Professional Documents
Culture Documents
KHUTBAH PERTAMA
Seiring pergantian waktu, pergantian tahun, marilah kita meningkatkan rasa syukur dan taqwa kita kepada
Allah Azza wa Jalla. Sungguh, tiada satu waktu pun yang kita lalui, kecuali di sana ada nikmat Ilahi.
Sungguh, tak pernah waktu berganti, baik pergantian hari, bulan atau tahun, kecuali nikmat Allah
senantiasa membersamai.
Pertama, bulan Muharam merupakan salah satu bulan haram. Allah SWT berfirman :
قَ َش ْه ًرا في كتَاب ّللا يَ ْو َم َخل َ عش ََرَ ش ُهور ع ْن َد ّللا اثْنَا ُّ إن عدةَ ال
َ اوات َو ْاأل َ ْر
ض م ْن َها أ َ ْربَعَة ُح ُرم ذَلكَ الدينُ ا ْلقَي ُم فَ َال ت َ ْظل ُموا َ الس َم
س ُك ْم َ ُفيهن أ َ ْنف
Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu
Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus,
maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, (QS. At-Taubah : 36)
Dalam ayat di atas disebutkan bahwa ada dua belas : mulai dari bulan Muharam yang insya Allah akan tiba
besuk malam, hingga bulan Dzulhijjah. Diantara dua belas bulan itu ada empat bulan haram yaitu bulan
Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab.
Ashurul haram (bulan haram), termasuk bulan Muharam ini adalah bulan yang dimuliakan Allah SWT.
Bulan-bulan itu memiliki kesucian, dan karenanya menjadi bulan pilihan. Diantara bentuk kesucian dan
kemuliaan bulan-bulan itu adalah kaum muslimin dilarang berperang, kecuali terpaksa; jika diserang oleh
kaum kafir. Kaum muslimin juga diingatkan agar lebih menjauhi perbuatan aniaya pada bulan itu.
Dalam menafsirkan ayat ini, Imam At-Thabari dalam Tafsirnya mengutip atsar dari Ibnu Abbas r.a. :
"Allah menjadikan bulan-bulan ini sebagai bulan-bulan suci, mengagungkan kehormatannya dan
menjadikan dosa yang dilakukan pada bulan ini menjadi lebih besar dan menjadikan amal shalih pada
bulan ini juga lebih besar."
Sungguh, hijrah merupakan perjuangan monumental yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para
sahabatnya. Mereka rela meninggalkan segala harta, termasuk rumah dan perabotnya, menuju Yatsrib yang
kemudian dikenal sebagai Madinah. Mereka rela meninggalkan tanah air menuju tanah yang tidak jelas
peluang bisnis maupun ladang pekerjaan di sana. Bahkan lebih dari itu, dengan hijrah tidak sedikit para
sahabat yang mempertaruhkan nyawa mereka. Termasuk Rasulullah SAW dan Abu Bakar, yang dikejar
dan diburu hidup atau mati.
Tanpa hijrah, mungkin tidak ada peradaban Islam yang dimulai Rasulullah dari Madinah. Tanpa hijrah,
mungkin tidak akan ada kemenangan demi kemenangan yang diraih Rasulullah dan para sahabatnya
hingga mampu memfutuhkan Makkah dan menyebarkan Islam ke seluruh jazirah Arab. Hingga sekarang
Islam dipeluk oleh lebih dari 1,2 milyar penduduk bumi.
Karena itulah, ketika Umar bin Khatab hendak menentukan tahun baru Islam, beliau memilih tahun hijrah
sebagai tahun pertama. Muharam sebagai bulan pertama, yang di waktu itu juga dimulai perjalanan hijrah
oleh beberapa sahabat, lalu secara besar-besaran para sahabat berbondong-bondong hijrah pada bulan
Safar. Hijrah yang diambil sebagai titik tolak peradaban Islam. Maka kalender Islam pun disebut sebagai
kalender hijriyah.
Perlu diketahui, bahwa maksud hadits Rasulullah SAW itu adalah, tidak lagi wajib hijrah dari Makkah ke
Madinah setelah futuhnya Makkah. Karena tidak ada kewajiban untuk hijrah dari negeri Muslim.
Yang perlu dilakukan adalah, ketika kita hidup di sebuah tempat yang tidak islami, yang membahayakan
agama kita, keluarga dan anak-anak kita, saat itulah kita dianjurkan hijrah ke tempat yang lebih kondusif
sehingga kita bisa menjalankan Islam dengan baik.
Sedangkan semangat hijrah yang lebih luas adalah seperti sabda Rasulullah SAW:
Inilah hakikat hijrah, inilah semangat hijrah, dan inilah kesempatan bagi setiap muslim: hijrah adalah
meninggalkan larangan Allah SWT. Maka ketika kita berusaha beralih dari kemaksiatan menuju ketaatan,
itu adalah hijrah. Ketika kita berusaha meninggalkan kezaliman menuju keadilan, itu adalah hijrah. Ketika
kita berusaha mengubah hidup kita dari kejelekan menjadi kebaikan, itu adalah hijrah.
Secara khusus, Rasulullah SAW menyebutkan keutamaan puasa asyura dalam sabdanya :
َُورا َء فَقَا َل يُكَف ُر السنَةَ ا ْل َماضيَة َ سئ َل ع َْن
َ ص ْوم يَ ْوم عَاش ُ
Rasulullah ditanya mengenai puasa asyura( puasa dihari kesepuluh bulan Muharram), beliau menjawab,
"ia bisa menghapus dosa setahun yang lalu." (HR. Muslim)
Sedangkan mengenai puasa tasu'a, Rasulullah berazam untuk menjalankannya, meskipun beliau tidak
sempat menunaikan karena wafat sebelum Muharam tiba. Lalu para sahabatnya menjalankan puasa tasu'a
seperti keinginan Rasulullah SAW :
Demikian sebagian dari keutamaan bulan Muharam, semoga kita dimudahkan Allah SWT untuk
mengambil ibrah dan menggapai keutamaan itu.
KHUTBAH KEDUA
سل ْمتَ
صل ْيتَ و َ علَى آل ُم َحمدَ ،ك َما َ علَى ُم َحمد َو َ سل ْم َ صل و َ الل ُهم َ
علَى آل ُم َحمد، علَى ُم َحمد َو َ علَى آل إ ْب َراه ْي َمَ ،وبَار ْك َ علَى إ ْب َراه ْي َم َو ََ
علَى آل إ ْب َراه ْي َم ،في العَالَم ْي َن إنكَ َحم ْيد علَى إ ْب َراه ْي َم َو َ ار ْكتَ َ َك َما بَ َ
ض الل ُهم ع َْن ُخلَفَائه الراشد ْي َنَ ،وع َْن أ َ ْز َواجه أُم َهات ار َ َمج ْيدَ ،و ْ
سائر الص َحابَة أ َ ْج َمع ْي َنَ ،وع َْن ال ُم ْؤمن ْي َن َوال ُم ْؤمنَات ال ُم ْؤمن ْي َنَ ،وع َْن َ
.إلَى يَ ْوم الد ْينَ ،وعَنا َمعَ ُه ْم ب َر ْح َمتكَ يَا أ َ ْر َح َم الراحم ْي َن
صادقًا ذَاك ًراَ ،وقَ ْلبًا َخاشعًا سانًا َ ق ُكالًّ منا ل َ سأَلُكَ أ َ ْن ت َ ْر ُز َ
الل ُهم إنا نَ ْ
صال ًحا َزاكيًاَ ،وع ْل ًما نَافعًا َرافعًاَ ،وإ ْي َمانًا َراس ًخا ثَابتًا، ع َمالً َُمن ْيبًاَ ،و َ
طيبًا َواسعًا ،يَا ذَا ا ْل َجالَل صاَ ،ور ْزقًا َحالَالً ََ َ صادقًا َخال ً َويَق ْينًا َ
.واإل ْك َرام
َ
صفُ ْوفَ ُه ْمَ ،وأ َ ْجم ْع
سلم ْي َنَ ،و َوحد الل ُهم ُسالَ َم َوا ْل ُم ْ الل ُهم أَعز اإل ْ
ينَ ،وا ْكتُب السالَ َم َواأل َ ْم َن علَى ال َحقَ ،وا ْكس ْر ش َْوكَةَ الظالم َ كَل َمت َ ُه ْم َ
.لعبادكَ أ َ ْج َمع َ
ين
سان َوإ ْيتَاء ذي القُ ْربَى َويَ ْن َهى عبَا َد هللا :إن هللاَ يَأ ْ ُم ُر با ْلعَدْل َواإل ْح َ
ظ ُك ْم لَعَل ُك ْم تَذَك ُر ْو َن
عَن ا ْلفَ ْحشَاء َوا ْل ُم ْنكَر َوا ْلبَ ْغي يَع ُ
ش َه ُد أَنْ الَ إلَهَ إال هللاُ َوحْ َدهُ الَ شَر ْيكَ لَهُ،
علَى آله َوصَحْ به َو َمنْ تَبعَهُ َو َموالَهُ ،أَ ْ سيدنَا َو َم ْولَنَا ُمحَمد بْن َ
عبْد هللاَ ،و َ س ْول هللاَ ، علَى َر ُ اَ ْلح َْم ُد هللَ ،والصالَةُ َوالسالَ ُم َ
س ْولُهُ الَ نَبي بَ ْع َدهُ. ش َه ُد أَن َ
سي َدنَا ُمحَمدًا َ
ع ْب ُدهُ َو َر ُ َوأَ ْ
لى ي َْوم الديْن .أَما بَ ْعدُ ،فَيَا عبَا َد هللا ا ُْوص ْي ُك ْم َونَ ْفسي بتَ ْق َوى هللا َو َطاعَته لَعَل ُك ْم ت ُ ْفلح ُْونَ .
علَى آله َوصَحْ به َو َمنْ َدعَا ب َدع َْوته ا َ
علَى نَبينَا ُمحَمد َو َ
سل ْم َ
اللهُم صَل َو َ
ق ا ْلقَائل ْينَ ،أَع ُْوذُ باهلل منَ الش ْي َطان الرجيْم ،بسْم هللا الرحْ َمن الرحيْم :يَا أَيُّهَا الََ ذ ْينَ آ َمنُ ْوا اتقُ ْوا هللاَ حَق تُقَاته َوالَ َوقَا َل هللا ُ تَعَالَى في اْلقُ ْرآن ا ْلعَظيْمَ ،وه َُو أَ ْ
ص َد ُ
تَ ُموت ُن إال َوأَ ْنت ُ ْم ُمسْل ُمونَ (آل عمران.)102 :
ور ُك ْم ي َْو َم ا ْلقيَا َمة فَ َمنْ زُ حْ ز َح عَن النار َوأُدْخ َل ا ْلجَنةَ فَقَ ْد فَازَ َو َما ا ْل َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا إال َمتَا ُ
ع ا ْلغُ ُرور (آل َوقَا َل في أَيَة أ ُ ْخ َرى ُ :ك ُّل نَ ْفس ذَائقَةُ ا ْل َم ْوت َوإن َما ت َُوف ْونَ أ ُ ُج َ
عمران .)185 :
Hari ini sampai kita kepada hari yang dimuliakan oleh Allah SWT yang disebut sebagai “Sayyidul Ayyam (induk dari segala
hari)”, Allah SWT masih memberikan kita umur panjang sampai saat ini. Bukan hanya umur yang panjang, Allah juga telah
memberikan nikmat sehat serta nikmat istiqamah di dalam hati kita. Sehingga dengan nikmat-nikmat tersebut, ringan kita
melangkahkan kaki menyambut seruan azan, datang memenuhi panggilan Allah, menunaikan shalat fardhu jum’at pada hari
yang mulia ini.
Untuk itu kita bersyukur kepada Allah. Bersyukur dengan ucapan, mari kita memperbanyak mengucapkan hamdalah
(Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin). Bersyukur dengan perbuatan, mari kita senantiasa istiqamah melaksanakan segala perintah
Allah, dan menjauhi segala larangan Allah SWT.
Selanjutnya, shalawat dan salam mari kita bacakan untuk nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan dengan memperbanyak
shalawat, dalam kehidupan kita diberikan istiqamah, dan di akhir hayat kita ditutup dengan husnul khatimah, dan ketika
menghadap Allah SWT kita mendapatkan syafaatnya, insya Allah, Amin-Amin ya Rabbal Alamin.
Alhamdulillah, beberapa hari yang lalu kita telah melewati hari terakhir bulan Zulhijjah yang menandakan berakhirnya tahun
1434 Hijiriyah. Sekarang kita diberikan Allah SWT kesempatan memasuki hari-hari awal di bulan Muharram 1435 Hijriyah.
Mari kita renungkan, apa arti, apa pelajaran yang dapat kita ambil dari kesempatan hidup yang Allah berikan pada kita,
sehingga kita dapat menghirup udara segar awal Muharram 1435 Hijriah ini?
Pelajaran terbesar yang kita dapatkan ialah, bahwa Allah masih memberikan kesempatan kepada kita
melakukan muhasabatun nafsi (introspeksi diri) secara total. Berupa keimanan kita, keislaman kita, ibadah kita, akhlak kita,
pergaulan kita, ilmu kita, kewajiban kita, tanggung jawab kita, manajemen waktu kita, life style (gaya hidup) kita, dan semua
hal yang terkait dengan kehidupan kita selama setahun sebelumnya, yakni tahun 1434 Hijriyah.
Sesungguhnya muhasabatun nafsi adalah kunci utama dalam kehidupan kita. Dengan Muhasabatun nafsi, kita dapat
mengetahui kelemahan dan kelebihan kita pada waktu yang lalu, perbaikan hari ini dan persiapan serta perencanaan waktu
yang akan datang.
Dengan muhasabatun nafsi, kita mampu menutupi kelemahan masa lalu dan meningkatkan kualitas diri pada hari ini dan
masa yang akan datang. Dengan muhasabatun nafsi, hidup kita akan berkembang terus menuju ke arah yang benar dan lurus.
Bahkan dengan muhasabatun nafsi, kita dapat mengetahui hakikat dan persoalan diri kita secara pasti, amal yang kita
lakukan dan bertambahnya kapasitas diri serta bekal menuju perjalanan akhirat kita yang amat panjang dan pasti.
Muhasabatun nafsi adalah kekayaan yang harus kita miliki, karena sangat penting dalam menjalankan kehidupan ini. Karena
itulah, Khalifah Umar ra. Berkata:
َ س ُك ْم قَ ْب َل أَنْ تُحَا
).Hisablah, hitung-hitung diri kamu sebelum kamu dihisab oleh Allah SWT( سبُ ْوا َ حَاسبُ ْوا أَ ْنفُ ْو
).Timbang-timbang amal kamu sebelum amal kamu ditimbang oleh Allah SWT( َوزنُ ْواهَا قَ ْب َل أَنْ ت ُزَ انُ ْوا
Mari kita bersiap menghadapi suatu hari di mana semua manusia akan dikumpulkan di padang Mahsyar kelak. Di sana Allah
akan meminta pertanggungjawaban terhadap semua yang kita imani, yang kita yakini, yang kita ucapkan dan yang kita
lalukan secara detil dan rinci, tak sedikit pun yang terlupakan. Jika baik, Allah akan berikan dengan balasan yang baik, dan
jika nilainya buruk, maka Allah juga akan memberikan balasan yang buruk.
Ma’âsyiral muslimîn rahîmakumullâh
Ada tiga perkara yang perlu kita hisab, kita hitung-hitung dalam kehidupan ini:
Yang pertama, Masalah Dien, Agama kita, yakni Al-Islam. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini pantas kita arahkan pada diri
kita: Sudah sejauh mana kita memahami dan mengamalkan ajaran agama kita? Sejauh mana kita memahami dan
mengamalkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul SAW, sebagai sumber utama ajaran agama kita?
Terkait masalah Dien ini, kita harus selalu menanamkan dalam diri kita spirit dan semangat belajar, belajar dan belajar.
Karena Dienul Islam itu adalah ilmu, sedangkan ilmu tidak akan didapat kecuali dengan belajar dan mempelajarinya. Para
ulama kita telah merumuskan ilmu Islam itu dengan rumusan yang sangat ilmiah, detil dan sangat sistematis sehingga kita
mudah memahami dan mengamalkannya. Secara umum, ilmu terkait dengan Islam yang harus kita pelajari dan amalkan
mencakup Iman/’Aqidah, Ibadah, Akhlak, Mu’amalah, Keluarga dan Syari’ah.
Yang kedua, Masalah dunia kita. Dalam masalah kehidupan dunia, ada 3 hal yang perlu kita hisab:
Pertama, bagaimana kita menyikapi kehidupan dunia ini? Apakah kita mencintainya dan kita jadikan ia menjadi tujuan hidup
kita? Ataukah berbagai fasilitas kehidupan ini, termasuk uang, rumah, kendaraan yang kita miliki, kita letakkan hanya
sebagai sarana kehidupan dan kita tidak mencintainya melebihi cinta pada Allah dan Rasul-Nya? Ingat! Rasulullah
mengajarkan kepada kita bahwa zuhud pada dunia adalah kunci mendapat cinta Allah.
Kedua, dari mana asal usul semua harta yang kita miliki? Apakah harta yang kita miliki benar-benar berasal dari sumber
yang halal dan tidak sedikitpun tercampur dengan yang haram seperti riba, menipu, mencuri dan sebagainya, atau syubhat
(belum jelas halal atau haram). Harta yang haram dan syubhat menyebabkan hati kita sakit dan bahkan bisa mati serta do’a
kita tidak dikabulkan Allah. Pada akhirnya, di dunia kita kehilangan barokah hidup dan di akhirat kita akan dilemparkan
Allah ke dalam neraka. Sebab itu, Allah dan Rasul-Nya menyuruh kita agar memakan, meminum dan memakai dari sumber
yang halal dan dari benda dan jenis yang dihalalkan.
Ketiga, kemana kita belanjakan dan manfaatkan harta yang Allah anugerahkan pada kita? Kendati harta yang kita dapatkan
dengan cara yang halal dan jenisnya pun halal, bukan berarti kita dibolehkan semau kita dalam membelanjakan dan
memanfaatkannya. Islam mengatur sistem belanja, distribusi dan pemanfaatan harta kita. Harta tersebut pada hakikatnya
Allah titipkan kepada kita agar menjadi modal kita untuk kepentingan akhirat kita.
Sebab itu, Allah memotivasi kita agar harta yang Allah anugerahkan itu kita infakkan/belanjakan di jalan-Nya setelah kita
keluarkan kewajiban yang ada di dalamnya seperti zakat, nafkah, infaq, shadaqah, wasiat dan sebagainya.
Yang ketiga, Masalah akhirat yang akan menjadi tempat tinggal kita selama-lamanya. Terkait masalah akhirat ini hanya ada
dua kata: Ikhlaskan niat kita hanya karena Allah dalam semua kata dan amal ibadah yang kita lakukan, dan lakukan amal
shaleh sebanyak mungkin yang dapat kita lakukan.
Untuk itu, hidup kita harus berorientasi akhirat dan jangan sampai kita lebih mencintai dunia ketimbang akhirat, karena
dunia semua isinya akan musnah, termasuk jasad kita sendiri, sedangkan akhirat adalah kekal abadi. Di samping itu,
jadikanlah sukses akhirat sebagai standar kesuksesan yang hakiki.
ُ ُور ُك ْم ي َْو َم ا ْلقيَا َمة فَ َمنْ زُ حْ ز َح عَن النار َوأُدْخ َل ا ْلجَنةَ فَقَ ْد فَازَ َو َما ا ْل َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا إال َمتَا
)185 : ع ا ْلغُ ُرور (آل عمران َ ُك ُّل نَ ْفس ذَائقَةُ ا ْل َم ْوت َوإن َما ت َُوف ْونَ أُج
“Semua yang bernyawa pasti mati. Nanti pada hari kiamat (akhirat) akan disempurnakan pahala kalian. Siapa yang
dijauhkan (pada hari itu) dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh dialah yang sukses. Dan tidak
)adalah kehidupan dunia ini melainkan kenikmatan yang menipu”. (Ali-Imran: 185
Mari kita syukuri nikmat umur yang telah Allah anugerahkan kepada kita sehingga kita dapat menghirup udara segar di
bulan Muharram 1435 Hijiriyah tahun ini dengan melakukan Muhasabatun nafsi. Semoga Allah bantu kita, dan mudahkan
kita dalam melakukan upaya meningkatkan kualitas dien, dunia dan akhirat kita dalam tahun 1435 Hijiriah ini, dan semoga
hidup kita tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Amin ya Robbal ‘alamin.
اركَ هللاُ ل ْي َولَ ُك ْم في ا ْلقُ ْرآن ا ْلعَظيْمَ ،ونَفَعَن ْي َوإيا ُك ْم ب َما فيْه منَ اْآليَات َوالذكْر ا ْلحَك ْيمَ ،وتَقَبَل هللاُ من ْي َوم ْنكُ ْم تالَ َوتَهُ ،إنهُ ه َُو السم ْي ُع بَ َ
ست َ ْغف ُر ْو ُه ،إنهُ ه َُو ا ْلغَفُ ْو ُر
ْ اَ ف . اتَ ن م ؤْ ملْ
َ ُ ا و نَ ي
ْ ن م ؤْ ملْ
َ ُ او ات م ل س م
َ ُ ْ َلْ ا و نَ ي
ْ مل س م
ُ ْ ْ
ل ا ر ائ س ل و مكُ َ ل و يل مي
َ ْ ُ َ َ َ ْ َ ْ َ َْ ظعلْ ا هللا ر فغْ َ ت سَ أ و اَ ذ َ
ه ي ل وَ ق ل وُ قَ
ا ْل َع ُ ْ ُ ْ ْأ . م ي
ْ ل
الرح ْي ُم.
Khutbah Kedua
علَيْه علَى النبيَ ،يا أ َ ُّيها َ الذ ْينَ َءا َمنُ ْوا َ
صلُّ ْوا َ س ْوله فَقَالَ{ :إن هللاَ َو َمالَئ َكتَهُ يُ َ
صلُّ ْونَ َ ثُم ا ْعلَ ُم ْوا فَإن هللاَ أ َ َم َر ُك ْم بالصالَة َوالسالَم َ
علَى َر ُ
سل ُم ْوا ت َ ْ
سل ْي ًما}. َو َ
علَى َ
سيدنَا ُمحَمد علَى آل َ
سيدنَا إب َْراهي َمَ ،و بَاركْ َ علَى َ
سيدنَا إب َْراهي َم َو َ سيدنَا ُمحَمدَ ،ك َما صَليْتَ َ علَى آل َ سيدنَا ُمحَمد َو َ علَى َ الل ُهم صَل َ
سيدنَا إب َْراهي َم ،في ا ْل َعالَم ْينَ إنكَ حَميد َمجيد.
َ آل ى َ ل ع
َ و مي
َ َ َاه ْر
ب إ اَ ند ي س
َ ى َ ل ع
َ ك
ْتَ ار ب
َ َ َا مكَ ،د َم
ح م
ُ ا َ ن د يسعلَى آل َ
َو َ
ْب الدع ََواتَ ،و يَا قَاض َي سل َماتَ ،وا ْل ُمؤْ من ْينَ َوا ْل ُمؤْ منَات اْألَحْ يَاء م ْن ُه ْم َواْأل َ ْم َوات ،إنكَ َ
سميْع قَريْب ُمجي ُ سلم ْينَ َوا ْل ُم ْ اَلل ُهم ا ْ
غف ْر ل ْل ُم ْ
ا ْلحَاجَة.
ص ْلتَهَُ ،و
ساف ًرا إال َو َ غفَ ْرتَهَُ ،و الَ َه ًّما إال فَرجْ تَهَُ ،و الَ َد ْينًا إال قَ َ
ض ْيتَهَُ ،و الَ ُم َ ساعَتنَا هَذه ذَ ْنبًا إال َ
َربنَا الَ ت َ َد ْع لَنَا في َمقَامنَا َهذَا َو في َ
َ صالَ ًحا إال قَ َ
ض ْيتَهَا َو يَس ْرتَهَا يَا أك َْر َم ً
شفَ ْيتَهَُ ،و الَ َميت ًا إال َرح ْمتَهَُ ،و الَ حَاجَة م ْن ح ََوائج ال ُّد ْنيَا لَكَ رضًا َو لَنَا ف ْيهَا َ
الَ َمر ْيضًا إال َ
اْألَك َْرم ْينَ
سنَةً َوقنَا َ
عذَ َ
اب النار. سنَةً َوفي اآلخ َرة َح َ
َربنَا آتنَا في ال ُّد ْنيَا َح َ