Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
ABSTRACT
The implementation of wound nursing interventions is still not in
compliance with the Standard Operating Procedure (SOP), and this may lead to
nosocomial infections.The objective of the research is to investigate nurses’
experience in the implementation of the SOP of appendectomy wound care at
Room Mawar of dr. Soediran Mangun Soemarso Local General Hospital of
Wonogiri. The reseach used the qualitative phenomenological method. The
samples of research were 5 persons. They were taken by using the purposive
sampling technique. The data were analyzed by the using the Colaizi’s method.
The result of the research shows tha there were several themes, namely: definition
of SOP, objective of SOP, principles of wound care, implementation of wound
care, technical obstacles, limitation of facility and infrastructure, and
implementation method. Thus, the nurses’ experience in the implementation
of the SOP of appendectomy wound care was appropriate due to the limited
materials and medication sets.
observasi penelitian yang dilakukan oleh faktor yang penting dalam penyembuhan
peneliti bahwa yang partisipan lakukan luka akut operasi. Persiapan operasi
perawatan luka post operasi tersebut seperti pencukuran dapat mempengaruhi
untuk membantu penyembuhan luka resiko terjadinya infeksi pada luka
khususnya luka post operasi. operasi begitu juga lama rawat sebelum
Menurut Morison (2007), tujuan operasi. Pada intraoperatif, jenis operasi,
dari perawatan luka kotor antara lain lamanya operasi, teknik jahitan
menjaga luka dari trauma, mengkaji mempengaruhi resiko infeksi dan proses
kondisi luka, mencegah kontaminasi penyembuhan luka. Pada post operasi
mikro-organisme, meningkatkan stress yang berhubungan dengan operasi
kenyamanan fisik dan psikologis pasien, dapat mempengaruhi proses
mengkaji penyembuhan luka, mem- penyembuhan luka seperti oksigenisasi,
percepat penyembuhan luka dengan thermoregulasi, kondisi luka yang
teknik lembab (moist), mencegah lembab, petugas kesehatan yang tidak
perdarahan, dan mengabsorpsi drainase bekerja sesuai dengan prinsi aseptik dan
dan debris luka. antiseptik serta penggunaan alat-alat
kesehatan yang tidak memenuhi standar
3. Prinsip Perawatan Luka sterilitas.
Prinsip Steril
Hasil penelitian ini didapatkan dari Mengetahui faktor pendukung dalam
partisipan yang menjawab pertanyaan pelaksanaan SPO (Standar Operasional
dari peneliti tentang prinsip perawatan Prosedur) di lapangan
luka sesuai dengan SPO perawatan luka. 1. Tindakan Perawatan Luka
Kategori ini didapatkan dari pernyataan Hasil penelitian pada partisipan dari
partisipan yang mengatakan bahwa pertanyaan tentang pelaksanaan tindakan
prinsip perawatan luka sesuai SPO perawatan luka di bangsal jarang
perawatan luka adalah prinsip steril. Dari menggunakan SPO perawatan luka yang
ungkapan partisipan agar tujuan dari SPO sudah di berlakukan di RS tersebut. Hal
perawatan luka post operasi tercapai ini ada yang menganggap yang penting
adalah dengan prinsip steril. Dari hasil tindakannya.
observasi penelitian yang dilakukan oleh Tindakan perawatan luka adalah
peneliti bahwa yang partisipan lakukan serangkaian kegiatan yang dilakukan
perawatan luka post operasi tersebut untuk merawat luka agar dapat mencegah
untuk berusaha semaksimal mungkin terjadinya trauma (injuri) pada kulit
untuk menjaga prinsip steril. membran mukosa atau jaringan lain,
Hal ini sebagaimana dikemukakan fraktur, luka operasi yang dapat merusak
oleh Gitarja dan Hardian (2006), permukaan kulit. Serangkaian kegiatan
penyembuhan luka bedah melibatkan itu meliputi pembersihan luka, memasang
interaksi antara ekstrinsik dan intrinsik balutan, mengganti balutan, pengisian
faktor. Faktor instrinsik adalah faktor (packing) luka, memfiksasi balutan,
yang mempengaruhi diantaranya usia, tindakan pemberian rasa nyaman yang
kondisi saat ini (penyakit, obat), status meliputi membersihkan kulit dan daerah
nutrisi, oksigenisasi dan perfusi jaringan. drainase, irigasi, pembuangan drainase,
Adapun faktor ekstrinsik diantaranya pemasangan perban (Bryant, 2007).
persiapan fisik sebelum operasi, jenis Perawatan luka juga sebagai tindakan
pembedahan, teknik operasi merupakan yang dilakukan pada luka bedah yang
5
bergranulasi, sesai kebijakan rumah sakit, perawatan luka post operasi tersebut
yang terdiri atas membersihkan, untuk menghindari meningkatnya infeksi
mengompres luka dan membalut luka nosokomial yang lebih tinggi atau banyak
(Brunner dan Suddarth, 2005). lagi.
Infeksi nosokomial merupakan
2. Pelaksanaan SPO di Bangsal suatu infeksi yang diperoleh/dialami
Standar prosedur operasional pasien selama dirawat di rumah sakit.
merupakan tata cara atau tahapan yang Infeksi nosokomial terjadi karena adanya
dibakukan dan yang harus dilalui untuk transmisi mikroba patogen yang
menyelesaikan suatu proses kerja tertentu bersumber dari lingkungan rumah sakit
(Perry dan Potter, 2005). Partisipan dan perangkatnya. Akibat lainnya yang
menyatakan jarang mempraktekkan SPO juga cukup merugikan adalah hari rawat
yang ada, di samping itu partisipan juga penderita yang bertambah, beban biaya
menyebutkan dalam pernyataannya jika menjadi semakin besar, serta merupakan
semua sesuai dengan teori semua bukti bahwa manajemen pelayanan medis
tindakan tidakakan selesai dan kebutuhan rumah sakit kurang bermutu (Darmadi,
pasien tidak terpenuhi seutuhnya. 2008). Pencegahan dan pengendalian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan infeksi di rumah sakit (PPIRS) sangat
oleh Nurulhuda (2013) menyebutkan penting karena menggambarkan mutu
bahwa 64% perawat di RSUD Pasar pelayanan rumah sakit. Apalagi akhir–
Rebo tidak selalu menerapkan seluruh akhir ini muncul berbagai penyakit
prosedur universal precautions. infeksi baru (new emerging, emerging
Berdasarkan hasil penelitain diseases dan re-emerging diseases)
didapatkan juga bahwa partisipan belum (Depkes RI, 2007).
berfikir tentang pelaksanaan yang harus Di samping itu, menurut Bunner
sesuai SPO untuk memenuhi kebutuhan dan Suddath (2005) bahwa keberhasilan
pasien karena di sisi lain partisipan masih pengendalian infeksi nosokomial pada
ketakutan akan semua tugas yang tidak tindakan perawatan luka post operasi
akan terselesaikan. maupun tindakan invasif lainnya
bukanlah ditentukan oleh canggihnya
Mengetahui faktor penghambat dalam peralatan yang ada, tetapi ditentukan oleh
pelaksanaan SPO (Standar Operasional kesempurnaan petugas dalam
Prosedur ) melaksanakan asuhan keperawatan klien
1. Hambatan Teknik secara benar, karena sumber bakteri
Infeksi Nosokomial Infeksi Luka Operasi (ILO) atau Surgical
Hasil penelitian ini didapatkan dari Site Infection (SSI) dapat berasal dari
partisipan yang menjawab pertanyaan pasien, perawat dan tim, lingkungan, dan
dari peneliti tentang dampak apabila tidak termasuk juga instrumentasi. Kebutuhan
dilaksanakan perawatan luka sesuai untuk pengendalian infeksi nosokomial
dengan SPO. Dari ungkapan partisipan akan semakin meningkat terlebih lagi
banyak dari penyebab jika perawatan dalam keadaan sosial ekonomi yang
luka operasi tidak dilakukan menurut kurang menguntungkan seperti yang
SPO, salah satunya adalah infeksi tengah dihadapi Indonesia saat ini.
nosokomial lebih tinggi. Dari hasil Indikasi rawat pasien akan semakin ketat,
observasi penelitian yang dilakukan oleh pasien akan datang dalam keadaan yang
peneliti bahwa yang partisipan lakukan semakin parah, sehingga perlu perawatan
6
yang lebih lama yang juga berarti pasien normal saline, salep perangsang
dapat memerlukan tindakan invasif yang pertumbuhan jaringan sesuai resep
lebih banyak. Secara keseluruhan berarti dokter, gunting perban, plester, bengkok
daya tahan pasien lebih rendah dan pasien dua buah, alkohol 70% dan perlak
cenderung untuk mengalami berbagai pengalas.
tindakan invasif yang akan memudahkan
masuknya mikroor-ganisme penyebab 2. Set Medikasi
infeksi nosokomial. Hasil penelitian ini didapatkan dari
partisipan yang menjawab pertanyaan
2. Keterbatasan Sarana Dan Prasarana dari peneliti tentang keterbatasan alat set
1. Keterbatasan Bahan medikasi dalam perawatan luka sesuai
Hasil penelitian ini didapatkan dari dengan SPO perawatan luka. Kategori ini
partisipan yang menjawab pertanyaan didapatkan dari pernyataan partisipan
dari peneliti tentang keterbatasan alat yang mengatakan bahwa hambatan dari
dalam perawatan luka. Kategori ini perawatan luka sesuai SPO perawatan
didapatkan dari pernyataan partisipan luka adalah keterbatasan alat set
yang mengatakan bahwa hambatan dari medikasi.
perawatan luka sesuai SPO perawatan Menurut Setiyawati (2008), faktor
luka adalah keterbatasan alat misalnya ekstrinsik yang mempenga-ruhi faktor
kasa, plester dan betadin. Alat yang terjadinya infeksi pasca pembedahan
diperlukan dalam perawatan luka yaitu yang berupa faktor ketidakpatuhan dari
sarng tangan, kapas, larutan antiseptik, perawat yang melakukan perawatan luka
balutan dan resep (Brunner and Suddarth, post operasi ditunjukkan dengan belum
2002). menggunakan prosedur dengan benar,
Sebagaimana penelitian yang misalnya melakukan perawatan luka post
dilakukan oleh Sadiman dan Ridwan operasi dengan 1 set medikasi digunakan
(2009) menjelaskan bahwa faktor yang untuk pasien secara bersama-sama
menghambat kelancaran operasi sectio (banyak pasien), perawat tidak mencuci
caesarea diantaranya adalah tersedianya tangan sebelum melakukan tindakan
peralatan pembedahan yang ada dan juga medikasi, perawat tidak memperhatikan
ada tidaknya infeksi yang menyertainya. teknik steril seperti tidak memakai sarung
Dari hasil observasi penelitian yang tangan steril saat medikasi.
dilakukan oleh peneliti bahwa yang Hasil observasi yang dilakukan di
partisipan lakukan perawatan luka post rumah sakit umum dan rumah sakit
operasi tersebut untuk berusaha pendidikan terhadap kegiatan perawatan
mengatasi hambatan adalah dengan luka belum sepenuhnya dilaksanakan
meminta alat pada seksi pengadaan berdasarkan SPO, misalnya belum
rumah sakit. Seperti apa yang sudah menggunakan sarung tangan steril untuk
dikemukakan di tinjauan pustaka pada tiap satu pasien, belum menggunakan
bab sebelumnya bahwa persiapan alat pinset untuk satu pasien, dan tidak
yang digunakan antara lain : Bak menggunakan masker padahal dari segi
instrument steril yang berisi (Sarung kecukupan peralatan tersedia sesuai
tangan steril, pinset anatomis dua buah, kebutuhan. Tindakan perawatan luka juga
pinset cirurgis satu buah, gunting luka, kegiatan desinfeksi luka tidak dilakukan
kassa steril, depfess, dan lidi kapas), dengan cara mengusap satu arah.
korentang dan tempatnya, kom steril, Disamping itu dan tidak ada penghargaan
7
maupun sanksi terkait ketaatan perawat luka post operasi tersebut untuk berusaha
dalam melakukan tindakan keperwatan mengatasi resiko tertularnya penyakit,
yang sesuai SPO (Depkes, 2008). alat disterilkan dengan cara dimasukkan
ke dalam alkohol.
Mengetahui cara untuk mengatasi Sebagaimana penelitian yang
hambatan dari perawatan luka sesuai dilakukan oleh Mariana dan Baharuddin
dengan pelaksanaan SPO (Standar (2014) menyebutkan bahwa teknik
Operasional Prosedur) perawatan yang digunakan adalah dengan
Metode Pelaksanaan Tindakan mengggunakan NaCl 0,9% dengan
1. Cara Perawatan Luka memperhatikan teknik aseptic. Balutan
Dari hasil observasi penelitian yang pertama diganti setelah hari ke 4-5, hal
dilakukan oleh peneliti bahwa yang tersebut sesuai dengan teori manajemen
partisipan dalam melakukan perawatan perawatan luka terbaru, dimana balutan
luka post operasi tersebut untuk berusaha peratama diganti setelah 4-5 hari dengan
mengatasi hambatan adalah dengan rasional hari ke 4 fase inflamasi telah
memulai perawatan luka dari pasien luka selesai. Menurut Dorland (2005), fase
bersih ke pasien luka kotor. Perawatan inflamasi ini akan berlangsung sejak
luka adalah serangkaian kegiatan yang terjadinya luka sampai kira–kira hari
dilakukan untuk merawat luka agar dapat kelima.
mencegah terjadinya trauma (injuri) pada Tindakan aseptik dilakukan untuk
kulit membran mukosa atau jaringan lain, mengurangi inflamasi, sel mast dalam
fraktur, luka operasi yang dapat merusak jaringan ikat menghasilkan serotonin dan
permukaan kulit. Serangkaian kegiatan histamin yang meningkatkan
itu meliputi pembersihan luka, memasang permeabilitas kapiler sehingga terjadi
balutan, mengganti balutan, pengisian eksudasi cairan, penyebukan sel radang,
(packing) luka, memfiksasi balutan, disertai vasodilatasi setempat yang
tindakan pemberian rasa nyaman yang menyebabkan udem dan pembengkakan.
meliputi membersihkan kulit dan daerah Tanda dan gejala klinik reaksi radang
drainase, irigasi, pembuangan drainase, menjadi jelas berupa warna kemerahan
pemasangan perban (Bryant, 2007). karena kapiler melebar (rubor), suhu
Tujuan perawatan luka adalah hangat (kalor), rasa nyeri (dolor), dan
untuk memberikan lingkungan yang pembengkakan (tumor) (Dorland, 2005).
sesuai untuk penyembuhan luka,
mengimobilisasi luka, melindungi luka
dari cedera mekanik dan untuk
hemostatis. Untuk mencapai tujuan
tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan sarung tangan steril dan
balutan yang kotor tidak dilepaskan
dengan tangan telanjang (Brunner &
Suddath, 2002).
2. Tindakan Aseptik
Hasil observasi penelitian yang
dilakukan oleh peneliti bahwa yang
partisipan dalam melakukan perawatan
8
Pamuji, T, Asrin, dan Kamaludin, R. (2008). Taufik. (2011). Pendahuluan Karya Ilmiah
Hubungan Pengetahuan Perawat Appendiktomi, http://bluesteam47.
tentang Standar Prosedur Opersional blogspot.com /2011/06/pendahuluan-
(SPO) dengan Kepatuhan Perawat kti-appendiktomi.html, diperoleh
terhadap Pelaksanaan SPO Profesi tanggal 1 Desember 214.
Pelayanan Keperawatan di Instalasi
Rawat Ionap RSUD Purbalingga. WHO. (2010). Low Birth Weight : Country,
Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol. Regional, and Global Estimates.
28, Suplemen No. 1, 2014. New York : Unicef-WHO.
Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Wikansari, Nurvita, dkk. (2012).
Fundamental Keperawatan: Konsep, Pemeriksaan Total Kuman Udara dan
Proses dan Praktek. Edisi ke 4. Staphylococcus aureus di Ruang
Jakarta. EGC. Rawat Inap RS X Kota Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat.
Setiyawati dan Supratman. (2008). Faktor- Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012.
faktor yang Berhubungan dengan
Perilaku Kepatuhan Perawat dalam
Pencegahan Infeksi Luka Operasi di
Ruang Rawat Inap RSUD DR.
Moewardi.