You are on page 1of 8

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA ASPEK INFERENCE DALAM

MENYELESAIKAN SOAL CERITA TEOREMA PYTHAGORAS

Rizka Pritananda, Edy Yusmin, dan Asep Nursangaji


Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan Pontianak
Email: rizkapritananda@gmail.com

Abstract
Critical thinking is reasonable and reflective thinking focused on deciding what to believe
or do. Student who think critically can draw reasonable conclusions based on the
information obtained in a problem solving. This research aimed to describe students’
critical thinking ability on the inference aspect in problem solving of Pythagorean
theorem subject matter at Grade VIII SMPN 21 Pontianak. The research method used
was descriptive and the form of this research was survey research. Subject of this
research was students of VIII F Class which consist 33 students. The techniques of data
collection were critical thinking test and interview. The results in this research shows that
students’ critical thinking ability on the inference aspect fall into the low category. Most
of the students can’t afford to achieve the three indicators of inference aspect, such as
querying evidence with score percentage 29%, conjecturing alternatives with score
percentage 20%, and drawing conclusion with score percentage 17%.

Keywords: Critical Thinking, Inference Aspect, Problem Solving, Pythagorean


Theorem

PENDAHULUAN 2016 pasal 21 pada tingkat pendidikan dasar


Matematika merupakan materi pelajaran (Kelas VII-IX) yang menyatakan bahwa siswa
yang menjadi kebutuhan universal bagi diharapkan mampu menunjukkan sikap logis,
perkembangan teknologi modern. Matematika kritis, analitis, cermat dan teliti, bertanggung
mempunyai peran penting dalam berbagai jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah
disiplin ilmu dan memajukan daya pikir dalam memecahkan masalah (Depdikbud, 2016:
manusia. Di samping itu, matematika 116).
merupakan sarana untuk menumbuh- Ennis and Weir (1985: 45) menyatakan
kembangkan cara berpikir logis, kritis, cermat, “critical thinking is reasonable and reflective
dan kreatif (Soedjadi, 2000: 43). Mencermati thinking focused on deciding what to believe or
arti penting matematika, sudah selayaknya jika do”, atau dapat diartikan bahwa berpikir kritis
setiap siswa harus memiliki kemampuan dalam merupakan suatu kegiatan berpikir reflektif dan
penguasaan matematika. bernalar yang berfokus untuk memutuskan apa
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional yang diyakini atau dilakukan. Berdasarkan
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi pernyataan ini dapat dilihat bahwa kemampuan
menyebutkan bahwa “mata pelajaran berpikir kritis merupakan suatu proses berpikir
matematika perlu diberikan kepada semua yang mengarahkan individu untuk
peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk memutuskan apa yang dikerjakan atau diyakini
membekali mereka kemampuan berpikir logis, ke kesimpulan terbaik. Sehingga, siswa yang
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif dan berpikiran kritis akan menuntun dirinya untuk
bekerja sama” (Depdikbud, 2006: 346). Hal ini bersikap kritis juga. Hal ini senada dengan
senada dengan kompetensi muatan matematika tujuan dari Permendikbud 2016 yang
yang tercantum dalam Permendikbud tahun mengharapkan siswa untuk mampu bersikap

1
kritis agar mampu memecahkan masalah yang matematika dan menyelesaikan soal melalui
diberikan. perhitungan, kemudian menuliskan kesimpulan
Salah satu upaya yang dilakukan guru dari jawaban yang diperoleh. Untuk itu,
untuk melihat bagaimana proses berpikir kritis dibutuhkan kemampuan berpikir kritis yang
siswa adalah ketika siswa melakukan mumpuni bagi siswa agar dapat menyelesaikan
pemecahan masalah matematika. Haryani permasalahan yang diberikan tersebut.
(2012: 170), mengemukakan bahwa dalam Namun ternyata pengalaman di lapangan
pembelajaran matematika siswa yang terbiasa menunjukkan fakta yang berbeda. Hal ini
menyelesaikan masalah matematika akan diketahui saat peneliti melaksanakan PPL-2 di
cenderung berpikir kritis. Salah satu kegiatan SMPN 21 Pontianak. Berdasarkan wawancara
pemecahan masalah yang dilakukan adalah yang dilakukan dengan guru bidang studi
menyelesaikan soal cerita matematika. matematika diketahui bahwa siswa masih
Pemecahan masalah dalam suatu soal cerita belum dapat menyelesaikan soal cerita pada
matematika merupakan suatu proses yang materi teorema Pythagoras dengan benar.
berisikan langkah-langkah yang benar dan Bahkan dari hasil ulangan harian teorema
logis untuk mendapatkan penyelesaian Pythagoras yang diberikan, sebanyak 23 dari
(Jonassen, 2004). Soal cerita merupakan 40 siswa atau 57,5% siswa memiliki nilai
permasalahan yang dinyatakan dalam bentuk dibawah kriteria ketuntasan yaitu 74.
kalimat bermakna dan mudah dipahami Dalam menyelesaikan soal cerita, hampir
(Wahyudin, 2016). Soal cerita dapat disajikan sebagian besar siswa tidak menuliskan
dalam bentuk lisan maupun tulisan, soal cerita kesimpulan. Hal ini mengindikasikan bahwa
yang berbentuk tulisan berupa sebuah kalimat kemampuan berpikir kritis siswa pada aspek
yang mengilustrasikan kegiatan dalam inference belum sesuai dengan tujuan yang
kehidupan sehari-hari (Priyanto, 2015). diharapkan mengingat aspek inference adalah
Sebagaimana dikemukakan oleh Facione aspek yang menekankan pada penarikan
(2013 : 5) bahwa sebagai kemampuan kognitif, kesimpulan. Kondisi inilah yang membuat
terdapat enam aspek inti dari berpikir kritis peneliti memilih aspek inference dari enam
yaitu: interpretation, analysis, evaluation, aspek berpikir kritis yang dipaparkan oleh
inference, explanation, dan self-regulation. Facione (2013: 5).
Dalam penelitian ini, hanya dipilih satu di Untuk memperkuat hasil observasi pada
antara enam aspek yang disebutkan di atas saat pelaksanaan PPL tersebut, peneliti
sebagai fokus yang akan dikaji, yaitu aspek melakukan prariset berupa pemberian soal
inference. Aspek inference dalam penelitian cerita materi teorema Pythagoras kepada siswa
ini adalah kemampuan siswa dalam kelas VIII G sebanyak enam siswa berdasarkan
mengidentifikasi dan menggunakan unsur yang pertimbangan dari guru matematika. Secara
dibutuhkan dalam membentuk dugaan dan keseluruhan ditinjau dari aspek inferencenya,
mempertimbangkan informasi yang relevan sebagian besar siswa dalam pengerjaan soal
untuk menarik kesimpulan dalam pemecahan cerita teorema Pythagoras masih tidak
masalah. Adapun indikator-indikator pada menuliskan informasi apa saja yang diperoleh
aspek inference menurut Facione (1990: 17) dari soal dan langsung menuliskan cara
yaitu (1) mempertanyakan fakta, (2) membuat pengerjaan saja tanpa menuliskan kesimpulan
alternatif dan (3) menarik kesimpulan. akhir dari permasalahan yang diberikan.
Teorema Pythagoras merupakan salah Berdasarkan hal ini, peneliti mengasumsikan
satu materi di kelas VIII SMP yang dapat bahwa keenam siswa masih belum memenuhi
digunakan dalam menyelesaikan soal cerita indikator kemampuan berpikir kritis pada
terkait permasalahan sehari-hari. Dalam aspek inference yaitu mengidentifikasi dan
menyelesaikan soal cerita pada materi teorema menggunakan unsur yang diperoleh guna
Pythagoras, siswa terlebih dahulu harus dapat menemukan kesimpulan akhir dari suatu
mengilustrasikan soal ke dalam suatu gambar masalah.
dan menterjemahkan gambar ke dalam kalimat

2
Uraian yang telah dikemukakan di atas penelitian ini adalah siswa kelas VIII F di
memperlihatkan bahwa terdapat kesenjangan SMPN 21 Pontianak yang berjumlah 33 siswa
antara apa yang diharapkan dengan fakta yang yang dipilih dengan memperhatikan
sesungguhnya terjadi di lapangan. Oleh karena pertimbangan dari guru bidang studi
itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian matematika kelas VIII SMPN 21 Pontianak.
mengenai “Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Objek dalam penelitian ini adalah kemampuan
pada Aspek Inference dalam Menyelesaikan berpikir kritis siswa pada aspek inference
Soal Cerita Teorema Pythagoras di Kelas VIII dalam menyelesaikan soal cerita teorema
SMPN 21 Pontianak.” Pythagoras.
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk Alat pengumpulan data yang digunakan
mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dalam penelitian ini adalah tes kemampuan
pada aspek inference dalam menyelesaikan berpikir kritis dan wawancara. Tes kemampuan
soal cerita teorema pythagoras di kelas VIII berpikir kritis berupa tes essay berjumlah 2
SMPN 21 Pontianak. Adapun sub tujuan dalam soal yang dibuat sendiri oleh peneliti dan
penelitian ini adalah (1) kemampuan siswa mengacu pada indikator kemampuan berpikir
mengolah informasi/fakta, (2) kemampuan kritis pada aspek inference. Wawancara dalam
siswa membuat alternatif penyelesaian, dan (3) penelitian ini merupakan kegiatan lanjutan
kemampuan siswa menarik kesimpulan dalam setelah dilakukan tes dan merupakan
menyelesaikan soal cerita teorema Pythagoras. wawancara tidak terstruktur. Wawancara yang
dilakukan bertujuan untuk memverifikasi hasil
METODE PENELITIAN jawaban siswa dari setiap indikator guna
Metode penelitian yang digunakan adalah menjawab rumusan masalah penelitian.
metode deskriptif. Menurut Nazir (2009:53), Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari 3
metode deskriptif adalah suatu metode dalam tahap, yaitu : 1) Tahap persiapan, 2) Tahap
meneliti status sekelompok manusia, suatu pelaksanaan, 3) Tahap akhir.
objek, suatu set kondisi, suatu sistem
pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa Tahap Persiapan
sekarang. Menurut Sukardi (2003: 157) metode Langkah-langkah yang dilakukan pada
deskriptif merupakan metode penelitian yang tahap persiapan antara lain : (1) Melakukan pra
berusaha menggambarkan dan riset di SMPN 21 Pontianak; (2) Menyusun
menginterpretasikan objek sesuai dengan apa instrument penelitian; (3) Memvalidasi
adanya. Di samping itu penelitian deskriptif instrument penelitian; (4) Melakukan uji coba
juga merupakan penelitian dimana soal; (5) Menentukan waktu penelitian.
pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan
penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan Tahap Pelaksanaan
keadaan atau kejadian sekarang. Metode ini Langkah-langkah yang dilakukan pada
digunakan untuk melaporkan keadaan objek tahap pelaksanaan antara lain: (1) Memberikan
atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa tes kemampuan berpikir kritis pada aspek
adanya. inference; (2) Mewawancarai beberapa siswa;
Bentuk penelitian yang digunakan dalam (3) Melakukan analisis data berdasarkan hasil
penelitian ini adalah penelitian survey. tes dan wawancara; (4) Mendeskripsikan hasil
Penelitian survey menurut Cohen dan Nomion pengolahan data.
(Sukardi, 2003: 193) merupakan kegiatan
penelitian yang mengumpulkan data pada saat Tahap Akhir
tertentu dengan tiga tujuan penting, yaitu: a) Langkah-langkah yang dilakukan pada
mendeskripsikan keadaan alami yang hidup tahap akhir antara lain: (1) Melakukan
saat itu, b) mengidentifikasi secara teratur penarikan kesimpulan dari hasil analisis data;
keadaan sekarang untuk dibandingkan, dan c) (2) Menyusun laporan penelitian.
menentukan hubungan sesuatu yang hidup di
antara kejadian spesifik. Adapun subjek dalam

3
HASIL PENELITIAN DAN Tes tertulis diberikan kepada 33 orang siswa
PEMBAHASAN kelas VIII F yang sudah mempelajari materi
Pythagoras. Dari penelitian yang telah
Hasil Penelitian dilakukan, diperoleh hasil bahwa kemampuan
Tes kemampuan berpikir kritis siswa pada berpikir kritis siswa pada aspek inference
aspek inference terdiri atas dua soal dimana secara umum maupun pada setiap indikator
tiap soal mengandung tiga indikator aspek masih tergolong rendah. Untuk lebih jelasnya
inference, yakni mempertanyakan fakta, dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.
membuat alternatif, dan menarik kesimpulan.

Tabel 1. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Aspek Inference

Indikator Skor Total Persentase Kategori

Mempertanyakan Fakta 58 29% Rendah

Membuat Alternatif 42 20% Sangat Rendah

Menarik Kesimpulan 34 17% Sangat Rendah

Skor Total Kemampuan


144 22% Rendah
Berpikir Kritis

Berdasarkan Tabel 1, diperoleh bahwa total skor 8, tujuh siswa memperoleh skor 4,
kemampuan berpikir kritis siswa pada satu siswa memperoleh skor 3, enam siswa
indikator mempertanyakan fakta tergolong memperoleh skor 2, sembilan siswa
dalam kategori rendah dengan persentase skor memperoleh skor 1 dan sisanya yaitu sepuluh
29%. Dari dua soal yang diberikan, diketahui siswa memperoleh skor nol.
bahwa pada indikator mempertanyakan fakta, Untuk pengkategorian kemampuan siswa
dua siswa memperoleh skor sempurna dengan pada indikator membuat alternatif, dari 33
total skor yaitu 6. Satu siswa memperoleh skor siswa tujuh siswa berada pada kategori sedang,
4, tiga siswa memperoleh skor 3, delapan tujuh siswa berada pada kategori rendah, dan
siswa memperoleh skor 2, enam belas siswa sembilan belas siswa berada pada kategori
memperoleh skor 1, dan sisanya yaitu tiga sangat rendah.
siswa memperoleh skor nol. Kemampuan berpikir kritis siswa pada
Untuk pengkategorian kemampuan siswa indikator menarik kesimpulan juga tergolong
pada indikator mempertanyakan fakta, dari 33 dalam kategori sangat rendah dengan
siswa dua siswa berada pada kategori sangat persentase skor 17%. Dari dua soal yang
tinggi, satu siswa berada pada kategori tinggi, diberikan, diketahui bahwa pada indikator
tiga siswa berada pada kategori sedang, menarik kesimpulan, dari total skor 6, dua
delapan siswa berada pada kategori rendah, siswa memperoleh skor 4, dua siswa
dan sembilan belas siswa berada pada kategori memperoleh skor 3, empat siswa memperoleh
sangat rendah. skor 2, dua belas siswa memperoleh skor 1 dan
Kemampuan berpikir kritis siswa pada sisanya yaitu tiga belas siswa memperoleh skor
indikator membuat alternatif tergolong dalam 0.
kategori sangat rendah dengan persentase skor Untuk pengkategorian kemampuan siswa
20%. Dari dua soal yang diberikan, diketahui pada indikator membuat alternatif, dari 33
bahwa pada indikator membuat alternatif, dari siswa, dua siswa berada pada kategori tinggi,

4
dua siswa berada pada kategori sedang, empat tergolong rendah dengan total perolehan skor
siswa berada pada kategori rendah, dan dua 144 atau dengan persentase skor sebesar 22%.
puluh lima siswa berada pada kategori sangat Persentase rata-rata pencapaian skor untuk
rendah. setiap indikator disajikan pada Grafik 1 berikut.
Secara keseluruhan, kemampuan berpikir
kritis siswa pada aspek inference masih

35
29
30
Persentase rata-rata

25
20
20 17
15
10
5
0
Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3

Grafik 1. Persentase Rata-rata Pencapaian Setiap Indikator Kemampuan Berpikir


Kritis Siswa pada Aspek Inference

Dapat dilihat perbandingan kemampuan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada
dalam setiap indikator aspek inference dari aspek inference kelas VIII F SMPN 21
keseluruhan siswa. Dari tiga ndikator aspek Pontianak masih tergolong rendah. Kategori
inference, pencapaian tertinggi ada pada kemampuan siswa pada masing-masing
indikator mempertanyakan fakta walaupun indikator juga kurang lebih sama, yakni pada
kategorinya masih tergolong dalam kategori indikator mempertanyakan fakta dengan
rendah yaitu 29%. persentase rata-rata 29% tergolong dalam
kategori rendah, pada indikator membuat
Pembahasan alternatif dengan persentase rata-rata 20%
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tergolong dalam kategori sangat rendah, dan
kemampuan berpikir kritis siswa pada aspek pada indikator menarik kesimpulan dengan
inference dalam menyelesaikan soal cerita persentase 17% tergolong dalam kategori
teorema Pythagoras di kelas VIII SMPN 21 sangat rendah.
Pontianak. Kemampuan berpikir kritis yang Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa
dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa masih belum mampu untuk
kemampuan dalam membuat atau menarik menggunakan informasi-informasi yang
kesimpulan dari segala informasi yang relevan untuk menyelesaikan masalah yang
diketahui, dapat mengetahui bagaimana diberikan sehingga menyebabkan siswa tidak
menggunakan informasi yang dimiliki untuk dapat membuat altenatif penyelesaian yang
menyelesaikan suatu masalah, dan mencari sesuai. Akibatnya, siswa tidak dapat menarik
sumber informasi yang relevan untuk kesimpulan dari masalah tersebut dan
menyelesaikan suatu masalah. menunjukkan bahwa kemampuan berpikir
Facione (1990: 17) menyebutkan bahwa kritis siswa khususnya pada aspek inference
aspek inference terdiri dari tiga indikator, yaitu masih kurang. Berikut pembahasan untuk
mempertanyakan fakta, membuat altenatif, dan setiap indikator kemampuan berpikir kritis
menarik kesimpulan. Secara umum diketahui pada aspek inference.

5
1. Mempertanyakan Fakta untuk menuliskannya dengan kata-kata yang
Untuk mengukur kemampuan berpikir lebih singkat dan menyebabkan siswa kesulitan
kritis siswa pada aspek inference dalam menuliskan apa yang diketahui dan apa yang
indikator ini, akan dilihat kemampuan siswa ditanyakan. Hal ini juga disebabkan karena
dalam menuliskan informasi yang diperoleh siswa malas untuk membaca soal dengan
dari masalah yang diberikan dan apakah redaksi yang panjang dan sudah terbiasa
informasi yang telah diperoleh itu dapat langsung mengerjakan soal tanpa menuliskan
digunakan atau tidak dalam proses informasi yang diperoleh dalam menyelesaikan
penyelesaian masalah. Kemampuan siswa masalah.
pada indikator mempertanyakan fakta masih
tergolong dalam kategori rendah dengan 2. Membuat Alternatif
persentase sebesar 29% saja. Untuk mengukur kemampuan berpikir
Dari hasil penelitian yang dilakukan, kritis siswa pada aspek inference pada
hanya empat siswa yang dapat menuliskan indikator membuat alternatif, akan dilihat
informasi yang diperolehnya dari soal dengan kemampuan siswa dalam merumuskan
benar. Sisanya hanya menuliskan sebagian berbagai alternatif penyelesaian yang sesuai
informasi bahkan ada siswa yang tidak dengan informasi yang telah diperoleh guna
menuliskan informasi apapun dari soal. Siswa menyelesaikan masalah yang diberikan.
yang dapat menuliskan informasi yang ada Kemampuan siswa pada indikator membuat
pada soal baik soal nomor 1 maupun soal alternatif tergolong dalam kategori sangat
nomor 2 dengan benar dan lengkap juga rendah dengan persentase skor sebesar 20%.
menyatakan bahwa semua informasi yang ada Dari hasil penelitian yang dilakukan, pada
pada soal dapat mereka gunakan dalam proses indikator membuat alternatif seluruh siswa
penyelesaian masalah. Ini berarti siswa sudah masih belum mampu menuliskan lebih dari
dapat menduga atau mempertimbangkan satu penyelesaian. Ini disebabkan karena siswa
apakah semua informasi yang mereka peroleh belum terbiasa mengerjakan soal dengan
dari soal dapat digunakan dalam penyelesaian banyak penyelesaian seperti masalah yang
masalah atau tidak, apakah ada informasi diberikan, sehingga siswa hanya terpaku pada
pengecoh yang tidak diperlukan atau tidak. satu jawaban yang telah diperolehnya dan
Maka dapat dikatakan bahwa siswa tersebut berpikir itu adalah satu-satunya penyelesaian
sudah memenuhi indikator pertama dari aspek dan jawaban yang ada.
inference yakni mempertanyakan fakta. Terlebih lagi, pada soal tidak diminta
Ada juga siswa yang sudah mampu untuk untuk menuliskan lebih dari satu alternatif
menuliskan dan menggunakan informasi yang penyelesaian, sehingga siswa tidak terpikir
ia peroleh pada soal namun tidak menuliskan untuk menuliskan penyelesaian lebih dari satu.
secara spesifik seperti apa yang diketahui dan Dari sini terlihat bahwa siswa belum memiliki
ditanyakan dan hanya menuliskan pokok- kemampuan berpikir kritis. Siswa masih
pokok informasi yang ia temukan, seperti luas, terpaku dengan intruksi dari soal maupun guru
panjang, uang, dan harga bibit pohon namun dalam menyelesaikan masalah yang diberikan
tidak menuliskan apa yang ditanyakan oleh kepadanya.
soal. Hal ini disebabkan karena siswa terburu- Namun, tiga siswa sudah mampu
buru dalam mengerjakan soal sehingga lupa menuliskan jawaban dengan benar meskipun
untuk menuliskannya dan menganggap bahwa hanya satu penyelesaian saja. Sebagian siswa
informasi yang ada tidak perlu dituliskan yang lain masih belum mampu menuliskan
dalam penyelesaian. penyelesaian dengan benar disebabkan karena
Bahkan ada siswa yang tidak menuliskan kurangnya pengetahuan tentang materi yang
informasi soal sama sekali dan langsung diberikan dalam soal dan minat terhadap
menuliskan penyelesaian saja. Ini disebabkan pelajaran matematika.
karena siswa tidak paham dengan maksud dari Bahkan dari dua soal yang diberikan,
masalah yang diberikan dan kebingungan hanya delapan siswa yang menyelesaikan

6
kedua soal tersebut. Sisanya yaitu 25 siswa SIMPULAN DAN SARAN
tidak mengerjakan soal nomor dua sama sekali. Simpulan
Siswa beralasan bahwa waktu yang diberikan Berdasarkan hasil penelitian dan
tidak cukup dan redaksi soal terlalu panjang pembahasan yang telah dipaparkan
sehingga membuat mereka sulit memahami sebelumnya, secara umum kemampuan
maksud dari soal tersebut. berpikir kritis siswa pada aspek inference
tergolong dalam kategori rendah. Sebagian
3. Menarik Kesimpulan besar siswa masih belum memenuhi ketiga
Untuk mengukur kemampuan berpikir indikator aspek inference yaitu
kritis siswa pada aspek inference pada mempertanyakan fakta, membuat alternatif,
indikator menarik kesimpulan, akan dilihat dan menarik kesimpulan.
kemampuan siswa dalam menentukan Secara khusus, berdasarkan sub masalah
kesimpulan akhir yang paling benar dari yang dirumuskan sebelumnya diperoleh
berbagai alternatif pemecahan masalah yang kesimpulan yaitu : (1) Kemampuan berpikir
dilakukan berdasarkan informasi yang telah kritis siswa pada aspek inference pada
diperoleh sebelumnya. Kemampuan siswa pada indikator mempertanyakan fakta atau
indikator menarik kesimpulan juga tergolong kemampuan siswa mengolah informasi/fakta
dalam kategori sangat rendah dengan yang ada dalam menyelesaikan soal cerita
persentase skor hanya17%. teorema Pythagoras tergolong dalam kategori
Dari hasil penelitian yang dilakukan, rendah dengan persentase skor 29%; (2)
sebagian besar siswa sudah dapat menuliskan Kemampuan berpikir kritis siswa pada aspek
kesimpulan dengan benar meskipun hanya inference pada indikator membuat alternatif
kesimpulan tunggal yang diperoleh dari atau kemampuan siswa dalam membuat
penyelesaian tunggal yang mereka kerjakan. alternatif penyelesaian dalam menyelesaikan
Siswa yang tidak menuliskan kesimpulan soal cerita teorema Pythagoras tergolong dalam
mengatakan bahwa mereka lupa untuk kategori rendah dengan persentase skor 20%;
menuliskan kesimpulan diakhir penyelesaian (3) Kemampuan berpikir kritis siswa pada
soal karena menganggap bahwa perhitungan aspek inference pada indikator menarik
yang mereka kerjakan sudah dapat dijadikan kesimpulan dalam menyelesaikan soal cerita
kesimpulan dari penyelesaian yang dilakukan. teorema Pythagoras tergolong dalam kategori
Hal ini disebabkan karena mereka tidak biasa sangat rendah dengan persentase skor 17%.
menyelesaikan soal pemecahan masalah seperti
yang diberikan saat penelitian. Saran
Selain itu, siswa yang tidak Berdasarkan hasil penelitian yang
menyelesaikan soal yang diberikan dan hanya diperoleh dan kelemahan-kelemahan dalam
menuliskan setengah penyelesaian saja juga penelitian ini, peneliti memberikan saran
menjadi salah satu alasan siswa tidak sebagai berikut : (1) Waktu pelaksanaan
menuliskan kesimpulan. Karena siswa sudah penelitian sebaiknya direncanakan dengan
terkendala pada indikator kedua, maka siswa matang sebelum melaksanakan penelitian agar
juga mengalami kendala pada indikator ketiga saat pelaksanaan tidak terburu-buru; (2)
yang menyebabkannya tidak dapat menuliskan Sebelum melaksanakan penelitian, sebaiknya
kesimpulan. Padahal, indikator ketiga inilah peneliti meminta kesediaan guru mata
yang menekankan aspek inference, dimana pelajaran untuk ikut serta dalam mengawasi
inference disini berarti kesimpulan. Aspek siswa saat penelitian agar suasana kelas lebih
inference menekankan siswa untuk berpikir kondusif; (3) Soal dan alternatif jawaban yang
kritis dalam mengambil keputusan atau digunakan sebagai instrumen penelitian
kesimpulan yang paling benar dari berbagai sebaiknya lebih diperhatikan lagi agar dapat
informasi dan alternatif penyelesaian yang mengukur kemampuan berpikir kritis siswa
mereka peroleh dalam menyelesaikan suatu dengan lebih baik; (4) Bagi peneliti lainnya,
masalah. diharapkan dapat melaksanakan penelitian

7
lanjutan berupa penelitian deskriptif tentang Matematika. Yogyakarta: Seminar asional
gambaran aspek berpikir kritis lainnya selain Matematika dan Pendidikan Matematika.
aspek inference, dan penelitian eksperimental Jonassen, David. (2004). Designing
dengan memberikan perlakuan untuk menggali Constructivist Learning Environments.
kemampuan berpikir kritis siswa pada aspek Pennsylvania: Pennsylvania State
inference yang bertujuan untuk memperbaiki University.
serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis Nazir, M. (2009). Metode Penelitian. Jakarta:
siswa pada aspek inference tersebut. Ghalia Indonesia.
Priyanto, Arif. (2015). Analisis Kesalahan
DAFTAR RUJUKAN Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Depdikbud. (2006). Peraturan Menteri Matematika Pokok Bahasan Teorema
Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 Pythagoras Berdasarkan Kategori
Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas. Kesalahan. Jember : Artikel Ilmiah
Depdikbud. (2016). Permendikbud No. 21 Mahasiswa I (1) : 1-5.
Tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Soedjadi, R. (2000). Kiat Pendidikan
Menengah. Jakarta: Kementrian Matematika di Indonesia: Konstatasi
Pendidikan dan Kebudayaan. Keadaan Masa Kini Menuju Harapan
Ennis, Robert H and Weir, Eric. (1985). The Masa Depan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Ennis-Weir Critical Thinking Essay Test. Pendidikan Tinggi Departemen
Facione, Peter A. (1990). Critical Thinking; A Pendidikan Nasional.
Statement of Expert Concensus for Sukardi. (2003). Metodelogi Peneltian
Purpose of Educational Assessment and Pendidikan: Kompetensi dan Praktisnya.
Instruction. American Philosophical Yogyakarta: Bumi Aksara.
Association, Newark, Del. Wahyudin. (2016). Analisis Kemampuan
Facione, Peter A. (2013). Critical Thinking Menyelesaikan Soal Cerita Matematika
What It Is and Why It Counts. California : Ditinjau dari Kemampuan Verbal. Jurnal
The California Academic Press, Millbrae, Universitas Muhammadiyah Makassar Vol.
CA. 9 No. 2 (Nopember) 2016, Hal. 148-160.
Haryani, Desti. (2012). Membentuk Siswa
Berpikir Kritis Melalui Pembelajaran

You might also like