You are on page 1of 6

KHUTBAH JUM'AT : KRITERIA MEMILIH PEMIMPIN

PERSFEKTIF ISLAM

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


َ‫ َواَ ْش َهدُاَ ْن الَا ِٰلهَ اِالَّهللاُ َو ْحدَهُ الَش َِري َْك لَهُ ٰا ِله‬، َ‫شا ِك ِريْن‬ َّ ‫َحمدَال‬ ْ ِ‫اَ ْل َح ْمد ُِِهلل‬
‫اء‬ِ َ‫س ْولَهَ َخاَت ُم اْأل َ ْنبِي‬ ُ ‫ع ْبدُهُ َو َر‬ َ ‫ َوا َ ْش َهدُا َ َّن ُم َح َّمدًا‬. َ‫اْأل َ َّو ِليْنَ َواْ ٰأل ِخ ِريْن‬
َ‫َاج َم ِعيْن‬ َ ‫لى ٰا ِل ِه َو‬
ْ ‫ص ْح ِب ِه‬ ٰ ‫ع‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫لى َم َح َّم ٍد‬
َ ُ‫صلىَّاهلل‬ ٰ ‫ع‬ َ ‫ اَللّٰ ُه َّم‬. َ‫س ِليْن‬
َ ‫ص ِِّل‬ َ ‫َواْل ُم ْر‬
‫َّاي َبتَ ْق َوىاهللِ فَقَ ْد‬ َ ‫ص ْي ُك ْم ِع َبادَهللاِ َواِي‬ ِ ‫سلَّ َم ت َ ْس ِل ْي ًما َكثِي ًْرا ﴿اَ َّما بَ ْعدُ﴾ ا ُ ْو‬ َ ‫َو‬
. َ‫فَازَ اْل ُمتَّقُ ْون‬
Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah.
Kita sedang berada di tahun 2014, tahun dimana kita bangsa Indonesia akan
memilih calon-calon pemimpin yang akan menjadi wakil rakyat baik ditingkat daerah,
provinsi maupun wakil kita di tingkat pusat. Memang dalam ajaran Islam, keberadaan
seorang pemimpin adalah suatu keharusan. Hal ini tergambar dari firman Allah SWT
yang berbunyi :
‫لى اْأل َ ْم ِر ِم ْن ُك ْم فَإِ ْن تَنَازَ ْعت ُ ْم‬
ِ ‫س ْو َل َوا ُ ْو‬ َّ ُ‫ۤيااَيُّ َهاالَّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْوااَ ِط ْيعُوهللاَ َواَ ِط ْيع‬
ُ ‫واالر‬
‫س ْو ِل اِ ْن ُك ْنت ُ ْم تُؤْ ِمنُ ْونَ بِاهللاِ َو ْاليَ ْو ِم اْ ٰال ِخ ِر ٰذا ِل َك‬
ُ ‫الر‬ َ ‫ش ْيءٍ فَ ُرد ُّْوهُ ا‬
َّ ‫ِلى هللاِ َو‬ َ ‫فى‬ ِ
ْ
ً‫س ُن تَأ ِو ْيال‬
َ ‫َخي ٌْر َّواَ ْح‬
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan pemimpin di
antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu maka kembalilah
(atau selesaikanlah) berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, jika kamu benar-benar
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa : 59).

Dari ayat ini dapat dipahami bahwa hubungan antara Allah, Rasul-Nya dan
pemimpin sangat erat. Allah adalah Sang Pencipta yang menetapkan aturan-aturan
yang tertuang dalam Al-Qur’an. Muhammad SAW adalah utusan Allah yang
menjabarkan al-Qur’an dengan sunnahnya. Sementara itu, seorang pemimpin
seharusnya melaksanakan apa yang telah digariskan dalam A-Qur’an dan sunnah
sehingga ajaran Allah dan rasul-Nya dapat terwujud di muka bumi ini. Karena itu,
keberadaan seorang pemimpin sangatlah penting dalam rangka mewujudkan nilai-
nilai Islam di tengah-tengah masyarakat.
Kaharusan adanya seorang pemimpin juga ditegaskan oleh Rasulullah SAW
dalam salah satu hadits yang artinya :
“Jika ada dua orang diantara kamu bepergian ke suatu tempat, maka hendaklah salah
seorangnya menjadi pemimpin”.

Hadits ini mengandung arti bahwa seorang pemimpin itu mutlak diperlukan
bahkan untuk jumlah komunitas yang paling sedikit sekalipun dan untuk waktu yang
paling singkat sekalipun. Artinya pula, jangan sampai ada suatu masa dimana suatu
masyarakat tidak memiliki seorang pemimpin.
Dalam sejarah dunia, umat manusia hampir tidak pernah hidup tanpa
kehadiran seorang pemimpin. Dalam sejarah Islam, setelah Nabi Muhammad SAW
wafat maka masalah pertama yang dibahas para sahabat saat itu adalah siapa
pemimpin pengganti nabi. Setelah musyawarah yang diadakan Tsaqifah Bani Sa’idah,
maka dipilihlah sahabat senior Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama
pengganti nabi SAW dan begitulah seterusnya dengan sahabat-sahabat yang lain.

Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah.


Berkaitan dengan keharusan adanya seorang pemimpin, maka memilih seorang
calon pemimpin menjadi suatu keharusan pula. Namun dalam memilih seorang calon
pemimpin kita harus merujuk kepada rambu-rambu atau nilai-nilai yang ditetapkan
dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Nilai yang paling utama adalah ketaqwaan calon
tersebut terhadap Allah dan Rasul-Nya, artinya calon tersebut harus pula memiliki
kemampuan untuk mengajak dan menggerakkan orang lain untuk bertaqwa kepada
Allah dan Rasul. Allah SWT berfirman :
‫ع ِن اْل ُم ْن َك ِر‬ ِ ‫اس تَأ ْ ُم ُر ْونَ بِاْل َم ْع ُر ْو‬
َ َ‫ف َوتَ ْن َه ْون‬ ْ ‫ُك ْنت ُ ْم َخي ُْرا ُ َّمةٌ ا ُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت ِللن‬
... ِ‫َوتُؤْ ِمنُ ْونَ ِباهلل‬
“Kamu adalah ummat terbaik bagi manusia. Karena kamu mengajak orang lain untuk
berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar dan beriman kepada Allah SWT”.

Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah.


Kedua, Selain bertaqwa pemimpin juga harus jujur (al-Amin) dan amanah.
Pemimpin baru disebut jujur manakala ia mampu memberi rasa aman. Jujur (al-Amin)
inilah gelar yang disandang Rasulullah SAW sebelum dirinya diangkat menjadi nabi.
Kata amanah (kepercayaan), amin (jujur) dan iiman (keimanan) adalah rangkaian kata
yang tidak bisa dipisahkan. Kepercayaan adalah buah kejujuran sedangkan kejujuran
adalah bagian terpenting dari keimanan.
Ada perbedaan mendasar antara sikap jujur dengan amanah. Seseorang yang
mengaku bahwa dirinya benar mendapat titipan uang mungkin bisa disebut jujur.
Tapi ketika ia tidak mampu mengembalikan uang itu tepat pada waktunya, atau ia
gunakan untuk keperluan tidak pada tempatnya, tindakannya tidak bisa disebut
amanah. Ia jujur tapi tidak amanah.
Bagi seorang pemimpin, kejujuran dan sikap amanah harus seiring dan sejalan.
Diantara alasan terpenting diterimanya nabi Musa AS oleh ayah dua wanita yang
ditolongnya (yakni nabi Ayyub AS). Selain nabi Musa itu qawiyyun(kuat), ia
juga amiin (jujur). Begitupun nabi Yusuf AS, beliau diangkat sebagai bendaharawan
raja Mesir kala itu, bukan karena nabi Yusuf makiin(berkedudukan tinggi) tapi
juga amiin (jujur). Sikap jujur harus dilatih sejak dini karena orang yang biasa jujur
yang akan mampu menghalau segala kemunafikan.

Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah.


Ketiga, sikap yang harus dimiliki oleh pemimpin itu adalah Tawadhu’.Imam
Syafi’i mendefinisikan tawadhu’ ini dengan ungkapannya : “Sikap tawadhu’adalah
akhlak orang-orang mulia sedangkan takabbur adalah ciri orang-orang tercela”. Allah
SWT berfirman :
Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah.
Ketiga, sikap yang harus dimiliki oleh pemimpin itu adalah Tawadhu’.Imam
Syafi’i mendefinisikan tawadhu’ ini dengan ungkapannya : “Sikap tawadhu’adalah
akhlak orang-orang mulia sedangkan takabbur adalah ciri orang-orang tercela”. Allah
SWT berfirman :
‫ُمختاَالً فَ ُخ ْو ًرا‬
ْ َ‫ب َم ْن َكان‬
ُّ ‫ا َِّن هللاَ الَيُ ِح‬
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-
banggakan diri”. (QS. An-Nisa’ : 36)

Sikap tawadhu’ sangat erat kaitannya dengan sifat ikhlas. Rangkuman


keikhlasan seorang hamba ada pada ketawadhuannya, orang yang mampu
bersikap tawadhu’ berarti keikhlasan telah bersarang dihatinya. Bedanya,
ketawadhuan banyak berhubungan dengan manusia secara sosial sedangkan ikhlas
lebih bersifat langsung kepada Allah SWT.
Tawadhu’ bukan berarti menghinakan diri. Seorang direktur sebuah
perusahaan besar yang turut menyapu lantai bersama anak buahnya, belum tentu
bisa disebut tawadhu’, bisa jadi ia sedang mencari muka di depan anak buahnya. Tapi
ketika Umar bin Khattab menyantap makanan bersama rakyatnya,
disanalahtawadhu’ menemukan definisinya. Ketika Umar bin Khattab lari sambil
berjalan kaki sedangkan utusan Sa’ad bin Abi Waqqash yang datang dari Qasidiah
menunggang kuda, disinilah makna rendah hati yang sebenarnya. Saat Umar bin
Khattab datang menuntun hewan tunggangannya secara bergantian dengan
pembantunya ke Biatul Maqdis, demikian arti tawadhu’ yang sesungguhnya.
Makna tawadhu’ tak cukup dijelaskan dengan kata-kata tetapi harus diwujudkan
dengan sikap nyata.
Dan yang terakhir, calon pemimpin haruslah memiliki sikap terbuka dan
bertanggungjawab. Terbuka berarti siap untuk menerima kritik maupun saran tentang
kepemimpinannya. Inilah yang dilakukan oleh sahabat nabi yang bernama Umar bin
Khattab ketika terpilih sebagai kholifah, beliau berpidato di depan sahabat-sahabatnya
meminta agar para sahabat meluruskannya kalau ia melakukan kesalahan.

Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah.


Seorang pemimpin dituntut untuk mengetahui sebanyak mungkin tentang
kondisi orang-orang yang dipimpinnya. Untuk itu ia memerlukan “teropong” yang bisa
menjangkau kejauhan yang tak bisa dicapai oleh mata biasa.
Kesalahan terjadi jika pemimpin hanya menggunakan teropong kecil dan tidak
mau menggunakan teropong baru yang lebih besar dan bening. Dengan demikian,
jangkauan teropongnya lebih luas dan detil. Seluas jangkauan teropong Umar bin
Khattab yang bisa melihat keledai yang terpeleset di wilayah Irak, jauh dari Madinah.
Sedetil teropong Umar yang bisa melihat seorang ibu menanak batu untuk menghibur
anaknya yang kelaparan pada penggalan malam nan gulita. Sebening teropong Umar
yang mampu menyadap suara isak tangis seorang wanita yang ditinggal suaminya
berjihad dan obrolan gadis kecil yang meminta ibunya agar mencampur susu dengan
air. Wahai para pemimpin dan calon pemimpin, ingatlah bahwa Rasulullah SAW telah
memperingatkan lewat sabdanya :

َ ‫ُكلُّ ُك ْم َراعٍ َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسئ ُ ْو ٌل‬


‫ع ْن َر ِعيَّ ِت ِه‬
“Kamu sekalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban
terhadap kepemimpinanmu”.
Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah.
Demikian khutbah kita pada hari ini, mudah-mudahan kita dianugerahkan
oleh Allah SWT seorang pemimpin yang dapat membawa kebaikan dunia dan akhirat.
Amin Ya Rabbal’alamin.

ِ ‫با َ َر َك هللاُ ِلى َولَ ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ اْأل َ يَا‬


‫ت َوال ِذِّ ْك ِر اْل َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل هللاُ ِمنَّ َاو ِم ْن ُك ْم‬
.‫س ِم ْي ُع اْل َع ِل ْي ُم‬
َّ ‫ِتالَ َوتَهُ ِإنَّهُ ُه َوال‬

Khutbah Kedua Setiap Jum’at


‫‪Oleh : Mushanef, S.HI‬‬

‫ط ٰفى‬ ‫ص َ‬ ‫ي اْل ُم ْ‬ ‫لى النَّ ِب ِِّ‬ ‫سالَ ُم َع ٰ‬ ‫صالَة ُ َوال َّ‬ ‫ا َ ْل َح ْمد ُ ِِهللِ َو َك ٰفى َوال َّ‬
‫ق َواْ َلوفى ِٰ‪ .‬أ َ ْش َهدُا َ ْن الَاِ ٰلهَ‬ ‫الص ْد ِ‬‫ص ْح ِب ِه ا َ ْه ِل ِ ِّ‬ ‫لى ٰا ِل ِه َو َ‬ ‫َو َع ٰ‬
‫س ْولُهُ‪.‬‬ ‫ع ْبدُهُ َو َر ُ‬ ‫اِالَّهللا َُو ْحدَهُ الَ ش َِري َْك لَهُ‪َ ,‬وا َ ْش َهدُ ا َ َّن ُم َح َّمدًا َ‬
‫ص ْح ِب ِه‬ ‫لى ٰا ِل ِه َو َ‬ ‫س ِيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َع ٰ‬ ‫لى َ‬ ‫س ِلِّ ْم َع ٰ‬‫ص ِِّل َو َ‬ ‫اَللّٰ ُه َّم فَ َ‬
‫سلَّ َم ت َ ْس ِل ْي ًما َكثِي ًْرا‪( .‬أ َ َّما بَ ْعدُ) فَيَا ِعبَادَهللاِ‪.‬‬ ‫ا َ ْج َم ِعيْنَ ‪َ .‬و َ‬
‫ِإتَّقُ ْوهللا َ َح َّق تُقَاتِ ِه َوالَت َ ُم ْوت ُ َّن اِالَّ َوا َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُم ْونَ ‪َ .‬وا ْعلَ ُم ْوا ا َ َّن‬
‫الى اِ َّن‬ ‫لى نَ ِبيِِّ ِه قَ ِد ْي ًما‪ .‬فَقَا َل تَعَ ٰ‬ ‫ى َع ٰ‬ ‫صل َّ‬ ‫َ‬ ‫هللاَ تَعَ ٰ‬
‫الى‬
‫صلُّ ْوا‬ ‫لى النَّ ِبى يَااَيُّ َهاالَّ ِذيْنَ ٰا ِٰ َمنُ ْوا َ‬ ‫صلُّ ْونَ َع ٰ‬ ‫هللا ََو َمالَئِ َكتَهُ يُ َ‬
‫لى‬ ‫س ِيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َع ٰ‬ ‫لى َ‬ ‫ص ِِّل َع ٰ‬ ‫س ِلِّ ُم ْوا ت َ ْس ِل ْي ًما‪.‬اَللّٰ ُه َّم َ‬
‫َعلَ ْي ِه َو َ‬
‫على ٰا ِل‬ ‫يم َو ٰ‬ ‫س ِيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه َ‬ ‫لى َ‬ ‫ْت َع ٰ‬ ‫صلَّي َ‬ ‫س ِيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫ٰا ِل َ‬
‫س ِيِّ ِدنَا‬‫لى ٰا ِل َ‬ ‫س ِيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َع ٰ‬ ‫لى َ‬ ‫ار ْك َع ٰ‬ ‫س ِيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِهي َْم َوبَ ِ‬ ‫َ‬
‫س ِيِّ ِدنَا‬ ‫لى ٰا ِل َ‬ ‫س ِيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِهي َْم َو َع ٰ‬ ‫لى َ‬ ‫ت َع ٰ‬ ‫ار ْك َ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬
‫ِإب َْرا ِهي َْم ف ِى ْالعَالَ ِميْنَ ِإنَّ َك َح ِم ْيدٌ َم ِج ْيدٌ‪ .‬اَللّٰ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُم ْس ِل ِميْنَ‬
‫ت‬ ‫اء ِم ْن ُه ْم َواأل َ ْم َوا ِ‬ ‫ت َاْأل َ ْحيَ ِ‬ ‫ت َواْل ُمؤْ ِم ِنيْنَ َواْل ُمؤْ ِمنَا ِ‬ ‫َواْل ُم ْس ِل َما ِ‬
‫لحا َ َجاتِ‪.‬‬ ‫ي اْ ْ‬ ‫اض َ‬ ‫ت يَاقَ ِ‬ ‫ْب الدَّ َع َوا ِ‬ ‫ْب ُم ِجي ُ‬ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِري ٌ‬ ‫ِإنَّ َك َ‬
‫ان َوالَت َ ْجعَ ْل‬ ‫سبَقُ ْونَا ِبا ْ ِإل ْي َم ِ‬ ‫َربَّنَاا ْغ ِف ْرلَنَا َو ِِ ِإل ْخ َوانِنَاالَّ ِذيْنَ َ‬
‫ف َر ِح ْي ٌم‪َ .‬ربَّنَا ٰاتِنَا‬ ‫فى قُلُ ْو ِبنَا ِغالًّ ِللَّ ِذيْنَ أ َ َمنُ ْوا َربَّنَا ِإنَّ َك َر ُؤ ٌ‬ ‫ِ‬
‫اب‬ ‫سنَةً َو ِقنَا َعذَ َ‬ ‫فى اْأل َ ِخ َر ِة َح َ‬ ‫سنَةً َو ِ‬ ‫فى الدُّ ْنيَا َح َ‬ ‫ِ‬
‫اء‬ ‫ان َو ِإ ْيت َ ِ‬ ‫س ِ‬ ‫ار‪ِ .‬عبَادَهللاِ‪ِ ,‬إ َّن هللاَ يَأ ْ ُم ُر ِب ْالعَ ْد ِل َواْ ِإل ْح َ‬ ‫النَّ ِ‬
‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم‬ ‫َاء َواْل ُم ْن َك ِر َواْلبَ ْغي ِ يَ ِع ُ‬ ‫ذ ِْلقُ ْر ٰبى َويَ ْن ٰهى َع ِن اْلفَ ْخش ِ‬
‫صالَ ِة‪.‬‬‫تَذَ َّك ُر ْونَ َولَ ِذ ْك ُرهللاِ ا َ ْكبَ ُر‪ .‬اَقِ ِم ال َّ‬

You might also like