You are on page 1of 12

PENGARUH LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKPD) BERBASIS HIGHER1

ORDER THINKING SKILL (HOTS) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS


SISWA KELAS V SDN 01 JATIPURO TAHUN PELAJARAN 2022/2023
Anggita Sri Purwani1*, Anita Trisiana2, Ifa Hanifa Rahman3
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Slamet Riyadi, Garut Rt 008/ Rw 003 Jatisuko, Kec. Jatipuro, Kab.
Karanganyar , Jawa Tengah
anggitasp1211@gmail.com

Abstract
The purpose of this study was to find out the increase in learning outcomes in science subject matter of
style by applying HOTS-based worksheets on the critical thinking skills of fifth grade students at SDN 01 Jatipuro.
This research was conducted at SDN 01 Jatipuro. The subjects in this study were 26 students of class V, totaling 26
students. This research is a Pre-Experimental Design. The data analysis technique used is descriptive comparative,
namely by using the One Group Pretest-Postest Design. The results of the treatment can be known more accurately
because it can compare the results of the pretest and posttest values. The data collection techniques used were
observation, tests, documentation and interviews. Based on the results of the research, it was found that there was
an influence of the Higher Order Thinking Skill (HOTS) approach on the critical thinking skills of Class V students
at SDN 01 Jatipuro in the 2022/2023 academic year. Based on these results, it can be concluded that the use of the
Higher Order Thinking Skill (HOTS) approach can influence the improvement of student achievement. Judging
from the results of the average value of the pretest score is 76.6 and the average value of the post test is 86.7
Keywords: Student Worksheets, Higher Order Thinking Skills (HOTS), Students Critical Thinking Ability

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPA
materi gaya dengan menerapkan LKPD berbasis HOTS terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V pada
SDN 01 Jatipuro. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 01 Jatipuro. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V
yang berjumlah 26 siswa. Penelitian ini adalah PenelitianPre-Eksperimental Design. Teknik analisis data yang
digunakan adalah deskriptif komparatif yaitu dengan menggunakan One Group Pretest-Postest Design. Hasil
perlakuan dapat diketahui lebih akurat karena dapat membandingkan dari hasil nilai pretest dan postest. Teknik
pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, tes, dokumentasi dan wawancara.Berdasarkan hasil penelitian
diketahui ada pengaruh pendekatan Higher Order Thingking Skill (HOTS) terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa Kelas V SDN 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022/2023. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan
penggunaan pendekatan Higher Order Thingking Skill (HOTS) dapat mempengaruhi dalam peningkatan prestasi
belajar siswa. Dilihat dari hasil nilai rata-rata dari nilai pretest adalah 76,6 dan rata-rata dari nilai post test adalah
86,7
Kata Kunci : Lembar Kerja Peserta Didik, Higher Order Thinking Skill (HOTS), Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

PENDAHULUAN
Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) merupakan salah satu sumber belajar yang dapat digunakan
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Peran LKPD dalam kegiatan pembelajaran sangatlah
besar karena dapat membantu meningkatkan aktivitas peserta didik serta membantu guru mengarahkan
peserta didik untuk menemukan konsep dengan aktivitasnya sendiri. Melalui LKPD akan terbentuk
interaksi yang efektif antara guru dengan peserta didik sehingga dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis peserta didik. Berdasarkan wawancara dan observasi di SDN 01 Jatipuro, diketahui guru
sudah menggunakan sumber belajar untuk membantu mencapai tujuan pembelajaran. Sumber belajar
yang dipakai berupa bahan ajar seperti buku siswa dan LKPD terbitan percetakan. SDN 01 Jatipuro
menggunakan LKPD sebagai buku pendamping. Terkadang penggunaan LKPD mendominasi
pembelajaran. Dimana, LKPD lebih sering digunakan dibandingkan dengan buku peserta didik dengan
alasan materi pada LKPD lebih lengkap dan mendalam dibandingkan buku peserta didik yang diterbitkan
oleh pemerintah.
Secara garis besar banyak peserta didik yang belum dapat mengerjakan soal yang
membutuhkan penalaran tingkat tinggi. Peserta didik lebih menyukai soal pilihan ganda atau
soal singkat tanpa penjelasan dibandingkan dengan soal uraian. Ketika diberikan soal cerita,
sebagian peserta didik sudah memahami, namun lebih memilih mencurahkan perhatian pada hal
yang lain dibandingkan menyelesaikan soal. Peserta didik pasif dan tidak tertantang
menyelesaikan permasalahan sampai tuntas. Akibatnya peserta didik salah memilih strategi
penyelesaian masalah karena kemampuan yang kurang dalam memahami soal. Rendahnya
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah juga terlihat dari hasil penilaian tengah
semester pada muatan pelajaran IPA terutama pada soal uraian. Menurut penuturan dari guru
kelas V dari sekolah tersebut, salah satu penyebab rendahnya kemampuan berpikir kritis dan
pemecahan masalah bersumber dari LKPD yang digunakan. Sekolah telah melakukan upaya
untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Guru SDN 01 Jatipuro telah menggunakan
strategi dengan memberikan pertanyaan lisan yang memerlukan pemikiran tingkat tinggi dan
melakukan upaya pemberian pembelajaran yang menarik dengan dukungan soal dari LKPD
yang ada. SDN 01 Jatipuro menggunakan strategi yang menuntun peserta didiknya untuk aktif
menemukan permasalahan sendiri serta membentuk kelompok dengan panduan LKPD untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Namun upaya-upaya tersebut belum
menunjukan hasil yang optimal
LKPD berbasis HOTS merupakan bahan ajar yang dikemas dengan tujuan peserta didik
mampu belajar secara mandiri. LKPD membuat peserta didik aktif menalar, menyimpulkan, dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Indikator dalam
LKPD ini meliputi kegiatan menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Kegiatan dalam LKPD
mendorong peserta didik mencari tahu dari berbagai sumber belajar, bukan diberi tahu. Peserta
didik juga dilatih berpikir analitis dengan cara diajak dalam pengambilan keputusan bukan
hanya mendengar atau menghafal semata. LKPD berbasis HOTS adalah lembar kerja peserta
didik yang memuat latihan atau kegiatan belajar yang merangsang peserta didik berpikir tingkat
tinggi sehingga terbentuk kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah. Bahan ajar ini
dijadikan pendamping untuk memperbaiki kualitas pembelajaran. Pemilihan bahan ajar LKPD
berbasis HOTS ini memiliki beberapa keunggulan yaitu LKPD menarik bagi peserta didik
karena disusun dengan gambar, warna dan tampilan yang rapi. Selain itu, LKPD berbasis HOTS
mengarahkan peserta didik untuk menemukan konsep sendiri melalui stimulus berupa gambar
maupun tabel yang diberikan pada soal latihan. Kepercayaan diri peserta didik semakin tumbuh
dikarenakan bentuk soal uraian yang dirancang memberi kebebasan peserta didik untuk
menemukan informasi, menyimpulkan, dan mempunyai solusi ganda untuk masalah dengan
berbagai cara penyelesaian. Peserta didik menjadi mandiri karena bekerja dengan menalar,
memahami isi materi, mencari sumber belajar serta mencoba menyelesaikan masalah tanpa
bantuan guru.

Kajian Teori
Prastowo (2012: 203) LKPD merupakan bahan ajar berupa media cetak yangdidalamnya berisi
materi, ringkasan, dan petunjuk- petunjuk pelaksanaan tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik
yang mengarah pada kompetensi dasar yang akan dicapai.
Trianto (2011:111). LKPD merupakan panduan yang digunakan peserta didik untuk
3
pengembangan semua aspek pembelajaran dalam kegiatan penyelidikan atau pemecahan masalah sesuai
indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa LKPD adalah panduan yang berisi lembaran-lembaran tugas, materi, maupun petunjuk yang
digunakan untuk melakukan kegiatan terkait pembelajaran yang memuat kegiatan penyelidikan atau
pemecahan masalah guna mencapai kompetensi yang ingin dikuasai .

Giacumo (2012) menjelaskan Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan cara berpikir
yang berdasarkan nilai-nilai berfikir kritis dan kreatif sehingga dinilai cocok mendampingi model
PBL ketika menyampaikan materi sekolah IPAS. Salah satu faktor daya dorong implementasi model
PBL adalah agar ilai seberapa dalam pengetahuan yang terserap peserta didik selama guru menjelaskan,
menilai seberapa kreatif peserta didik, menilai usaha siswa dalam memutuskan solusi dari permasalahan
yang disajikan oleh guru. Penerapan HOTS mendorong siswa agar selalu mengoptimalkan pola pikirnya
sampai taraf tingkat tinggi. Sehingga dengan kemampuan berfikir kritis, HOTS dengan model PBL
peserta didik tersebut mampu memahami pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru.
Anderson & Krathwohl (2010: 6) menyatakan berpikir kritis adalah kemampuan berpikir yang
berkaitan dengan kegiatan aktif karena melibatkan prosedur tanya jawab sehingga tergolong kemampuan
berpikir tingkat tinggi yang meliputi level perkembangan

METODE
Metode penelitian yang digunakan kali ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Peneliti
membagikan instrument berupa soal Pre-test dan Post-Test. Suharsimi Arikunto (2013) mengartikan
tes ialah alat/prosedur dengan indikator tertentu dan proses-proses tertentu yang disesuaikan
kebutuhan.
Menurut Sugiyono, (2015:117) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan
subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang dapat ditetapkan oleh peneliti yang
berguna untuk dipelajari serta dapat ditarik kesimpulan. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
peserta didik kelas V pada SDN 01 Jatipuro dengan jumlah 26 peserta didik.
Sampel adalah sebagian dari populasi itu. Sampel menurut Sugiyono (2015:118) adalah bagian
dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh karakteristik tersebut, untuk itu sampel yang diambil dari
populasi tersebut harus betul betul representatif (mewakili) . Sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah peserta didik kelas V pada SDN 01 Jatipuro Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar
dengan jumlah 26 peserta didik.
Pada saat penelitian, instrumen akan diuji validitas dan reliabilitas soal tersebut. Kemudian,
dilakukan analisis butir soal berdasarkan taraf kesukaran serta daya pembedanya. Instrumen akan diuji
sejumlah 20 soal berbentuk pre-test dan post-test. Peneliti akan menganalisis kondisi awal peserta
didik sebelum diberikan treatment model LKPD berbasis HOTS dan kondisi akhir setelah
diberikan
treatment pada IPAS materi system pencernaan. Terkait data, peneliti menentukan teknik analisis
dengan uji prasyarat berupa uji normalitas dan uji homogenitas serta uji Paired Sample T-Test.

HASIL DAN DISKUSI


Deskripsi Data
Penelitian dilakukan di SDN 01 Jatipuro kelas V tahun pelajaran 2022/2023. Kegiatan penelitian
ini dimulai dari observasi yang dilaksanakan pada bulan April hingga kegiatan penelitian ini selesai
pada bulan Mei 2022. Setelah merumuskan tujuan pembelajaran khusus (indikator), peneliti membuat
instrumen penilaian yang akan digunakan. Instrumen penilaian digunakan untuk mengukur peningkatan
kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah dengan menggunakan teknik tes terdiri dari 10 butir
item yang divalidasi terlebihdahulu oleh guru kelas V sebelum diujikan kepada siswa. Butir soal
tersebut diujikan kepada 26 siswa untuk mengetahui tingkat validitas. Berikut hasil uji coba yang
dilakukan:
1. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Kelas V SD N 01 Jatipuro Sebelum Treatment
Penggunaan Model Berbasis Higher Order Thingking Skill (HOTS)
Hasil tabulasi data nilai pretest yang telah dilakukan dengan memberikan soal pretest
kepada peserta didik kelas V SD N 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022-2023 sebagai sampel untuk
mengetahui skor kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum penggunaan model berbasis
Higher Order Thingking Skill (HOTS) diperoleh nilai maximum 90 dan nilai minimum 62,5,
dengan nilai Mean = 75,6; Median = 75 ; Modus =77,5; dan Std Deviation = 6,98. Hasil pretest
sebelum penggunaan model berbasis Higher Order Thingking Skill (HOTS) dalam descriptive
statistic dengan bantuan SPSS 23.0 sebagai berikut :
Tabel 1
Statistik Data hasil penelitian sebelum penggunaan model berbasis
Higher Order Thingking Skill (HOTS)
No Kriteria Data Keterangan
1 Jumlah Peserta Didik 26
2 Mean 75,6
3 Median 75
4 Modus 77,5
5 Nilai Minimal 62,5
6 Nilai maximal 90
7 Standar Deviasi 6,98

Dari hasil pretest sebelum penggunaan model berbasis Higher Order Thingking Skill
(HOTS) pada peserta didik kelas V SD N 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022-20 23 diperoleh table
distribusi frekuensi sebagai berikut :
Tabel 2
Distribusi Frekuensi kemampuan berpikir kritis sebelum treatment
Kelas Interval Frekuensi
1 62-68 5
2 72-78 15
3 82-90 6
Jumlah 26
Data hasil penelitian kemampuan berpikir kritis sebelum treatment penggunaan model
Higher Order Thingking Skill (HOTS) pada peserta didik kelas V SD N 01 Jatipuro Tahun
5
Pelajaran 2022-2023 digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Gambar 1
Grafik Histogram kemampuan berpikir kritis sebelum treatment penggunaan model Higher Order
Thingking Skill (HOTS) pada peserta didik kelas V SD N 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022-2023

2. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Kelas V SD N 01 Jatipuro Setelah Treatment


Penggunaan Model Berbasis Higher Order Thingking Skill (HOTS)
Hasil tabulasi data nilai postest yang telah dilakukan dengan memberikan tryout angket
kepada peserta didik kelas V SD N 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022-2023 sebagai sampel untuk
mengetahui skor kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum penggunaan model berbasis
Higher Order Thingking Skill (HOTS) diperoleh nilai maximum 100 dan nilai minimum 70, dengan
nilai Mean = 86,73; Median = 86,25 ; Modus = 85 ; dan Std Deviation = 7,54. Hasil try out angket
setelah penggunaan model berbasis Higher Order Thingking Skill (HOTS) dalam descriptive
statistic dengan bantuan SPSS 23.0 sebagai berikut :
Tabel 3
Statistik Data hasil penelitian setelah penggunaan model berbasis
Higher Order Thingking Skill (HOTS)
No Kriteria Data Keterangan
1 Jumlah Peserta Didik 26
2 Mean 86,73
3 Median 86,25
4 Modus 85
5 Nilai Minimal 70
6 Nilai maximal 100
7 Standar Deviasi 7,54

Dari hasil tryout setelah penggunaan model berbasis Higher Order Thingking Skill (HOTS)
pada peserta didik kelas V SD N 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022-2023 diperoleh table distribusi
frekuensi sebagai berikut :
Tabel 4
Distribusi Frekuensi kemampuan berpikir kritis setelah treatment
Kelas Interval Frekuensi
1 70-80 4
2 82-90 16
3 92-100 4
Jumlah 26

Data hasil penelitian kemampuan berpikir kritis sesudah treatment penggunaan model Higher
Order Thingking Skill (HOTS) pada peserta didik kelas V SD N 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022-
2023 digambarkan dalam bentuk grafik sebagai berikut :

Gambar 2.
Grafik Histogram kemampuan berpikir kritis sesudah treatment penggunaan model Higher Order
Thingking Skill (HOTS) pada peserta didik kelas V SD N 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022-2023
Pengujian Hipotesis
Penelitian ini mempunyai tujuan mengetahui adanya pengaruh penggunaan lembar kerja
peserta didik terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas V SDN 01 Jatipuro pada mata pelajaran
IPA . Terlebih dahulu penelitian ini mengkaji mengenai kemampuan awal siswa untuk membuktikan
bahwa kedua kelas memiliki kemampuan yang sama dalam segi berpikir kritis.
Pengujian akan dilakukan menggunakan uji-t. Akan tetapi sebelum pengujian, dilakukan uji
prasyarat an alisis berupa uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas didasarkan pada
hipotesis sebagai berikut.
Ho : data berasal dari populasi berdistribusi normal
Ha : data tidak berasal dari populasi berdistribusi normal
Pengujian homogenitas didasarkan pada hipotesis berikut ini.
Ho : varian data pada tiap kelompok sama (homogen)
Ha : varian data pada tiap kelompok tidak sama (tidak homogen)
Normalitas dan homogenitas terpenuhi jika hasil uji signifikan untuk suatu taraf signifikansi
(α) tertentu yaitu α = 0,05. Jika hasil pada uji normalitas dan homogenitas signifikan maka
normalitas dan homogenitas tidak terpenuhi. Berikut ini uji analisis uji-t pada kemampuan berpikir
kritis dan pemecahan masalah siswa kelas V SDN 01 Jatipuro.
7
1. Uji Normalitas
Perrhitungan uji normalitas data kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan program
SPSS dengan uji one sample Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas secara lengkap dapat dilihat
pada lampiran. Sedangkan secara ringkas pada tabel berikut.
Tabel 5
Hasil Uji Normalitas Data
Data Kolmogorov- Sig. (p) Kondisi Ket
Smirnov Statistic
Pretest 0,095 0,200 P>0,05 normal
Post test 0,124 0,200 P>0,05 normal

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa taraf signifikansi (p) dari data kemampuan
berpikir kritis lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. Dengan demikian data pretest dan post test
kelas kontrol dan kelas eksperimen tersebut berdistribusi normal. Data Pretest diperoleh nilai Sig
0,200 > 0,05 dan Postest 0,200 > 0,05, sehingga Ho diterima. Jadi hasil dari data Pretest dan
Postest dapat disimpulkan bahwa data Pretest dan Postest berdistribusi normal.
2. Uji T
Setelah dilakukan uji normalitas dan data berdistibusi normal maka langkah selanjutnya akan
dilakukan perhitungan dengan uji Paired Sample t-test dengan bantun SPSS 23. Uji ini dilakukan
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pendekatan higher order thingking skill (hots)
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa Kelas V SDN 01 Jatipuro. Uji ini dapat dilihat pada
table sebagai berikut :
Tabel 6
Hasil Uji T
Paired Sample Statistic
Pair 1 Mean N
Pretest 75,6 26
Postest 86,7 26

Dari table tersebut diatas dapat diketahui hasil mean dari nilai Pretest adalah 76,6 dari 26
responden dan mean dari nilai Postest adalah 86,7 dari 26 responden. Hal ini menunjukkan bahwa
setelah diberlakukan treatment lembar kerja peserta didik berbasis HOTS pada kelas V SDN 01
Jatipuro terdapat peningkatan dan perbedaan hasil dari nilai Pretest dan Postest.
Tabel 7
Hasil Uji Korelasi Uji T
Paired Sample Correlation
Pair 1 Korelasi Sig
Pretest & Posttest 0,338 0,002

Berdasarkan hasil uji korelasi diatas diketahui nilai sig 0,002 ,karena nilai sig <0,05 maka
disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pretest & posttest.
Tabel 8
Signifikasi Uji T
Paired Sample Test

Pair 1 Mean t hitung ttabel signifikansi


Pretest 75,6 6,735 2,060 0,000
Postest 86,7

Dari hasil analisis data statistik diatas dengan rumus Paired Sample t-test tentang pengaruh
pendekatan higher order thingking skill (hots) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa Kelas V
SDN 01 Jatipuro, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti nilai signifikansi 0,00
<0,005 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berdasarkan table diatas nilai t hitung sebesar 6,735, nilai
ini dapat dibandingkan dengan nilai ttabel dengan dk =(N-1) jadi 25 dalam taraf signifikansi 5%
yaitu 2,060. Jadi dapat disimpulkan bahwa t hitung> ttabel atau 6,735 > 2,060 yang berarti Ha diterima
dan Ho ditolak. Kriteria Ha diterima aabila nilai signifikansi t hitung> ttabel
Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis siswa sebelum
dan sesudah menggunakan LKPD berbasis HOTS.
Ha : Ada pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan berpikir kritis kritis siswa sebelum
dan sesudah menggunakan LKPD berbasis HOTS

Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan uji yang telah dilakukan menyatakan bahwa ada pengaruh pendekatan Higher
Order Thingking Skill (HOTS) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa Kelas V SDN 01 Jatipuro.
Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan penggunaan pendekatan Higher Order Thingking
Skill (HOTS) dapat mempengaruhi dalam peningkatan prestasi belajar siswa.
Bahan ajar dapat membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
kelas. Fahma (2014) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa penggunaan bahan ajar yang
sesuai akan membuat pembelajaran lebih bermakna dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Bahan
ajar diperlukan agar siswa dapat belajar dengan melakukan (learning by doing) sehingga akan
menghindarkan siswa dari rasa mengantuk dan bosan pada saat proses belajar mengajar. Belajar
dengan melakukan erat hubungannya dengan kemampuan berpikir kritis. Hal ini sejalan dengan
Wartono,et al (2017) menjelaskan membiasakan siswa menyelesaikan tugas atau menemukan sendiri
dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Sedangkan kemampuan berpikir kritis ditunjang
dengan pembelajaran yang aktif dan mandiri salah satunya didukung oleh adanya LKPD. Seperti
dikatakan Aini, et al, (2019: 68) LKPD merupakan bahan ajar penunjang yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran yaitu menciptakan pembelajaran yang aktif dan mandiri. Hal serupa dikatakan
(Pusfarini, et al, 2016: 69) yang menyatakan bahwa LKPD efektif membantu mengembangkan
keterampilan proses, siswa dapat menemukan dan menerapkan konsep secara kreatif melalui
aktivitas. Selain itu LKPD telah memunculkan ide-ide orisinil dari siswa sendiri.
Peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan menggunakan LKPD berbasis HOTS sesuai
dengan pendapat (Astutik, et al, 2019: 10) yang menyatakan bahwa LKPD HOTS dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Selain itu LKPD yang disusun dengan berbasis model atau
strategi tertentu mampu menarik siswa untuk menyukai pembelajaran, siswa merasa tidak bosan
mengikuti pembelajaran
9
Beberapa komponen dalam pembelajaran HOTS dimuat dalam LKPD berbasis HOTS
antara lain pengetahuan faktual, konseptual prosedural, dan metakognitif. Pengetahuan faktual
membuat siswa mengenal suatu disiplin ilmu untuk memecahkan masalah. Pengetahuan konseptual
berguna agar siswa mampu mengelompokkan data atau mengklasifikasikan dan menyimpulkan.
Pengetahuan prosedural berguna untuk memperkirakan atau menyusun hipotesis, dan merancang
cara penyelesaian masalah (Star & Stylianides, 2013: 4). Sedangkan pengetahuan metakognitif
berguna agar siswa mampu menggunakan berbagai informasi untuk mencapai tujuan, merencanakan
dan memahami strategi yang dipakai.
Hasil uji paired sample t-test untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pendekatan
Higher Order Thingking Skill (HOTS) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dapat diketahui
hasil mean dari nilai Pretest adalah 76,6 dan mean dari nilai Postest adalah 86,7 dari hasil tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan dan perbedaan hasil dari nilai Pretest dan
Posttest. Dilihat dari uji hipotesis dengan rumus Paired Sample t-test, diperoleh nilai signifikansi
sebesar 0,000 yang berarti nilai signifikansi 0,00 <0,005 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai t
hitung sebesar 6,735, nilai ini dapat dibandingkan dengan nilai t tabel dengan N = 25 dalam taraf
signifikansi 5% yaitu 2,060. Jadi dapat disimpulkan bahwa t hitung > ttabel atau 6,735 > 2,060 yang
berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Sehingga disimpulkan ada pengaruh pendekatan Higher Order
Thingking Skill (HOTS) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dengan melihat adanya
peningkatan nilai dari hasil nilai pretest dan posttest
Hasil ini didukung olej hasil penelitian dari Fanani & Kusmaharti (2019: 8) menyatakan
bahwa pengembangan pembelajaran HOTS yang di dalamnya terdapat pula pengembangan
perangkat pembelajaran (LKPD) mampu memicu siswa untuk berpikir tingkat tinggi. LKPD berbasis
HOTS terbukti pula mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian dilakukan
Ponjen & Suparman (2019: 189) menyatakan bahwa LKPD mampu menstimulus kemampuan
pemecahan masalah siswa. Penelitian lain yang mendukung juga dikemukakan oleh Purba (2020: 74)
bahwa LKPD berbasis HOTS mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa
setingkat madrasah ibtidaiyah.
Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini terbatas pada sampel yang hanya pada siswa Kelas V SDN 01 Jatipuro Tahun
Pelajaran 2022/2023 tidak ditambahkan kelas lainya/sekolah lainnya.
2. Bahan ajar LKPD berbasis HOTS yang dikembangkan masih sebatas pada muatan pelajaran IPA
dalam satu sub tema sehingga belum tentu efektif jika dikembangkan dalam pembelajaran
muatan pelajaran yang lain dan pembelajaran tematik.
3. Keterbatasan waktu dalam penelitian yang menyebabkan kurang maksimalnya penelitian yang
dilakukan dan masih banyak sekali kekurangan didalam melaksanakan penelitian.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa ada pengaruh
pendekatan Higher Order Thingking Skill (HOTS) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa Kelas
V SDN 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022/2023. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan
penggunaan pendekatan Higher Order Thingking Skill (HOTS) dapat mempengaruhi dalam
peningkatan prestasi belajar siswa. Dilihat dari hasil nilai rata-rata dari nilai pretest adalah 76,6 dan
rata-rata dari nilai post test adalah 86,7
Terdapat pengaruh yang signifikan pada perhitungan dengan menggunakan rumus Paired
Sample t-test dan memperoleh hasil 0,000 yang berarti 0,000 < 0,05 maka hasilnya Ha diterima dan
Ho ditolak. Nilai t hitung sebesar 6,735, nilai ini dapat dibandingkan dengan nilai t tabel dengan N = 25
dalam taraf signifikansi 5% yaitu 2,060. Jadi dapat disimpulkan bahwa t hitung> ttabel atau 6,735 > 2,060
yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Maka hasil uji hipotesis tersebut disimpulkan bahwa ada
pengaruh pendekatan Higher Order Thingking Skill (HOTS) terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa Kelas V SDN 01 Jatipuro Tahun Pelajaran 2022/2023
Saran
Saran yang diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Siswa
Diharapkan siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran yang aktif dan mandiri karena telah
didukung oleh adanya LKPD
2. Bagi Guru
Dengan adanya LKPD berbasis HOTS dapat dikembangkan lebih lanjut oleh guru dengan
mengembangkan pada materi lain dan variasi lembar kerja yang ingin ditingkatkan.
3. Bagi Sekolah SDN 01 Jatipuro
Diharapkan adaanya LKPD berbasis HOTS hasil pengembangan dapat disosialisasikan kepada
guru pada forum Kelompok Kerja Guru (KKG) maupun seminar, bimtek, dan workshop baik
secara offline maupun online.
11

REFERENSI

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan standar Kompetensi Guru,


(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 176.

Abdul Majid. (2013). Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya


Afandi dan Sajidan. (2017). Stimulasi Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi.Surakarta: UNS
Press.
Alec Fisher. 2009. Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Amalia, Hasri , Taty Sulastry. (2018). Pengaruh Penggunaan Lkpd Terhadap Keterampilan
Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 6 Maros
(Studi Materi Pokok Hidrolisis Garam). Chemistry Education Review, Pendidikan
Kimia PPs UNM, 2018, Vol.2, No.1 (1-9)
Anderson , L. W., & Krathwohl, D. R. (2010). A Taxonomy for Learning, Teaching and
Assesing: a Revision of Bloom’s Taxonomy. New York: Longman Publishing.
Andi Prastowo. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta: Diva Press
Annuuru, T. A., Johan, R. C., & Ali, M. (2017). Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi Dalam Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Peserta Didik Sekolah Dasar Melalui
Model Pembelajaran Treffinger. Jurnal Edutcehnologia, 3(2), 136–144.
Aram, D., Deitcher, D. B., & Adar, G. (2017). Book selection for shared reading: parents’
considerations and researchers’ views. Journal of Early Childhood Literacy, 19(2).
146879841771823. doi: 10.1177/1468798417718236
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
—. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Bekti, Wulandari. 2013. Pengaruh Problem-Based Learning terhadap hasil belajar ditinjau dari
motivasi belajar PLC di SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(2), 178- 191.
Bransford , J., and B.S. Stein. 1993. The IDEAL Problem Solver: A Guide for Improving
Thinking, Learning, and Creativity (2nd ed). New York: W.H. Freema
Brookhart, Susan M., (2010), How To Assess Higher-Order Thinking Skills In Your Classroom,
USA: ASCD.
Brookfield, S.D. (2012). Teaching for critical thinking: Tool and techniques to help students
question their assumptions. San Fransisco: Jossey-Bass
Chintia Tri Noprinda dan Sofyan M. Soleh. 2019.”Pengembangan Lembar Kerja
Pengembangan Lembar Kerja Peserta Didik Berbasis HOTS”. Jurnal Pendidikan
Matematika dan Sains, Vol. 2, No. 2.
Depdiknas. 2008. Peraturan Pemerintah RI No.19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Facione, F. A. 2015. Critical Thingking: What It Is and Why It Counts. Measured Reasons LLC
Farida, I. (2017). Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Fisher, A. (2009). Berpikir kritis sebuah pengantar. (Terjemahan Benyamin Hadinata).
Cambridge University Press.
Gormley, & William, T. (2017). The critical advantage: developing critical thinking skills in
school. Cambridge, Massachusetts: Harvard Education Press.
Hendro Darmojo dan Jenny R. F. Kaligis. 1992. Pendidikan IPA II. Jakarta: Depdikbud, Dirjen
Dikti Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Hidayat A dan Irawan I. (2017). Pengembangan LKS Berbasis RME dengan Pendekatan
Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Peserta didik. Journal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika 1(2), 54.
Hikmah, N. (2015). Pengembangan Lembar Kerja Siawa (LKS) Materi Sistem Ekskresi Pada
Manusia Berbasis Problem Based Learning di SMP. Skripsi. Semarang: UNNES
Lewis, A., & Smith, D. 1993. Defining Higher Order Thinking. Theory into Practice.
Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kompetensi Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-
MA.
Piaget, J. (2002). Tingkat perkembangan kognitif. Jakarta: Gramedia.
Puspita, V., & Dewi, I. P. (2021). Efektifitas E-LKPD berbasis Pendekatan Investigasi terhadap
Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan
Matematika, 05(01), 86–96
Santrock, J. W. (2013). Adolescence (perkembangan remaja). Jakarta: Erlangga.
Setiawati, Wiwik., dkk. 2018. Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thingking Skill.
Jakarta : Direktorat Jendral Guru dan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
—. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. ix
—. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
—. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suhardi. 2012. Pengembangan Sumber Belajar Biologi. Yogyakarta: UNY Press.
Sulistyani, N., & Deviana, T. (2019). Analisis Bahan Ajar Matematika Kelas V SD di Kota
Malang. Jurnal Pemikiran Dan Pengembangan Sekolah Dasar (JP2SD), 7(2), 133–141.
Susanto, Edi., & Retnawati, Heri. (2016). Perangkat Pembelajaran Matematika Bercirikan PBL
Untuk Mengembangkan HOTS Peserta didik SMA. Jurnal Riset Pendidikan Matematika,
3(2): 189 – 197.
Suyanto S, Paidi & Wilujeng I. 2011. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD). Makalah
disampaikan pada Pembekalan Guru Daerah Terluar dan Tertinggal. Akademi
Angkatan Udara. Yogyakarta 26 November–6 Desember 2011.
Trianto.(2011). Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi Dan Implementasinya Dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Widjajanti, Endang. 2008. Kualitas Lembar Kerja
Pesertadidik.(Online),(staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang.../kualitas-
lks .pdf, diakses pada tanggal 24 November 2022).
dan Kualitatif dan R&D. Bandung.

You might also like