You are on page 1of 26

ANAlISIS ASPEK PEmBENTUK BUDAYA K3

DENGAN KEPATUHAN PENGGUNAAN APD


PADA PEKERJA PRODUKSI RESIN DI SIDOARJO

Gregorius Timotius Brito Departemen Keselamatan


dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga E-mail: Gregtimo@ymail.com

ABSTRACT
The Ministry of Republic Indonesia launched in 2015 as the national safety culture that every industrial sector was
required to implement the safety culture as well. One of the effort to create safety culture in the companies with
cultivating the behavior for using personal protection equipment at work. Cooper an expert of safety management
explained there were three elements forming safety culture, psychological, behavior, and organization and situation
aspect. The main purpose was to analyze the relationship between psychological aspect of workers and organization and
a situation aspect with the behavior for using PPE. This is an observational analytic study with cross sectional
approach. Data were analyzed with univariate and bivariate. Sample of this research were 25 workers from 32
population that gets by simple random sampling method. Data were collected by questionnaire and observation then
analyze in descriptive and use cross tabulating and correlation spearmen test to obtain relationship between variables.
The result showed that most of the workers (56%) have low behavior on PPE usage. There almost all workers have a
good motivation and clarified that availability and training about PPE was fair. There were significant correlation
between motivation and training with complience of using PPE. Higly recommendation for company to increase the
motivation for workers by apply a reward system.

Keywords: safety culture, behaviour, Personal Protection


Equipment

ABSTRAK
Pemerintah Republik Indonesia mencanangkan tahun 2015 sebagai tahun berbudaya K3 di mana setiap sektor industri
diwajibkan untuk menerapkan budaya K3 yang baik. Upaya untuk menciptakan safety culture di lingkungan perusahaan
yaitu dengan membudayakan perilaku penggunaan APD di tempat kerja. Cooper seorang ahli manajemen K3
menyatakan terdapat 3 elemen pembentuk safety culture yaitu aspek psiklogis pekerja, aspek perilaku, dan aspek
organisasi dan situasi. Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan antara aspek psikologis pekerja dan aspek
organisasi dan situasi dengan perilaku penggunaan APD. Studi dalam penelitian ini menggunakan teknik observasional
analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian menggunakan teknik simple random
sampling dan terpilih sebanyak 25 responden dari 32 pekerja. Data dihimpun melalui kuesioner dan observasi perilaku
yang kemudian dianalisa secara univariat dan bivariat. Hasil penelitian ini menunjukkan 56% pekerja memiliki perilaku
tidak baik dalam pemakaian APD. Mayoritas pekerja memiliki motivasi yang baik dan menyatakan ketersediaan APD
telah memadai serta pelatihan penggunaan APD baik. Motivasi dan pelatihan APD memiliki hubungan dengan kepatuhan
penggunaan APD. Rekomendasi yang dapat diberikan bagi perusahaan adalah meningkatkan motivasi pekerja dengan
memberikan insentif kepada pekerja yang selalu menggunakan APD.

Kata kunci: budaya K3, perilaku, Alat Pelindung Diri

PENDAHUlUAN Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan


Perkembangan bidang industrial semakin industri manufaktur dapat dipastikan semakin
berkembang pesat, terutama pada bidang industri banyak juga masalah yang berpotensi muncul.
manufaktur. Industri manufaktur sendiri dalam Beberapa masalah yang berpotensi timbul tersebut
perkembangannya juga sudah mengalami kemajuan dari kegiatan industri manufaktur pembuatan cat
yang signifikan hal ini ditandai dengan adalah masalah kesehatan dan keselamatan
meningkatnya permintaan pasar domestik, terutama Salah satu bahan dasar pembuatan cat adalah
untuk plastik, logam, makanan, manufaktur cat, dan resin. Setiap pekerja di industri pembuatan resin
suku cadang otomotif telah tumbuh sebesar 6,4% di memiliki risiko yang sama dengan industri kimia
tahun 2013 (World Bank, 2013). yang lain. Pada proses produksi resin sendiri

134
Gregorius, Analisis Aspek Pembentuk Budaya 135
K3…
136 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des 2015: 134–
143

memiliki risiko pada temperature datang secara tidak telah ada payung
bahaya yang tinggi ruang bentuknya cair, terduga yang dapat hukumnya dan
seperti yang terdapat bersifat lengket dan merugikan manusia, mendapat perhatian
pada proses. Faktor kental (Susyanto, perusahaan, serta dari pemerintah
fisik yang berpotensi 2012). Proses lingkungan. dengan
t e rj a di nya produksi pada Kecelakaan kerja dikeluarkannya
hazard a d a l a h k pembuatan resin sendiri yang Undang- Undang
ebisingan yan umumnya dimaksud adalah Keselamatan Kerja
g ditimbulkan oleh mengandung risiko kecelakaan yang No. 1 Tahun 1970.
mesin produksi yang bahaya yang sama berhubungan dengan Undang-Undang
melebihi NAB serta pada industri pekerjaan di tersebut mengatur
paparan suhu ekstrem manufaktur pada perusahaan setiap kegiatan
akibat tidak adanya umumnya yang dapat (Suma’mur, 1996). produksi di
ventilasi yang cukup. mengakibatkan Pentingnya perusahaan secara
Proses prod kecelakaan kerja dan dilakukan usaha- aman agar terhindar
uksi pada pem berujung pada usaha untuk dari bahaya yang
buatan resin penyakit akibat kerja melindungi pekerja berpotensi timbul di
juga memiliki dan kematian. dalam menjalankan lingkungan kerja.
potensi bahaya Potensi bahaya pekerjaannya Data untuk
kesehatan yang keselamatan kerja kecelakaan kerja
berpotensi timbul dalam industri resin pada bidang industri
antara lain berasal dapat berupa bahaya manufaktur
dari proses keselamatan dan pembuatan cat untuk
pencampuran dan kesehatan. Rata-rata tingkat Provinsi Jawa
pemasakan bahan kecelakaan yang Timur sendiri tidak
baku yang terdiri terjadi di pembuatan mudah ditemukan, hal
dari NH3, H2CO resin diakibatkan oleh ini disebabkan data
(Formaldehid), kecerobohan dan kecelakaan kerja
C3H5NO kesalahpahaman termasuk data rahasia
(Akrilamid), C2H5OH antar karyawan. internal perusahaan
(Etanol), C7H8 Salah satu contohnya yang tidak dapat
(Toluene) yang adalah tumpahan dipublikasikan
di mana seluruh dari bahan kimia diakses secara bebas
bahan tersebut yang dapat oleh pihak lain.
merupakan bahan mengenai anggota Namun apabila
berbahaya yang tubuh pekerja. melihat tren
apabila masuk dalam Terdapat pula faktor kecelakaan kerja
tubuh dapat fisik yang merupakan secara nasional dalam
mengakibatkan bahaya kesehatan di 3 tahun terakhir dan
kerusakan organ dan area pembuatan disimpulkan bahwa
sistem saraf dan resinya itu kebisingan angka kejadian
apabila terpercik kulit yang dihasilkan kecelakaan kerja
juga dapat mesin generator, mengalami kenaikan.
menyebabkan iritasi getaran ketika Data dihimpun
pada kulit (Susyanto, pengoperasian forklift, dari laporan di
2012). dan temperatur kemenakertrans yang
Resin atau binder ekstrem pada tabung dikutip oleh Rosidi
merupakan komponen reaktor dan boiler. (2011), di mana
utama dalam Faktor kimia yang menunjukkan bahwa
pembuatan cat. Resin bersifat toxic juga angka kecelakaan
berfungsi merekatkan dapat berperan kerja pada tahun 2009
berbagai komponen dalam menimbulkan terdapat 96.314 kasus
yang ada dan bahaya di industri kecelakaan kerja.
melekatkan resin. Angka tersebut
keseluruhan bahan Kecelakaan meningkat pada tahun
pada permukaan sendiri dapat 2010 yaitu sebanyak
suatu bahan. Resin diartikan sebagai 98.711 kasus dan
sendiri adalah suatu kejadian yang 99.491 kasus
polymer di mana tidak diinginkan dan kecelakaan di tahun
Gregorius, Analisis Aspek Pembentuk Budaya 137
K3…

2011. dari karakteristik dan


Upaya untuk sikap dalam
meminimalisir organisasi dan
kejadian kecelakaan individu serta
kerja di industri merupakan integrasi
apabila tidak berjalan dari perilaku, sikap,
dengan baik maka persepsi yang
dipastikan lingkungan outputnya berupa
kerja di industri dapat performansi yang
menjadi ancaman bagi nantinya dapat
keselamatan pekerja. menggerakkan
Terlebih di tahun organisasi.
2015 dicanangkan Budaya
oleh pemerintah keselamatan yang
sebagai masih rendah ditandai
‘Tahun Budaya K3’ dengan masih
dimana setiap sektor rendahnya
industri khususnya kepatuhan
industri manufaktur penggunaan
harus sudah siap
dalam menerapkan
sistem K3 yang baik
dan benar.
Mengingat pula
di tahun 2015 akan
menghadapi pasar
bebas ASEAN yang
menuntut setiap
industri untuk lebih
memiliki daya saing
dan kompetensi
dalam menerapkan
sistem K3. Hal
utama yang dapat
dilakukan yaitu
dengan membina
setiap pekerja untuk
dapat membudayakan
keselamatan dan
kesehatan kerja
sebagai kebutuhan
yang harus dipenuhi
di lingkungan kerja.
Budaya keselamatan
mempersyaratkan
agar semua
kewajiban para
pekerja yang
berkaitan dengan
keselamatan harus
dilaksanakan secara
benar, seksama, dan
penuh rasa tanggung
jawab (Yusri, 2011).
Menurut
INSAG (IAEA,
1991) budaya
keselamatan
merupakan gabungan
138 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des 2015: 134–
143
Gregorius, Analisis Aspek Pembentuk Budaya 139
K3…

APD dalam setiap terdiri dari tingkat D penelitian ini


melakukan pengetahuan, E termasuk penelitian
pekerjaan yang harapan, dan Penelitian ini cross sectional atau
berisiko tinggi. motivasi. Elemen bersifat analitik yang potong lintang.
Pengoperasian mesin yang kedua adalah bertujuan untuk Menurut
produksi, pembuatan aspek perilaku mengetahui hubungan Notoatmodjo
bahan baku, dan pekerja dan aspek sebab akibat antara (2012),dalam
pengangkutan organisasi dan situasi. dua variabel yaitu penelitian cross
material produksi Terdapat faktor- dependen dan sectional, variabel
yang di mana pada faktor lainnya yang variabel bebas secara independen yang
setiap kegiatannya dapat mempengaruhi observasional tanpa terjadi pada objek
memiliki risiko yang perilaku penggunaan memberikan penelitian diukur atau
berbeda yang dapat APD oleh pekerja perlakuan atau dikumpulkan secara
memicu timbulnya berdasarkan teori interaksi terhadap simultan (satu waktu).
bahaya keselamatan perilaku Lawrence responden penelitian. Analisis yang
dan kesehatan. Green (1980) yang Ditinjau dari waktu digunakan dalam
Pengendalian dimuat dalam pengambilan data penelitian bersifat
bahaya menurut Notoatmodjo (2003), dan rancangannya, analitikal yaitu untuk
Ladow Joseph (2000) yaitu faktor mencari hubungan
yang dikutip dalam predisposisi yang antara variabel
Linggarsari (2008), meliputi tingkat independen dengan
terdiri dari empat pengetahuan, dependen yang
aspek yaitu substitusi, persepsi individu, dianalisa secara
rekayasa engineering, tingkat motivasi, bivariat untuk
pengendalian sikap, dan harapan. mengetahui analisis
perilaku manusia Faktor kedua statistik secara
yang dibagi lagi yaitu enabling deskriptif melalui
menjadi pengendalian adalah faktor frekuensi pada tiap
administratif serta pemungkin seperti variabel dan univariat
pengendalian praktek sarana dan prasarana untuk mengetahui
kerja. Pengendalian yang tersedia, dan hubungan statistik
praktek kerja lebih faktor terakhir adalah antar variabel
menekankan pada reinforcing yang dependen dengan
pola-pola perilaku terdiri dari kebijakan independen.
individu. Sedangkan atau regulasi yang Responden dalam
pengendalian berlaku, pengawasan, penelitian ini adalah
administratif dan dukungan dari seluruh pekerja di
menekankan pada stakeholder yang produksi resin baik
manajemen untuk terkait. pekerja kontrak
mengendalikan pola Penelitian ini maupun pekerja tetap
perilaku di bertujuan untuk yang berjumlah 32
lingkungan dan Menganalisis pekerja yang
organisasi. hubungan antara ditentukan
Membentuk aspek psikologis menggunakan rumus
perilaku aman serta aspek simple random
khususnya dalam organisasi dan situasi sampling seperti yang
perilaku penggunaan pembentuk budaya dikemukakan oleh
APD dalam diri K3 dengan perilaku Walpole (1995).
pekerja sangat penggunaan Alat Sampel terpilih
relevan dengan Pelindung Diri pada sebanyak 25 pekerja
konsep yang tenaga kerja di yang dipilih secara
dikemukakan oleh produksi resin di acak dengan
Cooper (2000), yang Sidoarjo. menggunakan data
menyatakan bahwa nama seluruh pekerja
terdapat di produksi resin
m
3 elemen pembentuk Sidoarjo yang
E
budaya K3 yaitu kemudian diolah
T
aspek psikologis pada O menggunakan rumus.
diri pekerja yang Penelitian ini
140 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des 2015: 134–
143

berlangsung selama 3
5 bulan dilaksanakan
pada bulan februari Data yang
hingga juli 2015. berhasil dihimpun
Komponen dalam selanjutnya diolah
penelitian ini meliputi secara univariat dan
perilaku penggunaan bivariat. Analisis
APD, aspek univariat digunakan
psikologis yaitu untuk
motivasi pekerja mendiskripsikan
dalam penggunaan masing-masing
APD, aspek variabel yang diteliti.
organisasi dan situasi Hasil analisa data
yang terdiri dari univariat disajikan
ketersediaan APD dalam bentuk
dan pelatihan terkait distribusi frekuensi
APD. Komponen disertai narasi.
penelitian dihimpun Analisis bivariat
melalui kuesioner, digunakan untuk
kegiatan observasi melihat hubungan
dan wawancara antara variabel
dengan pihak HSE independen dengan
atau Health Safety variabel dependen.
Environment, serta Hasil data bivariat
menggunakan data disajikan dalam
sekunder yakni bentuk tabulasi
berupa literatur dan silang.
dokumen internal.

Tabel
1.
Interpre
tasi
Kuat
Hubung
an
Interval Koefisien
0,80–1,00
0,60–0,79
0,40–0,59
0,20–0,39
0,00–0,19
S
u
m
b
e
r
:

R
i
d
u
w
a
n

2
0
1
Gregorius, Analisis Aspek Pembentuk Budaya 141
K3…
142 The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health, Vol. 4, No. 2 Jul-Des 2015: 134–
143

Uji analisis data bivariat yang digunakan adalah Tabel 3. Tabulasi Silang Antara Motivasi dengan
spearman’s rho dengan α= 0,05. Sedangkan untuk Penggunaan APD pada Pekerja di
mengetahui kuat hubungan dilakukan uji kuat Produksi Resin di Sidoarjo.
hubungan melalui uji spearman’s rho
correlation, Perilaku penggunaan APD
sehingga diperoleh nilai koefisien korelasi. Kategori
motivasi Baik Tidak baik Total
tingkat hubungan dapat dilihat pada Tabel 1 di atas. Σ % Σ % Σ %
Baik 11 57,99 8 42,11 19 100
HASIl Tidak baik 0 0 6 100 6 100
Total 11 44 14 56 25 100
Perilaku Penggunaan APD Sig. 0,011
Perilaku kepatuhan pengguna Koefisien korelasi 0,498
a n A P D di produksi resin Sidoarjo mayoritas
dapat dikategorikan tidak baik yaitu dengan Hasil tabulasi silang antara tingkat motivasi
tidak menggunakan APD secara konsisten dan dengan perilaku penggunaan APD, diketahui bahwa
lengkap. Data tersebut diperoleh melalui kegiatan pekerja yang memiliki motivasi baik sebagian
observasi perilaku penggunaan APD di produksi besar (57,99%) memiliki perilaku yang baik dalam
resin Sidoarjo yang dilakukan secara berkala. penggunaan APD dan pekerja yang memiliki
Observasi dilakukan menggunakan lembar motivasi tidak baik seluruhnya (100%) memiliki
observasi dan dalam pelaksanaannya observasi perilaku tidak baik dalam penggunaan APD.
dibantu juga oleh pihak supervisor. Penggunaan Pada Tabel 3 diketahui terdapat hubungan
APD di produksi resin merupakan suatu kewajiban yang signifikan antara tingkat motivasi dengan
yang telah diatur dalam regulasi perusahaan dan penggunaan APD sedangkan untuk melihat kuat
bagi pekerja yang tidak menggunakan akan dikenai hubungan antar variabel, diperoleh nilai dari
sanksi. APD yang wajib digunakan meliputi 4 jenis koefisien korelasi sebesar 0,498 yang artinya
yaitu helm keselamatan, masker, sepatu hubungan cukup kuat antara tingkat motivasi pekerja
keselamatan, sarung tangan. dengan perilaku pemakaian APD pada pekerja di
unit produksi resin Sidoarjo.
Tabel 2. Distribusi Perilaku Penggunaan APD di Hubungan yang terjadi bersifat positif atau
Produksi Resin di Sidoarjo searah yang berarti semakin baik motivasi pekerja
semakin baik pula perilaku dalam penggunaan
Perilaku Frekuensi Persentase (%)
APD ketika bekerja atau semakin tidak baik tingkat
Baik 11 44
Tidak baik 14 56
motivasi pekerja semakin tidak baik pula perilaku
Jumlah 25 100 dalam penggunaan APD.

Ketersediaan APD
Pada Tabel 2 diketahui dari 25 pekerja yang
menjadi responden penelitian di produksi resin Penyediaan APD untuk pekerja di unit
terdapat 14 orang pekerja (56%) memiliki perilaku produksi resin di Sidoarjo dikategorikan menjadi
tidak baik dalam pemakaian APD ketika bekerja, 2 yaitu memadai dan kurang memadai. APD yang
sedangkan sebanyak 11 pekerja (44%) memiliki disediakan oleh pihak perusahaan untuk unit
perilaku baik dalam penggunaan APD selama produksi resin sesuai dengan risiko bahayanya
melakukan pekerjaan. berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan
pihak HSE meliputi helm keselamatan, masker,
motivasi sepatu keselamatan, sarung tangan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner Penyediaan APD pada produksi resin telah
untuk mengukur tingkat motivasi pekerja terhadap disesuaikan dengan risiko bahaya yang ada. Bahaya
pemakaian APD, mayoritas pekerja memiliki di lingkungan kerja diketahui melalui kegiatan
tingkat motivasi yang baik dalam penggunaan risk assessment atau penilaian risiko bahaya yang
APD di lingkungan kerja yaitu sebanyak 19 rutin dilakukan oleh pihak HSE perusahaan pada
pekerja (76%), sementara pekerja yang memiliki setiap bulannya. Penilaian risiko yang dilakukan
motivasi tidak baik dalam penggunaan APD hanya menggunakan teknik Job Safety Analyze yaitu
sebanyak 6 pekerja (24%) dari total 25 pekerja di dengan menganalisis potensi bahaya setiap kegiatan
produksi resin. produksi yang dilakukan.
Tabel 4. Tabulasi Silang Antara Ketersediaan bahwa pelatihan yang didapatkan kurang memadai
APD dengan Penggunaan APD pada dan sebanyak 20 pekerja (80%) di produksi resin
Pekerja di Produksi Resin di Sidoarjo. Sidoarjo menyatakan pelatihan yang diberikan sudah
memadai.
Perilaku penggunaan APD
Ketersediaan Pelatihan terkait penggunaan APD yang
Baik Tidak baik Total
APD dimaksudkan adalah pelatihan mengenai cara
Σ % Σ % Σ %
Memadai 11 50 11 50 22 100 pemakaian APD yang baik serta memelihara APD
Kurang memadai 0 0 3 100 3 100 yang benar. Pelatihan diperuntukkan bagi seluruh
Total 14 56 11 44 25 100 pekerja di salah satu produksi resin di Sidoarjo
Sig. 0,110 baik pekerja kontrak maupun tetap dan bersifat
Koefisien korelasi 0,327 wajib diikuti. Pelatihan sendiri dilakukan rutin
setiap pagi sebelum memulai pekerjaan oleh pihak
Hasil penelitian menunjukkan mayoritas HSE perusahaan.
pekerja menyatakan bahwa APD yang tersedia
di produksi resin sudah memadai baik dari segi Tabel 5. Tabulasi Silang antara Pelatihan terkait
kualitas, kuantitas, dan akses APD yaitu sebanyak APD dengan Penggunaan APD pada
22 pekerja (88%), sedangkan sebanyak 3 orang Pekerja di Produksi Resin di Sidoarjo.
pekerja (12%) menyatakan bahwa APD di produksi
resin di Sidoarjo kurang memadai. Menurut hasil Perilaku penggunaan APD
wawancara dengan pihak HSE perusahaan jumlah Pelatihan APD Baik Tidak baik Total
APD di unit produksi resin sendiri telah disesuaikan Σ % Σ % Σ %
Memadai 11 55 9 45 20 100
dengan jumlah pekerja yaitu sebanyak 32 pekerja. Kurang memadai 0 0 5 100 5 100
Hasil penelitian membuktikan bahwa pekerja Total 11 44 14 56 25 100
yang berperilaku baik dan menyatakan bahwa Sig. 0,02
APD yang tersedia telah memadai ketersediaannya Koefisien korelasi 0,44
sebanyak 11 orang pekerja (50%), sama dengan 3
pekerja yang berperilaku baik dan menyatakan Berdasarkan hasil tabulasi silang pada Tabel
bahwa ketersediaan APD kurang 5 antara pelatihan terkait APD dengan perilaku
m e m a d a i yaitu sebanyak 11 pekerja (50%). kepatuhan pemakaian APD pekerja di unit produksi
Pekerja yang menyatakan ketersediaan APD resin di Sidoarjo diketahui pekerja yang menyatakan
kurang memadai seluruhnya (100%) memiliki bahwa pelatihan sudah memadai sebagian besar
perilaku tidak baik dalam penggunaan APD. (55%) memiliki perilaku yang baik dalam
Pada Tabel 4 tingkat signifikansi diketahui penggunaan APD. Pekerja yang menyatakan bahwa
bernilai 0,110 dan dikatakan tidak terdapat pelatihan yang tersedia kurang memadai seluruhnya
hubungan yang signifikan antara ketersediaan (100%) memiliki perilaku yang tidak baik dalam
APD dengan perilaku pemakaian APD karena penggunaan APD.
nilai p (0,110) lebih besar dari nilai α (0,05) . Kuat Berdasarkan uji statistik yang diperoleh
hubungan antar variabel dapat dilihat pada nilai menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan
koefisien korelasi yaitu sebesar 0,327 yang berarti antara pelatihan APD dengan penggunaan APD
hubungan lemah antara ketersediaan dengan pada pekerja. Hubungan yang terjadi cukup kuat
perilaku kepatuhan pemakaian APD pada pekerja antara variabel pelatihan terkait APD dengan
di produksi resin. perilaku penggunaan APD.Hal ini dapat dilihat
dari nilai koefisien korelasi yaitu 0,443 yang berarti
Pelatihan APD hubungan antara variabel dapat dikatakan cukup
Berdasarkan data yang diperoleh melalui kuat.
wawancara dengan pihak HSE perusahaan, Hubungan yang terjadi bersifa
diketahui dilakukan pelatihan dan safetybriefing t p o s i t i f atau searah yang menunjukkan
tentang pekerjaan yang akan dilakukan, keselamatan semakin pekerja menyatakan pelatihan telah
dalam bekerja, dan tentang cara penggunaan dan memadai maka perilaku penggunaan APD juga
pemeliharaan APD yang dilakukan rutin setiap pagi semakin baik atau semakin pekerja menyatakan
sebelum memulai pekerjaan. pelatihan kurang memadai maka perilaku
Menurut data hasil dari kuesioner, dapat penggunaan APD pada pekerja juga menunjukkan
diketahui terdapat 5 pekerja (20%) yang semakin tidak baik pula.
menyatakan
PEmBAHASAN pengendaliannya. dapat terjadi pada Hasil pengamatan
Kegiatan tersebut pekerja melalui dan wawancara
Perilaku
dilakukan secara kegiatan risk menunjukkan bahwa
penggunaan APD
berkala pada seluruh assessment and APD yang tersedia
Berdasarka unit produksi di determining control telah sesuai dengan
n hasil peneli perusahaan termasuk oleh pihak HSE jumlah pekerja di unit
tian, sebagian pada unit produksi perusahaan. APD produksi resin dan
besar pekerja pada resin. yang diwajibkan seluruh APD dalam
produksi di Sidoarjo, Kegiatan lain antara lain helm keadaan baik.
yaitu sebanyak 56% dalam keselamatan, masker, Kepatuhan
responden memiliki penanggulangan sepatu keselamatan, (compliance) sendiri
perilaku yang bahaya adalah dengan sarung tangan. merupakan bentuk
dikategorikan tidak mengadakan safety perilaku yang tidak
baik dalam patrol terhadap hanya dipengaruhi
kepatuhan perilaku penggunaan oleh faktor eksternal
menggunakan APD APD pada seluruh melainkan juga oleh
yaitu dengan tidak pekerja. Kegiatan faktor internal (Geller
menggunakan APD safety patrol dalam Ruhyandi &
secara lengkap sesuai dimaksudkan juga Evi Candra, 2008).
dengan yang untuk mengawasi Berdasarkan hasil
diwajibkan di unit dan melakukan pengamatan dan
produksi resin. Hal kontrol pada setiap wawancara singkat
ini diperoleh dari pekerjaan yang dengan pekerja,
hasil pengambilan dilakukan oleh diketahui masih
data yang dilakukan pekerja termasuk adanya pekerja yang
melalui metode perilaku bekerja yang tidak patuh dalam
observasi baik dan aman. penggunaan APD
menggunakan Penggunaan APD dikarenakan pekerja
lembar observasi pada pekerja di unit masih merasa
yang dilakukan produksi resin di terlindungi meskipun
selama 4 kali. Sidoarjo hanya tidak menggunakan
Observasi sebatas untuk APD. Terdapat juga
dilakukan secara mengurangi risiko beberapa pekerja
berkala yaitu bahaya yang yang baru memakai
sebanyak 4 kali di sewaktu-waktu dapat APD ketika dilakukan
mana terdiri dari 2 terjadi pada pekerja. safety patrol oleh
kali pengamatan Menurut Tarwaka pihak supervisor dan
sebelum istirahat kerja (2008), agar pekerja HSE perusahaan.
dan 2 kali setelah dapat terhindar dari Hal ini
istirahat kerja. risiko bahaya maka menunjukkan
Teknik pengulangan perlu upaya dalam kepedulian pekerja
pengamatan hirarki pengendalian akan keselamatan dan
bertujuan untuk bahaya yang meliputi kesehatan pada saat
mengurangi adanya eliminasi, subtitusi, bekerja masih rendah.
bias serta mampu rekayasa teknik, Banyak bahaya di
memahami keadaan pengendalian lingkungan kerja
secara nyata dan administrasi, dan yang berpotensi
holistik (Hadi, 1987). yang terakhir adalah muncul dan
Upaya yang penggunaan APD. membahayakan
telah dilakukan Penggunaan APD keselamatan dan
oleh pihak HSE merupakan kewajiban kesehatan pekerja
perusahaan dalam pekerja ketika apabila pekerja sendiri
hal penanggulangan memulai masih belum sadar
bahaya di pekerjaannya.APD dengan kondisi
lingkungan kerja yang disediakan di tersebut dengan masih
antara lain dengan produksi resin telah berperilaku tidak baik
melakukan kegiatan dikondisikan sesuai dalam penggunaan
penilaian risiko dengan potensi dan APD.
bahaya dan risiko bahaya yang Pihak HSE
perusahaan sendiri kecil dan
telah menerapkan 1 kecelakaan serius
sistem punishment serta dapat
bagi pekerja yang menyebabkan
tidak menggunakan hilangnya hari kerja.
APD ketika Untuk mengurangi
melakukan terjadinya tindakan
pekerjaan. Setiap tidak aman, maka
pekerja di produksi perlu dibudayakan
resin telah memiliki safe behavior yang
kartu pelanggaran K3 baik dan benar
dan lingkungan dan khsusunya dalam
kartu tersebut wajib perilaku penggunaan
dibawa setiap hari. APD (Cooper, 2009).
Kartu tersebut terdiri Clarke (2000)
dari beberapa jenis dalam Kurniasih
pelanggaran salah dan Renanda
satunya tidak Nia Rachmadita
menggunakan APD (2013), menyatakan
ketika bekerja. bahwa perilaku
Apabila dit
emukan pekerj
a yang tidak
menggunakan APD
akan mendapatkan
sanksi yaitu berupa
peringatan. Apabila
pekerja yang sama
melakukan
pelanggaran lagi
seperti tidak memakai
APD, untuk karyawan
kontrak akan
dikembalikan ke
perusahaan
outsourching
sedangkan untuk
karyawan tetap akan
dikenakan
pemotongan gaji.
Perilaku tidak
patuh dalam
penggunaan APD
merupakan salah
satu behavioral
hazard yang
dipandang sederhana
tapi justru berperan
besar dalam
mayoritas kecelakaan
kerja yang
diakibatkan dari
tindakan tidak aman.
Heinrich dalam
Suchaida (2013),
mengatakan setiap
330 tindakan tidak
aman, berpotensi
terjadi 29 kecelakaan
merupakan salah satu dan tertuju untuk APD semakin baik Hal ini serupa
komponen budaya mencapai tujuan suatu juga, sebaliknya dengan penelitian
organisasi yang organisasi. semakin tidak baik Sukardjo (2012)
outputnya merupakan Dalam hal motivasi pekerja dalam Sumarna
performansi yang ini motivasi maka pekerja juga (2013), bahwa
dapat membentuk y a n g d a p a t berperilaku tidak tingkat motivasi
dan menggerakkan mempengaruhi baik dalam pekerja dalam
roda organisasi perilaku pekerja penggunaan APD menggunakan APD
secara terkait kepatuhan ketika bekerja. berhubungan
berkesinambungan. pekerja dalam Didapatkan juga signifikan dengan
Budaya organisasi menggunakan APD nilai koefisien perilaku penggunaan
sendiri dapat saat bekerja. korelasi sebesar APD. Hal ini
dikembangkan dan Motivasi yang 0,498 yang artinya dikarenakan motivasi
menjadi bagian dari terdapat dalam diri terdapat hubungan akan penggunaan
budaya K3. pekerja sendiri cukup kuat kedua APD khususnya
Mengingat pada merupakan salah satu variabel tersebut. dalam pemberian
Tahun 2015 aspek psikologis yang Hubungan yang penghargaan untuk
dicanangkan dapat mempengaruhi terjadi bersifat pekerja yang selalu
pemerintah sebagai perilaku yang positif, artinya menggunakan APD
tahun berbudaya K3 berkaitan dengan K3 semakin baik ketika bekerja masih
maka pihak produksi khususnya dalam safe motivasi pekerja belum berjalan.
resin di Sidoarjo juga behavior yang juga maka semakin baik Pekerja yang
melakukan upaya merupakan salah satu pula perilaku pekerja memiliki motivasi
untuk lebih aspek dalam dalam penggunaan tinggi dalam
membudayakan pembentuk budaya APD. menggunakan APD
penggunaan APD K3. saat melakukan
pada pekerja melalui Berdasarkan hasil pekerjaan turut serta
kegiatan promotif dan penelitian diketahui melindungi diri dari
pengawasan secara pekerja yang penyakit maupun k e
berkala demi memiliki motivasi celakaan kerj
terciptanya suatu nilai baik sebagian besar a yang berpot
di dalam diri pekerja (57,99%) memiliki ensi terjadi.
untuk dapat lebih perilaku yang baik Keselamatan
membudayakan dalam penggunaan merupakan salah
penggunaan APD APD dan pekerja satu kebutuhan
ketika melakukan yang memiliki pekerja yang wajib
pekerjaan. motivasi tidak baik dipenuhi ketika
seluruhnya (100%) berada di lingkungan
m memiliki perilaku kerja. Apabila
o tidak baik dalam kebutuhan yang
t penggunaan APD. menjadi tanggung
i Diperoleh hasil jawab perusahaan
v uji statistik tersebut tidak
a menggunakan terpenuhi maka
s korelasi spearmen pekerja berhak
i yang menunjukkan melakukan protes
Menurut terdapat hubungan kepada pimpinannya.
Mangkunegara yang signifikan Maslow (1984),
(2005), motivasi antara tingkat telah membagi
pekerja dapat motivasi dengan beberapa kebutuhan
terbentuk dari sikap perilaku kepatuhan manusia dalam suatu
pekerja dalam penggunaan APD. hierarki kebutuhan
menghadapi situasi Hubungan yang dan kebutuhan
kerja di perusahaan. terjadi bersifat pekerja akan
Motivasi juga positif di mana keselamatan sendiri
merupakan energi semakin baik tingkat berada di atas
yang dapat motivasi pekerja maka kebutuhan yang
menggerakkan diri perilaku pekerja paling dasar yaitu
pekerja yang terarah dalam penggunaan kebutuhan fisiologis.
Kebutuhan akan rasa memadai. Pekerja
aman mencakup yang menyatakan
kebutuhan akan ketersediaan APD
perlindungan diri kurang memadai
dari ancaman, seluruhnya (100%)
bahaya, serta memiliki perilaku
pertentang baik di tidak baik dalam
lingkungan sosial penggunaan APD.
maupun di Hasil uji statistik
lingkungan kerja. spearmen
Saran yang dapat menunjukkan tidak
diberikan yaitu terdapat hubungan
perusahaan dapat yang signifikan antara
menerapkan sistem ketersediaan APD
reward yaitu dengan dengan perilaku
memberikan penggunaan APD.
penghargaan berupa Nilai koefisien
insentif kepada korelasi
pekerja yang selalu menunjukkan
menggunakan APD angka
ketika bekerja guna 0,327 yang berarti
memunculkan hubungan lemah.
motivasi pekerja Tidak terdapatnya
untuk lebih peduli hubungan antara
dengan keselamatan ketersediaan APD
dan kesehatannya menurut pekerja
salah satunya dengan dengan perilaku
selalu menggunakan penggunaan APD
APD pada saat telah sejalan dengan
bekerja. penelitian yang
dilakukan oleh
K Ruhyandi dan Evi
e Candra (2008). Dari
t penelitian
e
r
s
e
d
i
a
a
n

A
P
D
Berdasarkan
hasil peneli
tian diketah
ui
50% pekerja
berperilaku baik dan
tidak baik yang
berjumlah sama
serta menyatakan
bahwa ketersediaan
APD di unit
produksi resin telah
ini terdapat 3 pekerja APD. Perusahaan y a n g mewajibkan APD di tempat kerja
yang menyatakan telah menyediakan setiap pengusaha harus menjadi
ketersediaan APD APD sesuai dengan untuk menyediakan perhatian penuh dari
belum mencukupi dan risiko bahaya yang APD bagi pihak perusahaan dan
berperilaku tidak baik berpotensi terjadi di pekerja/buruh di manajemen.
yang memiliki arti produksi resin di tempat kerja.
bahwa tidak semua Sidoarjo. APD yang Penggunaan Pelatihan APD
responden dimaksud antara lain APD sendiri h Pelatihan
menggunakan helm keselamatan, a n y a u n t u k merupakan kegiatan
seluruh APD yang masker, sepatu mengurangi risiko yang didesain untuk
tersedia dan keselamatan, sarung bahaya di membantu
diwajibkan tangan. lingkungan kerja dan meningkatkan akses
digunakan di unit Berdasarkan digunakan apabila pekerja untuk
produksi resin. hasil wawancara upaya pengendalian mendapatkan
Berdasarkan hasil dengan pihak HSE secara teknis dan pengetahuan,
observasi terdapat jumlah APD yang administrasi tidak keterampilan dan
beberapa responden disediakan oleh dapat melindungi atau meningkatkan sikap
yang hanya perusahaan telah memberikan serta perilaku yang
menggunakan sepatu disesuaikan dengan pengendalian yang dibutuhkan untuk
dan helm jumlah pekerja di cukup. Ketersediaan melaksanakan
keselamatan. unit produksi resin. pekerjaan dengan
Faktor penentu Apabila terdapat baik demi tercapainya
atau determinan pertambahan pekerja tujuan organisasi
perilaku penggunaan di unit produksi resin (Atmowidiwiro, 2002
APD tidak hanya khususnya pekerja dalam Iqbal, 2014).
dipengaruhi oleh kontrak pihak HSE Pelatihan yang
ketersediaan APD di akan melakukan dimaksud dalam
tempat kerja semata, pendataan ulang guna penelitian ini meliputi
terdapat beberapa menyesuaikan frekuensi, materi
faktor penentu lain jumlah APD dengan pelatihan, dan
baik yang ada dalam jumlah pekerja yang pemberi materi.
diri pekerja maupun ada di unit produksi Berdasarkan data
tidak. Hal ini resin. yang dihimpun
dikarenakan Hal tersebut telah diketahui sebanyak
mengingat perilaku sesuai dengan pekerja yang
sendiri merupakan regulasi yang menyatakan bahwa
resultan atau mengatur tentang pelatihan sudah
perpaduan dari keselamatan dan memadai sebagian
beberapa faktor, baik kesehatan di tempat besar (55%)
internal maupun kerja khususnya yang memiliki perilaku
eksternal salah tertuang di Undang- yang baik dalam
satunya yang undang No. 1 Tahun penggunaan APD.
berhubungan dengan 1970 pasal 14 butir c Pekerja yang
lingkungan kerja yang menyatakan menyatakan bahwa
(Shobib, Catur pengurus pelatihan yang
Yuantari dan (pengusaha) tersedia kurang
Massudi, 2013). diwajibkan untuk memadai seluruhnya
Faktor eksternal mengadakan secara (100%) memiliki
yang dimaksudkan cuma-cuma semua perilaku yang tidak
yaitu segala faktor Alat Pelindung Diri baik dalam
yang berasal dari yang diwajibkan pada penggunaan APD.
lingkungan kerja tenaga kerja di bawah Hasil uji statistik
yang dapat pimpinannya. Hal ini korelasi spearmen
mempengaruhi juga serupa dengan diperoleh nilai
perilaku pekerja Peraturan Menteri signifikansi p = 0,026
antara lain Tenaga Kerja dan < α = 0,05 yang
ketersediaan, Transmigrasi N o . 8 / berarti terdapat
kenyamanan dan MEN/VII/2010 hubungan yang
akses terhadap letak pasal 2 ayat 1
signifikan antara pemakaiannya dan
pelatihan dengan tidak selalu
perilaku kepatuhan. menggunakan APD
Koefisien ketika bekerja.
korelasi Menurut
menunjukkan angka Maulana
0,443 sehingga dapat (2013),tujuan dari
dikatakan hubungan proses pelatihan
yang terjadi cukup adalah untuk
kuat. Hubungan yang memperoleh sesuatu
terjadi bersifat positif yang baru, yang dulu
di mana semakin belum ada sekarang
banyak pekerja menjadi ada, yang
menyatakan pelatihan belum diketahui
telah memadai dan menjadi diketahui,
perilaku dalam dan yang belum
penggunaan APD mengerti menjadi
juga semakin baik, mengerti. Pelatihan
sedangkan semakin yang dilakukan pada
banyak pekerja yang pekerja di produksi
menyatakan pelatihan resin lebih ke
kurang memadai
semakin tidak baik
pekerja dalam
berperilaku terhadap
pemakaian APD.
Hal sesuai
dengan penelitian
terdahulu yang
dilakukan Ruhyandi
dan Evi Candra
(2008), yang
menyatakan terdapat
hubungan antara
pelatihan dengan
perilaku
penggunaan APD.
Hal ini dikarenakan
masih terdapat
beberapa pekerja
yang menyatakan
bahwa pelatihan yang
dilakukan kurang
memadai di mana
pekerja tersebut
mungkin tidak hadir
dan tidak mengikuti
dengan baik dan
benar ketika
dilakukan pelatihan
terkait APD oleh
pihak HSE
perusahaan. Akibat
dari hal tersebut
berdampak pada
perilaku pekerja
dalam menggunakan
APD seperti tidak
lengkap dalam
arah safety briefing pengetahuan terkait yaitu melakukan SImPUlAN
di mana telah K3 khususnya APD safety training yang
Hasil penelitian
terdapat juga yang lebih baik lagi. berbasis pada teori
menunjukkan bahwa
beberapa materi Pengetahua behavior based
terdapat hubungan
pelatihan dalam n tersebut na safety. Safety training
yang signifikan antara
safety briefing dan ntinya dapat dapat dilakukan
aspek psikologis
dilakukan oleh pihak berpengaruh terhadap dengan menggunakan
yaitu tingkat
HSE perusahaan pada perilakunya. Dengan pendekatan yang
motivasi pekerja
pagi hari sebelum adanya media K3 berbasis psikologis
dengan perilaku
seluruh kegiatan yang terdapat di dan personal di mana
penggunaan APD
produksi dimulai. lingkungan kerja prinsip kekeluargaan
ketika bekerja pada
Materi meliputi tersebut, dapat antar pekerja yang
pekerja di produksi
petunjuk keselamatan membawa akibat telah terjalin di
resin di Sidoarjo.
bekerja, cara bekerja terhadap perubahan lingkungan kerja
Terdapat hubungan
yang aman, dan perilaku pekerja dapat dijadikan salah
yang signifikan antara
terkait cara (Notoatmodjo, satu program dalam
aspek organisasi dan
penggunaan APD 2007). Kegiatan upaya keselamatan
situasi yaitu
yang baik dan benar. safety briefing wajib dan kesehatan kerja
pelatihan terkait
Pihak HSE diikuti oleh pekerja (Geller, 1942 dalam
APD dengan
perusahaan juga akan setiap pagi sebelum Kurnia, 2011).
perilaku penggunaan
melakukan bekerja. Beberapa APD. Tidak terdapat
pelatihan ulang pekerja sendiri juga hubungan yang
terkait penggunaan telah rutin mengikuti signifikan antara
APD apabila terdapat kegiatan tersebut ketersediaan APD
jenis APD baru. meskipun juga ada dengan perilaku
Terdapat juga beberapa pekerja penggunaan APD
beberapa media yang tidak mengikuti. pada pekerja di
seperti leaflet dan Mayoritas produksi resin di
poster yang pekerja pernah dan Sidoarjo. Pekerja di
digunakan sebagai selalu mengikuti produksi resin
media promosi untuk safety briefing, memiliki perilaku
mengingatkan dan namun masih terdapat yang tidak sebanyak
membantu pekerja pekerja yang 56% pekerja dalam
untuk lebih peduli berperilaku tidak penggunaan APD.
dengan keselamatan baik dalam Perilaku pekerja
dan kesehatannya. penggunaan APD tersebut ditunjukkan
Akan tetapi, selama bekerja. Hal dengan tidak
keberadaan media K3 ini membuktikan menggunakan APD
seperti poster dan bahwa safety secara lengkap dan
banner yang bersifat brieving belum teratur ketika
motivatif di mampu untuk melakukan pekerjaan.
lingkungan produksi merubah perilaku
hanya tersedia 1 pekerja dalam hal
buah. Poster dan kepatuhan DAFTAR
banner yang bersifat penggunaan APD. PUSTAKA
motivatif sendiri Oleh karena itu, Cooper, D. 2000.
merupakan salah satu hendaknya Towards a Model of
media pendidikan perusahaan Safety Culture.
kesehatan yang dapat melakukan tindakan Applied Behavioural
berfungsi sebagai lanjutan dengan Science. 36, 111–136.
saluran untuk melakukan evaluasi Cooper, D. 2009.
menyampaikan terkait materi dan Behavioral Safety A
pesan khususnya frekuensi pelatihan Framework
dalam hal penggunaan yang dilakukan. f
APD bagi pekerja. Upaya lain yang o
Dengan adanya media dapat dilakukan r
K3 diharapkan perusahaan seperti
pekerja dapat yang dikemukakan S
memperoleh oleh Geller (1942), u
c Hadi, Sutrisno. 1987. Rachmadita. 2013.
c Metodologi Research Pengukuran
e Jilid Budaya K3 pada
s 2 Tingkat Non
s . Manajerial
. Y dengan
o Menggunakan
I g Cooper ’s
n y Reciprocal Safety
d a Culture Model di
i k PT. X. Jurnal
a a Politeknik
n r Perkapalan Negeri
a t
Surabaya. Vol .
: a
VIII (No. 2). pp.
:
83–88.
B
Linggasari. 2008.
S A
n Faktor yang
M
S d Memengaruhi
. i Perilaku terhadap
Geller, E.S. 1942.The Penggunaan Alat
Psychology of Safety O Pelindung Diri di
Handbook. f Departemen
U f Engineering PT
S s Indah Kiat Pulp &
A e Paper TBK
: t Tangerang.
. Skripsi. Depok:
L Iqbal, Mochammad. Universitas
e 2014. Gambaran Indonesia.
w Faktor-faktor Mangkunegara, A.
i Penggunaan Alat 2005. Evaluasi
s Pelindung Diri Kinerja SDM.
h pada Pekerja di B
Departemen a
P Metalforming PT. n
u Dirgantara d
b Indonesia Tahun u
l 2014. Skripsi. n
i Jakarta: g
s :
Universitas Islam
h Negeri Starif
e R
Hidayatullah.
r e
Kurnia, I. Martianti.
. f
2011. Penyusunan
IAEA. 1991. Safety i
Rancangan k
culture. Safety Report
Program Safety a
volume
Training yang
7
5 Berbasis Perilaku A
. Consistency d
Safety pada i
I Jabatan Operator t
N Gondola Di PT. a
S GHP. Jurnal. m
A Jakarta: a
G Universitas .
- Indonesia.
4 Kurniasih dan
. Renanda Nia
Maslow, Abraham. Menyusun Tesis. Suchaidah, A. 2013.
1984. Motivasi dan Bandung: Penerapan 1
Kepribadian. ALFABETA. Budaya K3 Pada 9
Jakarta: Pustaka Rosidi.2011. Unit Paper .
Binaman “Menakertrans Machine II PT. 0
Pressindo. Klaim Kecelakaan Kertas Leces 0
Massora, Gregorius. Kerja Tahun 2010 (Persero) )
2015. Hubungan Turun”. http://eco Probolinggo. .
Faktor Internal nom y.okez one. Tugas Akhir. Shobib, Catur
(Aspek com/read/2011/01/ Surabaya: Yuantari dan
Psikologis) dan 12/320/413040/me Universitas Massudi. 2013.
Faktor Eksternal nakertrans- klaim- Airlangga. Hubungan Antara
(Aspek kecelakaan-kerja- Suma’mur. 1996. Pengetahuan dan
Organisasi dan 2010-turun. Higene Perusaaan Sikap Dengan
Situasi) dengan (tanggal sitasi: 2 dan Kesehatan Praktik Pemakaian
Kepatuhan februari K APD pada Petani
Penggunaan APD. 2015,19.00). e Pengguna
Skripsi. Surabaya: Ruhyandi dan Evi rj Pestisida di Desa
Universitas Candra. 2008. a Curut Kecamatan
Airlangga. Faktor-faktor . Penawangan
Maulana, D.J. Heri. yang Berhubungan J Kabupaten
2013. Promosi dengan Perilaku a Grobogan. Jurnal
Kesehatan. Kepatuhan k Keselamatan dan
Jakarta: EGC. Penggunaan APD ar Kesehatan
Notoatmodjo, pada Karyawan ta Kerja.
Soekidjo. 2003. : http://eprints.dinus
Bagian Press Shop
Pendidikan dan G .ac.id/7796/
PT.
Perilaku u (tanggal sitasi: 27
ALMASINDO
Kesehatan. Jakarta: n februari 2015,
Tahun 2008.
Rineka Cipta. u 19.00)
Jurnal K3. Vol. n
Notoatmodjo, 38. pp 29 – 44. Tarwaka. 2008.
Soekidjo. 2007. g Keselamatan dan
A Kesehatan Kerja.
Kesehatan
g
Masyarakat: S
u
Ilmu dan Seni. u
n
Jakarta: Rineka Cipta. r
g.
Notoatmodjo, a
Sumarna, Furqan k
Soekidjo. 2012. Naiem, dan Syamsiar
Metodologi Penelitian a
Russem. r
Kesehatan. 2013. Determinan
Jakarta: Rineka t
Penggunaan Alat a
Cipta. Pelindung Diri :
Peraturan. 2010. pada Karyawan
Permenakertrans Percetakan di Kota H
No. 8 Tahun 2010 Makassar. Jurnal. a
tentang Alat Makassar: r
Pelindung Diri. Universitas a
Jakarta: Peraturan Hassanudin. p
Menteri Tenaga Susyanto, H. 2012. a
Kerja. Resin.http://www.geoc n
Perundangan. 1970. ities.com/
Undang-Undang No. herisusyanto/Resi P
1 Tahun n.htm (tanggal r
1970 tentang sitasi: 30 maret e
Keselamatan 2 s
Kerja. Jakarta: 0 s
Perundangan. 1 .
Riduwan. 2013. 5 Walpole. 1995.
Metode & Teknik , Pengantar
Statistika.
Jakarta:
Gramedia Pustaka
Utama.
World bank. 2013.
Pertumbuhan Industri
Mendekati
7
Persen.http://ww
w.kemenperin.go.i
d/ (tanggal sitasi:
30 Desember
2014, 14.30).
Yusri, H. 2011.
Improving Our
Safety
Culture.Jakarta:
PT. Gramedia
Pustaka Utama.

You might also like