Professional Documents
Culture Documents
KALIMANTAN BARAT
Eye Ikras F.R1, Muhammad Rizky1, Khairanisa Ariya1, Wiwik Windasari B.M1
Abstrack
Onsiderable economic value in the scale of quantity and quality. One of the prospective locations
are in areas singkawang, West Kalimantan Province. Singkawang is an area that addressed the
rest of the development of Cretaceous volcanism consisting of the island of Borneo Volcanic
Formations Mensibau with unit members Granodiorite, quartz diorite and diorite, and the
Formation of the Kingdom Volcanic Andesite-trachite units and Formations of alluvium and
swamp sediment quarter. Bedrock types that tend to be acid-intemediet bauxite will produce
certain characteristics that are different from the dominant rock properties of acids or bases. Rock
intensively weathered have the potential to form a precipitate lateritic bauxite. Conducted a
detailed mapping is the next steps of regional mapping to narrow the area of bauxite mineral
mining resource prospects. Geological aspects and lateritic bauxite deposit genesis process on the
site is a very interesting esearch material. Based on field mapping, Gibsite is the bauxite formed
with frame type is the result of weatherin sediment residue on the soil catena. The study area
consists of rocks that form lateritisation overburden, soil laterite, iron cap /gossan, saprolite and
bedrock layers. Lateritic bauxite deposit formation is largely controlled by bedrock type, time,
climate (rainfall), morphology, changes the face of groundwater, and vegetation destruction
process involving a series of rocks, minerals leaching, transport and deposition of mineral
elements of chemical residues. Lateritic bauxite sludge characteristics according to the analysis of
X-Ray Diffraction (XRD) on a layer of overburden to ore (saprolite layer) shows the mineral
composition Nacrite, Kaolinite, Gibsite, Goethite, Quartz, Nordstandite, Hematite, and Dickite.
The average mineral formed at neutral pH tends to be acidic by 5-7 and temperatures below 150C.
The analysis of X-Ray Fluorescence (XRF) shows the rock has certain characteristics which, if
averaged Aluminum trihydrate (Al2O3) as much as ±33%, Iron (II) trihydrate (Fe2O3) of about
±8.5%, Silicate oxide (SiO2) approximately ± 43%, Titanium oxide (TiO2) approximately ≤1% and
total silicate (R-SiO2) approximately ≤7%. Saprolite layer showed a thickening layer on the hillside
at an angle of 20 - 25while the section near the top of the hill or valley will be thinned. The results
showed that the value of XRF levels bedrock formation of bauxite have economic value to the
content of Al and Fe but less to a total content of Si and Si.
1. Pendahuluan
Indonesia memiliki sumberdaya bijih bauksit yang melimpah sebesar 3.617.770.882 ton dengan
jumlah cadangan sebesar 1.257.169.367 ton berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) (Pusat Sumber Daya Geologi, 2015). Sumberdaya bauksit tersebut selama
ini belum dimanfaatkan secara optimal dan perlu dilakukan peningkatan nilai tambah bijih
bauksit melalui proses pencucian, pengolahan dan pemurnian. Bauksit (Al2O3.2H2O) memiliki
sistem kristal oktahedral, terdiri dari 35-65% Al2O3, 210% SiO2, 2-20% Fe2O3, 1-3% TiO2 dan
1030% H2O. Sebagai bijih alumina, bauksit mengandung sedikitnya 35% Al2O3, 5% SiO2, 6%
Fe2O3, dan 3% TiO2. Bauksit terbentuk dari batuan yang mempunyai kadar aluminium tinggi,
kadar besi rendah dan sedikit kadar kuarsa bebas. Pada saat batuan mengalami pelapukan
kimiawi unsur kimia silika (Si) terlarut dan terlepas dari ikatan kristal begitu juga sebagian unsur
besi. Alumina, Titanium dan mineral oksidasi terkonsentrasi sebagai endapan residu. Batuan yang
dapat memenuhi persyaratan itu antara lain nephelin sienit, batuan lempung/serpih. Batuan itu
akan mengalami proses lateritisasi (proses pertukaran suhu secara terus menerus sehingga batuan
mengalami pelapukan).
2. Studi Pustaka
1. Geologi Regional
a) b)
Gambar 1(a). Subduksi pada Eosen, Gambar 1(b). Kolisi pada Oligosen Tengah
Menurut Soeria – Atmadja dkk. (1999), magmatisme yang berumur Oligosen Akhir-
Miosen Tengah memotong busur magmatik yang berumur Eosen-Oligosen Awal. Busur
magmatik yang lebih muda ini dapat diikuti dari Sintang, Masuparia, Kelian, Muyup,
Muara Wahau, dan Sesayap. Magmatisme ini diperkirakan berhubungan dengan sisa
lempeng yang menunjam pada Eosen (Gambar 2).
Batuan terobosan yang lebih muda seperti Batuan Terobosan Sintang menunjukkan arah
kelurusan yang memanjang Timurlaut – Baratdaya. Rekahan yang berada di sekitar Batuan
Terobosan Sintang memiliki arah umum Baratlaut sampai Utara, yang di beberapa tempat
membentuk urat kuarsa dengan mineralisasi tembaga dan emas (JICA,1980). Selain itu,
terdapat pula busur magmatik di Zona Sibu – Rajang yang berumur Miosen Tengah –
Pliosen. Busur magmatik ini diperkirakan berhubungan dengan subduksi di Palung Palawan
(Gambar 2). Busur magmatik juga terdapat di Laut Sulu yang berumur Miosen Akhir -
Plistosen. Busur magmatik ini memanjang ke Semenanjung Dent dan berhubungan dengan
subduksi di Palung Sulu (Soeria-Atmadja, 1999)
Endapan Bauksit Laterit merupakan endapan residual tetapi sebagian ada yang berupa
endapan koluvial dan aluvial. Terbentuk melalui proses pelapukan batuan aluminosilikat,
pada kondisi subtropis hingga tropis. Jumlahnya mencapai 90% sumberdaya bauksit dunia.
Bauksit laterit pada masa lampau terbentuk pada permukaan datar. Ditemukan sebagai
bagian dari dataran tinggi padamasa kini.
Endapan Bauksit terbentuk dari proses laterisasi yaitu proses yang terjadi karena
pertukaran suhu secara terus menerus sehingga batuan asal mengalami pelapukan
(weathering) dan terpecah – pecah. Pada musim hujan, air memasuki rekahan – rekahan dan
menghanyutkan unsur – unsur yang mudah larut, sementara unsur – unsur yang sukar /
tidak larut tertinggal dalam batuan induk. Setelah unsur–unsur yang mudah larut dari
batuan induk seperti Na, K , dan Ca dihanyutkan oleh air, residu yang ditinggalkan (disebut
laterit) menjadi kaya dengan hidrooksida alumunium (Al(OH)3) yang kemudian oleh proses
dehidrasi akan mengeras menjadi bauksit.
2. Ekplorasi
Pemilihan metode didasarkan atas bentuk, ukuran, dan posisi endapan sangat terkait
dengan genesanya. Endapan bauksit yang ditemukan di Indonesia tepatnya kabupaten
singkawang Kalimantan Barat adalah berupa laterit yang dicirikan oleh zona pelapukan
bauksit yang berwarna kemerahan dan relatif lunak. Ketebalan lapisan bauksit rata – rata
terletak dekat permukaan dan tidak lebih dari 20 meter. Berdasarkan pada hal – hal
tersebut, metode yang paling cocok adalah test pitting (sumur uji).
Test pit merupakan suatu metode untuk mengambil conto bijih bauksit yang berada di
bawah permukaan. Adapun ukuran sumur uji ini adalah 0.8 x 1.2 m. Untuk menentukan
titik sumur uji ini berdasar dari hasil analisa laboratorium dari sampel indikasi bauksit
dipermukaan. Pola dan spasi sumur uji tergantung dari tahapan eksplorasi. Rangkaian
teknis kegiatan di lapangan tersebut meliputi tahapan pendahuluan, pengumpulan data,
eksplorasi lapangan, analisa data yang kemudian tahapan kesimpulan dari hasil tahapan-
tahapan sebelumnya yang diwujudkan dalam susunan laporan dan berbagai peta.
Kegiatan olah data menghasilkan pembuatan peta lokasi pengamatan, peta geomorfologi,
dan peta geologi, dan penampang sumur uji, peta penyebaran potensi bauksit dan
perhitungan cadangan.
Penentuan letak sumur uji, yaitu dengan mengacu pada wilayah yang telah
dieksplorasi dan ditemukan indikasibauksit.Jarak sumur uji, dilakukan jarak random
terlebih dahulu baru kemudian apabila daerah tersebut terindikasi prospek maka
dilakukan pembuatan sumur uji dengan sistem grid, tetapi apabila hasil yang didapat
tidak cukup bagus maka tidak perlu dilanjutkan lagi. Titik pertama yang dilakukan
adalah secara acak, selanjutnya dipasang dengan jarak 400 m pada titik yang
mempunyaikadarcukup bagus. Kemudian grid dipersempit lagi pada jarak 200 m pada
area yang mempunyai kadar yang bagus, kemudian bila hasil masih bagus grid dapat
dipersempit lagi menjadi 100 m. Untuk hasil yang lebih detail, grid dapat dipersempit
menjadi 50 m. Grid 100 m x m 100 m dimaksudkan untuk mengetahui pola penyebaran
bauksit dengan cakupan daerah yang luas dan representatif secara tepat. Sedangkan
grid 50 m x 50 m dimaksudkan untuk mengetahui pola penyebaran bauksit secara semi
detail baik dari segi kualitas maupun ketebalannya serta memberikan gambaran batas
bentang alam (punggungan maupun lembah/rawa) dan tata guna lahan pada daerah
tersebut sehingga pada akhirnya akan memberikan informasi besarnya cadangan yang
lebih akurat. Dan paling akhir diteruskan ke jarak 25 m. Dari grid 25 m didapat
perhitungan cadangan yang terukur dan dapat dilakukan pemodelan yang detail.
Tanah penutup
Lapisan Bauksit
Keterangan :
1. Metodologi Penelitian
1. Tahap Awal
2. Tahap Pengolahan
Berdasarkan atas kontinuitas lateral endapan bauksit yang saat ini di ketahui, maka
untuk tahapan ekplorasi bauksit dibedakan 3 ( tiga ) tahap. Masing – masing tahap
memiliki tujuan dan target yang berbeda, sehingga jenis kegiatannya juga berbeda.
Tahap I ini disebut dengan eksplorasi pendahuluan, hal ini dilakukan dengan tujuan
untuk membuktikan ada tidaknya endapan bauksit di dalam daerah eksplorasi
berdasarkan dari sumber peta geologi, kegiatan ini meliputi pemetaan geologi
regional skala 1 : 25.000. Dari hasil pemetaan geologi tersebut didapatkan data
indikasi ada tidaknya endapan bauksit dari outcrop di permukaan. Jika hasil outcrop
terindikasi adanya bauksit dengan kualitas bagus, maka dilakukan sampling dari
test pit dengan jarak sumur uji random terlebihdahulu baru kemudian apabila daerah
tersebut terindikasi prospek maka dilakukan pembuatan sumur uji dengan sistem
grid, tetapi apabila hasil yang didapat tidak cukup bagus maka tidak perlu
dilanjutkan lagi.Tahap II disebut juga penyelidikan semi detail eksplorasi
lanjut,selanjutnya dalam tahap III atau disebut dengan kegiatan penyelidikan detail.
Pemilihan lokasi didasarkan atas hasil evaluasi tahap II
3. Tahap Analisis
Setelah dilakukan input data, baik secara manual maupun computerized, hasil
data maka akan dilakukan penghitungan cadangan untuk menghitung
jumlah total ore tercuci (weight metric ton) yang ada pada suatu lokasi
eksplorasi. Rumus perhitungan ini adalah:
Peta topografi
Peta geologi regional
PENGUMPULAN DATA
Pengamatan lapangan / Data lokasi pengamatan
Pengamatan morfologi
Conto batuan dan bauksit permukaan
EKSPLORASI LAPANGAN Profil sumur uji
- Analisis Geomorfologi
ANALISIS DATA - Analisis geometri dan penyebaran
endapan bauksit
- Analisis distribusi kadar Al2O3, SiO2,
dan Fe2O3
- Analisis jenis dan kualitas bauksit
- Analisis sumberdaya cadangan bauksit
LAPORAN EKSPLORASI
5. Pembahasan
2. Kesimpulan
Bachtiar, A., 2006, Slide Kuliah Geologi Indonesia, Prodi Teknik Geologi, Fiktm-Itb
David Victor Mamengko, 2013, Potensi Bauksit Di Kabupaten Lingga Provinsi Kepualauan Riau.
Manokwari: Teknik Geologi Jurusan Teknik Fmipa Unipa.
Dhadar, J.R., 1983. Eksplorasi Endapan Bahan Galian. Bandung: G.S.B Bandung
Eko Yoan Toreno Dan Moetamar, 2011, Eksplorasi Bauksit Di Kabupaten Sintang Provinsi
Kalimantan Barat. Bandung: Pusat Sumber Daya Geologi.
Eko Yoan Toreno Dan Moetamar, 2011. Karakteristik Cebakan Laterit Bauksit Di Daerah Sepiluk-
Senaning Kabupaten Sintang Kalimantan Barat. Bandung: Pusat Sumber Daya Geologi.
Jurnal Geologi Indonesia Vol 1 Japan International Cooperation Agency (Jica 1990)
Nurhakim, 2006. “Draft Bahan Kuliah Teknik Eksplorasi”(Htkk-009) Program Studi Teknik
Pertambangan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru
Soeria-Atmadja, R., D. Noeradi Dan B. Priadi, 1999. Cenozoic Magmatism In Kalimantan And
Its Related Geodynamic Evolution. Journal Of Asians Earth Sciences, Vol.17, Elsevier
Science Ltd., P.25-45.
Suwarna, N., Sutrisno, F. De Keyser, R.P. Langford Dan D.S. Trail, 1993. Peta Geologi Lembar
Singkawang, Kalimantan Skala 1:250.00. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Geologi,
Bandung
Sudarmono, Djuki, 2007. “Diktat Ganesa Bahan Galian”, Jurusan Teknik Pertambangan,
Universitas Sriwijaya. Hal 28-31.
Yoga Aribowo, Dkk,2012. Geologi, Karakteristik Dan Genesa Endapan Laterit Bauksit Pt.
Antam (Persero) Tbk, Unit Geomin, Daerah Kenco, Kabupaten Landak, Provinsi
Kalimantan Barat.