You are on page 1of 11

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar | p-ISSN 2085-1243 | e-ISSN 2579-5457

Vol. 13 No.2 Juli 2021 | Hal 124-133

PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU BERBASIS


PENGEMBANGAN BERPIKIR KRITIS DAN BERPIKIR
KREATIF PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

Sariaman1, Tahmid Sabri2, Amalia Sapriati3


1,2,3
Universitas Terbuka

Abstract: The purpose of this study is to describe the implementation of integrated


thematic learning based on the development of critical thinking and creative thinking, to
analyze student learning outcomes and evaluate the relationship between the
implementation of integrated thematic learning, critical thinking activities and creative
thinking activities on student learning outcomes. The research approach is a mixed
methods approach. The data collection instrument consisted of observation sheets on the
implementation of integrated thematic learning, students' critical thinking and creative
thinking activities, tests, interview guidelines and documentation studies. The results
showed that the teacher's ability in implementing integrated thematic learning scored 59
with the criteria of "Good Enough", students' critical thinking activities scored 62 with
the criteria of "Good", creative thinking activities scored 60 with the criteria of
"Enough", the results of the written test obtained the average value is 66 with the criteria
"Enough" and the evaluation results show that there is a significant relationship between
the ability of teachers to implement integrated thematic learning, critical thinking
activities, creative thinking activities on student learning outcomes.
Keyword: Integrated Thematic, Critical Thinking, and Creative Thinking

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan pelaksanaan pembelajaran


tematik terpadu berdasarkan pengembangan pemikiran kritis dan pemikiran kreatif, untuk
menganalisis hasil belajar siswa dan mengevaluasi hubungan antara pelaksanaan
pembelajaran tematik terpadu, kegiatan berpikir kritis dan kegiatan berpikir kreatif pada
hasil belajar siswa. Pendekatan penelitian adalah pendekatan metode campuran.
Instrumen pengumpulan data terdiri dari lembar pengamatan pelaksanaan pembelajaran
tematik terpadu, kegiatan berpikir kritis dan berpikir kreatif siswa, tes, pedoman
wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
guru dalam melaksanakan pembelajaran tematik terpadu memperoleh nilai 59 dengan
kriteria “Cukup Baik”, kegiatan berpikir kritis siswa memperoleh skor 62 dengan kriteria
“Baik”, kegiatan berpikir kreatif memperoleh nilai 60 dengan kriteria “Cukup”, hasil tes
tertulis memperoleh nilai rata-rata 66 dengan kriteria “Cukup” dan hasil evaluasi
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran tematik terpadu, kegiatan berpikir kritis, kegiatan berpikir
kreatif pada hasil belajar siswa. Kata Kunci: Tematik Terpadu, Berpikir Kritis, dan
Berpikir Kreatif.

1
Universitas Terbuka, Email: fluqman29@gmail.com
2
Universitas Tanjungpura, Email: tahmid_pgsd@yahoo.co.id
3
Universitas Terbuka, Email: lia@ecampus.ut.ac.id

1 EduHumaniora: Vol. 13 No. 2, Juli 2021


PENDAHULUAN menyimpulkan bahwa: pembelajaran
Memasuki abad ke-21 dunia
mengalami perubahan yang sangat cepat.
Perubahan terjadi di semua lini kehidupan
termasuk bidang pendidikan. US-based
Partnership for 21st Century Skills (P21)
mengidentifikasi kompetensi yang
diperlukan di abad ke-21 yaitu critical
thinking, communiaction, collaboration,
creativity. Revolusi pendidikan di
Indonesia salah satunya dilakukan dengan
pergantian kurikulum. Penerapan
kurikulum 2013 edisi revisi berlandaskan
pada Permendikbud Nomor 21 Tahun
2016. Perubahan mendasar pada
kurikulum 2013 di jenjang sekolah dasar
(SD) terletak pada penerapan model
pembelajaran tematik terpadu pada semua
tingkatan (kelas I sampai kelas VI).
Pembelajaran tematik terpadu merupakan
suatu jawaban mengenai tantangan akan
masa depan Indonesia karena model
pembelajaran ini menekankan pada proses
belajar yang memberikan siswa suatu
pengalaman yang berkaitan dengan
keahlian tertentu yang dimiliki siswa.
Keahlian tersebut meliputi kemampuan
berkomunikasi, kerja sama, berpikir kritis
dan berpikir kreatif.
Kenyataan di lapangan, belum
semua aspek 4C sudah diterapkan dalam
proses pembelajaran. Berdasarkan hasil
observasi terhadap lima sekolah di
Kecamatan Sayan, pada pertanyaan
tentang apakah pembelajaran di kelas
sudah menumbuhkan keterampilan
berkomunikasi 80% guru menjawab
sudah, pada pertanyaan apakah
pembelajaran di kelas sudah
menumbuhkan kemampuan kerja sama
60% guru menjawab sudah, pada
pertanyaan apakah pembelajaran di kelas
sudah menumbuhkan kemampuan berpikir
kritis 40% guru menjawab sudah dan
ketika ditanya apakah pembelajaran di
kelas sudah menumbuhkan kemampuan
berpikir kreatif hanya 20% guru menjawab
sudah.
Haryadi, dkk. (2017, hlm. 2) dalam
jurnal penelitian tentang pengaruh
penerapan pembelajaran tematik terpadu
terhadap kemampuan 4C siswa,
Sariaman Sabri, Sapriati: Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pengembangan Berpikir Kritis & Berpikir Kreatif 2
tematik terpadu berpengaruh positif
terhadap dua aspek keterampilan 4C yaitu
kemampuan

berkomunikasi (communication) dan


kemampuan kerja sama (colaboration).
Keterampilan tersebut terbentuk melalui
pendekatan ilmiah (scientific) yang
mereka lakukan selama proses
pembelajaran. Melalui langkah-langkah
ilmiah tersebut, siswa menjadi terbiasa
untuk berkomunikasi (communication)
dan kerja sama (colaboration). Aspek 4C
yang lain yaitu critical thinking dan
creative thinking masih belum memiliki
pengaruh yang signifikan.
Berdasarkan hasil observasi,
pendapat Haryadi, dkk. (2017) peneliti
menyimpulkan bahwa: penerapan
kurikulum 2013 dengan model
pembelajaran tematik terpadu terbukti
mampu meningkatkan kemampuan
berkomunikasi (communication), kerja
sama (colaboration), untuk kemampuan
critical thinking dan creative thinking
belum menunjukkan pengaruh yang
signifikan. Sementara itu untuk hasil
belajar siswa juga belum menunjukkan
peningkatan. Hal ini bertentangan dengan
pendapat As’ari (2016, hlm. 1) yang
mengatakan bahwa tujuan penerapan
pembelajaran tematik terpadu dengan
pendekatan scientific approach adalah
untuk mengembangkan sikap ilmiah dan
menumbuhkan keterampilan belajar abad
ke-21 yang mencakup semua aspek 4C
yaitu critical thinking, communication.
collaboration, creativity. Berdasarkan
adanya kesenjangan antara harapan yang
diinginkan dengan kenyataan yang
terjadi, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian di SD Kecamatan
Sayan yang merupakan salah satu
kecamatan yang berada di zona 3T
tentang “Pembelajaran tematik terpadu
berbasis pengembangan berpikir kritis
dan berpikir kreatif pada siswa kelas V
sekolah dasar”.

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
mixed methods, yaitu suatu langkah
3 EduHumaniora: Vol. 13 No. 2, Juli 2021
penelitian yang menggabungkan dua proses pembelajaran sebagai berikut: F
bentuk pendekatan dalam penelitian, yaitu (Focus) yaitu memfokuskan pertanyaan
kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini atau isu yang ada untuk membuat
dilakukan di SD Kecamatan Sayan, yaitu keputusan tentang apa yang diyakini. R
1) SD Negeri 01 Sayan, 2) SD Negeri 06 (Reason) untuk mengetahui alasan yang
Nanga Sasak, 3) SD Negeri 09 Nanga mendukung atau menolak putusan-putusan
Sayan, 4) SD Negeri 14 Kayu Baong, 5) yang dibuat berdasar situasi dan fakta yang
SD Negeri 16 Landau Siling. Sumber relevan. I (Inference) untuk membuat
informasi dalam penelitian ini adalah kesimpulan yang beralasan atau
siswa kelas V berjumlah 62 siswa, guru meyakinkan. Bagian penting dari langkah
kelas V berjumlah 5 orang dan Kepala penyimpulan ini adalah mengidentifikasi
Sekolah sebanyak 5 orang. Instrumen asumsi dan mencari pemecahan,
pengumpulan data yang digunakan berupa pertimbangan dari interpretasi terhadap
Lembar Observasi IPKG 2, Lembar situasi dan bukti. S (Situation) untuk
Observasi Aktivitas critical thinking, memahami situasi dan selalu menjaga
Lembar Aktivitas creative thinking, Soal situasi dalam berpikir untuk membantu
Tes dan Pedoman Wawancara Kepala memperjelas pertanyaan (dalam F) dan
Sekolah serta Guru Kelas V. Teknik analis mengetahui arti istilah-istilah kunci,
data yang digunakan merupakan bagian-bagian yang relevan sebagai
kombinasi antara teknik kualitatif dan pendukung. C (Clarity) untuk menjelaskan
kuantitatif. Data berupa angka- arti atau istilah-istilah yang digunakan. O
angka dianalisis menggunakan (Overview) untuk meninjau kembali dan
teknik kuantitatif kemudian disajikan meneliti secara menyeluruh keputusan
dalam bentuk kualitatif. Proses penyajian yang diambil.
data kualitatif menggunakan model Miles Pada proses pembelajaran tematik
dan Huberman (2014) yaitu pengumpulan terpadu, terlihat bahwa aspek aktivitas
data, penyajian data, reduksi data, dan focus, sebanyak 22 siswa berada pada
penarikan kesimpulan/verifikasi data. kriteria “Cukup” dan 40 siswa berada pada
kriteria “Baik”, pada saat pembelajaran
HASIL PENELITIAN DAN siswa fokus pada langkah-langkah
PEMBAHASAN kegiatan yang disajikan guru, saat
Bagian ini penulis mencoba untuk mengamati gambar yang ada di buku siswa
menyampaikan hasil penelitian yang dapat terlihat sangat tertarik dan bersemangat
dijabarkan melalui tabel di bawah ini. ketika menyampaikan kepada guru. Aspek
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Aktivitas Critical
reason, 26 siswa berada pada kriteria
Thinking Siswa
No Keterangan Frekuensi Persentase “Cukup” dan 36 sisa berada pada kriteria
1 Baik 35 56% “Baik”, secara umum memperoleh nilai
2 Cukup 27 44% rata-rata dengan kriteria “Baik”, dalam
proses pembelajaran siswa sudah berani
Berdasarkan tabel di atas, terlihat memberikan reaksi dengan menggali lebih
bahwa aktivitas yang mencerminkan dalam tentang gambar-gambar yang ada
kemampuan berpikir kritis pada siswa SD pada buku dan dibuktikan dengan mereka
Kecamatan Sayan berada pada kriteria mulai berani bertanya kepada guru jika ada
“Baik”. Cahyono (2017, hlm. 56) hal yang tidak jelas. Sementara itu, aspek
mengatakan bahwa indikator berpikir inferen, 28 siswa berada pada kriteria
kritis: Focus, Reason, Inference, Situation, “Cukup” dan 34 siswa berada pada kriteria
Clarity, and Overview yang dapat “Baik”, aktivitas menyimpulkan,
disingkat dengan istilah FRISCO. Senada menanya dan
dengan pendapat di atas Zubaidah, dkk. menyampaikan hasil temuan merupakan
(2018, hlm. 3) menjelaskan komponen aspek yang paling banyak muncul dalam
FRISCO dalam proses pembelajaran tematik terpadu.

Sariaman Sabri, Sapriati: Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pengembangan Berpikir Kritis & Berpikir Kreatif 4
Dalam proses pembelajaran terlihat bahwa keterampilan berpikir kritis. Keterampilan
siswa terlibat aktif dalam bertanya, berpikir kritis tidak muncul dengan
berdikusi dan menyampaikan pendapat. sendirinya tetapi harus dilatih secara terus-
Pada aspek situation, 29 siswa menerus. Latihan rutin yang dilakukan
berada pada kriteria “Cukup” dan 33 siswa siswa berdampak pada efisiensi dan
berada pada kriteria “Baik”, kegiatan otomatisasi keterampilan berpikir yang
pembelajaran terjadi dalam langkah- dimiliki siswa. Jika siswa terbiasa dengan
langkah yang sudah sesuai dengan tahapan pola berpikir kritis, diharapkan mereka
pembelajaran tematik terpadu, siswa dapat menyaring informasi dan
menyesuaikan informasi yang mereka meningkatkan pembentukan karakter
peroleh dengan situasi pembelajaran, dalam menghadapi era global.
contohnya saat waktu presentasi siswa Hasil observasi terhadap aktivitas
melakukan persentasi dengan tertib sesuai berpikir kritis pada saat pembelajaran
undian yang didapat, begitu juga ketika tematik terpadu menunjukkan bahwa
bertanya siswa bertanya sesuai dengan secara keseluruhan pelaksanaan
topik yang dibahas baik oleh guru maupun pembelajaran tematik terpadu di SD
oleh siswa yang lain. Pada aspek clarity Kecamatan Sayan belum sepenuhnya
terdapat 31 siswa dengan kriteria “Cukup” mengembangkan kemampuan berpikir
dan 31 siswa dengan kriteria “Baik”. kritis. Hal ini sesuai dengan hasil
Sedangkan pada aspek aktivitas siswa penelitian Sani (2019, hlm. 54) bahwa
menjelaskan istilah-istilah penting dari pembelajaran tematik terpadu salah satu
materi pembelajaran memperoleh nilai manfaatnya adalah mengembangkan
rata- rata pengamatan dengan kriteria keterampilan berpikir kritis pada siswa.
“Baik”. Separuh siswa sudah mampu
menjelaskan istilah-istilah yang ada Tabel 2. Distribusi Frekuensi Aktivitas Creative
dibuku. Siswa juga mampu memberikan Thinking Siswa
argumen yang logis dan bisa diterima oleh No Keterangan Frekuensi Persentase
rekan lain. Pada aspek yang terakhir dari 1 Baik 33 53%
aktivitas critical thinking pembelajaran 2 Cukup 29 47%
tematik adalah aspek overview. Aspek ini
terkait dengan kemampuan meneliti Zubaidah, dkk. (2018, hlm. 7)
kembali apa yang ingin disampaikan, mengatakan bahwa kemampuan berpikir
jawaban dan kesimpulan. Aspek overview kreatif merupakan keterampilan penting
memperoleh nilai rata-rata dengan kriteria bagi siswa karena memiliki hubungan
“Cukup”. Pada proses pembelajaran, siswa langsung dengan pengembangan konten
kurang mencerminkan aktivitas overview pengetahuan dan keterampilan. Berpikir
seperti melihat kembali dan memeriksa kreatif sebagai kemampuan untuk
dengan teliti hasil pendapat, jawaban dan merumuskan masalah, membuat dugaan,
kesimpulan yang akan disampaikan. menghasilkan ide-ide baru, dan
Haryadi, dkk. (2017, hlm. 9) mengomunikasikan hasil-hasil.
mengatakan bahwa salah satu amanat Berdasarkan hasil observasi terhadap
kurikulum 2013 melalui pembelajaran aktivitas pembelajaran tematik terpadu di
tematik terpadu mensyaratkan siswa harus peroleh skor aktivitas kemampuan kreatif
dapat mengembangkan keterampilan siswa dengan rincian sebagai berikut:
berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis aktivitas yang mencerminkan kemampuan
dapat diajarkan sejak mereka SD, tetapi creative thinking pada siswa kelas V SD di
harus mempertimbangkan tahap Kecamatan Sayan sebanyak 53% siswa
perkembangan anak. Salah satu caranya berada pada kriteria “Baik” sedangkan
dengan menggunakan pembelajaran 47% siswa masih berada pada kriteria
tematik yang diintegrasikan dengan “Cukup”. Yuliani (2017, hlm. 52)
mengatakan bahwa

5 EduHumaniora: Vol. 13 No. 2, Juli 2021


indikator kemampuan berpikir kreatif menunjukkan aneka ragam penggunaan
(creative thinking) berupa kefasihan yang tidak lazim dari suatu obyek, mampu
(fluency), fleksibilitas (fleksibility) dan memberi berbagai macam penafsiran
kebaruan (originality). Adapun rincian (interpretasi) terhadap sesuatu gambar,
sebaran kemampuan kreatif siswa cerita, dan masalah, mampu menerapkan
berdasarkan empat aspek tersebut sebagai suatu konsep atau asas dengan cara yang
berikut. berbeda-beda. Anak yang fleksibel dalam
Aspek kelancaran (fluency) berpikir kreatif juga akan cenderung
merupakan kemampuan mencetuskan memiliki posisi yang berbeda atau bahkan
banyak gagasan, jawaban, penyelesaian bertentangan dengan mayoritas
suatu masalah, atau pertanyaan yang kelompoknya ketika melakukan diskusi
diajukan dengan mudah. Berdasarkan hasil atau membahas suatu masalah bersama-
observasi, aktivitas kelancaran sama. Anak yang fleksibel dalam berpikir
mendapatkan skor dengan kriteria kreatif cenderung menggolongkan hal-hal
“Cukup”. Terlihat dalam proses menurut pembagian atau kategori yang
pembelajaran siswa mulai bisa berbeda dan mampu mengubah arah
memberikan jawaban, pendapat dan saran pemikiran secara spontan. Dalam proses
dengan menggunakan bahasa yang mudah pembelajaran, aktivitas tersebut sudah
dipahami. Selain itu, siswa juga sudah tergambarkan dalam berbagai aktivitas
berani mengajukan pertanyaan dan siswa sehingga memperoleh skor dengan
menyampaikan pendapat baik kepada guru kriteri “Baik”.
maupun kepada sesama siswa. Hasil Orisinal (originality) dalam berpikir
tersebut sesuai dengan pendapat Gunawan, kreatif merupakan kemampuan melahirkan
dkk. (2016, hlm. 5) mengatakan bahwa ungkapan baru yang unik, kemampuan
jika seorang anak yang lancar berpikir memikirkan cara yang tidak lazim untuk
kreatif diberi suatu pertanyaan dia akan mengungkapkan diri sendiri, dan
cenderung memberikan beberapa alternatif kemampuan membuat kombinasi-
jawaban. Ciri-ciri anak yang lancar kombinasi yang tidak lazim dari bagian-
berpikir kreatif adalah banyak bertanya, bagian atau unsur-unsur. Ciri-ciri anak
memiliki banyak alternatif jawaban, yang berpikir kreatif secara orisinal adalah
memiliki banyak gagasan/ide dalam selalu memikirkan masalah-masalah atau
menyikapi sesuatu, dalam berinteraksi hal-hal yang tidak pernah terpikirkan oleh
anak akan bekerja lebih banyak dan orang lain, selalu mempertentangkan cara-
melakukan lebih banyak hal dibandingkan cara yang lama dan berusaha memikirkan
dengan teman-temannya. Anak yang cara-cara yang baru. Anak yang orisinal
lancar berpikir kreatif juga cenderung dalam berpikir kreatif cenderung memilih
dapat mengidentifikasi kesalahan atau sesuatu yang asimetri dalam membuat
kekurangan pada suatu obyek dengan gambar dan desain suatu obyek, selalu
cepat. mencari pendekatan yang baru dari yang
Fleksibel (Flexibility) dalam berpikir stereotip, dan lebih menyenangi sesuatu
kreatif merupakan kemampuan yang bersifat sintesis daripada sekedar
menghasilkan banyak alternatif gagasan, menganalisis. Anak yang orisinalitas
pertanyaan dan jawaban yang bervariasi, dalam berpikir kreatif akan bekerja untuk
kemampuan melihat sesuatu dari sudut menemukan permasalahan yang baru
pandang yang berbeda, kemampuan setelah membaca atau mendengar gagasan.
mencari banyak alternatif/arah yang Unsur-unsur kemampuan berpikir kreatif
berbeda. Fleksibel dalam berpikir kreatif aspek orisinil merupakan aspek terlemah
memungkinkan seseorang mampu sehingga skor yang diperoleh berdasarkan
mengubah pendekatan atau cara pemikiran hasil observasi berada pada kriteria
dengan mudah. Ciri-ciri anak yang “Cukup”.
berpikir kreatif secara fleksibel adalah
mampu
Sariaman Sabri, Sapriati: Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pengembangan Berpikir Kritis & Berpikir Kreatif 6
Kerincian (elaboration) merupakan mengikuti tes tertulis, sebanyak 34 siswa
kemampuan memperkaya atau memperoleh nilai antara interval 55-69
mengembangkan suatu gagasan yang dengan sebuta kriteria “Cukup”,
dimiliki oleh diri sendiri maupun orang sedangkan 28 siswa memperoleh nilai
lain. Siswa yang dapat berpikir kreatif dalam interval 70-84 dengan kriteria
secara rinci akan mampu menambahkan “Baik”. Selanjutnya jika di analasis lebih
detail-detail tertentu dari suatu obyek, mendalam ternyata hanya 45% siswa kelas
gagasan, dan situasi sehingga lebih V SD di Kecamatan Sayan yang memiliki
menarik. Ciri-ciri anak yang dapat berpikir kemampuan berpikir kritis dengan kriteria
kreatif secara rinci adalah selalu mencari “Baik”, sedangkan sebanyak 55% siswa
arti yang lebih dalam terhadap jawaban masih berada pada kriteria kemampuan
pertanyaan yang diajukan, melakukan berpikir kritis “Cukup”. Husnah (2017,
pemecahan masalah dengan cara yang hlm. 7) menyimpulkan bahwa kemampuan
terperinci, mampu mengembangkan atau berpikir kritis pada siswa paling ideal
memperkaya gagasan orang lain, selalu adalah pada rentang kriteria Baik.
mau mencoba atau menguji detail-detail Berdasarkan tes hasil belajar tersebut dapat
suatu obyek untuk melihat arah-arah yang disimpulkan bahwa kemampuan berpikir
akan ditempuh, dan memiliki rasa kritis pada siswa kelas V SD Kecamatan
keindahan yang kuat sehingga tidak puas Sayan masih rendah karena belum berada
dengan penampilan kosong atau pada kriteria “Baik”.
sederhana. Ciri-ciri siswa yang mampu
berpikir kreatif berdasarkan aspek
kerincian belum begitu nampak pada
aktivitas pembelajaran sehingga mendapat 100
skor dengan kriteria “Cukup”. 80
60
Berdasarkan hasil observasi terhadap 40
67
33
aspek kemampuan berpikir kreatif pada 20 0 0 39 0
0 23
siswa kelas V SD Kecamatan Sayan, 0 0 0
peneliti menyimpulkan bahwa aktivitas 0-39 40-54 55-69 70-84 85-100
siswa yang menunjukkan kemampuan Gambar 2. Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif
berpikir kreatif belum tergambar dengan
baik dalam proses pembelajaran, dari
Menurut Moma (2016, hlm. 31)
empat aspek yang diamati hanya satu
pertanyaan yang mampu menstimulus
aspek yang memperoleh skor dengan
kemampuan berpikir kreatif adalah
kriteria “Baik”, sementara tiga aspek
pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk
lainnya hanya memperoleh kriteria
membuat suatu keputusan yang didasarkan
“Cukup”.
pada ide individu ataupun pada
pengalaman individu. Siswa harus
menganalisis situasi kemudian membuat
100 keputusan. Dalam penelitian ini, soal yang
80
60 digunakan selalu di awali dengan kalimat
40
20
55 45 pembuka atau kalimat pengantar kemudian
0 0 034 28 0 baru diajukan pertanyaan.
0 0
0-3940-5455-6970-8485-100
0
Berdasarkan hasil analisis data
Gambar 1. Distribusi Frekuensi Kemampuan didapat kemampuan berpikir kreatif siswa
Berpikir Kritis kelas V SD Kecamatan Sayan dengan
rincian: dari 62 siswa yang mengikuti tes
Berdasarkana gambar I di atas tertulis, sebanyak 39 siswa memperoleh
kemampuan berpikir kritis siswa kelas V nilai antara interval 55-69 dengan sebutan
SD Kecamatan Sayan dengan rincian kriteria “Cukup”, sedangkan 23 siswa
sebagai berikut: dari 62 siswa yang memperoleh nilai dalam interval 70-84

7 EduHumaniora: Vol. 13 No. 2, Juli 2021


dengan kriteria “Baik”. Selanjutnya, jika
dianalasis lebih mendalam, ternyata hanya
33% siswa kelas V SD di Kecamatan
Sayan yang memiliki kemampuan berpikir 100
kreatif dengan kriteria “Baik”, sedangkan 80
60 76
sebanyak 67% siswa masih berada pada
24
kriteria kemampuan berpikir kreatif 40
48 0 0
20
“Cukup”. Berdasarkan hasil tersebut, 0
14
00
apabila dihubungkan dengan perolehan 0-69
70-7980-8990-100

skor kemampuan siswa berdasarkan hasil Gambar 2. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
tes, dapat disimpulkan kemampuan siswa
kelas V SD Kecamatan Sayan berada pada
kriteria “Cukup Kreatif”. Rofiah (2013, hlm. 12-15) dalam
Widana (2017, hlm. 3-4) jurnalnya mengatakan bahwa salah
mengatakan bahwa salah satu keunggulan indikator siswa sudah memiliki
soal High Order Thinking adalah kemampuan berpikir kritis dan kreatif
kemampuan dalam mengukur adalah mampu mengerjakan soal High
keterampilan bepikir kritis (critical Order Thinking (HOTS) dengan kriteria
thinking) dan keterampilan berpikir kreatif baik. Hasil tes ini mencerminkan bahwa
(creative thinking). Adapun Ikhsan dkk. sebenarnya siswa belum terbiasa
(2019, hlm. 9-10) mengatakan bahwa mengerjakan soal yang berhubungan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif dengan kegiatan berpikir terutama dalam
merupakan dua hal yang saling keterkaitan hal menganalisis, mengkreasi ide dan
sehingga dalam mengukur kemampuan menyimpulkan.
tersebut dapat menggunakan soal tes jenis Setelah mengamati kemampuan guru
High Order Thinking (HOTS). dalam mengimplementasikan pembelajaran
Beradasarkan pendapat tersebut, tematik terpadu, aktivitas berikir kritis dan
kemampuan berpikir kritis maupun aktivitas berpikir kreatif serta memperoleh
kemampuan berpikir kreatif pada peelitian hasil belajar siswa melalui soal tes. Tahap
ini tidak diukur mengunakan soal tes terakhir dalam penelitian ini ialah mencari
secara khusus dan terpisah. Peneliti keterhubungan antara kemampuan guru
menggabungkan kedua tingkat berpikir dalam implementasi pembelajaran tematik
kritis dan kreatif ini karena saling terpadu, aktivitas critical thinking,
berhubungan antara satu dan yang lain. aktivitas creative thinking dengan hasil
Kriteria Ketuntasan Minimal yang belajar siswa. Untuk mencari
digunakan yaitu 70 dengan interval 0-69 keterhubungan tersebut, menggunakan
(D), 70-79 (C), 80-89 (B) dan 90-100 (A). SPSS 24. Berdasarkan hasil pengolahan
Deskripsi hasil belajar siswa setelah data dapat disimpulkan bahwa secara
mengikuti pembelajaran tematik terpadu simultan kemampuan guru dalam
berbasis pengembangan kemampuan implementasi pembelajaran tematik
critical thinking dan creative thinking terpadu, aktivitas critical thinking,
sebagai berikut: aktivitas creative thinking memiliki
keterhubungan signifikan dengan hasil
belajar siswa. Dari persamaan regresi,
diketahui bahwa nilai konstanta sebesar -
19,555. Angka tersebut menunjukkan
bahwa apabila variabel kemampuan guru
mengimplementasikan tematik terpadu,
aktivitas berpikir kritis siswa dan aktivitas
berpikir kreatif siswa jika nilainya 0 hasil
belajar siswa memiliki tingkat kinerja
sebesar -19,555. Nilai koefisien
Sariaman Sabri, Sapriati: Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pengembangan Berpikir Kritis & Berpikir Kreatif 8
kemampuan guru mengimplementasikan dari t-tabel 2,015 dan diperoleh nilai
pembelajaran tematik terpadu sebesar signifikansi 0,316 lebih besar dari taraf
0,959 dengan nilai positif. Hal ini berarti signifikansi 0,05 (0,316 > 0,05). Dengan
bahwa setiap peningkatan koefisien demikian, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan guru mengimplementasikan variabel aktivitas berpikir kreatif siswa
pembelajaran tematik terpadu sebesar 1 dalam pembelajaran tematik terpadu tidak
kali maka hasil belajar siswa akan mmemiliki keterhubungan yang signifikan
meningkat sebesar 0,959 dengan asumsi dengan hasil belajar siswa.
variabel yang lain konstan. Nilai koefisien Sementara itu, variabel independen
aktivitas berpikir kritis siswa dalam yang paling erat keterhubungannya dengan
pembelajaran tematik sebesar 0,393 hasil belajar siswa yakni variabel
dengan nilai positif. Hal ini berarti bahwa kemampuan guru dalam
setiap peningkatan koefisien aktivitas mengimplementasikan pembelajaran
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran tematik terpadu dengan nilai Standardized
tematik sebesar 1 kali maka hasil belajar Coefficients Beta 1,032. Sementara itu,
siswa akan meningkat sebesar 0,393 variabel independen yang tingkat
dengan asumsi variabel yang lain konstan. keterhubungannya lemah dengan hasil
Nilai koefisien aktivitas berpikir kreatif belajar siswa adalah aktivitas creative
siswa dalam pembelajaran tematik sebesar thinking siswa dalam pembelajaran tematik
0,076 dengan nilai positif. Hal ini berarti terpadu.
bahwa setiap peningkatan koefisien Dari hasil uji koefisien determinasi,
aktivitas berpikir kreatif siswa dalam diperoleh nilai adjusted R Square sebesar
pembelajaran tematik sebesar 1 kali maka 0,995 atau 99,5%. Hal ini menunjukkan
hasil belajar siswa akan meningkat sebesar bahwa hasil belajar siswa dijelaskan
0,076 dengan asumsi variabel yang lain sebesar 99,5% oleh variabel independen
konstan. yaitu kemampuan guru dalam
Berdasarkan hasil uji t diketahui mengimplementasikan pembelajaran
bahwa variabel kemampuan guru tematik terpadu, aktivitas berpikir kritis
mengimplementasikan pembelajaran siswa dan aktivitas berpikir kreatif siswa.
tematik terpadu mempunyai nilai t hitung Sedangkan 0,50% variasi hasil belajar
24,982 lebih besar dari t-tabel 2,015 dan dijelaskan oleh variabel di luar variabel
diperoleh nilai signifikansi 0,035 lebih independen penelitian ini.
kecil dari taraf signifikansi 0,05 (0,025 < Adanya hubungan yang signifikan
0,05). Dengan demikian, dapat antara kemampuan guru dalam
disimpulkan bahwa variabel kemampuan implementasi pembelajaran tematik
guru mengimplementasikan pembelajaran terpadu, aktivitas critical thinking,
tematik terpadu memiliki keterhubungan aktivitas creative thinking dengan hasil
yang signifikan dengan hasil belajar siswa. belajar siswa sesuai dengan peneilitian
Variabel aktivitas berpikir kritis siswa yang dilakukan oleh Gunawan, dkk. (2016,
dalam pembelajaran tematik terpadu hlm. 37) menyimpulkan bahwa terdapat
mempunyai nilai thitung 17,955 lebih hubungan yang signifikan antara
besar dari t-tabel 2,015 dan diperoleh nilai kemampuan guru dalam
signifikansi 0,025 lebih kecil dari taraf mengimplementasikan pembelajaran
signifikansi 0,05 (0,035 < 0,05). Dapat tematik terpadu, aktivitas critical thinking,
disimpulkan bahwa variabel aktivitas aktivitas creative thinking dengan hasil
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran belajar siswa. Hasil penelitian ini juga
tematik terpadu memiliki keterhubungan sesuai dengan teori awal penerapan
yang signifikan dengan hasil belajar siswa. kurikulum 2013 yaitu untuk meningkatkan
Variabel aktivitas berpikir kreatif siswa keterampilan 4C pada siswa terutama pada
dalam pembelajaran tematik terpadu kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif
mempunyai nilai t-hitung 1,847 lebih kecil serta memiliki keterampilan berpikir

9 EduHumaniora: Vol. 13 No. 2, Juli 2021


tingkat tinggi dengan mampu mengerjakan DAFTAR PUSTAKA
soal jenis high order thinking (HOTS) As'ari, A. R., Mahmudi, A., & Nuerlaelah,
dengan kriteria baik. Hasil penelitian ini E. (2017). Our Prospective
membuktikan bahwa kemampuan guru Mathematic Teachers Are Not
dalam mengimplementasikan pembelajaran Critical Thinkers Yet. Journal on
tematik terpadu memiliki hubungan yang Mathematics Education, 8(2), 145-
paling kuat dengan hasil belajar siswa, 156.
artinya semakin baik guru dalam Cahyono, B. (2017). Analisis Ketrampilan
mengimplementasikan pembelajaran Berfikir Kritis dalam Memecahkan
tematik terpadu maka hasil belajar siswa Masalah Ditinjau Perbedaan
akan juga akan meningkat. Gender. Aksioma: Jurnal
Matematika dan Pendidikan
KESIMPULAN Matematika, 8 (1),
Berdasarkan temuan penelitian dan 50-64.
pembahasan, di dalam penelitian ini Gunawan, I., Suraya, S. N., & Tryanasari,
trdapat beberapa simpul. D. (2016). Hubungan Kemampuan
Pelaksanaan pembelajaran Berpikir Kreatif dan Kritis dengan
tematik terpadu pada siswa SD kelas V di Prestasi Belajar Mahasiswa pada
Kecamatan Sayan telah memenuhi kriteria Matakuliah Konsep Sains II Prodi
cukup baik. Hal ini ditunjukkan dengan PGSD IKIP PGRI
hasil observasi pelaksanaan pembelajaran MADIUN. Premiere Educandum:
tematik terpadu yang mendapatkan kriteria Jurnal Pendidikan Dasar dan
“Cukup”. Pembelajaran tematik terpadu Pembelajaran, 4(01).
yang diterapkan pada siswa kelas V SD Haryadi, S., Djatmika, E. T., & Setyosari,
Kecamatan Sayan sudah mencerminkan P. (2017). Pembelajaran Tematik
pengembangan kemampuan berpikir kritis dalam Menumbuhkan Sikap Ilmiah
(critical thinking) dan berpikir kreatif dan Keterampilan Berpikir Kritis
(creative thinking). Hal ini dibuktikan Siswa SD. In Prosiding Seminar
dengan hasil pengamatan sebanyak 52% Nasional Mahasiswa Kerjasama
siswa kelas V sudah menunjukkan adanya Direktorat Jenderal Guru dan
aktivitas berpikir kritis dengan kriteria Tenaga Kependidikan Kemendikbud
“Baik” dan 48% siswa kelas V 2016.
menunjukkan aktivitas berpikir kritis Husnah, M. (2017). Hubungan tingkat
dengan kriteria “Cukup”. Adapun berpikir kritis terhadap hasil belajar
kemampuan bepikir kreatif (cretive fisika siswa dengan menerapkan
thinking) sebanyak 53% siswa berada pada model pembelajaran problem based
kriteria “Baik” dan 47% siswa berada pada learning. PASCAL (Journal of
kriteria “Cukup”. Hasil tes tertulis Physics and Science Learning), 1(2),
menggunakan soal High Order Thinking 10-17.
(HOTS) dari 62 siswa mengikuti tes Ikhsan, A. & Auliya, A. (2019). High
sebanyak 28 siswa berada pada kriteria Order Thinking skill (HOTS)
kemampuan “Baik”, dan 34 siswa berada Analisis Kemampuan Siswa
pada kriteria “Cukup”. Terdapat Menyelesaikan Soal Ujian Nasional
keterhubungan yang signifikan antara HOTS Mata Pelajran Fisika SMA 10
kemampuan guru dalam implementasi Kota Bengkulu. Gravitasi: Jurnal
pembelajaran tematik terpadu, aktivitas Pendidikan Fisika dan Sains, 2 (02),
berpikir kritis dan aktivitas berpikir kreatif 34-41.
dengan hasil belajar siswa. Miles, H., & Huberman, A. M. Saldana.
(2014). Qualitative data analysis: A
methods sourcebook, 3.

Sariaman Sabri, Sapriati: Pembelajaran Tematik Terpadu Berbasis Pengembangan Berpikir Kritis & Berpikir Kreatif 10
Moma, L. (2016). Pengembangan
Instrumen Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Untuk Siswa
SMP. Delta-Pi: Jurnal Matematika
dan Pendidikan Matematika, 4(1).
Rofiah, E., Aminah, N. S., & Ekawati, E.
Y. (2013). Penyusunan Instrumen
Tes Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Fisika pada Siswa SMP.
Jurnal Pendidikan Fisika, 1(2).
Sani, R. A. (2019). Pembelajaran berbasis
HOTS (Higher Order Thinking
Skills). Tangerang: Tsmart.
Widana, I. W. (2017). Modul penyusunan
soal higher order thinking skill
(HOTS).
Yuliani, H., Mariati, M., Yulianti, R., &
Herianto, C. (2017). Keterampilan
Berpikir Kreatif pada Siswa Sekolah
Menengah di Palangka Raya
Menggunakan Pendekatan
Saintifik. Jurnal Pendidikan Fisika
dan Keilmuan (JPFK), 3(1), 48-56.
Zubaidah, S. (2016, December).
Keterampilan abad ke-21:
Keterampilan yang diajarkan
Melalui Pembelajaran. In Seminar
Nasional Pendidikan dengan tema
“Isu-isu Strategis Pembelajaran
MIPA Abad (Vol. 21, No. 10).

11 EduHumaniora: Vol. 13 No. 2, Juli

You might also like