Professional Documents
Culture Documents
Angga yuja wiguna 1,* , Fadhilah 1,** ,Rusli HAR1,*** Admizal Nazki1****
*anggayujawiguna05@gmail.com
***fadhilah@ft.unp.ac.id
**ruslihar@ft.unp.ac.id
****admizalnazki04@g mail.co m
Abstrak. PT. Bima Putra Abadi Citranusa is a subsidiary of the Bomba Group, this company is
a domestic mining company engaged in coal mining. PT. BPAC started operations in July 2020
using the open pit mining method. The accident rate at PT. Bima Putra Abadi Citranusa in 2020
were 12 accidents that occurred in September – December 2020. The data collection technique
used a work activity questionnaire. The results of data collection that have been obtained from
surveys at mining sites will be arranged systematically and can be used as material for analysis
in seeing the level of work safety (K3) in the process of mining a ctivities using the HIRARC
method. Identification of hazards and risks 38,23% is a hazard condition that has the lowest
severity there are 13 conditions contained in the process of mobilizing heavy equipment, the
process of transporting coal with DT, the process of dumping in the stock rom, the pump
installation process, the process of driving the LV unit. Identification of hazards and risks
35,29% is a hazard condition that has moderate severity there are 12 hazard conditions
contained in the process of mobilizing heavy equipment, loading process using excavators, coal
hauling process with DT, dumping process in stock rom, pump installation process, process
driving the LV unit Identification of hazards and risks 14,70% is a hazard condition that has a
significant severity there are 5 hazard conditions contained in the process of transporting coal
with DT, the process of driving an lv unit, activities at night activities. Identification of hazards
and risks of 11.76% is a hazard condition that has a high severity level, there are 4 conditions
contained in the process of loading with an excavator into the DT, the process of transporting
coal with the DT, the pump installation process, activities at night.
Kata kunci: Coal Mining, Hazard Identification And Safety Risk Assessment, HIRARC, Hazard Potential.
13
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.6, No.4
1. Pendahuluan
Undang-Undang No 1 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan
keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktivitas Nasional, setiap orang yang berada di tempat
kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Banyaknya
kecelakaan yang terjadi di pertambangan seperti
menabrak, ditabrak, jatuh/kejatuhan, terpeleset, terperosok,
terguling, rebah, kontak dengan permukaan kerja, terjepit,
terkait, terkena suhu ekstrim, terkena listrik, radiasi, racun,
bising, masuknya benda asing, terbakar, tekanan/beban
berlebihan ini menyebabkan industri pertambangan
memiliki potensi bahaya yang tinggi terhadap kejadian
kecelakaan kerja.
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan
salah satu hak dasar bagi pekerja yang merupakan 2.2 Keselamatan Kerja
komponen dari hak asasi manusia. Keselamatan dan keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu pemikiran
Kesehatan Kerja bertujuan melindungi pekerja atas dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan demi baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khusunya,
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk
produktivitas nasional, menjamin keselamatan setiap orang menuju masyarakat adil dan makmur. [1] [12] keselamatan
lain yang berada di tempat kerja, dan memelihara serta merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat
menggunakan sumber-sumber produksi secara aman dan menyebabkan kebakaran, terpotong, luka memar, keseleo,
efisien. Kebijakan perlindungan tenaga kerja bertujuan patah tulang, kerugian alat tubuh, penglihatan, dan
untuk mewujudkan ketenangan bekerja, sehingga tercipta pendengaran. Hakikat keselamatan kerja adalah
hubungan industrial yang serasi antara pekerja dan mengadakan pengawasan terhadap 4M, yaitu manusia
pengusaha, yang pada gilirannya akan meningkatkan (man), alat-alat atau bahan-bahan (materials), mesin-mesin
kesejahteraan pekerja dan keluarganya. PT. Bima Putra (machines), dan metode kerja (methods) serta lingkungan
Abadi Citranusa merupakan salah satu anak perusahaan (environments). Untuk memberikan lingkungan kerja yang
dari Bomba Group, selain PT.BPAC terdapat dua aman sehingga tidak terjadi kecelakaan manusia atau tidak
perusahaan Bomba Group lainnya yaitu, PT. Sarana Cipta terjadi kerusakan atau kerugian pada alat-alat dan mesin
Gemilang dan PT. Era Energi Mandiri dimana ketiga maka perlu upaya pencegahan dini.
perusahaan ini merupakan pertambangan dalam negeri Berdasarkan Peraturan Menteri ESDM No 26 Tahun
yang bergerak di bidang penambangan batubara. PT. Bima 2018, keselamatan kerja pertambangan meliputi:
Putra Abadi Citranusa ini salah satu perusahaan yang a. Manajemen risiko
sedang tumbuh besar. Terlihat dari aset perusahaan yang b. Program keselamatan kerja yang meliputi pencegahan
mengelola tambang di daerah lahat. PT. Bima Putra Abadi terjadinya kecelakaan, kebakaran dan kejadian lainnya
Citranusa mendukung peraturan Pemerintah untuk yang berbahaya;
menekankan tingkat kecelakaaan kerja karyawan dan c. Pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja;
meningkatkan Keselamatan Kerja karyawan. d. Administrasi keselamatan kerja;
2. Kajian Teori e. Manajemen keadaan darurat;
2.1 Lokasi penelitian f. Inspeksi keselamatan kerja
PT. Bima Putra Abadi Citranusa memiliki luas wilayah g. Pencegahan dan penyelidikan kecelakaan
IUP sebesar 286 hektar yang terletak di Kabupaten Lahat, 2.3 Kesehatan Kerja
Desa Lubuk Betung, Kecamatan Merapi Selatan, Provinsi Kesehatan kerja merupakan hal yang sangat diharapkan
Sumatera Selatan. Wilayah ini merupakan area oleh semua pekerja selama bekerja diperusahaan
penggunaan lain atau berada bukan dalam kawasan hutan . pertambangan. Kesehatan kerja sebagai upaya untuk
mencegah dan memberantas penyakit serta memelihara
dan meningkatkan kesehatan gizi para tenaga kerja,
merawat dan meningkatkan efesiensi dan daya
produktivitas tenaga manusia.
2.4 Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak
dikehedaki dan seringkali tidak terduga semula yang dapat
menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda/ property
maupun korban jiwa yang terjadi didalam proses kerja
industri atau yang berkaitan dengannya [2][12]
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa, kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak
14
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.6, No.4
15
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.6, No.4
mengungkapkan tingkat risiko atau pemberian solusi keselamatan kerja pada proses coalgetting batubara yang
terhadap potensi bahaya dan resiko. akan dibagikan kepada:
3.1. Jenis dan Sumber Data a. Pengawas lapangan
Sumber informasi data dalam penelitian ini diperoleh dari b. Safety officer
data primer dan data sekunder. Adapun data primer c. Driver
diperoleh dari pengamatan secara langsung terhadap d. Operator
kondisi dan aktivitas di lapangan dan melakukan 3.3 Pengolahan Data
wawancara dengan pihak yang memiliki pemahaman dan a. Peroses pengolahan data yang penulis gunakan dalam
kemampuan dibidangnya, sedangkan data sekunder dapat penyusunan tugas akhir ini mengunakan Perhitungan
diperoleh dari bahan pustaka, artikel, jurnal, dokumentasi, rata- rata dari tabel peluang dan akibat yang dimana
data internal perusahaan maupun dokumen penunjang dari dua parameter tersebut cara mendapatkan hasilnya
lainya. yaitu dengn cara membandingkan dua parameter yaitu
3.1.1 Data Primer kuesioner peluang dan kuesioner akibat yang telah di
Data primer yaitu data yang dikumpulkan atau didapat isi oleh para responden. Setelah didapatkan hasil nilai
langsung dengan cara pengamatan langsung di lapangan, dari dua parameter tersebut akan mendapatkan
braimstroming (wawancara) langsung dengan beberapa kesimpulan yang dimana kesimpulan tersebut
pimpinan perusahaan yang berkompeten yang ada berpatokan dengan tabel matrik level dimana untuk
kaitannya dengan objek penelitian diantaranya: Kepala tabel matrik level telah di jelaskan dalam pembahasan
Teknik Tambang dan safety officer. Tujuanya untuk sebelumnya. Adapun data-data yang diambil pada
mendapatkan identifikasi potensi bahaya dan resiko dari peroses pengolahan data antara lain:
setiap proses tahapan kegiatan Proses Produksi. 1) Data kuesioner identifikasi bahaya dan penilaian
Selanjutnya pembuatan kuisoner dari hasil identifikasi Risiko Keselamatan Kerja (K3) pada tahapan proses
bahaya, dan penyebaran kuisoner kepada pekerja yang ada kegiatan coalgetting.
kaitannya dengan objek penelitian untuk mendapatkan 2) Bahaya yang ada diarea kerja aktivitas penambangan
nilai risiko serta memberikan pengendalian risiko pada kegiatan coalgetting yang dilakukan oleh
menggunakan metode hirarc. pekerja.
3.1.2 Data Sekunder b. hasil pengumpulan data yang telah didapatkan dan
Data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak hasil survey di lokasi penambangan akan didapat data-
langsung dari objek penelitian dengan memanfaatkan data data yang akan disusun secara sistematis dan bisa
yang telah ada seperti laporan yang sudah ada sebelumnya. digunakan sebagai bahan analisis dalam melihat
Data sekunder tersebut yaitu profil perusahaan, Peta Tingkat Resiko Keselamatan Kerja (K3) pada proses
Kesampaian Daerah, Struktur organisasi, Peta Wilayah kegiatan coalgetting dengan menggunakan metode
IUP PT. Bima Putra Abadi Citranusa serta informasi hirarc, dengan mencari rata- rata kusioner peluang dan
pendukung lainnya. rata- rata pada kusioner akibat sesuai dari pengalaman
3.2 Subyek Penelitian pekerja.
3.2.1 Populasi Teknik yang digunakan dalam kuesioner penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek ini adalah tabel peluang dan akibat. Penggunaan tabel
yang diteliti, sebelum sampel diambil harus ditentukan peluang digunakan untuk mengukur tingkat kemungkinan
dengan jelas kriteria atau batasan populasinya, sehingga potensi bahaya dan resiko pada setiap proses kegiatan.
pengambilan sampel dapat secara tepat [5][12]. Populasi Tabel akibat digunakan untuk mengukur tingkat keparahan
dalam penelitian ini adalah pekerja PT. Bima Putra Abadi dari bahaya dan resiko pada setiap proses kegiatan.
Citranusa. Berjumlah sebanyak 310 orang. Penelitian ini menggunakan tabel akibat lima tingkat
3.2.2 Sampel yaitu insignificant / tidak signifikan, minor / minor,
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili moderate / sedang, major / mayor, catastrophe / bencana,
seluruh populasi penelitian [6][12]. Sampel hendaknya sesuai dan menggunakan tabel peluang lima tingkat yaitu secara
dengan karakteristik yang telah ditentukan saat memilih teori insiden dapat terjadi tetapi secara nyata tidak pernah
populasi dengan teknik-teknik pengambilan sampel[7][16]. terjadi atau belum pernah terjadi dimanapun.
Dalam penelitian ini sampel adalah bagian dari jumlah dan Kemungkinan kecil terjadi insiden, biasanya tidak terjadi
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut [8][16] namun masih ada kemungkinan untuk terjadi insiden
Jumlah sampel yaitu sebanyak 29 orang dari jumlah setiap saat. Mungkin terjadi insiden atau terjadinya
pekerja dibagian proses coalgetting. insiden dan tidak terjadinya insiden memiliki
3.3 Instrumen Penelitian kemungkinan yang sama. Kemungkinan besar terjadi
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan insiden atau bukan sesuatu hal yang mengejutkan jika
untuk mengumpulkan atau memperoleh data dalam terjadi insiden. Hampir pasti terjadi atau sangat
melakukan suatu penelitian [9][12].instrumen penelitian mungkin/hampir dapat dipastikan akan terjadi pada setiap
adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kesempatan.
fenomena alam maupun sosial yang diamati dan untuk 4. Hasil dan Pembahasan
instrument ini merupakan sebuah kusioner. Kuesioner ini Data yang telah terkumpul dari hasil penelitian yang
berbentuk pernyataan tentang bahaya dan risiko dilakukan pada PT. Bima Putra Abadi Citranusa yaitu
pengambilan data kuesioner terhadap 29 karyawan dalam
16
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.6, No.4
17
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.6, No.4
Item
Tahapan Pekerjaan Identifikasi Bahaya Resiko (Efek Bahaya) Peluang Akibat Tingkat
Resiko
18
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.6, No.4
19
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.6, No.4
Sempit
20
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.6, No.4
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dalam perusahaan agar dapat pembenahan dan pengontrolan
identifikasi bahaya yang penulis buat memiliki kelompok secara berkala.
dalam kelompok tersebut mempunyai beberapa faktor Dapat dilihat dari tabel di atas dapat disimpulkan sebagai
bahaya yaitu ada faktor lingkungan, faktor manusia dan berikut:
faktor mesin/ peralatan pada area kerja. 1. Proses mobilisasi alat dimana dari tabel di atas
1. Faktor lingkungan tersebut memiliki 3 bahaya dan risiko rendah dengan
Faktor ini berkaitan dengan kondisi di tempat kerja persentase 75%, memiliki 1 bahaya dan risiko
dimana terdapat 16 kondisi bahaya dan risiko dengan moderat dengan persentase 25%. Pengendalian pada
persentase 47.05% terdapat di mobilisasi alat berat yaitu. bahaya rendah hanya perlu penanganan rutin dari
Kondisi jalan licin, paparan debu. Pada proses loading pihak perusahaan. Untuk hirarki pengendaliannya
dengan excavator yaitu. Paparan debu, Tanah lembek, penulis menyarankan adanya subtitusi atau perubahan
Kondisi Tebing Curam, Ceceran oli dan solar. Pada proses atau penggantian material, adanya perancangan, dan
hauling batubara. Paparan debu, Jalan hauling licin akibat APD. Pengendalian bahaya moderat sebaiknya segera
hujan atau penyiraman, Tumpahan oli & bahan bakar. diambil tindakan penanganan atau kondisi bukan
Pada proses dumping di stockrom yaitu stockrom terdapat darurat dengan hirarki pengendalian administratif.
area yang tidak memungkinkan untuk dumping/lunak. 2. Proses Loading dengan excavator kedalam DT
Pada proses instalasi pompa yaitu air asam tambang. Pada dimana dari tabel di atas tersebut memiliki 2 bahaya
proses Mengendarai sarana unit LV yaitu, area jalur akses rendah dengan persentase 28,57%, memiliki 4 bahaya
tambang licin, Paparan debu. Pada kegiatan malam hari moderat dengan persentase 57,14% dan memiliki 1
yaitu, Kondisi gelap tidak ada pencahayaan, Penerangan bahaya tinggi dengan persentase 14,28%.
kurang. Pengendalian bahaya rendah pada loading dengan
2. Faktor manusia excavator hanya dilakukannya penanganan rutin oleh
Faktor ini berkaitan dengan perilaku tindakan manusia pengawas. Hirarki pengendalian perancangan dan alat
dimana terdapat 14 bahaya dan risiko dengan persentase pelindung diri. Bahaya kategori moderat merupakan
41.17% terdapat di mobilisasi alat berat yaitu Operator bahaya dengan risiko yang perlu penanganan segera
kelelahan. Pada proses loading dengan excavator yaitu tetapi bukan kondisi darurat. Hirarki pengendaliannya
operator mengantuk/ stress psikologis, Operator Unskil, eliminasi, subtitusi, dan APD. Pengendalian pada
Penempatan posisi excavator tidak tepat. Pada proses loading excavator kategori tinggi memerlukan
hauling batubara yaitu Driver mengantuk/ kelelahan, penanganan yang secepat mungkin dilakukan baik
Driver yang kurang memiliki skil dalam mengemudi, dari manajemen maupun pengawas lapangan. Hirarki
driver tidak konsentrasi karena menggunakan HP, jalan pengendalian pada kondisi tinggi yaitu eliminasi,
tidak memiliki lebar yang setandar/ sempit. Pada proses perancangan dan administratif.
dumping di stockrom yaitu Kurang luasnya area 3. proses hauling batubara memiliki 1 bahaya dan risiko
timbangan unutuk melakukan manuver/ Sempit. Pada dalam kategori tinggi dengan persentase 12,5%
proses instalasi pompa yaitu Bekerja di dekat air tidak dimana perlu penanganan dengan segera dan secepat
menggunakan pelampung, bagian unit pompa jatuh. Pada mungkin atau kondisi darurat. Hirarki pengendalian
proses mengendarai sarana unit LV yaitu jalan tidak yang dilakukan eliminasi, dan subtitusi,memiliki 2
memiliki lebar yang setandar/ Sempit, Jalan blind spot. bahaya dan risiko signifikan dengan persentase 25%,
Pada kegiatan malam hari yaitu operator atau driver perlu melakukan tindakan perbaikan segera mungkin
mengantuk / kelelahan. dengan hirarki pengendalian eliminasi dan
3. Faktor mesin/peralatan administratif. Memiliki 1 bahaya dan risiko modert
Terhadap faktor mesin/ peralatan terdapat 4 bahaya dan dengan persentase 12,5%, perlu segera diambil
risiko dengan persentase 11.77% terdapat di mobilisasi tindakan penanganan atau kondisi bukan darurat.
alat berat yaitu terpapar kebisingan. pada proses hauling Hirarki pengendalian administratif, dan memiliki 4
batubara yaitu unit tidak layak jalan atau dipaksakan bahaya dan risiko rendah dengan persentase 50%,
untuk beroprasi. pada proses instalasi pompa yaitu terkena cukup ditangani dengan prosedur rutin yang berlaku .
sling/rantai. identifikasi dan penilaiaan risiko yang penulis Hirarki pengendalian perancangan dan APD.
buat faktor bahaya yang sering terjadi diakibatkan oleh 4. Proses dumping di stock rom terdapat 1 bahaya dan
faktor lingkungan dan faktor manusia. risiko moderat dengan persentase 50%, perlu segera
4.4 Upaya Pengendalian Bahaya (Risk Control) diambil tindakan penanganan atau kondisi bukan
Upaya pengendalian dilakukan setelah dilakukannya darurat. Hirarki pengendalian subtitusi dan
penilaian risk matrix. Pengendalian disesuaikan dengan perancangan. Memiliki 1 bahaya dan risiko rendah
tingkat risiko yang sudah didapatkan. Tindakan dengan persentase 50%. Cukup ditangani dengan
pengendalian bahaya yang digunakan berdasarkan hirarki prosedur rutin yang berlaku. Hirarki pengendalian
pengendalian bahaya yang meliputi Eliminasi, Subtitusi, perancangan dan administratif.
Perancangan, Administratif dan APD. Data yang di olah 5. Proses instalasi pompa terdapat 1 bahaya dan risiko
pada tabel dibawah ini merupakan nilai rata- rata dari dua tinggi dengan persentase 25%, perlu penanganan
parameter peluang dan akibat dimana setelah mendapat dengan segera dan secepat mungkin atau kondisi
rata-rata dan mengetahui Pengendalian dari perusahaan darurat. Hirarki pengendalian perancangan dan APD.
penulis mengevaluasi dan memberikan pengendalian Memiliki 2 bahaya dan risiko moderat dengan
tambahan dari pengendalian yang telah perusahaan persentase 50%. Perlu segera diambil tindakan
lakukan hal ini dilakukan untuk memberi masukan ke penanganan atau kondisi bukan darurat. Hirarki
pengendalian subtitusi dan administratif. Memiliki 1
21
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.6, No.4
bahaya dan risiko rendah dengan persentase 25%. b. Subtitusi yaitu Mengganti alat, mesin dan bahan
Cukup ditangani dengan prosedur rutin yang berlaku . dengan yang berbeda.
Hirarki pengendalian APD. c. Perancangan yaitu Modifikasi/Perancangan alat,
6. Proses mengendarai sarana unit LV terdapat 1 bahaya mesin dan tempat kerja yang lebih aman.
dan risiko signifikan dengan persentase 16,66%. Perlu d. Administratif yaitu tanda-tanda keselamatan, tanda
melakukan tindakan perbaikan segera mungkin daerah berbahaya, tanda-tanda foto, tanda untuk
dengan. Hirarki pengendalian eliminasi,perancangan trotoar pejalan kaki, peringatan sirene/lampu, alarm,
dan administratif. Terdapat 3 bahaya dan risiko prosedur keselamatan, inspeksi peralatan, kontrol
moderat dengan persentase 50%. Perlu segera diambil akses, sistem yang aman, penandaan izin kerja.
tindakan penanganan atau kondisi bukan darurat. e. APD yaitu Kacamata safety, perlindungan
Hirarki pengendalian perancangan, administratif dan pendengaran, pelindung wajah, respirator dan sarung
APD. Memiliki 2 bahaya dan risiko rendah dengan tangan.
persentase 33,33%. Cukup ditangani dengan prosedur 5.3. saran
rutin yang berlaku. Hirarki pengendalian perancangan, Saran yang penulis berikan untuk pelaksanaan
administratif dan APD. Keselamatan dan Kesehatan kerja adalah sebagai berikut
7. Proses kegiatan pada malam hari terdapat 1 bahaya :Melengkapi dan meningkatkan kualitas APD untuk para
dan risiko tinggi dengan persentase 3,33%. Perlu karyawan sesuai dengan bidang kerjanya.
penanganan dengan segera dan secepat mungkin atau 1. Melengkapi dan meningkatkan kualitas APD untuk
kondisi darurat. Hirarki pengendalian eliminasi, para karyawan sesuai dengan bidang kerjanya.
perancangan dan administrative. Terdapat 2 bahaya 2. Mengevaluasi kegiatan kerja para karyawan dalam
dan risiko signifikan dengan persentase 66,66%. Perlu kegiatan penambangan secara intensif.
melakukan tindakan perbaikan segera mungkin 3. Memberikan pembinaan untuk karyawan tentang
dengan. Hirarki pengendalian eliminasi, perancangan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja
dan administratif. terutama pada pekerja yang tingkat pendidikanya
5. Penutup masih rendah.
5.2. Kesimpulan 4. Memasang rambu- rambu pada area yang berpotensi
Dari uraian sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan
bahaya.
sebagai berikut : 5. Melakukan pengecekan kondisi alat atau area kerja
1. Kondisi bahaya dan risiko pada kegiatan coalgetting
secara berkala.
sebanyak 34 kondisi terdapat di mobilisasi alat berat, 6. Perlunya sistem yang ketat dalam pemilihan dan
loading dengan excavator kedalam DT, hauling
penyeleksian setiap pekerja.
batubara dengan DT, dumping di stock rom, instalasi
7. Perlunya pelatihan bagi karyawan yang belum
pompa, mengendarai unit LV, kegiatan aktifitas
melakukan pelatihan k3 dan sejenisnya.
malam.
Daftar Pustaka
2. Identifikasi bahaya dan risiko 38,23% adalah kondisi
[1] Australian Standard/New Zealand Standard 4360
bahaya yang memiliki tingkat keparahan terendah
2004. Risk Management Guidelines. Sidney.
terdapat 13 kondisi bahaya terdapat di proses
[2] Buntarto (2015: 5) kesehatan dan keselamatan kerja
mobilisasi alat berat, proses hauling batubara dengan
bertujuan untuk menjamin kesempurnaan dan
DT, proses dumping di stock rom, proses instalasi
kesehatan jasmani dan rohani tenaga kerja
pompa, proses mengendarai unit LV. Identifikasi
[3] Fitria. 2016. Defenisi Kecelakaan Kerja.
bahaya dan risiko 35,29% adalah kondisi bahaya yang
https://www.academia.edu/13254536/definisi-
memiiki tingkat keparahan moderat terdapat 12
kecelakaan-kerja.doc. iakses pada 16 Maret 2021
kondisi bahaya terdapat di proses mobilisasi alat
[4] Lufri. (2007). Kiat Memahami Metodologi dan
berat, proses loading menggunakan excavator, proses
Melakukan Penelitian. Padang: UNP Press.
hauling batubara dengan DT, proses dumping di
[5] Mangkunegara, A.A Anwar Prabu. (2005). Evaluasi
stock rom, proses instalasi pompa, proses
Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama.
mengendarai unit LV. Identifikasi bahaya dan risiko
[6] Notoadmodjo, Soekidjo. (2018). Metodologi
17,70% adalah kondisi bahaya yang memiliki tingkat
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
keparahan signifikan terdapat 5 kondisi bahaya
[7] Notoatmodjo. 2003. Pengembangan Sumber Daya
terdapat di proses hauling batubara dengan DT,
Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
proses mengendarai unit LV, kegiatan pada aktifitas
[8] Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian
malam. Identifikasi bahaya dan risiko 11,76% adalah
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
kondisi bahaya yang memiliki tingkat keparahan
[9] Notoatmodjo. 2013. Pendidikan dan Perilaku
tinggi terdapat 4 kondisi terdapat di proses loading
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
dengan excavator kedalam DT, proses hauling
[10] Pamapersada N. (1999). Identifikasi Bahaya dan
batubara dengan DT, proses instalasi pompa, kegiatan
Penilaian Risiko, Jakarta: PT. Pamapersada
pada aktifitas malam.
Nusantara.
3. Tindakan perbaikan dilakukan sesuai dengan hirarki
[11] Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya
pengendalian pada proses kegiatan coalgetting PT.
Mineral RI Nomor 26 tahun 2018
Bima Putra Abadi Citranusa : “Pelaksanaan Kaidah Pertambangan Yang Baik
a. Eliminasi yaitu Mengeliminasi sumber bahaya dan
Dan Pengawasan Pertambangan Mineral Dan
mengganti dengan yang baru.
Batubara”.
22
ISSN: 2302-3333 Jurnal Bina Tambang, Vol.6, No.4
23