You are on page 1of 15

EMOTIONAL FREEDOM TECHNIQUE

LITERATURE REVIEW

DISUSUN OLEH
Gita Septyana 220112170501
Oselia Esa Muslimawati 220112170505
Nafisah Syahidah 220112170528
Puji Rahayu 220112170533
Shinta Falah Sari 220112170542
Annisa Dewi Dresanala 220112170516
Andrean Reynaldi 220112170549
Ulfa Fauziyyah Azzzahra 220112170561
Dwi Junianto 220112170567

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXV


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2018
ABSTRACT

PCI is an intervention that is often the choice for patients who experience blockages
and narrowing of the heart coronary arteries. However, both patients and families
generally feel anxious and afraid to approve these actions. One of the most recommended
non-pharmacological therapy interventions to reduce anxiety that can be applied to pre
PCI patients is emotional freedom techniques (EFT).
This paper aims to discuss the effects of Emotional Freedom Techniques on anxiety
in patients who will undergo PCI procedures. This review article systematically reviews
three EFT related research papers identified through an electronic data base (google
scholar, science direct, and ebscohost) using the keywords "EFT, pre PCI anxiety and
anxiety".
The EFT technique proved empirically to have a positive effect on reducing pre-PCI
patients' anxiety, because EFT has a simple technique, easy to use for anyone, without the
side effects of using it, overcoming anxiety directly in the cerebral cortex and overcoming
anxiety from the root of the problem. In addition, the development of EFT namely SEFT
can significantly help reduce the level of anxiety, depression, and stress in SKA patients by
providing a relaxing effect with a spiritual approach.
Nurses can apply EFT and SEFT therapy to each pre-PCI patient who has anxiety,
the EFT technique can be done a day to several hours before PCI is performed so that the
patient becomes more calm when the procedure is performed, because the relaxation
effects caused by this therapy can be reduce sympathetic nerve activity so that the patient is
more calm.
Keywords: EFT, anxiety, PCI

ABSTRAK

PCI merupakan tindakan yang sering menjadi pilihan bagi pasien yang mengalami
penyumbatan dan penyempitan pada pembuluh darah koroner jantung. Meskipun demikian,
baik pasien maupun keluarga pada umumnya merasa cemas dan takut untuk menyetujui
tindakan tersebut. Salah satu intervensi terapi non farmakologis yang paling banyak
direkomendasikan untuk menurunkan kecemasan yang dapat diterapkan untuk pasien pre
PCI adalah emotional freedom techniques (EFT).
Makalah ini bertujuan untuk membahas terkait pengaruh terapi Emotional Freedom
Techniques terhadap kecemasan pada pasien yang akan mejalani prosedur PCI. Artikel
review ini meninjau secara sistematis tiga makalah penelitian terkait EFT yang
diidentifikasi melalui data base elektronik (google scholar, science direct, dan ebscohost)
dengan menggunakan kata kunci “EFT, kecemasan dan kecemasan pre PCI”.
Teknik EFT terbukti secara empiris memberikan efek positif untuk mengurangi
kecemasan pasien pra-PCI, hal ini karena EFT memiliki teknik yang sederhana, mudah
digunakan oleh siapapun, tanpa efek samping penggunaannya, mengatasi kecemasan
langsung di bagian korteks serebri serta mengatasi kecemasan dari akar permasalahannya.
Selain itu, pengembangan EFT yakni SEFT secara signifikan dapat membantu menurunkan
tingkat kecemasan,depresi, dan stres pada pasien SKA dengan memberikan efek relaksasi
dengan pendekatan spiritual.
Perawat dapat mengaplikasikan terapi EFT maupun SEFT ini kepada setiap pasien
pra-PCI yang mengalami kecemasan, teknik EFT dapat dilakukan sehari sampai beberapa
jam sebelum dilakukan tindakan PCI agar pasien menjadi lebih tenang saat akan dilakukan
prosedur tindakan, karena efek relaksasi yang ditimbulkan dari terapi ini dapat mengurangi
aktivitas saraf simpatik sehingga pasien lebih tenang.
Kata kunci: EFT, kecemasan, PCI

PENDAHULUAN

Penyakit Jantung Koromer (PJK) meupakan salah satu penyebab utama dari
kematian di Indonesia. Sebanyak 1,5 % dari seluruh penduduk di Indonesia mengidap
penyakit jantung (Riskesdas, 2018). Menurut Trotter, Gallagher dan Donoghue (2011)
penyakit jatung koroner merupakan salah satu penyebab mortalitas dan morbiditas utama
yang memperngaruhi kualitas hidup pasien. Terdapat berbagai penatalaksanaan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penyakit jantung koroner,
salah satu penatalaksnaan yang sering dilakukan yaitu percutaneus Coronary Intervention
(PCI).
PCI merupakan tindakan pemasangan balon angioplasti dan pemasangan stent yang
bertujuan untuk memperbaiki sumbatan dan penyempitan pada pembuluh darah koroner
jantung (TIM UPF DI-INB PJNHK, 2010). Penatalaksanaan PCI telah berkembang sejak
40 tahun terakhir di beberapa negara (Astin et.al, 2005), seperti Kanada sebanyak 36%
dengan penatalaksanaan PCI, di Amerika setengah dari penderita PJK dengan
penatalaksanaan PCI, begitupula di RSUP Hasan Sadikin tercatat sebanyak 469 orang yang
menjalani PCI selama tahun 2013.
PCI dapat menurunkan kejadian infark dan menunjang reperpusi jaringan sehingga
dapat mengurangi keluhan nyeri dada serta vaskularisasi yang membaik. Namun, tindakan
PCI dapat meningkatkan tingkat kecemasan pasien sebelum dilakukannya tindakan PCI
(Trotter et. Al, 2011). Kecemasan pada pasien dengan penyakit jantung koroner merupakan
kondisi yang tidak diharapkan, sebab kecemasan dapat memperberat penyakit yang
diderita, yang diakibatkan karena meningkatnya frekuensi jantung dan meningkatnya
kebutuhan oksigen sehingga dapat memperberat masalah perfusi dijantung koroner (Siti,
2017), sehingga kecemasan pada pasien perlu segera diatasi. Penaganan kecemasan pasien
harus dilakukan secara terintegrasi melalui terapi farmakologi dan nonfarmakologi
(Huffman, 2011). Perawat berperan untuk mengatasi kecemasan pada pasien yang akan
melakukan tindakan PCI, salah satu caranya dengan intervensi non farmakologis. Intervensi
terapi non farmakologis yang paling banyak direkomendasikan untuk menurunkan
kecemasan adalah emotional freedom techniques (EFT) (Craig, 2011).
Dalam review artikel ini, akan membahas terkait terapi yang dapat digunakan untuk
menurunkan kecemasan pada pasien yang akan menjalani prosedur PCI. Terapi yang akan
dibahas dalam review artikel ini merupakan pengaruh terapi Emotional Freedom
Techniques terhadap kecemasan pada pasien yang akan menjalani prosedur PCI.

LATAR BELAKANG

Penanganan kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan PCI harus
dilakukan secara terintegrasi melalui terapi farmakologi dan nonfarmakologi (Huffman,
2011). Perawat berperan untuk mengatasi kecemasan pada pasien yang akan melakukan
tindakan PCI, salah satu caranya dengan intervensi non farmakologis. Intervensi terapi non
farmakologis yang paling banyak direkomendasikan untuk menurunkan kecemasan adalah
emotional freedom techniques (EFT) (Craig, 2011).
EFT adalah terapi komplementer yang dikembangkan oleh Gary Craig untuk
manajemen stres dan kecemasan (Salas, et al., 2011). EFT merupakan tindakan noninvasive
yang menggunakan tapping di 16 titik di jalur energi meridian tubuh, yang akan
mengirimkan sinyal peredam ketakutan langsung ke bagian amigdala. Intervensi EFT
memiliki paduan unsur teknik diantaranya adalah teknik neuro linguistic program (NLP),
psychoanalisa, dan hypnosis yang dilakukan pada saat proses terapi. Teknik tersebut dapat
membantu mengidentifikasi terhadap adanya kecemasan serta dapat mengatasi kecemasan
yang terjadi pada pasien berdasarkan pada akar permasalahan utamanya melalui proses set
up yang dilakukan. Sumber kecemasan tersebut itulah yang akan dijadikan kalimat afirmasi
pada saat melakukan tapping. Teknik NLP, psychoanalisa, dan hypnosis yang terdapat pada
EFT ini menerapkan prinsip komunikasi terapeutik yang ada pada keperawatan (Iskandar,
2010).
Pada praktik klinis, EFT terbukti efektif untuk mengatasi berbagai masalah
psikologis. Hasil penelitian Rowe dan Allen (2004) menunjukkan bahwa EFT efektif untuk
mengatasi masalah psikologis jangka panjang. Hasil penelitian lain juga menunjukkan
bahwa terapi EFT adalah terapi yang efektif untuk mengatasi kecemasan, depresi, dan
gangguan psikologis lainnya (Feinstein, 2012). Menekan atau melakukan tapping pada
titik-titik dengan akupuntur, hal ini efektif dalam mengobati berbagai gangguan kecemasan
tertentu (Temple & Mollon, 2011; Darby & Hartung, 2012).

Strategi
Artikel review ini disusun berdasarkan pencarian data yang diidentifikasi melalui
data base elektronik (google scholar, science direct, dan ebscohost), dengan menggunakan
kata kunci “EFT, kecemasan dan kecemasan pre PCI”. Pencarian jurnal yang dilakukan
dikategorikan berdasarkan tahun terbit dengan rentang 2013 sampai dengan tahun 2018.

METODE PENELITIAN

Masing-masing dari tiga penelitian bertujuan untuk mengetahui efek Spiritual


Emotional Freedom Technique (SEFT) terhadap cemas pada pasien dengan pre tindakan
PCI. Pada makalah ini akan dibahas tentang bagaimana cara menggunakan SEFT dan
seberapa efektif untuk menurunkan cemas pada pasien. Hal ini bertujuan untuk dapat
menerapkan intervensi SEFT agar digunakan pada saat ini dan masa depan untuk mengatasi
kecemasan pada pasien.

Rancangan Penelitian
Tiga studi yang diamati pada makalah ini menggunakan quasi eksperimental dengan
desain pre dan post test dengan grup kontrol. Pasien di bagi menjadi 2 kelompok, yakni
kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Kelompok intervensi berisi pasien pre PCI
yang sedang mengalami kecemasan dan akan mendapatkan intervensi SEFT dan kelompok
kontrol berisi pasien yang tidak mendapatkan intervensi SEFT. Pasien diukur tingkat
kecemasannya pada pre dan post intervensi, baik pada kelompok intervensi maupun
kontrol.
Spiritual Emotional Freedom Technique yaitu suatu teknik yang menghubungkan
antara spiritualitas berupa doa, keikhlasan dan kepasrahan dengan energi psikologi berupa
seperangkat prinsip dan teknik memanfaatkan sistem energi tubuh untuk memperbaiki
kondisi pikiran, emosi dan perilaku melalui tiga teknik sederhana yaitu set up, tune in, dan
tetaping.

Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel menggunakan metode consecutive sampling. Masing-
masing makalah penelitian menyertakan kriteria inklusi dan eksklusi untuk pasien yang
dapat dilibatkan dalam penelitiannya. Kriteria inklusi dan ekslusi pasien setiap studi
meliputi : termasuk laki-laki dan perempuan dewasa dan memiliki penyakit jantung koroner
dan bersedia ikut serta dalam penelitian dengan mengisi informed consent. Jumalh sample
yang dilibatkan sebanyak 30 orang dengan membagikan nya kedalam 2 kelompok,
sehingga setiap kelompok berjumlah 15 orang. Alat ukur yang digunakan untuk menguku
kecemasan pada setiap artikel berbeda, yakni ada yang menggunakan The Depression
Anxiety Stres Scales 21 (DASS 21). Instrumen yang lain yakni menggunakan State trait
anxiety inventory-state (STAI-S), instrumen ini disusun oleh Spielberger, Gorsuch, and
Luschene pada tahun 1964 dan telah distandarisasi (Spielberger, Gorsuch & Lushene, 1970;
McDowell, 2006).

Analisis Data
Tiga studi mengukur efek penggunaan teknik Spiritual Emotional Freedom
Technique (SEFT) pada kecemasan yang dialami oleh penderita Sindrom Koroner Akut
atau SKA. Setiap studi menunjukkan bahwa SEFT efektif dalam menurunkan kecemasan
pada penderita SKA. Studi oleh Shari (2014) menunjukkan pengaruh intervensi EFT
terhadap penurunan kecemasan pada pasien yang akan menjalani PCI. Pada kelompok
kontrol yang tidak diberikan intervensi EFT tetapi hanya mendapatkan terapi standar dari
ruangan, berupa informasi kesehatan juga mengalami penurunan tingkat kecemasan.
Perbedaan selisih tingkat kecemasan antara sebelum dan sesudah intervensi EFT standar
ruangan yaitu sebesar 3,17–7,22, hal ini tidak sebesar penurunan yang terjadi pada
kelompok yang mendapatkan terapi EFT yaitu didapatkan sebesar 15,94–24,19.
Studi oleh Bakara (2013) menunjukkan rerata nilai depresi, stres, dan kecemasan
sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok kontrol dan intervensi.
Kelompok Kontrol Kelompok Intervensi
Depresi Sebelum: 17,04 Sebelum: 16,74
Sesudah: 17,04 Sesudah: 12,32
Stres Sebelum: 23,65 Sebelum: 21,68
Sesudah: 23,65 Sesudah: 17,58
Kecemasan Sebelum: 15,65 Sebelum: 14,32
Sesudah: 15,65 Sesudah: 8,82

Ada perbedaan yang bermakna selisih rerata tingkat depresi, stres dan kecemasan
sesudah intervensi pada kelompok kontrol dan intervensi didapatkan nilai p< 0,05.
Pengukuran kecemasan dilakukan dengan berbagai alat ukur, diantaranya adalah,
pada studi oleh Bakara (2013) digunakan alat ukur DAAS 21 untuk mengukur depresi,
stres, dan kecemasan sebelum dan sesudah diakukan intervensi SEFT, Shari (2014)
menggunakan State trait anxiety inventory-state (STAI-S) untuk mengukur kecemasan,
instrumen ini disusun oleh Spielberger, Gorsuch, and Luschene pada tahun 1964 dan telah
distandarisasi (Spielberger, Gorsuch & Lushene, 1970; McDowell, 2006). Hasil dari
penggunaan alat ukur menunjukkan hasil yang sama, baik dalam penelitian Bakara (2013)
maupun Shari (2014) menunjukkan efek yang signifikan SEFT terhadap kecemasan.

Hasil Kajian
Berdasarkan kajian dari penelitian di atas terapi EFT merupakan salah satu terapi
komplementer yang bisa dijadikan sebagai salah satu intervensi keperawatan di ranah kritis
untuk mengatasi kecemasan pasien yang akan menjalani PCI dengan tingkat sedang sampai
berat. Pemilihan terapi ini cocok sebagai intervensi untuk mengatasi kecemasan pasien
karena dari beberapa hasil penelitian terapi ini sudah dibuktikan secara empiris manfaat dan
pengaruh positif, teknik yang sederhana, mudah digunakan oleh siapapun, tanpa efek
samping penggunaannya, mengatasi kecemasan langsung di bagian korteks serebri serta
mengatasi kecemasan dari akar permasalahannya.
EFT adalah terapi meridian energi seperti halnya akupuntur, hal ini bekeja langsung
pada sistem meridian di tubuh. Namun seperti halnya menggunakan jarum, anda
menstimulasi titik meridian utama dengan mengetuknya dengan ringan.Analoginya,
bayangkan meridian seperti sungai. Permasalahan dalam emosi atau fisik sama halnya
dengan menghambat jalannya sungai. EFT adalah tehnik penyembuhan tubuh dan pikiran
yang mengkombinasikan efek fisik dari perawatan meridian dengan efek mental dalam
memfokuskan pada sakit atau permasalahan pada waktu yang sama. Ketukan pada titik
meridian mengirimkan energi kinetis kepada energi sistem dan membebaskan hambatan
yang menutupi aliran energi.

Pembahasan
Sumber kecemasan klien yang akan menjalani prosedur PCI bisa disebabkan oleh
banyak faktor antara lain cemas terhadap perubahan lingkungan rumah sakit, pengalaman
rasa nyeri, tidak mengetahui prosedur yang akan dilaksanakan, perubahan konsep diri,
cemas tentang kondisi tubuh responden akibat dari komplikasi penyakit, cemas terhadap
hasil akhir dari prosedur PCI, serta cemas karena ancaman kematian.
Penanganan kecemasan pasien harus dilakukan secara terintegrasi melalui terapi
farmakologi dan nonfarmakologi (Huffman, 2011). Perawat berperan untuk mengatasi
kecemasan pada pasien yang akan melakukan tindakan PCI, salah satu caranya dengan
intervensi non farmakologis. Intervensi terapi non farmakologis yang paling banyak
direkomendasikan untuk menurunkan kecemasan adalah emotional freedom techniques
(EFT) (Craig, 2011).
EFT adalah terapi komplementer yang dikembangkan oleh Gary Craig untuk
manajemen stres dan kecemasan (Salas, et al., 2011). EFT merupakan tindakan noninvasive
yang menggunakan tapping di 16 titik di jalur energi meridian tubuh, yang akan
mengirimkan sinyal peredam ketakutan langsung ke bagian amigdala. Intervensi EFT
memiliki paduan unsur teknik diantaranya adalah teknik neuro linguistic program (NLP),
psychoanalisa, dan hypnosis yang dilakukan pada saat proses terapi. Teknik tersebut dapat
membantu mengidentifikasi terhadap adanya kecemasan serta dapat mengatasi kecemasan
yang terjadi pada pasien berdasarkan pada akar permasalahan utamanya melalui proses set
up yang dilakukan. Sumber kecemasan tersebut itulah yang akan dijadikan kalimat afirmasi
pada saat melakukan tapping. Teknik NLP, psychoanalisa, dan hypnosis yang terdapat pada
EFT ini menerapkan prinsip komunikasi terapeutik yang ada pada keperawatan (Iskandar,
2010).
Terapi EFT juga mempunyai unsur teknik eye movement desentizitation
repatterning (EMDR) melalui nine gamut procedure (gerakan mata). Teknik tersebut
bertujuan untuk mengendalikan emosi kecemasan, di dalam gerakan tersebut pasien
diminta untuk memutar bola mata secara berlawanan dan searah jarum jam, bersenandung
selama tiga detik dan berhitung dari satu sampai lima. Pada teknik psikoterapi kontemporer,
gerakan ini mempunyai fungsi, yaitu untuk merangsang bagian otak tertentu serta dapat
menyeimbangkan antara otak kanan dan kiri (Zainuddin, 2013).
Terapi EFT ini menggunakan pendekatan teknik komunikasi terapeutik pada tahap
persiapan dengan cara membina hubungan saling percaya dan hubungan saling
menghormati, sehingga masalah dan sumber kecemasan pasien tersebut dapat
diidentifikasi. Teknik ini dapat menguntungkan perawat di ranah kritis karena kecemasan
sering tidak muncul di gejala fisik pada pasien kritis serta pengkajian dan evaluasi klinis
yang dilakukan oleh perawat di ranah kritis masih berdasarkan indikator perilaku dan
fisiologis (Trotter, et al., 2011).
Proses Emotional Freedom Technique (Iskandar, 2010)
A. Tahap persiapan
1. Posisikan pasien dalam kondisi yang nyaman
2. Mengukur hemodinamik (tekanan darah, pernafasan, dan denyut jantung).
3. Meminta pasien mengatakan masalah yang sedang dirasakan dan
memunculkan pikiran positif. Bila sudah melakukannya, kemudian
membuat kalimat afirmasi dari masalah yang sedang dirasakan.
4. Mengetuk titik carate chop atau dapat juga mengetuk sore spot sambil
mengucapkan kalimat afirmasi sebanyak 3 kali. Misalnya, masalah yang
dirasakan adalah cemas karena takut penyakit jantung yang diderita tidak
sembuh. Kalimat yang digunakan seperti “ya Allah (sesuai keyakinan
masing-masing), walaupun saya merasa cemas karena takut apabila penyakit
jantung yang saya derita tidak sembuh, saya menerima dengan ikhlas dan
saya pasrahkan kepadamu”.
B. Tahap putaran
1. Putaran pertama, lakukan ketukan ringan minimal 7-8 kali di titik meridian
sambil mengucapkan kata-kata afirmasi. Urutan ketukan ringan dan
afirmasi yang harus dilakukan adalah:
a. Pada alis mata (Eye Brow/EB), sambil mengucapkan kata-kata afirmasi
yaitu: “ya Allah (sesuai keyakinan masing-masing), walaupun saya
merasa cemas karena takut apabila penyakit yang saya derita tidak
sembuh, saya menerima dengan ikhlas dan saya pasrahkan kepadaMu”.
b. Di samping mata (Side of the Eye/SE), sambil mengucapkan kata-kata
afirmasi yaitu: “ya Allah (sesuai keyakinan masing-masing), walaupun
saya merasa cemas karena takut apabila penyakit yang saya derita tidak
sembuh, saya menerima dengan ikhlas dan saya pasrahkan kepadaMu”.
c. Dua sentimeter dibawah kelopak mata (Under the Eye/UE), sambil
mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “ya Allah (sesuai keyakinan
masing-masing), walaupun saya merasa cemas karena takut apabila
penyakit yang saya derita tidak sembuh, saya menerima dengan ikhlas
dan saya pasrahkan kepadaMu”.
d. Tepat di bawah hidung (Under the Nose/UN), sambil mengucapkan
kata-kata afirmasi yaitu: “ya Allah (sesuai keyakinan masing-masing),
walaupun saya merasa cemas karena takut apabila penyakit yang saya
derita tidak sembuh, saya menerima dengan ikhlas dan saya pasrahkan
kepadaMu”.
e. Di bawah dagu dan bagian bawah bibir (Chin/Ch), sambil mengucapkan
kata-kata afirmasi yaitu: “ya Allah (sesuai keyakinan masing-masing),
walaupun saya merasa cemas karena takut apabila penyakit yang saya
derita tidak sembuh, saya menerima dengan ikhlas dan saya pasrahkan
kepadaMu”.
f. Di ujung tempat bertemunya tulang dada dan tulang rusuk pertama
(Collar Bone/CB), sambil mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “ya
Allah (sesuai keyakinan masing-masing), walaupun saya merasa cemas
karena takut apabila penyakit yang saya derita tidak sembuh, saya
menerima dengan ikhlas dan saya pasrahkan kepadaMu ”.
g. Di bawah ketiak sejajar dengan putting susu pria atau di tengah
perbatasan antara tulang dada dan bagian bawah payudara (Under the
Arm/UA), sambil mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “ya Allah
(sesuai keyakinan masing-masing), walaupun saya merasa cemas karena
takut apabila penyakit yang saya derita tidak sembuh, saya menerima
dengan ikhlas dan saya pasrahkan kepadaMu”.
h. Ibu jari di samping luar / bawah kuku (Thumb/ Th), sambil
mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “ya Allah (sesuai keyakinan
masing-masing), walaupun saya merasa cemas karena takut apabila
penyakit yang saya derita tidak sembuh, saya menerima dengan ikhlas
dan saya pasrahkan kepadaMu”.
i. Jari telunjuk samping luar bagian bawah kuku (Index Finger/IF), sambil
mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “ya Allah (sesuai keyakinan
masing-masing), walaupun saya merasa cemas karena takut apabila
penyakit yang saya derita tidak sembuh, saya menerima dengan ikhlas
dan saya pasrahkan kepadaMu”.
j. Jari tengah samping luar di bawah kuku (Middle Finger/MF), sambil
mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “ya Allah (sesuai keyakinan
masing-masing), walaupun saya merasa cemas karena takut apabila
penyakit yang saya derita tidak sembuh, saya menerima dengan ikhlas
dan saya pasrahkan kepadaMu”.
k. Jari kelingking samaping luar/ dibawah kuku (Baby Finger/BF), sambil
mengucapkan kata-kata afirmasi yaitu: “ya Allah (sesuai keyakinan
masing-masing), walaupun saya merasa cemas karena takut apabila
penyakit yang saya derita tidak sembuh, saya menerima dengan ikhlas
dan saya pasrahkan kepadaMu”.
l. Selanjutnya lakukan sembilan prosedur gamut sambil tetap mengetuk-
ngetuk titik gamut dengan kepala tegak dan menatap kedepan.
Prosedurnya adalah sebagai berikut:
1. Menutup mata
2. Membuka mata
3. Mengerakan bola mata ke kanan bawah
4. Menggerakan bola mata kiri ke kiri bawah
5. Memutar bola mata searah jarum jam satu kali
6. Memutar bola mata berlawanan jarum jam
7. Bersenandung
8. Mengitung dengan cepat: satu, dua, tiga, empat, lima
9. Bersenandung lagi
10. Pasien diminta menarik nafas dan hembuskan sebanyak 3 kali
11. Pasien diberikan air minum
2. Putaran kedua dan ketiga mengetuk titik yang sama tetapi tidak mengetuk
titik gamut
C. Tahap evaluasi
1. Meminta pasien untuk merasakan kembali emosi yang dirasakan pada saat
sebelum dilakukan EFT. Kemudian bandingkan sebelum dan sesudah
dilakukan EFT.
2. Mengukur hemodinamik (tekanan darah, pernafasan, dan denyut jantung).
IMPLIKASI KEPERAWATAN

EFT atau Emotional Freedom Techniques dan SEFT yang merupakan


pengembangan dari EFT dapat menjadi pilihan terapi komplementer untuk dijadikan
sebagai salah satu intervensi keperawatan di ranah kritis untuk mengatasi kecemasan pasien
yang akan menjalani PCI atau Percutaneous Coronary Intervention dengan tingkat sedang
sampai berat. Teknik ini dapat diaplikasikan oleh perawat sebagai salah satu terapi non
farmakologis pada pasien SKA karena tidak membutuhkan biaya apapun dan teknik yang
mudah dilakukan.

KESIMPULAN

Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa teknik EFT
terbukti secara empiris memberikan efek positif untuk mengurangi kecemasan pasien pra-
PCI, hal ini karena EFT memiliki teknik yang sederhana, mudah digunakan oleh siapapun,
tanpa efek samping penggunaannya, mengatasi kecemasan langsung di bagian korteks
serebri serta mengatasi kecemasan dari akar permasalahannya.
EFT dikembangkan menjadi SEFT yang menghubungkan antara spiritualitas
dengan teknik psikologi yang memanfaatkan energi tubuh untuk memperbaiki kondisi
pikiran, emosi, dan perilaku melalui tiga teknik sederhana yaitu set up, tune in, dan
tetaping. Teknik SEFT secara signifikan dapat membantu menurunkan tingkat
kecemasan,depresi, dan stres pada pasien SKA dengan memberikan efek relaksasi dengan
pendekatan spiritual.

SARAN PENELITIAN

Perawat dapat mengaplikasikan terapi EFT maupun SEFT ini kepada setiap pasien
pra-PCI yang mengalami kecemasan, teknik EFT dapat dilakukan sehari sampai beberapa
jam sebelum dilakukan tindakan PCI agar pasien menjadi lebih tenang saat akan dilakukan
prosedur tindakan, karena efek relaksasi yang ditimbulkan dari terapi ini dapat mengurangi
aktivitas saraf simpatik sehingga pasien lebih tenang.

DAFTAR PUSTAKA

Astin F, Jones K, Thompson D. Prevalence and patterns of anxiety and depression in


patients undergoing elective percutaneous transluminal coronary angioplasty. Heart
Lung 2005;34:39 3–401 2
Bakara, Derison Marsinove; Ibrahim, Kusman; Sriati, Aat. (2013). Efek Spiritual Freedom
Technique terhadap Cemas dan Depresi, Sindrom Koroner Akut. Jurnal
Keperawatan Vol. 1, No. 1, 48-55.
Bougea, A. M., Spandideas, N., Alexopoulos, E. C., Thomaides, T., Chrousos, G. P., &
Darviri, C. (2013). Effect of the emotional freedom technique on perceived
stress, quality of life, and cortisol salivary levels in tension-type headache sufferers:
A randomized controlled trial. Explore: The Journal of Science and Healing,
9(2), 91–99.
Church, D., Yount, G. & Brooks, A. (2012). The effect of emotional freedom
technique (EFT) on stress biochemistry: A randomized controlled trial. Journal of
Nervous and Mental Disease, 200(10), 891–896.
Craig, G. (2011). Emotional freedom technique: The manual, (2nd ed.) Santa Rosa,
CA: Energy Psychology Press.
Halm, M. A. (2009). Relaxation: A self-care healing modality reduces harmful effects of
anxiety. The American Assosiation of Critical-Care Nurses AACN, 18, 169-172.
Huffman. (2011). Impact of depression care management program for hospitalized
cardiac patients. Journal of the American Hearth Association, 4, 198–205.
Iskandar, E. (2010). The miracle of touch: Panduan menerapkan keajaiban EFT
(Emotional Freedom Techniques) untuk kesehatan, kesuksesan, dan kebahagiaan.
Bandung: Qanita.
Karatzias, T., Power, K., Brown, K., McGoldrick, T., Begum, M., Young, J., & Adams,
S. (2011). A controlled comparison of the effectiveness and efficiency of two
psychological therapies for posttraumatic stress disorder: Eye movement
desensitization and reprocessing vs. emotional freedom techniques. Journal New
Mental Disease, 199(6), 372–378.
Rowe, M. M. & Allen, R. G. (2004). Spirituality as a means of coping with chronic illness.
American Journal of Health Studies. Diunduh dari http://findarticles.com
S, Weni Widya Shari, Suryani, Etika Emaliyawati (2014). Terapi Komplementer Pada
Penurunan Kecemasan Pasien Yang Akan Menjalani Intervensi Koroner Perkutan
(IKP). Indonesian Nursing Student Journal. ISSN 2338-4700. BIMIKI
Salas, M. M., Brooks, A., & Rowe, J. (2011). The immediate effect of a brief energy
psychology intervention (Emotional Freedom Techniques) on specific phobias: A
pilot study. Explore: The Journal of Science and Healing, 7(3), 155–161.
Shari, Weni Widya; Suryani; Emaliyawati, Etika. (2014). Emotional Freedom
Techniques dan Tingkat Kecemasan Pasien yang akan Menjalani Percutaneous
Coronary Intervention. Jurnal Keperawatan Padjadjaran Volume 2 Nomor 3
Desember 2014. 133-145
Temple, G., & Mollon, P. (2011). Reducing anxiety in dental patients using EFT: A pilot
study. Energy psychology: Theory, Research & Treatment, 3(2), 53–56.
Tim UPF DI-INB PJNHK. Diagnostik invasif dan intervensi non-bedah di Pusat Jantung
Nasional Harapan Kita. 2010. Diakses di URL:http://www.pjnhk.go.id [20/12/2013]
Trotter, R., Gallagher, R., & Donoghue, J. (2011) Anxiety in patients undergoing
percutaneous coronary interventions. Heart & Lung, 40(3), 185–192.
doi:10.1016/j. hrtlng.2010.05.054.
Zainuddin, A. F. (2013). Spiritual emotional freedom technique (SEFT) for healing,
succes, happiness, greatness, (Edisi Revisi Total). Jakarta: Afzan Publishing

You might also like