You are on page 1of 11

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 09 No. 04 Desember l 2006 Halaman 198 - 208


Yessi C.O., dkk.: Variasi Struktur Organisasi Lembaga ...
Artikel Penelitian

VARIASI STRUKTUR ORGANISASI LEMBAGA KESEHATAN PEMERINTAH


STUDI KASUS PASCAKEBIJAKAN DESENTRALISASI DI BALI
ORGANIZATION STRUCTURE VARIATORS OF PUBLIC HEALTH INSTITUTIONS
CASE STUDY OF POST DECENTRATIZATION IN BALI

Yessi C.O, Muninjaya, Januraga, Yahya


Unit Penelitian dan Latihan Epidemiologi Komunitas
Fakultas Kedokteran Udayana, Denpasar, Bali

ABSTRACT Job description struktur dan job qualification fungsional


Background: Organization structure change is one of the sumber daya manusia masih belum jelas 3) Relasi
key aspects of public administration reform in order to improve antarlembaga kesehatan pemerintah masih belum jelas,
the quality as well as its effectiveness and efficiency. As a sehingga masing-masing organisasi berjalan sendiri-sendiri
fundamental principle of the organization structure change, an tanpa koordinasi yang baik dalam suatu sistem kesehatan
analysis of the present organization structure is needed. yang terpadu.
Method: This qualitative study aimed to give a comprehensive
picture of organization structure variation on government health Kata Kunci: institusi kesehatan pemerintah, perubahan struktur
institution in Bali after the decentralization policy. This case organisasi, desentralisasi
study was a descriptive qualitative study on government health
institution in Bali (Health Authority, District Hospital and PENGANTAR
Community Health Center). Conducted from July trough
November 2005. Data collected trough document analysis,
Perubahan struktur organisasi merupakan salah
interviews and focus group discussion. satu kunci reformasi administrasi publik dalam
Result and conclusion: Results of the study are: 1) there rangka meningkatkan mutu, efektivitas dan efisiensi
are a wide variation of organization structure size and pelayanan publik di era desentralisasi.1 Dasar hukum
formation among government health institution in Bali which
caused by implementation of different rules as well as
perubahan struktur organisasi kesehatan tersebut
inconsistency between government rules. 2). There are no adalah Undang-Undang (UU) No. 22/1999 tentang
specific and clear job description and functional job pemerintahan daerah yang kemudian diganti dengan
qualification. 3) There are no specific and clear relations among UU No. 32/2004, Keputusan Presiden (Keppres) No.
government health institution which caused lack of coordination
40/2001 tentang Pedoman Kelembagaan dan
Keywords: government health institution, organizational Pengelolaan Rumah Sakit Daerah (RSD) serta
change, decentralization Peraturan Pemerintah (PP) No.8/2003 tentang
Pedoman Organisasi Perangkat Daerah sebagai
ABSTRAK peraturan pelaksana dari UU No. 22/1999. Pada
Latar belakang: Perubahan struktur organisasi merupakan
salah satu kunci reformasi administrasi publik untuk
kenyataannya terjadi berbagai konflik dalam
meningkatkan mutu, efektivitas dan efisiensi pelayanan publik. penerapan dasar hukum tersebut di lapangan.
Sebagai dasar upaya perubahan struktur organisasi pelayanan Penelitian organogram organisasi dan lembaga
publik dibidang kesehatan, maka diperlukan evaluasi terhadap kesehatan di Bali bertujuan untuk menjawab
struktur organisasi yang telah ada. Penelitian ini bertujuan untuk
memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang dampak
pertanyaan penting tentang: 1) apakah proses
kebijakan desentralisasi terhadap variasi struktur organisasi penyusunan struktur organisasi tersebut telah sesuai
lembaga kesehatan pemerintah di Bali. dengan aturan perundang-undangan yang berlaku?,
Metode: Penelitian ini adalah sebuah studi kasus tentang 2) sejauh mana variasi bentuk struktur organisasi
struktur organisasi lembaga kesehatan pemerintah di Bali (Dinas
Kesehatan, RS, Puskesmas) yang bersifat deskriptif-kualitatif,
yang telah dihasilkan?, 3) mengapa variasi tersebut
yang dilakukan mulai Juli sampai dengan November 2005. Data terjadi?, 4) bagaimanakah alur dan mekanisme
dikumpulkan melalui analisis dokumen, wawancara, dan fokus penyusunan struktur organisasi lembaga pemerintah
group diskusi. tersebut?, 5) apakah struktur organisasi yang telah
Hasil dan kesimpulan: Hasil analisis organogram yaitu: 1)
lembaga kesehatan pemerintah (Dinas Kesehatan, Rumah Sakit
dihasilkan dapat menerjemahkan peran organisasi
Daerah, Puskesmas) di Bali memiliki struktur organisasi yang tersebut lewat formalisasi relasi, tugas pokok dan
bervariasi dalam struktur dan formasinya. Hal ini disebabkan fungsi?
oleh perbedaan penerapan peraturan perundang-undangan Untuk menjawab pertanyaan tersebut, dilakukan
dan juga inkonsistensi dari aturan perundang-undangan. 2)
kajian kualitatif terhadap proses penyusunan struktur

198 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

organisasi lembaga kesehatan pemerintah di daerah pelaksana UU No. 22/1999 tentang pemerintahan
dan output dari bentuk struktur organisasi lembaga daerah yang kemudian diganti dengan UU No. 32/
kesehatan pemerintah di Bali (Dinas Kesehatan, 2004. Dalam penelitian ini ditemukan masih adanya
RSD dan Puskesmas). Diharapkan dari penelitian variasi dalam hal dasar hukum penyusunan struktur
ini diperoleh deskripsi yang lebih komprehensif organisasi lembaga kesehatan daerah dengan
tentang variasi struktur organisasi lembaga beberapa lembaga kesehatan daerah masih
kesehatan pemerintah di Bali terkait dengan menggunakan PP No. 84/2000 sebagai dasar hukum
kebijakan desentralisasi. Informasi tersebut penyusunan struktur organisasinya. Hal ini terjadi
dipergunakan sebagai dasar penyusunan pada struktur organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten
rekomendasi proses pengorganisasian lembaga Tabanan, Badung, Klungkung, Kota Denpasar dan
kesehatan pemerintah untuk melaksanakan Provinsi Bali.3,4,5,6,7
perannya di era desentralisasi. Selain konflik penerapan dasar hukum dalam
penelitian ini juga ditemukan konflik antardasar
BAHAN DAN CARA PENELITIAN hukum yaitu di bidang eselonisasi kepala
Penelitian ini adalah sebuah studi kasus tentang puskesmas. Eselonisasi ini diatur dalam PP No. 8/
struktur organisasi lembaga kesehatan pemerintah 2003 dan Kepmenkes No. 128/2004. Secara hukum
di Bali (Dinas Kesehatan, RS, Puskesmas) yang ketentuan Kepmenkes 128/2004 tentang eselonisasi
bersifat deskriptif-kualitatif, yang dilakukan mulai kepala puskesmas sesungguhnya tidak dapat
Juli sampai dengan November 2005. Metode diberlakukan karena bertentangan dengan peraturan
pengumpulan data yang digunakan yaitu: a) analisis di atasnya. 2 Implikasi dari perubahan struktur
dokumen: berbagai dokumen (dokumen di tingkat organisasi Puskesmas menurut PP No. 8/2003
pusat UU, PP, Keppres, Surat Keputusan Menteri adalah eselon jabatan kepala Puskesmas menjadi
Kesehatan (SK Menkes) dan dokumen di tingkat IVa setara dengan lurah yang secara hierarki berada
daerah Peraturan Daerah (Perda), SK Kepala di bawah jabatan camat yang memiliki eselon IIIa.
Daerah, SK Kepala Instansi) dianalisis dengan Implikasi lain dari ditetapkannya PP No. 8/2003
melakukan perbandingan isi antardokumen untuk adalah hilangnya jabatan struktural (eselon) di bawah
mendapatkan informasi tentang aspek legal
kepala Puskesmas.
penyusunan struktur organisasi lembaga kesehatan
pemerintah, variasi bentuk struktur organisasi
Variasi Struktur Organisasi Lembaga Kesehatan
lembaga kesehatan pemerintah dan legalisasi
Daerah
struktur organisasi lembaga kesehatan pemerintah,
Berdasarkan dasar hukum yang digunakan,
(b) wawancara mendalam dengan informan kunci
struktur organisasi Dinas Kesehatan di Bali dalam
yang terkait dengan proses penyusunan dan
praktiknya dapat dikelompokkan menjadi dua. Model
penggerakan struktur organisasi lembaga kesehatan
yang pertama adalah susunan struktur organisasi
daerah yaitu: Kepala Dinas Kesehatan, Kepala RSD,
Dinas yang ditetapkan melalui Perda berdasarkan
Kepala Puskesmas, Bagian Tata Usaha Dinas
Kesehatan, Bagian Tata Usaha RSD; (c) FGD yang PP No. 8/2003. Struktur organisasi yang sesuai
melibatkan stakeholders yang terlibat langsung dengan PP No. 8/2003 tersebut diterapkan oleh lima
dalam proses penyusunan, legalisasi tugas dan kabupaten di Bali, yaitu Jembrana, Buleleng, Bangli,
relasi antarstruktur organisasi Dinas Kesehatan, Karang Asem dan Gianyar.8,9,10,11,12 Model yang kedua
RSD dan Puskesmas (Kepala Dinas, Kepala RS, adalah struktur organisasi yang ditetapkan melalui
Kepala Puskesmas, Biro Organisasi Setda). Perda yang disusun berdasarkan PP No. 84/2000.
Wawancara dan FGD dilakukan untuk memperoleh Struktur Dinas Kesehatan yang mengacu pada PP
dua jenis informasi. Pertama pengayaan dan No. 84/2000 ini lebih gemuk, karena masih terdapat
pendalaman data hasil analisis dokumen. Kedua jabatan Wakil Kepala Dinas, Kepala Bidang disebut
untuk mendapatkan informasi tentang proses dengan Kepala Subdinas, dan jumlah Subbagian
penyusunan struktur organisasi lembaga kesehatan dengan seksi yang lebih banyak struktur organisasi
pemerintah. yang sesuai dengan PP No. 84/2000 tersebut
diterapkan oleh Kabupaten Tabanan, Badung,
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Klungkung, Kota Denpasar dan Provinsi Bali.3,4,5,6,7
Variasi Aspek Legal Struktur Organisasi Nuansa politis sangat kental mewarnai proses
Idealnya dari segi hukum, struktur organisasi pengambilan keputusan ini, sebagaimana
dan perangkat daerah hendaknya berpedoman pada diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan
PP No. 8/2003 2 yang merupakan peraturan Kabupaten Badung dalam FGD:

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006 l 199
Yessi C.O., dkk.: Variasi Struktur Organisasi Lembaga ...

”Kalau di Jembrana memang bupatinya Pendapat ini tidak secara eksplisit didukung oleh
berani bikin terobosan perampingan maupun pihak puskesmas lain, sebagian masih berpikir lebih
perampingan, tapi jangan lupa banyak juga
peraturan yang diterjang” baik sesuai dengan kebijakan pemerintah setempat
Ditambahkannya lagi: saja, atau ”Play Safe”. Berbeda dengan pendapat
”Kalau di Badung, saya tahu betul kalau bapak Kepala Puskesmas, para Pimpinan Daerah dan
bupati itu birokrat karir. Jadi dia tahu Kepala Dinas Kesehatan lebih mengacu pada cacat
susahnya jadi PNS apalagi kalau harus ada hukum yang dimiliki SK Menkes No.128/2004,
perampingan struktur, pasti panjang
urusannya” akibatnya SK tersebut tidak diterapkan di Bali.
Model yang kedua yaitu struktur Puskesmas
Di samping dimensi politis tersebut ada juga Banjarangkan I Kabupaten Klungkung. Model
permasalahan terkait dengan impikasi teknis variasi struktur Puskesmas ini masih berdasarkan PP No.
struktur organisasi yang cukup luas ini, terutama 84/2004. Terdapat lima kelompok jabatan di
terkait masalah koordinasi dan konsolidasi. Hal ini Puskesmas Banjarangkan I yaitu: Kepala
terungkap melalui wawancara mendalam dengan Puskesmas, Kepala Urusan TU, Kepala Jabatan
Kabid Binkesmas Dinas Kesehatan Provinsi Bali: Fungsional, Ketua Unit kerja yang terdiri dari 7 unit,
”Selama dana dan program sebagian besar dan Kepala Puskesmas Pembantu (tujuh Pustu).
masih berasal dari pusat, sebaiknya struktur Model yang ketiga adalah struktur organisasi
organisasi Dinas Kesehatan itu seragam saja, Puskesmas yang ditetapkan berdasarkan Perda
kalau tidak begitu susah sekali proses
koordinasi dan pelimpahan tugas yang harus setelah era otonomi daerah, tetapi tidak secara jelas
dilakukan Dinas Kesehatan Provinsi.” mengacu kepada peraturan yang mana yang berlaku
di tingkat nasional. Model ini ditetapkan di seluruh
Untuk model struktur organisasi Puskesmas Puskesmas di wilayah Kabupaten Jembrana. Salah
dapat dikelompokkan menjadi tiga. Model yang satunya adalah Puskesmas Mendoyo. Terdapat
pertama adalah model struktur organisasi yang telah empat kelompok jabatan pada struktur Puskesmas
disesuikan dengan PP No. 8/2003 (Puskesmas Mendoyo yaitu: Kepala Puskesmas, Subbagian TU,
Ubud I di Kabupaten Gianyar).13 Model yang kedua Kepala Seksi (3 seksi), dan Kelompok Jabatan
adalah bentuk struktur yang masih memakai pola Fungsional. Struktur ini mengacu kepada Perda No.
lama yaitu struktur yang mengacu pada PP No. 84/ 5/2001 tentang pembentukan susunan organisasi
2000 (Puskesmas Banjarangkan I di Kabupaten dan tata kerja Puskesmas. Salah satu temuan yang
Klungkung).14 Model yang ketiga adalah bentuk menarik dari model struktur Puskesmas Mendoyo
struktur yang sama sekali berbeda dengan acuan adalah penamaan “Subbagian TU”, yaitu jika ada
perundangan yang ada (Puskesmas Mendoyo di Subbagian maka seharusnya ada pula “Bagian”,
Kabupaten Jembrana).15,16 tetapi pada kenyataanya tidak terdapat struktur ini
Dalam model struktur yang diterapkan di di puskesmas. Hal menarik lainnya adalah
Puskesmas Ubud I. Satu-satunya jabatan yang ada munculnya jabatan kepala seksi yang memiliki
pada struktur organisasi Puskesmas adalah Kepala jabatan eselon di bawah kepala Puskesmas.
Puskesmas, sedangkan kelompok pegawai di Masing-masing Kepala Seksi dan Kepala Subbagian
bawahnya adalah pejabat fungsional. Penetapan TU memiliki eselon IVb di bawah Kepala Puskesmas
struktur baru di Puskesmas Ubud I memberikan yang memegang jabatan eselon IVa. Penamaan
dampak psikologis yang besar kepada semangat struktur terlihat mengacu pada upaya penyesuaian
kerja staf karena hilangnya tunjangan jabatan eselonisasi, tetapi tidak mengacu salah satu PP baik
struktural terutama bagi pegawai Puskesmas yang PP No. 8/2003 ataupun PP No. 84/2000.
semula memegang jabatan struktural, sebagaimana Penyusunan struktur organisasi RSD diatur
dikemukakan oleh Kepala Puskesmas dalam Keppres No. 40/2000 tentang Pedoman
” Hal ini menyebabkan insentif bagi kinerja Kelembagaan dan Pengelolaan Rumah Sakit
kami menjadi kurang” Daerah. Keputusan Presiden (Keppres) ini dibuat
berdasarkan UU No. 22/1999, UU No. 25/1999 dan
Dalam kasus ini pihak puskesmas sangat PP No. 84/2000. Sampai saat laporan ini ditulis
mendukung diterapkannya SK Menkes No. 128/ Keppres No. 40/2001 belum diganti. Terkait dengan
2004, sebagaimana ditambahkannya dasar hukum ini di Bali terdapat dua model
“ kami akan memiliki peluang lebih besar
untuk mengembangkan Puskesmas jika SK kelembagaan RSD yaitu bentuk badan (RSD
ini diberlakukan”. Wangaya di Kota Denpasar dan RSD Tabanan di

200 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Kabupaten Tabanan)17,18 dan bentuk kantor (RSD Kesehatan disusun dan diajukan oleh masing-
Negara di Kabupaten Jembrana dan RSD Sanjiwani masing Dinas Kesehatan daerah sebelum digodok
di Kabupaten Gianyar).19,20,21 oleh Tim Sekretariat Daerah Pemerintah Kabupaten/
Dasar hukum kelembagaan masing-masing Kota setempat. Setelah digodok oleh tim analisis
RSD adalah Perda. Kelembagaan RSD ditentukan jabatan di bagian organisasi Sekretariat Daerah
dengan mempertimbangkan beberapa kriteria, antara Pemerintah kabupaten/ kota setempat, rancangan
lain tipe rumah sakit dan kesiapan infrastruktur rumah uraian tugas organisasi Dinas Kesehatan daerah
sakit. Kriteria baku aspek legal formal mekanisme tersebut ditetapkan dalam bentuk SK Bupati.
penentuan bentuk kelembagaan suatu RSD belum Kelemahan proses penyusunan stuktur
ada di daerah. organisasi yang meski telah bersifat bottom up
Perbedaan struktur organisasi dalam struktur adalah bahwa proses ini tidak disertai adanya
RSD menimbulkan terjadinya konflik saat dilakukan konfirmasi dua arah sehingga kadangkala usulan
akreditasi RS oleh Departemen Kesehatan (Depkes). struktur organisasi yang disampaikan oleh kepala
Dalam acuan akreditasi tersebut disyaratkan adanya lembaga kesehatan tidak sesuai dengan hasil
bagian khusus keperawatan. Hal ini ditetapkan oleh struktur organisasi yang dituangkan dalam peraturan
Depkes karena mempertimbangkan besarnya daerah.
proporsi SDM keperawatan di RS. Kenyataannya Sebagaimana yang terungkap melalui FGD,
tidak semua manajemen RS menilai bentuk ini ideal pengembangan struktur organisasi idealnya
untuk diterapkan dalam organisasi mereka. Hal ini mengikuti fungsinya (structure follow function).
terbukti dengan diterapkannya struktur yang berbeda Namun ternyata, penyusunan organisasi Dinas
di RSU Tabanan dan RSD Sanjiwani-Gianyar. Kedua Kesehatan daerah di Bali cenderung dikembangkan
RS tersebut tidak mencantumkan bagian dengan menguraikan fungsi yang mengikuti
keperawatan secara terpisah, tetapi membentuk strukturnya (function follow structure). Hal ini terbukti
komite keperawatan di samping komite medik dalam dengan yang terjadi di seluruh Dinas Kesehatan
kelompok jabatan fungsional untuk menampung Kabupaten/Kota di Bali, RSD Wangaya dan RSD
aspirasi tenaga keperawatan. Konsekuensinya Negara. Salah satu kelemahan metode ini pada
adalah kedua RSD tersebut tidak lulus akreditasi. struktur organisasi Dinas Kesehatan adalah
Untuk mengatasi permasalahan tersebut pihak RSD tercantumnya struktur yang belum diisi, jadi terjadi
Sanjiwani Gianyar memutuskan untuk melakukan perbedaan antara struktur organisasi dan kenyataan
perubahan terhadap struktur organisasinya. Saat ini penerapannya sebagai contoh adalah adanya kotak
proses tersebut telah masuk ke pihak legislatif. Pihak jabatan fungsional di setiap Dinas Kesehatan tetapi
RS Tabanan memilih untuk tidak mengubah struktur tidak jelas definisi, tugas pokok dan fungsi serta
organisasinya tetapi menunggu sampai peraturan personel yang duduk di kotak jabatan tersebut
Depkes tersebut diubah. demikian juga dengan kotak struktur cabang dinas.
Untuk RSD Tabanan dan Sanjiwani struktur
Mekanisme Penyusunan Struktur Organisasi organisasi disusun mengikuti fungsi (structure follow
Dari hasil FGD dan wawancara mendalam function), sehingga pembagian kelompok tugas
diketahui bahwa draf struktur organisasi dan uraian dalam struktur organisasi tersebut dianalisis menurut
tugas (job description) lembaga kesehatan di Bali fungsinya. Oleh karena itu, di dalam Perda instalasi
disusun oleh unit lembaga kesehatan yang dimasukkan di bawah unit pelayanan. Demikian juga
bersangkutan. Selanjutnya draf struktur organisasi dengan bagian keperawatan. Bagian ini tidak dibuat
ini diajukan kepada tim analisis jabatan di bagian khusus, tetapi dibentuk komite keperawatan
organisasi sekretariat daerah pemerintah kabupaten/ dikelompok jabatan fungsional bertugas untuk
kota setempat. Tim khusus inilah yang menggodok menangani masalah etika dan pengembangan SDM
rancangan struktur organisasi kesehatan sebelum keperawatan.
ditetapkan menjadi Perda. Tim yang bertugas untuk Di RSD Wangaya dan Negara terjadi sebaliknya,
menggodok struktur organisasi di lembaga-lembaga struktur organisasinya dibentuk terlebih dahulu
teknis daerah ini adalah mereka yang pernah kemudian tugas dibagi habis sesuai dengan struktur
memperoleh diklat analisis jabatan. organisasi tersebut. Struktur tersebut telah
Sebagaimana proses penyusunan struktur disesuaikan dengan aturan main Depkes. Di RSD
organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang Wangaya dan Negara, instalasi diletakkan dalam
ditetapkan dalam bentuk Perda. Penyusunan draf kelompok jabatan fungsional. Di dalam bagan struktur
uraian tugas pokok dan fungsi (tupoksi) juga melalui organisasi RSD ini tidak muncul bagan instalasi. Di
proses yang serupa. Draf uraian tugas Dinas sini terdapat kejanggalan karena di dalam dokumen

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006 l 201
Yessi C.O., dkk.: Variasi Struktur Organisasi Lembaga ...

Perda disebutkan bahwa instalasi dimasukkan dalam memiliki uraian tugas koordinasi yang
kelompok jabatan fungsional dan bertanggung jawab sama).12
pada bidang pelayanan. Tetapi pada bagan struktur
organisasi jelas terlihat bahwa kelompok jabatan
Job description juga kurang memperlihatkan
kejelasan supervisi yang harus dilakukan oleh
fungsional bertanggung jawab kepada kepala badan
masing-masing pimpinan kelompok jabatan
atau kepala kantor RSD.
struktural. Yang tercantum hanyalah kewajiban
Untuk model struktur organisasi yaitu fungsi
pimpinan melakukan supervisi, tetapi bagaimana
mengikuti struktur (function follow structure) terdapat
supervisi dilakukan dan jalur apa yang ditempuh
kerancuan antara terjemahan gambaran tugas
belum terlihat dengan jelas.
struktur organisasi dengan bagan yang menyertai
Komponen penting lain yang tidak muncul dalam
struktur tersebut. Hal ini memunculkan kesalahan
job description dan seharusnya menjadi pendukung
dalam menerjemahkan posisi masing-masing
terlaksananya job description adalah kualifikasi
struktur, sehingga bagan struktur organisasi bukan tenaga (job qualification). Alasan yang utama dari
merupakan gambaran riil mengenai struktur tidak adanya job qualification pada job description
organisasi itu sendiri. dinas kesehatan adalah masih belum adanya
peraturan di tingkat pusat dan daerah yang mengatur
Formalisasi Relasi, Tugas Pokok dan Fungsi kualifikasi pemegang jabatan struktural hingga ke
Struktur organisasi adalah rencana formal untuk tingkat seksi, padahal pada pedoman standar
menciptakan pembagian kerja yang efisien dan pelayanan minimal (SPM) sudah dicantumkan.
koordinasi yang efektif dari kegiatan-kegiatan anggota Selama ini penempatan staf pada jabatan struktural
organisasi. Struktur organisasi mengandung masih diterapkan berdasarkan kepangkatan dan
pengertian tentang bagaimana tugas kerja akan eselonisasi.
dibagi, dikelompokkan dan dikoordinasikan secara Kelemahan lainnya adalah ketidakjelasan tugas
formal. 1 Secara teoritis, struktur organisasi dan masih tumpang tindihnya uraian tugas
merupakan kaitan sistemik antarberbagai komponen. antarbidang atau seksi dalam organisasi dinas.
Komponen sumber daya manusia (SDM) adalah Contoh ketidakjelasan uraian tugas pada penggunaan
komponen yang paling dominan. kata rekomendasi perijinan pada Dinas Kesehatan
Menurut Robbins dalam Chaizi1, dimensi uni- Jembrana. Penggunaan kata rekomendasi
versal struktur organisasi adalah kompleksitas, menunjukkan adanya lembaga lain yang berwenang
formalisasi dan sentralisasi. Formalisasi merupakan mengeluarkan izin, sedangkan dinas kesehatan
tingkat kapasitas mana pekerjaan di dalam hanya memberikan rekomendasi, padahal PP No.
organisasi (peraturan, prosedur, instruksi, dan 8/2003 sudah mengisyaratkan fungsi dinas sebagai
komunikasi) distandarisasikan. Dalam penelitian ini lembaga yang mengatur perizinan.
formalisasi struktur organisasi diterjemahkan dalam
bentuk relasi (koordinasi dan supervisi) dan uraian b. Job Description, Koordinasi dan Supervisi
gambaran tugas pokok dan fungsi, antarstruktur Puskesmas
organisasi yang dituangkan dalam dokumen legal Uraian tugas Puskesmas secara umum diatur
formal organisasi. melalui SK Bupati/Peraturan Bupati. Surat
Keputusan (SK) ini mengatur tentang tata kerja dan
a. Job Description, Koordinasi dan Supervisi uraian tugas perangkat daerah yang di dalamnya
Dinas Kesehatan termasuk uraian tugas pokok dan fungsi kepala
Kelemahan utama yang muncul dari job descrip- Puskesmas. Di Kabupaten Jembrana agak berbeda.
tion masing-masing dinas adalah lemahnya Uraian tugas Puskesmas diatur oleh Perda No. 9/
penggambaran mekanisme koordinasi dan supervisi. 1996 yang tidak hanya mengatur uraian tugas Kepala
Job description belum jelas memperlihatkan Puskesmas tetapi juga menguraikan tugas masing-
mekanisme koordinasi atau komunikasi dan kerja masing kepala seksi dan subbagian TU.
sama yang digunakan untuk menyamakan persepsi Di tingkat staf Puskesmas uraian tugas
atau memadukan kegiatan antarbidang atau seksi diterjemahkan oleh masing-masing Kepala
yang ada dalam organisasi dinas. 22,23,24,25,26,27,28 Puskesmas seperti pada SK Kepala Puskesmas
Misalnya yang tercantum dalam salah satu uraian Ubud I tentang uraian tugas Staf Puskesmas Ubud I,
tugas Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar. dan Dokumen Tata Kerja serta Uraian Tugas Pegawai
“Mengadakan koordinasi lintas program Puskesmas Mendoyo. Uraian tugas staf puskesmas
untuk menyamakan persepsi dan kesatuan yang dibuat oleh kepala Puskesmas tidak
tindakan.....” (semua jabatan struktural diketemukan untuk Puskesmas Banjarangkan I.

202 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

Beberapa unsur yang perlu diperhatikan dalam serta melakukan pengawasan dan pengendalian
menganalisis job description adalah: job title , penerimaan dan pemulangan pasien di semua
kejelasan uraian tugas termasuk mekanisme instalasi pelayanan medis. Di sini sudah tampak
koordinasi dan supervisi, serta kualifikasi tenaga ada kejelasan tugas, tetapi ada ketidakjelasan dalam
yang dibutuhkan termasuk kebutuhan akan pelatihan mekanisme koordinasi dan supervisi karena tidak
dan pendidikan lanjutan. Dari ketiga Puskesmas disebutkan instalasi pelayanan medis yang mana,
yang dianalisis diketahui bahwa hanya uraian tugas dan apa saja tugas spesifik dari masing-masing
Puskesmas Mendoyo yang telah memenuhi instalasi tersebut, sedangkan dalam gambaran tugas
sebagian besar kriteria uraian tugas di atas. Kriteria RSD Tabanan di bawah bidang pelayanan salah
yang tidak diuraikan hanyalah kualifikasi tenaga yang satunya terdapat subbidang pelayanan rawat darurat
dibutuhkan oleh setiap bidang tugas. Penggambaran dan rawat intensif yang mengkoordinir tugas instalasi
kriteria lainnya secara kualitatif sudah cukup jelas. rawat darurat, instalasi rawat intensif dan instalasi
Surat Keputusan (SK) yang mengatur uraian forensik. Instalasi ini memiliki perangkat operasional
tugas Staf Puskesmas Ubud I ternyata pada berupa subinstalasi gawat darurat, subinstalasi
dasarnya hanya mengandung uraian pelimpahan layanan ambulance, subinstalasi ICU, HCU, NICU,
wewenang Kepala Puskesmas Ubud I kepada staf subinstalasi pemulasaraan jenasah dan kedokteran
yang ditugaskan menjalankan sebagian tugas kehakiman yang masing-masing gambaran tugasnya
Kepala Puskesmas. Penjelasan diberikan Kepala dijelaskan dengan cukup baik.29
Puskesmas Ubud I: Gambaran tugas yang tercantum dalam
“karena struktur Puskesmas tidak dokumen tidak sekaligus menyebutkan kualifikasi
mencantumkan jabatan lain di bawah Kepala SDM yang dibutuhkan. Dalam organisasi RSD
Puskesmas otomatis tidak ada uraian tugas
jabatan di bawah Kepala Puskesmas”. terdapat persyaratan administratif dan fungsional
internal rumah sakit untuk penempatan SDM di
Job Description , Koordinasi dan Supervisi masing-masing struktur organisasi.
Rumah Sakit Daerah Manajemen SDM terkait dengan rekruitmen,
Dalam hal kejelasan tugas, apakah gambaran mutasi dan promosi terutama bagi pegawai negeri
tugas telah memuat kepada siapa pelaksana tugas dilakukan sesuai dengan peraturan kepegawaian.
bertanggung jawab, siapa yang diatur dan Sebagai inovasi upaya menajemen SDM, di RSD
dikoordinasikan oleh pelaksana tugas dan apa saja Tabanan telah dikembangkan metode khusus
tugas yang harus dikerjakan (koordinasi, supervisi, penilaian kinerja SDM di luar peraturan kepegawaian.
tugas). Secara umum kedua model struktur Diharapkan, penilaian kinerja dapat dilakukan dengan
organisasi RS telah memenuhi acuan tersebut tetapi lebih objektif dan membuka peluang untuk promosi
secara kualitatif terjemahan gambaran tugas yang dan pengembangan SDM yang lebih baik.
dilakukan oleh RS Tabanan adalah yang paling jelas Koordinasi dan supervisi di dalam struktur
dan detail (Perda ditindaklanjuti dengan SK Direktur organisasi rumah sakit dilakukan oleh struktur yang
RS), sehingga kebingungan dalam pelaksanaan dan setingkat lebih tinggi terhadap bawahannya.
pertanggungjwaban tugas dapat diminimalisir. Demikian juga karena RSD adalah lembaga teknis
Sebagai perbandingan, dalam penggambaran daerah maka pertanggungjawaban RSD langsung
tugas di Badan RSD Wangaya fungsi pelayanan kepada bupati melalui sekretaris daerah sehingga
medis, penunjang medis dan nonmedis, serta rekam hubungan antara RSD dan Dinas Kesehatan bersifat
medis dan rujukan diletakkan di bawah satu bidang koordinatif, kooperatif dan fungsional sesuai dengan
yaitu bidang pelayanan. Di badan RSD Tabanan Keppres No. 40/2000. Tidak terdapat peran supervisi
fungsi ini dibagi dalam tiga bidang. Bidang pelayanan dari Dinas Kesehatan terhadap RSD. Hal ini perlu
medis, bidang penunjang dan bidang pengendalian. diperjelas dalam penyusunan sistem kesehatan
Jika suatu bidang terlalu banyak memikul tanggung daerah terutama dalam penentuan perijinan dan
jawab yang berbeda maka tugas yang dihasilkan pengawasan mutu rumah sakit.
kurang jelas dan rawan terhadap tumpang-tindih Di dalam Perda Kabupaten Jembrana No. 13/
tanggung jawab. 2002 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah
Dalam gambaran tugas RSD Wangaya No. 4A/2001 tentang Pembentukan Susunan
disebutkan tugas subbidang pelayanan medis adalah Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan RSD
mengkoordinasikan perencanaan, pelaksanaan, Negara, disebutkan bahwa rumah sakit bertangung
pengaturan tenaga, pamantauan dan pengawasan jawab kepada bupati untuk masalah taktis
penggunaan fasilitas dan kegiatan pelayanan medis, operasional dan bertanggung jawab kepada Dinas
Kesehatan untuk masalah teknis fungsional. Hal ini

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006 l 203
Yessi C.O., dkk.: Variasi Struktur Organisasi Lembaga ...

bertentangan dengan posisi RSD sebagai lembaga diterbitkan PP No. 8/2003 tentang Pedoman
teknis daerah yang bertanggung jawab langsung Organisasi Perangkat Daerah.2
kepada bupati dan bukan pada Dinas Kesehatan. Berdasarkan berbagai temuan dalam penelitian
Melalui wawancara dengan Kepala Subbagian Tata ini, dapat dilihat bahwa masih terdapat berbagai
Usaha RSD Negara diperoleh informasi bahwa pada kerancuan penerapan dasar hukum pembentukan
kenyataannya RSD Negara hanya bertanggung struktur organisasi lembaga kesehatan milik
jawab kepada Bupati, tidak kepada Dinas Kesehatan pemerintah di Bali. Masih banyaknya struktur
Jembrana. organisasi Dinas Kesehatan di Bali yang belum
Secara umum koordinasi antara RSD dan Dinas berdasarkan PP No. 8/2003 (Dinas Kesehatan
Kesehatan dilakukan melalui sekretaris daerah. Provinsi Bali, Kodia Denpasar, Kabupaten Badung,
Bentuk koordinasi antarlembaga kesehatan Tabanan, Klungkung) dan bervariasinya dasar hukum
pemerintah yang penting untuk dibahas di sini adalah yang dipergunakan sebagai dasar penyusunan
hubungan antara rumah sakit dengan puskesmas struktur organisasi puskesmas. Struktur organisasi
sebagai UPT dinas. Hal ini tidak tampak dalam Puskesmas Ubud I dibuat berdasarkan PP No. 8/
analisis dokumen dan hasil wawancara. Belum ada 2003. Struktur organisasi Puskesmas Banjar
mekanisme yang jelas tentang koordinasi rumah Angkan I disusun berdasarkan PP No. 84/2000.
sakit dengan puskesmas yang bersifat medis Struktur organisasi Puskesmas Mendoyo bahkan
teknis. Selama ini yang terjadi adalah bahwa tidak mengacu pada salah satu PP ini. Selain
hubungan antara puskesmas dengan rumah sakit permasalahan bervariasinya dasar hukum yang
hanya sebatas rujukan medis searah dari dipergunakan dalam penyusunan struktur organisasi
puskesmas ke rumah sakit. Belum ada mekanisme lembaga kesehatan pemerintah ini, juga terdapat
rujukan balik ke arah puskesmas dari rumah sakit kasus inkonsistensi aturan tertulis dengan
untuk kelanjutan perawatan. Selain rujukan medis pelaksanaanya di lapangan. Hal ini terjadi pada
dapat dikembangkan juga rujukan pengetahuan dan perumusan relasi antara RSD Negara dengan
keterampilan yang sampai saat ini belum terlaksana Dikesos Jembrana.
dengan baik. Terdapat dua sebab mendasar yang memicu
timbulnya keragaman penafsiran terhadap peraturan
PEMBAHASAN perundang-undang yang berlaku. Pertama adalah
Untuk dapat melaksanakan perannya sebuah sebab formal berupa status hukum dari aturan
organisasi formal seperti lembaga kesehatan milik perundang-undangan itu sendiri. Dalam konteks ini
pemerintah harus dapat menerjemahkan peran adalah PP No. 8/2003 yang masih bersifat status
tersebut dalam struktur organisasi, uraian tugas quo. Pada dasarnya memang jika sebuah peraturan
pokok dan fungsinya. Dari berbagai temuan dalam perundang-undangan diganti maka berbagai aturan
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses pelaksana yang ada dibawahnya harus
penerjemahan peran organisasi dalam bentuk menyesuaikan dengan undang-undang tersebut,
struktur organisasi ini masih lemah. Terdapat tetapi jika peraturan pelaksana yang lama tidak
beberapa poin kritis terkait dengan struktur organisasi bertentangan dengan undang-undang yang baru
lembaga kesehatan milik pemerintah di Bali dan tersebut maka masih dapat diberlakukan.2 Tetapi
proses penyusunannya. Poin tersebut adalah dalam kasus ini kekosongan hukum aturan
adanya konflik dasar hukum, luasnya variasi struktur pengganti PP No. 8/2003 ini menyisakan ruang
organisasi yang dibarengi dengan lemahnya konflik perbedaan persepsi tentang acuan
koordinasi, masih terdapatnya mekanisme penyusunan struktur organisasi lembaga pemerintah.
penyusunan struktur organisasi yang bersifat fungsi Sebab yang kedua adalah frame politis dari
mengikuti struktur, masih tumpang-tindihnya uraian pemerintah. Sebagai contoh adanya beberapa
tupoksi dan belum adanya kualifikasi tugas yang daerah yang tetap mempertahankan struktur
bersifat fungsional dalam proses penempatan SDM. organisasi yang lama atau bahkan merancang
Idealnya peraturan maupun praktik struktur baru yang bahkan tidak memiliki acuan dasar
pelaksanaanya tidak boleh bertentangan dengan hukum yang lebih tinggi. Jika ditinjau lebih jauh
peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. sebenarnya frame politis ini bukan saja terkait dengan
Dalam konteks tersebut peraturan yang tertinggi frame politis lokal, tetapi juga nasional. Dalam hal
adalah UU No. 22/1999 tentang pemerintahan daerah ini perbedaan frame politis para stakeholders ditingkat
yang kemudian diganti dengan UU No. 32/2004. nasional dengan frame politis lokal telah memicu
Sebagai peraturan pelaksana UU No. 22/1999 ini, timbulnya resistensi terhadap perubahan yang

204 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

dituntut dari tingkat pusat. Hal ini berbuntut pada di lapangan. Dalam kasus Kabupaten Jembrana ini,
kerancuan penerapan dasar hukum penyusunan sangat kental terlihat dipergunakan secara
struktur organisasi lembaga kesehatan pemerintah. maksimalnya otoritas lokal dalam pengambilan
Perbedaan frame politis ini secara mencolok terlihat keputusan terkait dengan regulasi lembaga
dalam inkonsistensi hirarki peraturan perundang- kesehatan milik pemerintah. Meskipun berarti
undangan yang mengatur tentang struktur organisasi terdapatnya konflik dasar hukum dalam penyusunan
lembaga kesehatan milik pemerintah ini baik di struktur organisasi milik pemerintah di kabupaten
tingkat nasional maupun lokal. Yang pertama adalah bersangkutan.
konflik antara PP No. 8/2003 dengan Kepmenkes Variasi yang sangat luas dalam struktur
No. 128/2004, secara kronologis Kepmenkes ini organisasi dinas kesehatan dikeluhkan
dikeluarkan setelah dikeluarkannya PP No. 8/2003, menyebabkan terhambatnya koordinasi dan
tetapi isinya bertentangan dengan PP No. 8/2003. komunikasi antardinas kesehatan terutama dari
Hal ini menegaskan adanya perbedaan kepentingan dinas provinsi ke dinas kabupaten. Hal ini disebabkan
antara departemen kesehatan dan departemen karena kurangnya sosialisasi tentang tupoksi
dalam negeri. Secara hukum Kepmenkes No. 128/ antardinas sehingga terjadi kesulitan saat
2004 ini tidak dapat dilaksanakan, tetapi yang jelas melakukan koordinasi program antardinas
telah ada kontroversi yang tidak perlu jika koordinasi kesehatan. Hal ini juga disebabkan oleh belum
di tingkat pusat terkait pengambilan kebijakan rampungnya proses desentralisasi. Proses ini
strategis ini berjalan dengan baik. semestinya dibarengi penguatan kapasitas lokal,
Konflik yang kedua adalah konflik lokal dengan sehingga program maupun dana dapat dirancang
pusat, meskipun telah diterbitkan PP No. 8/2003 sesuai dengan kebutuhan lokal bukan model top
sebagai pengganti PP No. 84/2000, pemerintah down. Selain itu, relasi antarlembaga juga belum
Provinsi Bali dan beberapa kabupaten/kota tetap terumuskan dengan baik, sebagai contoh adalah
mempertahankan struktur yang dibuat berdasarkan relasi RSD dan dinas kesehatan kabupaten. Dengan
PP No. 84/2000. Reformasi administrasi publik dituntutnya RSD untuk lebih otonom, terjadi
merupakan suatu proses untuk mengubah struktur fragmentasi antara upaya pelayanan kesehatan yang
ataupun prosedur birokrasi publik yang terlibat dilakukan dinas kesehatan dan RSD yang berdampak
dengan maksud untuk meningkatkan efektivitas pada kurangnya integrasi layanan kesehatan di
organisasi. Menurut Kasim dalam Chaizi1, reformasi wilayah setempat jika koordinasi antarlembaga ini
administrasi publik adalah upaya perubahan melalui tidak diatur secara tegas.
pendekatan dari atas ke bawah dengan program Berbagai persoalan ini sebenarnya dapat diatasi
reorganisasi, pelangsingan (downsizing), dengan dirancang dan dilaksanakannya sebuah
penghematan biaya dan reengineering. 23 Dalam sistem kesehatan wilayah baik di tingkat provinsi
kerangka tersebut pemerintah menerbitkan PP No. maupun kabupaten/kota yang memiliki dasar hukum
8/2003 sebagai pengganti PP No. 84/2000. PP No. yang kuat secara konsisten. Saat ini di Bali hampir
8/2003 memiliki semangat efektivitas dan efisiensi semua kabupaten telah memiliki sistem kesehatan
dengan pelangsingan struktur organisasi dan wilayah yang disebut Sistem Kesehatan Daerah
pembatasan jumlah dinas.2 Permasalahannya adalah (SKD), tetapi dokumen tersebut masih jadi paradoks.
perubahan yang dituntut dalam PP No. 8/2003 Artinya pembangunan kesehatan yang dilaksanakan
merupakan perubahan organisasi yang berfokus tidak mengacu kepada dokumen SKD. Dokumen
sempit, semata-mata berfokus pada perubahan SKD hanya menjadi bukti fisik syarat administratif.
struktur organisasi30,31 tanpa mempertimbangkan Idealnya struktur organisasi disusun
ketersediaan SDM di daerah. Hal ini terlihat di RSD berdasarkan analisis kebutuhan daerah dan
Tabanan yang dengan kuat mempertahankan organisasi yang bersangkutan, juga ketersediaan
struktur yang tidak sesuai dengan syarat susunan sumber daya yang ada, sehingga metode
struktur organisasi RS dari Depkes, meskipun hal pembentukannya adalah struktur follow function.
ini mesti dibayar dengan tidak diloloskannya RS Kepala instansi adalah orang yang idealnya paling
yang bersangkutan dari proses akreditasi Depkes. memahami fungsi, kebutuhan dan ketersediaan
Yang ketiga adalah konflik di tingkat lokal antara sumber daya dalam organisasi. Dalam proses ini
aturan tertulis dengan pelaksanaanya. Di Kabupaten seorang kepala instansi dapat dibantu oleh
Jembrana struktur organisasi puskesmasnya tidak konsultan yaitu biro organisasi di sekretariat daerah
memiliki acuan perundangan yang jelas. Selain itu masing-masing. Namun hendaknya proses ini dapat
adanya perbedaan antara aturan tertulis mengenai berlangsung seperti halnya proses konsultasi
relasi dinkesos dengan RSD dengan pelaksanaanya profesional lainnya yaitu terjadi komunikasi dua arah

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006 l 205
Yessi C.O., dkk.: Variasi Struktur Organisasi Lembaga ...

antara kepala instansi bersangkutan dengan biro kekuasaan. Salah satu hal yang menjadi poin kritis
organisasi sekretariat daerah, sehingga tidak terjadi dalam penelitian ini adalah tidak adanya sistem le-
kejadian kepala instansi merasa bahwa struktur gal formal yang mengatur kualifikasi fungsional SDM
organisasi yang dirancangnya tidak sesuai dengan Dinas Kesehatan yang merupakan sebuah lembaga
yang tertuang dalam perda. yang membutuhkan SDM dengan kualitas fungsional
Pihak pemerintah pusat hendaknya juga khusus. Terdapat beberapa kasus missed placement
memperhatikan permasalahan ini, sesuai dengan di beberapa organisasi pemerintah karena belum
azas desentralisasi pada dasarnya daerah diberikan adanya sistem yang mengatur kualifikasi fungsional
kebebasan secara terbatas untuk menyusun struktur SDM ini.
organisasi yang paling sesuai dengan kebutuhan dan Di tingkat pusat, peran regulasi pemerintah
sumber daya setempat. Hal ini juga tertuang dalam hendaknya dapat lebih dirumuskan dengan baik,
PP No. 8/2003. Kasus yang paling menonjol terkait sehingga tidak perlu terjadi adanya konflik yang dapat
dengan intervensi pusat yang menyebabkan proses memicu kebingungan di tingkat pelaksanaan. Di
penyusunan struktur organisasi berdasarkan fungsi tingkat lokal peran utama dimainkan oleh bupati
tidak dapat diterapkan dengan baik adalah kasus sebagai kepala daerah. Sebagai contoh bentuk
RSD Tabanan dan RSD Sanjiwani. Kedua RSD ini komitmen politis lokal dalam hal reformasi struktur
tidak lulus dalam proses akreditasi karena terbentur organisasi lembaga kesehatan daerah di Bali
pada ketidaksesuaian struktur organisasinya dengan ditunjukkan oleh dua kabupaten yaitu Kabupaten
tuntutan Depkes. Jembrana dan Tabanan.
Rumah Sakit Daerah (RSD) Tabanan telah Pelaksanaan reformasi administrasi publik
menunjukkan kualitas kinerja organisasinya sangat termasuk di bidang kesehatan di Kabupaten
baik meskipun struktur yang diterapkannya tidak Jembrana dilakukan secara serius, melalui
sesuai dengan tuntutan Depkes, sehingga dengan perampingan organisasi, pemotongan rantai
dasar itu pihak manajemen RSD Tabanan bersikeras pelayanan birokrasi, termasuk dalam perekrutan
tidak akan menyesuaikan struktur organisasinya terbuka sumber daya manusia untuk menempati
dengan peraturan Depkes, sedangkan dalam kasus jabatan tertentu. Terobosan terbesar dalam hal
RSD Sanjiwani pihak manajemennya justru memilih pelayanan kesehatan primer adalah dengan
untuk merubah struktur organisasinya sesuai dengan digabungnya beberapa puskesmas sehingga dapat
peraturan Depkes. memotong biaya operasional puskesmas dan
Poin kritis yang terakhir adalah uraian tugas memberikan kesempatan bagi puskesmas untuk
pokok dan fungsi serta relasi antarstruktur di lembaga bersaing dengan penyedia layanan swasta dan dana
kesehatan pemerintah masih seringkali tumpang- operasional puskesmas tersebut dipergunakan untuk
tindih dan kurang spesifik. Sebuah sistem dipastikan memberikan pelayanan kesehatan primer (strata I)
dapat berjalan dengan baik jika terdapat kejelasan bebas biaya bagi penduduk Jembrana lewat Jaminan
peran dan interaksi antarkomponen yang terlibat Kesehatan Jembrana (JKJ).
dalam sistem tersebut. Dalam konteks mikro yaitu Komitmen politis kepala daerah di Kabupaten
sistem organisasi lembaga kesehatan pemerintah Tabanan diwujudkan dengan menetapkan status RS
hal ini tidak dapat terpenuhi, kecuali di RSD Tabanan. Tabanan sebagai badan RS Tabanan yang bersifat
Secara makro ketiadaan sistem kesehatan daerah swakelola, dengan didukung oleh kemampuan
yang operasional dan memiliki dasar hukum yang manajerial rumah sakit yang baik maka RS Tabanan
kuat semakin memperburuk prognosis sistem berhasil meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan
pelayanan kesehatan. sekunder (strata II) bagi masyarakat.
Desentralisasi kesehatan di Indonesia sedang Tetapi kedua bentuk best practice ini dapat
mencari bentuk, yang dalam perjalanannya tidak ditingkatkan lagi performancenya dengan penguatan
dapat dipungkiri bahwa salah satu faktor determinan peran regulasi pemerintah, dalam hal ini adalah
kesuksesannya adalah kemauan politis pemerintah Dinas Kesehatan. Kuncinya adalah adanya
baik di tingkat nasional dan lokal untuk bersinergi. komitmen politis pemerintah, kapabilitas SDM, dan
Di tingkat lokal disadari bahwa pelimpahan otoritas adanya rumusan SKD yang memiliki dasar hukum
kepada pemerintah daerah merupakan sebuah yang kuat dan diterapkan secara konsisten. Tetapi
senjata bermata dua. Di satu sisi membuka peluang berbagai inovasi ini kadangkala harus melanggar
optimalisasi peran pemerintah lokal dalam rambu-rambu aturan perundang-undangan yang
mendesign strategi khusus untuk mengatasi berlaku, tentunya dengan melihat kinerja yang telah
masalah kesehatan setempat tetapi di sisi lain ditunjukkan oleh adanya inovasi ini dan dapat dilihat
membuka peluang terjadinya penyalahgunaan bahwa peraturan perundang-undangan yang

206 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

berlakulah yang kadangkala bersifat kurang 5. Belum terdapat rumusan yang ideal dalam relasi
akomodatif terhadap inovasi. antarlembaga kesehatan di Bali yaitu Dinas
Dapat dilihat bahwa belum adanya strategi besar Kesehatan, RSD dan Puskesmas.
aplikasi konsep desentralisasi kesehatan yang
bersifat komprehensif dari tingkat pusat sampai lokal Saran
menyebabkan manajemen lembaga kesehatan Diperlukan pelatihan penyusunan struktur
daerah menjadi sangat bergantung pada leadership organisasi baik dari segi hukum maupun manajemen
dari kepala institusi yang bersangkutan dan juga dengan prinsip struktur mengikuti fungsi bagi pejabat
kepala daerah. Untuk jangka panjang pola seperti pemerintah (kepala instansi, bagian tata usaha dan
ini bukan pola yang sehat. Ketika sebuah lembaga tim biro organisasi setda) sehingga proses
atau daerah memiliki pemimpin yang kuat maka penyusunan struktur organisasi lembaga kesehatan
lembaga yang bersangkutan akan berfungsi dengan pemerintah dapat memenuhi tujuan peningkatan
baik, tetapi sewaktu-waktu ketika terjadi pergantian mutu, efektivitas dan efisiensi pelayanan publik.
kepemimpinan kinerja yang baik tersebut tidak lestari Diperlukan rumusan strategi besar penerapan
karena lemahnya sistem yang mengatur masalah konsep desentralisasi di bidang kesehatan
tersebut. Oleh sebab itu, dibutuhkan sebuah strategi khususnya di tingkat provinsi yang
besar yang komprehensif, minimal ditingkat provinsi berkesinambungan dengan strategi di tingkat
untuk mendukung penerapan konsep desentralisasi kabupaten/kota yang dibarengi pengembangan
kesehatan di Bali. kapasitas lokal dalam pengelolaan dan perancangan
program.
KESIMPULAN DAN SARAN Diperlukan sebuah sistem kesehatan wilayah
Kesimpulan yang saling terkait, memiliki dasar hukum yang kuat
Dari berbagai temuan dalam penelitian ini dapat dan diterapkan secara konsisten. Untuk itu
disimpulkan bahwa proses penerjemahan peran diperlukan upaya advokasi pada pemegang
organisasi dalam bentuk struktur organisasi ini masih kekuasaan dalam hal ini adalah pihak legislatif dan
lemah, hal ini didukung oleh fakta-fakta sebagai eksekutif untuk merancang grand design
berikut: pembangunan kesehatan dan sistem kesehatan
1. Lembaga kesehatan daerah (Dinas Kesehatan, wilayah di tingkat kabupaten/kota.
RS, Puskesmas) di Bali memiliki susunan
struktur organisasi yang bervariasi. Kondisi ini KEPUSTAKAAN
tidak hanya disebabkan oleh perbedaan analisis 1. Chaizi Nasucha. Reformasi Administrasi Publik,
kebutuhan daerah tetapi juga adanya konflik PT Grasindo, Jakarta. 2004: 12, 23, 43, 69-71.
antar peraturan perundang-undangan dan frame 2. Ibrahim, Prof. Dr. R, SH, MH. Dasar Hukum
politis pemerintah lokal. Pengembangan Organogram Organisasi
2. Proses penyusunan struktur organisasi Kesehatan Daerah. FH Universitas Udayana,
lembaga kesehatan di Bali bersifat bottom up Denpasar. 2005.
tetapi tanpa konfirmasi dua arah, sehingga 3. Perda No. 3 Tahun 2001 Tentang Pembentukan
struktur organisasi yang dihasilkan tidak sesuai Susunan Organisasi Dinas-Dinas Daerah
dengan usulan. Kabupaten Tabanan. 2001
3. Formalisasi tugas dan relasi yang tertuang 4. Surat Keputusan Bupati No. 1615 Tahun 2001
dalam tugas pokok dan fungsi (tupoksi) Tentang Uraian Tugas Dinas-Dinas Kabupaten
organisasi meliputi job description yang Badung. 2001.
menyertai struktur organisasi baik struktur 5. Perda No. 1 Tahun 2001 Tentang Struktur
organisasi Dinas Kesehatan, RSD maupun Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten
struktur organisasi Puskemas di Bali yang dikaji Klungkung. 2001.
masih bersifat umum dan ada overlapping. 6. Perda No. 13 Tahun 2001 Tentang Struktur
Mekanisme koordinasi dan supervisi dalam Organisasi dan Perangkat Daerah Kota
organisasi juga kurang jelas. Denpasar. 2004.
4. Struktur organisasi lembaga kesehatan di Bali 7. Perda No. 2 Tahun 2001 Tentang Pembentukan
masih belum di lengkapi dengan job qualification Susunan Organisasi, Tata Kerja Perangkat
fungsional yang bersifat legal formal. Daerah Provinsi Bali. 2001.

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006 l 207
Yessi C.O., dkk.: Variasi Struktur Organisasi Lembaga ...

8. Perda No. 10 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Kerja Badan Pelayanan RSD Negara.2002.
Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten 21. Peraturan Daerah kabupaten Gianyar No. 6
Jembrana. 2001. Tahun 2001 Tentang Susunan Organisasi dan
9. Perda No. 8 Tahun 2004 tentang Pembentukan, Tata Kerja RSD Sanjiwani Kabupaten Gianyar.
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas 2001.
Kesehatan Kabupaten Buleleng. 2001. 22. Peraturan Bupati Gianyar No. 17 Tahun 2005
10. Perda No. 13 Tahun 2003 Tentang Pembentukan tentang uraian tugas pokok dan fungsi jabatan
Organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bangli. struktural pada Dinas Kesehatan Pemerintah
2003. Kabupaten Gianyar . 2005.
11. Perda No. 14 Tahun 2004 Tentang Pembentukan 23. Peraturan Bupati No. 17 Tahun 2004 Tentang
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Uraian Tugas Dinas Kesehatan Kabupaten
Kesehatan Kabupaten Karang Asem. 2004. Karang Asem. 2004.
12. Perda No. 3 Tahun 2004 Tentang Pembentukan 24. Surat Keputusan Bupati Buleleng No. 433 Tahun
Susunan Organisasi Dinas-Dinas di Kabupaten 2004 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas
Gianyar dan Tata Kerja Dinas Kabupaten. 2004. Kesehatan Kabupaten Buleleng. 2004.
13. Surat Keputusan Kepala Puskesmas No. 800/ 25. Surat Keputusan Gubernur Bali No. 32 Tahun
V/2005 tentang Uraian Tugas Staf Puskesmas 2001 Tentang Uraian Tugas Dinas Kesehatan
Ubud I. 2005. Provinsi Bali. 2001.
14. Struktur Organisasi Puskesmas Banjar Angkan 26. Surat Keputusan Bupati No. 61 Tahun 2004
I (Dokumen Internal Puskesmas, tanpa nomor). Tentang Uraian Tugas Dinas Kesehatan
15. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana No. 5 Kabupaten Bangli. 2004.
Tahun 2001 tentang Pembentukan Susunan 27. Surat Keputusan Bupati No. 320 Tahun 2001
Organisasi dan Tata Kerja Puskesmas. 2001. Tentang Uraian Tugas Perangkat Daerah
16. Tata Kerja Organisasi dan Uraian Tugas Kabupaten Klungkung. 2001.
Pegawai Puskesmas Mendoyo (Dokumen 28. Surat Keputusan Bupati Jembrana No. 607
Internal Puskesmas, tanpa nomor) Tahun 2003 Tentang Uraian Tugas Dinas
17. Peraturan Daerah Kota Denpasar No 22 Tahun Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial. 2003.
2001 Tentang Pembentukan Susunan 29. Surat Keputusan Direktur Badan RSD
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Kabupaten Tabanan No 01 Tahun 2005 Tentang
RSD Wangaya Kota Denpasar. 2001. Uraian Tugas dan Tanggung Jawab di
18. Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan No 14 Lingkungan Badan RSD Kabupaten Tabanan.
Tahun 2002 Tentang Susunan Organisasi dan 2005.
Tata Kerja Badan RSD Kabupaten Tabanan. 30. Moorhead, Griffin, Organizational Behavior,
2002. Managing People and Organizations, 4th Edition,
19. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana No 4A Hougthon Miffin Company, Boston, 1995: 483-
Tahun 2001 Tentang Pembentukan Susunan 6.
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan 31. Anne Mills, J. Patrick, V, Duane L, et al., Health
Kesehatan RSD Negara. 2001. System Decentralization, Concept, Issues and
20. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana No 13 country experience, World Health Organization,
Tahun 2002 Tentang Perubahan Pertama Geneva, 1990
Peraturan Daerah No 4A Tahun 2001 Tentang

208 l Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 09, No. 4 Desember 2006

You might also like