You are on page 1of 6

PREVALENSI DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN SKABIES

PADA SISWA/SISWI PANTI ASUHAN YAYASAN AMAL SOSIAL AL-WASLIYAH


KOTA MEDAN TAHUN 2018

Agusti Tri Hidayati*), Firda Anggraini Lubis*), Leo Suganda*),


Putri Ramadhini*), Mhd.Makmur Sinaga**), Nanda Novziransyah***)

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara,


Jl. STM, Suka Maju, Medan Johor, Kota Medan, Sumatera Utara

ABSTRACT

Background: Scabies is a skin disease caused by infestation and sensitization of Sarcoptes scabiei mites.
Scabies is more common in group populations living together.
Method: This study aims to determine the prevalence and factors which influence scabies in the students at Panti
Asuhan Yayasan amal sosial Al-Wasliyah Medan 2018. The characteristics chosen include personal hygiene,
environmental cleanliness, and density of population. This research was conducted by analytic research method
with cross sectional design and samples were taken with total sampling method.
Results: There were 78 samples for this study found 42 people (53.8%) suffered from scabies. The highest
proportion was male (31 people, 74%), age group> 10 years (29 people, 69%), moderate personal hygiene
group (22 people, 52%) the results of statistical tests showed the value of p = 0.013, environmental hygiene
group bad (39 people, 93%)%) the results of the statistical test showed the value of p = 0.002, the density of
population group did not meet the requirements (39 people, 93%) the results of the statistical test showed the
value of p = 0.002. From the results of the multivariate test the value of p = 0.020 and OR = 0.350 on the
variables of personal hygiene was obtained.
Conclusion: based on the research, most people with scabies came from the age group> 10 years, more about
men, more about groups with moderate personal hygiene, groups with bad environmental hygiene, and more
about density of population group did not meet the requirements. Expected for students to pay more attention to
their health, and medics to conduct counseling in the form of knowledge about scabies.

Keywords: Scabies, Prevalence, Personal Hygiene, Environmental Hygiene, density of population.

PENDAHULUAN resiko. Orang yang menerima transplantasi organ


Skabies adalah infeksi kulit menular yang juga memiliki risiko yang lebih tinggi. 4
menyebar dengan cepat dan ditemukan di seluruh Pemeliharaan personal hygiene sangat
dunia. Disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei berperan penting dalam pencegahan dan
yang menimbulkan ruam pada kulit dan pengendalian skabies.1 Dimana individu secara
menyebabkan rasa gatal di seluruh tubuh, terutama sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan
pada malam hari.1 dan mencegah terjadinya penyakit.5
Skabies merupakan salah satu penyakit Salah satu upaya pemeliharaan personal
kulit yang paling sering terjadi di kalangan hygiene adalah merawat kebersihan kulit karena
masyarakat terutama pada anak-anak. Sebagai kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh
contoh yaitu permasalahan skabies pada kalangan dan memelihara suhu tubuh. Mengingat kulit
anak-anak pondok pesantren yang masih sering penting sebagai pelindung organ-organ tubuh, maka
terjadi karena kurangnya pengetahuan akan perlu dijaga kesehatannya dari penyakit menular
berbagai faktor penyebab dari skabies serta seperti skabies.5
kurangnya kesadaran akan kebersihan diri.2 Prevalensi skabies di seluruh dunia
Meskipun sering terjadi pada anak-anak, diperkirakan terdapat sekitar 300 juta kasus per
faktor predisposisi lainnya yaitu kepadatan tahun. Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin,
penduduk, higiene yang buruk, gizi yang buruk, dan pada semua usia, semua kelompok suku bangsa,
kontak seksual.3 dan di semua tingkat sosial ekonomi.6
Memiliki sistem kekebalan tubuh yang Skabies tercatat memiliki proporsi besar
lemah juga meningkatkan risiko terkena skabies. penyakit kulit di negara berkembang. Secara global,
Orang tua dan orang-orang yang memiliki sistem hal itu mempengaruhi lebih 130 juta orang setiap
kekebalan tubuh lemah karena penyakit HIV/AIDS, saat. Dalam literatur terbaru, peningkatan skabies
limfoma, atau leukemia memiliki peningkatan terjadi dari 0,3% menjadi 46%.1
Di Indonesia, sebagai negara dengan 5 Untuk mengetahui hubungan kepadatan
jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, penghuni dengan kejadian penyakit
terdapat 14.798 pondok pesantren dengan skabies.
prevalensi skabies cukup tinggi. Pada tahun 2003,
prevalensi skabies di 12 pondok pesantren di MANFAAT PENELITIAN
Kabupaten Lamongan adalah 48,8% dan di
Pesantren An-Najach Magelang pada tahun 2008 1. bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan serta
prevalensi skabies adalah 43%. 7 wawasan peneliti terhadap penyakit kulit menular
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya terutama pada penyakit skabies.
pada tahun 2015 di Puskesmas Mandala Kecamatan 2. Bagi peneliti, agar menentukan kebijakan dalam
Medan Tembung, penderita skabies pada kasus pengelolaan asrama yang memperhatikan
baru sebanyak 130 orang (91%), sedangkan pada kebersihan lingkungan dengan melakukan upaya-
kasus lama sebanyak 13 orang (9%), dengan tingkat upaya pencegahan penularan penyakit skabies serta
prevalensi penderita skabies adalah 5,6%. menyediakan fasilitas-fasilitas yang menunjang
Siswa pondok pesantren merupakan subjek kesehatan penghuni panti asuhan.
penting dalam permasalahan skabies. Karena dari 3. Bagi siswa/siswi, agar mampu menanamkan
data-data yang ada, sebagian besar yang menderita sikap tentang kebersihan diri dan lingkungan sekitar
skabies adalah siswa pondok pesantren. asrama sehingga terbebas dari penularan penyakit
Penyebabnya adalah tinggal bersama dengan scabies.
sekelompok orang di pondok pesantren memang
berisiko mudah tertular berbagai penyakit kulit. METODE PENELITIAN
Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan
perseorangan umumnya kurang mendapatkan Jenis Penelitian
perhatian.
Masih ada pesantren tumbuh dengan Penelitian ini dilakukan dengan metode
lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan WC survey analitik, dan pendekatan Cross Sectional.
yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi
yang buruk. Ditambah lagi dengan perilaku tidak Waktu dan Tempat Penelitian
sehat, seperti menggantungkan pakaian dalam
kamar dan saling bertukar benda pribadi, seperti Dijadwalkan mulai November 2018
handuk dan lain-lain.5 sampai Desember 2018 di Panti Asuhan Yayasan
Panti asuhan Yayasan Amal Sosial Al- Amal Sosial Al-Wasliyah jalan Karya Jaya No 267
wasliyah merupakan yayasan social yang Medan Johor, Sumatera Utara.
memiliki nuansa islam dengan jumlah penghuni 78
orang. Hal inilah yang mendorong penulis ingin Sampel
melakukan penelitian mengenai prevalensi dan
faktor yang mempengaruhi kejadian skabies pada Sampel pada penelitian ini adalah seluruh
panti asuhan yayasan amal sosial al-wasliyah kota siswa/siswi di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial
medan tahun 2018. Al-Wasliyah Medan tahun 2018.

RUMUSAN MASALAH Kriteria Inklusi:


1. Siswa/siswiPanti Asuhan Yayasan
Bagaimanakah prevalensi dan faktor yang Amal Sosial Al-Wasliyah yang tinggal
mempengaruhi kejadian skabies pada panti asuhan di panti.
yayasan amal sosial al-wasliyah kota medan tahun 2. Bersedia menjadi responden dengan
2018 ? menandatangani Informed Consent.
TUJUAN PENELITIAN
Kriteria Eksklusi:
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Siswa/siswi Panti Asuhan Yayasan Amal
1 Untuk mengetahui prevalensi penyakit Sosial Al-Wasliyah yang tidak tinggal di
skabies berdasarkan jenis kelamin. panti.
2 Untuk mengetahui prevalensi penyakit 2. Siswa/siswi yang menolak menjadi
skabies berdasarkan usia . responden dalam penelitian.
3 Untuk mengetahui hubungan kebersihan
diri dengan kejadian penyakit skabies .
4 Untuk mengetahui hubungan kebersihan
lingkungan dengan kejadian penyakit
skabies .
Instrument Penelitian Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa
proporsi kejadian skabies terbanyak ditemui pada
Instrumen yang digunakan dalam jenis kelamin laki-laki (31 orang, 74%), usia >10
penelitian ini adalah kuesioner. tahun (29 orang, 69%), kebersihan diri sedang (22
orang, 52%), kebersihan lingkungan buruk (39
orang, 93%), kepadatan hunian tidak memenuhi
HASIL PENELITIAN syarat (39 orang, 93%).

Deskripsi Karakteristik Responden Tabel 3 Hubungan Kebersihan Diri dengan


Jumlah responden yang bersedia mengikuti Kejadian Skabies di Panti Asuhan Yayasan
penelitian ini adalah 78 orang. Adapun karakteristik Amal Sosial Al-Wasliyah Medan Tahun 2018
responden menurut jenis kelamin dan usia dapat
dilihat dari tabel-tabel berikut: Kebersihan Positif Negatif p.
Total
Diri F % F % Value
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Baik 0 0 5 14 5
Responden di Panti Asuhan Yayasan Amal
Sedang 22 52 22 61 44 0,013
Sosial Al-Wasliyah Medan Tahun 2018
Karakteristik Responden Jumlah (%) Buruk 20 48 9 25 29
Total 42 100 36 100 78
Jenis Kelamin
42 54
a. Laki-laki
36 46 Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui
b. Perempuan
bahwa dari hasil uji statistik menunjukkan nilai p =
Usia 0,013 hal ini menunjukkan terdapat hubungan
a. ≤10 Thn 24 31 bermakna antara kebersihan diri dengan kejadian
b. >10 Thn 54 69 skabies.

Total 78 100 Tabel 4 Hubungan Kebersihan Lingkungan


dengan Kejadian Skabies di Panti Asuhan
Yayasan Amal Sosial Al-Wasliyah Medan
Prevalensi Kejadian Skabies Tahun 2018

Prevalensi = 42 orang x 100 % = 53,84 % Positif Negatif


Kebersihan p.
78 orang Total
Lingkungan Value
F % F %

Tabel 2 Distribusi Frekuensi kejadian skabies di Baik 3 7 13 36 16


Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Wasliyah 0,002
Buruk 39 93 23 64 62
Medan Tahun 2018
Total 42 100 36 100 78
Karakteristik Jumlah (%)
Jenis Kelamin Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui
31 74
c. Laki-laki bahwa dari hasil uji statistik menunjukkan nilai p =
11 26
d. Perempuan 0,002 hal ini menunjukkan terdapat hubungan
Usia bermakna antara kebersihan lingkungan dengan
c. ≤10 Thn 13 31 kejadian skabies.
d. >10 Thn 29 69
Kebersihan Diri Tabel 5 Hubungan Kepadatan Hunian dengan
0 0 Kejadian Skabies di Panti Asuhan Yayasan
a. Baik
22 52 Amal Sosial Al-Wasliyah Medan Tahun 2018
b. Sedang
20 48
c. Buruk
Kebersihan Lingkungan Positif Negatif
3 7 Kepadatan p.Val
a. Baik Total
39 93 Hunian F F % ue
b. Sedang %
Kepadatan Hunian Memenuhi
a. Meneuhi syarat 3 7 3 7 13 36 16
Syarat
b. Tidak Memenuhi 39 93 Tidak 0,002
Syarat Memenuhi 39 93 23 64 62
Syarat
Total 42 100 36 100 78 dari 87 orang yang juga didominasi oleh laki-laki
yaitu sebanyak 31 orang.
Penyakit kulit menular skabies dari dulu
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui dikenal sebagai penyakit yang diderita oleh orang
bahwa dari hasil uji statistik menunjukkan nilai yang tinggal berasrama. Hal ini dikarenakan
p = 0,002 hal ini menunjukkan terdapat perjalanan penyakit skabies yang erat hubungannya
hubungan bermakna antara kebersihan hunian dengan banyak orang yang tinggal bersama-sama
dengan kejadian skabies. seperti di panti asuhan dan pondok pesantren. Cara
penularan skabies yang paling sering adalah kontak
Tabel 6 Uji Multivariat langsung dan dapat juga melalui alat-alat seperti
Nilai Nilai 95% C.I tempat tidur, handuk dan pakaian.
Variabel OR
B p Lower Upper
2. Faktor Kebersihan Diri
kebersiha -
.020 .350 .144 .848 Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui
n_diri 1.051
bahwa dari hasil uji statistik menunjukkan nilai p =
kebersiha 0,013 hal ini menunjukkan terdapat hubungan
-
n_lingkun .008 .153 .038 .617 bermakna antara kebersihan diri dengan kejadian
1.875
gan skabies.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan (Muzakir, 2007) pada pesantren di
kabupaten Aceh Besar, bahwa terdapat hubungan
Berdasarkan Tabel 5.6 didapatkan nilai p <
bermakna antara tindakan kebersihan diri dengan
0,05 pada variabel kebersihan diri yaitu sebesar
0,020. Nilai OR sebesar 0,350. Hal ini kejadian skabies dimana p = 0,000.
menunjukkan bahwa kebersihan diri merupakan Kebersihan diri pada anak panti asuhan
faktor risiko yang dominan terhadap kejadian yayasan amal sosial al-wasliyah termasuk dalam
kategori sedang, dimana masih banyak anak-anak
skabies.
panti asuhan yang belum melakukan kebiasaan
perilaku hidup bersih dan sehat seperti memakai
PEMBAHASAN PENELITIAN
pakaian ataupun alat mandi secara bergantian,
Skabies atau yang lebih di kenal dengan jarang mengganti pakaian, dan tidak menjemur
penyakit gudukan merupakan suatu keadaan pakaian dibawah sinar matahari.
Skabies erat kaitannya dengan kondisi
dimana seseorang mengalami penyakit kulit yang
higiene perorangan. Kebersihan diri yang tidak baik
disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi tungau
akan mempermudah tubuh terserang berbagai
Panti asuhan merupakan salah satu tempat
yang memiliki faktor risiko tinggi untuk terjadinya penyakit, seperti penyakit kulit yaitu skabies,
penyakit kulit seperti skabies. Karena skabies lebih penyakit infeksi, atau bahkan dapat menghilangkan
fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit.
sering terjadi pada sekelompok orang yang tinggal
Sarcoptes scabiei akan lebih mudah menginfestasi
bersama dan padat penghuni.
individu dengan kebersihan diri yang jelek dan
Penelitian ini merupakan penelitian
analitik bertujuan untuk mencari hubungan antara sebaliknya lebih sukar menginfestasi individu
kebersihan diri, kebersihan lingkungan, dan dengan kebersihan diri baik karena tungau dapat
kepadatan penghuni terhadap kejadian skabies dihilangkan dengan mandi teratur, pakaian dan
handuk sering dicuci, dan kebersihan alas tidur
pada anak panti asuhan yayasan amal al-wasliyah
selalu terjaga.19
Medan tahun 2018.

1. Kejadian Skabies 3. Faktor Kebersihan Lingkungan


Kejadian skabies di di Panti Asuhan Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
Yayasan Amal Sosial Al-Wasliyah didapatkan bahwa dari hasil uji statistik menunjukkan nilai p =
0,002 hal ini menunjukkan terdapat hubungan
sebanyak 42 orang (53,84%) dari 78 orang.
bermakna antara kebersihan lingkungan dengan
Kejadian skabies terbanyak di panti asuhan yayasan
kejadian skabies.
amal sosial Al-Wasliyah berdasarkan jenis kelamin
adalah laki-laki yaitu 31 orang (70%), sedangkan Penelitian ini setara dengan penelitian
perempuan yaitu 11 orang (30%). yang dilakukan (Ma’rufi, dkk., 2004) di Pondok
Pesantren Kabupaten Lmongan, menunjukkan
Angka kejadian skabies yang di dapatkan
bahwa sanitasi lingkungan terutama kamar mandi
di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-Wasliyah
berperan terhadap terjadinya skabies dimana p =
masih tinggi, karena sebagian dari siswa/i di panti
asuhan tersebut menderita skabies dan hal ini setara <0,001.
dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Kebersihan lingkungan pada panti asuhan
(Jauhari, 2015) bahwa penderita skabies di panti yayasan amal sosial al-wasliyah termasuk kedalam
kategori kurang bersih karena sanitasi lingkungan
asuhan tersebut adalah sebanyak 48 orang (55,2%)
yang kurang terjaga seperti halnya lantai pada Skabies ditularkan melalui kontak kulit
kamar anak laki-laki yang sangat kotor dan banyak ataupun melalui fomite (benda mati) yang telah
sampah yang berserakan disekitarnya. Sementara terkontaminasi oleh S. scabiei. Fomite yang
pada kebersihan jamban dan penyedian air bersih terkontaminasi ini dipakai secara bergantian
juga kurang. sehingga terjadi peningkatan risiko penularan
Penyediaan air bersih merupakan salah scabies.22
kunci utama sanitasi yang berperan terhadap Perilaku kebersihan seseorang yang buruk
penularan skabies, karena penyakit skabies sangat mempengaruhi seseorang untuk menderita
merupakan penyakit yang berbasis pada persyaratan scabies, sebaliknya, pada orang yang perilaku
air bersih (water washed disease) yang kebersihan dirinya baik maka tungau lebih sulit
dipergunakan untuk membasuh anggota badan menginfeksi individu karena tungau dapat
sewaktu mandi.20 dihilangkan dengan mandi, dan menggunakan
sabun, pakaian rajin dicuci dengan sabun cuci dan
4. Faktor Kepadatan Penghuni kebersihan alas tidur.23
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui
bahwa dari hasil uji statistik menunjukkan nilai p = KESIMPULAN
0,002 hal ini menunjukkan terdapat hubungan
bermakna antara kebersihan hunian dengan Dari hasil penelitian didapatkan proporsi
kejadian skabies. skabies sebanyak 48 orang 53,84%. Kejadian
Hal ini sesuai dengan penelitian yang skabies terbanyak ditemui pada jenis kelamin laki-
dilakukan (Yunita, dkk,. 2015) pada masyarakat di laki (31 orang, 74%), usia >10 tahun (29 orang,
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota 69%), kebersihan diri sedang (22 orang, 52%),
Padang yang menyatakan kepadatan hunian kamar kebersihan lingkungan buruk (39 orang, 93%),
memiliki hubungan yang bermakna dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat (39 orang,
kejadian skabies. Angka kejadian skabies pada 93%). Kebersihan diri, kebersihan lingkungan,
hunian yang tidak memenuhi syarat sebanyak 37 kepadatan penghuni memiliki hubungan dengan
orang (72,5%) dan 14 orang (27,5%) tinggal di kejadian skabies pada siswa/siswi panti asuhan
kamar dengan kepadatan hunian yang memenuhi yayasan amal sosial Al-Wasliyah Medan tahun
syarat. 2018, dan faktor yang paling dominan
Kepadatan hunian pada panti asuhan mempengaruhi kejadian skabies adalah kebersihan
yayasan amal sosial al-wasliyah termasuk pada diri.
kategori hunian padat, dimana pada kamar tidur
yang berukuran 64m2 memiliki lebih dari 18 SARAN
penghuni didalamnya.
Kepadatan hunian termasuk kedalam salah 1. Untuk pengelola panti asuhan, diharapkan dapat
satu syarat untuk kesehatan pemukiman, dimana meningkatkan mutu lingkungannya, antara lain
kepadatan hunian yang tinggi terutama pada kamar dengan : mengajarkan anak- anak untuk
tidur akan memudahkan penularan penyakit skabies menjemur kasur dan bantal setiap minggu, kerja
secara kontak langsung dari satu orang ke orang bakti setiap hari- hari tertentu. Melakukan
lain. Kepadatan hunian juga dapat mempengaruhi pengobatan untuk memutus mata rantai skabies.
kelembaban didalam ruangan, dimana penghuni 2. Untuk anak panti asuhan, diharapkan agar dapat
yang melebihi kapasitas ruangan akan menjaga kebersihan diri dengan cara tidak
meningkatkan suhu ruangan menjadi panas. Hal saling bertukar pakaian maupun alat mandi
penting mengenai kelembapan ruangan, bahwa dengan teman.
umur tungau skabies di luar kulit dapat mencapai 3. Untuk tenaga medis, melihat cukup banyak
19 hari apabila berada pada kondisi ruangan yang angka kejadian skabies pada kelompok orang
lembab. Normalnya, tungau dapat bertahan hidup di yang tinggal bersama maka diharapkan pada
luar kulit manusia dalam keadaan normal hanya tenaga medis untuk memberikan penyuluhan
selama 2-3 hari, usia tungau yang semakin panjang kepada masyarakat atau kelompok yang tinggal
ini akan menyebabkan tungau makin mudah bersama mengenai penyakit skabies dan cara
menular ke orang lain.21 pencegahannya.

5. Analisa Multivariat *)
Agusti Tri Hidayati : Mahasiswi Fakultas
Berdasarkan Tabel 6 didapatkan nilai p < Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara,
0,05 pada variabel kebersihan diri yaitu sebesar Medan.
0,020. Nilai OR sebesar 0,350. Hal ini *)
Firda Anggraini Lubis : Mahasiswi Fakultas
menunjukkan bahwa kebersihan diri merupakan Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara,
faktor risiko yang dominan terhadap kejadian Medan.
skabies. *)
Leo Suganda : Mahasiswa Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Sumatera Utara, Medan.
*)
Putri Ramadhini : Mahasiswi Fakultas 13. Maskur Z. 2015. Infeksi Parasit dan
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Gangguan Serangga. Dalam: Harahap M
Medan. (Editor). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta :
**)
dr. Mhd. Makmur Sinaga, MS : Dosen Fakultas Hipokrates, 109-13.
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, 14. Murtiastutik D. 2009. HIV & AIDS dengan
Medan. Kelainan Kulit. Surabaya : Airlangga
***)
dr. Nanda Novziransyah, M.Kes : Dosen University Press, 87-9.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera 15. Nasution FS. 2014. Uji Diagnostik
Utara, Medan. Pemeriksaan Dermoskopi Dalam
Mendiagnosis Skabies. Tesis, Fakultas
DAFTAR PUSTAKA Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
16. Handoko, RP. 2013. Skabies. Dalam: Djuanda
1. WHO. 2015. Scabies. Available from : A, Hamzah M, Aisah S (Editor). Ilmu penyakit
http://www.who.int/lymphatic_filariasis/epide kulit dan kelamin. Ed 7. Jakarta : Badan
miology/scabies/en/ Penerbit FKUI, 137-40.
2. Jauhari, MM. 2015. Prevalensi dan 17. Notoatmodjo S. 2012. Metodologi Penelitian
Gambaran Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Kesehatan. Ed rev. Jakarta : Rineka Cipta, 35-
Skabies di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial 6.
Al-Wasliyah Medan Tahun 2013, Karya Tulis 18. Muzakir. 2008. Faktor Yang Berhubungan
Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas Dengan Kejadian Penyakit Skabies Pada
Sumatera Utara. Pesantren di Kabupaten Aceh Besar Tahun
3. Gunning, K., Pippitt, K., Kiraly, B., and 2007. Tesis, Fakultas Kedokteran Universitas
Sayler, M. 2013. Pediculosis and Scabies : A Sumatera Utara.
Treatmet Update. Indian Journal of Clinical 19. Sa’adatin M dan Ismail ST. 2015. Hubungan
Practice., Vol. 24, No. 3. August 2013, 211- Higiene Perorangan, Sanitasi Lingkungan dan
16. Riwayat Kontak dengan Kejadian Skabies.
4. American Academy of Dermatology. 2016. Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas
Scabies. Available from : Muhammadiyah Semarang.
https://www.aad.org/public/diseases/contagiou 20. Ma’rufi I, Keman S dan Notobroto BH. 2005.
s-skin-diseases/scabies#overview Faktor Sanitasi Lingkungan Yang Berperan
5. Akmal, SC, Semiarty, R., dan Gayatri. 2013. Terhadap Prevalensi Penyakit Scabies Studi
Hubungan Personal Hygiene Dengan Pada Santri di Pondok Pesantren Kabupaten
Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren Lamongan. Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol
Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air 2, No. 1.
Pacah, Kecamatan Koto Tangah Padang 21. Yunita S, Gustia R. dan Anas E. 2018. Faktor-
Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
2(3), 164-6. Skabies di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk
6. Chosidow, O. 2006. Scabies. N Engl J Med Buaya Kota Padang Tahun 2015. Jurnal
2006;354:1718-27. Kesehatan Andalas, 7 (1).
7. Ratnasari AF, dan Sungkar S. 2014. 22. Sistri YS. 2013. Hubungan Personal Hygiene
Prevalensi Skabies dan Faktor-faktor yang Dengan Kejadian Skabies di Pondok
Berhubungan di Pesantren X, Jakarta Timur. Pesantren Assalam Surakarta 2013. Naskah
eJKI. Vol. 2, No. 1. 7-12 Publikasi. Universitas Muhammadiyah
8. Boediardja, SA, dan Handoko, RP. 2015. Surakarta.
Scabies. Dalam: Menaldi SLSW, Bramono K, 23. Ni’mah N. 2016. Hubungan Perilaku
Indriatmi W (Editor). Ilmu penyakit kulit dan Personal Hygiene Dengan Kejadian Skabies
kelamin. Ed 7. Jakarta : Badan Penerbit FKUI, di Pondok Pesantren An-Nur Yogyakarta.
137-40. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadyah
9. Sutanto, I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, dan Yogyakarta.
Sungkar S. 2015. Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran. Ed 4. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI, 297-300.
10. Susanto C, dan Ari M. 2013. Penyakit Kulit
dan Kelamin. Yogyakarta : Nuha Medika, 37-
40.
11. Siregar, RS. 2016. Atlas Berwarna Saripati
Penyakit Kulit. Jakarta : EGC, 166-9.
12. Daili, SF, B. Makes, WI, dan Zubier, F. 2009.
Infeksi Menular Seksual. Ed 4. Jakarta : FK
UI, 197-202.

You might also like