You are on page 1of 9

Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 3 Nomor 2, Februari 2017 | 117

FORMULASI HARD CANDY MENGGUNAKAN PEWARNA ALAMI


FIKOSIANIN Spirulina platensis
Hard Candy Formulation using Phycocyanin of Spirulina platensis
as Natural Colorant
DF Andini1a, Mardiah1, M Kawaroe2
1Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas Ilmu Pangan Halal, Universitas Djuanda Bogor, Jl. Tol
Ciawi No.1, Kotak Pos 35 Ciawi, Bogor 16720
2Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
aKorespondensi: Devita Febry Andini, E-mail: dfebry01@gmail.com

(Diterima oleh Dewan Redaksi: 01-09-2017)


(Dipublikasikan oleh Dewan Redaksi: 25-10-2017)

ABSTRACT
This research conducted formulations of Hard Candy with the addition of blue
biopigment phycocyanin Spirulina platensis extract as a natural colorant and studied the
stability of phycocyanin color after applied to food product. The first phase of the study was
phycocyanin extraction used freezing method and encapsulation of phycocyanin used
maltodextrin with the ratio 1:1. The second phase was Hard Candy processing with two
experimental factors in the form of sucrose formula variation (80g and 100g) and
phycocyanin concentration variation (1g, 2g, and 3g). The third phase was conducted
product analysis. The experimental design that was used is Completely Random Design
(CRD) Two Factors. Hard Candy products were tested by hedonic (preference) against the
parameters of color, taste, and texture (used 25 semi-trained panelists). The selected
formula according to panelists was 80 g of sucrose and 3 g of phycocyanin Hard Candy with
the hedonic test results i.e. color was prefered, taste and texture were rather preferred. The
chemical analysis showed that the antioxidant activity (IC50) value, reducing sugar,
saccharose, water, ash and protein content are 319,06 ppm, 16,92%, 44,33%, 0,92%, 0,02%,
and 72,33 ppm respectively. The blue color on Hard Candy remained stable for 28 days of
observation.
Keywords: blue biopigment, phycocyanin, Spirulina platensis, hard candy
ABSTRAK
Penelitian ini mencari formulasi Hard Candy dengan penambahan ekstrak biopigmen
biru fikosianin Spirulina platensis sebagai pewarna alami dan mempelajari kestabilan warna
fikosianin setelah diaplikasikan ke dalam produk pangan. Penelitian tahap satu yaitu
ekstraksi fikosianin menggunakan metode pembekuan dan enkapsulasi fikosianin
menggunakan maltodekstrin dengan perbandingan 1:1. Penelitian tahap dua yaitu
pengolahan Hard Candy dengan dua faktor percobaan berupa variasi formula sukrosa 80 g
dan 100 g dan variasi konsentrasi fikosianin 1 g, 2g, dan 3 g. Pada penelitian tahap tiga
dilakukan analisis produk. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancang Acak
Lengkap (RAL) Dua Faktor. Produk Hard Candy diuji hedonik dengan parameter mutu yaitu
warna, rasa, dan tekstur (menggunakan 25 panelis semi terlatih). Formula Hard Candy
terpilih menurut panelis yaitu Hard Candy dengan kandungan sukrosa 80 g dan fikosianin 3
g dengan hasil uji hedonik yaitu warna disukai, rasa dan tekstur agak disukai. Hasil analisis
kimia menunjukkan nilai aktivitas antioksidan (IC50) pada produk Hard Candy sebesar
319,05 ppm, kadar gula reduksi 16,92%, kadar sakarosa 44,33%, kadar air 0,92%, kadar abu
0,02%, dan kadar protein 72,33 ppm. Warna biru Hard Candy tetap stabil selama 28 hari
pengamatan.
Kata Kunci: biopigmen biru, fikosianin, Spirulina platensis, permen keras
Andini DF, Mardiah, M Kawaroe. 2017. Formulasi Hard Candy menggunakan Pewarna Alami
Fikosianin Spirulina platensis. Jurnal Agroindustri Halal 3(2): 117-125
118 | Andini DF et al. Formulasi Hard Candy menggunakan Pewarna

PENDAHULUAN dengan perwarna sintetik. Keterbatasan


pewarna alami adalah seringkali
Warna adalah sebuah estetika yang memberikan rasa dan flavor khas yang
penting dalam membentuk sebuah tidak diinginkan, konsentrasi pigmen
penampilan produk pangan. Zat pewarna rendah, stabilitas pigmen rendah,
merupakan bahan tambahan pangan yang keseragaman warna kurang baik dan
dapat memperbaiki penampilan makanan. spektrum warna tidak seluas pewarna
Penambahan bahan pewarna makanan sintetik.
mempunyai beberapa tujuan, di antaranya
Ekstrak biopigmen biru fikosianin
adalah memberi kesan menarik bagi
dari Spirulina platensis pada penelitian ini
konsumen, menyeragamkan dan
akan diaplikasikan sebagai pewarna alami
menstabilkan warna, serta menutupi
Hard Candy yang dapat diterima secara
perubahan warna akibat proses
sensori dengan pengembangan sendiri
pengolahan dan penyimpanan. Zat
dari bahan baku, formula atau racikan
pewarna makanan terbagi menjadi tiga
yang relatif sehat dan aman untuk
bagian yaitu pewarna alami, pewarna
dikonsumsi. Hard candy berwarna biru
identik alami, dan pewarna sintetis
sudah cukup banyak ditemukan di
(Mudjajanto, 2006).
pasaran, pewarna yang digunakan
Penggunaan bahan pewarna kimia umumnya yaitu pewarna sintetik Brilliant
sintetis merupakan bahan pewarna yang blue. Penggunaan pewarna sintetik
biasa digunakan hampir di setiap produk tersebut dalam jangka panjang
pangan baik makanan atau minuman. Pada dikhawatirkan dapat berdampak buruk
umumnya pewarna sintetis lebih sering bagi kesehatan manusia.
digunakan dalam industri pangan karena US-FDA memberikan pernyataan
lebih murah, ketersediaan banyak, lebih bahwa terdapat beberapa efek samping
stabil, dan tahan lebih lama walaupun bagi kesehatan dari pewarna kimia sintetis
memiliki tingkat keamanan pangan yang biru Brilliant blue yaitu dapat
lebih rendah. Di Indonesia, peraturan menyebabkan penyakit kulit kebiru-
mengenai penggunaan zat pewarna yang biruan, penyakit urine dan fases, serta
diizinkan dan dilarang untuk pangan hipotensi dan kematian (Liputan6, 2013).
diatur melalui SK Menteri Kesehatan RI Oleh karena itu, dengan menggunakan
Nomor 722/Menkes/Per/IX/88 tentang fikosianin sebagai pewarna alami Hard
bahan tambahan pangan. Candy, diharapkan dapat menggantikan
Pemberitaan mengenai bahaya atau peran Briliant blue yang sudah dinilai
efek negatif pewarna sintetis tidak aman untuk kesehatan jangka
meningkatkan kesadaran masyarakat panjang. Selain itu fikosianin juga
untuk kembali menggunakan produk mempunyai efek fungsional terhadap
pewarna alami. Saat ini pewarna alami kesehatan tubuh.
pada umumnya berbahan dasar tumbuhan Mikroalga merupakan sumber yang
tingkat tinggi seperti daun pandan, daun potensial dijadikan pewarna alami.
suji, kunyit dan hanya dimanfaatkan Chlorella dan Spirulina merupakan salah
secara tradisional. Secara komersial, satu jenis mikroalga yang dimanfaatkan
keberadaan pewarna alami kalah bersaing sebagai suplemen makanan serta
dengan pewarna sintetis yang banyak diketahui memiliki kandungan bahan yang
dijual di pasaran (Sedjati et al. 2012). bermanfaat untuk kesehatan (Kawaroe,
Meskipun penggunaan pewarna alami 2015). Spirulina platensis menghasilkan
relatif aman dikonsumsi dalam jangka pigmen bewarna hijau kebiru-biruan. Jenis
panjang, pewarna alami memiliki pigmen yang terkandung dalam mikroalga
beberapa keterbatasan dibandingkan tersebut yaitu fikosianin, klorofil-a, dan
Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 3 Nomor 2, Februari 2017 | 119

karotenoid yang dipercaya sebagai plate, tanur, pipet serologi 5 mL,


antioksidan tinggi dan agen anti-kanker erlenmeyer 500 mL, pendingin tegak, stop
(Pirenantyo et al. 2008). watch, pipet volumetrik 50 mL, gelas ukur
50 mL, termometer, batu didih, dan vortex.
MATERI DAN METODE
Prosedur
Bahan dan Alat Penelitian dibagi menjadi tiga tahap
Bahan-bahan yang digunakan dalam yaitu:
penelitian adalah biomassa kering 1. Tahap preparasi meliputi tahap
Spirulina platensis, air suling, kertas saring pengadaan sampel biomassa kering
berabu, sukrosa, sirup glukosa, perasa Spirulina platensis, proses ekstraksi
mint, DPPH (1,1-diphenyl-2-picryl fikosianin, dan proses enkapsulasi
hydrazyl), metanol p.a., pereaksi Comassie fikosianin. Metode ekstraksi fikosianin
Brilliant Blue (CBB), pereaksi Bovine dari Spirulina platensis dalam penelitian
Serum Albumin (BSA), Pb-asetat ½ basa, ini merupakan metode freezing dari
(NH4)2HPO4 10%, luff schoorl, KI 20%,

Gambar 1. (A) Diagram Alir Proses Ekstraksi Fikosianin (Hidayatulloh, 2016);


(B) Diagram Alir Proses Enkapsulasi FIkosianin (Modifikasi dari Lazuardi, 2014)

H2SO4 25%, Na2S2O3 0,1 N, indikator kanji Hidayatulloh (2016). Ekstrak fikosianin
0,5%, HCl 25%, dan indikator PP. Alat yang diperoleh kemudian dienkapsulasi
yang digunakan adalah neraca analitik, dengan menggunakan modifikasi
neraca kasar, spatula/sudip, corong, metode dari Lazuardi (2014). Metode
freezer, sentrifuse, piala gelas 100 mL dan enkapsulasi yang digunakan yaitu
500 mL, labu semprot, pipet tetes, dengan mencampurkan antara ekstrak
spektrofotometer UV Merk Hitachi U-2900, fikosianin dengan maltodekstrin (1:1).
kuvet, labu ukur 100 ml dan 250 ml, 2. Tahap pengolahan permen keras
tabung reaksi, rak tabung reaksi, cawan, dengan dua faktor percobaan berupa
desikator, oven, bunsen, penangas air, hot variasi formula sukrosa (F) yaitu 80 g
120 | Andini DF et al. Formulasi Hard Candy menggunakan Pewarna

(F1) dan 100 g (F2) dan variasi hedonik kemudian dianalisis kimia
konsentrasi ekstrak fikosianin (B) yaitu yaitu aktivitas antioksidan, kadar gula
1 g (B1), 2 g (B2), dan 3 g (B3). Berikut reduksi, kadar sakarosa, kadar air,
tabel formulasi permen keras: kadar abu, dan kadar protein, dan
stabilitas warna (28 hari).
Tabel 1. Formulasi Permen Keras
Formulasi Permen Keras HASIL DAN PEMBAHASAN
(gram)
Bahan Penelitian Tahap Preparasi
F1 F2
Pada tahap ini dilakukan preparasi
B1 B2 B3 B1 B2 B3
Sukrosa 80 80 80 100 100 100
biopigmen biru fikosianin Spirulina
Sirup 45 45 45 50 50 50
platensis yang akan digunakan dalam
glukosa pengolahan Hard Candy. Tahap preparasi
Air 100 100 100 100 100 100 meliputi tahap pengadaan sampel
Perisa 2,25 2,25 2,25 2,5 2,5 2,5 biomassa kering Spirulina platensis, proses
mint ekstraksi fikosianin, dan proses
(1%) enkapsulasi fikosianin. Metode dalam
Ekstrak 1 2 3 1 2 3 mendapatkan ekstrak fikosianin dari
fikosia- Spirulina platensis dalam penelitian ini
nin merupakan metode dari Hidayatulloh

Gambar 2. Diagram Alir Proses Pengolahan Hard Candy (Modifikasi dari Kurnia, 2009)

3. Uji hedonik formulasi permen dengan (2016) dan metode enkapsulasi fikosianin
parameter mutu yaitu warna, rasa, dan merupakan modifikasi metode dari
tekstur. Formula terpilih hasil uji Lazuardi (2014).
Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 3 Nomor 2, Februari 2017 | 121

Metode ekstraksi fikosianin yang variasi konsentrasi ekstrak fikosianin


digunakan berdasarkan penelitian terhadap parameter mutu pengujian yaitu
Hidayatulloh (2016) yaitu metode warna, rasa, dan tekstur. Skala penilaian
pembekuan atau freezing. Metode hedonik yang digunakan yaitu 1-7 (1 =
ekstraksi dengan pembekuan dipilih sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak
dikarenakan menghasilkan rata-rata yield tidak suka, 4 = biasa, 5 = agak suka, 6 =
fikosianin paling tinggi dibandingkan suka, 7 = sangat suka). Pengujian hedonik
dengan metode maserasi dan Ultrasound dilakukan oleh 25 orang panelis semi
Assisted Extraction (UAE) yaitu sebesar terlatih sebanyak dua kali ulangan. Nilai
26,53%. Ekstrak fikosianin yang diperoleh rata-rata kesukaan panelis terhadap
kemudian dienkapsulasi dengan warna, rasa, dan tekstur Hard Candy dapat
modifikasi metode dari Lazuardi (2014) dilihat pada Tabel 2.
dengan mencampurkan antara ekstrak Tabel 2. Nilai Rata-Rata Kesukaan Panelis
fikosianin dengan maltodekstrin (1:1) terhadap Warna, Rasa, dan
kemudian dituangkan pada loyang dan Tekstur Hard Candy
dimasukkan pada oven pada suhu 45 ⁰C Rata-Rata Nilai Hedonik
hingga kering atau tidak gempal kemudian Perlakuan
Warna Rasa Tekstur
dihancurkan dengan penumbuk hingga F1B1 3,52d 5,32a 4.76a
menjadi bubuk. Maltodekstrin dipilih
F1B2 5,38b 5,32a 4.98a
sebagai penyalut karena memiliki sifat
dispersi yang cepat, daya larut yang tinggi F1B3 6,16a 5,44a 5.04a
maupun membentuk film, membentuk F2B1 4,22c 5,36a 4.66a
sifat higroskopis yang rendah, mampu F2B2 5,48b 5,34a 4.60a
membentuk body, sifat browning yang Ket: B=Variasi Penambahan Ekstrak Fikosianin;
rendah, mampu menghambat kristalisasi F=Variasi Formula Larutan Sukrosa. Notasi huruf
dan memiliki daya ikat yang kuat (Srihari yang berbeda pada tabel menunjukkan berbeda
et al, 2010). nyata pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0.05).

Penelitian Tahap Pengolahan Hasil uji ANOVA pada parameter


Pengolahan Hard Candy warna menunjukkan bahwa perbedaan
menggunakan faktor variasi formula formula larutan sukrosa tidak berbeda
larutan sukrosa (2 taraf: 80 g dan 100 g) nyata (p>0,05) pada tingkat kesukaan
dan variasi penambahan ekstrak panelis dan berbeda nyata (p<0,05) pada
fikosianin (3 taraf: 1 g, 2 g, dan 3 g) penambahan ekstrak fikosianin. Hasil uji
dengan ulangan sebanyak dua kali. lanjut DMRT parameter warna
Larutan sukrosa dipanaskan hingga 110 ⁰C menunjukkan bahwa perlakuan B1, B2,
selama 5-7 menit lalu ditambahkan 25% dan B3 berbeda nyata dan interaksi antara
sirup glukosa dan dipanaskan hingga suhu larutan sukrosa dengan ekstrak fikosianin
135-150 ⁰C selama 15-20 menit. formula F1B3 berbeda nyata (paling
Diturunkan suhu formula hingga 60-70 ⁰C berpengaruh) di antara perlakuan yang
lalu ditambahan 1% perisa mint dan lainnya. Panelis lebih menyukai permen
ekstrak fikosianin. Formula Hard Candy dengan warna biru yang lebih pekat.
kemudian dicetak dan didinginkan hingga Hasil uji ANOVA parameter rasa dan
mengeras. tekstur menunjukkan bahwa perbedaan
formula larutan sukrosa dan ekstrak
Uji Hedonik fikosianin tidak berbeda nyata (p>0,05)
Uji hedonik dilakukan untuk pada tingkat kesukaan panelis. Formula
menentukan formula terpilih dan untuk terpilih berdasarkan nilai rataan tertinggi
melihat ada tidaknya pengaruh interaksi uji hedonik pada parameter warna, rasa,
antara faktor variasi formula sukrosa dan dan tekstur yaitu formula F1B3 (80 gram
122 | Andini DF et al. Formulasi Hard Candy menggunakan Pewarna

sukrosa + 100 gram air + 3 gram ekstrak terdapat proses pengeringan pada bahan
fikosianin). baku fikosianin saat proses enkapsulasi
dan suhu tinggi saat pengolahan Hard
Analisis Kimia Formula Terpilih
Candy. Penelitian Hartanti dan Sri (2009)
Formula terpilih (F1B3) berdasarkan
menunjukkan bahwa perbedaan
hasil uji hedonik selanjutnya dianalisis
perlakuan preparasi bahan baku
kimia mencakup analisis aktivitas
berpengaruh terhadap aktivitas
antioksidan, kadar gula reduksi, kadar
antioksidan. Pada bahan baku yang
sakarosa, kadar air, kadar abu, dan kadar
mengalami proses pengeringan, aktivitas
protein. Berikut merupakan hasil analisis
antioksidan yang dihasilkan lebih kecil, hal
kimia Hard Candy:
ini disebabkan karena terjadinya
Tabel 3. Hasil Analisis Kimia Formula degradasi atau kerusakan selama proses
Terpilih Hard Candy pengeringan. Beberapa senyawa
Standar antioksidan mengalami kerusakan
No Analisis Hasil (SNI Hard sehingga aktivitas antioksidannya turun.
Candy*) Apriandji (2008) juga menyatakan bahwa
1 Aktivitas 319,06 - antioksidan kuat akan rusak oleh panas
antioksidan ppm dan pemasakan.
2 Gula 16,92% Maks.22% Kadar Gula Reduksi
reduksi Dalam pembuatan permen dilakukan
3 Sakarosa 44,33% Min. 40% pemanasan sukrosa dan air yang
4 Kadar air 0,92% Maks.3,5% menyebabkan sukrosa terhidrolisis
5 Kadar abu 0,02% Maks.2,0% menjadi glukosa dan fruktosa yang disebut
6 Kadar 72,33 - juga sebalai gula pereduksi. Kandungan
protein ppm gula pereduksi merupakan salah satu
Ket: *SNI Hard Candy No. 3547.1:2008 parameter mutu permen. Sukrosa tidak
Aktivitas Antioksidan termasuk sebagai gula pereduksi,
Senyawa aktif pada Spirulina yang sedangkan glukosa yang digunakan dalam
dapat digunakan sebagai sumber pembuatan Hard Candy maupun hasil
antioksidan di antaranya adalah inversi dari sukrosa merupakan gula
fikosianin, betakaroten, tokoferol, γ- pereduksi. Menurut Winarno (2004), jika
linoleic acid dan komponen fenol sukrosa yang dilarutkan dalam air
(Merdekawati et al., 2009). Nilai IC50 dipanaskan, maka sebagian sukrosa akan
(Inhibition Concentration) merupakan terurai menjadi glukosa dan fruktosa yang
besarnya konsentrasi yang dapat disebut juga sebagai gula invert. Glukosa
menghambat akitivitas radikal bebas dan sukrosa mampu menjadi bahan
sebanyak 50%. Semakin rendah nilai IC50 pembawa atau menyebabkan terjadinya
yang terukur maka semakin tinggi proses reduksi atau pengambilan oksigen.
aktivitas antioksidannya. Suatu aktivitas Kadar gula pereduksi formula Hard
antioksidan dikatakan sangat kuat bila Candy terpilih adalah 16,92%. Nilai kadar
nilai IC50 kurang dari 50 ppm dan lemah gula pereduksi yang disyaratkan dalam
bila nilai IC50 lebih dari 200 ppm SNI Hard Candy No. 3547.1:2008
(Molyneux, 2004). maksimal 22%. Tingkat gula pereduksi
Pada hasil pengujian aktivitas dapat dipengaruhi oleh perbandingan
antioksidan diperoleh nilai IC50 yaitu sukrosan dan sirup glukosa dan proses
319,06 ppm. Berdasarkan hasil pengujian inversi gula. Apabila kadar gula pereduksi
dapat disimpulkan bahwa aktivitas lebih dari 22% dapat menyebabkan
antioksidan dalam Hard Candy bersifat stickness atau graining.
lemah, hal ini dapat disebabkan karena
Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 3 Nomor 2, Februari 2017 | 123

Kadar Sakarosa Hal ini didukung pula oleh Jackson (1995)


Selain sirup glukosa dan flavor, yang menyatakan bahwa pada pembuatan
sukrosa atau sakarosa merupakan salah Hard Candy dengan metode open pan,
satu bahan dasar permen yang sangat larutan gula dipanaskan sampai suhu
penting. Sakarosa dalam pembuatan sekitar 156 ⁰C dan jika dipanaskan lagi
permen sangat menentukan kandungan maka akan menyebabkan terjadinya
sukrosa yang dihasilkan. Kadar sakarosa perubahan warna.
yang dihasilkan dari produk terpilih Larutan gula yang digunakan sebagai
adalah 44,33%. Nilai kadar gula pereduksi bahan baku utama pembuatan Hard Candy
yang disyaratkan dalam SNI Hard Candy dengan pemanasan suhu tinggi akan
No. 3547.1:2008 minimal 40%. mengeras dan mengalami penurunan
Secara umum dengan semakin kadar air. Hal ini sesuai dengan Winarno
menurunnya sukrosa yang digunakan (2004), bila larutan sukrosa diuapkan
maka kandungan sakarosa semakin maka konsentrasinya akan meningkat,
rendah. Semakin tinggi kadar sakarosa demikian juga dengan titik didihnya.
maka kadar gula pereduksi semakin Keadaan ini akan terus berlangsung
rendah, hal ini terjadi karena tidak seluruh sehingga air menguap semua dan
sukrosa terinversi menjadi glukosa dan keseluruhan larutan merupakan cairan
fruktosa, namun masih ada sebagian yang sukrosa yang lebur.
berada dalam bentuk sukrosa sehingga Kadar Abu
mempengaruhi kadar sakarosa sampel. Salah satu syarat mutu yang penting
Kadar Air untuk permen adalah kadar abu. Kadar
Kadar air merupakan salah satu abu yang dihasilkan dari produk yang
parameter yang sangat menentukan mutu terpilih dalam penelitian ini adalah 0,02%.
Hard Candy. Semakin rendah kadar air Nilai kadar abu yang disyaratkan dalam
yang dihasilkan maka daya tahan dan SNI yaitu maksimal 2,0%. Dengan melihat
masa penyimpanan semakin lama. data produk terpilih hasil penelitian,
Kandungan air yang dihasilkan dari perlakuan F1B3 (formula sukrosa 80 gram
produk terpilih dalam penelitian ini adalah + air 100 gram + fikosianin 3 gram)
0,92%. Nilai kadar air yang disyaratkan memenuhi syarat SNI. Nilai kadar abu
dalam SNI adalah maksimal 3,5%. Dengan kurang dari 2,0% dapat disebabkan
melihat data terpilih hasil penelitian, karena bahan yang digunakan (air,
perlakuan F1B3 (formula sukrosa 80 gram sukrosa, glukosa, fikosianin) memiliki
+ air 100 gram + fikosianin 3 gram) tingkat kemurnian yang tinggi.
memenuhi syarat SNI. Kadar air yang Kadar Protein
cukup rendah ini diduga selain disebabkan Protein yang terkandung dalam
karena faktor bahan baku yang digunakan ekstrak fikosianin yang digunakan dalam
juga sangat dipengaruhi oleh suhu pembuatan Hard Candy merupakan
pemasakan. Menurut Purnomo dan protein yang berasosiasi dengan
Adiono (1985), seni membuat permen biopigmen fikosianin (fikobiliprotein).
dengan daya tahan memuaskan terletak Fikobiliprotein adalah jenis protein yang
pada pembuatan produk dengan kadar air memiliki warna cerah dan bersifat sangat
minimum. Penggunaan suhu 150 ⁰C fluorosens (Mailani, 2016). Pigmen
diduga cukup tepat untuk menghasilkan fikosianin merupakan kelompok pigmen
Hard Candy dengan kadar air yang cukup fikobiliprotein yang dipisahkan menjadi
rendah seperti pada hasil penelitian ini, dua kelompok utama berdasarkan
menurut Alikonis (1979) pada temperatur warnanya. Kelompok pertama adalah
154,4 sampai 160 ⁰C gula (terutama sirup fikoeritrin, yaitu pigmen berwarna merah
glukosa) mulai mengalami karamelisasi.
124 | Andini DF et al. Formulasi Hard Candy menggunakan Pewarna

bila terkena cahaya dan memancarkan parameter warna 6,16 (suka), rasa 5,44
cahaya pendar berwarna kuning-oranye. (agak suka), dan tekstur 5,04 (agak suka).
Kelompok kedua adalah fikosianin, yaitu Berdasarkan hasil uji kimia
pigmen berwarna biru dan memancarkan diperoleh nilai rata-rata kadar gula
cahaya pendar merah kuat (Carra et al. reduksi Hard Candy adalah 16,92%, sesuai
1976). standar SNI Hard Candy yaitu maksimal
Kandungan protein yang terkandung 22%. Rata-rata kadar sakarosa adalah
dalam formula Hard Candy terpilih (F1B3) 44,33%, sesuai standar SNI Hard Candy
yaitu sebesar 72,33 ppm, dianalisis dengan yaitu minimal 40%. Rata-rata kadar air
menggunakan metode Bradford. Protein adalah 0,92%, sesuai standar SNI Hard
menjadi nilai tambah pada Hard Candy Candy yaitu maksimal 3,5%. Rata-rata
dengan penambahan ekstrak fikosianin kadar abu adalah 0,02%, sesuai standar
karena menambah nilai gizinya dibandingkan SNI Hard Candy yaitu maksimal 2,0%.
dengan hard candy di pasaran. Aktivitas antioksidan (IC50) Hard Candy
Stabilitas Warna yaitu 319,06 ppm dan kadar protein Hard
Formula Hard Candy terpilih diuji Candy yaitu 72,33 ppm. Pada analisis
stabilitas warnanya menggunakan stabilitas warna Hard Candy formula
spektrofotometer dengan mengukur terpilih diperoleh hasil yaitu warna stabil
intensitas warna biru (absorbansi) pada hingga penyimpanan hari ke-28 (warna
panjang gelombang 615 nm (panjang biru Hard Candy tetap stabil selama 28
gelombang serapan spesifik dari hari pengamatan).
biopigmen biru fikosianin). Pengamatan
stabilitas warna Hard Candy dilakukan DAFTAR PUSTAKA
selama 28 hari. Berikut merupakan rata- Alikonis JJ. 1979. Candy Technology. AVI
rata pengamatan nilai absorbansi Hard Publishing Company, Inc., Wesport,
Candy formula terpilih F1B3: Connecticut.
Anonim. 1988. SK Menteri Kesehatan RI
Tabel 4. Rata-Rata Nilai Absorbansi
Nomor 722/Menkes/Per/IX/88
Hari ke Absorbansi (λ = 615 nm)
tentang bahan tambahan pangan.
0 1,107a
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik
7 1,114a
Indonesia.
14 1,107a
Anonim. 2008. Kembang Gula - Bagian 1 :
21 1,112a
Keras SNI 3547.1:2008. Jakarta:
28 1,124a
Badan Standardisasi Nasional.
Berdasarkan uji-t dependen Apriadji, Wied Harry. 2008. Beauty Salad:
(berpasangan) terhadap nilai absorbansi 8 Salad Buah dan Sayur Cita Rasa
sampel pada hari ke-0 hingga hari ke-28 Indonesia untuk Tampil Cantik,
diperoleh hasil tidak berbeda nyata (p > α) Langsing, dan Awet Muda. Jakarta:
atau nilai absorbansi sampel dari hari ke-0 Gramedia Pustaka Utama.
hingga hari ke-28 stabil. Buckle, K.A., R. A. Edwards, G. H.
Fleet and M. Wootton, 1987. Ilmu
KESIMPULAN Pangan. Terjemahan H. Purnomo dan
Formula Hard Candy terpilih Adiono. UI-Press, Jakarta.
berdasarkan uji hedonik adalah perlakuan Cahyadi, W. 2006. Analisis dan Aspek
F1B3 (formula 80 gram sukrosa + 100 Kesehatan Bahan Tambahan Pangan.
gram air + 25% glukosa + 1% perisa mint Jakarta: Bumi Aksara.
+ 3 gram fikosianin) dengan nilai rata-rata Carra and Heocha. 1976. The
tingkat kesukaan panelis terhadap photosynthetic pigments In: Margalith
Jurnal Agroindustri Halal ISSN 2442-3548 Volume 3 Nomor 2, Februari 2017 | 125

P.Z. (ed.) Pigment Microbiology, activity. Journal of Science Technology


Cambridge, England: 84-88. 26: 211 219.
Hartanti, Amna dan Sri Mulyani. 2009. Mudjajanto, E. S. 2006. Pewarna Makanan.
Pengaruh Preparasi Bahan Baku Bogor: Institut Pertanian Bogor
Rosella dan Waktu Pemasakan (Departemen Gizi Masyarakat dan
Terhadap Aktivitas Antioksidan Sumber Daya Keluarga, Fakultas
Sirup Bunga Rosella (Hisbiscus Pertanian).
sabdariffa L.). Jurnal Argotekno Pirenantyo P dan Limantara L. 2008.
Vol.15 No,1 : 20-24. Bali: Jurusan Pigmen senyawa Spirulina sebagai
Teknologi Industri Pertanian, senyawa anti kanker. Indonesia
Fakultas Teknologi Pertanian, Journal of Cancer (4): 155 – 163.
Universitas Udayana. Srihari et al. 2010. Pengaruh Penambahan
Hidayatulloh, Syarif. 2016. Ekstraksi Maltodekstrin pada Pembuatan
Fikosianin dari Spirulina platensis Santan Kelapa Bubuk. Semarang:
sebagai Biopigmen dan Antioksidan. Universitas Diponegoro.
Bogor: Universitas Djuanda Bogor. Winarno, F.G. 2004. Kimia Pangan dan
Jackson, EB. 1995. Sugar Convectionery Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Manufacture. London: Blackie Utama.
Academic and Professional.
Kawaroe, Mujizat. 2015. Bioenergi dari
Alga Laut. Bogor: IPB Press.
Kurnia, Tri Ramadhi. 2009. Pembuatan
Hard Candy dengan Penambahan
Ekstrak Kelopak Bunga Rosella
(Hibiscus sabdariffa Linn). Bogor:
Universitas Djuanda Bogor.
Lazuardi, Ruth Arni. 2014. Studi Kestabilan
Pewarna Bubuk Alami Fikosianin
dari Spirulina sp. Terhadap Cahaya
Lampu. Semarang: Universitas
Katolik Soegijapranata.
Liputan6. 2013. Zat Warna Biru pada
Makanan Paling Berbahaya Bagi
Kesehatan.
http://www.liputan6.com/health/re
ad/490812/zat-warna-biru-pada-
makanan-paling-berbahaya-bagi-
kesehatan. Diakses pada 30 Januari
2017 pukul 21.53.
Mailani, Intan. 2016. Penentuan Aktivitas
Antioksidan Fikobiliprotein dari
Oscillatoria sp.
Merdekawati W, Susanto AB. 2009.
Kandungan dan komposisi pigmen
rumput laut serta potensinya untuk
kesehatan. Squalen 4 (2): 41-47.
Molyneux P. 2004. The use of stable free
radical diphenylpicrylhydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant

You might also like