
Fakultas Kedokteran Hewan.
Universitas Airlangga, Surabaya.
[13] Isnansetyo, A dan Kurniastuti, 1995.
Teknik Kultur Phytoplankton dan
Zooplankton Pakan Alami Untuk
Pembenihan Organisme Laut. Kanisius,
Yogyakarta.
[14] Laura, B dan Paolo G. 2006. Algae:
Anatomy, Biochemistry, and
Biotechnology. CRC Press, Boca Raton
New York.
[15] Bidwell, R.G.S. 1979. Plant physiology.
2nd ed. Mac Millan Publishing, New
York.
[16] Ciferri, O. 1983. Spirulina, The Edible
Microorganism. Microbiological
Reviews. 47 (4): 558-570.
[17] Suminto. 2009. Penggunaan Jenis Media
Kultur Teknis terhadap Produksi dan
Kandungan Nutrisi Sel Spirulina
platensis. Jurnal Saintek Perikanan. 4
(2): 53-54.
[18] Utomo N. B. P., Winarti dan Erlina A.
2005. Pertumbuhan Spirulina platensis
yang dikultur dengan Pupuk Inorganik
(Urea, TSP dan ZA) dan Kotoran Ayam.
Jurnal Akuakultur Indonesia. 4 (1).
[19] Goldman C.R. dan A. J. Horne. 1983.
Limnology. McGraw-Hill, Inc.,
Auckland.
[20] Cole G.A. 1994. Textbook of Limnology.
Waveland Press Inc., Illinois.

You might also like