Professional Documents
Culture Documents
1, Oktober 2015
ABSTRACT
This study aims to comparesynthetic and natural colour on quality and characteristics of
sugar cotton. The research was conducted in April-June 2014 at Laboratory of Product
Development and Laboratory of Food Analysis, Faculty of Agriculture, Muhammadiyah
University of Sidoarjo. The experiment was arranged in a randomized block design
(RBD) with 7 treatment consisting:withoutcolour (control), addition of synthetic colour
and natural colourwithin ratio 12 ml:0 g, 8 ml:16 g, 8 ml:32 g, 4 ml:16 g, 4 ml:24 g, and 0
ml:48 gr. The measured variables were chemical analysis (concentration of sucrose,
glucose and fructose), physical analysis (volume, weight shrinkage, durability sugar
cotton inside and outside plastic) and organoleptic analysis (color, taste, aroma, and
texture). The data of chemical and physical analysis were analyzed by Anova followed by
HSD 5%, while organoleptic was analyzed by Friedman test and method of De Garmo to
find the best treatment. Comparison between synthetic colourand natural colour were
significantlydifferent on the levels of sucrose, glucose, fructose, volume analysis,
resilience in plastic and outer plastic resistance; and significantly affect the color and
flavor, but not significantly different on taste and texture. Overall, the best treatment was
without natural preservatives and artificial; but the all treatment with preservatives,
synthetic colour of 8 ml treatment and 16 g natural colourwas the best treatment.
Keywords: sugar cotton, dyes, rosella.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pewarna sintetis dengan pewarna alami
terhadap kualitas dan karakteristik gula kapas.Penelitian dilaksanakan pada bulan April-
Juni 2014 di di Laboratorium Pengembangan Produk dan Laboratorium Analisa Pangan
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Percobaan disusun dalam
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan7 perlakuan terdiri atas: tanpa penambahan
pewarna (kontrol), dengan penambahan pewarna sintetis dan pewarna alamidengan
perbandingan 12 ml:0 gr, 8 ml:16 gr, 8 ml:32 gr,4 ml:16 gr,4 ml:24 gr, dan 0 ml: 48 gr.
Adapun variabel yang diukur meliputi analisa kimia (kadar sukrosa, glukosa dan
fruktosa), analisa fisik (volume, berat penyusutan, ketahanan gula kapas di dalam dan luar
plastik) serta analisa organoleptik (warna, rasa, aroma, dan tekstur). Data analisa kimia
dan fisik dianalisis dengan Anova yang dilanjutkan dengan BNJ 5%, sedangkan
anorganoleptik dianalisis dengan uji Friedman dan metode De Garmo untuk mencari
perlakuan terbaik.Perbandingan pewarna sintetis dengan pewarna alami berpengaruh
sangatnyata terhadap kadar sukrosa, glukosa, fruktosa, analisa volume, ketahanan dalam
plastik dan ketahanan luar plastic serta berpengaruh nyata terhadap warna dan aroma,
akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap rasa dan tekstur. Secara keseluruhan dari
total variabel yang diamati, perlakuan terbaik adalah tanpa pengawet alami dan buatan;
namun dari seluruh perlakuan dengan pengawet, perlakuan 8 ml pewarna sintetis dengan
16 g pewarna alami merupakan perlakuan terbaik.
Kata kunci: gula kapas, pewarna, rosella
1
Alumni Prodi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
22
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015
23
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015
kapas belum mengetahui batas pemakaian Bahan untuk pembuatan gula kapas
pewarna dan jenis peawarna yang yaitu gula pasir (sukrosa) merek gulaku,
digunakan. Menurut survei di lapangan, kelopak bunga rosella kering, air dan
mayoritas penjual gula kapas pewarna merah muda merek Rajawali.
menambahkan pewarna sintetis Bahan untuk analisa meliputi sampel gula
berdasarkan perkiraan, hal itu yang dapat kapas, aquades, pereaksi Luff Schoorl,
mempengaruhi rasa dan kualitas produk batu didih, H2SO4, kalium iodat 15%,
gula kapas. indikator amylum.Alat yang digunakan
Maka pada pembuatan gula kapas dalam penelitian ini terbagi menjadi dua
ini dilakukan penambahan bunga rosella. yaitu alat untuk membuat gula kapas dan
Selain sebagai memberikan rasa asam yang alat untuk analisa. Alat untuk membuat
khas, rosella juga dapat berfungsi sebagai permen gula kapas adalah mesin gula
pewarna alami dalam pembuatan gula kapas, panci, beker gelas, pipet ukur,
kapas. Rosella sebagai sumber pewarna kompor, timbangan analitik, plastik,
yang memiliki berbagai manfaat dapat penyaring, sendok,stik dan nampan. Alat
dijadikan pewarna alami maupun subtitusi untuk analisa meliputi penggaris, neraca
pewarna sintetis gula kapas, Namun belum analit, beaker gelas, pipet tetes, corong
ada penelitian yang memberikan informasi glass, kertas saring, labu ukur 100 ml,
tentang tingkat proporsi sari kelopak bunga pipet volumetri, Erlenmeyer, refluks, hot
rosella dan pewarna sintetis yang tepat plate, gelas ukur dan buret.
untuk pembuatan gula kapas. Dengan
Metode Penelitian
segala kandungan di dalam bunga rosella Percobaan disusun dalam
serta karakternya diharapkan mampu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan
menambah kualitas gula kapas. diulang 4 kali. Adapun perlakuan dalam
Penelitianini bertujuan ntuk penelitian ini adalah perbandingan
mengetahui pengaruh perbandingan pewarna sintetis dengan pewarna alami
pewarna sintetis dengan pewarna alami (dalam 400 ml air dan 1000 g gula) yang
terhadap kualitas dan karakteristik gula terdiri dari 7 macam yaitu:pewarna sintetis
kapas. 0 ml dengan pewarna alami0 g (P0), 12 ml
pewarna sintetis dengan 0 g pewarna
METODOLOGI PENELITIAN
alami(P1), 8 ml pewarna sintetis dengan 16
Tempat dan Waktu Penelitian g pewarna alami (P2), 8 ml pewarna
Penelitian dilaksanakan selama 3 sintetis dengan 32 g pewarna alami(P3), 4
bulan, yaitu bulan April sampai Juni 2014. ml pewarna sintetis dengan 16 g pewarna
Pembuatan sampel, uji fisik dan alami(P4), 4 ml pewarna sintetis dengan 24
organoleptik dilakukan di Laboratorium g pewarna alami (P5), 0 ml pewarna
Pengembangan Produk Fakultas Pertanian sintetis dengan 48 g pewarna alami (P6).
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Analisa Kimia dilakukan diLaboratorium Variabel Pengamatan
Balai Penelitian dan Konsultasi Industri Variabel yang diamati dalam
Surabaya – Jawa Timur. penelitian ini adalah:analisa sukrosa,
glujosa, dan fruktosa (Sudarmadji, 2007),
Bahan dan Alat analisa berat penyusutan, analisa
volume,analisa daya tahan (kondisi dalam
24
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015
plastik dan di luar plastik), dan analisa uji Penelitian ini terdiri dari dua tahap
organoleptik,yang meliputi: rasa, warna, pertama yaitu pembuatan pewarna rosella
aroma, dan tekstur. dan sintetis, tahap kedua yaitu pembuatan
gula kapas.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis Penelitian ini dimulai dengan
dengan menggunakan analisis uji F. persiapan bahan yang digunakan dalam
Apabila hasil analisis tersebut pembuatan gula kapas. Berbagai proporsi
menunjukkan perbedaan nyata maka dari rosella dilarutkan dengan air 400 ml,
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur pada perlakuan rosella direbus dengan air
(BNJ) pada taraf signifikan 5%. Sedangkan mendidih selama6 menit dengan suhu 100o
untuk uji organoleptik dianalisa dengan Cmendapatkan ekstrak dari rosella.
menggunakan uji Friedman. Penentuan Sedangakan pewarna sintetis dapat
langsung dicampurkan ke gula. Proses
perlakuan terbaik menggunakan metode
indeks efektivitas (De Garmo). pembuatan pewarna rosella dapat dilihat
pada diagam alir Gambar 1.
Pelaksanaan Penelitian
Air 400 ml
Ekstrak Rosella
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Pewarna Alami
Setelah pewarna dilarutkan pada gula kembali kering maka ada bagian-
400 ml air maka kemudian proses berlanjut bagian gula yang menggumpal, gula
pada pencampuran pewarna dari berbagai tersebut akan kembali dihaluskan dengan
perlakuan dengan 1000 g gula pasir, pada sendok hingga memisah ke bentuk gula
proses inilarutan pewarna atau ekstrak semula.
rosella yang sudah di dinginkan di peras Proses terakhir adalah pengolahan
dengan saringan hingga ekstraknya keluar gula menjadi gula kapas, proses
dan sedikit mengaduk gula hingga setiap pengolahan dilakukan dengan mesin gula
bagian gula benar benar merata dengan kapas yang bertenaga penggerak dinamo
larutan pewarna dan ekstrak rosella. 220 V kecepatan 3400 putaran permenit
Proses berlajut setelah (The Free Library, 2013), pada proses ini
mencampurkan larutan pewarna dan gula akan dipanaskan dengan suhu 160°C
ekstrak rosella maka tahap berikutnya sehingga gula akan meleleh dan keluar
adalah mengeringkan gula dari kadar air sebagai benang-benang halus pada mesin
pewarna da ekstrak rosella dengan gula kapas. Diagram alir proses pembuatan
menggunakan sinar matahari selama ±8 gula kapas dapat dilihat pada Gambar 2.
jam hingga benar benar kering, setelah
25
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015
Pembuatan gula
kapas (Mesin Gula
Kapas, 1 Menit, Suhu
160oC
26
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015
dan kadar glukosa sebesaar 7,38% dan sintetis ditambah dengan pewarna alami
fruktosa sebesar 7,41%terendah dari semua rosella yang mengandung sifat asam yang
perlakuan lainnya. dapat menghidrolisis sukrosa.
Pada perlakuan P1 ditambahkan Pada perlakuanP6 menunjukkan
pewarna sintetis, sehingga kadar hasil yang berbanding terbalik dengan
sukrosanya menjadi 78,76%, glukosa perlakuan P0, P6 memiliki kadar sukrosa
10,49% dan fruktosa 10,55% apabila terendah 40%,kadar glukosa dan fruktosa
dibandingkan dengan perlakuan P0 maka tertinggi 28,73% dan 28,34%. Semakin
kadar sukrosa menurun dan di ikuti dengan berkurangnya kombinasipewarna sintetis
bertambahnya kadar glukosa dan fruktosa, terhadap pewarna alami (rosella) maka
hal ini disebabkan oleh pewarna yang semakin besar hidrolisis sukrosa manjadi
digunakan mengandung senyawa organik glukosa dan fruktosa, karena perbedaan
yang mengandung gugusan asam COOH, derajat keasaman antara pewarna sintetis
derajat keasaman dari zat warna ini lebih dengan pewarna alami (rosella). Rosella
kecil daripada derajat keasaman pewarna memiliki berbagai komposisi asam
alami (Rosella) sehingga hasil hidrolisis sehingga derajat keasamannya lebih tinggi
sukrosa akan lebih kecil dibanding dengan dari pada pewarna sintetis yang hanya
ditambahkan zat warna alami (Rosella) hal memiliki gugusan karboksil (CH3-COOH)
ini sesuai dengan pernyataan Ratna (2010) asam asetat (Ratna, 2010).Di lain pihak
Asam organik yang paling penting adalah tampak bahwa semakin besar kadar
asam-asam karboksilat, contoh lain asam sukrosa maka semakin kecil kadar glukosa
asetat digunakan untukzat warna, bahan dan fruktosa begitu juga sebaliknya apabila
farmasi, dan sebagai penambah makanan. semakin kecil kadar sukrosa maka
Pada perlakuan P2 sampai P6 hidrolisis sukrosa semakin besar sehingga
merupakan kombinasi antara pewarna meningkatkan kadar glukosa dan fruktosa,
sintetis dengan pewarna alami, dimana hal ini karena sukrosa terdiri dari molekul
keseluruhan kadar sukrosa menurun yang glukosa dan fruktosa, dan apabila sukrosa
menunjukkan hidrolisis glukosa dan terhidrolisis maka akan memecah menjadi
fruktosa meningkat. Hal ini selain karena glukosa dan fruktosa (Hardjasasmita,
adanya gugusan karboksil dalam pewarna 2000).
100
80
60 Sukrosa
40 Glukosa
20
0 Fruktosa
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6
Gambar 3. Diagram Rerata Kadar Sukrosa, Glukosa dan Fruktosa Gula Kapas
Terhadap Perbandingan Pewarna Sintetis dengan Pewarna Alami.
27
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015
pada produk gula kapas berat penyusutan variable analisa berat penyusutan gula
dihitung dari berat awal gula sebelum kapas bahwa perbandingan pewarna
menjadi gula kapas dan berat akhir gula sintetis dengan pewarna alami berpengaruh
setelah diolah menjadi gula kapas, tidak nyata.
Berdasarkan analisis ragamterhadap
Tabel2. Rerata Analisa Berat Penyusutan Gula Kapas Terhadap
Perbandingan Pewarna Sintetis dengan Pewarna Alami.
Rerata Penyusutan
Perlakuan Prsentase (%)
(gr)
P0 3,19 10,63
P1 3,18 10,61
P2 3,12 10,40
P3 3,56 11,87
P4 3,22 10,76
P5 3,50 11,68
P6 3,87 12,90
28
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015
Dari uji perbandingan berganda kondisi terbuka yaitu suhu kamar dan
pada tabel 10 dapat dilihat bahwa kondisi tertutup (dalam plastik). Dari tabel
pengembangan volume dan ketahanan gula 10 dapat dilihat bahwa uji ketahanan gula
kapas menunjukkan pengaruh beda sangat kapas dilakukan di dalam plastik dan diluar
nyata. P0 sebagai kontrol meiliki nilai plastik menunjukkan hasil yang berbeda
tertinggi 7475,53 cm3 (volume), 872 menit nyata, dengan nilai tertbaik tetap oleh
(ketahanan dalam plastik) dan 621 detik perlakuan kontrol dan nilai terjelek pada
(ketahanan diluar plastik) perlakuan perlakuan P6 dimana volume gula kapas
kontrol merupakan nilai volume dan daya 6459,97 cm3, ketahanan di dalam plastik
ketahanan terbaik diantara perlakuan 409 menit, ketahahan diluar plastik 362,57
lainnya (P1 sampai P6). Hal ini disebabkan detik. Nilai perlakuan P6 merupakan nilai
dalam pembuatan gula kapas dengan cara perlakuan terendah dari ke tujuh perlakuan.
memutar sehingga menimbulkan rongga- Gula kapas merupakan jenis soft candy
rongga antar partikel besar gula, sehingga yang tidak akan bertahan lama jika terkena
volume gula kapas dapat mengembang. udara secara langsung, penyusutan secara
Penambahan pewarna sintetis dan alami signifikan akan terjadi bila gula kapas
juga mempengaruhi volume kapas, dengan dibiarkan pada kondisi terbuka. Untuk itu
adanya penambahan pewarna tersebut penyimpanan di dalam plastik dilakukan
(sintetis dan alami) maka volume gula meskipun ketahanan terbaik hanya dalam
kapas akan menurun dikarenakan kadar 872 menit (P0). Hal ini dikarenakan sifat
glukosa dan fruktosa yang meningkat kohesi pada pembahasan diatas dan juga
apabila adanya penambahan pewarna sifat Higroskopis dimana kemampuan
tersebut, glukosa dan fruktosa memiliki suatu zat untuk menyerap molekul air dari
sifat kohesi dan adhesi yaitu gaya tarik udara, gula kapas yang dibiarkan dalam
menarik antara partikel partikel. Kohesi udara terbuka akan menyerap air yang
dipengaruhi oleh kerapatan dan jarak lebih banyak daripada gula kapas yang di
antarpartikel dalam zat (Lestari, 2010). bungkus plastic tertutup, sehingga daya
Selain itu semakin tingginya kadar penyusutan atau ketahanan diluar
monosakarida (glukosa dan fruktosa) dapat plastiklebih cepat terjadi. Sesuai dengan
meningkatkan viskositas sirup gula pendapat Amalia (2011) gula kapas akan
sehingga pada proses pembuatan gula segera mencair di mulut, dan menyusut
kapas kurang maksimal. apabila dibiarkan dalam udara terbuka
Notasi dari volume gula kapas karena gulanya yang bersifat Higroskopis.
menunjukka perbedaan sangat nyata antara
Uji Organoleptik
perlakuan P0 dengan P6, P5 dan P3 Data hasil perhitungan nilai rata-
sedangkan pada ketahanan dalam plastik rata warna, aroma, rasa, dan teksturgula
P0 dan P1 memiliki daya ketahanan yang kapas terhadap perbandingan pewarna
sama, dan ketahanan diluar plastik sintetis dengan pewarna alami dapat dilihat
menunjukkan perbedaan sangat nyata pada pada Tabel4.
P0 dan P6. Perbandingan pewarna sintetis
Gula kapas merupakan jenis dengan pewarna alami memberikan
permen yang tidak tahan lama dalam pengaruh yang berbeda nyata (α = 0,05)
kondisi terbuka maupun tertutup, uji terhadap kualitas gula kapas. Panelis lebih
ketahanan gula kapas dilakukan pada
28
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015
suka gula kapas pada perlakuan P1 dimana sehingga kelopak bunga rosella
pada perlakuan tersebut jumlah rerata 6,45 mempunyai potensi untuk dimanfaatkan
(suka) dan nilai terendah 4,03 (P6) tanpa sebagai sumber zat warna alami untuk
pewarna sintetis, hal ini dikarenakan warna bahan pangan. Kelopak bunga rosella
pada perlakuan tersebut sangat mencolok mengandung antosianin yang merupakan
dan menarik dengan penggunaan pewarna golongan flavononoid dan pigmen
sintetis yang maksimal sehingga penelis warnanya kemerahan yang bisa digunakan
lebih menyukai perlakuan P1. Sesuai sebagai pewarna alami bahan pangan
dengan pernyataan Winarno (1995) zat (Isabella, 2010).Akan tetapi kelopak bunga
warna makanan adalah zat yang sering rosella yang digunakan sebelumnya
digunakan untuk memberikan efek warna melalui pengeringan, perebusan dan proses
sehingga lebih menarik dan orang akan pembuatan gula kapas juga mengalami
mencicipinya. Nilai tertinggi kombinasi pemanasan, menurut Linda (2011)
antara pewarna alami dan sintetis terdapap antosianin akan mengalami perubahan
pada perlakuan P5 dengan nilai rerata 4,25 warna apabila mengalami pemanasan,
(biasa). Hal ini karenakombinasi pewarna apabila bunga rosella dijemur langsung
sintetis dan zat warna dari rosella. Sesuai pada sinar matahari langsung maka akan
dengan pernyataan Retno (2008) kelopak menimbulkan warna hitam pada kulit
bunga rosella mengandung zat warna luarnya sehingga warna yang dihasilkan
antosianin dengan kadar yang relatif tinggi, akan kurang menarik.
Tabel 4. Rerata dan Jumla Rangking Nilai Rasa, Aroma, Warna, dan KekentalanJelly
drink rosella PadaPerbandingan Pewarna Sintetis dengan Pewarna Alami.
Warna Aroma Rasa Tekstur
Per- Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
lakuan Rerata Rangking Rerata
Rangking Rerata Rangking Rerata Rangking
P0 4,80b 43,00 5,42555 5,4 50 5,48d 52,5
P1 5,70c 64,50 5,35 46,5 5,3 46 5,30cd 47,5
P2 4,75b 37,50 5,15 38 5,22 43,5 5,08ab 31
P3 4,78b 40,00 4,92533,5 5,1 36,5 5,25 bcd 43
P4 4,60b 34,50 5,02544 4,92 30,5 5,10 abc 33,5
P5 4,83 b 42,50 5,05 38 5,07 38,5 5,30cd 48,5
P6 4,03a 18,00 4,85 25 4,9 35 4,85a 24
Nilai kritis15,89
Keterangan: Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (α = 0,05).
Dari hasil uji organoleptik kontrol memiliki nila rerata 5,42 (agak
diketahui bahwa perbandingan pewarna suka), P1 5,35 (agak suka). Perlakuan
sintetis dengan pewarna alami memberikan terbaik kombinasi pewarna sintetis dan
pengaruh yangtidak nyata terhadap aroma pewarna alami adalah 5,15 (agak suka).
dan rasa gula kapas.Nilai rerata aroma uji Sedangkan nilai rerata aroma pada
perbandingan pewarna sintetis dengan terendah adalah perlakuan P6 dengan
pewarna alami terhadap kualitas gula proporsi pewarna alami 48 gr tanpa
kapas menunjukkan bahwa P0 sebagai penambahan pewarna sintetis (biasa).
29
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015
Hasil perlakuan terbaik adalah gula Hasil kombinasi pewarna sintetis dengan
kapas tanpa penambahan pewarna P0. alami terbaik adalah P2 dengan
31
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015
32
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015
33