Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The aim of the research was to know dry matter and organic matter digestibility
(in vitro) of banana pseudostem (Musa paradisiaca) ensilage product with source
nitrogen and sulphur addition as cattle feed. The research was conducted from
January-February 2015 at Laboratory of Ruminants Nutrition and Feed
Chemistry, Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University. Research
methods used Complete Randomized Design with 3x3 factorial. The first factor
was addition of 2%, 2,5% and 3% nitrogen, and second factor was addition of
0,1%, 0,15% and 0,2% sulphur, each treatment was repeated three times. The
variables measured were the digestibility of dry matter and organic matter. The
data were analyzed using analysis of varian and Duncan’s multiple range test. The
result showed that the adittion of source nitrogen and sulphur on banana
pseudostem ensilage proccess had affect on dry matter and organic matter
digestibility (P<0,05). Conclusion of this research is the addition of 2,5% nitrogen
and 0,15% sulphur on banana pseudostem ensilage proccess produced dry matter
(64,48%) and organic matter (56,18%) digestibility highest.
ABSTRAK
Penelitian bertujuan untuk mengetahui kecernaan bahan kering dan bahan
organik (in vitro) batang pisang (Musa paradisiaca) produk ensilase dengan
penambahan sumber nitrogen dan sulfur sebagai pakan sapi. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2015 di Laboratorium Nutrisi Ternak
Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Universitas
PENDAHULUAN
Pemanfaatan limbah perkebunan pisang berupa batang pisang telah banyak
digunakan sebagai pakan sumber serat untuk ternak ruminansia namun dalam
mengandung TDN 38,9% (Sutardi, 1980). Kandungan air batang pisang sebesar
protein kasar 2,4% (Pezo dan Fanola, 1980). Kandungan Serat kasar 31,7%,
lemak kasar 3,2%, abu 18,4%, dan BETN 31,6%. Kandungan hemiselulosa
18,7%, selulosa 35,2% dan lignin 9,2% berdasarkan bahan kering batang pisang
(Poyyamozhi dan Kadirvel, 1986; Gerona dkk., 1987). Berdasarkan hasil analisis
tesebut batang pisang memiliki TDN yang rendah, kandungan serat kasar yang
terhadap kerja enzim mikroba dalam mencerna selulosa dan hemiselulosa dalam
penyusun dinding sel tanaman dan berikatan dengan zat kompleks yang sulit
itu terdapatnya tannin yaitu, suatu senyawa phenol yang akan mengganggu
kompleks tannin – protein yang sulit dicerna dalam sistem pencernaan domba
perkebunan seperti batang pisang perlu dilakukan, antara lain dengan bioproses
untuk mengawetkan dan meningkatkan nilai nutrien bahan pakan yang kualitas
memanfaatkan nutrien yang terkandung dalam batang pisang yang diawetkan dan
memberi nutrien pada mikroba supaya tumbuh cepat dan stabil (Sapienza dan
Bolsen 1993).
Sumber nitrogen mempunyai fungsi fisiologis bagi mikroba karena
merupakan bagian dari protein, asam nukleat dan koenzim (Fardiaz, 1988).
Sumber nitrogen yang biasa digunakan adalah nitrogen anorganik yaitu berupa
urea. Urea, yaitu senyawa yang mengandung unsur nitrogen yang cukup tinggi
konsentrasi asam laktat, dan tidak memberikan pengaruh negatif terhadap proses
yang cukup seperti nitrogen, asam-asam amino, mineral dan vitamin. Salah
asam amino yang mengandung sulfur seperti sistein dan methionin untuk sintesa
protein mikroba, di samping itu juga penting untuk sintesa beberapa vitamin
(thiamin dan biotin) serta koenzim. Jumlah sulfur yang dibutuhkan untuk
dan berbanding lurus dengan kebutuhan nitrogennya (Arora, 1995). Sumber sulfur
seperti ammonium sulfat, natrium sulfat dan kalsium sulfat (Preston dan Leng,
1987).
diserap oleh tubuh. Melalui analisis, jumlah bahan kering dalam ransum maupun
dalam feses dapat diketahui selisihnya yang merupakan jumlah bahan kering yang
dapat dicerna. Semakin sedikit jumlah bahan kering yang terdapat dalam feses
maka semakin tinggi kecernaan bahan kering dalam suatu bahan pakan. Hal ini
disebabkan oleh banyaknya zat-zat makanan yang dapat diserap oleh tubuh
Bahan organik merupakan sumber energi untuk fungsi tubuh dan produksi.
Pengukuran kecernaan bahan organik dalam pasca rumen meliputi kecernaan zat-
zat makanan berupa komponen bahan organik seperti karbohidrat, protein, lemak,
dan vitamin (Gatenby, 1986). Kecernaan bahan kering dan bahan organik dapat
dijadikan indikator tingkat kemudahan bahan kering dan bahan organik pakan
Tempat Penelitian
Materi Penelitian
Materi penelitian terdiri atas batang pisang limbah pemanenan buah pisang
ambon, batang pisang yang digunakan yaitu bagian pertengahan diperoleh dari
sebagai sumber nitrogen, adalah urea yang diproduksi PT. Pupuk Kujang,
sebagai sumber sulfur, yaitu Natrium Sulfat (Na 2SO4) yang diperoleh dari PT.
digunakan untuk sumber energi bagi pertumbuhan mikroba pada proses ensilase.
Molases ditambahkan sebanyak 5% dari bobot segar batang pisang pada setiap
Rancangan Percobaan
penambahan 0,1%, 0,15% dan 0,20% sulfur, setiap perlakuan diulang 3 (tiga) kali.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan sidik ragam, dilanjutkan dengan uji
Batang pisang yang telah dibersihkan dari beberapa helai seludang daun
yang telah kering dicacah dengan ukuran 2-3 cm. Berdasarkan kapasitas silo
ditimbang batang pisang hasil cacahan sebanyak 1,3 kg, kemudian ditebarkan
diatas plastik alas secara merata, selanjutnya ditaburkan molases sebanyak 5%
dari bobot segar batang pisang secara merata, sebelumnya pada molases telah
ditambahkan sumber nitrogen dan sulfur sesuai perlakuan dan diaduk supaya
larut. Batang pisang yang telah ditambah molases, sumber nitrogen (urea) dan
sulfur (natrium sulfat) diaduk sampai homogen, semua bahan tercampur merata.
Masukan bahan tersebut secara bertahap kedalam toples yang telah dilapisi
semaksimal mungkin dari dalam toples yang dilapisi plastik dan dilakukan vacum
untuk mengeluarkan udara yang tersisa di dalam. Kemudian tutup rapat
21 hari, setelah fermentasi selesai, diambil sampel untuk keperluan analisis kimia
Terry (1963). Pengukuran nilai kecernaan bahan kering dan kecernaan bahan
organik dan anorganik bahan pakan tersebut. Kecernaan bahan kering yang tinggi
suatu bahan pakan, berarti semakin tinggi kualitas bahan pakan tersebut. Hasil
ensilase batang pisang terhadap kecernaan bahan kering disajikan pada Tabel 1.
hasil penelitian berkisar antara 54,76% sampai 64,48%. Nilai kecernaan bahan
interaksi antara penambahan nitrogen dan sulfur dalam proses ensilase batang
menghasilkan nilai kecernaan bahan kering paling tinggi diperoleh pada interaksi
N2S2 dengan nilai 64,48%. Tingginya kecernaan bahan kering pada perlakuan N
2,5% dan S 0,15% adalah karena imbangan N dan S tersebut sesuai dengan
imbangan yang dibutuhkan oleh bakteri pada saat ensilase dan mikroba rumen.
Hal ini sejalan dengan pendapat Bird (1973) bahwa imbangan N : S (15 : 1) sesuai
untuk sintesis protein mikrobial dalam rumen serta pendapat Walker dan Nader
bakteri menjadi optimal, akibatnya populasi bakteri dalam proses ensilase menjadi
seimbang, bakteri saat proses ensilase akan menghasilkan asam laktat. Asam
mudah didegradasi oleh mikroba rumen. Hal ini sejalan dengan pendapat Jackson
kering, dinding sel, TDN (Total Digestible Nutrient) dan DE (Digestible Energy).
normal kecernaan bahan kering suatu bahan pakan adalah 50,7 - 59,7%. Sejalan
pula dengan penelitian Nurhaita dkk., (2010) kecernaan bahan kering daun sawit
terfermentasi yang disuplementasi nitrogen, sulfur, fosfor dan daun ubi kayu
lemak dan vitamin serta erat kaitannya dengan kandungan bahan anorganik (abu).
Kecernaan bahan organik dapat dipengaruhi oleh kandungan abu. Jika kandungan
dalam proses ensilase batang pisang terhadap kecernaan bahan organik disajikan
pada Tabel 3.
terdapat pada P5 yaitu sebesar 56,18%, dan nilai kecernaan bahan organik
interaksi antara penambahan nitrogen dan sulfur dalam proses ensilase batang
menghasilkan nilai kecernaan bahan organik paling tinggi diperoleh pada interaksi
N2S2 dengan nilai 56,18%. Tingginya kecernaan bahan organik pada perlakuan
N 2,5% dan S 0,15% adalah karena kebutuhan nitrogen dan sulfur telah tercukupi
untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri pada saat proses ensilase dan untuk
mikroba rumen. Hal ini sesuai dengan pendapat Cassio dkk., (2014) bahwa
untuk menyokong pembentukan asam amino yang mengandung gugus sulfur yaitu
metionin dan sistein. Asam amino yang mengandung gugus sulfur tersebut akan
dibutuhkan oleh mikroba dalam rumen untuk sintesis protein mikroba berkisar
fleksibilitas dinding sel, dan pada akhirnya akan memudahkan penetrasi enzim
selulase yang dihasilkan mikroba rumen. Semakin banyak penetrasi enzim maka
semakin baik degradasi bahan organik dan akan meningkatkan kecernaan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Fathul dan Wajizah (2010) bahwa banyaknya bahan
rata berada di bawah kisaran normal dan ada pula yang di atas kisaran nilai
normal. Hal ini sesuai dengan pendapat Firsoni dkk., (2008) nilai kecernaan
bahan organik berkisar antara 48,26 - 53,75%. Demikian pula hasil penelitian
Nurhaita dkk., (2008) kecernaan bahan organik daun sawit terfermentasi yang
KESIMPULAN
bahan organik.
2) Penambahan 2,5% nitrogen dan 0,15% sulfur dalam proses ensilase batang
DAFTAR PUSTAKA