You are on page 1of 84

SKRIPSI

RANCANG BANGUN BAJAK GULUDAN TANAH


TIPE BARIS GANDA PADA BUDIDAYA SAYURAN
DENGAN TENAGA TARIK TRAKTOR MINI

DESIGN OF DOUBLE ROW TYPE BEDDER


FOR VEGETABLES CULTIVATION
POWERED BY MINI TRACTOR

Jimmi Fransisco
05111002030

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
SKRIPSI

RANCANG BANGUN BAJAK GULUDAN TANAH


TIPE BARIS GANDA PADA BUDIDAYA SAYURAN
DENGAN TENAGA TARIK TRAKTOR MINI

DESIGN OF DOUBLE ROW TYPE BEDDER


FOR VEGETABLES CULTIVATION
POWERED BY MINI TRACTOR

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar


Sarjana Teknologi Pertanian

Jimmi Fransisco
05111002030

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2015
SUMMARY

JIMMI FRANSISCO. Design of Double Row Type Bedder For Cultivation Of


Vegetables Powered by Mini Tractor (Supervised by HERSYAMSI and
ARJUNA NENI TRIANA)
The research objective was to design double row type bedder and observe
the changes in physical properties of soil on ridges formed. The research
conducted at Workshop of Agriculture Technology, Faculty of Agriculture,
Sriwijaya University from February 2015 to April 2015. The method used in this
research was design and tested double row type bedder. Parameter in this research
were shape and size of the bed, effective field capacity (KLE), theoretical field
capacity (KLT), efficiency (Eff), water content (KA), and bulk density (BD).
The result showed that height of the bed was 23.55 cm, top width of bed
was 13.05 cm, bottom width of bed was 39.52 cm, width between ridges was
25.19 cm. The effective field capacity (KLE) was 0.34 ha/hour , theoretical field
capacity (KLT) was 0.41 ha/hour and efficiency of field (Eff) was 81.85 %. The
results of measurements of water content were obtained before the first processed
of soil was 27.62 % and 25.9 % after tested the bedder. The results of the bulk
density measurements were obtained before tested 1.42 gram/cm3 and after tested
0.89 gram/cm3.

Keywords : Bedder, Bed, Physical Properties of Soil, Efficiency of Field.

Universitas Sriwijaya
RINGKASAN

JIMMI FRANSISCO. Rancang Bangun Bajak Guludan Tanah Tipe Baris Ganda
pada Budidaya Sayuran dengan Tenaga Tarik Traktor Mini (Dibimbing oleh
HERSYAMSI dan ARJUNA NENI TRIANA).
Penelitian bertujuan untuk merancang alat pembuat guludan tipe baris
ganda dan mengamati perubahan sifat fisik tanah pada guludan yang terbentuk.
Penelitian dilakukan pada Laboratorium Perbengkelan Jurusan Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya pada Februari 2015 hingga
April 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode rancang
bangun dan pengujian alat guludan tipe baris ganda. Parameter dalam penelitian
adalah bentuk dan ukuran guludan, kapasitas efektif lapangan (KLE), kapasitas
lapangan teoritis (KLT), efisiensi lapang (Eff), kadar air (KA), dan kerapatan isi
(BD).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketinggian guludan yaitu 23,55 cm,
lebar atas guludan yaitu 13,05 cm, lebar bawah guludan 39,52 cm, lebar antara
guludan adalah 25,19 cm. Kapasitas lapangan efektif (KLE) adalah 0,34 ha / jam,
kapasitas lapangan teoritis (KLT) adalah 0,41 ha / jam dan efisiensi lapangan
(Eff) adalah sebesar 81,85%. Hasil pengukuran kadar air yang diperoleh sebelum
proses pengolahan tanah pertama yaitu 27,62% dan 25,9% setelah pengujian alat
guludan. Hasil pengukuran bulk density yang diperoleh sebelum diuji 1,42 gram /
cm3 dan setelah diuji 0,89 gram / cm3.

Kata Kunci : Alat Guludan, Guludan, Sifat Fisik Tanah, Effisiensi Lapang

Universitas Sriwijaya
RIWAYAT HIDUP

JIMMI FRANSISCO. Lahir di Palembang pada tanggal 12 Mei 1993.


Anak laki-laki dari Bapak M.Tampubolon dan Ibu R.Siregar merupakan anak
kedua dari tiga bersaudara.
Pendidikan sekolah dasar diselesaikan pada tahun 2005 di SD Negri 183
Palembang. Sekolah menengah pertama di SMP Negeri 26 Palembang pada tahun
2008, dan sekolah menengah atas di SMA Xaverius 2 Palembang pada tahun
2011.
Pada bulan Agustus 2011 tercatat sebagai mahasiswa pada Program Studi
Teknik Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Universitas Sriwijaya melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama kuliah di
Universitas Sriwijaya, penulis menjabat sebagai anggota Event Organizer (EO) di
organisasi Himpunan Mahasiswa Teknologi Pertanian (HIMATETA).
Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Menggambar
Teknik periode 2012-2013, 2013-2014 dan 2014-2015, asistensi praktikum mata
kuliah Klimatologi periode 2013-2014 dan 2014-2015, asistensi praktikum mata
kuliah Hubungan Tanah dan Alat Pertanian periode 2014-2015, asistensi
praktikum mata kuliah Perbengkelan periode 2014-2015 dan juga asistensi
praktikum mata kuliah Elemen Mesin periode 2014-2015.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang
telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Rancang Bangun Bajak Guludan Tanah Tipe Baris Ganda
pada Budidaya Sayuran dengan Tenaga Tarik Traktor Mini”.
Selama melaksanakan penelitian hingga selesainya skripsi ini, penulis
banyak mendapatkan bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.
2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Unsri.
3. Ketua Program Studi Teknik Pertanian dan Teknologi Hasil Pertanian,
Fakultas Pertanian, Unsri.
4. Bapak Dr.Ir. Hersyamsi, M.Agr. sebagai pembimbing pertama yang telah
memberikan bantuan, arahan, bimbingan, motivasi dan nasehat kepada
penulis yang tidak hentinya diberikan.
5. Ibu Arjuna Neni Triana, S.TP., M.Si. sebagai pembimbing kedua dan
pembimbing akademik yang telah memberikan bantuan, arahan, bimbingan,
motivasi dan nasehat kepada penulis serta tidak hanya sebagai dosen
pembimbing akademik kepada mahasiswanya tapi juga sebagai orang tua
kepada penulis. Semoga Tuhan melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau.
6. Ibu Hilda Agustina, S.TP., M.Si. sebagai penguji pertama yang telah
memberikan bimbingan, saran dan arahan kepada penulis.
7. Bapak Ir. Tri Tunggal, M.Agr. sebagai penguji kedua yang telah memberikan
bimbingan, saran dan arahan kepada penulis.
8. Ibu Dr.Ir. Hj. Umi Rosidah, M.S. sebagai penguji ketiga yang telah
memberikan bimbingan, saran dan arahan kepada penulis.
9. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Teknologi Pertanian yang telah mendidik dan
membagi ilmunya kepada penulis dengan penuh kesabaran.
10. Staf Jurusan Teknologi Pertanian (Jhon Heri, Fahrurozi, Hendra Saputra dan
Iksan) atas semua bantuan dan kemudahan yang diberikan kepada penulis.

Universitas Sriwijaya
ix
11. Kedua orang tuaku tersayang yang selalu berjuang dan bekerja dengan tetesan
keringat, mendoakan dan mengiringi setiap langkahku dimanapun aku berada.
12. M.Sinambela, Nelly Tampubolon dan Infanyel Tampubolon yang telah
memdoakan dan memberikan semangat serta arahan kepada penulis.
13. Maya Amellya yang telah memberikan doa, bantuan, semangat, saran dan
arahan yang berguna kepada penulis.
14. Anton Tantriono yang selalu menemani dan membantu serta mendoakan
penulis dalam menyelesaikan penelitian.
15. Teman PA (Rachmat Septrio Wijaya) yang sangat selalu membantu dan
memberikan dukungan kepada penulis.
16. Teman-teman TP 2011 (Gerry Hudera D, Irwan Eka Saputra, Rahmat S.F,
Aprilyansi Roby, M.Ari Saputra, Wahyu Ramadan, Fathul Imron, Husni Adi
S, Budi Santoso, Rizki Marta, Bagus Septian, Andri Setiawan, Trie
Adhiwibowo, Handoko Manuel AS, Atven Sanggam S, Apriana Pertiwi,
Bella S, Lily E, Dewi F, Nandha, Jessica, Ningsih, Dina, Bill Andrea, Sujiyat,
Sholaudin, Wida, Rizki Hidayati, Jebry, Inka, Baga S, Detty, Evana, Lia,)
atas doa, dukungan dan saran serta arahan yang diberikan kepada penulis.
17. Kakak tingkat 2005, 2006, 2007, 2008, 2009 dan 2010 yang telah
memberikan doa dan semangat kepada penulis.
18. Adik tingkat 2012, 2013 dan 2014 yang telah memberikan doa dan semangat
kepada penulis.
19. Seluruh pihak yang tidak dapat saya ucapkan satu persatu namun telah
memberikan semangat dan doanya kepada penulis.

Indralaya, Juli 2015

Penulis

Universitas Sriwijaya
ix
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan ......... ....................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Budidaya Sayuran .............................................................................. 3
2.2. Pengolahan Tanah .............................................................................. 3
2.3. Bajak Singkal ..................................................................................... 5
2.4. Bajak Rotari ....................................................................................... 6
2.5. Bajak Guludan .................................................................................... 8
2.6. Efisiensi Pengolahan Tanah ................................................................ 9
2.7. Sifat Fisik Tanah ................................................................................ 11
III. PELAKSANAAN PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu .............................................................................. 13
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................... 13
3.3. Metode Penelitian .............................................................................. 13
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Rancangan Bangun Bajak Guludan Tipe Baris Ganda ...................... 37
4.2. Implementasi Bajak Guludan Tipe Baris Ganda ............................... 38
4.3. Analisa Teknis ................................................................................... 39
V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 48
LAMPIRAN ............................................................................................... 51

Universitas Sriwijaya
xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1. Beban tarik pada tangkai bajak guludan ............................. 17
Gambar 3.2. Beban lentur yang terjadi pada tangkai bajak ..................... 18
Gambar 3.3. Beban lentur yang terjadi pada pengunci ............................ 20
Gambar 3.4. Momen yang terjadi pada pengunci .................................... 21
Gambar 3.5. Beban tarik pada pengunci ................................................... 21
Gambar 3.6. Momen puntir pada batang tarik ......................................... 24
Gambar 3.7. Sayap bajak guludan tipe baris ganda .................................. 26
Gambar 3.8. Batang tarik bajak guludan tipe baris ganda......... ............... 27
Gambar 3.9. Besi penjepit bajak guludan tipe baris ganda ....................... 28
Gambar 3.10. Besi penggandeng guludan tipe baris ganda ........................ 29
Gambar 3.11. Titik penentuan pengukuran kadar air ................................. 30
Gambar 3.12. Skema pola pengolahan tanah pertama ............................... 31
Gambar 3.13. Skema pola continuous tilling ............................................. 32
Gambar 4.1. Hasil bentuk guludan dengan bajak guludan tipe baris ganda. 39
Gambar 4.2. Grafik kapasitas lapang efektif ............................................. 41
Gambar 4.3. Grafik efisiensi lapang ........................................................ 44

Universitas Sriwijaya
xii
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1. Ukuran guludan menggunakan bajak guludan tipe baris ganda. 39
Tabel 4.2. Pengukuran kapasitas lapang efektif .......................................... 40
Tabel 4.3. Pengukuran efisiensi lapang ....................................................... 43

Universitas Sriwijaya
xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Sifat-sifat mekanis standard.................................................. 52
Lampiran 2. Pengukuran hasil guludan dengan bajak guludan tipe baris
ganda..................................................................................... 53
Lampiran 3. Pengukuran kapasitas lapang pada saat pengguludan... ....... 55
Lampiran 4. Perhitungan kadar air dan bulk density sebelum pengolahan. 56
Lampiran 5. Perhitungan kadar air dan bulk density sesudah pengolahan 58
Lampiran 6. Diagram alir penelitian ........................................................ 61
Lampiran 7. Desain Bajak guludan tipe baris ganda................................. 62
Lampiran 8. Bajak guludan tipe baris ganda ............................................. 63
Lampiran 9. Tangkai tarik bajak guludan tipe baris ganda ....................... 64
Lampiran 10. Besi Penjepit bajak guludan tipe baris ganda ...................... 65
Lampiran 11. Sayap dan tangkai bajak guludan tipe baris ganda ............... 66
Lampiran 12. Foto rangkaian bajak guludan tipe baris ganda .................... 67
Lampiran 13. Foto pengujian bajak guludan tipe baris ganda .................... 68
Lampiran 14. Foto hasil pengujian bajak guludan tipe baris ganda ............ 69
Lampiran 15. Foto pengukuran bentuk guludan ......................................... 70

Universitas Sriwijaya
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kegiatan pengolahan tanah merupakan pekerjaan yang perlu diperhatikan
pada kegiatan budidaya pertanian. Petani di Indonesia masih melakukan
pengolahan tanah secara konvensional dan manual dengan tenaga manusia
sehingga waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan pengolahan tanah semakin lama
(Haerani,2001).
Pengolahan tanah merupakan upaya menciptakan media tumbuh yang baik
bagi tanaman. Penggunaan alat dan mesin dalam pengolahan tanah dengan
berbagai ukuran, tipe, dan bentuk telah sedemikian intensifnya, sehingga
pengklasifikasian peralatan pengolahan tanah dapat dilakukan sesuai dengan
fungsi yang berdasarkan urutan kegiatan pengolahan tanah, yaitu alat pengolahan
tanah primer yaitu pembajakan, misalnya bajak singkal dan alat pengolahan tanah
sekunder yaitu penggaruan, misalnya garu piring (Hersyamsi, 2005).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk kegiatan pengolahan tanah
yaitu dengan menggunakan alat dan mesin pertanian. Alat dan mesin pertanian
adalah solusi untuk mengatasi hal tersebut. Menurut Daywin et al., (1999), tujuan
utama penggunaan alat dan mesin pertanian adalah meningkatkan produktivitas
kerja dan meringankan pekerjaan di bidang petanian. Pengolahan tanah
merupakan salah satu tujuan untuk penunjang dalam media tanam pada budidaya
pertanian.
Berdasarkan sistem penanaman diatas permukaan tanah maka pola
penanaman terbagi menjadi 3 yaitu penanaman dalam alur, penanaman di
permukaan datar dan penanaman di atas guludan. Penanaman di atas guludan
(bed planting) banyak dilakukan di daerah-daerah yang banyak mengalami hujan
sehingga baik untuk memperbaiki drainase permukaan.
Pembuatan guludan dapat dilakukan secara manual dan mekanis.
Pembuatan guludan secara manual dapat dibentuk dengan menggunakan cangkul
sedangkan pembuatan guludan secara mekanis dapat dengan menggunakan bajak

Universitas Sriwijaya
1
2

guludan. Guludan yang dihasilkan dengan menggunakan bajak guludan memiliki


banyak kelebihan dibandingkan menggunakan cangkul (Lovita, 2009).
Di Indonesia, mesin-mesin pertanian, terutama untuk pengolahan tanah
hingga pembuatan guludan untuk penanaman sayuran, jumlahnya sangat sedikit
bahkan bisa dikatakan hampir tidak ada. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu
penelitian tentang metode atau cara pengolahan tanah secara mekanis dengan
menggunakan traktor sebagai tenaga penggeraknya (Hermawan et al., 2009)
Pembuatan guludan tanah dengan menggunakan bajak guludan yang ada
belum memberikan hasil guludan yang maksimal. Pembuatan guludan tersebut
disebabkan bajak guludan yang dirancang memerlukan dua lintasan dalam
membentuk satu guludan. Untuk itu perlu dilakukan rancangan baru terhadap
bentuk bajak guludan agar memaksimalkan kerja pada pembuatan guludan tanah
dengan satu lintasan untuk membentuk satu baris guludan. Adapun rancangan
baru yang perlu dilakukan yaitu merancang posisi bajak guludan agar saling
berhadapan satu dengan yang lain dan secara bersamaan menghimpun tanah
dalam membentuk guludan (Purba, 2014).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Purba (2014) alat furrower tipe
double bottom dengan tenaga tarik traktor tangan akan membentuk guludan satu
baris dalam satu lintasan kerja. Posisi bajak guludan pada saat melakukan
pembentuk guludan berada di bagian depan operator. Posisi ini dapat
menyulitkan operator untuk mengolah tanah yang akan digulud. Pengaruh posisi
akan menyebabkan operator menginjak tanah yang telah berbentuk guludan,
sehingga dapat menyebabkan sifat fisik tanah akan terganggu pada tanah yang
telah diolah.
Berdasarkan uraian diatas, maka diperlukan penelitian pembuatan bajak
guludan tipe baris ganda yang ditarik traktor mini agar dapat menghasilkan dua
baris guludan dalam satu kali lintasan.

1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan menguji bajak guludan tipe
baris ganda pada budidaya sayuran dengan tenaga tarik traktor mini.

Universitas Sriwijaya
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Budidaya Sayuran

Menurut Williams et al., (1993), budidaya sayuran meliputi beberapa


kegiatan yaitu pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pemeliharaan, dan
pemanenan. Budidaya sayuran di daerah tropika sangat dipengaruhi oleh
ketinggian tempat. Tipe –tipe usaha tani sayuran yang berbeda dapat dijumpai di
dataran rendah dan dataran tinggi.
Pengolahan tanah pada budidaya tanaman sayuran bertujuan untuk
membuat kondisi tanah sesuai dengan kondisi yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman sayuran serta membuat guludan atau bedengan yang sesuai
sebelum dilakukan penanaman. Guludan yang baik untuk penanaman sayuran
harus bebas dari gulma yang dapat mengurangi penyerapan air dan unsur-unsur
hara oleh tanaman sayuran.
Williams et al. (1993), menyatakan di daerah yang mungkin mengalami
kekurangan air secara berkala, pembentukan guludan lebih baik daripada
bedengan yang lebar (bedengan dengan lebar satu meter atau lebih) karen akan
memudahkan tanaman mencapai air. Nurtika dan Abidin (1997) menyatakan
bahwa teknik bertanam dengan menggunakan guludan adalah cara terbaik untuk
bertanam tomat di musim penghujan.

2.2. Pengolahan Tanah

Tanah merupakan bagian yang tidak terlepaskan dari kehidupan manusia,


karena tanah merupakan tempat kelangsungan hidup manusia. Manusia
melakukan berbagai macam aktivitas diatas tanah untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya seperti untuk bertani, berladang, bercocok tanam mendirikan rumah.
Pada era industrialisasi sedang berkembang di Indonesia pembangunan tidak
hanya meningkat dari sisi kualitas saja tetapi juga secara kuantitas yang beraneka
ragam dan luas (Nurchasanah, 2013)

Universitas Sriwijaya
3
4

Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang


diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan
tanaman. Tujuan pokok adalah menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit tanaman,
daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman dan memberantas
gulma (Musa et.al, 2006)
Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menjaga aerasi dan kelembaban
tanah sesuai dengan kebutuhan tanah, sehingga pertumbuhan akar dan penyerapan
unsur hara oleh akar tanaman dapat berlangsung dengan baik. Ada beberapa cara
pengolahan tanah yang dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu tanpa olah tanah,
pengolahan tanah minimum dan pengolahan tanah intensif (Tyasmoro et al.,
1995).
Pengolahan tanah diperlukan untuk menggemburkan tanah supaya
mendapatkan perakaran yang baik, tetapi pekerjaan ini dapat menimbulkan
permasalahan jangka panjang sebagai sumber kerusakan tanah yang dapat
menurunkan produktivitas tanah. Pengurangan pengolahan tanah hanya dapat
dilakukan untuk menghindari tanah menjadi padat kembali setelah diolah dan
dapat digunakan teknik pemberian bahan organik ke dalam tanah (Suwardjo dan
Dariah, 1995).
Pengolahan tanah dapat menciptakan kondisi yang mendukung
perkecambahan benih dan mungkin diperlukan untuk memerangi gulma dan hama
yang menyerang tanaman atau untuk membantu mengendalikan erosi. Pengolahan
tanah memerlukan input energi yang tinggi, yang bisa berasal dari tenaga kerja
manusia atau hewan. Pengolahan tanah bisa mengakibatkan efek negatif atas
kehidupan tanah dan meningkatkan mineralisasi bahan organik (Mulyadi et al,
2001). Pekerjaan pengolahan tanah dapat dibagi menjadi pengolahan tanah
primer dan pengolahan tanah skunder. Pengolahan tanah primer bertujuan
mengubah sifat fisik tanah yaitu memotong, memecah, dan membalikkan tanah
sekaligus menutupi gulma dan menjadikannya kompos di bawah tanah. Salah satu
alat pengolahan tanah primer yaitu bajak singkal yang merupakan salah satu alat
pertanian yang tertua. Pengolahan tanah sekunder bertujuan untuk lebih
menggemburkan dan meratakan tanah, salah satu alat yang digunakan adalah
bajak rotari, garu, garu piring, garu rotari, dan garu pegas.

Universitas Sriwijaya
5

2.3. Bajak Singkal

Alat pengolahan tanah pertama adalah alat-alat yang pertama kali


digunakan untuk pengolahan tanah suatu lahan pertanian, yaitu untuk memotong,
memecah, dan membalik tanah. Alat-alat yang biasa digunakan untuk pengolahan
tanah pertama adalah a) bajak singkal (mouldboard plow), b) bajak piring (disc
plow), c) bajak chisel (chisel plow), d) bajak subsoil (subsoiler), dan e) bajak
raksasa (giant plow).
Bajak singkal termasuk jenis bajak yang paling tua, di Indonesia jenis
bajak singkal paling umum digunakan oleh petani untuk melakukan pengolahan
tanah mereka, dengan menggunakan tenaga ternak hela sapi atau kerbau, sebagai
sumber daya penariknya. Terdapat beberapa bentuk rancangan bajak singkal yang
tujuannya untuk dapat memperoleh penyesuaian antara kondisi tanah dengan hasil
pembajakan. Aneka ragam rancangan yang dijumpai selain pada bentuk mata
bajak, juga di bagian perlengkapannya. Mata bajak merupakan suatu bagian dari
bajak yang sangat aktif berfungsi untuk mengolah tanah.
Bajak singkal merupakan implemen pengolah tanah yang paling banyak
digunakan dan mempunyai sejarah yang panjang. Menurut Daywin et al. (1999),
bajak singkal dapat digunakan untuk bermacam-macam jenis tanah dan sangat
baik untuk membalik tanah. Kedalaman olah bajak singkal berkisar antara 15,2
sampai 91,4 cm dengan lebar pembajakan antara 18 sampai 46 tergantung daya
traktor dan tahanan tanah (Smith dan Wilkes, 1990).
Bajak singkal mempunyai bagian-bagian utama, yaitu 1) pisau (share)
untuk memotong, 2) singkal (moulboard) untuk membalik tanah dan membuat
bajak guludan, dan 3) penahan samping (landside) untuk menahan gaya dorong
dari singkal ketika membalik tanah. Ketiga bagian utama tersebut diikat pada
bagian yang disebut frog dan dihubungkan dengan rangka (frame) melalui batang
penarik (beam). Bagian pisau memotong tanah, kemudian meneruskannya ke
bagian singkal. Kemudian singkal mengangkat, membalikkan dan memecah
tanah. Penghancuran bongkahan tanah terjadi pada saat tanah terangkat pada
bidang miring singkal di mana terjadi geseran (Srivastava et al., 1994).
Salah satu bajak singkal yang banyak dikembangakan sekarang yaitu ada
bajak singkal reversible atau bajak singkal bolak-balik. Bajak reversible didesain

Universitas Sriwijaya
6

untuk membalik tanah baik ke arah kanan maupun ke arah kiri. Davies et al
(1993) mengatakan keuntungan dari bajak singkal reversible adalah tanah hasil
pembajakan relatif lebih rata karena arah pembalikkan tanah dapat dibuat satu
arah. Namun bajak singkal tipe reversible dapat mengurangi laju kerja
pembajakan sehingga operator harus selalu merubah arah pembalikkan tanah
setiap kali ganti lintasan. Pada bajak reversible terdapat tuas pembalik arah (turn
wrest-lever) yang terletak di belakang batang kendali bajak, untuk membalikkan
arah pembalikkan potongan tanah. Kegunaannya adalah memutar pisau dan
singkal bajak mengitari poros longitudinal, ke arah kiri atau kanan (Sakai et al,
1998).

2.4. Bajak Rotari

Bajak rotari yang digunakan tidak hanya berperan sebagai pengolahan tanah
kedua, namun bajak rotari pada penelitian ini berguna juga sebagai tempat
penggandeng pada bajak tipe baris ganda. Sehingga beam atau tangkai tarik pada
bajak tipe baris ganda berada dibagian belakang dari bajak rotari.
Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau yang berputar.
Berbeda dengan bajak piringan yang berputar karena ditarik traktor, maka bajak
ini terdiri dari pisau-pisau yang dapat mencangkul yang dipasang pada suatu
poros yang berputar karena digerakkan oleh suatu motor. Bajak rotari banyak
ditemui pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi dan tanaman
hortikultura (Smith dan Wilkes, 1990).
Bajak rotari dapat digunakan untuk pengolahan tanah kering ataupun tanah
sawah (Smith dan Wilkes, 1990). Bajak rotari mempunyai kemampuan untuk
menghancurkan dan menggemburkan tanah sehingga dapat digunakan sebagai alat
pengolahan tanah pertama maupun pengolahan tanah kedua. Bajak rotari sangat
efektif karena pembajakan dan penggaruan tanah dilakukan dalam satu waktu.
Bajak rotari tidak memindahkan tanah kesamping seperti yang dilakukan oleh
bajak singkal dan bajak rotari dapat dengan mudah digunakan pada lahan sawah
yang sulit diolah dengan bajak singkal, karena rotari memberikan gaya dorong
kedepan ( Ina, 2002).

Universitas Sriwijaya
7

Salah satu masalah dari penggunaan bajak rotari ialah apabila di dalam
tanah terdapat benda-benda keras, oleh karena itu biasanya diadakan pengamanan
(dilengkapi per-per pada pisaunya, adanya pengamanan slip pada mesinnya).
Berdasarkan atas sistem pengambilan daya untuk menggerakkan rotor dan pisau
dari bajak rotari, jenis bajak rotari secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu
(Sakai et al, 1998) :
a. Bajak rotari dengan tenaga pemutar pisau dari mesin tersendiri terpisah dari
tenaga traktor sebagai sumber daya penariknya (self propelled unit).
b. Bajak rotari dengan tenaga pemutar pisau dari pto traktor, yang sekaligus
traktor tersebut sebagai sumber daya penariknya (pto drives tractor).
Prinsip kerja bajak rotari pisau-pisau dipasang pada rotor secara melingkar
sampai beban terhadap mesin merata dan dapat memotong tanah secara bertahap.
Pada waktu rotor berputar dan alat bergerak maju pisau akan memotong tanah.
Luas tanah yang terpotong dalam sekali pemotongan tergantung pada kedalaman
dan kecepatan maju (Sakai et al, 1998).
Sistem pemasangan pisau, dengan jumlah yang lebih sedikit akan
memperoleh sedikit hambatan karena adanya seresah pada tanah dan pisau dapat
masuk lebih dalam pada tanah sehingga seresah dapat bercampur dengan tanah.
pemasangan pisau, dengan jumlah yang lebih sedikit juga dapat mengurangi
kemungkinan macetnya alat pada waktu kerja di tanah yang basah dan lengket.
Namun hasil pengolahan diperoleh bongkah yang lebih besar (Sakai et al, 1998).
Kecepatan perputaran pisau dan kecepatan maju akan mempengaruhi
kehalusan pengolahan tanah, semakin cepat perputaran pisau akan diperoleh
pemotongan yang semakin halus, makin lambat perputaran pisau maka hasil
pemotongan akan besar-besar. Pada kecepatan rendah, kemungkinan
penyumbatan oleh tanah dan seresah makin besar tetapi kecepatannya yang besar
akan dapat merusak struktur tanah dan mengurangi umur pemakaian pisau.
Kandungan air tanah, bila tanah dikerjakan pada kandungan air dimana ikatan
partikel kecil maka hasil pengerjaan tanah akan lebih halus (Sakai et al., 1998).
Merancang bangun pengolah tanah rotari harus dipenuhi persyaratan, yaitu
(Suastawa et al, 2000) :

Universitas Sriwijaya
8

a. Alat Mesin mempunyai manuverabilitas tinggi sesuai dengan kondisi kerja


yang lembab atau basah.
b. Alat Mesin mampu mengolah tanah dengan kedalaman yang cukup untuk
membenamkan sisa tanaman dan mencampur lapisan tanah atas secara vertikal.
c. Disain rotari dilengkapi pengatur guna mengatasi tanah basah dan sisa tanaman.
d. Permukaan tanah hasil kerja rata, tanpa terbentuknya alur-alur atau gundukan
tanah.
e. Alat Mesin mempunyai ketahanan kerja, kekuatan konstruksi dan pelindung
bagian-bagian penting terhadap benturan benda keras.
Pengolahan tanah dengan rotari menghasilkan kualitas penghancuran dan
campuran yang sempurna antara cacahan gulma/sisa tanaman dengan tanah.
Gulma sisa tanaman yang terbenam dalam tanah tersebut akan membusuk dan
menjadi pupuk organik. Pengolahan tanah dengan rotari juga dinilai sebagai cara
terbaik dalam menghasilkan pelumpuran sehingga menjadi media tumbuh yang
optimum dan menekan pertumbuhan gulma (Sakai et al,1998).
(Daywin et al,1999) menyatakan bahwa garu rotari merupakan garu yang
berupa pisau-pisau yang dipasang pada suat poros yang berputar karena
digerakkan oleh suatu motor, kedalaman garu rotari berkisar antara 10-25 cm dan
mempumyai kelebihan dapat membajak dan menggaru pada waktu yang
bersamaan.

2.5. Bajak Guludan

Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah


garis kontur atau memotong lereng (Arsyad, 2010). Guludan tanah juga dapat
dibuat dengan bajak guludan tanah yaitu furrower atau ridger (Arsyad, 2010).
Fungsi guludan yaitu :
a. Menggurangi persaingan makanan antara tanaman utama dengan gulma yang
berakar.
b. Menyediakan parit irigasi sehingga menggurangi erosi tanah dan pupuk pada
permukaan tanah.
c. Mencegah terendamnya akar tanaman.
d. Menghambat aliran permukaan dan memperbesar penyerapan air ke tanah.

Universitas Sriwijaya
9

Bajak guludan pada prinsipnya adalah alat perata tanah dan pencetak yang
dapat membentuk permukaan tanah dengan tanah yang rata. Prinsip kerja bajak
guludan adalah mengumpulkan tanah dari tempat – tempat yang tinggi sepanjang
sisi samping dan sisi guludan atas yang dibuat. Tanah yang terkumpul kemudian
diletakkan di bagian – bagian rendah sepanjang alur sehingga akan terbentuk
guludan dengan profil yang seragam di seluruh lapangan Smith dan Wilkes,
(1990).
Menurut Boer (2003) fungsi dari bajak guludan adalah membuat alur,
menutup benih, dan membuat alur untuk irigasi. bajak guludan digunakan
terutama di daerah tropis dan subtropis karena banyak tanaman pangan yang
tumbuh di daerah tersebut seperti kapas, jagung, sorgum, kentang, tebu, sayuran
dan lain –lain yang dibudidayakan dalam suatu alur baris tanaman. Kelebihan dari
bajak guludan, yaitu dapat digunakan untuk satu atau lebih dari satu alur baris,
dapat menggunakan hewan maupun traktor sebagai tenaga penarik, dapat
dikombinasikan dengan implemen lain, dan dapat digunakan sebagai alat
penyiang.
Bajak guludan mempunyai bagian yang utama ,yaitu 1) Mata bajak yang
berfungsi sebagai ujung tombak dari bajak yang memulai menembus tanah. 2)
Pisau bajak yang berfungsi untuk membelah dan memotong tanah. 3) Singkal
majemuk yang berfungsi untuk mengangkat dan membalik tanah ke kanan dan ke
kiri. 4) Rangka batang penarik yang berfungsi sebagai tempat menempelnya
bajak dan berhubungan dengan kerangka utama (Rustam, 2009).

2.6. Efisiensi Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dengan menggunakan mesin-mesin pertanian, hal ini


bertujuan agar waktu yang diperlukan untuk persiapan lahan semakin pendek dan
juga lebih efisien dalam penggunaan dana. Pengolahan tanah dengan
menggunakan mesin-mesin pertanian, hal ini bertujuan agar waktu yang
diperlukan untuk persiapan lahan semakin pendek dan juga lebih efisien dalam
penggunaan dana. Untuk dapat menentukan besarnya efisiensi lapang dari
pengolahan tanah perlu dihitung besarnya kapasitas lapang teoritis dan kapasitas

Universitas Sriwijaya
10

lapang efektif. Efisiensi lapang pengolahan tanah adalah perbandingan dari


kapasitas lapang efektif atau aktual terhadap kapasitas lapang teoritis yang
dinyatakan dalam persen (Hunt, 1995).
Pola pengolahan tanah erat hubungannya dengan waktu yang hilang
karena belokan selama pengolahan tanah. Pola pengolahan harus dipilih dengan
tujuan untuk memperkecil sebanyak mungkin pengangkatan alat, karena pada
waktu diangkat alat itu tidak bekerja, makin banyak pengangkatan alat pada waktu
belok, makin rendah efisiensi kerjanya (Mardinata et al, 2014).
Terdapat dua istilah yang perlu diketahui dalam membahas mengenai
kapasitas kerja suatu alat dan mesin pengolahan tanah, yaitu: Kapasitas
Lapang Teoritis dan Kapasitas Lapang Efektif.

2.6.1. Kapasitas Lapang Teoritis


Menurut (Srivastava et al., 1994), dijelaskan bahwa kapasitas lapang
merupakan jumlah proses yang dapat diselesaikan sebuah mesin dalam satuan
waktu. Kapasitas lapang teoritis merupakan perhitungan kapasitas lapang pada
saat efisiensi lapang mencapai satu (100%). Artinya, suatu alat atau mesin
dianggap bekerja sempurna tanpa ada waktu untuk membelok atau berhenti. Jadi,
perhitungan Kapasitas Lapang Teoritis (KLT) merupakan perhitungan kapasitas
lapang dengan mengukur lebar implemen dan kecapatan kerja pengolahan tanah.
Waktu aktual yang dibutuhkan untuk mengolah tanah akan bertambah sebagai
bagian dari adanya overlap, waktu berbelok pada ujung petakan, maupun waktu
istirahat yang digunakan oleh operator. Pertambahan waktu dari waktu teoritis ini
menyebabkan efisiensi lapang pengolahan tanah berkurang dari 100%.

2.6.1. Kapasitas Lapang Efektif


Kapasitas Lapang Efektif pada pengolahan tanah merupakan total waktu
yang dibutuhkan alat atau mesin pengolahan tanah untuk menyelesaikan
pekerjaan pengolahan tanah berbanding luasan tanah yang terolah. Kapasitas kerja
yang efektif dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah merupakan fungsi dari
lebar kerja yang efektif, kecepatan jalan aktual, serta waktu efektif yang terpakai
selama bekerja. Besarnya lebar kerja aktual ditentukan oleh terjadinya tumpang
tindih (overlapping) hasil kerja pengolahan tanah, yang disebabkan pengaruh

Universitas Sriwijaya
11

keterampilan operator, sistem penggandengan peralatan, kecepatan kerja, serta


beberapa kondisi lahan lainnya.
Besarnya kecepatan aktual ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain
besarnya slip roda yang harganya dipengaruhi oleh sistem rancangan roda,
besarnya daya, jenis dan kondisi tanah, keterampilan operator, serta kecepatan
kerja maksimumnya. Waktu efektif merupakan waktu terpakai selama bekerja,
yang besarnya sangat ditentukan oleh besarnya kerugian waktu yang tidak
efektif atau biasanya disebut sebagai waktu hilang selama bekerja.
Waktu hilang, merupakan ubahan yang sukar dinilai dalam menentukan
kapasitas kerja. Waktu pelerjaan lapang dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah
dapat hilang karena untuk pengaturan, mengatasi kemacetan, atau kerusakan-kerusakan
kecil, untuk belok diujung lapangan, dan lain sebagainya. Untuk perawatan
harian, pemasangan atau kerusakan berat tidak dimasukkan dalam kategori waktu
hilang. Sedangkan waktu yang digunakan untuk pengangkutan dari dan ke
lapangan juga tidak dimasukkan dalam perhitungan untuk menentukan ongkos
kerja alat dan mesin pengolahan tersebut (Rustam, 2003).

2.7. Sifat Fisik Tanah


2.7.1. Kadar Air
Kandungan air tanah pada saat pengolahan tanah merupakan salah satu
faktor yang menentukan kualitas hasil olahan tanah sebagai media tumbuh
tanaman. Perubahan sifat fisik tanah akibat pengolahan tanah ditentukan oleh
banyaknya air pada saat pengolahan tanah dan alat pengolah tanah yang
digunakan (Wirosoedarmo, 2005).
Air terdapat di dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah,
tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keaadan drainase yang kurang baik
(Hardjowigeno, 2003). Menurut Das (1993), kadar air tanah didefinisikan sebagai
perbandingan antara berat cair dan berat butiran padat dari volume tanah yang
diteliti.

Universitas Sriwijaya
12

2.7.2. Kerapatan Isi (Bulk Density)


Bulk density merupakan petunjuk kerapatan tanah, makin padat suatu tanah
maka makin sulit meneruskan air dan penetrasi akar makin sulit. Bulk
density sangat penting pada pertumbuhan tanaman karena kita dapat mengetahui
kebutuhan pupuk atau air pada tiap-tiap hektar tanah didasarkan pada berat
tanah (Harjowigeno, 2003)
Menurut Hardjowigeno (2003), kerapatan isi merupakan perbandingan
antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori – pori tanah.
Kerapatan isi merupakan petunjuk kepadatan tanah. Semakin padat suatu tanah
maka kerapatan isi semakin tinggi yang berarti semakin sulit meneruskan air atau
ditembus oleh akar tanaman.

Universitas Sriwijaya
BAB 3
PELAKSANAAN PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu


Pelaksanaan penelitian dilakukan di Laboraturium Alat dan Mesin
Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
dan lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya dilaksanakan pada
Februari 2015 sampai April 2015.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada penelitian adalah 1). Alat las, 2). Bajak rotari,
3). Bor tangan, 4). Cangkul, 5). Cutter, 6). Desikator, 7). Gergaji besi, 8).
Gerinda, 9). Kamera digital, 10). Meteran, 11). Mistar ukur, 12). Neraca analitis,
13). Oven, 14). Ring sample, 15). Stopwatch dan 16). Traktor mini.
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah adalah 1). Baut, 2). Minyak
solar dan 3). Pelat baja, 4). Pelat besi.

3.3. Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode rancang bangun
bajak guludan tanah tipe baris ganda kemudian dilanjutkan dengan pengujian
efisiensi hasil rancangan serta sifat fisik tanah.

3.3.1. Cara Kerja

3.3.1.1. Perancangan Bajak Guludan Tipe Baris Ganda


3.3.1.1. 1. Kriteria Rancangan
Perancangan bajak guludan tipe baris ganda berguna untuk pembuat
guludan ganda dengan hanya satu kali lintasan. Perancangan bajak guludan
yang sudah ada belum dapat memberikan hasil guludan yang maksimal. Pada alat
pembuat guludan yang sudah ada yaitu menggunakan tenaga tarik traktor tangan
dalam membentuk guludan satu baris dalam satu lintasan kerja. Bajak guludan
tipe baris ganda menggunakan tenaga tarik dari traktor mini. Bajak guludan tipe
baris ganda terlebih dahulu digandeng kepada bajak rotary, sehingga traktor mini

Universitas Sriwijaya
13
14

digunakan sebagai sumber tenaga untuk menggerakkan bajak rotari yang


menggandeng bajak guludan tipe baris ganda.
Rancangan bangun alat guludan tipe baris ganda digandeng pada bajak
rotari kubota. Bajak rotari berguna sebagai alat pengolah tanah kedua, yang
bertujuan untuk menghancurkan atau memotong tanah yang telah diolah
menggunakan alat pengolahan tanah pertama. Pada perancangan alat guludan tipe
baris ganda akan menerima bagian tanah yang telah dipotong atau dicacah oleh
pisau rotari, sehingga tanah yang telah terolah langsung dibentuk menjadi guludan
dengan menggunakan bajak guludan tipe baris ganda.

3.3.1.1. 2. Rancangan Fungsional


Rancangan fungsional menjelaskan tentang fungsi pada bagian yang
terdapat pada bajak guludan tipe baris ganda. Komponen yang terdapat pada
bajak guludan tipe baris ganda yaitu terdiri dari pisau bajak, sayap bajak,
tangkai bajak, landside, batang tarik (beam), besi penjepit, batang penghubung,
pengatur sudut depan, dan besi penggandeng. Bagian-bagian bajak guludan tipe
baris ganda tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut :

3.3.1.1.2.1. Pisau Bajak Guludan Tipe Baris Ganda


Pisau bajak berguna untuk memotong permukaan tanah secara horizontal
dan menggesernya menuju bagian sayap bajak.

3.3.1.1.2.2. Sayap Bajak Guludan Tipe Baris Ganda


Sayap bajak guludan tipe baris ganda berguna untuk mengangkat dan
membalikan tanah yang telah terpotong oleh pisau bajak. Tanah yang dibalikkan
pada sayap bajak guludan akan membentuk lengkungan, sehingga saat bajak
bergerak maju maka tanah yang telah terpotong akan membentuk guludan.

3.3.1.1.2.3. Landside Bajak Guludan Tipe Baris Ganda


Landside berguna untuk menstabilkan bajak saat maju dengan cara
menahan gaya tekan tanah dari arah samping yang diterima oleh bajak singkal.
Pada saat bajak tersebut beroperasi untuk memotong dan membalik tanah, maka
landside mampu mempertahankan gerakan maju bajak agar tetap lurus. Bagian

Universitas Sriwijaya
15

stabil bajak akan selalu bergerak sejajar dan menempel pada dinding alur
pembajakan.

3.3.1.1.2.4. Tangkai Bajak Guludan Tipe Baris Ganda


Tangkai bajak berfungsi untuk tempat menempelnya pisau bajak, landside,
dan sayap bajak guludan tipe baris ganda. Beban tarik yang berasal dari sayap dan
pisau saat bajak guludan dioperasikan maka akan ditahan oleh tangkai bajak.

3.3.1.1.2.5. Batang Tarik (Beam)


Batang tarik berguna untuk penyangga dan tempat kedudukan pada
tangkai bajak guludan tipe baris ganda.

3.3.1.1.2.6. Besi Penjepit


Besi penjepit berguna untuk pengunci tangkai bajak terhadap batang tarik
(beam).

3.3.1.1.2.7. Besi Penggandeng


Besi penggandeng berguna untuk menggandengkan bajak guludan tipe
baris ganda dengan bajak rotari.

3.3.1.1.3. Rancangan Struktural


3.3.1.1.3.1. Analisis Dimensi Bajak Guludan Tipe Baris Ganda
3.3.1.1.3.1.1. Pisau, Sayap Dan Tangkai Bajak

Analisis penentuan dimensi bajak guludan tipe baris ganda didasarkan


pada beban tarik maksimum. Beban tarik maksimum bertujuan untuk melihat
batas kemampuan bahan pada perancangan dimensi bajak guludan tipe baris
ganda. Pada penentuan besarnya beban tarik pada perancangan bajak guludan
maka dilakukan prapenelitian terlebih dahulu. Pada prapenelitian bajak singkal
digunakan sebagai indikator untuk menentukan dimensi dari pisau, sayap dan
tangkai bajak guludan. Pada prapenelitian ini beban tanah yang menghambat
majunya traktor diambil kemudian ditimbang untuk mengetahui berat tanah atau
massa tanah. Berat tanah yang menghambat maju traktor yaitu 14 kg. Beban tarik
dapat dihitung dengan Persamaan 1 :

Universitas Sriwijaya
16

F=mxg ......................................................................... (1)

= 14 kg x 9,8 m/s2

= 137,2 N

= 13,99 kgf = 14 kgf

Bajak guludan tipe baris ganda terdapat tiga tangkai bajak, maka setiap
kemampuan tarik maksimum pada masing-masing tangkai yaitu 14 kgf. Beban
yang diterima tangkai bajak berasal dari pisau, sayap bajak dan tanah. Tangkai
bajak berperan aktif dalam kekuatan saat melakukan pembentukan guludan karena
semua beban dalam pembentukan guludan bertumpuh pada tangkai bajak tersebut.
Beban tangkai bajak dapat dilihat pada Gambar 3.1. Dimensi pada tangkai bajak
guludan berdasarkan besarnya beban dapat ditentukan pada Persamaan 2
(Nash,1998) :

σa = M ................................................................................ (2)

keterangan :
σa = Nilai kekuatan tarik bahan yang diperbolehkan (kgf/mm2)
M = Momen yang terjadi pada tangkai (kgf mm)
c = Titik tengah bahan (mm)
I = Inersia bahan (mm4)

Universitas Sriwijaya
17

Gambar 3.1. Beban tarik pada tangkai bajak guludan

Tangkai bajak tipe baris ganda berbahan dasar dari pelat baja, dimana pelat
baja yang digunakan yaitu pelat baja karbon yang memiliki lebar (b) = 15 mm dan
panjang (L) = 600 mm. Panjang tangkai (L) ditetapkan berdasarkan ketinggian
pada bajak rotari. Pada kekuatan tarik baja karbon (σa) adalah 30 kg/mm2.
Ketetapan kekuatan tarik dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada data tersebut maka
tebal tangkai bajak guludan tipe baris ganda dapat ditentukan dengan rumus
berikut (Nash,1998) :

σa =M ...................................................................... (3)

=FL .............................................................. (4)

Sehingga :

h = ................................................................... (5)

safety factor (sf) = 4, sehingga

Universitas Sriwijaya
18

h =

h = 21,2 mm

Reaksi gaya dari tanah yang diberikan dari alat pengolah tanah
dipengaruhi oleh tahanan tanah terhadap pemampatan, tahanan geseran, dan
adhesi (gaya tarik menarik antara tanah dengan bahan lain). Tangkai bajak akan
juga mengalami beban dari samping yang berasal dari bagian tepi tanah ketika
bajak dioperasikan. Besarnya beban dari samping sama dengan berat beban tarik
yaitu 14 kgf, maka tebal tangkai rangka (h) minimum untuk dapat menahan beban
samping, jika diasumsikan lebar tangkai (b) yaitu 21,2 mm dapat ditentukan
dengan rumus:

Gambar 3.2. Beban lentur yang terjadi pada tangkai bajak

h = .............................................................. (6)

Universitas Sriwijaya
19

h =

h = 10,3 mm

Pada perhitungan diatas maka didapatkan batas minimum ketebalan


tangkai bajak untuk menahan beban samping akibat gaya reaksi dari tanah adalah
10,3 mm. Pada perhitungan yang telah dilakukan, maka ukuran dimensi tangkai
bajak guludan tipe baris ganda memiliki k e tebal 15 mm dan lebar 30 mm
dengan bahan dasar dari baja. Penetapan ukuran ketebalan 15 mm dan lebar 30
mm pada tangkai bajak guludan disebabkan bahan baja yang dijual sudah
tersedia di tempat penjualan yang tersedia. Penggunaan ukuran lebar tangkai 30
mm pada tangkai bajak guludan telah memenuhi batas minimum.

3.3.1.1.3.1.2. Pengunci

Pengunci bajak guludan merupakan komponen yang berguna untuk


mengunci tangkai bajak pada batang tarik. Pengunci dibuat dari plat yang
dipotong dan dirangkai menjadi bentuk U dengan panjang (p) = 98 mm dan lebar
55 mm. Bagian atas dan bawah pengunci merupakan pelat baja yang dilubangi
berbentuk persegi berukuran panjang (p) = 32 mm dan lebar (l) = 20 mm. Pada
sisi atas dan bawah pengunci dibuat lubang sedemikian rupa sehingga berguna
untuk tempat masuknya tangkai bajak pada pengunci. Pada bagian depan dipasang
baut yang bertujuan untuk mengencangkan tangkai bajak pada batang tarik. Baut
yang digunakan memiliki ukuran diameter (D) = 17 mm dan panjang = 42 mm
dan lebar (l) = 12 mm.
Tangkai bajak guludan tipe baris ganda akan mendapatkan beban tahanan
pemampatan diakibatkan oleh gaya tahanan tanah ketika bajak guludan bekerja.
Besarnya beban tahanan maksimum pada masing-masing tangkai bajak
guludan tipe baris ganda diasumsikan sama dengan beban tarik yaitu sebesar 14
kgf. Besarnya beban tarik yang terjadi pada tangkai bajak guludan akan
mengalami beban tarik dan beban lentur. Beban lentur pengunci bajak guludan
tipe baris ganda dapat dilihat pada Gambar 3 . 3 . Momen pengunci b a j a k

Universitas Sriwijaya
20

g u l u d a n t i p e b a r i s g a n d a dapat dilihat pada Gambar 3.4. Rekasi beban


tarik pengunci bajak guludan tipe baris ganda dapat dilihat pada Gambar 3 . 5 .
Beban tarik yang akan terjadi akan mengikuti rumus dari Persamaan 7
berikut (Nash, 1998).

σb = .................................................................................... (7)

Keterangan :
σb = Nilai kekuatan geser bahan yang diperbolehkan ( kgf/mm2 )
W = Beban tarik yang dialami bahan ( kgf )
A = Luas penampang bahan yang mengalami beban tarik (mm2 )

Gambar 3.3. Beban lentur yang terjadi pada pengunci

Universitas Sriwijaya
21

Gambar 3.4. Momen yang terjadi pada pengunci


Ketarangan :

F1 = 14 kgf (gaya pada tangkai)


F2 = Gaya pada pengunci
h1 = 60 mm
h2 = 600 mm

=0 ........................................................................ (8)

Fi × h2 = F2 × hi ................................................................ (9)

F2 = F1 × .................................................................... (10)

F2 = 14 ×

F2 = 140

Gambar 3.5. Reaksi beban tarik pada pengunci

Universitas Sriwijaya
22

Tebal pelat pada pengunci bajak guludan yaitu (b) = 10 mm dengan


memiliki nilai kekuatan geser bahan (baja karbon) (Ʈ) = 30 kgf/mm2, nilai
kekuatan geser dapat dilihat pada lampiran 1. Faktor keamanan pada pengunci
baja guludan yaitu (sf) = 6, maka jarak tepi dengan pelat (d) dapat dihitung
dengan rumus berikut (Nash, 1998)

Ʈ= ............................................................................... (11)

Ʈ= ........................................................................ (12)

d= ........................................................................ (13)

d= ........................................................................ (14)

d=

d = 1,4 mm

Jarak tepi lubang dari tepi samping pelat ( c ) dapat ditentukan dengan
Persamaan 15 (Nash, 1998).

σ= ........................................................................ (15)

σ= ........................................................................ (16)

σ= ........................................................................ (17)

c = ........................................................................ (18)

Universitas Sriwijaya
23

c = ............................................................ ..............(19)

c =

c = 0,72 mm

Pada perhitungan diatas dalam penentuan dimensi pengunci bajak guludan


tipe baris ganda maka jarak tepi lubang dari tepi depan dan samping pelat ( d dan
c) yaitu 15 mm dan 14 mm.

3.3.1.1.3.1.3. Batang Tarik (Beam)

Batang tarik adalah elemen struktur baja yang hanya memikul atau
mentransfer gaya aksial tarik antara dua titik pada struktur. Batang tarik
merupakan bagian penyangga pada tangkai bajak. Beban maksimum yang akan
diterima oleh setiap tangkai bajak diasumsikan sama dengan beban tarik yang
diasumsikan sebesar 14 kgf. Pada pernyataan tersebut maka lebar tangkai dapat
ditentukan dengan persamaan 20 (Nash,1998).

σa = M ................................................................................ (20)

keterangan :
σa = Nilai kekuatan tarik bahan yang diperbolehkan (kgf/mm2)
M = Momen yang terjadi pada tangkai (kgf mm)
c = Titik tengah bahan (mm)
I = Inersia bahan (mm4)

σa = M ................................................................................ (21)

Universitas Sriwijaya
24

=FL ............................................................. (22)

Sehingga :

h = .............................................................. (23)

safety factor (sf) = 6, sehingga

h=

h = 28,98 mm

Pada perhitungan diatas, maka didapatkan nilai lebar minimum tangkai


bajak adalah 28,98 mm. Berdasarkan hasil perhitungan, dalam pembuatan
tangkai batang tarik bajak guludan digunakan bahan besi pelat dengan ukuran
tebal (b) = 20 mm dan lebar (h) = 36 mm, penggunaan lebar tangkai 36 mm
dikarenakan ketersediaan di pasaran. Sehingga dengan penggunaan lebar tangkai
36 mm telah memenuhi batas minimum menurut perhitungan di atas.
Pada saat bajak bekerja maka akan ada beban pada bagian kanan dan kiri
dari batang tarik. Beban ini akan mengakibatkan terjadinya momen puntir,
momen puntir yang terjadi pada batang tarik dapat dilihat pada Gambar 3.6 :

Gambar 3.6. Momen puntir pada batang tarik

Universitas Sriwijaya
25

Besarnya momen puntir yang terjadi pada batang tarik dapat dihitung dengan
Persamaan 24 :

T = F x R .......................................................................(24)

= (14 x 9,8) x 0,375

= 51,45 Nm

rad/m

Ɵ = 3,72 0/m

Karena panjang batang terpuntir adalah 560 mm, maka sudut yang diharapkan
untuk menahan puntiran yaitu : Ɵ = 3,72 x 0,56 = 2,08 0

3.3.1.1.3.2. Penentuan Ukuran Bajak Guludan Tipe Baris Ganda

3.3.1.1.3.2.1. Pisau Bajak Guludan Tipe Baris Ganda


Pisau bajak guludan tipe baris ganda berbahan dasar dari pelat besi dengan
ketebalan 3 mm. Pisau bajak guludan hanya memiliki panjang 80 mm dan lebar
60 mm. Pisau berguna untuk memotong bagian tanah secara vertikal dan
menghantarkan pada sayap bajak guludan. Pisau bajak guludan dibentuk
menyerupai segitiga siku – siku. Pada dasarnya pisau bajak guludan hampir
menyerupai bentuk pada pisau bajang singkal. Namun, pisau bajak guludan
sedikit dilengkungkan sehingga tanah yang telah terpotong dapat terangkat katas
menuju sayap bajak guludan. Pada bagian ujung pisau atau sisi terdepan diberikan

Universitas Sriwijaya
26

perlakuan pengikisan dengan menggunakan mesin gerinda agar tajam, sehingga


tanah dapat dengan mudah terpotong oleh pisau bajak guludan.

3.3.1.1.3.2.2. Sayap Bajak Guludan Tipe Baris Ganda


Sayap bajak guludan berbahan dasar dari pelat besi yang sama seperti
pisau bajak guludan dengan ketebalan 3 mm. Sayap bajak guludan memiliki
panjang 170 mm dan lebar sebesar 140 mm. Pada dasarnya sayap bajak guludan
dibentuk menyerupai sayap pada bajak singkal. Sayap bajak guludan berguna
untuk menerima tanah yang telah dihantarkan dari pisau bajak guludan yang
kemudian mengangkat dan membalikkannya. Bentuk pada sayap bajak guludan
sedikit dilengkungkan sehingga dilakukan penggempaan yang juga sama seperti
pisau bajak singkal, sehingga tanah yang diterima dari pisau bajak guludan
mampu terangkat dan terbalik dengan sempurna.

Gambar 3.7. Sayap bajak guludan tipe baris ganda

3.3.1.1.3.2.3. Landside
Landside pada bajak guludan tipe baris ganda berbahan dasar dari pelat
besi yang memiliki ketebalan 3 mm. Landside hanya memiliki panjang 80 mm
dan lebar 20 mm. Landside terdapat tiga buah, ini diperlukan sesuai dengan
banyaknya tangkai bajak guludan tipe baris ganda. landside diperlukan pada

Universitas Sriwijaya
27

setiap bagian tangkai, disebabkan karena sayap dan pisau yang akan mengalami
interaksi secara langsung terhadap tanah maka akan terjadi gaya yang saling
berlawanan antara tanah dengan sayap dan pisau. Oleh karena itu dibutuhkannya
landside pada setiap tangkai bajak.

3.3.1.1.3.2.4. Tangkai Bajak Guludan Tipe Baris Ganda


Tangkai bajak guludan tipe baris ganda sangat berperan aktif sebagai
penahan dan tempat melekatnya pisau dan sayap bajak. Tangkai bajak guludan
tipe baris ganda dibuat dari pelat baja karbon dengan ketebalan 15 mm. Pada
ukuran panjang tangkai bajak guludan tipe baris ganda yaitu 600 mm dengan lebar
30 mm. Tangkai bajak guludan tipe baris ganda kemudian disambung dengan
landside, pisau bajak dan sayap bajak.

3.3.1.1.3.2.5. Batang Tarik (Beam)


Batang tarik dibuat dari bahan baja. Batang tarik memiliki panjang 1500
mm dengan tebal 20 mm dan lebar 36 mm. Pada batang tarik ditambahkan dua
buah siku penguat yang berguna sebagai penghantar tarik pada batang tarik.
Batang tarik. Ketebalan siku penguat 20 mm dan lebar 20 mm serta panjang pada
siku penguat yaitu 560 mm.

Gambar 3.8. Batang tarik bajak guludan tipe baris ganda

3.3.1.1.3.2.6. Besi Penjepit


Besi penjepit berbahan dasar dari baja dengan ketebalan 10 mm. Besi
penjepit memiliki panjang 98 mm dan tinggi 55 mm. Besi penjepit dirancang

Universitas Sriwijaya
28

dengan bentuk U. Besi penjepit memiliki sisi yang saling berhadapan dimana sisi
tersebut memiliki lubang berbentuk persegi yang berukuran panjang 32 mm dan
lebar 20 mm. Kegunaan adanya lubang ini guna untuk memasukkan tangkai
bajak, oleh karena itu, tujuan dari besi penjepi ini untuk mengunci posisi tangkai
bajak terhadap batang tarik. Pada besi penjepit terdapat baut 17 mm dengan
panjang 42 mm. Baut terletak tepat pada sisi depan pada besi penjepi, sehingga
saat akan mengunci maka baut hanya tinggal dikencangkan saja
Besi penjepit dirancang berbentuk U. Perancangan ini dikarenakan besi
penjepit berguna untuk menyatukan tangkai bajak yang tegak lurus secara
horizontal dengan tangkai tarik yang vertikal. Penyatuan dilakukan dengan
memutar baut yang ada pada besi penjepit sehingga keadaan pada tangkai bajak
bergeser mendorong batang tarik, sehingga kemudian kedudukan tangkai bajak
akan menjadi terjepit terhadap besi penjepit dan batang tarik.

Gambar 3.9. Besi penjepit bajak guludan tipe baris ganda

3.3.1.1.3.2.7. Besi Penggandeng


Besi penggandeng berbahan dasar dari pelat baja yang memiliki ketebalan
10 mm. Besi penggandeng memiliki dimensi panjang 150 mm dan tinggi 70 mm
serta lebar 105 mm. Pada besi penggandeng terdapat dua buah lubang sebagai
tempat besi penjepit, diameter lubang tersebut 20 mm dengan jarak antar lubang
80 mm. besi penggandeng dibentuk berdasarkan pada besi pengait yang ada pada
baja rotari. Pengait pada bajak rotari berbentuk persegi panjang dengan ukuran

Universitas Sriwijaya
29

panjang 130 mm dan 75 mm, sehingga besi pengait pada bajak rotari akan
dimasukkan kedalam ruang besi penggandeng.

Gambar 3.10. Besi penggandeng bajak guludan tipe baris ganda

3.3.1.2. Pembuatan Bajak Guludan Tipe Baris Ganda


Pembuatan bajak guludan berdasarkan gambar kerja yang sudah dibuat.
Pembuatan alat meliputi, persiapan alat dan bahan, pengukuran, pemotongan dan
perakitan pada setiap komponen bajak guludan tipe baris ganda. Diagram
Perancangan dan pengujian bajak guludan dapat dilihat pada Lampiran 6.

3.3.1.3. Pengujian Bajak Guludan Tipe Baris Ganda


3.3.1.3.1. Pengambilan Sampel Kadar Air dan Bulk Density

Perhitungan kadar air dan bulk density dilakukan saat sebelum pengolahan
tanah dan sesudah pengguludan. Pengukuran kadar air sebelum pengolahan
bertujuan supaya dapat mengetahui kandungan air pada tanah yang belum
menggalami perlakuan pada alat pengolahan tanah. Pengambilan sampel dengan
menggunakan ring sampel. Ring sampel yang di gunakan berdiameter 5 cm dan
tinggi 5 cm. pada pengukuran kadar air sebelum pengolahan pengambilan sampel
tanah diambil pada kedalaman 10 cm dari permukaan tanah.
Penentuan titik pengukuran kadar air sebelum pengolahan dapat dilihat
pada Gambar 3.11 :

Universitas Sriwijaya
30

Gambar 3.11. Titik penentuan pengukuran kadar air sebelum pengolahan tanah

Sedangkan pada pengukuran kadar air dan bulk density sesudah


terbentuknya guludan dilakukan pengambilan sampel menggunakan ring sampel
berdiameter 2,2 cm dengan ketinggian 2,2 cm. Keadaan ring sampel sesudah
pengguludan lebih kecil dibandingkan ring sampel sebelum pengolahan. Keadaan
ring sampel yang lebih kecil dikarenakan volume ring sampel tersebut mampu
mendapatkan sempel tanah hingga memenuhi ruang volume pada ring sampel.
Pengambilan sampel tanah diambil pada dua kedalaman yaitu 10 cm dan 20 cm.
Kadar air tanah dapat dihitung dengan rumus (Sapei et al.,1990) :

3.3.1.3.2. Pengolahan Tanah Pertama


Pengolahan tanah pertama dilakukan sebelum pengujian bajak guludan
tipe baris ganda. Adapun tujuan pengolahan tanah pertama yaitu:

a. Menghancurkan dan membalikkan tanah membatasi pertumbuhan


b. Meningkatkan infiltrasi pada permukaan tanah
c. Menurunkan limpasan air hujan atau irigasi.
d. Menghancurkan pertumbuhan vegetasi pada tanah
e. Memperbaiki struktur tanah

Universitas Sriwijaya
31

Tipe pola pengolahan tanah pertama yaitu menggunakan pola tanah tipe
tepi. Pola tepi cocok untuk lahan yang memanjang dan sempit, namun dengan
pola ini akan menghasilkan alur mati (dead furrow). Skema pola tepi pada
pengolahan tanah pertama dapat dilihat pada Gambar 3.12.

Gambar 3.12. Skema Pola Pengolahan Tanah Pertama

Pembajakan dengan pola tepi dilakukan dari tepi sampai membujur lahan,
sehingga lemparan hasil pembajakan ke arah luar lahan. Pembajakan kedua pada
sisi lain pembajakan pertama. Traktor diputar ke kiri dan membajak dari tepi
lahan dengan arah sebaliknya. Pembajakan berikutnya dengan cara berputar ke
kiri sampai ke tengah lahan. Pola tepi cocok untuk lahan yang memanjang dan
sempit. Diperlukan lahan untuk berbelok (head land) pada kedua ujung lahan.
Ujung lahan yang tidak terbajak tersebut, dibajak pada 2 atau 3 pembajakan
terakhir. Sisa lahan yang tidak terbajak (pada ujung lahan), diolah dengan cara
manual (dengan cangkul). Dengan pola tepi akan menghasilkan alur mati (dead
furrow) yaitu alur bajakan yang saling berdampingan satu sama lain. Sehingga
akan terjadi alur yang tidak tertutup oleh lemparan hasil pembajakan, memanjang

Universitas Sriwijaya
32

di tengah lahan. Pada tepi lahan lemparan hasil pembajakan tidak jatuh pada alur
hasil pembajakan (Tas, 2008).

3.3.1.3.3. Pengujian Bajak Guludan Tipe Baris Ganda


Pengujian bajak guludan kemudian dilakukan setelah proses pengolahan
tanah pertama. Pola yang digunakan pada pengujian bajak tipe baris ganda yaitu
dengan menggunakan pola continuous tilling. Skema pola continuous tilling dapat
dilihat pada Gambar 3.13.

Gambar 3.13. Skema pola continuous tilling

Pola continuous tilling dilakukan dari sisi kanan kemudian traktor mini
berbolak balik dengan rapat. Pola continuous tilling cocok untuk pembentukan
guludan karena pola yang dihasilkan akan lebih rapi dibandingkan pola yang
lainnya, serta pola continuous tilling dapat mengurangi kehilangannya waktu saat
melakukan belok. Seperti menurut Mardinata (2014), bahwa pola pengolahan
tanah akan mempengaruhi kapasitas kerja alat pengolah tanah yang
digunakan. Pola pengolahan tanah yang baik adalah pola pengolahan tanah
yang meminimalisir waktu terbuang. waktu berbelok merupakan waktu yang

Universitas Sriwijaya
33

merugikan saat pengolahan. Jadi pola pengolahan tanah yang baik adalah pola
dengan jumlah berbelok yang paling sedikit.

3.3.1.3.4. Pengukuran Kapasita Kerja Bajak Guludan Tipe Baris Ganda

Pengukuran kapasitas kerja bajak dilakukan dengan mengambil data


untuk mengukur kapasitas lapang efektif dan kapasitas lapang teoritis serta
efisiensi lapang.

3.3.1.3.5. Pengukuran Kapasitas Lapang Efektif


Kapasitas lapang efektif dilakukan untuk mengetahui kapasitas kerja
bajak guludan tipe baris ganda yang dilakukan pada lapangan. Data yang
diambil untuk mengukur kapasitas lapang efektif meliputi luas lintasan yang
terolah serta waktu kerja alat setiap lintasan.

3.3.1.3.6. Pengukuran Kapasitas Lapang Teoritis


Kapasitas lapang teoritis dilakukan untuk mengetahui kapasitas kerja
traktor sebagai sumber energi penarik baja guludan secara teoritis. Pengukuran
dilakukan tanpa menggunakan implemen sehingga didapatkan kapsaitas kerja
tanpa mengalami gangguan baik dari alat maupun dari kondisi lapangan. Data
yang diambil untuk mengukur kapasitas lapang teoritis meliputi kecepatas
teoritis dan lebar teoritis.

3.3.1.3.7. Pengukuran Efisiensi Lapang


Efisiensi lapang diukur dari hasil perbandingan antara kapasitas lapang
efektif dan kapasitas lapang teoritis.

3.3.2 Parameter Pengamatan


3.3.2.1 Bentuk dan ukuran guludan
Bentuk dan ukuran guludan tanah yang dihasilkan oleh alat pembuat
guludan tanah tipe baris ganda selanjutnya akan diukur dengan mengukur lebar

Universitas Sriwijaya
34

bawah guludan, lebar atas guludan, tinggi guludan dan lebar antar guludan.
Keseluruhan pengukuran akan diukur dalam satuan centimeter.
Pengukuran pada guludan yang terbentuk dilakukan sebanyak lima kali
pengukuran dalam satu guludan. Pengukuran dilakukan sebanyak lima kali dalam
satu guludan supaya dapat mengetahui ukuran guludan secara ditail, sehingga
akan didapatkan data pengukuran yang akurat.

3.3.2.2 Kapasitas Lapang Efektif


Kapasitas lapang efektif adalah rerata kecepatan penggarapan yang aktual
menggunakan satu mesin, didasarkan pada waktu lapang total (Hunt, 1995).
Kapasitas lapang efektif dinyatakan dalam m2/jam.

KLE = .............................................................. (25)

Keterangan :
KLE : Kapasitas lapang efektif, Ha /jam
L : Luas Lahan, Ha
T : Total waktu kerja, Jam
Pengukuran kapasitas lapang efektif pengguludan dilakukan sebanyak lima
kali perulangan.

3.3.2.3 Kapasitas Lapang Teoritis


Kapasitas lapang teoritis adalah kecepatan penggarapan lahan yang akan
diperoleh seandainya mesin tersebut melakukan kerjanya memanfaatkan 100 %
waktunya, pada kecepatan maju teoritisnya dan selalu memenuhi 100 % lebar
kerja teoritisnya.
Kapasitas lapang teoritis (KLT) dapat dihitung dengan Persamaan 26 yaitu
sebagai berikut (Suastawa, 2000).

KLT = 0.36 ( V x Lp) .............................................. (26)


Keterangan:
0.36 : Faktor konversi

Universitas Sriwijaya
35

KLT : Kapasitas Lapang Teoritis, Ha/jam


V : Kecepatan teoritis maju traktor, m/dtk
Lp : Lebar kerja alat, m
Pengukuran kapasitas lapang teoritis pengguludan dilakukan sebanyak
lima kali perulangan.

3.3.2.4 Efisiensi Lapang


Efisiensi Lapang adalah perbandingan antara kapasitas lapang efektif
dengan kapasitas lapang teoritis, dinyatakan dalam satuan persen (Hunt, 1995).

EF = x 100 % .................................................... (27)

Keterangan:
EF : Efisiensi Lapang (%)
KLE : Kapasitas Lapang Efektif (Ha/jam)
KLT : Kapasitas Lapang Teoritis (Ha/jam)
Pengukuran efisiensi lapang pengguludan dilakukan sebanyak lima kali
ulangan.

3.3.2.5 Kadar Air


Kandungan air tanah pada saat pengolahan tanah merupakan salah satu
faktor yang menentukan kualitas hasil olahan tanah sebagai media tumbuh
tanaman. Perubahan sifat fisik tanah akibat pengolahan tanah ditentukan oleh
banyaknya air pada saat pengolahan tanah dan alat pengolah tanah yang
digunakan (Wirosoedarmo, 2005).

KA = x 100 % ..........................................(28)

Keterangan:
KA : Kadar air, %
mtb : Berat basah, gr

Universitas Sriwijaya
36

mtk : Berat kering, gr


3.3.2.6 Kerapatan Isi
Menurut Hardjowigeno (2003) kerapatan isi (bulk density) adalah
perbandingan berat tanah kering dengan satuan volume tanah termasuk volume
pori-pori tanah, umumnya dinyatakan dalam gram/cm3. Bulk density merupakan
petunjuk kepadatan tanah. Semakin padat suatu tanah maka semakin besar pula
bulk densitynya, yang berarti semakin sulit meneruskan air atau ditembus oleh
akar tanaman.
Perhitungan kerapatan isi dilakukan juga saat sebelum pengolahan tanah
dan sesudah pengguludan. Pengukuran kerapatan isi sebelum pengolahan
bertujuan supaya dapat mengetahui kepadatan pada tanah yang belum
menggalami perlakuan pada alat pengolahan tanah. Pengambilan sampel pada
pengukuran kerapatan isi menggunakan ring sampel. Ring sampel yang di
gunakan sama seperti pengukuran kadar air yaitu berdiameter 5 cm dan tinggi 5
cm. Pada pengukuran kerapatan isi sebelum pengolahan pengambilan sampel
tanah diambil pada kedalaman 10 cm dari permukaan tanah. Penentuan titik
pengukuran kerapatan isi sebelum pengolahan dapat dilihat pada Gambar 3.9.
Pada pengukuran kerapatan isi sesudah terbentuknya guludan dilakukan
pengambilan sampel menggunakan ring sampel berdiameter 2,2 cm dengan
ketinggian 2,2 cm ring sampel yang digunakan sama seperti ring sampel
pengukuran kadar air sesudah terbentuknya guludan. Pengambilan sampel tanah
sama seperti pengambilan sampel tanah pada pengukuran kadar air sesudah
terbentuk guludan yaitu diambil pada dua kedalaman yaitu 10 cm dan 20 cm.
Kerapatan isi tanah (bulk density) dapat dihitung dengan rumus (Sapei et al.,
1990)

BD = ......................................................... (29)

Keterangan :
BD : Bulk density, gr/cm3
mtk : Berat tanah kering, gr
Volume: Volume tanah (πr2t), cm3

Universitas Sriwijaya
BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rancang Bangun Bajak Guludan Tipe Baris Ganda

Perancangan bajak guludan yang sudah ada belum dapat memberikan hasil
guludan yang maksimal. Bajak guludan yang sudah ada yang menggunakan
tenaga tarik traktor tangan dalam membentuk satu baris guludan dengan satu
lintasan kerja belum memberikan hasil kinerja yang optimal. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Purba (2014) mengenai alat furrower tipe double bottom dengan
tenaga tarik traktor tangan juga dapat membentuk guludan satu baris dalam satu
lintasan kerja, namun posisi bajak guludan pada saat melakukan pembentuk
guludan berada di bagian depan operator. Posisi tersebut dapat menyulitkan
operator untuk mengolah tanah yang akan digulud. Pengaruh posisi juga akan
menyebabkan operator menginjak tanah yang telah berbentuk guludan, sehingga
akan menyebabkan sifat fisik tanah menjadi terganggu pada tanah yang telah
diolah.
Pada keadaan tersebut diperlukan perancangan bajak guludan yang
optimal dalam membentuk guludan. Perancangan bajak guludan tipe baris ganda
dengan tenaga traktor mini bertujuan untuk membentuk dua guludan dalam satu
kali lintasan. Bajak guludan tipe baris ganda tidak langsung dihubungkan pada
traktor mini, namun bajak guludan tipe baris ganda terlebih dahulu digandeng
pada bajak rotari, sehingga traktor mini digunakan sebagai sumber tenaga untuk
menggerakkan bajak rotari yang telah terhubung dengan bajak guludan tipe baris
ganda.
Rancangan bangun bajak guludan tipe baris ganda yang dihubungkan pada
bajak rotari bertujuan untuk menghancurkan atau memotong tanah yang terlebih
dahulu diolah oleh alat pengolahan pertama. Tanah yang tercacah oleh bajak rotari
selanjutnya akan langsung dibentuk menjadi guludan oleh bajak guludan tipe baris
ganda. Penggandengan bajak guludan pada bajak rotari juga berguna supaya luas
lahan yang diolah tidak memakan waktu yang banyak, sehingga pengolahan tanah
kedua dapat langsung diolah menjadi guludan. Seperti yang disampaikan Yuswar

Universitas Sriwijaya
37
38

(2004), bahwa luas tanah yang diselesaikan dengan waktu yang singkat maka
pekerjaan mengolah tanah tersebut mempunyai efisiensi tanah yang tinggi.
Pada bajak guludan tipe baris ganda memiliki empat sayap yang saling
berhadapan. Pada posisi sayap bajak yang saling berhadapan bertujuan untuk
menghasilkan guludan ganda atau dua baris guludan dalam satu lintasan. Pada
sayap bajak guludan memiliki fungsi yang sama dengan sayap bajak singkal yang
berguna untuk mengangkat kemudian membalikkan tanah. Oleh karena itu, sayap
bajak guludan dirancang menyerupai sayap bajak singkal. Seperti yang dikatakan
Rizaldi (2006), bahwa bahwa sayap pada bajak singkal berfungsi untuk
mengangkat, menghancurkan dan membalik tanah yang telah dipotong oleh pisau
bajak. Karena bentuknya yang melengkung, pada waktu bajak bergerak maju,
tanah yang telah terpotong akan terangkat ke atas kemudian akan dibalik dan
dilempar sesuai dengan arah pembalikan bajak.

4.2. Implementasi Bajak Guludan Tipe Baris Ganda

4.2.1. Pengguludan

Pengguludan dilakukan saat proses pengolahan tanah pertama telah selesai


dilakukan. Pengguludan dilakukan dengan bajak yang telah dirancang khusus
dalam membentuk guludan. Tujuan pengguludan untuk membentuk media tanam
sehingga tanaman dapat teratur dalam berkembang. Pengguludan dengan dengan
bajak guludan bertujuan untuk pembentukan tanah dengan cara mengangkat dan
membalikkan tanah sehingga berbentuk guludan.
Guludan terbentuk dengan dipengaruhi oleh pisau dan sayap bajak. Untuk
memperoleh ketinggian yang maksimal maka ketinggian sayap perlu diperhatikan.
Rancangan pembentukan sayap dibentuk menyerupai sayap pada bajak singkal
reversible. Pada penelitian Hermawan (2009), pembentukan guludan dengan
menggunakan bajak reversible mencapai ketinggian 18,5 cm sampai 21 cm,
dimana pada ketinggian guludan tersebut sudah memenuhi syarat guludan untuk
sayuran.
Pembentukan hasil guludan tanah dilakukan dengan menggunakan traktor
mini dan bajak rotari yang telah dihubungkan dengan bajak guludan tipe baris
ganda. Pembentukan guludan menggunakan bajak guludan tipe baris ganda

Universitas Sriwijaya
39

dilakukan dengan kecepatan yang berbeda. Pengguludan dengan bajak bajak


guludan tipe baris ganda menghasilkan dua baris guludan dalam satu lintasan.
Bajak guludan tipe baris ganda tergandeng pada bajak rotari, sehingga setelah
dirotari maka tanah langsung digulud dengan menggunakan bajak guludan tipe
baris ganda.

4.3. Analisa Teknis


4.3.1. Ukuran dan Bentuk Guludan
Dimensi ukuran dan bentuk guludan yang dihasilkan oleh alat penggulud
sangat menentukan komoditi yang akan ditanam (Lovita, 2009). Pada hasil
guludan dengan bajak guludan memberikan hasil guludan yang berbeda namun
tidak memiliki perbedaan yang jauh pada guludan satu dengan guludan yang
lainnya. Rata-rata ukuran dan bentuk guludan dapat dilihat pada Tabel 4.1:

Tabel 4.1. Ukuran guludan menggunakan bajak guludan tipe baris ganda
Tinggi Guludan Lebar Atas Lebar Bawah Lebar Antar Guludan
Lintasan
(cm) (cm) (cm) (cm)
1 24,18 12,70 39,32 25,38
2 23,55 12,91 38,19 25,19
3 24,40 13,36 39,38 24,80
4 22,96 13,03 39,64 24,88
5 21,33 12,65 39,01 25,42
6 24,17 13,48 40,43 25,50
7 24,27 13,22 40,66 25,17
Rata-rata 23,55 13,05 39,52 25,19
Sumber : Data perhitungan

Gambar 4.1. Hasil bentuk guludan dengan bajak guludan tipe baris ganda

Universitas Sriwijaya
40

Pada Tabel 4.1 diatas didapatkan nilai rata-rata tinggi guludan 23,55 cm,
pada data lebar atas guludan bernilai rata-rata 13,05 cm sedangkan pada lebar
bawah guludan memiliki lebar 39,52 cm serta lebar antar guludan memiliki lebar
25,19 cm. Pada hasil perhitungan bentuk dan ukuran guludan lebih lanjut dapat
dilihat pada Lampiran 2.
Menurut Hermawan (2009), guludan yang sesuai untuk media tanam
sayuran memiliki kriteria hasil guludan yaitu ukuran tinggi guldan berkisar antara
18,5 cm sampai 21 cm, ukuran lebar atas guludan berkisar antara 12 cm sampai 29
cm dan ukuran lebar bawah guludan berkisar antara 48,5 cm sampai 55 cm.
Pada pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa hasil guludan
menggunakan bajak bajak guludan tipe baris ganda sudah sesuai dengan bentuk
kriteria ketentuan guludan tanaman sayur.

4.3.2. Kapasitas Lapang Efektif


Kapasitas lapang efektif adalah rerata kecepatan penggarapan yang aktual
menggunakan satu mesin, didasarkan pada waktu lapang total (Hunt, 1995).
Kapasitas kerja yang efektif dari suatu alat dan mesin pengolahan tanah
merupakan fungsi dari lebar kerja yang efektif, kecepatan jalan aktual, sertawaktu
efektif yang terpakai selama bekerja. Besarnya lebar kerja aktual ditentukan oleh
hasil kerja pengolahan tanah yang disebabkan pengaruh keterampilan operator,
kecepatan kerja, serta beberapa kondisi lahan lainnya. Pengukuran kapasitas
lapang efektif dapat dilihat pada Tabel 4.2 :

Tabel 4.2. Pengukuran kapasitas lapang efektif

Luas Lahan Terolah Waktu Tempuh Kapasitas Lapang Efektif


Lintasan
(m2) (s) (ha/jam)
1 29,93 33,28 0,33
2 29,80 30,35 0,35
3 30,27 34,05 0,32
4 31,13 32,10 0,35
5 30,47 31,97 0,34
6 30,47 34,55 0,32
7 30,93 33,06 0,34
Rata-rata 0,34
Sumber : Data perhitungan

Universitas Sriwijaya
41

Kapasitas Lapang Efektif


0,36
0,35

Nilai ( Ha/Jam)
0,34
0,33
0,32
0,31
0,30
0,29
1 2 3 4 5 6 7
Lintasan

Gambar 4.2. Grafik kapasitas lapang efektif

Berdasarkan Tabel 4.2 didapatkan rata-rata kapasitas lapang efektif 0,34


ha/jam. Besarnya nilai kapasitas lapang efektif pada pengujian bajak bajak
guludan tipe baris ganda menunjukkan kemampuan bajak dalam membentuk dua
baris guludan dalam satu waktu. Pada lintasan pertama terdapat kapasitas lapang
efektif paling rendah dibandingkan dengan lintasan yang lainnya. Keadaan ini
disebabkan karena lebar olah yang kecil dan waktu tempuh yang cukup lama
sehingga mempengaruhi kapasitas lapang efektif pada bajak.
Semakin cepat waktu kerja traktor dan kecepatan maju traktor maka
semakin besar kapasitas lapang efektif pembajakan. Menurut Surbakti (2012),
menyatakan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk pengolahan tanah semakin
cepat maka kapasitas lapang efektif semakin meningkat. Manik et al, (2014) juga
menyatakan bahwa semakin besar kecepatan maju traktor beroperasi maka
kapasitas lapang efektif traktor semakin besar. Semakin dalam hasil pembajakan
berpengaruh untuk memperlambat kecepatan maju traktor yang berarti bahwa
kedalaman pembajakan juga berpengaruh terhadap kapasitas lapang efektif
pembajakan. Kapasitas lapang efektif juga dapat dipengaruhi oleh operator alat,
dimana keadaan ini operator dituntut memiliki kemahiran dalam melakukan
pengolah supaya traktor tetap berjalan lurus. Untuk mengontrol agar jalannya

Universitas Sriwijaya
42

traktor lurus, sesaat sebelum melakukan pembajakan, operator melihat satu titik
lurus di depan sehingga waktu tempuh setiap lintasan menjadi lebih efisien.

4.3.3. Kapasitas Lapang Teoritis


Menurut Srivastava (1993), dijelaskan bahwa kapasitas lapang merupakan
jumlah proses yang dapat diselesaikan sebuah mesin dalam satuan waktu.
Kapasitas lapang teoritis merupakan perhitungan kapasitas lapang pada saat
efisiensi lapang mencapai satu (100%), artinya suatu alat atau mesin dianggap
bekerja sempurna tanpa ada waktu untuk membelok atau berhenti. Jadi,
perhitungan Kapasitas Lapang Teoritis (KLT) merupakan perhitungan kapasitas
lapang dengan mengukur lebar implemen dan kecapatan kerja pengolahan tanah.
Waktu aktual yang dibutuhkan untuk mengolah tanah akan bertambah sebagai
bagian dari adanya overlap, waktu berbelok pada ujung petakan, maupun waktu
istirahat yang digunakan oleh operator. Pertambahan waktu dari waktu teoritis ini
menyebabkan efisiensi lapang pengolahan tanah berkurang dari 100%.
Kapasitas Lapang Teoritis didapatkan dari hasil pengukuran lebar teoritis
dan kecepatan teoritis. Lebar teoritis bajak guludan tipe baris ganda sebesar 1,5 m.
Lebar teoritis diukur sebelum alat melakukan pengolahan pada tanah. Kecepatan
teoritis didapatkan dari percobaan pada lahan sebelum pengujian bajak guludan
tipe baris ganda dilakukan. Kecepatan teoritis pada bajak guludan tipe baris ganda
yaitu 0,78 m/s. Pada nilai lebar teoritis dan kecepatan teoritis yang sudah didapat
maka kapasitas lapang teoritis yaitu 0,41 ha/jam.

4.3.4. Efisiensi Lapang


Pengolahan tanah dengan menggunakan mesin-mesin pertanian, hal ini
bertujuan agar waktu yang diperlukan untuk persiapan lahan semakin pendek dan
juga lebih efisien dalam penggunaan dana. Pengolahan tanah dengan
menggunakan mesin-mesin pertanian, hal ini bertujuan agar waktu yang
diperlukan untuk persiapan lahan semakin pendek dan juga lebih efisien dalam
penggunaan dana. Untuk dapat menentukan besarnya efisiensi lapang dari
pengolahan tanah perlu dihitung besarnya kapasitas lapang teoritis dan kapsitas
lapang efektif. Efisiensi lapang pengolahan tanah adalah perbandingan dari

Universitas Sriwijaya
43

kapasitas lapang efektif atau aktual terhadap kapasitas lapang teoritis yang
dinyatakan dalam persen (Hunt, 1995).
Efisiensi lapang sangat berpengaruh terhadap kemahiran operator. Jika
operator yang kurang menguasai dalam menggunakan traktor maka waktu yang
digunakan akan semakin banyak terpakai. Efisiensi lapang tidak hanya
dipengaruhi oleh operator. Efisiensi lapang juga dapat dipengaruhi oleh kelayakan
mesin untuk bekerja, sebab jika mesin sudah tidak cukup efisien untuk berkerja
maka dampak tersebut akan mengakibatkan efisiensi lapang semakin rendah.
Terdapat dua istilah yang perlu diketahui dalam membahas mengenai kapasitas
kerja suatu alat dan mesin pengolahan tanah, yaitu: Kapasitas lapang teoritis dan
kapasitas lapang efektif.

Tabel 4.3. Pengukuran efisiensi lapang


Kapasitas Lapang Kapasitas Lapang Efisiensi Lapang
Lintasan
Efektif (ha/jam) Teoritis (ha/jam) (%)
1 0,33 0,41 80,49
2 0,35 0,41 85,37
3 0,32 0,41 78,05
4 0,35 0,41 85,37
5 0,34 0,41 82,93
6 0,32 0,41 78,05
7 0,34 0,41 82,93
Rata-rata 81,88
Sumber : Data perhitungan

Universitas Sriwijaya
44

Efisiensi Lapang
88,00
86,00
84,00

Nilai (Ha/Jam)
82,00
80,00
78,00
76,00
74,00
72,00
1 2 3 4 5 6 7
Lintasan

Gambar 4.3. Grafik efisiensi lapang

Efisiensi lapang pada pengujian bajak guludan tipe baris ganda berkisar
antara 78,05 % sampai 85,37 %. Efisiensi lapang pada lintasan dua dan empat
merupakan efisiensi lapang tertinggi yaitu 85,37 % dibandingkan lintasan yang
lain. Efisiensi lapang terendah terdapat pada lintasan enam dan lintasan ketiga.
Perhitungan lebih lanjut pada efisiensi lapang dapat dilihat pada Lampiran 3.
Tingginya efisiensi lapang pada lintasan dua dan lintasan empat dikarena
perbandingan kapasitas lapang efektif dan kapasitas lapang teoritis tidak memiliki
selisih yang besar. Seperti dikatakan oleh Yuswar (2004), bahwa efisiensi suatu
traktor tergantung dari kapasitas lapang efektif dan kapasitas lapang teoritis yang
dinyatakan dalam persen (%). Jadi semakin kecil perbandingan antara kapasitas
lapang teoritis dengan kapasitas lapang efektif maka efisiensi lapang juga akan
semakin besar.
Efisiensi lapang terendah pada lintasan enam dikarenakan kecilnya
kapasitas lapang efektif saat pengujian bajak guludan tipe baris ganda. Manik et
al, (2014) juga menyatakan bahwa semakin besar kecepatan maju traktor
beroperasi maka kapasitas lapang efektif traktor semakin besar..

4.3.5. Kadar Air


Kadar air tanah didefinisikan sebagai perbandingan antara berat cair dan
berat butiran padat dari volume tanah yang diteliti. Menurut Wirosoedarmo

Universitas Sriwijaya
45

(2005), Kandungan air tanah pada saat pengolahan tanah merupakan salah satu
faktor yang menentukan kualitas hasil olahan tanah sebagai media tumbuh
tanaman. Perubahan sifat fisik tanah akibat pengolahan tanah ditentukan oleh
banyaknya air pada saat pengolahan tanah dan alat pengolah tanah yang
digunakan.
Pengukuran kadar air dilakukan sebelum dan sesudah pengguludan
dilaksanakan. Pengukuran kadar air ini bertujuan untuk mengetahui besarnya
persentasi air yang terkandung pada tanah yang diolah. Pengambilan sampel tanah
dilakukan menggunakan ring sampel.
Berdasarkan hasil pengukuran kadar air didapatkan kadar air sebelum
pengolahan yaitu 27,62 % . Pada kadar air sesudah pengguludan didapat kadar air
yaitu 25,9 % . Kadar air setelah pengguludan mengalami penurunan nilai kadar air
yang dimiliki sebelum pengguludan lebih tinggi dibandingkan sesudah
pengguludan. Hal ini dipengaruhi oleh porositas total dan bahan organik tanah
yang terkandung pada lahan tersebut. Pada pengukuran kadar air dapat dilihat
pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.
Kadar air sebelum pengolahan dengan kadar air sesudah pengguludan
memiliki selisih yang tidak terlalu jauh. Kadar air sesudah pengguludan menjadi
rendah disebabkan permukaan tanah saat melakukan pengguludan mengalami
perpindahan cairan yang diakibatkan adanya gaya tekanan beban. Menurut Haris
(1971), penurunan kadar air setelah pengolahan tanah dikarenakan terjadinya
perpindahan cairan di dalam ruang pori tanah yang diakibatkan oleh adanya
interaksi antara cairan dengan tanah atau gaya – gaya yang timbul akibat adanya
tekanan beban dan gaya gravitasi.

4.3.6. Kerapatan Isi ( Bulk Density )


Kerapatan isi merupakan perbandingan antara berat tanah kering dengan
volume tanah termasuk volume pori tanah. Kerapatan isi merupakan petunjuk
tentang tentang kepadatan suatu tanah. Pengukuran kerapatan isi tanah dilakukan
sebelum pengolahan tanah dan sesudah pengolahan tanah. Pengambilan data
dilakukan sebanyak tiga ulangan percobaan dengan menggunakan ring sample.

Universitas Sriwijaya
46

Pada pengukuran kerapatan isi diperoleh kerapatan isi sebelum


pengguludan yaitu 1,44 g/cm3 . Pada kerapatan isi sesudah pengguludan didapat
nilai rata – rata yaitu 0,89 g/cm3. Terjadinya bulk density yang rendah pada saat
sesudah pengguludan disebabkan karena keadaan tanah pada saat sebelum
pengguludan belum mengalami perlakuan pengolahan tanah baik pengolahan
tanah pertama maupun kedua.
Semakin padat suatu tanah maka kerapatan isi semakin tinggi yang berarti
semakin sulit meneruskan air atau ditembus oleh akar tanaman (Hardjowigeno,
2003). Oleh sebab itu dilakukan pengolahan tanah sebelum pengguludan
dilakukan. Keadaan tanah sesudah pengguludan telah mendapatkan perlakuan
pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua. Pada pengolahan tanah
pertama menggunakan bajak singkal dengan tenaga tarik traktor roda dua,
sedangkan pada pengolahan tanah menggunakan traktor rotari yang ditarik oleh
traktor mini.
Kerapatan isi tanah rata-rata untuk penanaman sayuran yang umum
ditemukan dilapangan adalah 0,8 – 0,9 g/cm3 (Haerani, 2001). Oleh karena itu
maka kerapatan isi yang didapatkan setelah terbentuknya guludan menggunakan
bajak bajak guludan tipe baris ganda pada lahan pengujian sudah sesuai dengan
kerapatan isi tanah yang diperlukan untuk menanam sayuran.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Bajak guludan tanah tipe baris ganda telah dibuat dan diuji dengan
menghasilkan bentuk guludan yang sesuai dengan yang diharapkan.
2. Penggandengan dua implemen sekaligus pada traktor mini telah
memberikan hasil kinerja yang efisien.
3. Rancangan struktural pada bajak guludan tanah tipe baris ganda telah
memenuhi syarat kekuatan material dalam melakukan pengolahan tanah.
4. Bajak guludan tipe baris ganda telah dibuat dan diuji dengan diperoleh
ukuran guludan yaitu tinggi guludan 23,55 cm, lebar atas guludan 13,05 cm,
lebar bawah guludan 39,52 cm danlebar antar guludan 25,19 cm.
5. Hasil perhitungan efisiensi kerja bajak guludan tipe baris ganda yaitu
kapasitas lapang efektif 0,34 ha/jam, kapasitas lapang teoritis 0,41 ha/jam
dan efisiensi lapang 81,85 %.
6. Hasil pengukuran kadar air yang diperoleh yaitu kadar air sebelum
pengolahan tanah sebesar 27,62% sedangkan kadar air sesudah pengguludan
sebesar 25,9 %.
7. Hasil pengukuran bulk density yang diperoleh pada pengujian bajak guludan
tipe baris ganda yaitu bulk density sebelum pengolahan sebesar 1,44 g/cm3
dan setelah pengguludan sebesar 0,89 g/cm3.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada perancangan bajak guludan


tanah terutama pada bagian sayap bajak sehingga mampu dalam membentuk lebar
bawah pada guludan yang sesuai untuk tanaman sayuran.

Universitas Sriwijaya
47
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.


Boer, R. 2003. Penyimpangan Iklim Di Indonesia. Makalah Seminar Nasional
Ilmu Tanah dengan Tema “Menggagas Strategi Alternatif Dalam
Menyiasati Penyimpangan Iklim Serta Implikasinya Pada Tataguna Lahan
Dan Ketahanan Pangan Nasional”. Laboratorium Klimatologi, Jurusan
Geofisika Dan Meteorologi, FMIPA IPB. Bogor.
Das, M, B. 1993. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis). Penerbit
Erlangga. Jakarta.

Daywin , F, J., R,G, Sitompul dan Imam, H. 1999. Mesin-mesin budidaya


pertanian lahan kering. Proyek Peningkatan Perguruan Tinggi Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Haerani, A. 2001. Kajian Awal Perancangan Alat dan Mesin untuk Budidaya
Sayuran. Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. IPB. Bogor.
Hardjowigeno,S. 2003. Ilmu Tanah. PT. Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Harris, W, L. 1971. The Soil Compaction Process. American Society of
Agricultural Engineering.
Hermawan, W. Desrial, dan Budi, S. 2009. Metode Pembuatan Guludan Secara
Mekanis denganTenaga Penggerak Traktor Dua Roda untuk Budidaya
Tanaman Sayuran. Jurnal Teknologi Pertanian.Institut Pertanian Bogor.
Vol 23, No. 1.
Hersyamsi. 2005. Penggunaan Bahan Yang Mempunyai Nilai Adhesi Dan
Koefisien Gesekan Dengan Tanah Yang Rendah Pada Landside Bajak
Singkal Dalam Upaya Memperkecil Tahanan Tarik. Disertasi
(Dipublikasikan). Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.
Hunt, D. 1995. Farm Power and Machinery Management. Low State University
Press. United States of America.
Ina,S,P. 2002. Efisiensi Pelumpuran Tanah Menggunakan Gelebeg, Garu Sisir
Dan Bajak Rotari. Skripsi (Dipublikasikan). Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Lovita. 2009. Analisis Beban Kerja Pada Pembuatan Guludan di Lahan Kering.
Skripsi. Jurusan Teknik Pertanian. IPB. Bogor.
Manik, A., A. P. Munir dan S. B. Daulay. 2014. Pengaruh Kecepatan Pada
Beberapa Model Implementasi Pengolahan Lahan Sawah. Jurnal Rekayasa
Pangan dan Pertanian. 2(1) : 143-150.

Universitas sriwijaya
48
49

Mardinata, Z dan Zulkifli. 2014. Analisis Kapasitas Kerja Dan Kebutuhan Bahan
Bakar Traktor Tangan Berdasarkan Variasi Pola Pengolahan Tanah,
Kedalaman Pembajakan Dan Kecepatan Kerja. Jurnal Teknologi
Pertanian.Universitas Islam Riau. Vol. 34, No. 3.

Mulyadi, J, J, S., T. Sopiawati dan S. Partohardjono. 2001. Pengaruh cara olah


tanah dan pemupukan terhadap hasil gabah dan emisi gas metan dari pola
tanam padi – padi di lahan sawah.Penelitian. Pertanian Tanaman Pangan.
20(3) : 24 – 28.
Musa, L., Muklis dan Rauf, A. 2006. Dasar - Dasar Ilmu Tanah (Foundamental of
soil science). Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan.

Nash, W,A. 1998. Schaum’s Outline of Theory And Problems of Strength of


Materials 4th edition. McGraw-Hill, Inc. USA.

Nurtika, N. dan Z. Abidin. 1997. Budidaya tanaman tomato Teknologi Produksi


Tomat. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Lembang, Bandung.

Nurchasanah, Y. 2013. Pembatasan Kepemilikan Tanah Dalam Undang – Undang


Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok – Pokok Agraria
Ditinjau Dari Maqasid Asy-Syariah. Skripsi (Dipublikasikan). Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Purba, M. 2014. Rancang Bangun furrower tipe double bottom . Skripsi S1 (Tidak
Dipublikasikan). Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Indralaya.

Rizaldi, T. 2006. Mesin Peralatan (TEP202). Departemen Teknologi Pertanian.


Fakultas Pertanian. USU. Sumatera Utara

Rustam, F. 2003. Mekanisasi Pertanian. 2011 URL: http: // www.


dipertahorsumbar.web.id/Buku/MekanisasiPertanian.pdf . (Diakses tanggal
14 Februari 2015)
Sakai, J.,R.G. Sitompul, E. Namaken Sembiring, R.P.A. Setiawan, I N. Suastawa,
dan T Mandang. 1998. Traktor 2-Roda. Laboratorium Alat dan Mesin
Budidaya Pertanian. Jurusan Teknik Pertanian. FATETA. IPB. Bogor.

Sapei, A., M.A Dhalhar, K. Fujii, S. Miyauchi dan S. Sudou. 1990. Pengukuran
Sifat-Sifat Fisik dan Mekanik Tanah. JICA – DGHE / IPB Project : JTA –
9a (132), Bogor.

Smith, H,P, dan Wilkes, H.L. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Edisi
Keenam. Gadjah Mada University Press. Y ogyakarta

Universitas Sriwijaya
50

Suastawa, I,N., W. Hermawan, dan E,N, Sembiring. 2000. Konstruksi dan


Pengukuran Kinerja Traktor Pertanian. Teknik Pertanian. Fateta.IPB.
Bogor.

Sularso dan K, Suga. 1994. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
PT.Pradnya Paramita. Jakarta
Surbakti, A. A. 2012. Analisis Hubungan Efisiensi Lapang Dan Sinkage Pada
Kegiatan Pengolahan Tanah Di Pt Laju Perdana Indah, Sumatera
Selatan. Skripsi (Dipublikasikan). Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Suwardjo, H dan A. Dariah. 1995. Teknik olah tanah konservasi untuk menunjang
pengembangan pertanian lahan kering yang berkelanjutan. Pros. Seminar
Nasional V : 8 – 13. Bandar Lampung.

Srivastava AK, Goering CE, Rohrbach RP. 1994. Engineerig Principles of


Agricultural Machines. Michigan: American Society of Agricultural
Engineering.
Tas. 2008. Pengolahan Tanah Dan Dinamika Tanah.
http://www.teknoparta.co.cc/. Hal: 1-22

Tyasmoro, S.T., B. Suprayoga dan A. Nugroho. 1995. Cara pengelolaan lahan


yang berwawasan lingkungan dan budidaya tanaman sebagai upaya
konservasi tanah di DAS brantas hulu. Pros. Seminar Nasional V: 9 –14.
Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi. Bandar Lampung.
Williams, C.N., J.O. Uzo, dan W.T.H. Peregrine. 1993. Produksi Sayuran
di Daerah Tropika. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wirosoedarmo, R. 2005. Pengaruh Kandungan Air Terhadap Kegemburan Tanah.


Jurnal Teknologi Pertanian.Universitas Brawijaya. 1:45-49.
Yuswar, Y. 2004. Perubahan Beberapa Sifat Fisik Tanah dan Kapasitas Kerja
Traktor Akibat Lintasan Bajak Singkal pada Berbagai Kadar Air
Tanah.Tesis. Program Pascasarjana UNSYIAH. Banda Aceh.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya
52

Lampiran 1. Sifat-sifat mekanis standard

Lambang Kekuatan Tarik σb Kekuatan Lentur σa


Kelompok Bahan
Bahan (Kg/mm2) (Kg/mm2)
FC 15 15 7
FC 20 20 9
Besi Cor
FC 25 25 11
FC 30 30 13
SC 42 42 12
Baja Cor SC 46 46 19
SC 49 49 20
S30C 48 -
S40C 62 -
Baja Karbon S25C 45 21
S35C 52 26
S45C 58 30
S15CK 50 30
Baja Paduan dengan
SNC 21 80 35-40
Pengeras Kulit
SNC 22 100 40-55
SNC 1 75 35-40
Baja khrom Nikel SNC 2 85 40-60
SNC 3 95 40-60
Perunggu 18 5
Logam Delta 35-60 10-20
Perunggu Fosfor 19-30 5-7
Perunggu Nikel 64-90 20-30
Sumber :Sularso et at., (1994)

Universitas Sriwijaya
53

Lampiran 2. Pengukuran hasil guludan dengan bajak guludan tipe baris ganda.

Percobaan 1

Tinggi Lebar Lebar


Lebar Antar
Lintasan Guludan Guludan Atas Bawah
Guludan (cm)
(cm) (cm) (cm)
1 25,58 12,46 37,44 24,26
1
2 24,74 12,38 37,42 23,84
1 24,5 13,16 36,36 24,94
2
2 24,12 12,44 38,54 24,84
1 27,16 13,52 39,44 24,3
3
2 26,18 13,34 38,36 21,78
1 22,18 12,74 40,1 24,38
4
2 24,24 12,72 42,74 24,2
1 21,58 12,46 39,78 23,46
5
2 23,68 13,72 40,14 24,2
1 23,6 13,24 42,74 25,72
6
2 27,34 14,52 40,22 24,24
1 26,36 13,46 41,16 25,28
7
2 27,4 13,6 41,88 25,8

Percobaan 2

Tinggi Lebar Lebar Lebar Antar


Lintasan Guludan Guludan Atas Bawah Guludan (cm)
(cm) (cm) (cm)
1 27,26 13,66 41,34 27,02
1
2 24,47 12,4 40,56 24,32
1 24,36 12,08 38,66 25,62
2
2 22,48 14,54 40,72 24,42
1 22,6 13,1 39,82 24,96
3
2 21,42 12,58 40,72 25
1 26,28 13,7 40,56 25,58
4
2 23,8 13,34 40,44 25,08
1 21,3 13,1 39,12 25,52
5
2 20,28 12,08 36,68 27,66
1 21,98 12,46 40,32 25,08
6
2 20,44 12,7 36,88 24,86
1 25,44 12,38 40,6 24,82
7
2 22,8 12,58 41,56 24,78

Universitas Sriwijaya
54

Lampiran 2. Pengukuran hasil guludan dengan bajak guludan tipe baris ganda.
(Lanjutan)

Percobaan 3

Tinggi Lebar Lebar Lebar Antar


Lintasan Guludan Guludan Atas Bawah Guludan (cm)
(cm) (cm) (cm)
1 21 12,52 40 27,54
1
2 22 12,76 39,16 25,28
1 23,3 13,34 35,7 25,98
2
2 22,54 11,91 39,18 25,32
1 25,86 14,82 39,34 26,18
3
2 23,2 12,78 38,6 26,58
1 22,4 13,1 39,16 25,56
4
2 18,86 12,56 34,84 24,48
1 21,26 12,44 38,98 25,3
5
2 19,9 12,1 39,36 26,4
1 27,26 13,66 41,34 27,02
6
2 24,38 14,32 41,1 26,06
1 23,36 14 40,08 24,52
7
2 22,26 13,3 38,66 25,84

Universitas Sriwijaya
55

Lampiran 3. Pengukuran kapasitas lapang pada saat pengguludan

Percobaan 1

Kapasitas Lapang Kapasitas Lapang Effisiensi


Lintasan
Efektif (Ha/Jam) Teoritis (Ha/Jam) Lapang (%)
1 0,32 0,41 78,04
2 0,35 0,41 85,36
3 0,30 0,41 73,17
4 0,32 0,41 78,04
5 0,36 0,41 87,80
6 0,31 0,41 75,60
7 0,33 0,41 82,92
Rata-rata 0,33 0,41 80,13

Percobaan 2

Kapasitas Lapang Kapasitas Lapang Effisiensi


Lintasan
Efektif (Ha/Jam) Teoritis (Ha/Jam) Lapang (%)
1 0,38 0,41 92,68
2 0,38 0,41 92,68
3 0,37 0,41 90,24
4 0,40 0,41 97,56
5 0,35 0,41 85,37
6 0,33 0,41 80,49
7 0,37 0,41 90,24
Rata-rata 0,37 0,41 89,90

Percobaan 3

Kapasitas Lapang Kapasitas Lapang Effisiensi Lapang


Lintasan
Efektif (Ha/Jam) Teoritis (Ha/Jam) (%)
1 0,28 0,41 68,29
2 0,32 0,41 80,49
3 0,29 0,41 70,73
4 0,33 0,41 80,49
5 0,32 0,41 78,05
6 0,31 0,41 75,61
7 0,31 0,41 75,61
Rata-rata 0,31 0,41 75,61

Universitas Sriwijaya
56

Lampiran 4. Perhitungan kadar air dan bulk density sebelum pengolahan

Percobaan 1

Berat Ring MTB MTK Kadar Air Bulk Density


Sampel
(gram) (gram) (gram) (%) (g/cm3)
B1T1 35 172 139 23,74 1,42
B1T2 36 140 110 27,27 1,12
BIT3 35 161 128 25,78 1,30
B2T1 35 163 130 25,38 1,32
B2T2 39 141 112 25,89 1,14
B2T3 38 203 159 27,67 1,62
B3T1 37 157 126 24,60 1,28
B3T2 38 163 129 26,36 1,31
B3T3 37 139 108 28,70 1,10
B4T1 35 169 133 27,07 1,36
B4T2 35 183 140 30,71 1,43
B4T3 37 207 159 30,19 1,62
Rata-rata 26,95 1,34

Percobaan 2

Kadar air Bulk density


Sampel B.Ring BTB BTK
(%) (g/cm3)
B1T1 34 187 154 21,43 1,57
B1T2 35 192 151 27,15 1,54
BIT3 37 177 138 28,26 1,41
B2T1 35 188 143 31,47 1,46
B2T2 37 178 142 25,35 1,45
B2T3 38 182 143 27,27 1,46
B3T1 35 177 139 27,34 1,42
B3T2 38 185 145 27,59 1,48
B3T3 37 184 144 27,78 1,47
B4T1 36 182 141 29,08 1,44
B4T2 36 185 146 26,71 1,49
B4T3 38 181 140 29,29 1,43
Rata-rata 27,39 1,47

Universitas Sriwijaya
57

Lampiran 4. Perhitungan kadar air dan bulk density sebelum pengolahan


(Lanjutan)

Percobaan 3

Kadar air Bulk density


Sampel B.Ring BTB BTK
(%) (g/cm3)
B1T1 35 186 141 31,91 1,44
B1T2 33 198 156 26,92 1,59
BIT3 36 183 142 28,87 1,45
B2T1 36 187 145 28,97 1,48
B2T2 37 193 153 26,14 1,56
B2T3 35 188 144 30,56 1,47
B3T1 33 198 150 32,00 1,53
B3T2 37 190 150 26,67 1,53
B3T3 38 183 144 27,08 1,47
B4T1 37 187 145 28,97 1,48
B4T2 35 204 162 25,93 1,65
B4T3 35 191 149 28,19 1,52
Rata-rata 28,52 1,51

Universitas Sriwijaya
58

Lampiran 5. Perhitungan kadar air dan bulk density sesudah pengolahan

Percobaan 1

Berat Cawan MTB MTK Kadar air Bulk density


Sampel
(gram) (gram) (gram) (%) (g/cm3)
G1K1 2,02 7,64 6,22 22,83 0,74
G1K2 1,82 8,62 6,96 23,85 0,83
G2K1 2 8,08 6,34 27,44 0,76
G2K2 2,02 8,24 6,56 25,61 0,78
G3K1 2,88 8,68 6,86 26,53 0,82
G3K2 1,98 8,6 6,74 27,60 0,81
G4K1 2,02 8,47 6,56 29,12 0,78
G4K2 2 8,66 6,75 28,30 0,81
G5K1 1,84 8,38 6,61 26,78 0,79
G5K2 2,04 8,52 6,78 25,66 0,81
G6K1 2,84 8,92 7,1 25,63 0,85
G6K2 2,98 9,6 7,7 24,68 0,92
G7K1 2,88 8,94 7,16 24,86 0,86
G7K2 2,83 9,21 7,21 27,74 0,86
G8K1 2,88 9,26 7,51 23,30 0,90
G8K2 2,44 9,68 7,82 23,79 0,94
G9K1 2,88 8,78 6,94 26,51 0,83
G9K2 2,94 10,3 8,22 25,30 0,98
G10K1 2,92 9,56 7,62 25,46 0,91
G10K2 2,04 9,7 7,56 28,31 0,90
G11K1 2,92 8,92 7,08 25,99 0,85
G11K2 2,92 9,92 7,9 25,57 0,95
G12K1 2,96 9,12 7,32 24,59 0,88
G12K2 2,94 8,82 6,88 28,20 0,82
G13K1 2,84 9,3 7,54 23,34 0,90
G13K2 2,88 10,58 8,36 26,56 1,00
G14K1 2,92 10,68 8,44 26,54 1,01
G14K2 2,8 10,72 8,28 29,47 0,99
Rata-rata 26,06 0,87

Universitas Sriwijaya
59

Lampiran 5. Perhitungan kadar air dan bulk density sesudah pengolahan


(Lanjutan)

Percobaan 2

Berat Cawan BTB BTK Kadar air Bulk density


Sampel
(gram) (gram) (gram) (%) (g/cm3)
G1K1 2,31 8,95 7,03 27,31 0,84
G1K2 2,2 8,98 6,92 29,77 0,83
G2K1 1,78 9,34 7,55 23,71 0,90
G2K2 2,35 8,29 6,62 25,23 0,79
G3K1 2,11 10,45 8,27 26,36 0,99
G3K2 2,18 9,53 7,54 26,39 0,90
G4K1 1,96 9,35 7,6 23,03 0,91
G4K2 1,86 9,56 7,65 24,97 0,92
G5K1 2,73 9,07 7,47 21,42 0,89
G5K2 2,54 10,31 9,16 12,55 1,10
G6K1 2,38 7,53 5,6 34,46 0,67
G6K2 2,89 8,4 6,69 25,56 0,80
G7K1 2,43 8,13 6,1 33,28 0,73
G7K2 1,47 11,31 9,34 21,09 1,12
G8K1 2,37 9,8 7,87 24,52 0,94
G8K2 1,81 11,58 9,1 27,25 1,09
G9K1 1,74 9,36 7,47 25,30 0,89
G9K2 1,97 9,27 7,7 20,39 0,92
G10K1 2,94 9,32 7,51 24,10 0,90
G10K2 2,31 9 7,31 23,12 0,87
G11K1 1,88 9,26 7,22 28,25 0,86
G11K2 2,67 9,89 7,77 27,28 0,93
G12K1 2,24 8,74 6,86 27,41 0,82
G12K2 1,75 9,54 7,52 26,86 0,90
G13K1 2,72 7,41 5,82 27,32 0,70
G13K2 2,82 9,3 7,47 24,50 0,89
G14K1 2,44 8,04 6,19 29,89 0,74
G14K2 1,64 10,61 8,2 29,39 0,98
Rata-rata 25,74 0,89

Universitas Sriwijaya
60

Lampiran 5. Perhitungan kadar air dan bulk density sesudah pengolahan


(Lanjutan)

Percobaan 3

Berat Cawan MTB MTK Kadar air Bulk density


Sampel
(gram) (gram) (gram) (%) (g/cm3)

G1K1 2 9,76 7,88 23,86 0,94


G1K2 2,02 9,68 7,78 24,42 0,93
G2K1 1,98 9,9 7,84 26,28 0,94
G2K2 2,04 9,44 7,34 28,61 0,88
G3K1 2,88 8,76 7,02 24,79 0,84
G3K2 1,82 9,58 7,4 29,46 0,89
G4K1 2,02 9,22 7,43 24,09 0,89
G4K2 2,48 8,42 6,76 24,56 0,81
G5K1 2,02 9,5 7,66 24,02 0,92
G5K2 2,04 11 8,72 26,15 1,04
G6K1 2,84 9,26 7,4 25,14 0,89
G6K2 2,98 9,04 7,24 24,86 0,87
G7K1 2,84 9,36 7,46 25,47 0,89
G7K2 2,8 8,88 7,06 25,78 0,84
G8K1 2,86 8,6 6,9 24,64 0,83
G8K2 2,44 10,2 8 27,50 0,96
G9K1 1,86 9,3 7,5 24,00 0,90
G9K2 2,06 10,02 7,94 26,20 0,95
G10K1 1,88 8,56 6,72 27,38 0,80
G10K2 2,06 9,78 7,52 30,05 0,90
G11K1 2,92 10,5 8,34 25,90 1,00
G11K2 2,92 10,72 8,6 24,65 1,03
G12K1 2,96 10,82 8,26 30,99 0,99
G12K2 2,96 10,7 8,74 22,43 1,05
G13K1 2,84 9,24 7,5 23,20 0,90
G13K2 2,88 9,6 7,7 24,68 0,92
G14K1 2,02 9,5 7,24 31,22 0,87
G14K2 1,82 9,38 7,5 25,07 0,90
Rata-rata 25,91 0,91

Universitas Sriwijaya
61

Lampiran 6. Diagram alir penelitian

Mulai

Persiapan alat dan bahan

Perancangan alat

Pengujian alat

Pengamatan dan pengambilan data

Pengolahan data

Selesai

Universitas Sriwijaya
62

Lampiran 7. Desain bajak guludan tipe baris ganda

Universitas Sriwijaya
63

Lampiran 8. Bajak guludan tipe baris ganda

Universitas Sriwijaya
64

Lampiran 9. Tangkai tarik bajak guludan tipe baris ganda

Universitas Sriwijaya
65

Lampiran 10. Besi penjepit bajak guludan tipe baris ganda

Universitas Sriwijaya
66

Lampiran 11. Sayap dan tangkai bajak guludan tipe baris ganda

Universitas Sriwijaya
67

Lampiran 12. Foto rangkaian bajak guludan tipe baris ganda

Gambar a. Bajak guludan tipe baris ganda (tampak samping)

Gambar b. Bajak guludan tipe baris ganda (tampak belakang)

Universitas Sriwijaya
68

Lampiran 13. Foto pengujian bajak guludan tipe baris ganda

Universitas Sriwijaya
69

Lampiran 14. Foto hasil pengujian bajak guludan tipe baris ganda

Universitas Sriwijaya
70

Lampiran 15. Foto pengukuran bentuk guludan

Universitas Sriwijaya

You might also like