You are on page 1of 11

UJI KARAKTERISTIK ABU SEKAM PADI PADA ALAT PIROLISIS

PLASTIK - SEKAM PADI

THE CHARACTERISTICS TEST OF RICE HUSK ASH ON PLASTIC - RICE HUSK


PYROLYSIS TOOL

Irwansyah Putra Wau1*), Riswanti Sigalingging2*)


1)Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara
Jl. Prof. Dr. A. Sofyan No. 3 Kampus USU Medan 20155
*)Email : irwansyahputrawau@gmail.com

Diterima: /Disetujui:
ABSTRACT
Utilization of rice husk generally still low, and not optimal yet, it is because the characteristic of rice husk is
rough, low nutrition value, and the content of silica (Si) compounds in ash is quite high. The aim of this study to determine
the effect of adding rice husk on the characteristic of rice husk ash. Analysis Scanning Electron Microscopy (SEM) was
used for identify the characteristic of rice husk ash, and a nonfactorial completely randomized design (RAL) method with
9 replications in the amount of rice husk 8 kg (M1), 9 kg (M2) and 10 kg (M3) was used. The parameters observed were
the rice husk ash yield, temperature and combustion characteristic of rice husk ash.
The results of the study obtained three types of ash, namely black ash, mixed (gray) ash and white ash. The
highest yields in each treatment were 18.46%, 19.05% and 19.07% found in mixed ash at T4 (262,17oC) and T2
(176,9oC – 211,2oC). The maximum temperature during combustion 18 hours at M1 was 873,6 oC, M2 and M3 was
903,4 oC at T2 point. The characteristics of rice husk ash produced by white ash in M1, M2 and M3 have different silica
(Si) compounds, but the highest silica (Si) content is at M3 at 34.86%.

Key words: husk ash, rice husk, pyrolysis, Scanning Electron Microscopy (SEM)

ABSTRACK
Pemanfaatan sekam padi secara umum masih relatif rendah dan belum optimal, hal ini karena karakteristik
sekam padi yang bersifat kasar, bernilai gizi rendah, dan kandungan senyawa silika (Si) pada abu cukup tinggi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendapatkan nilai pengaruh penambahan sekam padi terhadap
karakteristik abu sekam padi. Analisis Scanning Electron Microscopy (SEM) digunakan untuk mengindentifikasi
karakteristik abu sekam padi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode rancangan acak lengkap (RAL)
nonfaktorial dengan 9 kali ulangan pada jumlah sekam padi 8 kg (M1), 9 kg (M2) dan 10 kg (M3). Parameter yang
diamati adalah rendemen abu sekam padi, suhu pembakaran dan karakteristik abu sekam padi.
Hasil penelitian diperoleh tiga jenis abu yaitu abu hitam, abu campuran (abu-abu) dan abu putih. Rendemen
tertinggi pada masing-masing perlakuan adalah 18,46 % , 19,05 % dan 19,07 % yang terdapat pada abu campuran di
titik T4 (262,17oC) dan T2 (176,9oC – 211,2oC). Suhu maksimum selama pembakaran 18 jam pada M1 sebesar 873,6oC,
M2 dan M3 sebesar 903,4oC yang berada di titik T2. Karakteristik abu sekam padi yang dihasilkan abu putih pada M1,
M2 dan M3 memiliki kandungan senyawa silika (Si) yang berbeda-beda, namun kandungan silika (Si) tertinggi berada
pada M3 sebesar 34,86%.

Kata kunci : abu sekam, sekam padi, pirolisis, Scanning Electron Microscopy (SEM)

PENDAHULUAN
Sekam padi merupakan sumber daya belum dimanfaatkan secara maksimal, seperti
alam yang dapat diperbarui dimana sekam padi dan jerami.
keberadaannya sangat melimpah di Indonesia Menurut Arimanintan dan Rina (2015),
yang merupakan negara agraris. Berdasarkan abu sekam padi mengandung berbagai bahan
data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun organik, anorganik, dan logam. Salah satu
2014 produksi padi di Indonesia sebanyak 70,85 komponen terbesar yang terkandung dalam
juta ton gabah kering giling (GKG). Produksi padi sekam padi adalah silika (SiO2) yaitu sekitar 94-
tahun 2015 diperkirakan sebanyak 75,55 juta ton 96% dan apabila nilainya mendekati atau di
GKG atau mengalami kenaikan sebanyak 4,70 bawah 90% kemungkinan disebabkan oleh
juta ton (6,64 persen) dibandingkan tahun 2014 sampel sekam yang telah terkontaminasi dengan
(Badan Pusat Statistik, 2015). Sementara itu, zat lain yang kandungan silikanya rendah.
hasil samping pengolahan padi serta limbahnya
Menurut Iskandar (2012) energi yang Metode Penelitian
terkandung didalam sekam padi yaitu sebesar Metode yang digunakan pada
14.400 kJ/kg selain itu sekam memiliki kerapatan penelitian ini adalah rancangan acak lengkap
jenis (bulkdensil) 1125 kg/m3, dengan nilai kalori (RAL) nonfaktorial dengan 9 kali ulangan
1 kg sekam sebesar 3300 kkalori. Pirolisis berdasarkan tiga perbedaan massa sekam padi
dengan menggunakan bahan bakar sekam padi awal pada ruang bakar yaitu 8 kg, 9 kg dan 10
sangat sesuai karena sekam padi termasuk kg.
komoditi yang memiliki energi yang cukup Model rancangan acak lengkap (RAL)
sebagai bahan bakar. Pengaruh suhu pada nonfaktorial menggunakan kode rancangan:
proses pirolisis sangatlah besar, semakin tinggi Yij = µ + αi + εij
suhu maka laju pirolisis akan semakin cepat.
Proses pirolisis menghasilkan produk berupa Keterangan:
bahan bakar padat yaitu karbon, cairan berupa
campuran tar dan beberapa zat lainnya. Produk Yij = Hasil pengamatan dari perlakuan
lain adalah gas berupa karbon dioksida (CO2), perbedaan sekam padi taraf ke 1 pada
metana (CH4) dan beberapa gas yang memiliki ulangan ke-j
kandungan kecil. Hasil pirolisis berupa tiga jenis
produk yaitu padatan (charcoal/arang), gas (fuel µ = Nilai tengah sebenarnya.
gas) dan cairan (bio-oil) (Ridhuan dan Joko,
ai = Efek faktor pada taraf ke-i.
2016).
Penelitian ini bertujuan untuk εij = Pengaruh galat (pengacakan).
mengetahui dan mendapatkan nilai pengaruh
penambahan sekam padi terhadap karakteristik Prosedur Penelitian
abu sekam padi, rendemen abu sekam padi dan Prosedur yang dilakukan pada
suhu pembakaran yang terjadi pada alat pirolisis penelitian ini adalah persiapan bahan,
plastik-sekam padi. pengeringan sekam padi, pirolisis dan pengujian
karakteristik abu sekam padi. Persiapan bahan
Hipotesis Penelitian
antara lain adalah menyiapkan alat dan bahan
Ada pengaruh pada karakteristik abu
yang akan digunakan.
sekam padi, rendemen abu sekam padi dan suhu
Pengeringan sekam padi dikeringkan di
pembakaran akibat perbedaan jumlah massa
bawah sinar matahari langsung selama 2-3 jam
sekam padi.
(Ariyani, dkk., 2015). Pelaksanan penelitian
dilakukan dengan pembakaran selama 18 jam.
METODOLOGI Hasil pembakaran sekam diuji karakteristiknya
Waktu dan Tempat Penelitian dengan menggunakan alat SEM (Scanning
Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei Electron Microscopy)
2018 sampai bulan September 2018 di
Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Parameter Penelitian
Pertanian Universitas Sumatera Utara, 1. Suhu Pembakaran
sedangkan analisis karakteristik abu sekam padi Suhu pembakaran perlu untuk diketahui
dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Fisika agar diperoleh abu sekam padi yang dapat
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan memenuhi kadar komposisi yang bagus dan
Alam Universitas Negeri Medan. mudah untuk mendapatkan silika dengan
komposisi oksida yang baik. Untuk mengetahui
Bahan dan Alat suhu pembakaran yang terjadi pada alat pirolisis
Pada pengujian karakteristik sekam digunakan thermocouple dan data logger yang
padi pada alat pirolisis plastik-sekam padi, bahan fungsinya untuk mengetahui nilai paramter suhu
yang digunakan adalah limbah sekam padi dan laju pemanasan.
dengan kadar air 8%. Pengujian dilakukan 2. Rendemen abu sekam padi
dengan massa 8 kg pada percobaan pertama, 9 Rendemen adalah perbandingan
kg pada percobaan kedua, dan 10 kg pada produk yang dihasilkan dari total bahan baku
percobaan ketiga. yang diolah. Rendemen dinyatakan dalam persen
Alat yang digunakan pada proses (%). Semakin tinggi nilai rendemen dari hasil
pengujian karakteristik sekam padi pada alat pirolisis, menunjukkan semakin tinggi kualitas
pirolisis plastik-sekam padi adalah proses yang terjadi.
Thermocouple, data loger, gelas ukur, timbangan
analitik, kunci inggris, kunci 12 dan 13, botol kaca
dan botol sampel.
3. Karakteristik abu sekam padi 30
Karakteristik abu sekam padi yang
akan diteliti berupa komposisi kimia abu sekam 25

Rendemen (%)
yang mengandung berbagai bahan organik, 20
anorganik, dan logam. Untuk mengetahui
komposisi abu sekam padi dilakukan dengan 15
menggunakan alat SEM (Scanning Electron 10
Microscopy). Beberapa faktor yang dapat
5
merubah kadar komposisi abu sekam padi
disebabkan oleh sampel sekam yang telah 0
terkontaminasi dengan zat lain. M1 M2 M3
Perlakuan
HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 1. Grafik rendemen rata-rata abu sekam
dari beberapa jumlah massa sekam padi
Rendemen Abu Sekam berbeda.
Rendemen dihitung untuk mengetahui
seberapa banyak total abu yang dihasilkan oleh Rendemen dari ketiga perlakuan
alatpirolisis, dan untuk mengetahui kinerja alat memiliki nilai yang tidak berbeda jauh, hal ini
dalam memproduksi abu tiap satuan berat bahan disebabkan karena suhu pada ketiga perlakuan
yang diolah dan dinyatakan dalam persen. Dari juga tidak berbeda jauh. Perbedaan jumlah
proses pirolisis yang telah dilakukan selama 18 rendemen abu sekam padi pada setiap jumlah
jam rendemen rata-rata abu sekam M1 (8 kg) sekam yang berbeda disebabkan oleh perubahan
yaitu 24,53% dan rendemen rata-rata terendah suhu pada saat pembakaran yang berakibat
diperoleh pada massa sekam M3 (10 kg) yaitu langsung pada jumlah rendemen. Hal ini sesuai
23,72%. dengan pernyataan Mandala, dkk. (2016) bahwa
semakin tinggi suhu reaksi, maka rendemen hasil
pembakaran (abu) akan semakin kecil.

Tabel 1. Nilai rendemen abu sekam padi rata-rata berdasarkan warna abu.
Perlakuan Warna Abu Suhu (oC) Rendemen(%)
Hitam T6 (83,41) 0,62
M1 Campuran T4 (262,17) 18,46
Putih T2 (264,4) T8 (174,8) 4,53
Hitam T6 (119) T7 (85,9) 0,48
M2 Campuran T2 (211,2) 19,05
Putih T4 (228,7) T8 (168,6) 3,04
Hitam T6 (123,9) T7 (82,8) 0,68
M3 Campuran T2 (176,9) 19,07
Putih T4 (179,2) T8 (148,6) 2,33
Ket: M1=8 kg, M2=9 kg, M3=10 kg. T=Thermocouple

Dari hasil penelitian yang dilakukan, 82,80C. Dari ketiga perlakuan diatas dapat dilihat
secara umum diperoleh bahwa perbedaan dari bahwa rata-rata suhu pada abu berwarna putih
tiap massa sekam memberikan pengaruh lebih tinggi dari abu berwarna hitam dan
terhadap jumlah rendemen pada setiap warna campuran.Sesuai dari penelitian Ummah dkk,
abu. Pada ketiga perlakuan diatas jumlah (2010) menunjukan bahwa tingkat kecerahan
rendemen untuk setiap masing-masing warna warna abu sekam padi semakin tinggi seiring
abu berbanding lurus dengan besarnya massa, kenaikan suhu yang terjadi di ruang pembakaran.
namun hal ini tidak terjadi untuk abu berwarna
putih karena posisi abu berwarna putih berada di
bawah dasar ruang pembakaran sehingga
banyak abu yang hilang pada saat pengambilan
abu. Suhu tertinggi terjadi pada M1 abu putih
sebesar 264,4OC di thermocouple 2 dan suhu
terendah pada perlakuan M3 abu hitam sebesar
Tabel 2. Uji DMRT rendemen abu putih
DMRT Notasi
Jarak Perlakuan Rataan
0,05 0,01 0,05 0,01
- - - M1 4,53 a A

2 0,68 0,71 M2 3,04 ab A

3 1,03 1,07 M3 2,33 b A

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat Suhu


bahwa, pembakaran di M1 tidak berbeda nyata
dengan pembakaran dengan M2. Pembakaran di Suhu merupakan salah satu komponen
M2 juga tidak berbeda nyata terhadap penting dari proses pirolisis. Pada pengujian ini
pembakaran di M3. Namun, pembakaran di M1 pengukuran suhu menggunakan thermocouple
berbeda nyata dengan pembakaran di M3, hal ini tipe K, yang terhubung langsung dengan
disebabkan karena pada M1 suhu yang komputer sehingga pembacaan suhu lebih
dihasilkan lebih besar dari pada M3 (Tabel 1) mudah dan data suhu langsung tersimpan.
sehingga jumlah rendemen untuk abu putih yang Waktu operasi sangat berpengaruh pada produk
dihasilkan M1 jauh lebih besar dari pada M3. yang akan dihasilkan karena semakin lama waktu
Santosa, dkk. (2016) menyatakan hal tersebut proses pirolis berlangsung, maka produk yang
disebabkan semakin besar massa sekam yang dihasilkan (minyak, tar dan gas) semakin naik,
dimasukkan ke dalam ruang pembakaran maka Berdasarkan hasil percobaan pirolisis yang
pori-pori udara serta ruang udara akan semakin dilakukan diperoleh data perbandingan suhu
kecil yang mempengaruhi suhu dan lama maksimum, dapat dilihat pada Tabel 3.
pembakaran.

Tabel 3. Data perbandingan suhu maksimum


M1 M2 M3
Suhu Waktu Suhu Waktu Suhu
Waktu (menit) (oC) (menit) (oC) (menit) (oC)
T1
353 225,3 201,3 171,2 291,7 176,3
T2
67 873,6 35,7 903,4 49 903,4
T3
262 134,3 251,3 161,6 319,3 190,8
T4
216,7 707,2 91 678,4 106,7 709,5
T5
311,7 129,3 223,7 168,8 401,3 170,2
T6
298 159,7 194,7 381,9 240,3 371
T7
338,7 126,3 278,7 164,8 303,7 177,9
T8
131,3 507,1 101,3 514,4 130,3 541,5
T9
297,3 117,3 212 153,3 287,3 129
T10
138,3 62,5 173,7 82,5 207,3 72,1
T11
293,7 41,3 270 44,9 249,3 42,2
Ket: M1=8 kg, M2=9 kg, M3=10 kg.

Dari pengamatan tabel data maksimum yang dicapai di ruang pembakaran


perbandingan suhu maksimum, diperoleh suhu dipengaruhi oleh perbedaan massa sekam yang
tertinggi pada ruang pembakaran terjadi di T2 dibakar dan laju pembakaran. Oleh karena itu
pada M2 dan M3 sebesar 903,4oC pada waktu pirolisis ini digolongkan pengujian pirolisis pada
35,7 menit dan 49 menit,dan M1 sebesar temperatur tinggi. Hal ini sesuai dengan literatur
873,6oC pada waktu 67 menit, hal ini disebabkan Suyitno (2009) yang menyatakan bahwa proses
karena T2 berada di dekat ruang pemancing pirolisis pada temperatur tinggi membutuhkan
pembakaran, hal ini terjadi karena suhu energi yang tinggi dengan temperatur 700 oC.
300

250 abu hitam 8


kg T6
200 abu hitam 9
kg T6
Suhu (oC)

150 abu hitam 9


kg T7
100 abu hitam
10 kg T6
50 abu hitam
10 kg T7
0
0 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Waktu (Jam)
Gambar 2a. Besar suhu per 1 jam pada abu hitam

Berdasarkan hasil pengamatan, ketiga suhu pembakaran yang terjadi tidak maksimal.
perlakuan 8 kg, 9 kg dan 10 kg di peroleh suhu Menurut Putri dan Ningsih (2015) faktor yang
tertinggi pada waktu 3 jam di 9 kg, dan suhu dapat mempengaruhi suhu pirolisis yaitu faktor
terendah berada di massa 9 kg di titik T7 sebesar lingkungan seperti hujan dan angin. Perpindahan
(25,2oC), hal ini disebabkan karena faktor panas adalah proses transport energi bila dalam
kebocoran dan posisi titik yang berada jauh dari suatu sistem terdapat gradien temperatur, atau
ruang pengumpan panas, namun suhu tertinggi bila dua sistem yangtemperaturnya berbeda
juga tidak terjadi pada 8 kg dan 10 kg disebabkan disinggungkan, maka akan terjadi perpindahan
karena saat pengambilan data faktor lingkungan energi.
tidak mendukung untuk pembakaran sehingga

800
750
700
650 abu
600 campuran 8
550
500 kg T4
Suhu (oC)

450 abu
400 campuran 9
350
300 kg T2
250 abu
200 campuran 10
150
100 kg T2
50
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Waktu (Jam)
Gambar 2b. Besar suhu per 1 jam pada abu campuran

Peningkatan suhu tertinggi berada di padat sehingga suhu tetap meningkat,


massa 10 kg, hal ini terjadi karena kerapatan sedangkan suhu terendah berada di massa 8 kg
massa 10 kg lebih padat dibandingkan pada disebabkan karena kebocoran yang terjadi pada
massa 8 kg dan 9 kg yang berdampak pada alat
persebaran udara oleh blower yang terhambat
apabila kerapatan massa sekam yang terlalu
650
600
550 abu putih 8
500 kg T2
450 abu putih 8
400
Suhu (oC)

kg T8
350
300 abu putih 9
250 kg T4
200 abu putih 9
150 kg T8
100 abu putih 10
50 kg T4
0 abu putih 10
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 kg T8
Waktu (Jam)

Gambar 2c. Besar suhu per 1 jam pada abu putih

Dari Gambar besar suhu per 1 jam yang didesain untuk mengamati permukaan
pada abu putih, massa sekam 8 kg di T2 suhu objek solid secara langsung, SEM memiliki
tertinggi adalah pada waktu 1 jam pembakaran perbesaran 10-3.000.000 kali dan resolusi
sebesar (583,8OC). Massa 9 kg suhu sebesar 1-10 nm, selain itu SEM memiliki
pembakaran tertinggi adalah pada waktu 2 jam kemampuan untuk mengetahui komposisi dan
sebesar (576,2OC) di titik T4. Massa sekam 10 kg informasi kristalografi yang membuat SEM
di titik T4 suhu pembakaran tertinggi adalah pada banyak digunakan untuk keperluan penelitian dan
waktu 2 jam sebesar (613,5OC). Suhu terendah industri. Sehingga alat SEM sangat cocok untuk
massa sekam 8 kg terjadi pada waktu awal digunakan untuk mengetahui karakteritik dan
pembakaran sebesar (30,2OC) dititik T2. Massa 9 struktur kimia dari abu sekam padi. Dari
kg suhu terendah terjadi pada akhir pembakaran pengujian yang telah dilakukan menggunakan
sebesar (35,3OC) dititik T4 dan 10 kg terjadi pada alat SEM diperoleh persentase kandungan
waktu awal pembakaran sebesar (33OC). senyawa kimia abu hitam, abu campuran dan
abu hitam di M1, M2 dan M3 yang dapat dilihat
Karakteristik abu sekam padi pada Tabel 4.
Untuk mengetahui karakteristik dari
setiap jenis warna abu sekam padi dilakukan
dengan menggunakan alat SEM (Scanning
Electron Microscope), Prasetyo (2011)
mengemukakan SEM (Scanning Electron
Microscope) adalah sebuah mikroskop elektron

Tabel 4. Kandungan persentase senyawa


Kandungan persentase (%)
Warna abu Perlakuan
O Si K Ca Mg C
M1 31,38 26,24 1,96 0,48 - -
abu
M2 38,13 26,12 1,33 - 0,25 -
putih
M3 47,51 34,86 0,70 - - -
M1 0,32 28,57 1,28 - - -
abu
M2 23,84 23,23 1,55 - 0,09 1,24
campuran
M3 46,48 34,37 0,53 - 0,14 3,96
M1 5,01 8,50 - 0,16 - 8,30
Abu
M2 15,70 21,27 - - - 15,52
Hitam
M3 19,70 29,92 - - - 7,37
Abu sekam putih

Gambar 3a. Pengamatan sampel M3 Abu sekam putih

cps/eV

4.5

4.0

3.5

3.0

K
2.5 O Si K

2.0

1.5

1.0

0.5

0.0
2 4 6 8 10 12 14
keV

Gambar 3b. Grafik struktur kimia M3 abu sekam putih

Tabel 5. Jumlah nilai kimia M3 abu sekam putih


Nomor Kadar Nilai atom C yang hilang Nilai atom C
Senyawa
atom (%) (%) (%)
O 8 47,51 57,19 70,22
Si 14 34,86 41,97 29,35

K 19 0,70 0,84 0,42

Total 83,07 100,00 100,00

Berdasarkan (Gambar 3a) diperlihatkan perlakuan M1 dan M2. Jumlah Si yang terdapat
morfologi dan struktur serbuk abu sekam. pada M3 sebesar 34,86% (Tabel 5) lebih besar
Sampel M3 pada T4, T8 dengan suhu maksimum dibandingkan pada perlakuan M1 sebesar 26,24
(709,5oC) dan (541,5oC) terlihat struktur serbuk dan pada M2 sebesar 26,12, hal ini tidak
abu sekam putih permukaannya renggang dan berbanding lurus jika dilihat dari suhu maksimum
morfologinya bergumpal dan sedikit lebih halus, yang terjadi pada M1 di titik (T2,T8), M2 dan M3
Pada Gambar 3b grafik struktur kimia M3 abu di titik (T4,T8) (Tabel 3). Hwang (1989)
sekam putih, terlihat jelas bahwa kandungan Si melaporkan bahwa semakin tinggi temperatur
(silika) pada M3 lebih tinggi dibandingkan pada pada proses pembakaran sekam maka akan
diperoleh kemurnian Si yang makin tinggi. senyawa pengotor inorganik lainnya, yang
Namun penyebab Si lebih rendah pada perlakuan mengandung K yang dapat menurunkan titik leleh
M1 dan M2 adalah keberadaan senyawa- silika (Si) yang dihasilkan (Umeda, 2009).
Abu hitam

Gambar 4a. Pengamatan sampel M3 abu sekam hitam


cps/eV
22

20

18

16

14

C
12 O Si

10

0
2 4 6 8 10 12 14
keV

Gambar 4b. Grafik struktur kimia M3 abu sekam hitam

Tabel 6. Jumlah nilai kimia M3 abu sekam hitam


Kadar Nilai atom C yang hilang Nilai atom C
Senyawa Nomor atom
(%) (%) (%)
Si 14 29,92 52,49 36,60

O 8 19,70 34,57 42,31

C 6 7,37 12,94 21,09

Total 56,99 100,00 100,00

Berdasarkan Gambar 4a, dapat dilihat untuk menghasilkan kandungan silika yang baik,
bahwa sampel M3 pada T6 dan T7 dengan besar menurut Agung, dkk. (2013) abu sekam padi
suhu maksimum (371oC) dan (177,9oC) memiliki hasil pembakaran yang terkontrol pada suhu
struktur yang permukaannya cenderung rapat, tinggi (500-600oC) akan menghasilkan abu silika
dan morfologi partikel yang kasar dan betebaran. dengan kandungan yang cukup baik. Menurut
Dari Tabel jumlah nilai kimia M3 abu sekam Adryani dan Maulida (2014) penggunaan abu
hitam dapat dilihat bahwa kandungan silika (Si) sekam padi hitam sebagai pengisi/penguat pada
sangat rendah sebesar 29,92%, hal ini bahan komposit disebabkan karena abu sekam
disebabkan karena suhu belum mencapai batas padi hitam ini umumnya tidak dipergunakan
dengan baik dan hanya dibuang saja sebagai
limbah sehingga membuat para peneliti tertarik
untuk memanfaatkan abu sekam padi hitam.

Abu campuran

Gambar 5a. Pengamatan sampel M3 abu sekam campuran

cps/eV

K
C
4 O Mg Si K

0
2 4 6 8 10 12 14
keV

Gambar 5b. Grafik struktur kimia M3 abu sekam campuran

Tabel 7. Jumlah nilai kimia M3 abu sekam campuran


Kadar Nilai atom C yang hilang Nilai atom C
Senyawa Nomor atom
(%) (%) (%)
O 8 46,48 54,37 64,87
Si 14 34,37 40,21 27,33
C 6 3,96 4,63 7,37
K 19 0,53 0,62 0,30
Mg 12 0,14 0,16 0,13
Total 85,48 100,00 100,00

Berdasarkan Gambar 5a, dapat dilihat terlalu banyak. Dari sampel M3 dan M2 memiliki
bahwa sampel M3 pada titik T2 dengan suhu suhu yang sama namun struktur dan morfologi
maksimum sebesar (903,4oC) memiliki berbeda, hal ini sesuai penelitian Chandrasekhar
permukaan bergumpal dan sedikit renggang, (2003) kondisi pembakaran seperti temperatur,
morfologi partikel berbentuk butiran namun tidak laju pemanasan dan holding time akan sangat
mempengaruhi karakteristik abu sekam padi Agung, G. F., Muhammad, R. H. dan Primata, M.
yang dihasilkan. Pada sampel M2 dan M3 2013. Ekstraksi Silika dari Abu Sekam
memiliki unsur senyawa karbon (C) dan silika (Si) Padi dengan Pelarut KOH. Jurnal
yang tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan Konversi 2(1). Universitas Lambung
abu putih dan abu hitam, hal ini disebabkan Mangkurat.
karena jenis abu sekam ini merupakan abu Arimanintan, S. K dan A.S. Rina. 2015. Laporan
sekam campuran. Namun berbeda pada M1 yang Tugas Akhir Prarancangan Pabrik
tidak memiliki unsur senyawa karbon (C) Industrial Grade Silica dari Sekam Padi
disebabkan karena jumlah nilai oksigen (O) pada Kapasitas: 20.000 Ton/Tahun. Teknik
M1 sangat kecil sebesar 0,32% sehingga Kimia Fakultas Teknik Universitas
berpengaruh pada komposisi kimia pada M1. Gadjah Mada. Yogyakarta.
Ariyani, D., D. R. Mujiyanti dan Harlianto, 2015.
Studi Kajian Kandungan Senyawa pada
Asap Cair dari Sekam Padi. Seminar
KESIMPULAN DAN SARAN Nasional Kimia. Surabaya. pp.128-133
Kesimpulan [BPS] Badan Pusat Statistika. 2015. Produksi
1. Rendemen tertinggi pada M1, M2 dan M3 Padi Menurut Provinsi (ton), 1993-
masing-masing sebesar 18,46 % , 19,05 % 2015. https://www.bps.go.id [4 Maret
dan 19,07 % yang terdapat pada abu 2018].
campuran di titik T4 dan T2 [BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung.
2. Laju pembakaran sekam padi M1sebesar 2014. Produksi Padi Menurut Provinsi
0,4 kg/jam, M2sebesar 0,5 kg/jam dan (ton),1993-2015. https://www.bps.go.id
M3sebesar 0,6 kg/jam. [7 Maret 2018].
3. Suhu maksimum selama pembakaran 18 Hwang, C.L. dan Wu, D.S., 1989. Propertiess of
jam pada M1 sebesar 873,6oC, M2 dan M3 Cement Paste Containing Rice Husk
Ash. ACI Third International
sebesar 903,4oC yang berada di titik T2.
Conference Proceedings, pg. 738.
4. Dari hasil analisis SEM menunjukkan
Iskandar, T. 2012. Indentifikasi Nilai Kalor
bahwa senyawa kimia silika yang
Biochar dari Tongkol Jagung dan
teridentifikasi paling tinggi adalah pada M3
Sekam Padi pada Proses Pirolisis.
abu putih sebesar 34,86% dan terendah
Jurnal Teknik Kimia Fakultas Teknik
adalah pada M1 abu sekam hitam sebesar
Universitas Tribhuwana Tunggadewi
8,50%.
7(1):32-35.
5. Ada pengaruh jumlah massa sekam padi
Mandala, W. W., Muhammad, S. C., Sugiono, M.,
terhadap rendemen dari setiap jenis abu
Hasyim, B. S. dan Wardoyo. 2016.
sekam padi yang dihasilkan dari proses
Pengaruh Suhu terhadap Rendemen
pembakaran.
dan Nilai Kalor Minyak Hasil Pirolisis
Sampah Plastik. Jurnal Mekanika dan
Saran Sistem Termal 1(2):49-52.
1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai
saluran udara di ruang pembakaran agar Prasetyo, Y. 2011. Scanning Electron Microscope
pembakaran sekam terjadi secara dan Optical Emission Spectroscope.
sempurna. http:// yudiprasetyo53.wordpress.com
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk [24 November 2018]
perlakuan abu sekam agar menghasilkan .
senyawa silika (Si) yang lebih tinggi.
Putri, R.E., Mislaini dan L.S. Ningsih. 2015.
Pengembangan Alat Penghasil Asap
Cair dari Sekam Padi untuk
DAFTAR PUSTAKA Menghasilkan Insektisida Organik.
Jurnal Teknologi Pertanian Andalas.
Adryani, R. dan Maulida. 2014. Pengaruh Ukuran ISSN: 1410-1920. 19(2):30-36.
Partikel dan Komposisi Abu Sekam Ridhuan, K dan S. Joko. 2016. Perbandingan
Padi Hitam terhadap Sifat Kekuatan Pembakaran Pirolisis dan Karbonisasi
Tarik Komposit Poliester Tidak pada Biomassa Kulit Durian Terhadap
Jenuh.Jurnal Teknik Kimia USU 3(4). Nilai Kalori. Jurnal Teknik Mesin Univ.
Universitas Sumatera Utara. Muhammadiyah Metro. ISSN: 2301-
6663. 5(1):50-56.
Santosa, G. 2016. Pengaruh Pemanasan Awal
Udara Terhadap Performa Crossdraft
Gasifier dengan Bahan Bakar Sekam
Padi.http://eprints.ums.ac.id/41067/1/1.
naskahpublikasi.pdf
Suyitno. 2009. Perumusan Laju Reaksi dan Sifat-
Sifat Pirolisis Lambat Sekam Padi
Menggunakan Metode Analisis
Termogravimetri. Universitas Sebelas
Maret. Surakarta.
Umeda,J., I. Hisashi, dkk. 2009. ‘Polysaccharide
Hydrolysis and Metallic Impurities
Removal Behavior of Rice Husks in
Citric Acid Leaching Treatment’.
Transactions ofJWRI, Vol 38 (2), pp.
13-18.
Ummah, S., Anton, P. dan Himmatul, B. 2010.
Kajian Penambahan Abu Sekam Padi
dari Berbagai Suhu Pengabuan
terhadap Plastisitas Kaolin. Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik
Ibrahim. Malang

You might also like