You are on page 1of 15

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/313257607

PENDIDIKAN DAN PENILAIAN KARAKTER DI SEKOLAH


MENENGAH KEJURUAN

Article · December 2015


DOI: 10.21831/cp.v0i2.7590

CITATION READS
1 1,555

1 author:

Edy Supriyadi
Universitas Negeri Yogyakarta
2 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Edy Supriyadi on 26 August 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PENDIDIKAN DAN PENILAIAN KARAKTER
DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

Edy Supriyadi
FT Universitas Negeri Yogyakarta (e-mail: edy_via@yahoo.com; HP: 087839000210)

Abstract: Character Education and its Assessment in Vocational High Schools.


Character education is a process of helping people to develop good characters, such as
honesty, responsibility, compassion, and self-respect. Character education at school
aims to build the student and staff characters and to develop the school culture. The
assessment of character education covers that of student and staff characters and the
school culture. The assessment of student character can be conducted through class-
room-based assessment by teachers. In addition, civic education and religion teachers
are supposed to conduct the assessment of student character more thoroughly. The
assessment of staff character should be conducted by a school internal team. The
school culture may be assessed by a provincial external team. The results of assessment
are used to make decisions of student grade promotion and graduation and to improve
a character education program.

Keywords: education, character education

PENDAHULUAN jenjang, termasuk Sekolah Menengah Ke-


Pendidikan memiliki fungsi sangat juruan (SMK) harus diselenggarakan se-
penting dalam pembentukan karakter cara sistematis guna mencapai tujuan
dan budaya bangsa. Dalam Undang-Un- pendidikan nasional tersebut. Melalui
dang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan di SMK diharapkan dapat di-
Pendidikan Nasional pada Pasal 3 dise- hasilkan lulusan yang memiliki kompe-
butkan bahwa pendidikan nasional ber- tensi memadai dan berkarakter mulia.
fungsi mengembangkan kemampuan dan Penelitian di Harvard University Ame-
membentuk karakter serta peradaban rika Serikat (Rao, 2010:2) menunjukkan
bangsa yang bermartabat dalam rangka bahwa kesuksesan seseorang tidak diten-
mencerdaskan kehidupan bangsa. Selan- tukan semata-mata oleh pengetahuan dan
jutnya disebutkan bahwa pendidikan na- kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi
sional bertujuan untuk berkembangnya lebih oleh kemampuan mengelola diri
potensi peserta didik agar menjadi manu- dan orang lain (soft skill). Penelitian ter-
sia yang beriman dan bertakwa kepada sebut mengungkapkan, kesuksesan hanya
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, ditentukan sekitar 20 persen oleh hard
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill.
dan menjadi warga negara yang demo- Orang-orang tersukses di dunia bisa ber-
kratis serta bertanggung jawab. Berkaitan hasil dikarenakan lebih banyak didukung
dengan hal tersebut, Pendidikan di setiap kemampuan soft skill daripada hard skill.

110
111

Hasil beberapa penelitian (Suyanto, tas atau kegiatan ko-kurikuler, pember-


2009:2) menunjukkan bahwa kecerdasan dayaan sarana prasarana, pembiayaan,
emosi anak sangat berpengaruh terhadap dan komponen lainnya harus bernuansa
keberhasilan di sekolah. Hasil penelitian pembentukan karakter siswa.
tersebut juga mengungkapkan bahwa ter- Terlepas dari berbagai kekurangan
dapat sederet faktor risiko penyebab ke- dalam praktik pendidikan di Indonesia,
gagalan anak di sekolah. Faktor-faktor re- apabila dilihat dari standar nasional pen-
siko yang disebutkan ternyata bukan ter- didikan yang menjadi acuan pengem-
letak pada kecerdasan otak, tetapi pada bangan Kurikulum Tingkat Satuan Pen-
karakter. Anak-anak yang mempunyai didikan (KTSP) dan implementasi pem-
masalah dalam kecerdasan emosi akan belajaran dan penilaian di sekolah, tujuan
mengalami kesulitan belajar, bergaul, dan pendidikan di SMK sebenarnya dapat di-
tidak dapat mengontrol emosi. Anak- capai dengan baik. Pembinaan karakter
anak yang bermasalah ini sudah dapat juga termasuk dalam materi yang harus
dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau diajarkan dan dikuasai serta direalisasi-
tidak ditangani akan terbawa sampai usia kan oleh peserta didik dalam kehidupan
dewasa. Sebaliknya, para remaja yang ber- sehari-hari. Permasalahannya, pendidik-
karakter akan terhindar dari masalah-ma- an karakter di sekolah selama ini baru
salah umum yang dihadapi oleh remaja menyentuh pada tingkatan pengenalan
seperti kenakalan, tawuran, narkoba, mi- norma atau nilai-nilai, belum pada ting-
ras, dan sebagainya. Hal ini mengisyarat- katan internalisasi dan tindakan nyata
kan bahwa mutu pendidikan yang meng- dalam kehidupan sehari-hari. Di samping
arah pada pembentukan karakter peserta itu, penilaian hasil belajar yang mengarah
didik sangat penting untuk ditingkatkan. pada aspek karakter selama ini belum
Karakter merupakan suatu pola peri- dilakukan secara memadai.
laku seseorang (Ryan and Bohlin, 1999:6). Permasalahan yang paling sering di-
Orang yang berkarakter baik memiliki perdebatkan dalam pendidikan karakter
pemahaman tentang kebaikan, menyukai adalah penilaian. Pendidikan karakter se-
kebaikan, dan mengerjakan kebaikan ter- ringkali dianggap sebagai bidang yang
sebut. Orang yang perilakunya sesuai sulit untuk diukur, dinilai, dan dievaluasi.
dengan kaidah moral disebut dengan Hal ini berkenaan dengan hasil akhir dari
berkarakter mulia. Karakter adalah bawa- pendidikan karakter yang berupa tindak-
an, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, an moral, bukan berupa pemikiran atau
perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempe- gerakan yang dengan mudah dapat di-
ramen, dan watak. Berkarakter adalah nilai melalui kemampuan menulis jawab-
berkepribadian, berperilaku, bersifat, ber- an dan mempraktikkan sebuah keteram-
tabiat, dan berwatak. Dalam pendidikan pilan yang kemudian diakumulasikan da-
karakter di sekolah, semua pemangku ke- lam bentuk angka. Masalah penilaian se-
pentingan harus dilibatkan. Seluruh kom- ring dikaitkan dengan tujuan pendidikan
ponen pendidikan, yang meliputi kuri- karakter. Apakah penilaian harus dikait-
kulum, proses pembelajaran, penilaian, kan dengan kenaikan kelas atau kelulus-
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivi- an, seperti yang selama ini dianjurkan

Pendidikan dan Penilaian Karakter di Sekolah Menengah Kejuruan


112

pemerintah. Jika ya, bagaimana teknik, secara logis, kritis, kreatif, dan inovatif;
instrumen, pelaksanaan, dan pemanfaat- (7) menunjukkan kemampuan berpikir lo-
annya. Hal ini mengisyaratkan bahwa gis, kritis, kreatif, dan inovatif dalam
sistem pendidikan karakter di SMK, ter- pengambilan keputusan; (8) menunjukkan
utama pada aspek penilaian sangat men- kemampuan mengembangkan budaya
desak untuk disempurnakan. belajar untuk pemberdayaan diri, dan se-
rangkaian kompetensi serta nilai karakter
Penyelenggaraan Pendidikan Karakter terkait lainnya. Berkaitan dengan Standar
di SMK Kompetensi Lulusan SMK tersebut, pen-
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) didikan karakter harus dirancang dan di-
adalah satuan pendidikan pada jalur pen- selenggarakan dengan baik agar lulusan
didikan formal jenjang menengah yang SMK memiliki kompetensi dan karakter
mempersiapkan lulusannya memasuki mulia seperti yang diharapkan. Rancang-
dunia kerja, yang mampu mengembang- an pendidikan karakter perlu dilakukan
kan dirinya di kemudian hari. Peningkat- secara terpadu dalam pengembangan
an mutu SMK pada dasarnya adalah upa- Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
ya untuk lebih mendekatkan ukuran (KTSP).
kompetensi lulusan dengan ukuran kom- KTSP adalah kurikulum operasional
petensi yang dipersyaratkan oleh dunia yang disusun dan dilaksanakan oleh
kerja. Pendidikan di SMK diharapkan masing-masing satuan pendidikan (Per-
mampu memberikan bekal kemampuan aturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005,
yang utuh dan memadai sehingga tamat- Pasal 1). KTSP SMK disusun bersama-
annya dapat menerapkan kemampuan- sama oleh Guru, komite sekolah/yayasan,
nya di dunia kerja. konselor (Guru BK/BP), industri/dunia
Standar Kompetensi Lulusan SMK/ usaha, asosiasi profesi, dengan kepala se-
MAK menurut Permendiknas No. 23 kolah sebagai ketua merangkap anggota,
Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan disupervisi oleh Dinas Pendidikan
Lulusan yang berkaitan dengan karakter Kabupaten/Kota. KTSP disusun sebagai
antara lain mencakup: (1) berperilaku se- pedoman penyelenggaraan kegiatan pem-
suai dengan ajaran agama yang dianut belajaran untuk mencapai tujuan pendi-
sesuai dengan perkembangan remaja; (2) dikan di tingkat satuan pendidikan. Mata
mengembangkan diri secara optimal de- pelajaran-mata pelajaran yang ada pada
ngan memanfaatkan kelebihan diri serta struktur dan muatan kurikulum KTSP
memperbaiki kekurangannya; (3) menun- SMK terdiri atas tiga kelompok, yaitu pro-
jukkan sikap percaya diri dan bertang- gram normatif, adaptif, dan produktif.
gung jawab atas perilaku, perbuatan, dan Kelompok program normatif adalah
pekerjaannya; (4) berpartisipasi dalam pe- mata pelajaran yang dialokasikan secara
negakan aturan-aturan sosial; (5) meng- tetap yang meliputi Pendidikan Agama,
hargai keberagaman agama, bangsa, su- Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa In-
ku, ras, dan golongan sosial ekonomi da- donesia, Pendidikan Jasmani Olahraga
lam lingkup global; (6) membangun dan dan Kesehatan, dan Seni Budaya. Ke-
menerapkan informasi dan pengetahuan lompok program adaptif terdiri atas mata

Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
113

pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, Il- patan kepada peserta didik untuk me-
mu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahu- mahami dan menguasai konsep dan prin-
an Ssosial, Keterampilan Komputer & Pe- sip dasar ilmu dan teknologi yang dapat
ngelolaan Informasi, dan Kewirausahaan. diterapkan pada kehidupan sehari-hari
Kelompok program produktif terdiri atas dan atau melandasi kompetensi untuk
sejumlah mata pelajaran yang dikelom- bekerja. Program adaptif diberikan agar
pokkan dalam Dasar Kompetensi Kejuru- peserta didik tidak hanya memahami dan
an dan Kompetensi Kejuruan. Kelompok menguasai “apa” dan “bagaimana” suatu
program adaptif dan produktif adalah pekerjaan dilakukan, tetapi memberi juga
mata pelajaran yang alokasi waktunya di- pemahaman dan penguasaan tentang
sesuaikan dengan kebutuhan Kompetensi “mengapa” hal tersebut harus dilakukan.
Keahlian, dan dapat diselenggarakan da- Program produktif berfungsi mem-
lam blok waktu atau alternatif lain (Dep- bekali peserta didik agar memiliki kom-
diknas, 2008:7). petensi kerja sesuai standar Kompetensi
Program normatif berfungsi mem- Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Da-
bentuk peserta didik menjadi pribadi lam hal SKKNI belum ada, maka diguna-
utuh, yang memiliki norma-norma ke- kan standar kompetensi yang disepakati
hidupan sebagai makhluk individu mau- oleh forum yang dianggap mewakili du-
pun makhluk sosial (anggota masyara- nia usaha/industri atau asosiasi profesi.
kat), baik sebagai warga negara Indonesia Program produktif bersifat melayani per-
maupun sebagai warga dunia. Program mintaan pasar kerja, karena itu lebih ba-
normatif diberikan agar peserta didik nyak ditentukan oleh dunia usaha/indus-
bisa hidup dan berkembang selaras da- tri atau asosiasi profesi. Program pro-
lam kehidupan pribadi, sosial, dan ber- duktif diajarkan secara spesifik sesuai de-
negara. Program ini berisi mata pelajaran ngan kebutuhan tiap program keahlian.
yang lebih menitikberatkan pada norma, Menurut Charlie (2002:3), pendidikan
sikap, dan perilaku yang harus diajarkan, karakter merupakan upaya membantu
ditanamkan, dan dilatihkan pada peserta peserta didik memahami, peduli, dan ber-
didik, di samping kandungan pengetahu- perilaku sesuai nilai-nilai etika yang ber-
an dan keterampilan yang ada di dalam- laku di masyarakat. Lebih lanjut dijelas-
nya. kan bahwa pendidikan karakter adalah
Program adaptif berfungsi memben- segala sesuatu yang dilakukan guru,
tuk peserta didik sebagai individu agar yang mampu mempengaruhi karakter
memiliki dasar pengetahuan yang luas peserta didik. Guru membantu memben-
dan kuat untuk menyesuaikan diri atau tuk watak peserta didik. Hal ini menca-
beradaptasi dengan perubahan yang ter- kup keteladanan bagaimana perilaku gu-
jadi di lingkungan sosial, lingkungan ker- ru, cara guru berbicara atau menyampai-
ja, serta mampu mengembangkan diri se- kan materi, bagaimana guru bertoleransi,
suai dengan perkembangan ilmu penge- dan berbagai hal terkait lainnya. Menurut
tahuan, teknologi, dan seni. Program Ramli (2001:3), pendidikan karakter me-
adaptif berisi mata pelajaran yang lebih miliki esensi dan makna yang sama de-
menitikberatkan pada pemberian kesem- ngan pendidikan moral dan pendidikan

Pendidikan dan Penilaian Karakter di Sekolah Menengah Kejuruan


114

akhlak. Tujuannya adalah membentuk dan berkembangnya karakter yang baik


pribadi anak, supaya menjadi manusia akan mendorong peserta didik tumbuh
yang baik, warga masyarakat, dan war- dengan kapasitas dan komitmennya un-
ga negara yang baik. Adapun kriterianya tuk melakukan berbagai hal yang terbaik
adalah nilai-nilai sosial tertentu yang ba- dan melakukan segalanya dengan benar
nyak dipengaruhi oleh budaya masyara- serta memiliki tujuan hidup. Masyarakat
kat dan bangsanya. Oleh karena itu, ha- juga berperan membentuk karakter anak
kikat dari pendidikan karakter dalam melalui orang tua dan lingkungannya.
konteks pendidikan di Indonesia adalah Karakter dikembangkan melalui ta-
pedidikan nilai, yakni pendidikan nilai- hap pengetahuan, pelaksanaan, dan ke-
nilai luhur yang bersumber dari budaya biasaan (Kemendiknas, 2010:16). Karak-
bangsa Indonesia sendiri, dalam rangka ter tidak terbatas pada pengetahuan saja.
membina kepribadian generasi muda. Seseorang yang memiliki pengetahuan
Beberapa ciri orang yang memiliki kebaikan belum tentu mampu bertindak
karakter menurut Kirschenbaum (1995: sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak
21-23) antara lain: hormat, tanggung ja- terlatih (menjadi kebiasaan) untuk mela-
wab, peduli, disiplin, loyal, berani, dan kukan kebaikan tersebut. Karakter juga
toleran. Seseorang yang berkarakter mu- menjangkau wilayah emosi dan kebiasa-
lia memiliki pengetahuan tentang potensi an diri. Menurut Lickona (1991:53) diper-
dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai lukan tiga komponen karakter yang baik
seperti percaya diri, rasional, logis, kritis, (components of good character), yaitu moral
analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, knowing (pengetahuan tentang moral), mo-
hidup sehat, bertanggung jawab, sabar, ral feeling atau perasaan (penguatan emo-
berhati-hati, rela berkorban, pemberani, si) tentang moral, dan moral action atau
dapat dipercaya, jujur, menepati janji, perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan
adil, rendah hati, ramah, cinta keindahan agar peserta didik dan atau warga seko-
(estetis), sportif, dan tabah. Individu juga lah lain yang terlibat dalam sistem pendi-
memiliki kesadaran untuk berbuat yang dikan tersebut sekaligus dapat memaha-
terbaik atau unggul, dan bertindak sesuai mi, merasakan, menghayati, dan meng-
potensi dan kesadarannya. Individu yang amalkan nilai-nilai kebajikan (moral).
berkarakter baik atau unggul adalah se- Dimensi-dimensi yang termasuk da-
seorang yang berusaha melakukan hal- lam moral knowing yang akan mengisi ra-
hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, nah kognitif adalah kesadaran moral (mo-
dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan ral awareness), pengetahuan tentang nilai-
negara serta dunia internasional pada nilai moral (knowing moral values), penen-
umumnya dengan mengoptimalkan po- tuan sudut pandang (perspective taking),
tensi (pengetahuan) dirinya dan disertai logika moral (moral reasoning), keberanian
dengan kesadaran, emosi dan motivasi- mengambil sikap (decision making), dan
nya (perasaannya). pengenalan diri (self knowledge). Moral
Tujuan pendidikan karakter pada da- feeling merupakan penguatan aspek emo-
sarnya adalah mendorong lahirnya anak- si peserta didik untuk menjadi manusia
anak yang baik (insan kamil). Tumbuh berkarakter. Penguatan ini berkaitan de-

Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
115

ngan bentuk-bentuk sikap yang harus di- terjemahkannya dengan kata-kata cipta,
rasakan oleh peserta didik, yaitu kesadar- rasa, karsa.
an akan jati diri (conscience), percaya diri Pada dasarnya penyelenggaraan pen-
(self esteem), kepekaan terhadap derita didikan karakter di sekolah dapat dilaku-
orang lain (emphaty), cinta kebenaran (lov- kan secara terpadu pada setiap kegiatan
ing the good), pengendalian diri (self con- sekolah. Setiap aktivitas peserta didik di
trol), kerendahan hati (humility). Moral sekolah dapat digunakan sebagai media
action merupakan perbuatan atau tindak- untuk menanamkan karakter, mengem-
an moral yang merupakan hasil (outcome) bangkan konasi, dan memfasilitasi peser-
dari dua komponen karakter lainnya. Un- ta didik berperilaku sesuai nilai-nilai yang
tuk memahami apa yang mendorong se- berlaku. Setidaknya, terdapat dua jalur
seorang dalam perbuatan yang baik (act utama dalam menyelenggarakan pendi-
morally), maka harus dilihat tiga aspek dikan karakter di sekolah, yaitu (1) ter-
lain dari karakter yaitu kompetensi (com- padu melalui kegiatan Pembelajaran; dan
petence), keinginan (will), dan kebiasaan (2) terpadu melalui kegiatan ekstrakuri-
(habit). kuler.
Pengembangan karakter di sekolah Pendidikan karakter secara terpadu
sementara ini direalisasikan dalam pela- di dalam pembelajaran adalah pengenal-
jaran agama, pelajaran kewarganegaraan, an nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya ke-
atau pelajaran lainnya, yang program sadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan
utamanya cenderung pada pengenalan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam
nilai-nilai secara kognitif, dan mendalam tingkah laku peserta didik sehari-hari
sedikit sampai ke penghayatan nilai se- melalui proses pembelajaran, baik yang
cara afektif. Menurut Buchori (2007:3), pe- berlangsung di dalam maupun di luar
ngembangan karakter seharusnya mem- kelas pada semua mata pelajaran. Pada
bawa anak ke pengenalan nilai secara dasarnya kegiatan pembelajaran, selain
kognitif, penghayatan nilai secara afektif, untuk menjadikan peserta didik mengua-
akhirnya ke pengamalan nilai secara nya- sai kompetensi (materi) yang ditargetkan,
ta. Untuk sampai ke praksis, ada satu pe- juga dirancang untuk menjadikan peserta
ristiwa batin yang amat penting yang didik mengenal, menyadari/peduli, dan
harus terjadi dalam diri anak, yaitu mun- menginternalisasi nilai-nilai dan menjadi-
culnya keinginan yang sangat kuat (te- kannya perilaku. Dalam struktur kuriku-
kad) untuk mengamalkan nilai. Peristiwa lum SMK, pada dasarnya setiap mata pe-
ini disebut Conatio, dan langkah untuk lajaran memuat materi-materi yang ber-
membimbing anak membulatkan tekad kaitan dengan karakter. Integrasi pendi-
ini disebut langkah konatif. Pendidikan dikan karakter pada mata-mata pelajaran
karakter mestinya mengikuti langkah- di sekolah mengarah pada internalisasi
langkah yang sistematis, dimulai dari nilai-nilai di dalam tingkah laku sehari-
pengenalan nilai secara kognitif, langkah hari melalui proses pembelajaran dari
memahami dan menghayati nilai secara tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan
afektif, dan langkah pembentukan tekad penilaian.
secara konatif. Ki Hajar Dewantoro men-

Pendidikan dan Penilaian Karakter di Sekolah Menengah Kejuruan


116

Pendidikan karakter melalui kegiatan PENILAIAN PENDIDIKAN KARAK-


ekstra kurikuler dipandang sangat rele- TER
van dan efektif. Nilai-nilai karakter se- Penilaian karakter merupakan tahap-
perti kemandirian, kerjasama, sabar, em- an yang sangat penting sekaligus rumit.
pati, cermat dan lainya dapat diinternali- Hal ini berkenaan dengan hasil akhir dari
sasikan dan direalisasikan dalam setiap pendidikan karakter yang berupa tindak-
kegiatan ekstra kurikuler. Ekstrakuriku- an moral. Hasil pendidikan karakter bu-
ler dapat diartikan sebagai kegiatan pen- kan hanya berupa pemikiran atau gerak-
didikan yang dilakukan di luar jam pe- an yang dengan mudah dapat dinilai me-
lajaran tatap muka. Kegiatan tersebut di- lalui kemampuan menulis jawaban, atau
laksanakan di dalam sekolah dan/atau di mempraktekkan sebuah keterampilan
luar lingkungan sekolah dalam rangka yang kemudian diakumulasikan dalam
memperluas pengetahuan, meningkatkan bentuk angka. Penilaian karakter berkai-
keterampilan, dan menginternalisasi ni- tan dengan perilaku peserta didik dalam
lai-nilai atau aturan-aturan agama serta setiap aktivitas baik di lingkungan seko-
norma-norma sosial baik lokal, nasional, lah maupun di luar sekolah.
maupun global untuk membentuk insan Terdapat tiga istilah yang terkait un-
yang paripurna. Dengan kata lain, ekstra- tuk mengetahui hasil pendidikan karak-
kurikuler merupakan kegiatan pendidik- ter, yaitu pengukuran, penilaian, dan
an di luar jam pelajaran yang ditujukan pengambilan keputusan. Ketiganya me-
untuk membantu perkembangan peserta miliki batasan pengertian yang sedikit
didik, sesuai dengan kebutuhan, potensi, berbeda dan saling terkait. Pengukuran
bakat, dan minat mereka melalui kegiat- merupakan suatu proses penentuan ten-
an yang secara khusus diselenggarakan tang derajat atau seberapa besar karakte-
oleh pendidik dan atau tenaga kepen- ristik yang dimiliki oleh individu (Shute
didikan yang berkemampuan dan berke- and Becker, 2010:5-7). Pengukuran adalah
wenangan di sekolah. suatu proses kegiatan untuk mengukur,
Beberapa kegiatan ekstra kurikuler di membandingkan sesuatu, dapat berupa
SMK yang memuat pembentukan karak- karakteristik, watak atau kemampuan pe-
ter antara lain: olahraga (sepak bola, bola serta didik atas dasar ukuran tertentu.
voli, bulu tangkis, tenis meja, dan lain- Mengukur dimaksudkan memberi ben-
lain); keagamaan (baca tulis Al Qur’an, tuk kuantitatif dari suatu karakteristik
kajian hadis, ibadah, dan lain-lain); seni atau kemampuan yang dimiliki peserta
budaya (menari, menyanyi, melukis, tea- didik dalam bentuk angka. Secara ring-
ter), KIR, Kepramukaan, Latihan Dasar kas pengukuran merupakan suatu kegiat-
Kepemimpinan Peserta Didik (LDKS), an untuk mendapatkan informasi atau
Palang Merah Remaja (PMR), Pasukan data secara kuantitatif. Penilaian sering-
Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRA- kali disamakan dengan istilah ‘evaluasi’,
KA), Pameran, Lokakarya, Kesehatan, yaitu suatu proses sistematis dalam me-
dan lain-lainnya (Kemendiknas, 2010:28). ngumpulkan, menganalisa, dan mengin-
terpretasikan informasi yang umumnya
diperoleh melalui pengukuran untuk me-

Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
117

ngetahui tingkat keberhasilan dan efi- gai institusi yang mengarah pada budaya
siensi suatu program pendidikan. Peni- sekolah (Roxanna, 2011:2). Penilaian ka-
laian cenderung bersifat kualitatif. rakter siswa bertujuan untuk menjawab
Pengambilan keputusan atau kebijak- pertanyaan sejauh mana siswa memaha-
an adalah tindakan yang diambil oleh se- mi dan komitmen terhadap nilai-nilai
seorang atau lembaga berdasarkan data inti etika. Pada tahap ini sekolah dapat
atau informasi yang telah diperoleh. Ke- mengumpulkan data tentang berbagai
putusan atau kebijakan yang baik me- karakter yang berhubungan dengan peri-
merlukan hasil penilaian yang baik, ada- laku, antara lain: religius, percaya diri,
pun penilaian pada umumnya memerlu- rasional, mandiri, hidup sehat, bertang-
kan pengukuran. Di dalam pendidikan gung jawab, cinta ilmu, sabar, dapat di-
karakter, guru memerlukan berbagai in- percaya, jujur, menepati janji, adil, ren-
formasi atau data yang sangat diperlukan dah hati, malu berbuat salah, pemaaf,
dalam mengambil keputusan, untuk me- berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun,
nyusun program dan menyempurnakan ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir posi-
pelaksanaan pendidikan karakter. Apabi- tif, disiplin, bersahaja, bersemangat, dina-
la pengambilan keputusan dilakukan ber- mis, hemat/efisien, menghargai waktu,
dasarkan pada informasi yang akurat dan pengabdian/dedikatif, pengendalian diri,
dapat diandalkan, penyusunan dan pe- produktif, ramah, cinta keindahan (este-
nyempurnaan pendidikan karakter akan tis), sportif, tabah, terbuka, dan tertib.
tepat sehingga dapat mengarah pada Penilaian karyawan sekolah sebagai
pencapaian hasil seperti yang diharapkan. pendidik karakter berangkat dari perta-
Jika dilakukan sebaliknya, perancangan nyaan: sejauh mana staf sekolah, pengajar,
dan penyempurnaan pendidikan karak- tenaga administrasi, dan dukungan perso-
ter akan tidak sesuai sehingga tidak akan nil lainnya mengembangkan pemahaman
efektif serta tidak dapat mencapai hasil tentang apa yang mereka dapat lakukan
sesuai yang direncanakan. untuk mendorong pengembangan karak-
Secara umum, penilaian pendidikan ter? Sejauh mana komitmen pribadi un-
karakter bertujuan untuk memperoleh in- tuk melakukan hal tersebut? Sejauh mana
formasi yang akurat tentang efektivitas kemampuan untuk melaksanakannya?
pendidikan karakter, yang dapat diguna- Sejauh mana kebiasaan bertindak yang
kan untuk membuat keputusan-keputus- konsisten atas kapasitas pengembangan
an yang menyangkut siswa, memberikan mereka sebagai pendidik karakter? Pada
umpan balik kepada siswa mengenai ke- tataran ini, yang dinilai adalah keteladan-
majuan karakternya, kelemahan, dan ke- an seluruh komponen sekolah selain sis-
unggulannya, menentukan kesesuaian wa (www.inilahguru.com, diunduh 14
materi, serta memberikan informasi un- Maret 2011).
tuk pembuatan kebijakan. Pada tataran karakter sekolah penilai-
Dilihat dari subjek atau sasarannya, an dilakukan untuk mengetahui sejauh-
penilaian pendidikan karakter mencakup mana budaya sekolah telah berkembang
penilaian karakter pada siswa, pimpinan, dan memiliki karakter sebagai sekolah
guru dan karyawan, serta sekolah seba- yang berprestasi dan menjadi idola ma-

Pendidikan dan Penilaian Karakter di Sekolah Menengah Kejuruan


118

syarakat. Hal ini dapat dinilai, misalnya, dan pemerintah. Pelaksanaan penilaian
dengan survei yang meminta siswa un- oleh pendidik yang berkaitan dengan
tuk menunjukkan sejauh mana mereka kompetensi pada masing-masing mata
setuju dengan pernyataan seperti, "Seko- pelajaran dilakukan menggunakan stra-
lah (kelas) ini adalah seperti sebuah ke- tegi penilaian kelas. Penilaian kelas dide-
luarga, suasananya nyaman, kondusif, finisikan sebagai suatu penilaian berke-
dan memiliki reputasi yang baik di ma- lanjutan yang dirancang, dilaksanakan,
syarakat”. dan hasilnya dimanfaatkan oleh guru
Pada dasarnya, tidak ada benar atau dan siswa untuk mengoptimalkan efekti-
salah di dalam strategi penilaian. Persoal- vitas pembelajaran di kelas (Duncan and
annya adalah bagaimana kita dapat me- Chris, 1994:38). Penilaian kelas dirancang
milih suatu cara penilaian yang tepat dan dan dilaksanakan oleh masing-masing
dapat menentukan mengenai apa yang guru sesuai mata pelajarannya. Hampir
siswa ketahui dan apa yang dapat dilaku- senada dengan pendapat tersebut, Pusat
kannya. Berbagai alat ukur atau strategi Kurikulum Depdiknas (2006:43) menya-
hanya dapat dikatakan baik dengan me- takan bahwa penilaian kelas merupakan
lihat sejauh mana keterkaitannya dengan bagian dari penilaian internal yang di-
tujuan dan dampak nyata (outcome) yang gunakan untuk menilai tingkat pencapai-
diharapkan dari suatu materi pelajaran. an kompetensi siswa yang dilaksanakan
Karakter merupakan bagian dari kom- pada saat pembelajaran berlangsung dan
petensi yang harus dikuasai siswa. Kom- akhir pembelajaran. Penilaian kelas di-
petensi terdiri atas tiga ranah yang saling rancang untuk membantu para guru da-
berkaitan, yaitu kognisi, keterampilan, lam memperoleh informasi yang akurat
dan afeksi. Afeksi sangat berkaitan de- tentang apa yang dipelajari siswa, dan
ngan karakter atau nilai-nilai yang me- sejauhmana mereka berhasil menguasai
landasi seseorang untuk berperilaku. Pe- materi pembelajaran. Penilaian kelas me-
nilaian karakter dapat dilakukan terpadu miliki setidaknya tujuh ciri, yaitu: ber-
dengan penilaian kompetensi siswa de- pusat pada siswa, otonomi Guru, ber-
ngan mengacu pada standar kompetensi manfaat ganda, formatif, kontekstual, dan
lulusan. Namun demikian, mengingat de- berkelanjutan.
mikian pentingnya makna karakter pada Penilaian kelas, terutama memusatkan
diri siswa maka penilaian karakter perlu perhatian pada siswa, yaitu mengamati
dilakukan juga secara khusus di luar pe- kegiatan dan kemajuan belajar serta
nilaian yang terpadu dengan kompetensi membantu siswa untuk menguasai sub-
yang dilakukan guru pada masing-ma- stansi pelajaran dan mengembangkan ka-
sing mata pelajaran. rakter. Partisipasi aktif dari siswa dalam
Sesuai dengan Peraturan Menteri penilaian sangat ditekankan. Keterlibatan
Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 siswa dalam penilaian lebih memungkin-
tentang Standar Penilaian Pendidikan, kan siswa untuk melakukan self assess-
penilaian hasil belajar pada jenjang pen- ment (penilaian sendiri) terhadap sub-
didikan dasar dan menengah dilaksana- stansi yang dipelajari. Di samping itu, sis-
kan oleh pendidik, satuan pendidikan, wa memahami bahwa penilaian kelas ter-

Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
119

sebut untuk kepentingan bersama antara Beberapa teknik yang dapat diguna-
guru dan siswa. Berdasarkan hasil peni- kan dalam penilaian karakter antara lain
laian tersebut, guru akan membantu ba- observasi atau pengamatan, penilaian
gaimana agar para siswa dapat belajar de- diri, tes (tanya jawab), dan diskusi. Peng-
ngan lebih baik. Hal ini akan meningkat- amatan dilakukan terhadap kegiatan sis-
kan motivasi siswa untuk mengikuti pe- wa secara terus-menerus selama berlang-
nilaian dan memanfaatkan hasilnya untuk sungnya pembelajaran. Guru melakukan
belajar dengan lebih giat dan mengem- pengamatan terhadap siswa pada saat
bangkan karakter. mereka membaca, bekerjasama dengan
Penilaian kelas menekankan pada ke- teman lainnya, mengerjakan tugas-tugas,
giatan pembelajaran di kelas sehingga be- memecahkan masalah, dan kegiatan lain-
berapa jenis penilaian dapat dilakukan. nya. Pengamatan dapat dilakukan de-
Berdasarkan sifat dan pendekatannya, je- ngan menggunakan lembar pengamatan
nis penilaian dibedakan menjadi penilai- atau tanpa lembar pengamatan. Siswa di-
an formal dan informal (Angelo and Cross, beri kesempatan untuk menilai kemajuan
1993). Penilaian informal merupakan pe- belajarnya melalui buku atau catatan
nilaian yang rancangan dan pelaksanaan- yang secara khusus digunakan untuk
nya kurang terstruktur, tidak secara khu- mencatat kemajuan belajar, kesulitan, dan
sus disusun secara sistematis oleh guru. berbagai saran yang terkait dengan pe-
Penilaian ini cenderung bersifat formatif nyelenggaraan pembelajaran. Penilaian
dan kualitatif, dilakukan oleh guru secara diri tidak terkait dengan pemberian nilai
terus-menerus selama pembelajaran tanpa penguasaan atau prestasi belajar. Penje-
menggunakan instrumen penilaian baku. lasan penilaian diri yang ada dalam buku
Guru sebagai life instrument mengamati siswa memberikan umpan balik kepada
kegiatan siswa selama pembelajaran, me- guru sebagai masukan untuk membantu
mantau kemajuan belajar, memeriksa tu- siswa dalam belajar dan mengembang-
gas-tugas (pekerjaan rumah), memberi- kan karakternya.
kan tanggapan terhadap pertanyaan sis- Tanya jawab dilakukan untuk me-
wa, dan kegiatan penilaian lain selama ngetahui sejauhmana siswa memahami
pembelajaran. Melalui penilaian informal substansi pelajaran, termasuk nilai-nilai
memungkinkan siswa dapat mendemon- karakter yang berkaitan dengan materi
strasikan apa yang diketahui dalam si- pelajaran tersebut. Tanya jawab hendak-
tuasi yang nyaman, dan guru dapat me- nya bersifat informal, terbuka, dan men-
lihat dan mendokumentasikan kemajuan dorong serta memotivasi siswa untuk
belajar siswa, termasuk perkembangan belajar lebih giat. Diskusi di antara siswa
karakternya. Penilaian formal merupakan dilakukan untuk mengetahui sejauhmana
penilaian yang rancangan dan pelaksana- siswa memahami konsep atau meng-
annya disusun secara terstruktur dan sis- gunakan berbagai konsep untuk meme-
tematis oleh Guru, dengan menggunakan cahkan suatu masalah sesuai dengan
instrumen penilaian yang disusun secara nilai-nilai etika, ilmiah dan moral. Mela-
ketat. lui diskusi, guru dapat mengamati dan
memperoleh informasi yang terkait de-

Pendidikan dan Penilaian Karakter di Sekolah Menengah Kejuruan


120

ngan penguasaan siswa terhadap substan- dilakukan melalui pemeriksaan hasil pe-
si pelajaran, termasuk perkembangan pe- kerjaan rumah, secara informal memberi-
rilaku setiap siswa, seperti kerjasama, so- kan pertanyaan-pertanyaan baik berkait-
pan santun, menghargai pendapat orang an dengan materi maupun motivasi be-
lain, dan sebagainya. lajar siswa, dan mengamati respon siswa.
Penilaian kelas dilakukan terpadu de- Temuan yang diperoleh dapat digunakan
ngan kegiatan pembelajaran. Dalam hal untuk: mengembangkan rancangan re-
ini, penilaian dilakukan sebelum pembe- medi atau pengayaan, menjelaskan lagi
lajaran, pada saat pembelajaran, dan se- materi yang dipandang sesuai dan men-
telah selesai pembelajaran. Langkah awal dukung karakter, menyesuaikan tempo
dalam penilaian kelas adalah mengiden- (kecepatan) penyampaian materi.
tifikasi indikator pencapaian hasil belajar, Kegiatan guru dalam penilaian kelas
termasuk nilai-nilai karakter dari mata selama pembelajaran antara lain meliputi:
pelajaran yang telah dikembangkan da- menyesuaikan pendekatan pembelajaran
lam silabus. Agar materi dalam silabus sesuai temuan pada penilaian awal, me-
dapat dilaksanakan dalam pembelajaran, mantau kegiatan belajar siswa, berkomu-
guru menjabarkan silabus menjadi ren- nikasi dengan siswa untuk mengetahui
cana pelaksanaan pembelajaran (RPP). sejauhmana mereka memahami apa yang
RPP adalah penjabaran silabus yang sedang dipelajari, memperhatikan tang-
menggambarkan rencana prosedur dan gapan siswa selama proses pembelajaran
pengorganisasian pembelajaran untuk berlangsung dan memberikan penjelasan
mencapai kompetensi dasar yang ditetap- jika diperlukan, mengidentifikasi kemaju-
kan dalam Standar Isi. RPP digunakan an belajar dan karakter siswa
sebagai pedoman guru dalam melaksana- Kegiatan guru setelah selesai melak-
kan pembelajaran dan penilaian baik di sanakan kegiatan pembelajaran antara
kelas, laboratorium, dan/atau lapangan. lain meliputi: memberikan kesempatan
Sesuai dengan pendekatan penilaian pada siswa untuk melakukan penilaian
yang digunakan, perlu mengembangkan diri, mencakup kemajuan belajar, karak-
instrumen penilaian. Meskipun Guru se- ter, kesulitan, bantuan yang diperlukan
bagai life instrument, namun instrumen untuk menguasai pelajaran, dan saran-
seperti pedoman pengamatan, daftar pe- saran lainnya. Guru memberikan tugas
riksa (check list), tes tertulis dan lain-lain- terstruktur kepada siswa, dapat berupa
nya perlu disiapkan dengan baik. Hal ini pekerjaan rumah, tugas proyek, dan tu-
dapat digunakan oleh guru sebagai pedo- gas lain yang sistematis dan terkait erat
man yang akan mempermudah melak- dengan substansi pelajaran dan karakter.
sanakan penilaian dalam pembelajaran. Guru menganalisis informasi penilaian
Sebelum pembelajaran, guru melaku- yang diperoleh sebelum dan selama pem-
kan penilaian awal berkaitan dengan ke- belajaran untuk memahami perkembang-
sesuaian pembelajaran dengan siswa, an- an karakter setiap siswa, kemajuan bela-
tara lain kemampuan awal yang disyarat- jar, dan memberikan informasi untuk ran-
kan, penguasaan terhadap materi, minat cangan pembelajaran selanjutnya. Guru
dan motivasi belajar siswa. Penilaian ini menjelaskan sejauhmana tujuan pembe-

Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
121

lajaran, termasuk pengembangan karak- an kelas, kelulusan, atau keperluan ter-


ter yang telah dicapai siswa. Selian itu, kait lainnya.
guru juga mencatat dan melaporkan ha- Guru Pendidikan Agama dan Guru
sil-hasil penilaian untuk analisis, evaluasi PKn memliki tanggung jawab untuk me-
dan pembuatan keputusan di tingkat se- laksanakan pembelajaran dan penilaian
kolah, dan mengkomunikasikan berbagai karakter. Hal ini mengingat materi agama
keunggulan dan kelemahan berdasarkan dan PKn sangat erat kaitannya dengan
pada hasil-hasil penilaian kepada siswa pembentukan karakter siswa. Penilaian
dan orang tua. kelas yang dilakukan pada mata pelajar-
Di samping penilaian kelas yang di- an tersebut hendaknya tidak sekedar pa-
lakukan guru pada masing-masing mata da aspek pengetahuan dan keterampilan,
pelajaran, penilaian karakter siswa perlu namun lebih menekankan pada realisasi
dilakukan secara khusus. Hal ini bertuju- perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
an untuk memperoleh informasi yang le- Koordinasi dengan wali kelas dan guru
bih lengkap dan komprehensif mengenai mata pelajaran lain perlu dilakukan guna
perkembangan karakter siswa dari waktu menjaring informasi tentang perkem-
ke waktu. Penilaian karakter siswa perlu bangan karakter siswa.
dilakukan secara khusus oleh wali kelas, Penilaian karakter guru dan karya-
guru Pendidikan Agama, dan guru Pen- wan sekolah perlu dilakukan oleh tim in-
didikan Kewarganegaraan (PKn). ternal atau penanggungjawab pendidik-
Wali kelas perlu merancang dan me- an karakter di sekolah. Tim internal ini
laksanakan penilaian karakter secara ber- perlu merancang dan melakukan penilai-
kelanjutan (on going assessment) terhadap an karakter secara objektif. Indikator-in-
para siswa yang menjadi tanggungjawab- dikator perlu diidentifikasi, dan instru-
nya. Pengamatan tentang perkembangan men dikembangkan sesuai teknik pe-
karakter siswa harus dilakukan, terma- ngumpulan data. Observasi secara men-
suk melakukan teknik sosiometri atau dalam dan berkelanjutan, serta wawan-
peer assessment untuk mengetahui karak- cara merupakan teknik yang tepat untuk
ter siswa berdasarkan penilaian teman- mengetahui peran mereka dalam pendi-
teman dalam satu kelas. Wali kelas juga dikan karakter, keteladanan perilaku, dan
perlu mengumpulkan informasi tentang kinerja dalam penyelenggaraan pendidik-
karakter siswa dari setiap guru mata pe- an karakter.
lajaran. Setiap siswa sebaiknya memiliki Hasil pendidikan karakter pada ting-
buku catatan karakter yang disimpan katan sekolah mengarah pada budaya se-
wali kelas. Berdasarkan informasi dari kolah (school culture). Budaya sekolah me-
berbagai pihak, termasuk hasil penilaian rupakan sekumpulan nilai yang melan-
karakter yang dilakukan, wali kelas me- dasi perilaku, tradisi, kebiasaan kesehari-
lakukan analisis dan kompilasi serta me- an, dan simbol-simbol yang dipraktikkan
nyusun perkembangan karakter di setiap oleh warga sekolah seperti kepala seko-
buku karakter siswa. Buku catatan karak- lah, guru, petugas administrasi, siswa,
ter siswa dapat digunakan sebagai dasar dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya
pelaporan atau penilaian tentang kenaik- sekolah merupakan ciri khas, karakter

Pendidikan dan Penilaian Karakter di Sekolah Menengah Kejuruan


122

atau watak, dan citra sekolah tersebut di las secara khusus juga perlu melakukan
masyarakat luas (Kusumah, 2009:3). Pe- penilaian karakter siswa dengan lebih
nilaian budaya sekolah sebaiknya dilaku- intensif dan mendalam. Pada tingkatan
kan oleh tim eksternal. Dalam hal ini, Di- sekolah, tim eksternal sangat diperlukan
nas Pendidikan Kabupatean/Kota atau untuk melakukan penilaian sejauhmana
Propinsi perlu membentuk tim penilai sekolah telah memiliki budaya (school
pendidikan karakter sekolah. Tim ini an- culture).
tara lain beranggotakan pengawas seko-
lah, para ahli dari perguruan tinggi, dan UCAPAN TERIMA KASIH
praktisi bidang pendidikan. Tim internal Terima kasih kepada Rektor dan pim-
pendidikan karakter di sekolah juga per- pinan di lingkungan Fakultas Teknik Uni-
lu melakukan penilaian atau monitoring versitas Negeri Yogyakarta atas kesem-
dan evaluasi terhadap budaya sekolah patan yang diberikan kepada penulis un-
sebagai umpan balik untuk menyem- tuk terlibat secara aktif dalam program
purnakan sistem pendidikan karakter di pengembangan pendidikan karakter di
sekolah. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Ke-
menterian Pendidikan Nasional. Terima
PENUTUP kasih juga disampaikan kepada tim Re-
Pendidikan karakter memiliki peran daksi Jurnal Cakrawala Pendidikan atas
yang sangat penting dalam membangun masukkannya sehingga memungkinkan
karakter siswa. Siswa yang berkarakter artikel ini dimuat di Cakrawala Pendidikan.
memiliki keimanan dan ketaqwaan, ke-
pedulian, kemandirian, keuletan, keingin- DAFTAR PUSTAKA
tahuan, kemampuan, dan motivasi yang
Angelo T.A, and Cross, P.K. 1993. Class-
tinggi untuk melakukan yang terbaik.
room Assessment Techniques. A Hand-
Mereka akan lebih mampu dalam meng-
book for College Teachers (2nd Ed.).
hadapi berbagai tantangan hidup sehing-
New York: Jossey-Bass.
ga dapat meraih keberhasilan di masa
mendatang. Pimpinan, guru dan karya- Buchori, Mochtar. 2007. Character Building
wan sekolah harus menjadi teladan da- dan Pendidikan Kita. http://www.-
lam berperilaku. Kesamaan persepsi dan kompas.co.id/kompas-cetak/0607/-
tekad serta dukungan dari seluruh warga 26/opini/2836169.htm. Diunduh 27
sekolah dalam penyelenggaraan pendi- November 2010.
dikan karakter sangat diperlukan agar
dapat mencapai tujuan secara optimal. Charlie, Abourjilie. 2002. Character Educa-
Penilaian yang komprehensif perlu di- tion. North Carolina: Public School
lakukan untuk mengetahui keberhasilan of North Carolina.
pendidikan karakter di sekolah. Penilaian
Departemen Pendidikan Nasional. 2008.
kelas yang dilakukan oleh setiap guru
Buku Bahan Bimbingan Teknik KTSP
mata pelajaran hendaknya mengintegra-
SMK. Jakarta: Direktorat Pembina-
sikan nilai-nilai karakter yang sesuai de-
an SMK.
ngan materi pelajaran tersebut. Wali ke-

Cakrawala Pendidikan, Mei 2011, Th. XXX, Edisi Khusus Dies Natalis UNY
123

Duncan, Harris and Chris, Bell. 1994. Eva- Rao, M.S. 2010. Which are the Employability
luating and Assessing for Learning. Skills – Hard Skills or Soft Skills?
New Jersey: Nichols Publishing http://www.career-journal.com/en-
Company. /leadership/206.html?infoView=254
55. Diunduh 31 Maret 2010.
Kementerian Pendidikan Nasional. 2010.
Panduan Pendidikan Karakter. (Ja- Roxxana, Mechem. 2011. The Eleven Prin-
karta: Direktorat Pembinaan SMP). ciples of Effective Character Education.
Rockwood USA: National School
Kirschenbaum, Howard. 1995. 100 Ways of Character.
to Enhance Values and Morality in
Schools and Youth Settings. Massa- Ryan, Kevin, and Bohlin Karen E. 1999.
chusetts: Allys & Bacon. Building Character in Schools. San
Fransisco: John Willey & Sons.
Kusumah, Wijaya. 2009. Mengenalkan Bu-
daya Sekolah Melalui MOS. http://- Shute, Valerie J, and Becker, Betsy Jane.
omjaylabs.wordpress.com. Diun- 2010. Innovative Assessment for The
duh 23 Juli 2009. 21st Century. New York: Springer
Science-Business Media.
Lickona, Thomas. 1991. Educating for Cha-
racter. New York: Bantam Books. Suyanto. 2009. Urgensi Pendidikan karakter.
http://enewsletterdisdik.wordpress
Marfu K. 2010. Penilaian Pendidikan Karak- .com/2010/07/26/urgensi-pendidi-
ter. http://www.inilahguru.com/in- kan-karakter. Diunduh 28 Novem-
dex.php?option=com_content&vie ber 2010.
w=article&id. Diunduh 14 Maret
2011. Undang-Undang No 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 23 Tahun 2006. Standar Kompe- Zakaria, Teuku R. 2001. Pendekatan-Pende-
tensi Lulusan. katan Pendidikan Nilai dan Implemen-
tasidalam Pendidikan Budi Pekerti.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional http://www.pdk.go.id/balitbang/-
No. 20 Tahun 2007. Standar Peni- Publikasi/Jurnal/No_026. Diunduh
laian Pendidikan. 27 November 2010.
Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005.
Standar Nasional Pendidikan.

Pusat Kurikulum. 2006. Penilaian Kelas.


Jakarta: Depdiknas.

Pendidikan dan Penilaian Karakter di Sekolah Menengah Kejuruan

View publication stats

You might also like