You are on page 1of 11

JPD: Jurnal Pendidikan Dasar DOI: doi.org/10.21009/JPD.012.

02
P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

IDENTIFIKASI KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA


PEMBELAJARAN IPA DI SDN GUGUS 1 KECAMATAN DUREN
SAWIT

Ida Tri Wahyuni


Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Email: Idatriwahyuni35@gmail.com

Prima Mutia Sari


Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Email: primamutiasari@uhamka.ac.id

Kowiyah
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA
Email: Kowiyah_agil@uhamka.ac.id

Abstrack: This study aims to determine the identification of students’ critical thinking skills in
science learning at SDN Gugus 1 Duren Sawit District. This study used a quantitative descriptive
research method using survey method. The research population was SDN Gugus 1 Duren Sawit
District and the sample was SDN Duren Sawit 02, 10 and 14 Pagi. The sampling technique was
cluster random sampling. The data was collected by using critical thinking skills tests, interviews and
documentation. The results showed that the average of critical thinking skills in SDN Gugus 1
students Duren Sawit District was 35,14 in the moderate category. The average score of critical
thinking in SDN Duren Sawit 02 Pagi was 39,74 in the moderate category, SDN Duren Sawit 10 Pagi
was 34,91 in the low category, and SDN Duren Sawit 14 Pagi was 30,78 in the low category. The
highest furthemore indicator of critical thinking in SDN Gugus 1 Duren Sawit District, namely SDN
Duren Sawit 02 Pagi the average score was 39, 74 in the moderate category, SDN Duren Sawit 10
Pagi got an average score of 34,91 with the low category and SDN Duren Sawit 14 Pagi have an
average value of 30,78 in the low category, while the results of the study on the average of each
indicator show that the highest indicator in SDN Gugus 1 Duren Sawit District on the indicator
provides further explanation with an average score 38 and the lowest indicator in SDN Gugus 1 Duren
Sawit District on indicators og managing strategies and tactics with an average score of 31.

Keyword: critical thinking skills, science learning

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui identifikasi keterampilan berpikir kritis siswa
pada pembelajaran IPA di SDN Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit. Penelitian ini menggunakan
metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan metode survei. Populasi penelitian ini
siswa-siswi SDN Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit dan sampelnya adalah SDN Duren Sawit 02, 10
dan 14 Pagi. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah cluster random sampling. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes keterampilan berpikir kritis, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata keterampilan berpikir kritis di SDN
Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit yaitu 35,14 dengan kategori sedang. SDN Duren Sawit 02 Pagi
didapatkan nilai rata-rata 39,74 dengan kategori sedang, SDN Duren Sawit 10 Pagi didapatkan nilai
rata-rata 34,91 dengan kategori rendah dan SDN Duren Sawit 14 Pagi didapatkan nilai rata-rata 30,78
dengan kategori rendah. Hasil penelitian terhadap rata-rata tiap indikator menunjukkan bahwa
indikator tertinggi di SDN Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit pada indikator memberikan penjelasan
lebih lanjut dengan skor rata-rata 38 dan indikator terendah di SDN Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit
pada indikator mengatur strategi dan taktik dengan skor rata-rata 31.

Kata kunci: Keterampilan berpikir kritis, pembelajaran IPA

12
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

PENDAHULUAN sangat penting yang harus di miliki siswa


Pembelajaran abad 21 mengalami pada abad 21 dan mampu mempengaruhi
perubahan proses pembelajaran yaitu dari hasil belajar setiap siswa. Berpikir kritis
pola mengajar menjadi pola belajar, merupakan Berpikir kritis adalah proses
dimana pembelajaran yang digunakan terstruktur yang memungkinkan siswa
sebelumnya menggunakan model untuk mengevaluasi masalah menurut
pembelajaran yang berpusat pada guru pendapat siswa itu sendiri, karena siswa
menjadi berpusat pada siswa, dalam hal ini dapat mengevaluasi suatu masalah
menjadikan guru bukan sebagai sumber berdasarkan pengalaman yang siswa
belajar namun sebagai fasilitator. Sekolah lakukan secara nyata (Safrina, Riswandi,
formal, pembelajaran sudah dituntut untuk & Sugiman, 2018).
menerapkan keterampilan 4C yaitu Berpikir kritis erat kaitannya
Critical Thinking (Keterampilan berpikir dengan pembelajaran IPA, karena
kritis), Communiaction (Komunikasi), pembelajaran IPA menuntut kerja ilmiah,
Collaboration (Kolaborasi), Creativity banyak percobaan disetiap pembelajaran,
(Kreativitas) (Sugiyarti & Arif, 2018). dan berhubungan juga dengan kehidupan
Keterampilan merupakan suatu sehari-hari. Pembelajaran IPA juga
keahlian seseorang dalam menyelesaikan merupakan suatu pengetahuan yang
tugas dengan cara melakukan latihan terus memiliki keterampilan menganalisis atau
menerus untuk mendapatkan pengalaman observasi untuk mempelajari alam semesta
dan keterampilan yang lebih baik (Erka, yang dapat terlihat dan tidak terlihat
2015). Keterampilan berpikir kritis adalah melalui metode ilmiah, dengan begitu
kemampuan siswa dalam menganalisis siswa dapat aktif dan kreatif dalam proses
suatu argumen, membuat kesimpulan belajar mengajar berlangsung (Mahpudin,
melalui penalaran siswa yang dimiliki, 2018). Pembelajaran IPA hendaknya
menilai dan mengevaluasi suatu masalah, ditekankan pada keterampilan berpikir
dan siswa mampu membuat keputusan dan kritis agar siswa dapat mempraktikan dan
mampu memecahkan suatu masalah yang menstransfer pemahamannya.
ada (Wahyuni, 2018). Berdasarkan hasil studi
Keterampilan berpikir kritis pendahuluan disalah satu SDN Gugus 1
seharusnya sering dilakukan di sekolah Kecamatan Duren Sawit dapat diketahui
melalui pembelajaran-pembelajaran yang bahwa belum ada data tentang
sudah ada khususnya pembelajaran IPA, keterampilan berpikir kritis siswa di SDN
karena keterampilan berpikir kritis siswa Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit. Hal ini

13
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

penting diketahui agar guru mengetahui Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi
hasil dari keterampilan berpikir kritis pada SDN Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit
proses pembelajaran IPA, dengan begitu yang berjumlah 589. Teknik pengambilan
guru pun dapat terus menerus mengasah sampel yang digunakan pada penelitian ini
keterampilan berpikir kritis siswa di kelas. adalah cluster random sampling dengan
Mengasah keterampilan berpikir jumlah siswa-siswi 314 diantaranya di
kritis dapat memutuskan apa yang siswa SDN Duren Sawit 02, 10, dan 14 Pagi
ingin temukan dengan sendirinya, dapat Tahun Ajaran 2019-2020. Teknik
membantu siswa dalam kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan
menganalisis suatu masalah dan mencari menggunakan tes keterampilan berpikir
solusi untuk memecahkan suatu kritis yang menggunakan soal essay
permasalahan sehingga dapat membuat dengan jumlah soal 10 diberikan kepada
keputusan yang tepat. Siswa dikatakan siswa menggunakan tautan link google
sudah memiliki keterampilan berpikir from dengan bantuan oleh guru dan untuk
kritis, jika siswa sudah mampu menentukan skor keterampilan berpikir
menganalisis, menemukan suatu masalah kritis sebagai berikut:
yang sedang dihadapi, dan mampu 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
memecahkan jawaban melalui
pengumpulan informasi untuk pemecahan Menghitung nilai tiap indikator dengan
masalah sehingga dapat mengambil rumus:

kesimpulan yang tepat dan berguna. 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙


𝑖𝑛𝑑𝑖𝑘𝑎𝑡𝑜𝑟 = 𝑥 100
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑎𝑝 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
Berpikir kritis salah satu point yang sangat
penting bagi pelajaran agar bermakna Tabel 1. Pedoman Konversi Rata-rata Skor
dan Kualifikasi Keterampilan Berpikir
sehingga pengalaman belajar beserta ilmu Kritis Ideal Skala Lima
yang dipelajarinya bisa melekat pada diri
Rentang Skor Kategori
siswa sesuai dengan kehidupan sehari-hari
55 - 75 Sangat tinggi
siswa. 45 – 55 Tinggi
35 – 45 Sedang
METODE 15 – 35 Rendah
Jenis penelitian yang digunakan 0 – 15 Sangat rendah
(Wijayanti, Pudjawan, & Margunayasa,
adalah penelitian deskriptif kuantitatif 2015).
dengan menggunakan metode survei yang
Selanjutnya wawancara guru kelas
mengungkapkan masalah-masalah yang
sebanyak 12 guru sesuai indikator yang
sesuai dengan keadaanya sebenarnya.
telah dibuat dengan bertatap langsung

14
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

maupun via chat whatsaap dan Sawit 14 Pagi memperoleh hasil mean
dokumentasi, teknik yang dilakukan sesuai 30,78 dengan kategori rendah.
dengan protokol kesehatan selama
Indikator Keterampilan Berpikir Kritis.
pendemi covid19.
Hasil perhitungan rata-rata skor
HASIL PENELITIAN keterampilan berpikir kritis siswa SDN
Skor Rata-rata Keterampilan Berpikir Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit pada tiap
Kritis. indikator dapat dilihat pada diagram di
Keterampilan berpikir kritis yang bawah ini.
diukur dalam penelitian ini terdiri dari lima
indikator keterampilan berpikir kritis yaitu Gambar 1. Rata-Rata Skor Tiap
memberikan penjelasan sederhana, Indikator Keterampilan Berpikir
Kritis
membangun keterampilan dasar,
melakukan inferensi, memberikan
penjelasan lebih lanjut dan mengatur
strategi dan taktik. Berdasarkan hasil
penelitian diperoleh 10 soal keterampilan
berpikir kritis yang berbentuk essay yang
mencangkup indikator dan sub indikator
keterampilan berpikir kritis. Perhitungan
mean, median, modus, dan simpangan
baku tiap sekolah dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2. Nilai Rata-rata SDN Gugus 1
Kecamatan Duren Sawit
Nama
Mean Me Mo SB
Sekolah
02 39,74 37,82 36,78 230,591
10 34,91 34,3 31,3 9,852
14 30,78 30,30 29,26 32,088
Berdasarkan tabel diatas terlihat di
lampiran bahwa siswa SDN Duren Sawit
02 Pagi memperoleh hasil mean 39,74
dengan kategori sedang, SDN Duren Sawit
10 Pagi memperoleh hasil mean 34,91
dengan kategori rendah dan SDN Duren

15
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

Tabel 3. Hasil Keterampilan analisis tiap indikator keterampilan


Berikir Kritis Siswa
berpikir kritis pada pembelajaran IPA
Indikator Rata- Rata-rata
Sub Indikator Keterampilan Berpikir
Keterampilan
Kritis
Nama Sekolah Skor rata tiap Kategori siswa di SDN Gugus 1 Kecamatan Duren
Berpikir Kritis Skor Indikator
SDN Duren Sawit 02 Pagi 27
Memfokuskan Masalah SDN Duren Sawit 10 Pagi 25 25 Sawit:
SDN Duren Sawit 14 Pagi 23
Memberikan
SDN Duren Sawit 02 Pagi 39
penjelasan sederhana
Menganalisis Argumen SDN Duren Sawitt 10 Pagi 38 37 33 Rendah
(elementary
clarification)
SDN Duren Sawit 14 Pagi 35 Memberikan Penjelasan Sederhana.
SDN Duren Sawit 02 Pagi 42
Bertanya dan menjawab pertanyaan
SDN Duren Sawit 10 Pagi 36 37
klarifikasi atau pertanyaan yang menantang
SDN Duren Sawit 14 Pagi 32
Mempertimbangkan kredibilitas suatu
SDN Duren Sawit 02 Pagi 44
SDN Duren Sawit 10 Pagi 40 39
Pada Indikator memberikan penjelasan
Membangun sumber
SDN Duren Sawit 14 Pagi 33
keterampilan dasar
(basic support) Mengobservasi dan mempertimbangkan hasil
SDN Duren Sawit 02 Pagi 29
35 Rendah
sederhana terdapat sub indikator
SDN Duren Sawit 10 Pagi 34 31
observasi
SDN Duren Sawit 14 Pagi 29
Membuat dedukasi dan mempertimbangkan SDN Duren Sawit 02 Pagi 33 memfokuskan masalah, menganalisis
hasil dedukasi atau membuat induksi dan SDN Duren Sawit 10 Pagi 27 28
Melakukan inferensi mempertimbangkan hasil induksi SDN Duren Sawit 14 Pagi 24
(inference) SDN Duren Sawit 02 Pagi 46
34 Rendah argumen dan bertanya dan menjawab
Membuat keputusan dan mempertimbangkan
SDN Duren Sawit 10 Pagi 37 40
hasilnya
SDN Duren Sawit 14 Pagi 36
SDN Duren Sawit 02 Pagi 57
klarifikasi atau pertanyaan yang
Mendefinisikan istilah dan
Memberikan SDN Duren Sawit 10 Pagi 53 52
mempertimbangkan definisi
penjelasan lebih
lanjut (advance
SDN Duren Sawit 14 Pagi 46
SDN Duren Sawit 02 Pagi 24
39 Sedang menantang. Pada sub indikator
claridication) Mengidentifikasi asumsi SDN Duren Sawit 10 Pagi 25 24
SDN Duren Sawit 14 Pagi 24 memfokuskan masalah didapatkan rata-
Mengatur strategi SDN Duren Sawit 02 Pagi 34
Merumuskan dan memutuskan suatu
dan taktik (strategy SDN Duren Sawit 10 Pagi 31 31 31 Rendah
and tactis)
tindakan
SDN Duren Sawit 14 Pagi 29 rata skor sebesar 25 dengan kategori
rendah, hal ini berarti siswa belum tepat

Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 1 untuk memecahkan masalah dalam

di atas terlihat pada indikator memberikan memahami pertanyaan atau informasi yang

penjelasan sederhana (elementary telah disajikan sesuai permasalahan yang

clarification) mendapatkan skor tertinggi terjadi. Berdasarkan hasil wawancara

dengan rata-rata skor 38, namun hal ini terhadap guru masih banyak siswa yang

termasuk dalam kategori sedang. belum memahami permasalahan yang

Berdasarkan tabel 4.2 dan gambar 4.1 di terjadi dan beberapa guru masih

atas terlihat pada indikator mengatur menggunakan soal keterampilan berpikir

strategi dan taktik (strategy and tactis) kritis dengan pertanyaan secara lisan

mendapatkan skor paling terendah dengan dibandingkan soal tulisan. (Azizah,

rata-rata skor 31, hal ini termasuk dalam Sulianto, & Cintang, 2018) menyatakan

kategori rendah. bahwa dalam indikator memfokuskan


masalah siswa diharapkan mampu
PEMBAHASAN
menentukan permasalahan dengan cara
Hasil penelitian yang didapatkan
mengidentifikasi dan menganalisis
atau dikumpulkan data dari wawancara
permasalahan yang terjadi pada soal.
dan tes essay disetiap sekolah negeri yang
Selanjutnya pada sub indikator
ada di daerah Kecamatan Duren Sawit
menganalisis argumen didapatkan rata-rata
Gugus 1 peneliti dapat menyajikan hasil
skor 37 dengan kategori sedang, siswa

16
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

dituntut untuk memahami bacaan dengan mengobservasi dan mempertimbangkan


kritis sehingga setelah kegiatan membaca hasil observasi. Pada sub indikator
soal selesai siswa mampu menangkap mempertimbangkan kredibilitas suatu
beberapa pokok pikiran bacaan pada sumber didapatkan rata-rata skor 39
pembelajaran IPA. Oleh karena itu, terlihat dengan kategori sedang, hal ini
dari wawancara dengan guru didapatkan dikarenakan siswa dapat menemukan dan
dari beberapa siswa yang masih kesulitan dapat menentukan bukti untuk sebuah
dalam menganalisis soal yang telah pernyataan dalam suatu sumber untuk
diberikan. menyusun sebuah informasi yang akurat
Kemudian pada sub indikator bertanya dalam teori. Dari hasil wawancara dengan
dan menjawab pertanyaan klasifikasi atau guru didapatkan bahwa pembelajaran di
pertanyaan yang menantang didapatkan kelas tidak hanya dengan memberikan
rata-rata skor 37 dengan kategori sedang. teori saja tapi harus melakukan praktek
Hal ini berarti siswa dapat berpikir kritis juga agar melatih siswa untuk berpikir
dalam memberikan penjelasan secara kritis. Siswa yang berpikir kritis akan
sederhana dan siswa cukup jelas dapat menyimpulkan dan memecahkan
mengungkapkan pertanyaan yang sesuai suatu masalah yang siswa dapat sesuai
dengan masalah. Berdasarkan hasil dengan sumber-sumber informasi yang
wawancara terhadap guru, bahwa benar untuk jawaban siswa (Adinda,
pembelajaran IPA sering dikaitkan dengan 2016).
kehidupan sehari-hari siswa. Adanya Selanjutnya pada sub indikator
stimulus atau pengarahan dari guru untuk mengobservasi dan mempertimbangkan
menjawab pertanyaan yang menantang dan hasil observasi didapatkan rata-rata skor
diadakannya kerja kelompok dapat 31 dengan kategori rendah, dikarenakan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa belum mampu melakukan observasi
pada siswa di sekolah dasar (Inggriyani & untuk menemukan jawaban yang relevan
Fazriyah, 2017). atau nyata dari pengalaman siswa melalui
percobaan langsung. Selain itu,
Membangun Keterampilan Dasar (basic
berdasarkan hasil wawancara dengan guru
support).
terlihat bahwa siswa diminta membawa
Pada indikator membangun bahan-bahan untuk keperluan praktikum,
keterampilan dasar (basic support) namun untuk bahan-bahan yang diperlukan
terdapat sub indikator mempertimbangkan tidak menyulitkan untuk siswa. Kegiatan
kredibilitas suatu sumber dan proses belajar mengajar sebaiknya dapat

17
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

dilakukan di labotarium atau percobaan merancang pembelajaran yang


langsung di dalam kelas dengan membawa mengembangkan keterampilan berpikir
alat dan bahan sesuai materi maupun kritis agar dapat meningkatkan rasa ingin
memberikan pengalaman langsung bagi tahu siswa dan dapat menggali
siswa untuk mengembangkan keterampilan pengetahuan siswa ketika pembelajaran
berpikir kritis (Alimah, 2014). akan dimulai. Siswa disajikan pertanyaan
yang mengacu pada peristiwa-peristiwa
Melakukan Inferensi (inference).
yang sering terjadi.
Pada Indikator melakukan inferensi
Selanjutnya pada sub indikator
(inference) terdapat sub indikator membuat
membuat keputusan dan
dedukasi dan mempertimbangkan hasil
mempertimbangkan hasilnya didapatkan
dedukasi atau membuat induksi dan
dengan rata-rata skor 40 dengan kategori
mempertimbangkan hasil induksi dan
sedang, dikarenakan siswa mampu
membuat keputusan dan
memahami dalam membuat keputusan
mempertimbangkan hasilnya. Pada sub
terhadap permasalahan pada soal serta
indikator membuat dedukasi dan
dapat mempertimbangkan hasil keputusan
mempertimbangkan hasil dedukasi atau
yang telah dibuat dan mampu
membuat induksi dan mempertimbangkan
menghubungkan materi sehingga siswa
hasil induksi didapatkan skor rata-rata skor
dapat membuat kesimpulan pada
28 dengan kategori rendah, hal ini berarti
keputusan yang akan dilakukan. Hal ini
siswa belum mengetahui pemahaman yang
sejalan dengan penelitian (Azizah et al.,
jelas tentang konsep atau ide, yang
2018) dalam analisis pekerjaan soal
menjawab sesuai dengan penalaran siswa
terlihat siswa sudah mampu menganalisis
yang dapat menyebutkan dan
atau membuat keputusan terkait dengan
mengelaborasi tentang peristiwa yang
pemecahan masalah dalam soal tersebut.
terjadi namun penjelasan yang dipaparkan
Berdasarkan hasil wawancara terhadap
kurang lengkap. Hal ini sejalan dengan
guru, siswa mampu memecahkan masalah
pendapat (Tamami, Rokhmat, & Gunada,
dalam belajar, mengambil keputusan
2017) yang mengemukakan bahwa siswa
sesuai dengan pelajaran yang siswa terima.
masih menjawab pertanyaan pada soal
yang menggunakan penalaran ketika Memberikan Penjelasan Lebih Lanjut
menjawab permasalahan tanpa didasari (advance claridication).
konsep dasar dari materi. Oleh karena itu,
Pada Indikator memberikan
hasil wawancara dengan guru harus dapat
penjelasan lebih lanjut (advance

18
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

claridication) terdapat sub indikator yang siswa peroleh dalam pengembangan


mendefinisikan istilah dan soal pada pembelajaran IPA, terkadang
mempertimbangkan definisi dan siswa masih tertipu dalam memecahkan
mengidentifikasi asumsi. Pada sub masalah yang siswa temukan. Hal ini
indikator mendefinisikan istilah dan sejalan dengan pendapat (Susilawati,
mempertimbangkan definisi yang Agustinasari, Samsudin, & Siahaan, 2020)
didapatkan rata-rata skor 52 dengan indikator mengidentifikasi dengan
kategori tinggi, dikarenakan siswa mampu mendeskripsikan keadaan kemudian siswa
menjelaskan arti dari sebuah kata dan diminta untuk mengidentifikasi apakah
memahami dalam permasalahan yang pernyataan tersebut benar atau tidak,
disajikan dalam soal pembelajaran IPA. namun beberapa siswa yang menjawab
Hal ini sesuai dengan wawancara terhadap kurang tepat karena siswa terkecoh dengan
guru bahwa siswa dapat terpancing dengan asumsi awal kehidupan sehari-hari. Sesuai
pertanyaan jika proses belajar mengajar dengan wawancara guru jika siswa
sangat menyenangkan pada setiap diberikan pertanyaan tanpa adanya suatu
pertanyaan-pertanyaan yang semenarik praktek maka alur berpikir kritis siswa
mungkin dengan begitu banyak siswa yang akan mengada-ada yang tidak sesuai
sangat aktif pada pembelajaran IPA. Siswa dengan jawaban yang tepat.
yang kritis bisa dicirikan seperti lebih
Mengatur Strategi dan Taktik (strategy
terlihat aktif bertanya dan mempunyai
and tactis).
keberanian dalam mengemukakan
Pada indikator mengatur strategi dan
pendapat dalam usaha mereka untuk
taktik (strategy and tactis) didapatkan sub
menyelesaikan masalah yang dimana
indikator merumuskan dan memutuskan
dalam bertanya siswa memperoleh
suatu tindakan, berdasarkan rata-rata skor
informasi dengan jelas untuk mencari
indikator yang didapatkan yaitu 31 dengan
penyelesaian yang tepat dan memahami
kategori rendah. Hal ini mungkin
soal sehingga bisa menarik kesimpulan
disebabkan karena siswa belum memiliki
(Indraningtias & Wijaya, 2017).
rencana yang baik terhadap solusi dari
Selanjutnya pada sub indikator
masalah untuk tindakan penyelesaian dan
mengidentifikasi asumsi yang didapatkan
jika kemampuan menyelesaikan masalah
rata-rata skor 24 dengan kategori rendah,
dan membuat kesimpulan selalu diterapkan
dikarenakan beberapa siswa belum
pada siswa, siswa akan menguasai
menguasai dalam mengidentifikasi dan
kemampuan tersebut sehingga siswa
mengevaluasi pendapat atau pernyataan

19
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

mampu dari segi berpikir ketika siswa dan keterampilan dalam mencari,
diberikan masalah-masalah yang lebih mengelolah dan menilai berbagai
rumit (Wijayanti et al., 2015). Hasil informasi secara kritis (Susanti, 2019).
wawancara terhadap guru, siswa dapat Hasil belajar yang optimal akan sangat
memutuskan apa yang siswa ingin berpengaruh untuk masa depan siswa yang
temukan dengan suatu tindakan atau berpikir kritis dan logis (Hallatu, 2017).
percoban.
Hal untuk mempengaruhi kemampuan
Sejalan dengan penelitian yang berpikir siswa seharusnya guru merubah
dilakukan oleh (Kartimi & Liliasari, 2012), gaya belajar yang membuat siswa dari
bahwa keterampilan berpikir kritis pasif menjadi aktif dalam berpikir, oleh
membutuhkan latihan-latihan soal yang karena itu guru harus membiasakan diri
mengembangkan berpikir kritis agar siswa untuk memberikan beberapa pertanyaan
terbiasa dengan soal yang kritis yang dimana siswa dituntut untuk
mengembangkan keterampilan berpikir berpikir kritis sebagai usaha menjawab
kritis. Berpikir kritis dapat melatih siswa pertanyaan secara kritis yang diberikan
menjadi lebih aktif dalam membuka pola oleh guru (Kowiyah, 2016).
berpikirnya di setiap proses belajar
Peran seorang guru dalam
mengajar.
mengembangkan keterampilan berpikir
Berpikir kritis adalah keterampilan kritis siswa juga disampaikan yaitu guru
berpikir tingkat tinggi yang mampu perlu merancangkan instruksi strategi
meningkatkan kemampuan siswa untuk berpikir spesifik, dimulai dengan strategi
lebih aktif dalam berpikir kritis, oleh pertanyaan dasar, kemudian membangun
karena itu keterampilan berpikir kritis untuk mengembangkan kemmapuan untuk
sangat diperlukan karena siswa yang menarik kesimpulan, mensintensi dan
berpikir kritis akan mampu berpikir sesuai mengevaluasi keterampilan (Acharya,
dengan pengalaman yang siswa dapat, 2018). Dengan adanya upaya
menjawab permasalahan-permasalahan meningkatkan keterampilan berpikir kritis
dengan baik dan dapat mengambil setidaknya dapat menutupi kendala-
keputusan sesuai dengan apa yang siswa kendala disetiap sekolah untuk membantu
temukan (Susilawati et al., 2020). proses belajar mengajar dengan baik untuk
kedepannya. Oleh karena itu, memiliki
Pembelajaran di sekolah sebaiknya
keterampilan berpikir kritis dapat
melatih siswa untuk menggali kemampuan
membantu siswa dalam memecahkan

20
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

permasalahan yang ada kehidupan sehari- 2/logaritma.v4i01.1228


hari siswa. Alimah, S. (2014). Model Pembelajaran
Eksperiensial Jelajah Alam Sekitar.
KESIMPULAN Strategi Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kritis
Berdasarkan hasil penelitian
Mahasiswa. Jurnal Penelitian
menunjukkan bahwa rata-rata Pendidikan, 31, 47–54.
keterampilan berpikir kritis di SDN Gugus
1 Kecamatan Duren Sawit yaitu 35,14 Azizah, M., Sulianto, J., & Cintang, N.
dengan kategori sedang. SDN Duren Sawit (2018). Analisis Keterampilan
Berpikir Kritis Siswa Sekolah Dasar
02 Pagi didapatkan nilai rata-rata 39,74 pada Pembelajaran Matematika
dengan kategori sedang, SDN Duren Sawit Kurikulum 2013. Jurnal Penelitian
PendidikanA & A (Semarang), 35(1),
10 Pagi didapatkan nilai rata-rata 34,91 61–70.
dengan kategori rendah dan SDN Duren https://doi.org/10.15294/jpp.v35i1.13
529
Sawit 14 Pagi didapatkan nilai rata-rata
30,78 dengan kategori rendah. Hasil Erka, W. (2015). Keterampilan Berbahasa
Presenter Penyaji Berita pada
penelitian terhadap rata-rata tiap indikator Lembaga Penyiaran Televisi. Jurnal
menunjukkan bahwa indikator tertinggi di Ipteks Terapan, 8(i4), 235–241.
https://doi.org/https://doi.org/10.2221
SDN Gugus 1 Kecamatan Duren Sawit 6/jit.2014.v8i4.19
pada indikator memberikan penjelasan Hallatu, Y. A. (2017). (Retracted)
lebih lanjut dengan skor rata-rata 38 dan Pengaruh Model Problem Based
Learning Terhadap Kompetensi
indikator terendah di SDN Gugus 1 Pengetahuan Dan Ketrampilan
Kecamatan Duren Sawit pada indikator Berpikir Kritis Siswa Madrasah
Aliyah Bpd Iha Tentang Konflik. The
mengatur strategi dan taktik dengan skor Indonesian Journal of Social Studies,
rata-rata 31. 1(1), 11.
https://doi.org/10.26740/ijss.v1n1.p11
-22
DAFTAR PUSTAKA
Acharya, K. P. (2018). Exploring Critical Indraningtias, D. A., & Wijaya, A. (2017).
Thinking For Secondary Level Pengembangan Perangkat
Students In Chemistry: From Insight Pembelajaran Berbasis Pendekatan
To Practice. Journal of Advanced Matematika Realistik Materi Bangun
College of Engineering and Ruang Sisi Datar Beorientasi pada
Management, 3, 31. Kemampuan Berpikir Kritis Siwa
https://doi.org/10.3126/jacem.v3i0.18 Kelas VIII SMP. Jurnal Pendidikan
812 Matematika, 6(5), 24–36.

Adinda, A. (2016). Berpikir Kritis dalam Inggriyani, F., & Fazriyah, N. (2017).
Pembelajaran Matematika. Jurnal Analisis kemampuan berpikir kritis
Logaritma, IV(01), 125–138. siswa dalam pembelajaran menulis
https://doi.org/https://doi.org/10.2495 narasi di sekolah dasar. Jurnal

21
JPD: Jurnal Pendidikan Dasar P-ISSN 2086-7433 E-ISSN 2549-5801

Pendidikan Dasar, (3). Fisika Dan Teknologi, 6(1), 11.


https://doi.org/doi.org/10.21009/JPD. https://doi.org/10.29303/jpft.v6i1.145
092.04 3
Kartimi, & Liliasari. (2012). Tamami, F., Rokhmat, J., & Gunada, I. W.
Pengembangan alat ukur berpikir (2017). Pengaruh Pendekatan
kritis pada konsep termokimia untuk Berpikir Kausalistik Scaffolding Tipe
siswa sma peringkat atas dan 2A Modifikasi Berbantuan LKS
menengah. Jurnal Pendidikan IPA Terhadap Kemampuan Pememcahan
Indonesia, 1(1), 21–26. Masalah Optik Geometri dan
https://doi.org/10.15294/jpii.v1i1.200 Kreativitas Siswa Kelas XI SMAN 1
8 Mataram. Jurnal Pendidikan Fisika
Dan Teknologi, III(1).
Kowiyah. (2016). Peningkatan https://doi.org/10.29303/jpft.v3i1.333
Kemampuan Berpikir Kritis dalam
Pemecahan Masalah Matematis Wahyuni, S. (2018). Penerapan Model
Menggunakan Pendekatan Open Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry)
Ended. Jurnal Inovasi Pendidikan dalam Meningkatkan Kemampuan
Dasar, 5(1), 67–74. Berpikir Kritis Pada Pembelajaran
https://doi.org/https://doi.org/10.2223 IPA. Jurnal Education and
6/jipd.v1i2.19 Development, 3(1), 1–5.
https://doi.org/http://journal.ipts.ac.id/
Mahpudin. (2018). Peningkatan Hasil index.php/ED/article/view/85
Belajar IPA melalui Metode
Eksperimen Pada Siswa Kelas V Wijayanti, A. I., Pudjawan, K., &
Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Margunayasa, I. G. (2015). Analisis
Pendas, 4(2), 1–8. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Kelas V Dalam Pembelajaran IPA di
Safrina, R., Riswandi, & Sugiman. (2018). SD Gugus X Kecamatan Buleleng. E-
Pengaruh Model Pembelajaran Journal PGSD Universitas
Problem Based learning terhadap Pendidikan Ganesha, 3(1), 1–12.
Kemampuan Bepikir Kritis di Kelas Retrieved from
IV. Jurnal FKIP UNILA, 7(01), 1–9. https://journal.unnes.ac.id/nju/index.p
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.36 hp/JPP/article/view/13529
709/jpm.v2i1.1957
Sugiyarti, L., & Arif, A. (2018).
Pembelajaran Abad 21 Di Sd.
Prosiding Seminar Dan Diskusi
Nasional Pendidikan Dasar 2018,
439–444.
Susanti, E. (2019). Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa Sdn Margorejo VI
Surabaya melalui Model Jigsaw.
Bioedusiana, 4(2), 55–64.
https://doi.org/10.34289/285232
Susilawati, E., Agustinasari, A., Samsudin,
A., & Siahaan, P. (2020). Analisis
Tingkat Keterampilan Berpikir Kritis
Siswa SMA. Jurnal Pendidikan

22

You might also like