Professional Documents
Culture Documents
Jimmi Fransisco
05111002030
Jimmi Fransisco
05111002030
Universitas Sriwijaya
RINGKASAN
JIMMI FRANSISCO. Rancang Bangun Bajak Guludan Tanah Tipe Baris Ganda
pada Budidaya Sayuran dengan Tenaga Tarik Traktor Mini (Dibimbing oleh
HERSYAMSI dan ARJUNA NENI TRIANA).
Penelitian bertujuan untuk merancang alat pembuat guludan tipe baris
ganda dan mengamati perubahan sifat fisik tanah pada guludan yang terbentuk.
Penelitian dilakukan pada Laboratorium Perbengkelan Jurusan Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya pada Februari 2015 hingga
April 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode rancang
bangun dan pengujian alat guludan tipe baris ganda. Parameter dalam penelitian
adalah bentuk dan ukuran guludan, kapasitas efektif lapangan (KLE), kapasitas
lapangan teoritis (KLT), efisiensi lapang (Eff), kadar air (KA), dan kerapatan isi
(BD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketinggian guludan yaitu 23,55 cm,
lebar atas guludan yaitu 13,05 cm, lebar bawah guludan 39,52 cm, lebar antara
guludan adalah 25,19 cm. Kapasitas lapangan efektif (KLE) adalah 0,34 ha / jam,
kapasitas lapangan teoritis (KLT) adalah 0,41 ha / jam dan efisiensi lapangan
(Eff) adalah sebesar 81,85%. Hasil pengukuran kadar air yang diperoleh sebelum
proses pengolahan tanah pertama yaitu 27,62% dan 25,9% setelah pengujian alat
guludan. Hasil pengukuran bulk density yang diperoleh sebelum diuji 1,42 gram /
cm3 dan setelah diuji 0,89 gram / cm3.
Kata Kunci : Alat Guludan, Guludan, Sifat Fisik Tanah, Effisiensi Lapang
Universitas Sriwijaya
RIWAYAT HIDUP
Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang
telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Rancang Bangun Bajak Guludan Tanah Tipe Baris Ganda
pada Budidaya Sayuran dengan Tenaga Tarik Traktor Mini”.
Selama melaksanakan penelitian hingga selesainya skripsi ini, penulis
banyak mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Unsri.
3. Ketua Program Studi Teknik Pertanian dan Teknologi Hasil Pertanian,
Fakultas Pertanian, Unsri.
4. Bapak Dr.Ir. Hersyamsi, M.Agr. sebagai pembimbing pertama yang telah
memberikan bantuan, arahan, bimbingan, motivasi dan nasehat kepada
penulis yang tidak hentinya diberikan.
5. Ibu Arjuna Neni Triana, S.TP., M.Si. sebagai pembimbing kedua dan
pembimbing akademik yang telah memberikan bantuan, arahan, bimbingan,
motivasi dan nasehat kepada penulis serta tidak hanya sebagai dosen
pembimbing akademik kepada mahasiswanya tapi juga sebagai orang tua
kepada penulis. Semoga Tuhan melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau.
6. Ibu Hilda Agustina, S.TP., M.Si. sebagai penguji pertama yang telah
memberikan bimbingan, saran dan arahan kepada penulis.
7. Bapak Ir. Tri Tunggal, M.Agr. sebagai penguji kedua yang telah memberikan
bimbingan, saran dan arahan kepada penulis.
8. Ibu Dr.Ir. Hj. Umi Rosidah, M.S. sebagai penguji ketiga yang telah
memberikan bimbingan, saran dan arahan kepada penulis.
9. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Teknologi Pertanian yang telah mendidik dan
membagi ilmunya kepada penulis dengan penuh kesabaran.
10. Staf Jurusan Teknologi Pertanian (Jhon Heri, Fahrurozi, Hendra Saputra dan
Iksan) atas semua bantuan dan kemudahan yang diberikan kepada penulis.
Universitas Sriwijaya
ix
11. Kedua orang tuaku tersayang yang selalu berjuang dan bekerja dengan tetesan
keringat, mendoakan dan mengiringi setiap langkahku dimanapun aku berada.
12. M.Sinambela, Nelly Tampubolon dan Infanyel Tampubolon yang telah
memdoakan dan memberikan semangat serta arahan kepada penulis.
13. Maya Amellya yang telah memberikan doa, bantuan, semangat, saran dan
arahan yang berguna kepada penulis.
14. Anton Tantriono yang selalu menemani dan membantu serta mendoakan
penulis dalam menyelesaikan penelitian.
15. Teman PA (Rachmat Septrio Wijaya) yang sangat selalu membantu dan
memberikan dukungan kepada penulis.
16. Teman-teman TP 2011 (Gerry Hudera D, Irwan Eka Saputra, Rahmat S.F,
Aprilyansi Roby, M.Ari Saputra, Wahyu Ramadan, Fathul Imron, Husni Adi
S, Budi Santoso, Rizki Marta, Bagus Septian, Andri Setiawan, Trie
Adhiwibowo, Handoko Manuel AS, Atven Sanggam S, Apriana Pertiwi,
Bella S, Lily E, Dewi F, Nandha, Jessica, Ningsih, Dina, Bill Andrea, Sujiyat,
Sholaudin, Wida, Rizki Hidayati, Jebry, Inka, Baga S, Detty, Evana, Lia,)
atas doa, dukungan dan saran serta arahan yang diberikan kepada penulis.
17. Kakak tingkat 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 yang telah
memberikan doa dan semangat kepada penulis.
18. Adik tingkat 2012, 2013 dan 2014 yang telah memberikan doa dan semangat
kepada penulis.
19. Seluruh pihak yang tidak dapat saya ucapkan satu persatu namun telah
memberikan semangat dan doanya kepada penulis.
Penulis
Universitas Sriwijaya
ix
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan ......... ....................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Budidaya Sayuran .............................................................................. 3
2.2. Pengolahan Tanah .............................................................................. 3
2.3. Bajak Singkal ..................................................................................... 5
2.4. Bajak Rotari ....................................................................................... 6
2.5. Bajak Guludan .................................................................................... 8
2.6. Efisiensi Pengolahan Tanah ................................................................ 9
2.7. Sifat Fisik Tanah ................................................................................ 11
III. PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu .............................................................................. 13
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................... 13
3.3. Metode Penelitian .............................................................................. 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Rancangan Bangun Bajak Guludan Tipe Baris Ganda ...................... 37
4.2. Implementasi Bajak Guludan Tipe Baris Ganda ............................... 38
4.3. Analisa Teknis ................................................................................... 39
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 48
LAMPIRAN ............................................................................................... 51
Universitas Sriwijaya
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1. Beban tarik pada tangkai bajak guludan ............................. 17
Gambar 3.2. Beban lentur yang terjadi pada tangkai bajak ..................... 18
Gambar 3.3. Beban lentur yang terjadi pada pengunci ............................ 20
Gambar 3.4. Momen yang terjadi pada pengunci .................................... 21
Gambar 3.5. Beban tarik pada pengunci ................................................... 21
Gambar 3.6. Momen puntir pada batang tarik ......................................... 24
Gambar 3.7. Sayap bajak guludan tipe baris ganda .................................. 26
Gambar 3.8. Batang tarik bajak guludan tipe baris ganda......... ............... 27
Gambar 3.9. Besi penjepit bajak guludan tipe baris ganda ....................... 28
Gambar 3.10. Besi penggandeng guludan tipe baris ganda ........................ 29
Gambar 3.11. Titik penentuan pengukuran kadar air ................................. 30
Gambar 3.12. Skema pola pengolahan tanah pertama ............................... 31
Gambar 3.13. Skema pola continuous tilling ............................................. 32
Gambar 4.1. Hasil bentuk guludan dengan bajak guludan tipe baris ganda. 39
Gambar 4.2. Grafik kapasitas lapang efektif ............................................. 41
Gambar 4.3. Grafik efisiensi lapang ........................................................ 44
Universitas Sriwijaya
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Ukuran guludan menggunakan bajak guludan tipe baris ganda. 39
Tabel 4.2. Pengukuran kapasitas lapang efektif .......................................... 40
Tabel 4.3. Pengukuran efisiensi lapang ....................................................... 43
Universitas Sriwijaya
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Sifat-sifat mekanis standard.................................................. 52
Lampiran 2. Pengukuran hasil guludan dengan bajak guludan tipe baris
ganda..................................................................................... 53
Lampiran 3. Pengukuran kapasitas lapang pada saat pengguludan... ....... 55
Lampiran 4. Perhitungan kadar air dan bulk density sebelum pengolahan. 56
Lampiran 5. Perhitungan kadar air dan bulk density sesudah pengolahan 58
Lampiran 6. Diagram alir penelitian ........................................................ 61
Lampiran 7. Desain Bajak guludan tipe baris ganda................................. 62
Lampiran 8. Bajak guludan tipe baris ganda ............................................. 63
Lampiran 9. Tangkai tarik bajak guludan tipe baris ganda ....................... 64
Lampiran 10. Besi Penjepit bajak guludan tipe baris ganda ...................... 65
Lampiran 11. Sayap dan tangkai bajak guludan tipe baris ganda ............... 66
Lampiran 12. Foto rangkaian bajak guludan tipe baris ganda .................... 67
Lampiran 13. Foto pengujian bajak guludan tipe baris ganda .................... 68
Lampiran 14. Foto hasil pengujian bajak guludan tipe baris ganda ............ 69
Lampiran 15. Foto pengukuran bentuk guludan ......................................... 70
Universitas Sriwijaya
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
1
2
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan menguji bajak guludan tipe
baris ganda pada budidaya sayuran dengan tenaga tarik traktor mini.
Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
3
4
Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
untuk membalik tanah baik ke arah kanan maupun ke arah kiri. Davies et al
(1993) mengatakan keuntungan dari bajak singkal reversible adalah tanah hasil
pembajakan relatif lebih rata karena arah pembalikkan tanah dapat dibuat satu
arah. Namun bajak singkal tipe reversible dapat mengurangi laju kerja
pembajakan sehingga operator harus selalu merubah arah pembalikkan tanah
setiap kali ganti lintasan. Pada bajak reversible terdapat tuas pembalik arah (turn
wrest-lever) yang terletak di belakang batang kendali bajak, untuk membalikkan
arah pembalikkan potongan tanah. Kegunaannya adalah memutar pisau dan
singkal bajak mengitari poros longitudinal, ke arah kiri atau kanan (Sakai et al,
1998).
Bajak rotari yang digunakan tidak hanya berperan sebagai pengolahan tanah
kedua, namun bajak rotari pada penelitian ini berguna juga sebagai tempat
penggandeng pada bajak tipe baris ganda. Sehingga beam atau tangkai tarik pada
bajak tipe baris ganda berada dibagian belakang dari bajak rotari.
Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar.
Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, maka bajak
ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada suatu
poros yang berputar karena digerakkan oleh suatu motor. Bajak rotari banyak
ditemui pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi dan tanaman
hortikultura (Smith dan Wilkes, 1990).
Bajak rotari dapat digunakan untuk pengolahan tanah kering ataupun tanah
sawah (Smith dan Wilkes, 1990). Bajak rotari mempunyai kemampuan untuk
menghancurkan dan menggemburkan tanah sehingga dapat digunakan sebagai alat
pengolahan tanah pertama maupun pengolahan tanah kedua. Bajak rotari sangat
efektif karena pembajakan dan penggaruan tanah dilakukan dalam satu waktu.
Bajak rotari tidak memindahkan tanah kesamping seperti yang dilakukan oleh
bajak singkal dan bajak rotari dapat dengan mudah digunakan pada lahan sawah
yang sulit diolah dengan bajak singkal, karena rotari memberikan gaya dorong
kedepan ( Ina, 2002).
Universitas Sriwijaya
7
Salah satu masalah dari penggunaan bajak rotari ialah apabila di dalam
tanah terdapat benda-benda keras, oleh karena itu biasanya diadakan pengamanan
(dilengkapi per-per pada pisaunya, adanya pengamanan slip pada mesinnya).
Berdasarkan atas sistem pengambilan daya untuk menggerakkan rotor dan pisau
dari bajak rotari, jenis bajak rotari secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu
(Sakai et al, 1998) :
a. Bajak rotari dengan tenaga pemutar pisau dari mesin tersendiri terpisah dari
tenaga traktor sebagai sumber daya penariknya (self propelled unit).
b. Bajak rotari dengan tenaga pemutar pisau dari pto traktor, yang sekaligus
traktor tersebut sebagai sumber daya penariknya (pto drives tractor).
Prinsip kerja bajak rotari pisau-pisau dipasang pada rotor secara melingkar
sampai beban terhadap mesin merata dan dapat memotong tanah secara bertahap.
Pada waktu rotor berputar dan alat bergerak maju pisau akan memotong tanah.
Luas tanah yang terpotong dalam sekali pemotongan tergantung pada kedalaman
dan kecepatan maju (Sakai et al, 1998).
Sistem pemasangan pisau, dengan jumlah yang lebih sedikit akan
memperoleh sedikit hambatan karena adanya seresah pada tanah dan pisau dapat
masuk lebih dalam pada tanah sehingga seresah dapat bercampur dengan tanah.
pemasangan pisau, dengan jumlah yang lebih sedikit juga dapat mengurangi
kemungkinan macetnya alat pada waktu kerja di tanah yang basah dan lengket.
Namun hasil pengolahan diperoleh bongkah yang lebih besar (Sakai et al, 1998).
Kecepatan perputaran pisau dan kecepatan maju akan mempengaruhi
kehalusan pengolahan tanah, semakin cepat perputaran pisau akan diperoleh
pemotongan yang semakin halus, makin lambat perputaran pisau maka hasil
pemotongan akan besar-besar. Pada kecepatan rendah, kemungkinan
penyumbatan oleh tanah dan seresah makin besar tetapi kecepatannya yang besar
akan dapat merusak struktur tanah dan mengurangi umur pemakaian pisau.
Kandungan air tanah, bila tanah dikerjakan pada kandungan air dimana ikatan
partikel kecil maka hasil pengerjaan tanah akan lebih halus (Sakai et al., 1998).
Merancang bangun pengolah tanah rotari harus dipenuhi persyaratan, yaitu
(Suastawa et al, 2000) :
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
9
Bajak guludan pada prinsipnya adalah alat perata tanah dan pencetak yang
dapat membentuk permukaan tanah dengan tanah yang rata. Prinsip kerja bajak
guludan adalah mengumpulkan tanah dari tempat – tempat yang tinggi sepanjang
sisi samping dan sisi guludan atas yang dibuat. Tanah yang terkumpul kemudian
diletakkan di bagian – bagian rendah sepanjang alur sehingga akan terbentuk
guludan dengan profil yang seragam di seluruh lapangan Smith dan Wilkes,
(1990).
Menurut Boer (2003) fungsi dari bajak guludan adalah membuat alur,
menutup benih, dan membuat alur untuk irigasi. bajak guludan digunakan
terutama di daerah tropis dan subtropis karena banyak tanaman pangan yang
tumbuh di daerah tersebut seperti kapas, jagung, sorgum, kentang, tebu, sayuran
dan lain –lain yang dibudidayakan dalam suatu alur baris tanaman. Kelebihan dari
bajak guludan, yaitu dapat digunakan untuk satu atau lebih dari satu alur baris,
dapat menggunakan hewan maupun traktor sebagai tenaga penarik, dapat
dikombinasikan dengan implemen lain, dan dapat digunakan sebagai alat
penyiang.
Bajak guludan mempunyai bagian yang utama ,yaitu 1) Mata bajak yang
berfungsi sebagai ujung tombak dari bajak yang memulai menembus tanah. 2)
Pisau bajak yang berfungsi untuk membelah dan memotong tanah. 3) Singkal
majemuk yang berfungsi untuk mengangkat dan membalik tanah ke kanan dan ke
kiri. 4) Rangka batang penarik yang berfungsi sebagai tempat menempelnya
bajak dan berhubungan dengan kerangka utama (Rustam, 2009).
Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
11
Universitas Sriwijaya
12
Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PENELITIAN
Universitas Sriwijaya
13
14
Universitas Sriwijaya
15
stabil bajak akan selalu bergerak sejajar dan menempel pada dinding alur
pembajakan.
Universitas Sriwijaya
16
= 14 kg x 9,8 m/s2
= 137,2 N
Bajak guludan tipe baris ganda terdapat tiga tangkai bajak, maka setiap
kemampuan tarik maksimum pada masing-masing tangkai yaitu 14 kgf. Beban
yang diterima tangkai bajak berasal dari pisau, sayap bajak dan tanah. Tangkai
bajak berperan aktif dalam kekuatan saat melakukan pembentukan guludan karena
semua beban dalam pembentukan guludan bertumpuh pada tangkai bajak tersebut.
Beban tangkai bajak dapat dilihat pada Gambar 3.1. Dimensi pada tangkai bajak
guludan berdasarkan besarnya beban dapat ditentukan pada Persamaan 2
(Nash,1998) :
σa = M ................................................................................ (2)
keterangan :
σa = Nilai kekuatan tarik bahan yang diperbolehkan (kgf/mm2)
M = Momen yang terjadi pada tangkai (kgf mm)
c = Titik tengah bahan (mm)
I = Inersia bahan (mm4)
Universitas Sriwijaya
17
Tangkai bajak tipe baris ganda berbahan dasar dari pelat baja, dimana pelat
baja yang digunakan yaitu pelat baja karbon yang memiliki lebar (b) = 15 mm dan
panjang (L) = 600 mm. Panjang tangkai (L) ditetapkan berdasarkan ketinggian
pada bajak rotari. Pada kekuatan tarik baja karbon (σa) adalah 30 kg/mm2.
Ketetapan kekuatan tarik dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada data tersebut maka
tebal tangkai bajak guludan tipe baris ganda dapat ditentukan dengan rumus
berikut (Nash,1998) :
σa =M ...................................................................... (3)
Sehingga :
h = ................................................................... (5)
Universitas Sriwijaya
18
h =
h = 21,2 mm
Reaksi gaya dari tanah yang diberikan dari alat pengolah tanah
dipengaruhi oleh tahanan tanah terhadap pemampatan, tahanan geseran, dan
adhesi (gaya tarik menarik antara tanah dengan bahan lain). Tangkai bajak akan
juga mengalami beban dari samping yang berasal dari bagian tepi tanah ketika
bajak dioperasikan. Besarnya beban dari samping sama dengan berat beban tarik
yaitu 14 kgf, maka tebal tangkai rangka (h) minimum untuk dapat menahan beban
samping, jika diasumsikan lebar tangkai (b) yaitu 21,2 mm dapat ditentukan
dengan rumus:
h = .............................................................. (6)
Universitas Sriwijaya
19
h =
h = 10,3 mm
3.3.1.1.3.1.2. Pengunci
Universitas Sriwijaya
20
σb = .................................................................................... (7)
Keterangan :
σb = Nilai kekuatan geser bahan yang diperbolehkan ( kgf/mm2 )
W = Beban tarik yang dialami bahan ( kgf )
A = Luas penampang bahan yang mengalami beban tarik (mm2 )
Universitas Sriwijaya
21
=0 ........................................................................ (8)
Fi × h2 = F2 × hi ................................................................ (9)
F2 = F1 × .................................................................... (10)
F2 = 14 ×
F2 = 140
Universitas Sriwijaya
22
Ʈ= ............................................................................... (11)
Ʈ= ........................................................................ (12)
d= ........................................................................ (13)
d= ........................................................................ (14)
d=
d = 1,4 mm
Jarak tepi lubang dari tepi samping pelat ( c ) dapat ditentukan dengan
Persamaan 15 (Nash, 1998).
σ= ........................................................................ (15)
σ= ........................................................................ (16)
σ= ........................................................................ (17)
c = ........................................................................ (18)
Universitas Sriwijaya
23
c = ............................................................ ..............(19)
c =
c = 0,72 mm
Batang tarik adalah elemen struktur baja yang hanya memikul atau
mentransfer gaya aksial tarik antara dua titik pada struktur. Batang tarik
merupakan bagian penyangga pada tangkai bajak. Beban maksimum yang akan
diterima oleh setiap tangkai bajak diasumsikan sama dengan beban tarik yang
diasumsikan sebesar 14 kgf. Pada pernyataan tersebut maka lebar tangkai dapat
ditentukan dengan persamaan 20 (Nash,1998).
σa = M ................................................................................ (20)
keterangan :
σa = Nilai kekuatan tarik bahan yang diperbolehkan (kgf/mm2)
M = Momen yang terjadi pada tangkai (kgf mm)
c = Titik tengah bahan (mm)
I = Inersia bahan (mm4)
σa = M ................................................................................ (21)
Universitas Sriwijaya
24
Sehingga :
h = .............................................................. (23)
h=
h = 28,98 mm
Universitas Sriwijaya
25
Besarnya momen puntir yang terjadi pada batang tarik dapat dihitung dengan
Persamaan 24 :
T = F x R .......................................................................(24)
= 51,45 Nm
rad/m
Ɵ = 3,72 0/m
Karena panjang batang terpuntir adalah 560 mm, maka sudut yang diharapkan
untuk menahan puntiran yaitu : Ɵ = 3,72 x 0,56 = 2,08 0
Universitas Sriwijaya
26
3.3.1.1.3.2.3. Landside
Landside pada bajak guludan tipe baris ganda berbahan dasar dari pelat
besi yang memiliki ketebalan 3 mm. Landside hanya memiliki panjang 80 mm
dan lebar 20 mm. Landside terdapat tiga buah, ini diperlukan sesuai dengan
banyaknya tangkai bajak guludan tipe baris ganda. landside diperlukan pada
Universitas Sriwijaya
27
setiap bagian tangkai, disebabkan karena sayap dan pisau yang akan mengalami
interaksi secara langsung terhadap tanah maka akan terjadi gaya yang saling
berlawanan antara tanah dengan sayap dan pisau. Oleh karena itu dibutuhkannya
landside pada setiap tangkai bajak.
Universitas Sriwijaya
28
dengan bentuk U. Besi penjepit memiliki sisi yang saling berhadapan dimana sisi
tersebut memiliki lubang berbentuk persegi yang berukuran panjang 32 mm dan
lebar 20 mm. Kegunaan adanya lubang ini guna untuk memasukkan tangkai
bajak, oleh karena itu, tujuan dari besi penjepi ini untuk mengunci posisi tangkai
bajak terhadap batang tarik. Pada besi penjepit terdapat baut 17 mm dengan
panjang 42 mm. Baut terletak tepat pada sisi depan pada besi penjepi, sehingga
saat akan mengunci maka baut hanya tinggal dikencangkan saja
Besi penjepit dirancang berbentuk U. Perancangan ini dikarenakan besi
penjepit berguna untuk menyatukan tangkai bajak yang tegak lurus secara
horizontal dengan tangkai tarik yang vertikal. Penyatuan dilakukan dengan
memutar baut yang ada pada besi penjepit sehingga keadaan pada tangkai bajak
bergeser mendorong batang tarik, sehingga kemudian kedudukan tangkai bajak
akan menjadi terjepit terhadap besi penjepit dan batang tarik.
Universitas Sriwijaya
29
panjang 130 mm dan 75 mm, sehingga besi pengait pada bajak rotari akan
dimasukkan kedalam ruang besi penggandeng.
Perhitungan kadar air dan bulk density dilakukan saat sebelum pengolahan
tanah dan sesudah pengguludan. Pengukuran kadar air sebelum pengolahan
bertujuan supaya dapat mengetahui kandungan air pada tanah yang belum
menggalami perlakuan pada alat pengolahan tanah. Pengambilan sampel dengan
menggunakan ring sampel. Ring sampel yang di gunakan berdiameter 5 cm dan
tinggi 5 cm. pada pengukuran kadar air sebelum pengolahan pengambilan sampel
tanah diambil pada kedalaman 10 cm dari permukaan tanah.
Penentuan titik pengukuran kadar air sebelum pengolahan dapat dilihat
pada Gambar 3.11 :
Universitas Sriwijaya
30
Gambar 3.11. Titik penentuan pengukuran kadar air sebelum pengolahan tanah
Universitas Sriwijaya
31
Tipe pola pengolahan tanah pertama yaitu menggunakan pola tanah tipe
tepi. Pola tepi cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit, namun dengan
pola ini akan menghasilkan alur mati (dead furrow). Skema pola tepi pada
pengolahan tanah pertama dapat dilihat pada Gambar 3.12.
Pembajakan dengan pola tepi dilakukan dari tepi sampai membujur lahan,
sehingga lemparan hasil pembajakan ke arah luar lahan. Pembajakan kedua pada
sisi lain pembajakan pertama. Traktor diputar ke kiri dan membajak dari tepi
lahan dengan arah sebaliknya. Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke
kiri sampai ke tengah lahan. Pola tepi cocok untuk lahan yang memanjang dan
sempit. Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan.
Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan
terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara
manual (dengan cangkul). Dengan pola tepi akan menghasilkan alur mati (dead
furrow) yaitu alur bajakan yang saling berdampingan satu sama lain. Sehingga
akan terjadi alur yang tidak tertutup oleh lemparan hasil pembajakan, memanjang
Universitas Sriwijaya
32
di tengah lahan. Pada tepi lahan lemparan hasil pembajakan tidak jatuh pada alur
hasil pembajakan (Tas, 2008).
Pola continuous tilling dilakukan dari sisi kanan kemudian traktor mini
berbolak balik dengan rapat. Pola continuous tilling cocok untuk pembentukan
guludan karena pola yang dihasilkan akan lebih rapi dibandingkan pola yang
lainnya, serta pola continuous tilling dapat mengurangi kehilangannya waktu saat
melakukan belok. Seperti menurut Mardinata (2014), bahwa pola pengolahan
tanah akan mempengaruhi kapasitas kerja alat pengolah tanah yang
digunakan. Pola pengolahan tanah yang baik adalah pola pengolahan tanah
yang meminimalisir waktu terbuang. waktu berbelok merupakan waktu yang
Universitas Sriwijaya
33
merugikan saat pengolahan. Jadi pola pengolahan tanah yang baik adalah pola
dengan jumlah berbelok yang paling sedikit.
Universitas Sriwijaya
34
bawah guludan, lebar atas guludan, tinggi guludan dan lebar antar guludan.
Keseluruhan pengukuran akan diukur dalam satuan centimeter.
Pengukuran pada guludan yang terbentuk dilakukan sebanyak lima kali
pengukuran dalam satu guludan. Pengukuran dilakukan sebanyak lima kali dalam
satu guludan supaya dapat mengetahui ukuran guludan secara ditail, sehingga
akan didapatkan data pengukuran yang akurat.
Keterangan :
KLE : Kapasitas lapang efektif, Ha /jam
L : Luas Lahan, Ha
T : Total waktu kerja, Jam
Pengukuran kapasitas lapang efektif pengguludan dilakukan sebanyak lima
kali perulangan.
Universitas Sriwijaya
35
Keterangan:
EF : Efisiensi Lapang (%)
KLE : Kapasitas Lapang Efektif (Ha/jam)
KLT : Kapasitas Lapang Teoritis (Ha/jam)
Pengukuran efisiensi lapang pengguludan dilakukan sebanyak lima kali
ulangan.
KA = x 100 % ..........................................(28)
Keterangan:
KA : Kadar air, %
mtb : Berat basah, gr
Universitas Sriwijaya
36
BD = ......................................................... (29)
Keterangan :
BD : Bulk density, gr/cm3
mtk : Berat tanah kering, gr
Volume: Volume tanah (πr2t), cm3
Universitas Sriwijaya
BAB 4
Perancangan bajak guludan yang sudah ada belum dapat memberikan hasil
guludan yang maksimal. Bajak guludan yang sudah ada yang menggunakan
tenaga tarik traktor tangan dalam membentuk satu baris guludan dengan satu
lintasan kerja belum memberikan hasil kinerja yang optimal. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Purba (2014) mengenai alat furrower tipe double bottom dengan
tenaga tarik traktor tangan juga dapat membentuk guludan satu baris dalam satu
lintasan kerja, namun posisi bajak guludan pada saat melakukan pembentuk
guludan berada di bagian depan operator. Posisi tersebut dapat menyulitkan
operator untuk mengolah tanah yang akan digulud. Pengaruh posisi juga akan
menyebabkan operator menginjak tanah yang telah berbentuk guludan, sehingga
akan menyebabkan sifat fisik tanah menjadi terganggu pada tanah yang telah
diolah.
Pada keadaan tersebut diperlukan perancangan bajak guludan yang
optimal dalam membentuk guludan. Perancangan bajak guludan tipe baris ganda
dengan tenaga traktor mini bertujuan untuk membentuk dua guludan dalam satu
kali lintasan. Bajak guludan tipe baris ganda tidak langsung dihubungkan pada
traktor mini, namun bajak guludan tipe baris ganda terlebih dahulu digandeng
pada bajak rotari, sehingga traktor mini digunakan sebagai sumber tenaga untuk
menggerakkan bajak rotari yang telah terhubung dengan bajak guludan tipe baris
ganda.
Rancangan bangun bajak guludan tipe baris ganda yang dihubungkan pada
bajak rotari bertujuan untuk menghancurkan atau memotong tanah yang terlebih
dahulu diolah oleh alat pengolahan pertama. Tanah yang tercacah oleh bajak rotari
selanjutnya akan langsung dibentuk menjadi guludan oleh bajak guludan tipe baris
ganda. Penggandengan bajak guludan pada bajak rotari juga berguna supaya luas
lahan yang diolah tidak memakan waktu yang banyak, sehingga pengolahan tanah
kedua dapat langsung diolah menjadi guludan. Seperti yang disampaikan Yuswar
Universitas Sriwijaya
37
38
(2004), bahwa luas tanah yang diselesaikan dengan waktu yang singkat maka
pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai efisiensi tanah yang tinggi.
Pada bajak guludan tipe baris ganda memiliki empat sayap yang saling
berhadapan. Pada posisi sayap bajak yang saling berhadapan bertujuan untuk
menghasilkan guludan ganda atau dua baris guludan dalam satu lintasan. Pada
sayap bajak guludan memiliki fungsi yang sama dengan sayap bajak singkal yang
berguna untuk mengangkat kemudian membalikkan tanah. Oleh karena itu, sayap
bajak guludan dirancang menyerupai sayap bajak singkal. Seperti yang dikatakan
Rizaldi (2006), bahwa bahwa sayap pada bajak singkal berfungsi untuk
mengangkat, menghancurkan dan membalik tanah yang telah dipotong oleh pisau
bajak. Karena bentuknya yang melengkung, pada waktu bajak bergerak maju,
tanah yang telah terpotong akan terangkat ke atas kemudian akan dibalik dan
dilempar sesuai dengan arah pembalikan bajak.
4.2.1. Pengguludan
Universitas Sriwijaya
39
Tabel 4.1. Ukuran guludan menggunakan bajak guludan tipe baris ganda
Tinggi Guludan Lebar Atas Lebar Bawah Lebar Antar Guludan
Lintasan
(cm) (cm) (cm) (cm)
1 24,18 12,70 39,32 25,38
2 23,55 12,91 38,19 25,19
3 24,40 13,36 39,38 24,80
4 22,96 13,03 39,64 24,88
5 21,33 12,65 39,01 25,42
6 24,17 13,48 40,43 25,50
7 24,27 13,22 40,66 25,17
Rata-rata 23,55 13,05 39,52 25,19
Sumber : Data perhitungan
Gambar 4.1. Hasil bentuk guludan dengan bajak guludan tipe baris ganda
Universitas Sriwijaya
40
Pada Tabel 4.1 diatas didapatkan nilai rata-rata tinggi guludan 23,55 cm,
pada data lebar atas guludan bernilai rata-rata 13,05 cm sedangkan pada lebar
bawah guludan memiliki lebar 39,52 cm serta lebar antar guludan memiliki lebar
25,19 cm. Pada hasil perhitungan bentuk dan ukuran guludan lebih lanjut dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Menurut Hermawan (2009), guludan yang sesuai untuk media tanam
sayuran memiliki kriteria hasil guludan yaitu ukuran tinggi guldan berkisar antara
18,5 cm sampai 21 cm, ukuran lebar atas guludan berkisar antara 12 cm sampai 29
cm dan ukuran lebar bawah guludan berkisar antara 48,5 cm sampai 55 cm.
Pada pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa hasil guludan
menggunakan bajak bajak guludan tipe baris ganda sudah sesuai dengan bentuk
kriteria ketentuan guludan tanaman sayur.
Universitas Sriwijaya
41
Nilai ( Ha/Jam)
0,34
0,33
0,32
0,31
0,30
0,29
1 2 3 4 5 6 7
Lintasan
Universitas Sriwijaya
42
traktor lurus, sesaat sebelum melakukan pembajakan, operator melihat satu titik
lurus di depan sehingga waktu tempuh setiap lintasan menjadi lebih efisien.
Universitas Sriwijaya
43
kapasitas lapang efektif atau aktual terhadap kapasitas lapang teoritis yang
dinyatakan dalam persen (Hunt, 1995).
Efisiensi lapang sangat berpengaruh terhadap kemahiran operator. Jika
operator yang kurang menguasai dalam menggunakan traktor maka waktu yang
digunakan akan semakin banyak terpakai. Efisiensi lapang tidak hanya
dipengaruhi oleh operator. Efisiensi lapang juga dapat dipengaruhi oleh kelayakan
mesin untuk bekerja, sebab jika mesin sudah tidak cukup efisien untuk berkerja
maka dampak tersebut akan mengakibatkan efisiensi lapang semakin rendah.
Terdapat dua istilah yang perlu diketahui dalam membahas mengenai kapasitas
kerja suatu alat dan mesin pengolahan tanah, yaitu: Kapasitas lapang teoritis dan
kapasitas lapang efektif.
Universitas Sriwijaya
44
Efisiensi Lapang
88,00
86,00
84,00
Nilai (Ha/Jam)
82,00
80,00
78,00
76,00
74,00
72,00
1 2 3 4 5 6 7
Lintasan
Efisiensi lapang pada pengujian bajak guludan tipe baris ganda berkisar
antara 78,05 % sampai 85,37 %. Efisiensi lapang pada lintasan dua dan empat
merupakan efisiensi lapang tertinggi yaitu 85,37 % dibandingkan lintasan yang
lain. Efisiensi lapang terendah terdapat pada lintasan enam dan lintasan ketiga.
Perhitungan lebih lanjut pada efisiensi lapang dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tingginya efisiensi lapang pada lintasan dua dan lintasan empat dikarena
perbandingan kapasitas lapang efektif dan kapasitas lapang teoritis tidak memiliki
selisih yang besar. Seperti dikatakan oleh Yuswar (2004), bahwa efisiensi suatu
traktor tergantung dari kapasitas lapang efektif dan kapasitas lapang teoritis yang
dinyatakan dalam persen (%). Jadi semakin kecil perbandingan antara kapasitas
lapang teoritis dengan kapasitas lapang efektif maka efisiensi lapang juga akan
semakin besar.
Efisiensi lapang terendah pada lintasan enam dikarenakan kecilnya
kapasitas lapang efektif saat pengujian bajak guludan tipe baris ganda. Manik et
al, (2014) juga menyatakan bahwa semakin besar kecepatan maju traktor
beroperasi maka kapasitas lapang efektif traktor semakin besar..
Universitas Sriwijaya
45
(2005), Kandungan air tanah pada saat pengolahan tanah merupakan salah satu
faktor yang menentukan kualitas hasil olahan tanah sebagai media tumbuh
tanaman. Perubahan sifat fisik tanah akibat pengolahan tanah ditentukan oleh
banyaknya air pada saat pengolahan tanah dan alat pengolah tanah yang
digunakan.
Pengukuran kadar air dilakukan sebelum dan sesudah pengguludan
dilaksanakan. Pengukuran kadar air ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
persentasi air yang terkandung pada tanah yang diolah. Pengambilan sampel tanah
dilakukan menggunakan ring sampel.
Berdasarkan hasil pengukuran kadar air didapatkan kadar air sebelum
pengolahan yaitu 27,62 % . Pada kadar air sesudah pengguludan didapat kadar air
yaitu 25,9 % . Kadar air setelah pengguludan mengalami penurunan nilai kadar air
yang dimiliki sebelum pengguludan lebih tinggi dibandingkan sesudah
pengguludan. Hal ini dipengaruhi oleh porositas total dan bahan organik tanah
yang terkandung pada lahan tersebut. Pada pengukuran kadar air dapat dilihat
pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.
Kadar air sebelum pengolahan dengan kadar air sesudah pengguludan
memiliki selisih yang tidak terlalu jauh. Kadar air sesudah pengguludan menjadi
rendah disebabkan permukaan tanah saat melakukan pengguludan mengalami
perpindahan cairan yang diakibatkan adanya gaya tekanan beban. Menurut Haris
(1971), penurunan kadar air setelah pengolahan tanah dikarenakan terjadinya
perpindahan cairan di dalam ruang pori tanah yang diakibatkan oleh adanya
interaksi antara cairan dengan tanah atau gaya – gaya yang timbul akibat adanya
tekanan beban dan gaya gravitasi.
Universitas Sriwijaya
46
Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Bajak guludan tanah tipe baris ganda telah dibuat dan diuji dengan
menghasilkan bentuk guludan yang sesuai dengan yang diharapkan.
2. Penggandengan dua implemen sekaligus pada traktor mini telah
memberikan hasil kinerja yang efisien.
3. Rancangan struktural pada bajak guludan tanah tipe baris ganda telah
memenuhi syarat kekuatan material dalam melakukan pengolahan tanah.
4. Bajak guludan tipe baris ganda telah dibuat dan diuji dengan diperoleh
ukuran guludan yaitu tinggi guludan 23,55 cm, lebar atas guludan 13,05 cm,
lebar bawah guludan 39,52 cm danlebar antar guludan 25,19 cm.
5. Hasil perhitungan efisiensi kerja bajak guludan tipe baris ganda yaitu
kapasitas lapang efektif 0,34 ha/jam, kapasitas lapang teoritis 0,41 ha/jam
dan efisiensi lapang 81,85 %.
6. Hasil pengukuran kadar air yang diperoleh yaitu kadar air sebelum
pengolahan tanah sebesar 27,62% sedangkan kadar air sesudah pengguludan
sebesar 25,9 %.
7. Hasil pengukuran bulk density yang diperoleh pada pengujian bajak guludan
tipe baris ganda yaitu bulk density sebelum pengolahan sebesar 1,44 g/cm3
dan setelah pengguludan sebesar 0,89 g/cm3.
5.2. Saran
Universitas Sriwijaya
47
DAFTAR PUSTAKA
Haerani, A. 2001. Kajian Awal Perancangan Alat dan Mesin untuk Budidaya
Sayuran. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. IPB. Bogor.
Hardjowigeno,S. 2003. Ilmu Tanah. PT. Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Harris, W, L. 1971. The Soil Compaction Process. American Society of
Agricultural Engineering.
Hermawan, W. Desrial, dan Budi, S. 2009. Metode Pembuatan Guludan Secara
Mekanis denganTenaga Penggerak Traktor Dua Roda untuk Budidaya
Tanaman Sayuran. Jurnal Teknologi Pertanian.Institut Pertanian Bogor.
Vol 23, No. 1.
Hersyamsi. 2005. Penggunaan Bahan Yang Mempunyai Nilai Adhesi Dan
Koefisien Gesekan Dengan Tanah Yang Rendah Pada Landside Bajak
Singkal Dalam Upaya Memperkecil Tahanan Tarik. Disertasi
(Dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Hunt, D. 1995. Farm Power and Machinery Management. Low State University
Press. United States of America.
Ina,S,P. 2002. Efisiensi Pelumpuran Tanah Menggunakan Gelebeg, Garu Sisir
Dan Bajak Rotari. Skripsi (Dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Lovita. 2009. Analisis Beban Kerja Pada Pembuatan Guludan di Lahan Kering.
Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. IPB. Bogor.
Manik, A., A. P. Munir dan S. B. Daulay. 2014. Pengaruh Kecepatan Pada
Beberapa Model Implementasi Pengolahan Lahan Sawah. Jurnal Rekayasa
Pangan dan Pertanian. 2(1) : 143-150.
Universitas sriwijaya
48
49
Mardinata, Z dan Zulkifli. 2014. Analisis Kapasitas Kerja Dan Kebutuhan Bahan
Bakar Traktor Tangan Berdasarkan Variasi Pola Pengolahan Tanah,
Kedalaman Pembajakan Dan Kecepatan Kerja. Jurnal Teknologi
Pertanian.Universitas Islam Riau. Vol. 34, No. 3.
Purba, M. 2014. Rancang Bangun furrower tipe double bottom . Skripsi S1 (Tidak
Dipublikasikan). Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya.
Sapei, A., M.A Dhalhar, K. Fujii, S. Miyauchi dan S. Sudou. 1990. Pengukuran
Sifat-Sifat Fisik dan Mekanik Tanah. JICA – DGHE / IPB Project : JTA –
9a (132), Bogor.
Smith, H,P, dan Wilkes, H.L. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Edisi
Keenam. Gadjah Mada University Press. Y ogyakarta
Universitas Sriwijaya
50
Sularso dan K, Suga. 1994. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
PT.Pradnya Paramita. Jakarta
Surbakti, A. A. 2012. Analisis Hubungan Efisiensi Lapang Dan Sinkage Pada
Kegiatan Pengolahan Tanah Di Pt Laju Perdana Indah, Sumatera
Selatan. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Suwardjo, H dan A. Dariah. 1995. Teknik olah tanah konservasi untuk menunjang
pengembangan pertanian lahan kering yang berkelanjutan. Pros. Seminar
Nasional V : 8 – 13. Bandar Lampung.
Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
52
Universitas Sriwijaya
53
Lampiran 2. Pengukuran hasil guludan dengan bajak guludan tipe baris ganda.
Percobaan 1
Percobaan 2
Universitas Sriwijaya
54
Lampiran 2. Pengukuran hasil guludan dengan bajak guludan tipe baris ganda.
(Lanjutan)
Percobaan 3
Universitas Sriwijaya
55
Percobaan 1
Percobaan 2
Percobaan 3
Universitas Sriwijaya
56
Percobaan 1
Percobaan 2
Universitas Sriwijaya
57
Percobaan 3
Universitas Sriwijaya
58
Percobaan 1
Universitas Sriwijaya
59
Percobaan 2
Universitas Sriwijaya
60
Percobaan 3
Universitas Sriwijaya
61
Mulai
Perancangan alat
Pengujian alat
Pengolahan data
Selesai
Universitas Sriwijaya
62
Universitas Sriwijaya
63
Universitas Sriwijaya
64
Universitas Sriwijaya
65
Universitas Sriwijaya
66
Lampiran 11. Sayap dan tangkai bajak guludan tipe baris ganda
Universitas Sriwijaya
67
Universitas Sriwijaya
68
Universitas Sriwijaya
69
Lampiran 14. Foto hasil pengujian bajak guludan tipe baris ganda
Universitas Sriwijaya
70
Universitas Sriwijaya