You are on page 1of 12

Vol. 12, No.

1, Oktober 2015

UJI PERBANDINGAN PEWARNA SINTETIS DENGAN PEWARNA ALAMI


TERHADAP KUALITAS GULA KAPAS
Umar Alifudin1 dan A Miftakhurrohmat2

ABSTRACT
This study aims to comparesynthetic and natural colour on quality and characteristics of
sugar cotton. The research was conducted in April-June 2014 at Laboratory of Product
Development and Laboratory of Food Analysis, Faculty of Agriculture, Muhammadiyah
University of Sidoarjo. The experiment was arranged in a randomized block design
(RBD) with 7 treatment consisting:withoutcolour (control), addition of synthetic colour
and natural colourwithin ratio 12 ml:0 g, 8 ml:16 g, 8 ml:32 g, 4 ml:16 g, 4 ml:24 g, and 0
ml:48 gr. The measured variables were chemical analysis (concentration of sucrose,
glucose and fructose), physical analysis (volume, weight shrinkage, durability sugar
cotton inside and outside plastic) and organoleptic analysis (color, taste, aroma, and
texture). The data of chemical and physical analysis were analyzed by Anova followed by
HSD 5%, while organoleptic was analyzed by Friedman test and method of De Garmo to
find the best treatment. Comparison between synthetic colourand natural colour were
significantlydifferent on the levels of sucrose, glucose, fructose, volume analysis,
resilience in plastic and outer plastic resistance; and significantly affect the color and
flavor, but not significantly different on taste and texture. Overall, the best treatment was
without natural preservatives and artificial; but the all treatment with preservatives,
synthetic colour of 8 ml treatment and 16 g natural colourwas the best treatment.
Keywords: sugar cotton, dyes, rosella.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan pewarna sintetis dengan pewarna alami
terhadap kualitas dan karakteristik gula kapas.Penelitian dilaksanakan pada bulan April-
Juni 2014 di di Laboratorium Pengembangan Produk dan Laboratorium Analisa Pangan
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Percobaan disusun dalam
Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan7 perlakuan terdiri atas: tanpa penambahan
pewarna (kontrol), dengan penambahan pewarna sintetis dan pewarna alamidengan
perbandingan 12 ml:0 gr, 8 ml:16 gr, 8 ml:32 gr,4 ml:16 gr,4 ml:24 gr, dan 0 ml: 48 gr.
Adapun variabel yang diukur meliputi analisa kimia (kadar sukrosa, glukosa dan
fruktosa), analisa fisik (volume, berat penyusutan, ketahanan gula kapas di dalam dan luar
plastik) serta analisa organoleptik (warna, rasa, aroma, dan tekstur). Data analisa kimia
dan fisik dianalisis dengan Anova yang dilanjutkan dengan BNJ 5%, sedangkan
anorganoleptik dianalisis dengan uji Friedman dan metode De Garmo untuk mencari
perlakuan terbaik.Perbandingan pewarna sintetis dengan pewarna alami berpengaruh
sangatnyata terhadap kadar sukrosa, glukosa, fruktosa, analisa volume, ketahanan dalam
plastik dan ketahanan luar plastic serta berpengaruh nyata terhadap warna dan aroma,
akan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap rasa dan tekstur. Secara keseluruhan dari
total variabel yang diamati, perlakuan terbaik adalah tanpa pengawet alami dan buatan;
namun dari seluruh perlakuan dengan pengawet, perlakuan 8 ml pewarna sintetis dengan
16 g pewarna alami merupakan perlakuan terbaik.
Kata kunci: gula kapas, pewarna, rosella

1
Alumni Prodi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
2
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

22
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015

PENDAHULUAN Untuk menambah daya tarik


konsumen biasanya gula kapas
Rosella (Hibiscus sabdariffa)
ditambahkan dengan pewarna bubuk
merupakan anggota family Malvaceae.
sehingga menjadikan warna gula kapas
Kelopak bunga rosella banyak
lebih bervariasi dan menarik konsumen.
dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan
Menurut Winarno (1997), yang dimaksud
minuman; masyarakat lebih sering
dengan zat pewarna makanan adalah bahan
menggunakan kelopak bunga rosella
tambahan makanan yang dapat
sebagai minuman yang diseduh.Rosella
memperbaiki atau memberi warna pada
adalah spesies bunga yang berasal dari
makanan. Penambahan warna pada
benua Afrika. Mulanya bunga yang juga
makanan dimaksudkan untuk memperbaiki
cantik untuk dijadikan penghias halaman
warna makanan yang berubah atau menjadi
rumah itu diseduh sebagai minuman
pucat selama proses pengolahan atau untuk
hangat di musim dingin dan minuman
memberi warna pada makanan yang tidak
dingin di musim panas; bahkan rosela
berwarna agar kelihatan lebih
dijadikan selai atau jeli (Anonim,
menarik.Pewarna telah lama digunakan
2010).Secara tradisional, kelopak bunga
pada bahan makanan dan minuman untuk
rosella digunakan sebagai obat herbal
memperbaiki tampilan produk pangan.
antihipertensi, antikanker, diuretik, peluruh
Pada mulanya zat warna yang
batu ginjal, antikolesterol, antibakteri, dan
digunakanan adalah zat warna alami dari
sebagainya.Rosella mengandung protein,
tumbuhan dan hewan. Semakin
vitamin, mineral, dan komponen bioaktif
berkembangnya ilmu pengetahuan dan
seperti asam organik, phytosterol,
teknologi saat ini, penggunaan zatwarna
polyphenol, antosianin dan flavonoid serta
alami semakin berkurang dalam industri
vitamin C yang kadarnya enam kali lipat
pangan yang digantikan lebih banyak oleh
lebih banyak daripada sebuah jeruk.
zat warna sintetik. Hal ini disebabkan
Permen adalah makanan
bahan-bahan pewarna sintetis lebih murah
kegemaran terutama anak-anak karena
dan memberikan warna yang lebih stabil
mempunyai cita rasa yang disukai. Agar
dibandingkan pewarna alami. Penggunaan
semakin diminati oleh anak-anak, permen
pewarna sintetis untuk bahan pangan
mempunyai aneka bentuk dan rasa. Permen
sebenarnya bukanlah hal yang dilarang
atau kembang gula merupakan produk
menurut Hidayat dan Saati, (2006).
pangan yang banyak digemari. Menurut
Pewarna sintetis adalah pewarna yang
SII (Standar Industri Indonesia), kembang
biasadibuat oleh pabrik-pabrik yang bahan
gula adalah jenis makanan selingan
bakunya menggunakan bahan kimia.
berbentuk padat dari gula atau pemanis
Pewarna sintesis sering kali memberikan
lainnya atau campuran gula dengan
warna yang mencolok dan tidak merata
pemanis lain, dengan atau tanpa
pada bagian makanan tersebut dan
penambahan bahan makanan lain yang
memberikan rasa yang berbeda seperti rasa
lazim dan bahan makanan yang diijinkan.
agak sedikit pahit (Rizka, 2013).
Cotton candy/gulali/arum manisatau gula
Pada umumnya penjual gula kapas
kapas adalah makanan yang berbasis gula
menggunakan pewarna sintetis karena
yang sangat digemari anak-anak hingga
peawarna sintetis lebih praktis dan
orangtua.
mencolok warnanya, Padahal penjual gula

23
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015

kapas belum mengetahui batas pemakaian Bahan untuk pembuatan gula kapas
pewarna dan jenis peawarna yang yaitu gula pasir (sukrosa) merek gulaku,
digunakan. Menurut survei di lapangan, kelopak bunga rosella kering, air dan
mayoritas penjual gula kapas pewarna merah muda merek Rajawali.
menambahkan pewarna sintetis Bahan untuk analisa meliputi sampel gula
berdasarkan perkiraan, hal itu yang dapat kapas, aquades, pereaksi Luff Schoorl,
mempengaruhi rasa dan kualitas produk batu didih, H2SO4, kalium iodat 15%,
gula kapas. indikator amylum.Alat yang digunakan
Maka pada pembuatan gula kapas dalam penelitian ini terbagi menjadi dua
ini dilakukan penambahan bunga rosella. yaitu alat untuk membuat gula kapas dan
Selain sebagai memberikan rasa asam yang alat untuk analisa. Alat untuk membuat
khas, rosella juga dapat berfungsi sebagai permen gula kapas adalah mesin gula
pewarna alami dalam pembuatan gula kapas, panci, beker gelas, pipet ukur,
kapas. Rosella sebagai sumber pewarna kompor, timbangan analitik, plastik,
yang memiliki berbagai manfaat dapat penyaring, sendok,stik dan nampan. Alat
dijadikan pewarna alami maupun subtitusi untuk analisa meliputi penggaris, neraca
pewarna sintetis gula kapas, Namun belum analit, beaker gelas, pipet tetes, corong
ada penelitian yang memberikan informasi glass, kertas saring, labu ukur 100 ml,
tentang tingkat proporsi sari kelopak bunga pipet volumetri, Erlenmeyer, refluks, hot
rosella dan pewarna sintetis yang tepat plate, gelas ukur dan buret.
untuk pembuatan gula kapas. Dengan
Metode Penelitian
segala kandungan di dalam bunga rosella Percobaan disusun dalam
serta karakternya diharapkan mampu Rancangan Acak Kelompok (RAK) dan
menambah kualitas gula kapas. diulang 4 kali. Adapun perlakuan dalam
Penelitianini bertujuan ntuk penelitian ini adalah perbandingan
mengetahui pengaruh perbandingan pewarna sintetis dengan pewarna alami
pewarna sintetis dengan pewarna alami (dalam 400 ml air dan 1000 g gula) yang
terhadap kualitas dan karakteristik gula terdiri dari 7 macam yaitu:pewarna sintetis
kapas. 0 ml dengan pewarna alami0 g (P0), 12 ml
pewarna sintetis dengan 0 g pewarna
METODOLOGI PENELITIAN
alami(P1), 8 ml pewarna sintetis dengan 16
Tempat dan Waktu Penelitian g pewarna alami (P2), 8 ml pewarna
Penelitian dilaksanakan selama 3 sintetis dengan 32 g pewarna alami(P3), 4
bulan, yaitu bulan April sampai Juni 2014. ml pewarna sintetis dengan 16 g pewarna
Pembuatan sampel, uji fisik dan alami(P4), 4 ml pewarna sintetis dengan 24
organoleptik dilakukan di Laboratorium g pewarna alami (P5), 0 ml pewarna
Pengembangan Produk Fakultas Pertanian sintetis dengan 48 g pewarna alami (P6).
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Analisa Kimia dilakukan diLaboratorium Variabel Pengamatan
Balai Penelitian dan Konsultasi Industri Variabel yang diamati dalam
Surabaya – Jawa Timur. penelitian ini adalah:analisa sukrosa,
glujosa, dan fruktosa (Sudarmadji, 2007),
Bahan dan Alat analisa berat penyusutan, analisa
volume,analisa daya tahan (kondisi dalam

24
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015

plastik dan di luar plastik), dan analisa uji Penelitian ini terdiri dari dua tahap
organoleptik,yang meliputi: rasa, warna, pertama yaitu pembuatan pewarna rosella
aroma, dan tekstur. dan sintetis, tahap kedua yaitu pembuatan
gula kapas.
Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis Penelitian ini dimulai dengan
dengan menggunakan analisis uji F. persiapan bahan yang digunakan dalam
Apabila hasil analisis tersebut pembuatan gula kapas. Berbagai proporsi
menunjukkan perbedaan nyata maka dari rosella dilarutkan dengan air 400 ml,
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur pada perlakuan rosella direbus dengan air
(BNJ) pada taraf signifikan 5%. Sedangkan mendidih selama6 menit dengan suhu 100o
untuk uji organoleptik dianalisa dengan Cmendapatkan ekstrak dari rosella.
menggunakan uji Friedman. Penentuan Sedangakan pewarna sintetis dapat
langsung dicampurkan ke gula. Proses
perlakuan terbaik menggunakan metode
indeks efektivitas (De Garmo). pembuatan pewarna rosella dapat dilihat
pada diagam alir Gambar 1.
Pelaksanaan Penelitian
Air 400 ml

Penambahan Pewarn alami


Perebusan suhu 100o C
Rosella (16 gr, 32 gr, 16
6 menit
gr, 24 gr, 48 gr)

Ekstrak Rosella
Gambar 1. Diagram Alir Pembuatan Pewarna Alami

Setelah pewarna dilarutkan pada gula kembali kering maka ada bagian-
400 ml air maka kemudian proses berlanjut bagian gula yang menggumpal, gula
pada pencampuran pewarna dari berbagai tersebut akan kembali dihaluskan dengan
perlakuan dengan 1000 g gula pasir, pada sendok hingga memisah ke bentuk gula
proses inilarutan pewarna atau ekstrak semula.
rosella yang sudah di dinginkan di peras Proses terakhir adalah pengolahan
dengan saringan hingga ekstraknya keluar gula menjadi gula kapas, proses
dan sedikit mengaduk gula hingga setiap pengolahan dilakukan dengan mesin gula
bagian gula benar benar merata dengan kapas yang bertenaga penggerak dinamo
larutan pewarna dan ekstrak rosella. 220 V kecepatan 3400 putaran permenit
Proses berlajut setelah (The Free Library, 2013), pada proses ini
mencampurkan larutan pewarna dan gula akan dipanaskan dengan suhu 160°C
ekstrak rosella maka tahap berikutnya sehingga gula akan meleleh dan keluar
adalah mengeringkan gula dari kadar air sebagai benang-benang halus pada mesin
pewarna da ekstrak rosella dengan gula kapas. Diagram alir proses pembuatan
menggunakan sinar matahari selama ±8 gula kapas dapat dilihat pada Gambar 2.
jam hingga benar benar kering, setelah

25
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015

Pewarna Sintetis Gula 1000 g Ekstrak Rosella


(12ml, 8ml, 8ml,
4ml,4ml)
Penjemuran Sinar Matahari
8 jam

Pembuatan gula
kapas (Mesin Gula
Kapas, 1 Menit, Suhu
160oC

Uji organoleptik: Warna,


Aroma, Rasa, Tekstur
Uji fisik: Berat penyusutan,
volume, ketahanan luar dan
dalam plastik Gula Kapas
Analisa kimia: kadar sukrosa,
glukosa dan fruktosa

Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Gula Kapas


HASIL DAN PEMBAHASAN pewarna sintetis dengan pewarna alami
berpengaruh sangat nyata terhadap kadar
Sifat Kimia dan Fisik Gula Kapas
tersebut.Rearata kadar sukrosa, glukosa,
Kadar sukrosa,glukosa dan fruktosa
Berdasarkan analisis dan fruktosa tiap perlakuan tertera pada
Tabel 1.
ragamterhadap variabel kadar sukrosa,
glukosa dan fruktosa bahwa perbandingan
Tabel 1. Rerata Kadar Sukrosa, Glukosa dan Fruktosa Gula Kapas
TerhadapPerbandingan Pewarna Sintetis dengan Pewarna Alami.
Perlakuan Kadar Sukrosa % Kadar Glukosa % Kadar Fruktosa %
P0 82,30g 7,38a 7,41a
P1 78,76f 10,49b 10,55b
P2 71,04e 18,09c 17,93c
P3 68,80d 20,11d 19,55d
P4 67,32c 21,71e 21,40e
P5 65,15b 22,32e 22,26e
P6 40,00a 28,73f 28,34f
BNJ 5% 0,75 0,77 1,63
Keterangan: Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang
berbedamenunjukkan perbedaan yang nyata (α = 0,05).
Analisa ketiga sifat kimia diatas 5%menunjukkan bahwa P0 yang
saling berhubungan. Hasil uji merupakan perlakuan kontrol memiliki
perbandingan berganda BNJ kadar sukrosa tertinggi sebesar 82,30%,

26
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015

dan kadar glukosa sebesaar 7,38% dan sintetis ditambah dengan pewarna alami
fruktosa sebesar 7,41%terendah dari semua rosella yang mengandung sifat asam yang
perlakuan lainnya. dapat menghidrolisis sukrosa.
Pada perlakuan P1 ditambahkan Pada perlakuanP6 menunjukkan
pewarna sintetis, sehingga kadar hasil yang berbanding terbalik dengan
sukrosanya menjadi 78,76%, glukosa perlakuan P0, P6 memiliki kadar sukrosa
10,49% dan fruktosa 10,55% apabila terendah 40%,kadar glukosa dan fruktosa
dibandingkan dengan perlakuan P0 maka tertinggi 28,73% dan 28,34%. Semakin
kadar sukrosa menurun dan di ikuti dengan berkurangnya kombinasipewarna sintetis
bertambahnya kadar glukosa dan fruktosa, terhadap pewarna alami (rosella) maka
hal ini disebabkan oleh pewarna yang semakin besar hidrolisis sukrosa manjadi
digunakan mengandung senyawa organik glukosa dan fruktosa, karena perbedaan
yang mengandung gugusan asam COOH, derajat keasaman antara pewarna sintetis
derajat keasaman dari zat warna ini lebih dengan pewarna alami (rosella). Rosella
kecil daripada derajat keasaman pewarna memiliki berbagai komposisi asam
alami (Rosella) sehingga hasil hidrolisis sehingga derajat keasamannya lebih tinggi
sukrosa akan lebih kecil dibanding dengan dari pada pewarna sintetis yang hanya
ditambahkan zat warna alami (Rosella) hal memiliki gugusan karboksil (CH3-COOH)
ini sesuai dengan pernyataan Ratna (2010) asam asetat (Ratna, 2010).Di lain pihak
Asam organik yang paling penting adalah tampak bahwa semakin besar kadar
asam-asam karboksilat, contoh lain asam sukrosa maka semakin kecil kadar glukosa
asetat digunakan untukzat warna, bahan dan fruktosa begitu juga sebaliknya apabila
farmasi, dan sebagai penambah makanan. semakin kecil kadar sukrosa maka
Pada perlakuan P2 sampai P6 hidrolisis sukrosa semakin besar sehingga
merupakan kombinasi antara pewarna meningkatkan kadar glukosa dan fruktosa,
sintetis dengan pewarna alami, dimana hal ini karena sukrosa terdiri dari molekul
keseluruhan kadar sukrosa menurun yang glukosa dan fruktosa, dan apabila sukrosa
menunjukkan hidrolisis glukosa dan terhidrolisis maka akan memecah menjadi
fruktosa meningkat. Hal ini selain karena glukosa dan fruktosa (Hardjasasmita,
adanya gugusan karboksil dalam pewarna 2000).

100
80
60 Sukrosa
40 Glukosa
20
0 Fruktosa
P0 P1 P2 P3 P4 P5 P6

Gambar 3. Diagram Rerata Kadar Sukrosa, Glukosa dan Fruktosa Gula Kapas
Terhadap Perbandingan Pewarna Sintetis dengan Pewarna Alami.

Analisa Berat Penyusutan Berat penyusutan merupakan


hilangnya massa benda dari berat semula,

27
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015

pada produk gula kapas berat penyusutan variable analisa berat penyusutan gula
dihitung dari berat awal gula sebelum kapas bahwa perbandingan pewarna
menjadi gula kapas dan berat akhir gula sintetis dengan pewarna alami berpengaruh
setelah diolah menjadi gula kapas, tidak nyata.
Berdasarkan analisis ragamterhadap
Tabel2. Rerata Analisa Berat Penyusutan Gula Kapas Terhadap
Perbandingan Pewarna Sintetis dengan Pewarna Alami.
Rerata Penyusutan
Perlakuan Prsentase (%)
(gr)
P0 3,19 10,63
P1 3,18 10,61
P2 3,12 10,40
P3 3,56 11,87
P4 3,22 10,76
P5 3,50 11,68
P6 3,87 12,90

Perlakuan P1 sampai P6 memiliki Volume dan Ketahanan Gula Kapas


penyusutan yang lebih tinggi dibandingkan Pada produk gula kapas
dengan P0 yang mempunyai nilai pengembangan volume merupakan
penyusutan sebesar 3,19 gr atau 10,63% besarnya tingkat pengembangan gula kapas
dari 30 gr berat awal. Sedangkan pada sedangkan ketahanan gula kapas
perlakuan lainnya adanya peningkatan merupakan tingkat daya simpan gula kapas
penyusutan dan penyusutan tertinggi sebelum dikonsumsi. Berdasarkan analisis
12,90% pada perlakuan (P6) dari berat ragamterhadap variable pengembangan
awal gula 30 gr. Perlakuan kombinasi volume dan ketahanan gula kapas (diluar
antara pewarna sintetis dengan pewarna dan di dalam plastik) bahwa perbandingan
alami yang memiliki penyusutan terbaik pewarna sintetis dengan pewarna alami
adalah perlakuan P2 dengan penyusutan berpengaruh sangat.
3,12 gr atau 10,40% dari berat awal 30 gr.
Tabel 3. Rerata Pengembangan Volume dan Ketahanan Gula Kapas Terhadap
Perbandingan Pewarna Sintetis dengan Pewarna Alami.
Ket dalam dalam
Perlakuan Volume (cm3) Ket Luar plastik
plastic
P0 7475,53b 872,00e 621,00b
P1 6789,99ab 857,33e 641,33b
P2 6917,62ab 729,67d 560,67b
P3 6529,13a 670,00c 504,00ab
P4 6948,25ab 534,00bc 497,67ab
P5 6521,29a 517,33a 516,00b
P6 6459,97a 409,00b 352,67a
BNJ 5% 713,35 41,92 160,50
Keterangan: Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang berbeda
menunjukkan perbedaan yang nyata (α = 0,05)

28
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015

Dari uji perbandingan berganda kondisi terbuka yaitu suhu kamar dan
pada tabel 10 dapat dilihat bahwa kondisi tertutup (dalam plastik). Dari tabel
pengembangan volume dan ketahanan gula 10 dapat dilihat bahwa uji ketahanan gula
kapas menunjukkan pengaruh beda sangat kapas dilakukan di dalam plastik dan diluar
nyata. P0 sebagai kontrol meiliki nilai plastik menunjukkan hasil yang berbeda
tertinggi 7475,53 cm3 (volume), 872 menit nyata, dengan nilai tertbaik tetap oleh
(ketahanan dalam plastik) dan 621 detik perlakuan kontrol dan nilai terjelek pada
(ketahanan diluar plastik) perlakuan perlakuan P6 dimana volume gula kapas
kontrol merupakan nilai volume dan daya 6459,97 cm3, ketahanan di dalam plastik
ketahanan terbaik diantara perlakuan 409 menit, ketahahan diluar plastik 362,57
lainnya (P1 sampai P6). Hal ini disebabkan detik. Nilai perlakuan P6 merupakan nilai
dalam pembuatan gula kapas dengan cara perlakuan terendah dari ke tujuh perlakuan.
memutar sehingga menimbulkan rongga- Gula kapas merupakan jenis soft candy
rongga antar partikel besar gula, sehingga yang tidak akan bertahan lama jika terkena
volume gula kapas dapat mengembang. udara secara langsung, penyusutan secara
Penambahan pewarna sintetis dan alami signifikan akan terjadi bila gula kapas
juga mempengaruhi volume kapas, dengan dibiarkan pada kondisi terbuka. Untuk itu
adanya penambahan pewarna tersebut penyimpanan di dalam plastik dilakukan
(sintetis dan alami) maka volume gula meskipun ketahanan terbaik hanya dalam
kapas akan menurun dikarenakan kadar 872 menit (P0). Hal ini dikarenakan sifat
glukosa dan fruktosa yang meningkat kohesi pada pembahasan diatas dan juga
apabila adanya penambahan pewarna sifat Higroskopis dimana kemampuan
tersebut, glukosa dan fruktosa memiliki suatu zat untuk menyerap molekul air dari
sifat kohesi dan adhesi yaitu gaya tarik udara, gula kapas yang dibiarkan dalam
menarik antara partikel partikel. Kohesi udara terbuka akan menyerap air yang
dipengaruhi oleh kerapatan dan jarak lebih banyak daripada gula kapas yang di
antarpartikel dalam zat (Lestari, 2010). bungkus plastic tertutup, sehingga daya
Selain itu semakin tingginya kadar penyusutan atau ketahanan diluar
monosakarida (glukosa dan fruktosa) dapat plastiklebih cepat terjadi. Sesuai dengan
meningkatkan viskositas sirup gula pendapat Amalia (2011) gula kapas akan
sehingga pada proses pembuatan gula segera mencair di mulut, dan menyusut
kapas kurang maksimal. apabila dibiarkan dalam udara terbuka
Notasi dari volume gula kapas karena gulanya yang bersifat Higroskopis.
menunjukka perbedaan sangat nyata antara
Uji Organoleptik
perlakuan P0 dengan P6, P5 dan P3 Data hasil perhitungan nilai rata-
sedangkan pada ketahanan dalam plastik rata warna, aroma, rasa, dan teksturgula
P0 dan P1 memiliki daya ketahanan yang kapas terhadap perbandingan pewarna
sama, dan ketahanan diluar plastik sintetis dengan pewarna alami dapat dilihat
menunjukkan perbedaan sangat nyata pada pada Tabel4.
P0 dan P6. Perbandingan pewarna sintetis
Gula kapas merupakan jenis dengan pewarna alami memberikan
permen yang tidak tahan lama dalam pengaruh yang berbeda nyata (α = 0,05)
kondisi terbuka maupun tertutup, uji terhadap kualitas gula kapas. Panelis lebih
ketahanan gula kapas dilakukan pada

28
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015

suka gula kapas pada perlakuan P1 dimana sehingga kelopak bunga rosella
pada perlakuan tersebut jumlah rerata 6,45 mempunyai potensi untuk dimanfaatkan
(suka) dan nilai terendah 4,03 (P6) tanpa sebagai sumber zat warna alami untuk
pewarna sintetis, hal ini dikarenakan warna bahan pangan. Kelopak bunga rosella
pada perlakuan tersebut sangat mencolok mengandung antosianin yang merupakan
dan menarik dengan penggunaan pewarna golongan flavononoid dan pigmen
sintetis yang maksimal sehingga penelis warnanya kemerahan yang bisa digunakan
lebih menyukai perlakuan P1. Sesuai sebagai pewarna alami bahan pangan
dengan pernyataan Winarno (1995) zat (Isabella, 2010).Akan tetapi kelopak bunga
warna makanan adalah zat yang sering rosella yang digunakan sebelumnya
digunakan untuk memberikan efek warna melalui pengeringan, perebusan dan proses
sehingga lebih menarik dan orang akan pembuatan gula kapas juga mengalami
mencicipinya. Nilai tertinggi kombinasi pemanasan, menurut Linda (2011)
antara pewarna alami dan sintetis terdapap antosianin akan mengalami perubahan
pada perlakuan P5 dengan nilai rerata 4,25 warna apabila mengalami pemanasan,
(biasa). Hal ini karenakombinasi pewarna apabila bunga rosella dijemur langsung
sintetis dan zat warna dari rosella. Sesuai pada sinar matahari langsung maka akan
dengan pernyataan Retno (2008) kelopak menimbulkan warna hitam pada kulit
bunga rosella mengandung zat warna luarnya sehingga warna yang dihasilkan
antosianin dengan kadar yang relatif tinggi, akan kurang menarik.

Tabel 4. Rerata dan Jumla Rangking Nilai Rasa, Aroma, Warna, dan KekentalanJelly
drink rosella PadaPerbandingan Pewarna Sintetis dengan Pewarna Alami.
Warna Aroma Rasa Tekstur
Per- Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
lakuan Rerata Rangking Rerata
Rangking Rerata Rangking Rerata Rangking
P0 4,80b 43,00 5,42555 5,4 50 5,48d 52,5
P1 5,70c 64,50 5,35 46,5 5,3 46 5,30cd 47,5
P2 4,75b 37,50 5,15 38 5,22 43,5 5,08ab 31
P3 4,78b 40,00 4,92533,5 5,1 36,5 5,25 bcd 43
P4 4,60b 34,50 5,02544 4,92 30,5 5,10 abc 33,5
P5 4,83 b 42,50 5,05 38 5,07 38,5 5,30cd 48,5
P6 4,03a 18,00 4,85 25 4,9 35 4,85a 24
Nilai kritis15,89
Keterangan: Angka-angka yang didampingi oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (α = 0,05).

Dari hasil uji organoleptik kontrol memiliki nila rerata 5,42 (agak
diketahui bahwa perbandingan pewarna suka), P1 5,35 (agak suka). Perlakuan
sintetis dengan pewarna alami memberikan terbaik kombinasi pewarna sintetis dan
pengaruh yangtidak nyata terhadap aroma pewarna alami adalah 5,15 (agak suka).
dan rasa gula kapas.Nilai rerata aroma uji Sedangkan nilai rerata aroma pada
perbandingan pewarna sintetis dengan terendah adalah perlakuan P6 dengan
pewarna alami terhadap kualitas gula proporsi pewarna alami 48 gr tanpa
kapas menunjukkan bahwa P0 sebagai penambahan pewarna sintetis (biasa).

29
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015

Terkait penilaian panelis terhadap dan fruktosa (C6H12O6) ketiganya memiliki


rasa, perlakuan P0 dengan rerata 5,40 unsur hidrogen yang menyebabkan adanya
(agak suka) merupakan penilaian terbaik, ikatan hidrogen yang terjadi akibat adanya
sedangkan P6 dengan skala penilaian biasa gaya tarik antar molekul (Zulfikar, 2010).
(4,90). Sedangkan perlakuan terbaik dari
Parameter Perlakuan Terbaik
kombinasi antara pewarna sintetis dengan Perlakuan terbaik produk gula
pewarna alami adalah P2 dengan skala kapas terhadap perbandingan pewarna
kesukaan panelis (agak suka) nilai rerata sintetis dengan pewarna alami ditentukan
5,22.Cita rasa suatu bahan juga dapat berdasarkan perhitungan nilai efektif
diniliai dari segi tekstur. Karena tekstur melalui prosedur pembobotan. Hasil
mendukung cita rasa yang ditimbulkan diperoleh dengan mengalikannya dengan
oleh bahan pangan tersebut. Menurut data rerata hasil analisa kadar sukrosa,
Winarno (1997). Dengan dengan
kadar glukosa, kadar fruktosa, analisa berat
perbandingan pewarna alami dengan penyusutan, volume pengembangan,
pewarna sintetis maka katahanan gula kapas dalam plastik,
Pada variabel teksturtampak bahwa ketahanan gula kapas diluar plastik, uji
notasi perbedaan yang signifkan terdapat organoleptik terhadap warna, aroma, rasa
pada perlakuan P0 dan P6.Nilai kesukaan
dan tekstur pada setiap perlakuan.
tertinggi pada perlakuan P1 (5,48) dengan Pembobotan kadar sukrosa (0,9),
skala agak suka, sedangkan nilai perlakuan kadar glukosa (0,8), kadar fruktosa(0,8),
kombinasi antara peawarna sintetis dan analisa berat penyusutan(0,8), volume
alami pada perlakuan P5 (5,30) dengan
pengembangan(0,9), katahanan gula kapas
skala agak suka. Kepadatan tekstur gula dalam plastik(0,8), ketahanan gula kapas
kapas merupakan pengaruh kecepatan gula diluar plastik(0,8), uji organoleptik
kapas menyusut, atau sifat higroskopis
terhadap warna(1,0), aroma (0,8), rasa
gula kapas. Sehingga semakin cepat daya (1,0) dan tekstur (0,8). Nilai masing-
susut gula kapas (Tabel2),maka tekstur masing perlakuan berdasarkan hasil
gula kapas semakin padat. Hal tersebut perhitungan mencari perlakuan terbaik
karena gula yang mencair bersifat lengket.
dapat dilihat pada Tabel 5.
Sukrosa (C12H22O11) glukosa (C6H12O6)
Tabel 5. Hasil Perhitungan Mencari Perlakuan Terbaik
Ket Ket
Per- Glu-
Sukro- Fruk- Penyu- Volume dalam luar War Aro- Teks
lakua kosa Rasa Nilai
sa % tosa % sutan cm3 dalam plastik -na ma -tur
n %
plastic
P0 82,30 7,38 7,41 3,19 7475,53 3489 2494 4,80 5,42 5,40 5,48 13579,91 *
P1 78,76 10,49 10,55 3,18 6889,99 3412 2564 5,70 5,35 5,30 5,30 12990,62
P2 71,04 18,09 17,93 3,12 6850,95 2946 2222 4,75 5,15 5,22 5,08 12149,33
P3 68,80 20,11 19,55 3,56 6762,46 2687 2392 4,78 4,92 5,10 5,25 11973,53
P4 67,32 21,71 21,40 3,22 6648,25 2132 2008 4,60 5,02 4,92 5,10 10921,54
P5 65,15 22,32 22,26 3,50 6521,29 2044 2083 4,83 5,03 5,07 5,30 10781,75
P6 40,00 28,73 28,34 3,87 6459,97 1647 1418 4,03 4,85 4,90 4,85 9604,54
Keterangan: * = perlakuan terbaik

Hasil perlakuan terbaik adalah gula Hasil kombinasi pewarna sintetis dengan
kapas tanpa penambahan pewarna P0. alami terbaik adalah P2 dengan

31
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015

perbandingan 8 ml pewarna sintetis: 16 gr try.com/hidrolisa/karbohidrat.html.


pewarna alami rosella. Sedangkan nilai tanggal akses 13 mei 2014.
perlakuan terjelek adalah P6 dengan Hidayat dan EA Saati. 2006. Membuat
penambahan pewarna sintetis 48 g/1000 gr Pewarna Alami: Cara Sehat dan
gula. Aman. Penerbit Trubus Agrisarana.
KESIMPULAN Surabaya
Isabella. 2010. Zat aditif pada makanan.
Perbandingan pewarna sintetis
http://isabellasupardi,com/. Tanggal
dengan pewarna alami berpengaruh akses 16 mei 2013.
sangatnyata terhadap kadar sukrosa,
Lestari. 2010. Kohesi dan Adhesi. Chem-
glukosa, fruktosa, analisa volume,
Is-ry.org/kohesi/dan/adhesi. diakses
ketahanan dalam plastik dan ketahanan tanggal 13 mei2014.
luar plastic serta berpengaruh nyata
Ratna, Yuilia 2010. Asam karboksilat.
terhadap warna dan aroma, akan tetapi
Shercemistry.wordpress.com
tidak berpengaruh nyata terhadap rasa dan kimia2/asamkarboksilat.hml. tanggal
tekstur. akses 13 mei 2014.
Secara keseluruhan dari total
Retno, W. 2008. Ekstraksi Zat Warna
vaeiabel yang diamati, perlakuan terbaik Kelopak Bunga Rosella sebagai
adalah tanpa pengawet alami dan buatan; alternatif bahan alami pangan.
namun dari seluruh perlakuan dengan http://seminartp.wordpress.com/2008
pengawet, perlakuan 8 ml pewarna sintetis /09/26-Ekstraks-iZat-WarnaKelopak-
dengan 16 g pewarna alami merupakan Bunga-Rosella-ebagai–alternatif-
perlakuan terbaik dengan nilai kadar bahan-alami–pangan. Ekstraksi Zat
Warna Kelopak Bunga Rosella
sukrosa 71,04%, glukosa 18,09%, fruktosa
sebagai alternative bahan alami
17,93%, penyusutan 3,12 gr (10,40%), pangan.
volume 6850,95 cm3, ketahanan dalam
Rizka, Rulli. 2013.Pengaruh penggunaan
plastik2946 menit, ketahanan diluar plastik pewarna sintetis pada jajanan anak-
2222 detik, warna 4,75 (biasa), aroma 5,15 anak. Makalah ilmiah.
(suka), rasa 5,22 (suka), dan tekstur 5,08 www.rulli/rizka_blogspot.com/makal
(suka). ah/.html. tanggal akses 13 mei 2014.
Sudarmaji, Dkk. 2007. Prosedur Analisa
DAFTAR PUSTAKA UntukBahan Makanan dan Pertanian.
Amalina, 2011. Cara- cara untuk membuat Liberty Yogyakarta. Yogyakarta.
gula kapas. The Free Library, 2013, Sugar load:
http://nuramalinasafawati. unwrap the secrets behind some of
blogspot.com/2011/05/cara-cara- the
untuk-membuat-gula-kapas .html. world'swackiestcandies.http://www.t
tanggal akses 10 maret 2014 hefreelibrary.com/Sugar+load%3A+
Anonim, 2010. Food Science: cotton unwrap+the+secrets+behind+some+o
candy. http://www.portageinc.com f+the+world's+wackiest...-
/community/pp/cottoncandy.aspx. a0127714004, Web page visited June
Tanggal akses 10 maret 2014. 26, 2013.Tanggal akses 10 maret
2014.
Hardjasasmitha. 2000. Hidrolisa sukrosa.
www.che-mis- Winarno. 1995. Kimia pangan dan gizi.
PT. gramedia Pustaka Utama.Jakarta.

32
Vol. 12, No. 1, Oktober 2015

Winarno. 1997. Pangan, Gizi, Teknologi


dan Konsumen. PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Zulfikar. 2010. Hidrolisa Gula Invert.
Chem-Is-ry.org/hidrolisa/gula/invert.
diakses tanggal 13 mei 2014.

33

You might also like