You are on page 1of 13

HUBUNGAN KETAHANAN PANGAN KELUARGA DENGAN STATUS

GIZI KELUARGA BURUH KAYU DI KAMPUNG KOTALINTANG


KECAMATAN KOTA KUALA SIMPANG KABUPATEN ACEH
TAMIANG PROVINSI ACEH TAHUN 2014

Diza Fathamira Hamzah


Dosen Program Studi Farmasi
Universitas Sains Cut Nyak Dien Langsa

ABSTRACT

Lack of income will lead family’s inability in providing nutritious food for all
family members. The condition is closely related to the household food security. Indirectly,
household food security is related to family nutritional status.The research used
observational method with cross-sectional design which aims to know the correlation
between household food security and nutritional status of wood worker’s family. The
population were whole wood worker’s family and 83 of them were used as the study
sample obtained by simple random sampling method. The correlation between household
food security and the family nutritional status was analyzed by using Fisher’s Exact Test
with confidence level of 95%. The result showed most families are sensitive household
food security (61,4%) and the family nutritional status classified as good (80,7%). Fisher
Exact Test’s indicated no significant correlation between household food security and the
nutritional status of wood worker’s family (p=0,076). This research indicated the
household food expenditure percentage as the indicator of household food security was
not sensitive to predict the nutritional status of low income family.It is recommended for
local government attention is required to achieve the sustainable household food security
for whole society wood worker’s family. Beside, it is important to improve the nutrition
and health promotion effort by health workers and community leaders in order to achieve
and mantain the good family nutritional status.

Keywords : Household Food Security, Nutritional Status, Wood Worker

PENDAHULUAN mengukur ketahanan pangan keluarga


Masalah kemiskinan sangat erat tersebut. Ketahanan pangan keluarga
kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan adalah tingkatan dari suatu keluarga yang
gizi pada setiap individu. Kemiskinan mampu menyediakan bahan makanan
sangat erat kaitannya dengan masalah yang cukup, aman, dan bergizi dalam
ketahanan pangan, dimana kemiskinan memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari
merupakan penyebab mikro dari untuk dapat hidup aktif dan sehat.
timbulnya masalah ketahanan pangan. Ketahanan pangan dan status gizi
Baik atau buruknya ketahanan pangan merupakan suatu kesatuan yang pada
suatu keluarga dapat diketahui dengan akhirnya berpengaruh terhadap

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 134


peningkatan kualitas sumber daya pangan keluarga dan provinsi di
manusia suatu bangsa. Status gizi Indonesia tahun 1999, provinsi yang
seseorang ditentukan oleh kuantitas dan rentan ketahanan pangan keluarganya
kualitas (ragam) pangan yang paling tinggi adalah Provinsi NAD yaitu
dikonsumsi oleh seseorang karena setiap sebesar 68,92% (Badan Pusat Statistik,
pangan memiliki nilai gizi yang berbeda- 1999).
beda. Semakin beragam pangan yang Kabupaten Aceh Tamiang
dikonsumsi, maka semakin baik zat gizi merupakan salah satu kabupaten di
yang diterima oleh tubuh. Status gizi Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam yang
yang baik dapat mencerminkan baik atau menduduki urutan ke-6 kabupaten
buruknya ketahanan pangan suatu dengan jumlah penduduk miskin terbesar
keluarga (Amaliyah, 2011). di Provinsi Nanggroe Aceh Darusalam,
Baik atau buruknya ketahanan dengan jumlah penduduk miskin
pangan suatu keluarga dapat diketahui sebanyak 45.300 jiwa atau sebesar
dengan mengukur ketahanan pangan 17,49% (Badan Pusat Statistik Provinsi
keluarga tersebut. Ketahanan pangan Aceh, 2011).
keluarga adalah tingkatan dari suatu Sebagian besar penduduk
keluarga yang mampu menyediakan Kampung Kotalintang di Kecamatan
bahan makanan yang cukup, aman, dan Kota Kualasimpang Kabupaten Aceh
bergizi dalam memenuhi kebutuhan Tamiang, bekerja di sektor informal yaitu
pangan sehari-hari untuk dapat hidup sebagai buruh kayu. Sebagai buruh kayu,
aktif dan sehat. Menurut Rumalean mereka menggantungkan hidupnya
(2013) yang mengutip pendapat Handewi kepada keadaan Sungai Tamiang. Sungai
(2004), terdapat empat ketahanan pangan Tamiang merupakan media transportasi
tingkat keluarga, yaitu : keluarga tahan untuk membawa kayu dengan
pangan, rentan pangan kurang pangan, menggunakan rakit. Keadaan Sungai
dan keluarga rawan pangan (Rumalean, Tamiang sangat dipengaruhi oleh
2013). keadaan cuaca yang saat ini tidak bisa
Secara nasional, proporsi diprediksikan. Jika terjadi gangguan pada
keluarga yang tergolong rentan pangan Sungai Tamiang, misalnya terjadi banjir
mencapai lebih dari 47%. Data distribusi ataupun air surut, maka aktivitas kerja
keluarga di Indonesia menurut ketahanan terganggu sehingga masyarakat yang

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 135


bekerja sebagai buruh kayu tidak dapat Kualasimpang Kabupaten Aceh
mencari nafkah untuk memenuhi Tamiang.
kebutuhan hidupnya sehari-hari. Hal ini
menyebabkan kurangnya pendapatan dari MANFAAT PENELITIAN
keluarga buruh kayu tersebut (Kantor Penelitian dapat dijadikan sebagai
Datok Penghulu Kampung Kota Lintang, suatu indikator untuk menggambarkan
2013). ketahanan pangan keluarga yang bekerja
Faktor kurangnya pendapatan dari di sektor informal, sehingga dapat
suatu rumah tangga, pada akhirnya dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
berhubungan dengan tingkat status gizi pengambilan keputusan di bidang pangan
dari setiap anggota keluarga buruh kayu. dan gizi dalam upaya peningkatan
Tingkat status gizi setiap anggota kesejahteraan masyarakat yang dapat
keluarga dari buruh kayu akan dilihat dari ketahanan pangan keluarga.
memengaruhi tingkat produktivitas dari Penelitian ini juga dapat
setiap anggota keluarga. digunakan untuk menentukan kebijakan
dalam peningkatan status gizi
PERMASALAHAN masyarakat, terutama pekerja di sektor
Kurangnya pendapatan per bulan informal dengan jumlah pendapatan per
dari keluarga buruh kayu mengakibatkan bulan di bawah upah minimum provinsi.
timbulnya masalah ketahanan pangan
keluarga sehingga berdampak terhadap METODE PENELITIAN
status gizi keluarga buruh kayu di Penelitian ini merupakan penelitian
Kampung Kotalintang Kecamatan Kota observasional dengan desain potong
Kualasimpang Kabupaten Aceh lintang (cross-sectional study). Penelitian
Tamiang. ini dilaksanakan di Kampung
Kotalintang Kecamatan Kota
TUJUAN PENELITIAN Kualasimpang Kabupten Aceh Tamiang
Tujuan penelitian ini adalah untuk pada bulan Januari hingga Juni 2014.
untuk mengetahui bagaimana hubungan Populasi pada penelitian ini adalah
ketahanan pangan keluarga dengan status seluruh keluarga buruh kayu di Kampung
gizi keluarga buruh kayu di Kampung Kotalintang dengan jumlah sampel
Kotalintang Kecamatan Kota sebanyak 83 keluarga buruh kayu.

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 136


Metode analisis data dengan Uji Exact keluarga yang meliputi tingkat
Fisher dengan tingkat kepercayaan pendapatan per bulan, tingkat pendidikan
sebesar 95% untuk melihat hubungan kepala keluarga, jumlah anggota rumah
antara ketahanan pangan keluarga tangga serta pengetahuan gizi ibu.
dengan status gizi keluarga buruh kayu. Karakteristik keluarga dapat dilihat pada
tabel 1. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa
HASIL DAN PEMBAHASAN sebagian besar keluarga buruh kayu
Ketahanan pangan dan status gizi tergolong pada keluarga dengan tingkat
dari suatu keluarga dapat dipengaruhi pendapatan per bulan di bawah UMP,
oleh karateristik keluarga dan penyakit memiliki kepala keluarga dengan
infeksi. pendidikan dasar, terdiri dari keluaga
besar dan memiliki pengetahuan gizi
Karateristik Keluarga yang baik dari sebagian besar ibu
Berdasarkan hasil penelitian keluarga buruh kayu (istri).
diketahui gambaran karakteristik

Tabel 1 Karakteristik Keluarga Buruh Kayu

No. Karakteristik Keluarga n %


1. Tingkat Pendapatan Per Bulan
Di bawah UMP 44 53,0
Di atas UMP 39 47,0
Jumlah 83 100,0
2. Tingkat Pendidikan Kepala Keluarga
Dasar
Lanjut 58 69,9
25 30,1
Jumlah 83 100,0
3. Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga Kecil 38 45,8
Keluarga Besar 45 54,2
4. Pengetahuan Gizi Ibu 37 44,6
Baik 28 33,7
Sedang 18 21,7
Rendah
Jumlah 83 100,0

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 137


Penyakit Infeksi diderita oleh keluarga buruh kayu selama
Penyakit infeksi yang dimaksud
tiga bulan terakhir. Data penyakit infeksi
adalah gambaran penyakit ISPA, diare
dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
ataupun ISPA dan diare yang pernah
Tabel 2 Penyakit Infeksi Keluarga Buruh Kayu

Penyakit Infeksi n %
Ya 78 94,0
Tidak 5 6,0
Jumlah 83 100,0

Ketahanan Pangan Keluarga pengeluaran pangan tinggi dan rendah.


Penggolongan ketahanan pangan Sedangkan tingkat kecukupan konsumsi
keluarga buruh kayu pada penelitian ini energi rata-rata keluarga dibedakan atas
dinilai dari aspek tingkat pengeluaran dua golongan, yaitu kurang dan cukup.
pangan keluarga dan tingkat kecukupan Data mengenai tingkat pengeluaran
konsumsi energi rata-rata keluarga. pangan keluarga dapat dilihat pada tabel 3
Tingkat pengeluaran pangan dibedakan di bawah ini:
menjadi dua kriteria, yaitu tingkat

Tabel 3 Tingkat Pengeluaran Pangan Keluarga Buruh Kayu

Tingkat Pengeluaran n %
Pangan Keluarga Buruh
Kayu
Rendah 14 16,9
Tinggi 69 83,1
Jumlah 83 100,0

Tingkat pengeluaran pangan persentasi pengeluaran terhadap pangan,


keluarga merupakan salah satu faktor dan demikian sebaliknya. Selain itu,
yang memengaruhi konsums pangan didukung juga oleh Hukum Bennet yang
keluarga (Arbaiyah, 2013). menyatakan bahwa persentase bahan
Hukum Engel menjelaskan bahwa pangan pokok berpati dalam konsumsi
ketika terjadi peningkatan pendapatan, pangan rumah tangga akan semakin
akan mengakibatkan penurunan berkurang seiring dengan meningkatnya

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 138


pendapatan dan cenderung beralih kepada tangga yang lebih beragam serta kaya
pangan berenergi yang lebih mahal. akan zat gizi. Data mengenai tingkat
Peningkatan pendapatan lebih lanjut akan kecukupan konsumsi energi rata-rata
meningkatkan konsumsi pangan rumah keluarga dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4 Tingkat Kecukupan Konsumsi Energi Rata-Rata Keluarga Buruh Kayu

Tingkat Kecukupan Konsumsi n %


Energi Rata-Rata Keluarga Buruh Kayu
Cukup 62 74,7
Kurang 21 25,3
Jumlah 83 100,0

Setelah diketahui penilaian kedua buruh kayu. Hal tersebut dapat dilihat
aspek tersebut, maka dapatlah diketahui secara lengkap pada tabel 5 di bawah ini:
penggolongan ketahanan pangan keluarga

Tabel 5 Ketahanan Pangan Keluarga Buruh Kayu

Ketahanan Pangan Keluarga n %


Tahan Pangan 10 12,0
Rentan Pangan 51 61,4
Kurang Pangan 3 3,6
Rawan Pangan 19 22,9
Jumlah 83 100,0

Hasil penelitian Ariani & ditinjau dari tingkat nasional saja tetapi
Handewi (2003) menjelaskan bahwa juga tingkat keluarga.
ketahanan pangan dapat diartikan sebagai Ketahanan pangan keluarga
tersedianya pangan dalam jumlah dan terbanyak adalah tergolong rentan
kualitas yang cukup, terdistribusi dengan pangan. Menurut asumsi peneliti,
harga terjangkau dan aman dikonsumsi keluarga yang tergolong rentan pangan
oleh masyarakat untuk dapat dijadikan memiliki masalah di faktor pemenuhan
sebagai modal beraktivitas sehari-hari ketahanan pangan keluarga, yaitu akses
sepanjang waktu. Oleh karena itu, pangan. Hal ini dapat dilihat dari tingkat
ketahanan pangan tidak bisa hanya atau proporsi pengeluaran pangan yang

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 139


tinggi dan kecukupan konsumsi energi Rp 1.750.000 (di bawah Upah. Minimum
keluarga buruh kayu terpenuhi. Hasil Provinsi Aceh Tahun 2014). Hal ini
penelitian ini juga mengindikasikan disebabkan oleh kondisi Sungai Tamiang
bahwa sebagian besar keluarga sebagai media transportasi yang
mengkonsumsi pangan sumber energi seringkali mengalami masalah. Adanya
yang harganya lebih murah, sehingga faktor
dapat dilihat bahwa kualitas pangan yang cuaca yang menyebabkan kondisi Sungai
dikonsumsi rendah. Tamiang yang kadang pasang dan surut
Kampung Kotalintang merupakan menyebabkan kayu susah dibawa dari
daerah pedesaan yang sebagian besar hulu ke hilir untuk diolah di kilang kayu
bekerja sebagai buruh kayu dan (saw mill). Maka dari itu, dalam
keluarganya tergolong rentan pangan. Hal pemenuhan kebutuhan primer, sebagian
ini sesuai dengan hasil penelitian Ariani besar pendapatan keluarga buruh kayu
& Handewi (2003) menjelaskan bahwa dialokasikan untuk kebutuhan konsumsi
pada tahun 1999 keluarga yang hidup di pangan. Akibatnya, tingkat atau proporsi
wilayah desa di Indonesia tergolong pengeluaran pangan mereka menjadi
rentan pangan sebesar 56,5%. tinggi.
Menurut Adriani M dan Bambang Sebagian besar pendapatan
W (2012), salah satu subsistem ketahanan keluarga buruh kayu tergolong di bawah
pangan adalah akses ke pangan, yang UMP namun konsumsi energi rata-rata
terdiri dari akses fisik, sosial dan keluarga buruh kayu dapat tercukupi. Hal
ekonomi. Ditinjau dari akses fisik dan ini dikarenakan adanya sistem tolong
akses sosial keluarga buruh kayu tidak menolong yang terjalin pada masyarakat
mengalami masalah. Namun, jika ditinjau di Kampung Kotalintang.
dari segi akses ekonomi, sebagian besar Pada umumnya, pemilik warung
keluarga buruh kayu memiliki hambatan. yang menjual lauk pauk maupun sayuran
Sebagian besar, pekerjaan sebagai di Kampung Kotalintang berbaik hati
buruh kayu memiliki jumlah pendapatan untuk memberikan hutang kepada
yang kecil dan tidak pasti, dengan jumlah keluarga buruh kayu yang sedang
pendapatan per bulan sebesar kurang dari mengalami masalah ekonomi. Dan hutang

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 140


tersebut akan dibayar ketika kayu turun penilaian, yaitu antropometri, klinis,
(ada pekerjaan), mengingat bahwa besar biokimia dan biofisik. Sedangkan
pendapatan buruh kayu tidak pasti setiap penilaian status gizi secara tidak langsung
bulannya karena kondisi Sungai Tamiang dibagi menjadi tiga bagian yaitu survei
Status Gizi Keluarga konsumsi makanan, statistik vital serta
Informasi mengenai status gizi keluarga faktor ekologi. (Supariasa dkk, 2002).
dianggap penting untuk diketahui Penilaian status gizi keluarga pada
mengingat status gizi merupakan outcome penelitian ini, dilakukan dengan
dari ketahanan pangan suatu keluarga mengukur status gizi dari setiap anggota
(Adriani M & Bambang W, 2012). keluarga, kemudian dari hasil pengukuran
Penilaian status gizi masyarakat dapat tersebut, dikategorikan status gizi
dilakukan dengan dua cara, yaitu secara keluarga tersebut. Data status gizi
langsung dan secara tidak langsung keluarga dapat dilihat pada tabel 6 di
Penilaian status gizi secara bawah ini.
langsung dapat dibagi menjadi empat

Tabel 6 Status Gizi Keluarga Buruh Kayu

Status Gizi Keluarga n %


Buruh Kayu
Baik 67 80,7
Sedang 11 13,3
Tidak Baik 5 6,0
Jumlah 83 100,0

Meskipun keluarga buruh kayu anggota rumah tangga yang normal. Jika
tergolong pada status gizi baik, tidak ditinjau dari golongan usia setiap anggota
menjamin bahwa semua anggota rumah rumah tangga buruh kayu, terdapat
tangga nya pun berstatus gizi baik, beberapa orang yang mengalami masalah
mengingat penentuan status gizi keluarga gizi. Hal ini dapat dilihat pada tabel 7.
dihitung dari jumlah persentase status gizi

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 141


Pada tabel 7 menunjukkan bahwa menetap dan terus selain itu juga dapat
setiap anggota rumah tangga dari menyebabkan penurunan atau rendahnya
berbagai golongan usia mengalami daya tahan tubuh terhadap penyakit
masalah gizi, baik anggota rumah tangga infeksi. Badan kesehatan dunia WHO dan
yang tergolong kelompok rentan gizi UNICEF menyatakan terjadinya gagal
maupun yang bukan. tumbuh akibat kurang gizi pada masa
Menurut Notoatmodjo (2003) bayi mengakibatkan terjadinya penurunan
kelompok rentan gizi adalah sekelompok IQ 11 point lebih rendah dibanding anak
individu yang paling mudah mengalami yang tidak kurang gizi (Arisman, 2004).
gangguan kesehatannya karena Pada masa balita (bawah lima
kekurangan gizi. Kelompok tersebut tahun), asupan gizi yang baik juga sangat
terdiri dari bayi (0-1tahun), balita (di dibutuhkan untuk proses tumbuh
bawah 5 tahun), anak sekolah (6-12 kembang anak Anak pada usia lebih dari
tahun), remaja (13-20 tahun), ibu hamil 5 tahun sampai usia 18 tahun merupakan
dan menyusui serta lanjut usia. usia anak sekolah yang harus diperhatikan
Hasil penelitian menunjukkan juga asupan gizinya, mengingat bahwa
bahwa paling banyak yang mengalami anak pada golongan usia tersebut sudah
status gizi tidak normal adalah kelompok memasuki masa sekolah. Maka dari itu,
usia lebih dari 18 tahun, dengan kategori asupan nutrisi yang baik sangat
kelebihan berat badan tingkat ringan. diperlukan untuk peningkatan prestasi di
Pada umumnya, anggota keluarga buruh sekolahnya (Arisman, 2004). Gizi
kayu yang tergolong kelebihan berat merupakan salah satu modal penting
badan tingkat ringan adalah ayah (kepala untuk mencapai kualitas hidup manusia
keluarga) dan ibu. Sedangkan sisanya yang baik.
adalah anggota rumah tangga dari usia 0 Berdasarkan hasil penelitian dapat
hingga 18 tahun. dilihat bahwa sebagian besar anggota
Kekurangan gizi pada masa bayi keluarga buruh kayu mengalami masalah
dapat menimbulkan berbagai gangguan gizi. Hal ini berarti bahwa sebagian besar
tumbuh kembang secara fisik, mental, keluarga buruh kayu tidak terlalu
sosial, dan intelektual yang sifatnya mementingkan kualitas konsumsi

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 142


makanan. Hasil penelitian ini juga sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi
menunjukkan bahwa sebagian besar dalam jenis dan jumlah yang sesuai
keluarga buruh kayu tidak mementingkan dengan kebutuhan tubuh dengan
prinsip gizi seimbang. memperhatikan prinsip keanekaragaman
Menurut Soekirman (2000), gizi atau variasi makanan, aktivitas fisik,
seimbang merupakan susunan makanan kebersihan dan berat badan ideal.

Tabel 7 Status Gizi tidak Normal pada Setiap Golongan Usia Anggota Rumah
Tangga Buruh Kayu

Golongan Indeks Kategori Jumlah


Usia (Tahun) Antropometri Status Gizi
0-2 BB/U Gizi Kurang 3
>2-5 BB/TB - Gemuk 7
- Kurus 5
- Sangat Kurus 4
>5-18 IMT/U - Obesitas 1
- Gemuk 2
- Kurus 13
- Sangat Kurus 5
>18 IMT - Kekurangan BB 2
tingkat berat
- Kekurangan BB 12
tingkat ringan
- Kelebihan BB 20
tingkat ringan
- Kelebihan BB 16
tingkat berat

Prinsip gizi seimbang perlu peningkatan usaha promosi gizi dan


dikenalkan kepada masyarakat Kampung kesehatan terutama tentang prinsip gizi
Kotalintang guna mengubah pandangan seimbang oleh tenaga gizi dan kesehatan
“hidup untuk makan” oleh sebagian besar maupun tokoh masyarakat, guna
keluarga buruh kayu dan untuk mencapai mencapai dan mempertahankan status
status gizi normal oleh seluruh anggota gizi yang baik bagi setiap anggota
keluarga. Oleh karena itu, diperlukan keluarga keluarga buruh kayu

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 143


Berdasarkan hasil Uji Exact
Hubungan Ketahanan Pangan Fisher dengan tingkat kepercayaan
Keluarga dengan Status Gizi sebesar 95% menunjukkan tidak terdapat
Ketahanan pangan keluarga hubungan antara ketahanan pangan
menekankan adanya jaminan pada keluarga dengan status gizi keluarga
kesejahteraan keluarga, salah satunya buruh kayu, dimana nilai p=0,076
adalah pangan sebagai alat untuk (p>0,05). Hasil tabulasi silang antara
mencapai kesejahteraan. Ketahanan ketahanan pangan keluarga dengan status
pangan keluarga terkait dengan gizi keluarga buruh kayu menunjukkan
ketersediaan pangan yang merupakan bahwa sebagian besar keluarga buruh
salah satu faktor tidak langsung yang kayu di Kampung Kotalintang tergolong
berpengaruh pada status gizi suatu pada keluarga rentan pangan dengan
keluarga. status gizi keluarga yang baik. Hubungan
Menggunakan Uji Exact Fisher antara ketahanan pangan keluarga dengan
untuk melihat hubungan ketahanan status gizi keluarga buruh kayu dapat
pangan keluarga dengan status gizi dilihat pada tabel 8.
keluarga buruh kayu dengan melihat nilai
p.

Tabel 8 Hubungan Ketahanan Pangan Keluarga dengan Status Gizi

Status Gizi Keluarga


Keluarga Buruh Baik Sedang Tidak Baik Jumlah p
Kayu n % n % n % n %
Ketahanan
Pangan
Keluarga
Tahan Pangan 6 60,0 3 30,0 1 10,0 10 100,0
Rentan Pangan 44 86,3 5 9,8 2 3,9 51 100,0 0,076
Kurang Pangan 3 100,0 0 0,0 0 0,0 3 100,0
Rawan Pangan 14 73,7 3 15,8 2 10,5 19 100,0

Tidak adanya kaitan antara ketahanan menunjukkan bahwa meskipun ketahanan


pangan keluarga dengan status gizi pangan suatu keluarga tergolong rendah

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 144


belum tentu dapat menjamin buruknya kelompok rentan gizi (bayi, balita,
status gizi dari keluarga tersebut. Hal ini anak sekolah, dan anak usia remaja).
juga menunjukkan bahwa indikator 5. Tidak ada hubungan antara
persentasi pengeluaran pangan dianggap ketahanan pangan rumah tangga
kurang sensitif untuk memprediksi status dengan status gizi keluarga. Temuan
gizi keluarga. ini mengindikasikan bahwa
penggunaan persentase pengeluaran
KESIMPULAN DAN SARAN pangan sebagai indikator ketahanan
KESIMPULAN pangan keluarga, kurang sensitif
1. Sebagian besar, keluarga buruh kayu untuk memprediksi status gizi pada
di Kampung Kotalintang tergolong keluarga berpenghasilan rendah.
pada rumah tangga rentan pangan
dan berstatus gizi keluarga baik. SARAN
2. Ketahanan pangan rumah tangga 1. Diperlukan perhatian pemerintah
yang tergolong jelek (rentan pangan, daerah mengenai program
kurang pangan, dan rawan pangan) pemantapan ketahanan pangan yang
belum tentu dapat menjamin berbasis pemberdayaan masyarakat
buruknya status gizi dari keluarga pedesaan guna mewujudkan
tersebut. ketahanan pangan yang baik untuk
3. Tercapainya ketahanan pangan seluruh lapisan masyarakat yang
keluarga yang baik, belum tentu dapat dilakukan dengan peningkatan
dapat menjamin bahwa status gizi pendapatan keluarga melalui
keluarga tersebut juga tergolong diversifikasi usaha kecil atau rumah
baik. tangga.
4. Pada setiap keluarga buruh kayu 2. Diperlukan peningkatan usaha
dengan status gizi keluarga baik, promosi gizi dan kesehatan terutama
sedang, maupun tidak baik, terdapat tentang gizi seimbang oleh tenaga
anggota rumah tangga yang status kesehatan maupun tokoh masyarakat
gizinya tidak normal, terutama pada pada keluarga buruh kayu untuk
mencapai dan mempertahankan

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 145


status gizi yang baik bagi seluruh Badan Pusat Statistik Indonesia.
1999. Survei Sosial Ekonomi
anggota rumah tangga buruh kayu.
Nasional. Jakarta: Badan Pusat
Statistik Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh.
Adriani, M & Bambang W. 2012. 2011. Statistik Daerah
Pengantar Gizi Masyarakat. Provinsi Aceh Tahun 2011.
Jakarta: Kharisma Putra Diunduh 14 Januari 2014 dari
Utama. http://bappeda.acehprov.go.id
/v2/file/StatistikDaerahAceh2
Amaliyah, H. 2011.Analisis Hubungan 011.pdf
Pengeluaran Dan Konsumsi
Pangan Dengan Ketahanan Kantor Datok Penghulu Kampung
Pangan Rumah Tangga Kota Lintang. 2013. Profil
Petani Padi Di Kabupaten Klaten Kampung Kotalintang
[skripsi]. Surakarta : Fakultas Tahun 2013 Kabupaten Aceh
Pertanian,Universitas Sebelas Tamiang. Kuala Simpang
Maret
Notoatmodjo, S. 2003. Prinsip-
Arbaiyah, I. 2013. Hubungan Pola Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Konsumsi Pangan Dan Masyarakat. Jakarta: Rhineka
Ketersediaan Pangan dengan Cipta
Status Gizi Keluarga Di
Kecamatan Padang Sidimpuan Rumalean, SM. 2013. Permodelan
Tenggara Kota Padang Ketahanan Pangan Rumah
Sidimpuan Tahun 2013. Tangga Di Indonesia dengan
[tesis]. Medan:Program Pascasarjana Ilmu Pendekatan Seemingly
Kesehatan Masyarakat, Universitas Unrelated Regression.
Sumatera Utara. Diunduh 25 Februari 2014
daridigilib.its.ac.id/public/IT S-
Ariani, M & Handewi, PSR. 2003. Master-17972- 1309201010paperpdf.pdf
Analisis Tingkat Ketahanan
Pangan Rumah Tangga. Soekirman. 2000. Ilmu Gizi Dan
Bogor :Jurnal Media Gizi dan Aplikasinya. Jakarta :Direktorat
Keluarga, Desember 27 (2): 1- 6, Jenderal Pendidikan Tinggi
IPB. Departemen Pendidikan
Nasional.
Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur
Kehidupan. Jakarta: EGC Supariasa, dkk. 2002. Penilaian
Kedokteran. Status Gizi. Jakar
ta: EGC Kedokteran

Jurnal JUMANTIK Vol. 1 No.1 Nopember 2016 | 146

You might also like