Professional Documents
Culture Documents
1
Universitas Terbuka, Email: fluqman29@gmail.com
2
Universitas Tanjungpura, Email: tahmid_pgsd@yahoo.co.id
3
Universitas Terbuka, Email: lia@ecampus.ut.ac.id
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
mixed methods, yaitu suatu langkah
3 EduHumaniora: Vol. 13 No. 2, Juli 2021
penelitian yang menggabungkan dua proses pembelajaran sebagai berikut: F
bentuk pendekatan dalam penelitian, yaitu (Focus) yaitu memfokuskan pertanyaan
kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini atau isu yang ada untuk membuat
dilakukan di SD Kecamatan Sayan, yaitu keputusan tentang apa yang diyakini. R
1) SD Negeri 01 Sayan, 2) SD Negeri 06 (Reason) untuk mengetahui alasan yang
Nanga Sasak, 3) SD Negeri 09 Nanga mendukung atau menolak putusan-putusan
Sayan, 4) SD Negeri 14 Kayu Baong, 5) yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang
SD Negeri 16 Landau Siling. Sumber relevan. I (Inference) untuk membuat
informasi dalam penelitian ini adalah kesimpulan yang beralasan atau
siswa kelas V berjumlah 62 siswa, guru meyakinkan. Bagian penting dari langkah
kelas V berjumlah 5 orang dan Kepala penyimpulan ini adalah mengidentifikasi
Sekolah sebanyak 5 orang. Instrumen asumsi dan mencari pemecahan,
pengumpulan data yang digunakan berupa pertimbangan dari interpretasi terhadap
Lembar Observasi IPKG 2, Lembar situasi dan bukti. S (Situation) untuk
Observasi Aktivitas critical thinking, memahami situasi dan selalu menjaga
Lembar Aktivitas creative thinking, Soal situasi dalam berpikir untuk membantu
Tes dan Pedoman Wawancara Kepala memperjelas pertanyaan (dalam F) dan
Sekolah serta Guru Kelas V. Teknik analis mengetahui arti istilah-istilah kunci,
data yang digunakan merupakan bagian-bagian yang relevan sebagai
kombinasi antara teknik kualitatif dan pendukung. C (Clarity) untuk menjelaskan
kuantitatif. Data berupa angka- arti atau istilah-istilah yang digunakan. O
angka dianalisis menggunakan (Overview) untuk meninjau kembali dan
teknik kuantitatif kemudian disajikan meneliti secara menyeluruh keputusan
dalam bentuk kualitatif. Proses penyajian yang diambil.
data kualitatif menggunakan model Miles Pada proses pembelajaran tematik
dan Huberman (2014) yaitu pengumpulan terpadu, terlihat bahwa aspek aktivitas
data, penyajian data, reduksi data, dan focus, sebanyak 22 siswa berada pada
penarikan kesimpulan/verifikasi data. kriteria “Cukup” dan 40 siswa berada pada
kriteria “Baik”, pada saat pembelajaran
HASIL PENELITIAN DAN siswa fokus pada langkah-langkah
PEMBAHASAN kegiatan yang disajikan guru, saat
Bagian ini penulis mencoba untuk mengamati gambar yang ada di buku siswa
menyampaikan hasil penelitian yang dapat terlihat sangat tertarik dan bersemangat
dijabarkan melalui tabel di bawah ini. ketika menyampaikan kepada guru. Aspek
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Aktivitas Critical
reason, 26 siswa berada pada kriteria
Thinking Siswa
No Keterangan Frekuensi Persentase “Cukup” dan 36 sisa berada pada kriteria
1 Baik 35 56% “Baik”, secara umum memperoleh nilai
2 Cukup 27 44% rata-rata dengan kriteria “Baik”, dalam
proses pembelajaran siswa sudah berani
Berdasarkan tabel di atas, terlihat memberikan reaksi dengan menggali lebih
bahwa aktivitas yang mencerminkan dalam tentang gambar-gambar yang ada
kemampuan berpikir kritis pada siswa SD pada buku dan dibuktikan dengan mereka
Kecamatan Sayan berada pada kriteria mulai berani bertanya kepada guru jika ada
“Baik”. Cahyono (2017, hlm. 56) hal yang tidak jelas. Sementara itu, aspek
mengatakan bahwa indikator berpikir inferen, 28 siswa berada pada kriteria
kritis: Focus, Reason, Inference, Situation, “Cukup” dan 34 siswa berada pada kriteria
Clarity, and Overview yang dapat “Baik”, aktivitas menyimpulkan,
disingkat dengan istilah FRISCO. Senada menanya dan
dengan pendapat di atas Zubaidah, dkk. menyampaikan hasil temuan merupakan
(2018, hlm. 3) menjelaskan komponen aspek yang paling banyak muncul dalam
FRISCO dalam proses pembelajaran tematik terpadu.
Sariaman Sabri, Sapriati: Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pengembangan Berpikir Kritis & Berpikir Kreatif 4
Dalam proses pembelajaran terlihat bahwa keterampilan berpikir kritis. Keterampilan
siswa terlibat aktif dalam bertanya, berpikir kritis tidak muncul dengan
berdikusi dan menyampaikan pendapat. sendirinya tetapi harus dilatih secara terus-
Pada aspek situation, 29 siswa menerus. Latihan rutin yang dilakukan
berada pada kriteria “Cukup” dan 33 siswa siswa berdampak pada efisiensi dan
berada pada kriteria “Baik”, kegiatan otomatisasi keterampilan berpikir yang
pembelajaran terjadi dalam langkah- dimiliki siswa. Jika siswa terbiasa dengan
langkah yang sudah sesuai dengan tahapan pola berpikir kritis, diharapkan mereka
pembelajaran tematik terpadu, siswa dapat menyaring informasi dan
menyesuaikan informasi yang mereka meningkatkan pembentukan karakter
peroleh dengan situasi pembelajaran, dalam menghadapi era global.
contohnya saat waktu presentasi siswa Hasil observasi terhadap aktivitas
melakukan persentasi dengan tertib sesuai berpikir kritis pada saat pembelajaran
undian yang didapat, begitu juga ketika tematik terpadu menunjukkan bahwa
bertanya siswa bertanya sesuai dengan secara keseluruhan pelaksanaan
topik yang dibahas baik oleh guru maupun pembelajaran tematik terpadu di SD
oleh siswa yang lain. Pada aspek clarity Kecamatan Sayan belum sepenuhnya
terdapat 31 siswa dengan kriteria “Cukup” mengembangkan kemampuan berpikir
dan 31 siswa dengan kriteria “Baik”. kritis. Hal ini sesuai dengan hasil
Sedangkan pada aspek aktivitas siswa penelitian Sani (2019, hlm. 54) bahwa
menjelaskan istilah-istilah penting dari pembelajaran tematik terpadu salah satu
materi pembelajaran memperoleh nilai manfaatnya adalah mengembangkan
rata- rata pengamatan dengan kriteria keterampilan berpikir kritis pada siswa.
“Baik”. Separuh siswa sudah mampu
menjelaskan istilah-istilah yang ada Tabel 2. Distribusi Frekuensi Aktivitas Creative
dibuku. Siswa juga mampu memberikan Thinking Siswa
argumen yang logis dan bisa diterima oleh No Keterangan Frekuensi Persentase
rekan lain. Pada aspek yang terakhir dari 1 Baik 33 53%
aktivitas critical thinking pembelajaran 2 Cukup 29 47%
tematik adalah aspek overview. Aspek ini
terkait dengan kemampuan meneliti Zubaidah, dkk. (2018, hlm. 7)
kembali apa yang ingin disampaikan, mengatakan bahwa kemampuan berpikir
jawaban dan kesimpulan. Aspek overview kreatif merupakan keterampilan penting
memperoleh nilai rata-rata dengan kriteria bagi siswa karena memiliki hubungan
“Cukup”. Pada proses pembelajaran, siswa langsung dengan pengembangan konten
kurang mencerminkan aktivitas overview pengetahuan dan keterampilan. Berpikir
seperti melihat kembali dan memeriksa kreatif sebagai kemampuan untuk
dengan teliti hasil pendapat, jawaban dan merumuskan masalah, membuat dugaan,
kesimpulan yang akan disampaikan. menghasilkan ide-ide baru, dan
Haryadi, dkk. (2017, hlm. 9) mengomunikasikan hasil-hasil.
mengatakan bahwa salah satu amanat Berdasarkan hasil observasi terhadap
kurikulum 2013 melalui pembelajaran aktivitas pembelajaran tematik terpadu di
tematik terpadu mensyaratkan siswa harus peroleh skor aktivitas kemampuan kreatif
dapat mengembangkan keterampilan siswa dengan rincian sebagai berikut:
berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis aktivitas yang mencerminkan kemampuan
dapat diajarkan sejak mereka SD, tetapi creative thinking pada siswa kelas V SD di
harus mempertimbangkan tahap Kecamatan Sayan sebanyak 53% siswa
perkembangan anak. Salah satu caranya berada pada kriteria “Baik” sedangkan
dengan menggunakan pembelajaran 47% siswa masih berada pada kriteria
tematik yang diintegrasikan dengan “Cukup”. Yuliani (2017, hlm. 52)
mengatakan bahwa
skor kemampuan siswa berdasarkan hasil Gambar 2. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
tes, dapat disimpulkan kemampuan siswa
kelas V SD Kecamatan Sayan berada pada
kriteria “Cukup Kreatif”. Rofiah (2013, hlm. 12-15) dalam
Widana (2017, hlm. 3-4) jurnalnya mengatakan bahwa salah
mengatakan bahwa salah satu keunggulan indikator siswa sudah memiliki
soal High Order Thinking adalah kemampuan berpikir kritis dan kreatif
kemampuan dalam mengukur adalah mampu mengerjakan soal High
keterampilan bepikir kritis (critical Order Thinking (HOTS) dengan kriteria
thinking) dan keterampilan berpikir kreatif baik. Hasil tes ini mencerminkan bahwa
(creative thinking). Adapun Ikhsan dkk. sebenarnya siswa belum terbiasa
(2019, hlm. 9-10) mengatakan bahwa mengerjakan soal yang berhubungan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif dengan kegiatan berpikir terutama dalam
merupakan dua hal yang saling keterkaitan hal menganalisis, mengkreasi ide dan
sehingga dalam mengukur kemampuan menyimpulkan.
tersebut dapat menggunakan soal tes jenis Setelah mengamati kemampuan guru
High Order Thinking (HOTS). dalam mengimplementasikan pembelajaran
Beradasarkan pendapat tersebut, tematik terpadu, aktivitas berikir kritis dan
kemampuan berpikir kritis maupun aktivitas berpikir kreatif serta memperoleh
kemampuan berpikir kreatif pada peelitian hasil belajar siswa melalui soal tes. Tahap
ini tidak diukur mengunakan soal tes terakhir dalam penelitian ini ialah mencari
secara khusus dan terpisah. Peneliti keterhubungan antara kemampuan guru
menggabungkan kedua tingkat berpikir dalam implementasi pembelajaran tematik
kritis dan kreatif ini karena saling terpadu, aktivitas critical thinking,
berhubungan antara satu dan yang lain. aktivitas creative thinking dengan hasil
Kriteria Ketuntasan Minimal yang belajar siswa. Untuk mencari
digunakan yaitu 70 dengan interval 0-69 keterhubungan tersebut, menggunakan
(D), 70-79 (C), 80-89 (B) dan 90-100 (A). SPSS 24. Berdasarkan hasil pengolahan
Deskripsi hasil belajar siswa setelah data dapat disimpulkan bahwa secara
mengikuti pembelajaran tematik terpadu simultan kemampuan guru dalam
berbasis pengembangan kemampuan implementasi pembelajaran tematik
critical thinking dan creative thinking terpadu, aktivitas critical thinking,
sebagai berikut: aktivitas creative thinking memiliki
keterhubungan signifikan dengan hasil
belajar siswa. Dari persamaan regresi,
diketahui bahwa nilai konstanta sebesar -
19,555. Angka tersebut menunjukkan
bahwa apabila variabel kemampuan guru
mengimplementasikan tematik terpadu,
aktivitas berpikir kritis siswa dan aktivitas
berpikir kreatif siswa jika nilainya 0 hasil
belajar siswa memiliki tingkat kinerja
sebesar -19,555. Nilai koefisien
Sariaman Sabri, Sapriati: Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pengembangan Berpikir Kritis & Berpikir Kreatif 8
kemampuan guru mengimplementasikan dari t-tabel 2,015 dan diperoleh nilai
pembelajaran tematik terpadu sebesar signifikansi 0,316 lebih besar dari taraf
0,959 dengan nilai positif. Hal ini berarti signifikansi 0,05 (0,316 > 0,05). Dengan
bahwa setiap peningkatan koefisien demikian, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan guru mengimplementasikan variabel aktivitas berpikir kreatif siswa
pembelajaran tematik terpadu sebesar 1 dalam pembelajaran tematik terpadu tidak
kali maka hasil belajar siswa akan mmemiliki keterhubungan yang signifikan
meningkat sebesar 0,959 dengan asumsi dengan hasil belajar siswa.
variabel yang lain konstan. Nilai koefisien Sementara itu, variabel independen
aktivitas berpikir kritis siswa dalam yang paling erat keterhubungannya dengan
pembelajaran tematik sebesar 0,393 hasil belajar siswa yakni variabel
dengan nilai positif. Hal ini berarti bahwa kemampuan guru dalam
setiap peningkatan koefisien aktivitas mengimplementasikan pembelajaran
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran tematik terpadu dengan nilai Standardized
tematik sebesar 1 kali maka hasil belajar Coefficients Beta 1,032. Sementara itu,
siswa akan meningkat sebesar 0,393 variabel independen yang tingkat
dengan asumsi variabel yang lain konstan. keterhubungannya lemah dengan hasil
Nilai koefisien aktivitas berpikir kreatif belajar siswa adalah aktivitas creative
siswa dalam pembelajaran tematik sebesar thinking siswa dalam pembelajaran tematik
0,076 dengan nilai positif. Hal ini berarti terpadu.
bahwa setiap peningkatan koefisien Dari hasil uji koefisien determinasi,
aktivitas berpikir kreatif siswa dalam diperoleh nilai adjusted R Square sebesar
pembelajaran tematik sebesar 1 kali maka 0,995 atau 99,5%. Hal ini menunjukkan
hasil belajar siswa akan meningkat sebesar bahwa hasil belajar siswa dijelaskan
0,076 dengan asumsi variabel yang lain sebesar 99,5% oleh variabel independen
konstan. yaitu kemampuan guru dalam
Berdasarkan hasil uji t diketahui mengimplementasikan pembelajaran
bahwa variabel kemampuan guru tematik terpadu, aktivitas berpikir kritis
mengimplementasikan pembelajaran siswa dan aktivitas berpikir kreatif siswa.
tematik terpadu mempunyai nilai t hitung Sedangkan 0,50% variasi hasil belajar
24,982 lebih besar dari t-tabel 2,015 dan dijelaskan oleh variabel di luar variabel
diperoleh nilai signifikansi 0,035 lebih independen penelitian ini.
kecil dari taraf signifikansi 0,05 (0,025 < Adanya hubungan yang signifikan
0,05). Dengan demikian, dapat antara kemampuan guru dalam
disimpulkan bahwa variabel kemampuan implementasi pembelajaran tematik
guru mengimplementasikan pembelajaran terpadu, aktivitas critical thinking,
tematik terpadu memiliki keterhubungan aktivitas creative thinking dengan hasil
yang signifikan dengan hasil belajar siswa. belajar siswa sesuai dengan peneilitian
Variabel aktivitas berpikir kritis siswa yang dilakukan oleh Gunawan, dkk. (2016,
dalam pembelajaran tematik terpadu hlm. 37) menyimpulkan bahwa terdapat
mempunyai nilai thitung 17,955 lebih hubungan yang signifikan antara
besar dari t-tabel 2,015 dan diperoleh nilai kemampuan guru dalam
signifikansi 0,025 lebih kecil dari taraf mengimplementasikan pembelajaran
signifikansi 0,05 (0,035 < 0,05). Dapat tematik terpadu, aktivitas critical thinking,
disimpulkan bahwa variabel aktivitas aktivitas creative thinking dengan hasil
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran belajar siswa. Hasil penelitian ini juga
tematik terpadu memiliki keterhubungan sesuai dengan teori awal penerapan
yang signifikan dengan hasil belajar siswa. kurikulum 2013 yaitu untuk meningkatkan
Variabel aktivitas berpikir kreatif siswa keterampilan 4C pada siswa terutama pada
dalam pembelajaran tematik terpadu kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif
mempunyai nilai t-hitung 1,847 lebih kecil serta memiliki keterampilan berpikir
Sariaman Sabri, Sapriati: Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pengembangan Berpikir Kritis & Berpikir Kreatif 10
Moma, L. (2016). Pengembangan
Instrumen Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Untuk Siswa
SMP. Delta-Pi: Jurnal Matematika
dan Pendidikan Matematika, 4(1).
Rofiah, E., Aminah, N. S., & Ekawati, E.
Y. (2013). Penyusunan Instrumen
Tes Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Fisika pada Siswa SMP.
Jurnal Pendidikan Fisika, 1(2).
Sani, R. A. (2019). Pembelajaran berbasis
HOTS (Higher Order Thinking
Skills). Tangerang: Tsmart.
Widana, I. W. (2017). Modul penyusunan
soal higher order thinking skill
(HOTS).
Yuliani, H., Mariati, M., Yulianti, R., &
Herianto, C. (2017). Keterampilan
Berpikir Kreatif pada Siswa Sekolah
Menengah di Palangka Raya
Menggunakan Pendekatan
Saintifik. Jurnal Pendidikan Fisika
dan Keilmuan (JPFK), 3(1), 48-56.
Zubaidah, S. (2016, December).
Keterampilan abad ke-21:
Keterampilan yang diajarkan
Melalui Pembelajaran. In Seminar
Nasional Pendidikan dengan tema
“Isu-isu Strategis Pembelajaran
MIPA Abad (Vol. 21, No. 10).