Professional Documents
Culture Documents
Abstract: Talented student is student who owns ability more than a student in general. Problem
which often happens at school in Indonesia is minim of education to talented student. In accom
modating fund channel potency to talented student, State Senior High School 1 of Semarang
forms special class to talented student and has achievement. Based on background, this research
aims to 1) to descripbe strategy construction of student in State Senior High School 1 of Sema
rang and to descripbe execution of construction of student in State Senior High School 1 of Sema
rang. This type of research is qualitative ethnography. This research is executed in State Senior
High School 1 of Semarang. Subject research is the principal, teacher, and student. Method data
collecting use circumstantial interview, observation, and documentation. Data analysis in this
research is ethnography analysis. Test authenticity of data by test credibility, transformabilitiy,
and conformabilities of expendabilities. The results are 1) Strategy construction of student based
on achievement and talent in State Senior High School 1 of Semarang is model study of subdivid
ing of talented student in class of especially with pleasant study strategy and in construction of
talented student and have achievement needed and 2) execution of construction of student based
on achievement and talent in State Senior High School 1 of Semarang passes some developments
with instruction strategy. Those are, first, study bases on problem. Second is exploiting student en
vironment to obtain learning experience. Thirdly, is group activity. Fourth, is making autodidact
activity. Fifth is making learning activity to cooperate with society. Sixth is applying assessment
of authentic.
dan sepertinya kurang mendapat perhatian leb- tis, menghormati hak-hak asasi manusia dalam
ih. Holmes & Wynne mengungkapkan (dalam rangka mewujudkan masyarakat madani (civil
Anonim, 2009: 1) berikut. society).
Books and university courses on educa- Sebagaimana layaknya sebuah lembaga
tional administration do not give much direct pendidikan, sekolah sebagai sebuah sistem,
attention to students, whose education is the- seharusnya memiliki sebuah mekanisme yang
justification for the administrator’s existence. mampu mengatur dan mengoptimalkan ber-
The explanation is that, supposedly, every- bagai komponen dan sumber daya pendidikan
thing educational administrators do is for and yang ada. Dalam dunia pendidikan, hal ini
about pupils, directly indirectly. Therefore, by disebut manajemen pendidikan.
the account, addressing them separately iso- Depdiknas (2008: 76) membagi em-
lates only afew factors of importance to them. pat prinsip dasar manajemen kesiswaaan: 1)
The problem with mainstream approaches is Siswa harus diperlakukan dengan subyek dan
that discussion of organizational theory and bukan obyek, sehingga harus didorong untuk
principal/teacher relation provides little evi- berperan serta dalam setiap perencanaan dan
dence or argument to the effect that a particu- pengambilan keputusan yang terkait dengan
lar approach will benefit students. Students are kegiatan mereka, 2) Kondisi siswa sangat be-
central in our conception of the school. ragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan
Dengan demikian, dalam pembinaan intelektual, sosial ekonomi, minat, dan sete-
kesiswaan terlingkup program kegiatan yang rusnya. Oleh karena itu, diperlukan wahana
langsung melibatkan peserta didik (siswa) se- kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa
bagai sasaran; ada pula program yang melibat- memiliki wahana untuk berkembang secara
kan guru sebagai mediasi atau sasaran antara optimal, 3) Siswa hanya akan termotivasi be-
(tidak langsung). Namun, sasaran akhir dari lajar jika mereka menyenangi apa yang diajar-
kinerja pembinaan kesiswaan adalah perkem- kan, 4) Pengembangan potensi siswa tidak
bangan siswa yang optimal; sesuai dengan hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga
karakteristik pribadi, tugas perkembangan, ranah afektif, dan psikomotor.
kebutuhan, bakat, minat, dan kreativitasnya. Melihat pentingnya manajemen kesis-
Di dalam Peraturan Menteri Pendidikan waan sebagai bagian dari manajemen pendidi-
Nasional (Permendiknas), Nomor 39 Tahun kan, penulis bermaksud meneliti manajemen
2008 disebutkan ada empat tujuan pembinaan kesiswaan di suatu lembaga pendidikan, yaitu
kesiswaan. Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal ini di-
Mengembangkan potensi siswa secara karenakan dalam proses pendidikan, menurut
optimal dan terpadu yang meliputi bakat, mi- Yusanto dkk (2004: 138), sekolah menengah
nat, dan kreativitas. yang merupakan kelanjutan sekolah dasar (SD/
Memantapkan kepribadian siswa untuk SMP) menempati posisi yang sangat vital dan
mewujudkan ketahanan sekolah sebagai ling- strategis. Di sanalah diletakkan dasar-dasar
kungan pendidikan sehingga terhindar dari pembentukan kepribadian dan pembekalan
usaha dan pengaruh negatif dan bertentangan ilmu-ilmu kehidupan. Kekeliruan dan keti-
dengan tujuan pendidikan. daktepatan dalam melakukan pendidikan di
Mengaktualisasikan potensi siswa tingkat dasar akan berakibat fatal untuk pendi-
dalam pencapaian prestasi unggulan sesuai dikan di tingkat selanjutnya (Zamroni, 2004:
bakat dan minat. 105). Maka pendidikan dasar dan menengah
Menyiapkan siswa agar menjadi warga juga terkait dengan pendidikan tinggi yang
masyarakat yang berakhlak mulia, demokra- mendukung pencapaian tujuan akademik (La-
124 Varia Pendidikan, Vol. 24. No. 2, Desember 2012
King (2009) memuat beberapa model gram pembinaan kesiswaan tertentu atau pro-
pembinaan kesiswaan untuk siswa berbakat gram yang serumpun (Supriatna, 2009: 4).
dengan beberapa pendekatan, yaitu (1) lon- Kunjungan sekolah (school visit) meru-
cat kelas (grade skipping), (2) percepatan pakan strategi yang digunakan dalam bentuk
penempatan individual atas beberapa mata kegiatan pemantauan (monitoring), penilaian
pelajaran (advanced placement or accelera (evaluasi), pengamatan (observasi), studi ka-
ted pacing for individual subject areas), (3) sus, dan atau konsultasi klinis-pengembangan,
masuk sekolah lebih awal (early entrance to baik tentang persiapan, pelaksanaan, maupun
school or collage), (4) pembelajaran beberapa hasil suatu program pembinaan kesiswaan.
program mata kuliah pada sekolah di atasnya Strategi kunjungan sekolah dilaksanakan teru-
(enrollment in college courses while still high tama untuk mempersempit kesenjangan anta-
school), dan (5) program belajar khusus seper- ra kebijakan yang dihasilkan di tingkat pusat
ti kelas musim panas dan sejenisnya (special dengan pelaksanaan suatu program pembi-
fast-paced courses: classroom, summer, or naan kesiswaan di tingkat sekolah sasaran
correspondence). (Senjaya, 2008: 10).
Untuk melakukan strategi pembinaan Perlombaan merupakan strategi pelak-
siswa berbasis bakat dan prestasi seorang guru sanaan program pembinaan kesiswaan yang
perlu meciptakan suatu situasi pembelajaran bersifat kompetitif, melibatkan siswa atau
yang banyak member kesempatan pada siswa sekolah peserta secara langsung dalam suatu
untuk memecahkan masalah, melakukan be- event atau kegiatan, baik yang bertaraf inter-
berapa percobaan, mengembangkan gagasan nasional maupun nasional. Strategi perlom-
atau konsep-konsep siswa sendiri. Guru juga baan dapat dilaksanakan sebagai kegiatan
harus bersikap demokratis, terbuka, bersaha- tunggal (bukan kegiatan yang dilaksanakan
bat, dan percaya kepada siswa (Sukmadinata, secara bertahap dari tingkat bawah); dapat
2006: 105). pula (lazimnya) dilakukan secara bertahap
Pelaksanaan pembinaan siswa berbakat dari tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten/
dan berprestasi perlu mempertimbangan peng- kota, provinsi, hingga tingkat nasional atau-
gunaan suatu strategi mencakup empat aspek, pun internasional (Senjaya, 2008: 11).
yaitu (1) keluasan materi dan sasaran program, Tulisan sebagai produk penelitian ini,
(2) waktu dan tempat penyelenggaraan, (3) dipaparkan untuk:: 1) Mendeskripsikan strate-
tenaga pelaksana, dan (4) dana yang tersedia. gi pembinaan siswa di SMA Negeri 1 Sema-
Strategi pelatihan terintegrasi berbasis kom- rang, dan 2) Mendeskripsikan pelaksanaan
petensi digunakan dalam program pembinaan pembinaan siswa di SMA Negeri 1 Semarang.
kesiswaan yang melibatkan sasaran guru atau
tenaga pendidikan dan pelaksanaan pelatihan Metode
itu merupakan bagian dari program pelati-
han lainnya (program induk) yang serumpun. Penelitian ini memakai jenis penelitian
Dalam hal ini, baik biaya, tenaga pelatih, mau- kualitatif dengan menggunakan pendekatan
pun bahan atau materi pelatihan program pem- etnografi. Penelitian ini dilaksanakan di SMA
binaan kesiswaan merupakan bagian dari pro- Negeri 1 Semarang, dengan subjek pene-
gram induk. Strategi pelatihan distrik (district litian adalah kepala sekolah, guru, dan siswa.
training) merupakan bentuk pengembangan Pengumpulan data menggunakan metode
kapasitas aparat pendidikan tingkat provinsi, wawancara mendalam, observasi, dan do-
kabupaten-kota, dan atau sekolah yang dise- kumentasi. Analisa data dalam penelitian ini
lenggarakan di tingkat provinsi tentang pro- menggunakan pendapat Spradley (2007: 181)
Esti Gusti Arini, Pembinaan Siswa berbakat dan berprestasi... 127
yang menggambarkan tata urutan fokus pene- 1 Semarang melakukannya melalui program
litian etnografis sebagai berikut: 1) Menemu- pengayaan atau percepatan penuh, para prak-
kan tema-tema budaya, 2) Membuat analisis tisi pendidikan mengembangkan pendeka-
komponen, 3) Mengajukan pertanyaan kon- tan pembelajaran yang disebut pembelajaran
tras, 4) Membuat analisis taksonomik, 5) berdiferensiasi (differentiated instruction).
Mengajukan pertanyaan structural, 6) Mem- Pendekatan ini menghendaki agar kebutuhan
buat analisis domain, 7) Melakukan analisis pendidikan siswa berbakat dilayani di dalam
wawancara etnografis, 8) Mengajukan perta- kelas reguler. Program ini menawarkan se-
nyaan deskriptif, 9) Membuat catatan etno- rangkaian pilihan belajar pada siswa berbakat
grafis, 10) Melakukan wawancara terhadap dengan tujuan menggali dan mengarahkan
informan, 11) Menetapkan seorang informan. pengajaran pada tingkat kesiapan, minat, dan
Uji keabsahan data dengan melakukan profil belajar yang berbeda-beda.
uji kredibilitas, tranferabilitas, konfirmabilitas Hasil di atas menudukung temuan Peix-
dan dependabilitas. oto (2009) dalam penelitiannya yang menye-
butkan bahwa dalam pengajaran berdiferensi-
Hasil dan Pembahasan asi, guru menggunakan (a) beragam cara agar
siswa dapat mengeksplorasi isi kurikulum, (b)
Strategi Pembinaan Siswa di SMA Negeri 1 beragam kegiatan atau proses yang masuk akal
Semarang sehingga siswa dapat mengerti dan memiliki
a. Model Pembinaan informasi dan ide, serta (c) beragam pilihan
Hasl penelitian menunjukan bahwa siswa di mana siswa dapat mendemonstrasikan apa
berbakat dengan ciri-ciri khasnya ternyata juga yang telah mereka pelajari.
mengalami masalah baik dengan dirinya maupun Hal senada juga ditemukan oleh Guèvre-
dengan dunia luar. Ciri-ciri mereka yang selalu mont, Findlay, dan Kohen (2008) dalam pene-
mempertanyakan, bersikap kritis, bosan dengan litiannya mengemukakan pembelajaran ber-
tugas rutin serta kemampuan untuk dapat melihat diferensiasi ditandai oleh empat karakteristik
sesuatu dari sudut pandang yang berbeda sering- umum, yaitu: 1) Pembelajaran berfokus pada
kali menjadi sumber permasalahan dengan orang konsep dan prinsip pokok. 2) Evaluasi kesia-
dewasa atau teman sebaya. Masalah tersebut juga pan dan perkembangan belajar siswa diako-
dapat timbul karena tidak didukung oleh lingkun- modasi ke dalam kurikulum. 3) Ada penge-
gan rumah atau sekolah. Lingkungan yang mem- lompokan siswa secara fleksibel., 4) Siswa
batasi tersebut adalah lingkungan yang otoriter menjadi penjelajah aktif (active explorer).
atau sebaliknya yaitu permisif. Tugas guru adalah membimbing eksplorasi
Senada dengan haisl penelitian ini, dite- tersebut. Karena beragam kegiatan dapat ter-
mukan juga oleh Everson dan Millsap (2005), jadi secara simultan di dalam kelas, guru akan
yang mengkaji aspek lingkungan dalm konteks berperan sebagai pembimbing dan fasilitator,
siswa berbakat. Dia menganjurkan beberapa dan bukannya sebagai dispenser informasi.
hal yang perlu diperhatikan dalam membina Hubungannya dengan model pembinaan
siswa berbakat sehubungan dengan dukungan siswa berbakat dan berprestasi ini, ternyata
lingkungan yang mereka perlukan, yaitu 1) mendukung Moriana dkk (2006) dalam pene-
Fleksibilitas dalam kesempatan, 2) Contoh litiannya mengemukakan bahwa model pembi-
yang positif, 3) Bimbingan dan dukungan, 4) naan kesiswaan berbakat dan berprestasi dapat
Rasa humor, 5) Empati. dilakukan melalui pengayaan (enrichment).
Berdasarkan hasil penelitian dalam pro- Dalam model enrichment ini siswa mendapat-
gram pendidikan untuk siswa berbakat, SMA kan pembelajaran tambahan sebagai pengayaan.
128 Varia Pendidikan, Vol. 24. No. 2, Desember 2012
Pengayaan ini dapat dilakukan melalui dua cara. bangan psikologis dan sosial siswa. Hal yang
Pertama. Secara vertikal, cara ini untuk mem- menyulitkan adalah bagaimanakah perhatian
perdalam salah satu atau sekelompok mata pe- diberikan secara berbeda melalui apa yang
lajaran tertentu. Siswa diberi kesempatan untuk disebut pengajaran yang diindividualisasikan,
aktif memperdalam ilmu pengetahuan yang dise- yaitu settingnya kelas tetapi perhatian diberi-
nangi, sehingga menguasai materi pelajaran se- kan kepada individu siswa. Konsekuensinya
cara luas dan mendalam. Kedua, Secara horizon- perlu kurikulum yang fleksibel, yaitu kuriku-
tal, siswa diberi kesempatan untuk memperluas lum yang berdiferensiasi, yang bisa mengako-
pengetahuan dengan tambahan atau pengayaan modasi siswa biasa dan siswa berbakat.
yang berhubungan dengan pelajaran yang se- Pada dasarnya penyelenggaraan pendi-
dang dipelajari. dikan siswa berbakat menyangkut bagaimana
Caskey (2006) dalam penelitiannya siswa diperlakukan di sekolah melalui sistem
mengemukakan bahwa penambahan pelaja- pengelompokkan. Sistem pengelompokkan
ran dari tingkatan di atasnya, sehingga dapat bermacam-macam, tetapi intinya ada dua,
menyelesaikan materi pelajaran lebih awal. yaitu pengelompokkan homogen dan hetero-
Maju berkelanjutan tanpa adanya tingkatan gen. Dasar pengelompokkan bisa berupa jenis
kelas. Dalam hal ini sekolah tidak mengenal kelamin, tingkat kemampuan belajar, atau mi-
tingkatan, tetapi menggunakan sistem kredit. nat-minat khusus pada mata pelajaran tertentu.
Ini berarti siswa berbakat dapat maju terus se- Program pendidikan untuk siswa ber-
suai dengan kemampuannya tanpa menunggu berbakat dan berprestasi di SMA Negeri 1
teman-teman yang lainnya. Semarang memberikan kepada siswanya dua
Peixoto (2009) dalam penelitiannya me- macam pengalaman yang bernilai sosial. Per
nambahkan bahwa salah satu model pembe- tama mereka memiliki kesempatan untuk
lajaran siswa berbakat dan berprestasi adalah bergaul secara luas dan wajar dengan teman-
segregasi, siswa-siswa berbakat dikelompok- teman sebayanya. Kedua program pendidikan
kan ke dalam satu kelompok yang disebut untuk siswa berbakat menyediakan peluang
ability grouping dan diberi kesempatan untuk kepada peserta didik untuk secara intelektual
memperoleh pengalaman belajar yang sesuai tumbuh bersama rekan-rekan sebayanya.
dengan potensinya. Mengenai sistem penye-
lenggaraan pendidikan, selain yang telah dike- b. Strategi Pembinaan
mukakan di atas, ada beberapa sistem dalam Pembinaan siswa berbakat dan ber-
pendidikan bagi siswa berbakat, yaitu (1) prestasi adalah kegiatan yang bertujuan mem-
sekolah khusus, (2) kelas khusus, dan terinte- berikan kesempatan kepada peserta didik un-
grasi dalam kelas regular atau normal dengan tuk mengembangkan dan mengekspresikan
perlakukan khusus. Model pertama dan ke dua diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat,
nampaknya banyak mengundang kritik, kare- setiap peserta didik sesuai dengan kondisi
na cenderung eksklusif dan elit, sehingga bisa sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasili-
menimbulkan kecemburuan sosial. Kedua tasi dan/atau dibimbing oleh konselor, guru,
sistem ini hanya bisa dilakukan untuk bidang- atau tenaga kependidikan yang dapat dilaku-
bidang tertenu saja. kan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler.
Model pembinaan siswa berbakat dan Kegiatan Pengembangan diri dapat dilaku-
berprestasi di SMA Negeri 1 Semarang adalah kan antara lain melalui kegiatan pelayanan
sistem dimana siswa berbakat diintegrasikan konseling yang berkenaan dengan masalah
dalam kelas reguler atau normal. Cara ini diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan
mempunyai banyak keuntungan bagi perkem- pengembangan karier peserta didik serta ke-
Esti Gusti Arini, Pembinaan Siswa berbakat dan berprestasi... 129
giatan kepramukaan, kepemimpinan, dan ke- lan berpikir kreatif ke dalam pembelajaran.
lompok ilmiah remaja. Guèvremont, Findlay, dan Kohen (2008)
Merujuk kepada penelitian Everson dan dalam penelitiannya mengemukakan siswa
Millsap (2005) menegnai pembinaan siswa berbakat sering merasa bosan dalam menger-
berbakat; bahwa SMA Negeri 1 Semarang jakan tugas-tugas karena mereka menganggap
menggunakan perspektif yang lebih inklusif tidak relevan dan tidak ada sesuatu yang baru
dan bersifat majemuk serta karakteritik umum yang dapat dipelajari. Oleh karena itu tugas-
yang dapat diidentifikasi maka kebutuhan be- tugas untuk siswa yang mempunyai kemam-
lajar siswa berbakat secara umum dapat dike- puan tinggi diberikan dalam bentuk project
lompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu: work, baik individual project work maupun
1) Kebutuhan dalam mengembangankan ke- group project work, yang berhubungan de-
mampuan intelektual dan kreatifitas, 2) Ke- ngan pelajaran tertentu atau tugas yang berdiri
butuhan dalam mengembangkan aspek sosial- sendiri. Tugas-tugas dalam bentuk projek work
emosional dan motivasi. bersifat pemecahan masalah yang menantang.
Bertolak dari ha di atas, pembelaja- Tugas tidak diberikan dalam bentuk penyele-
ran bagi siswa berbakat di SMA Negeri 1 saian soal-soal yang bersifat tradisional.
Semarang diarahkan untuk mengembangkan Adapun strategi yang digunakan dalam
kedua hal tersebuat. Hal yang sering terabai- pembinaan siswa berbakat dan berprestasi di
kan dalam pembelajaran termasuk pembela- SMA Negeri 1 Semarang mendukung pene-
jar siswa berbakat dalam hal pengembangan litian Guevremont, tetapi dengan modifikasi
kreativitas dan sosial-emosional. Pembelaja- dalam jabaran lima tahapan pengkajian, yaitu:
ran biasanya lebih banyak mengembangkan Substansi Pembelajaran. Dalam proses
aspek intelektual. Hal ini dapat dimaklumi pembelajaran, siswa yang telah menguasai
karena guru dalam melakukan pembelajaran kompetensi atau bahan ajar tertentu boleh
sering terburu-buru dan kehabisan waktu un- mengurangi waktu yang diperlukan untuk
tuk mengerjar terget kurikulum. Aspek kreati- menguasai kompetensi dan bahan ajar itu.
vitas siswa jarang tersentuh. Maka menjadi Mereka boleh meloncatinya. Materi pelajaran
tidak mengherankan, jika pendidikan kita ha- dapat dimodifikasi melalui berbagai kegia-
nya menghasilkan siswa yang siap untuk ujian tan pembelajaran melalui tiga hal. Pertama,
bukan siswa kreatif yang siap mengahadapi pemadatan materi pelajaran, yaitu sebuah
tantangan hidup. strategi untuk merampingkan waktu yang di-
Hasil penelitian ini, mendukung pene- habiskan siswa untuk menyelesaikan kuriku-
litian Peixoto (2009) yang mengemukakan lum reguler. Kedua, studi intradisiplin, yaitu
bahwa strategi pembinaan siswa berbakat me- studi atas satu tema atau topik dengan meli-
lalui pembelajaran akan mengembangkan ket- batkan mata pelajaran lain yang relevan. Guru
erampilan berpikir kreatif. Dunia membutuh- mata pelajaran yang ingin memodifikasi topik
kan ilmuwan kreatif yang dapat menghasilkan atau tema tertentu dari materi pelajaran, dapat
solusi inovatif dalam memecahkan masalah. bekerjasama dengan guru mata pelajaran yang
Disadari bahwa tidak semua siswa berbakat lain yang relevan. Selanjutnya, mereka dapat
akan menjadi ilmuwan, tetapi mungkin akan mengeksplorasi bentuk kegiatan pembela-
menjadi pengusaha, pemimpin organisasi, pe- jaran yang mungkin dilakukan. Ketiga, ka
mimpin perusahaan dan sebagainya. Meskipun jian mendalam. Cara ini bisa dila kukan oleh
demikian berpikir kreatif itu sangat penting un- siswa berbakat bila mereka sudah siap dengan
tuk semua bidang pekerjaan. Oleh karena itu pengetahuan, kemampuan untuk mengaplika-
sangat penting untuk menginisiasi keterampi- sikan pengetahuan, waktu dan enerji yang
130 Varia Pendidikan, Vol. 24. No. 2, Desember 2012
rencana sekolah dan dibentuk untuk mengeta- but bahwa sekolah perlu membangun proses
hui kebutuhan-kebutuhan siswa. Jadi pembi- pembelajaran yang integratif, stimulatif, dan
naan siswa berbasis bakat dan prestasi harus motivator. Adapun penelitian ini bahwa seko-
dirancang untuk memenuhi tujuan siswa dan lah hanya menyalurkan bakat dan minat siswa
sekolah yang dihubungkan dengan tujuan pen- tanpa ada terobosan yang dapat membantu
didikan berkarakter. meningkatkan bakat dalam bentuk aplikasi
Dengan demikian pembinaan siswa yang dapat dimanfaatkan oleh stakeholder.
berbakat dan berprestasi di SMA 1 Semarang Adanya persamaan dan perbedaan pene-
adalah suatu proses yang sistematis untuk litian dalam penelitian di atas karena dalam
mengembangkan pengetahuan, keterampilan penelitian Everson dan Millsap berangkat dari
dari sikap yang diperlukan dalam melak- budaya sekolah yang telah terbentuk sehingga
sanakan tugas seseorang serta diharapkanakan sekolah hanya memikirkan membentuk siswa
dapat mempengaruhi penampilan siswa yang yang berkarakter dengan berbagai usaha yang
bersangkutan maupun sekolah. terencana. Adapun penelitian ini berangkat
Hasil ini mendukung Everson dan dari sekolah menengah yang secara umum be-
Millsap (2005) dalam penelitiannya yang lum memiliki budaya yang kompetitif dan ma-
menjelaskan bahwa pendidikan yang dilak- pan dalam proses pendidikan, karena secara
sanakan dan dirumuskan sesuai kebutuhan umum model pendidikan di Indonesia belum
dan perkembangan teknologi yang diadaptasi mendapat perhatian yang lebih dari pemerin-
oleh stakeholder akan mensinergikan kebu- tah dan masyarakat secara umum.
tuhan sekolah dengan stakeholder tersebut. Suatu pendekatan yang cukup bagus
Bahwa pola pembinaan siswa berbakat dan untuk mengerti tentang proses pembinaan,
berprestasi memiliki kekuatan yang dapat adalah berpikir secara sistematis. Moriana
membentuk karakter siswa, oleh sebab itu dkk. (2006) menyebutkan dalam penelitiannya
dalam pembelajaran diperlukan guru harus (a) bahwa pembinaan merupakan suatu bagian
mampu mengorganisasikan program pembe- dari sistem organisasi yang berinteraksi de-
lajaran, (b) mampu memberikan inovasi dan ngan kegiatan kegiatan organisasi. Kebutuhan
motivasi kerja kepada siswa, (c) mampu me- pembinaan siswa (needs) telah diidentifikasi,
nguasai keahlian baik secara teknis maupun kemudian pembinaan dilaksanakan untuk me-
secara teoritis, (d) mampu menguasai emosi menuhi kebutuhan yang diinginkan. Di dalam
sehingga menjadi suri teladan oleh siswa dan konteks ini, pembinaan siswa berbakat dan
kawan seprofesi, dan (e) mampu berkomuni- berprestasi merupakan suatu bagian sentral
kasi dan berjiwa enterpreneurship. Dari se- dari pada kegiatan sekolah.
jumlah unsur kompetensi guru dalam pembi- Pembinaan siswa berbakat dan ber-
naan siswa berbakat dan berprestasi di atas, prestasi di SMA 1 Semarang dilakukan untuk
maka salah satu kemampuan yang diperlukan menghasilkan siswa/siswi yang produktif dan
dari guru dalam melaksanakan program pem- kreatif serta mampu mengembangkan sikap
binaan siswa berbakat dan berprestasi adalah prfesional dan berdaya saing.
kemampuan membimbing siswa.
Temuan penelitian Everson dan Millsap b. Respon Siswa
(2005) tersebut dapat dicari persamaan dan Hasil penelitian dan pengalaman meng-
perbedaan. Persamaannya adalah diperlukan ajar siswa di kelas bakat SMA 1 Semarang, di-
suatu konsep hubungan yang terencana de- mana telah menggunakan Pembelajaran, Aktif,
ngan berbagai pihak. Adapun perbedaannya Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAK-
adalah bahwa dalam penelitian di atas terse- EM). dengan mempergunakan lembar tugas
132 Varia Pendidikan, Vol. 24. No. 2, Desember 2012
siswa kreatif, di sini terlihat keaktifan siswa dengan materi yang akan diajarkan salah sa-
tapi belum semua siswa berani mengemuka- tunya yaitu dengan menyesuaikan dengan
kan pendapat atau bertanya, dari hasil penga- latar belakang siswa. Respon positif tersebut
matan kami dalam proses pembelajaran ini dengan cara menyimak dan memperhatikan
disebabkan karena tingkat berpikir siswa yang secara seksama apa yang sedang diterangkan
berbeda-beda, ada yang lambat dan ada yang guru.
cepat, sehingga dalam proses pembelajaran
masih didominan oleh siswa yang pintar. c. Simpulan
Dalam pelaksanaan pembinaan siswa Bertolak dari hasil penelitian dan
berbakat dan berprestasi di SMA 1 Semarang pembahasannya, dapat ditarik smpulan: 1)
terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti Strategi pembinaan siswa berbasis bakat dan
dan penutup. Pendahuluan merupakan kegiatan prestasi di SMA Negeri 1 Semarang melalui
awal dalam suatu pertemuan pembinaan yang pengelompokan siswa berdasarkan bakat in-
ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan dividu, melalui pengayaan mata pelajaran.
memfokuskan perhatian peserta didik untuk Sekolah mengelompokkan siswa dalam ke-
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. lompok belajar khusus. Strategi yang digu-
Dalam kegiatan inti adalah pembinaan siswa nakan dalam pembinaan siswa berbakat dan
berbakat di SMA 1 Semarang dilakukan dengan berprestasi adalah pembentukan kelompok
membentuk kelompok belajar siswa dalam ke- kegiatan yang mengelompokkan siswa dalam
las. Kelompok ini kemudian melakukan diskusi berbagai jenis kegiatan sesuai bakatnya. 2)
mengenai materi yang diajarkan pada saat itu. Pelaksanaan pembinaan siswa berbakat dan
Kegiatan penutup adalah dengan menyimpulkan prestasi di SMA Negeri 1 Semarang melalui
materi pelajaran yang telah dibahas. enam model. Pertama, pembinaan melalui
Peixoto (2009) dalam penelitiannya pembelajaran berbasis masalah. Kedua, pem-
mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan ke- binaan dengan memanfaatkan lingkungan
giatan pembelajaran seorang guru harus me- siswa untuk memperoleh pengalaman bela-
nyesuaikan pelaksanaan pembelajaran dengan jar. Ketiga, melakukan aktivitas kelompok.
kondisi siswa seperti dalam kegiatan aper- Keempat, membuat aktivitas belajar mandiri.
sepsi guru berusaha memotivasi siswa dengan Kelima, membuat aktivitas belajar bekerja
memberikan contoh-contoh yang sering diha- sama dengan masyarakat. Keenam, menerap-
dapi oleh siswa serta guru juga memberikan kan penilaian autentik atas bakat dan prestasi
masalah-masalah yang berkaitan dengan kon- selama pembinaan.
disi dan lingkungan siswa. Adapun implikasnya dapat dipaparkan
Kesamaan penelitian ini dengan pene- berikut: 1) Jika pembinaan bakat dan prestasi
litian Peixoto (2009) adalah salah satu solusi akan berhasil maka strategi pembelajaran atau
dalam melaksanakan program manajemen pembinaan ditekankan pada karakter bakat
pembelajaran adalah dengan menyediakan siswa. 2) Jika pembinaan bakat dan prestasi
sistem pendukung pembelajaran yang disesuai- akan berhasil maka dalam pelaksanaan pembi-
kan dengan ketertarikan dan latarbelakang naan siswa berbasis bakat dan prestasi dilaku-
murid. Dalam hal ini guru pembina SMA 1 kan dengan menggunakan metode pembinaan
Semarang telah berusaha agar siswa tertarik yang disesuaikan dengan keberbakatan siswa.
Esti Gusti Arini, Pembinaan Siswa berbakat dan berprestasi... 133
Daftar Pustaka
Anonoim 2009. ”Manajemen Pembinaan Kesiswaan”. Warna Dunia. 29 Oktober 2009. (sum-
ber: (sumber: http://warnadunia.com/manajemen-pembinaan-kesiswaan). Akses 23 Juni
2010. 16: 26 WIB.
Caskey, Micki M. 2006. “Extracurricular Participation and the Transition to Middle School”.
RMLE Online—2006. ISSN 1084-8959. Volume 29, No. 9. pp. 1-9.
Chaniago, Anto. 2010. “Administrasi Kurikulum dan Kesiswaan”. (sumber: wordpress.
com/2010/05/bab-xi.doc). Akses 2 Juli 2010. 10: 30 WIB.
Depdiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Ta
hun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan. Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Departe-
men Pendidikan Nasional
Everson, Howard T. and Roger E. Millsap. 2005. “Everyone Gains: Extracurricular Activities
in High School and Higher SAT® Scores”. College Board Research Report No. 2005-2.
pp. i-iv, 5-12.
Firdaus, Fattah. 2009. “Model Sistem Kesiswaan Berdasarkan Desain Sistem Instruksional AD-
DIE”. (sumber: www.teknologi-pembelajaran.co.cc). Akses 3 Mei 2010. 21.04 WIB.
Guèvremont, Anne, Leanne Findlay and Dafna Kohen. 2008. “Organized extracurricular ac-
tivities of Canadian children and youth”. Statistics Canada, Catalogue No. 82-003-XPE.
Health Reports, Vol. 19, no. 3, September 2008. pp. 65-69.
King. 2009. “Acceleration”. (sumber: http://www.hoagiesgifted.org). Akses 10 Pebruari 2010.
18: 01 WIB.
Mendiknas. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 39 Ta
hun 2008 Tentang Pembinaan Kesiswaan. Jakarta: Depdiknas.
Moriana, Juan Antonio, Francisco Alos, Rocio Alcala, Maria Jose Pino, Javier Herruzo, Rosario
Luiz. 2006 “Extra Curriculer Activities and academic performance in secondary student”.
Electronic Journal of Research in Educational Psychology. ISSN. 1696-2095. No. 8. Vol.
4. (1) 2006. pp. 35-46.
Peixoto, Francisco. 2009. “What Kinds of Benefits Students Have from Participating in Extra-
curricular Activities?”. Portugal: Instituto Superior de Psicologia Aplicada. pp. 1-5.
Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
Spradley. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Suara Merdeka. 2006. “Manajemen Kesiswaan Potensi Siswa dan Sekolah Bisa Lebih Tergali”.
03. Januari 03, 2006. Semarang: SKH Suara Merdeka.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
134 Varia Pendidikan, Vol. 24. No. 2, Desember 2012