You are on page 1of 9

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.

1, Maret 2016

DETERMINAN MATERNAL KEJADIAN PREEKLAMPSIA


(STUDI KASUS DI KABUPATEN TEGAL, JAWA TENGAH)

Natiqotul Fatkhiyah, Kodiyah, Masturoh

STIKes Bhakti Mandala Husada Slawi Kab. Tegal Prov Jawa Tengah
email: natirozak@gmail.com

ABSTRACT
Preeclampsia and Eclampsia are prolonged pregnancy complications, with typical symptoms
such as hypertension, edema and proteinuria. The dominant factors related to the incidence
of preeclampsia has not reveled yet, therefor appropriate prevention and intervention efforts
are needed. Idenfitying risk factors of preeclampsia are expected to prevent and to control
risk factors appropriately to decrease mothers and infants morbidity and mortality caused
by preeclampsia. This research was to identify determinants of maternal factors (age,
gravidity, history of hypertension and ANC (antenatal care) to the incidence of preeclampsia.
The study was an observational study with case control design to analyze the relationship
between determinant Tractors (age, gravidity, history of hypertension and ANC) and the
preeclampsia. The case was pregnant and in labor women with preeclampsia, while The
Control was mothers without peeclampsia since pregnancy to delivery. Following then,
exposure determinant factors to incidence of preeclampsia was examined. The Renault
showed that risk factors were associated with the incidence of preeclampsia included age,
history of hypertension and a history of preeclampsia (p value <0.05). The history of
hypertension was the riskiest factor by OR 6,42. It was expected that health professionals,
especially midwives are capable to provide high quality antenatal care to guarantee early
detection of obstetric complications.
Keywords: preeclampsia, maternal determinants

ABSTRAK
Preeklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan berkelanjutan dengan gejala
khas hipertensi, edema dan protein urine. Faktor risiko yang lebih dominan kejadian
preeklampsia belum dapat dipastikan, sehingga diperlukan upaya preventif dan intervensi
yang tepat. Teridenfifikasinya faktor risiko preeklampsia diharapkan dapat mencegah dan
mengendalikan faktor risiko secara untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan
bayi akibat preeklampsia. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi faktor determinan
maternal meliputi usia ibu, graviditas, riwayat hipertensi dan ANC (antenatal care) terhadap
kejadian preeklampsia. Penelitian observasional dengan rancangan case control dilakukan
untuk menguji hubungan faktor determinan (umur, graviditas, riwayat hipertensi dan ANC)
dan Peeklampsia. Kasus meliputi ibu hamil dan ibu bersalin dengan preeklampsia,
sedangkan dan ibu bersalin tanpa preeklampsia sejak kehamilan sampai persalinan sebagai
kontrol. Selanjutnya menilai faktor determinan (paparan) dengan kejadian preeklampsia.
Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian
preklampsia adalah umur ibu, riwayat hipertensi dan riwayat preeklampsia (dengan nilai p <
0.05). Riwayat hipertensi sebagai faktor yang paling berisiko terhadap kejadian
preeklampsia dengan OR 6,42. Diharapakan tenaga kesehatan khususnya bidan mampu
melaksanakan antenatal care secara berkualitas sebagai upaya deteksi dini komplikasi
obstetrik.
Kata kunci: preeklampsia, determinan maternal

53
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

PENDAHULUAN nilai yang lebih tinggi dibandingkan AKI


Provinsi Jateng dan jauh dari target AKI
Angka kematian ibu (mortalitas maternal)
Nasional sebesar 125/100.000 KH.
merupakan indikator yang mencerminkan
Penyebab kematian ibu di Kabupaten
risiko yang dihadapi ibu sewaktu hamil
Tegal tahun 2012 meliputi preeklampsia
dan melahirkan. Tingginya mortalitas
berat/eklampsia (33,33%),
maternal menunjukkan rendahnya
decompensatio cordis (17.98%),
keadaan ekonomi dan fasilitas pelayanan
perdarahan (15,38%), infeksi/sepsis
kesehatan, termasuk pelayanan antenatal
(7,69%) dan penyebab lainnya (25,64%).
dan obstetrik. Penyebab mortalitas
maternal diantaranya terbatasnya akses Preeklampsia dan eklampsia
ke pelayanan kesehatan maternal yang merupakan komplikasi kehamilan
berkualitas, terutama pelayanan berkelanjutan,dengan gejala khas
emergency tepat waktu karena hipertensi, edema dan protein urine.
keterlambatan mengenal tanda bahaya Komplikasi preeklampsia (PE) terhadap
dan pengambilan keputusan, ibu dan bayi yang akan dilahirkan seperti
keterlambatan mencapai fasilitas asfiksia, berat bayi lahir rendah dan
kesehatan dan mendapatkan pelayanan kematian perinatal. Beberapa faktor ibu
di layanan kesehatan (Kemenkes RI, sebagai pencetus/risiko terjadinya PE
2012). antara lain umur ibu yang terlalu muda/tua
(ibu hamil usia ≤20 tahun dan atau ≥35
Hasil Survei Demografi
tahun), paritas yang tinggi, usia
Kesehatan Indonesia diketahui mortalitas
kehamilan, riwayat penyakit dan riwayat
maternal tahun 2002 mencapai 307 per
obstetrik. Faktor janin yang memicu
100.000 Kelahiran Hidup (KH) dan
kejadian PE antara lain kehamilan
penurunan mortalitas maternal di tahun
gemelli, mollahidatidosa dan hidramnion
2007 yaitu 228 per 100.000 KH. Namun
(Cunningham, 2006). Teori penyebab
angka tersebut masih jauh dari yang
preeklampsia diantaranya iskemia
diharapkan untuk mencapai target
plasenta dan faktor sebagai predisposisi
Rencana Pembangunan Jangka
yaitu diabetes melitus, mola hidatidosa,
Menengah Nasional tahun 2010-2014
obesitas, gemelly dan hidrops fetalis
yaitu 118/100.000 KH dan target MDGs
(Trijatmo, 2007).
(Millenium Development Goals) tahun
2015 yaitu 102/100.000 KH. Diperlukan Preeklampsia dan eklampsia
adanya upaya dan komitmen yang kuat berisiko terhadap kesehatan ibu dan janin
serta terpadu untuk memenuhi target melalui plasenta. Insidensi eklampsia di
tesebut. negara berkembang berkisar 1:100
hingga 1:1700. Beberapa kasus
Menurut Profil Kesehatan
preeklampsia pada awalnya ringan
Provinsi Jawa Tengah Angka Kematian
sepanjang kehamilan, namun pada akhir
Ibu di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012
kehamilan berisiko terjadinya kejang yang
yaitu 116,34/100.000 KH cenderung
dikenal eklampsia. Jika eklampsia tidak
meningkat apabila dibandingkan dengan
ditangani secara cepat dan tepat,
AKI tahun 2011 yaitu 116,01/100.000 KH.
terjadilah kegagalan jantung, kegagalan
Kabupaten Tegal di tahun 2012 sebagai
ginjal dan perdarahan otak yang berakhir
kontribusi AKI terbesar kedua dari jumlah
dengan kematian. Oleh karena itu
35 Kabupaten/Kota Se-Jawa Tengah
kejadian PE dan eklampsia semampu
yaitu 166,04/100.000 KH, menunjukkan

54
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

mungkin dapat dihindari (Winkjosastro, Preeklampsia dapat dicegah


2005). dengan pemeriksaan kehamilan yang
teratur dan berkualitas. Pelayanan
Penelitian Rozikhan, 2007
antenatal berkualitas dengan standar
menyatakan ibu dengan riwayat
pelayanan yang telah ditetapkan dapat
preeklampsia, keturunan hipertensi dan
mendeteksi komplikasi dalam kehamilan
paritas rendah mempunyai risiko
termasuk diantaranya deteksi
terjadinya preeklampsia berat sebesar
preeclampsia (IBI, 2006). Pemerintah
15,5; 7,1 dan 4,8 secara berturut-turut.
Indonesia sedang berupaya keras dalam
Penelitian Yuliawati 2001 menemukan
upaya penurunan kematian maternal,
34,4% kejadian PE dialami oleh ibu yang
namun banyak hambatan yang bersifat
berumur ≤ 20 tahun dan ≥ 35 tahun. Usia
multifaktorial. Karena penyebab PE
ibu pada kehamilan pertama yang terlalu
belum diketahui secara pasti maka salah
muda ataupun terlalu tua meningkatkan
satu upaya guna mencegah terjadinya
kejadia PE terkait dengan fungsi organ
preeklampsia adalah menghindari faktor
reproduksi yang belum optimal ataupun
risiko dan meminimalkan faktor
degenerasi fungsi reproduksi. Hasil
determinan PE yang dapat terjadi. Upaya
penelitian menunjukkan bahwa 96,2% PE
yang dilakukan tidak hanya dilaksanakan
terjadi pada ibu yang tidak memiliki
oleh tenaga kesehatan, namun perlu
riwayat preeklampsia dan PE dapat
kerjasama dan keterlibatan dari klien,
dicegah dengan antenatal care secara
pemerintah dan tenaga kesehatan.
teratur.
Rumah Sakit dr Soeselo
Antenatal care merupakan faktor
merupakan rumah sakit rujukan di
risiko terjadinya preeklampsia, dari 70%
Kabupaten Tegal. Data Rekam Medik
ibu primigravida dengan preeklampsia,
RSUD dr. Soeselo Slawi, 2013 diketahui
sebesar 90% dari mereka tidak
jumlah pasien rawat inap kebidanan di
melakukan perawatan kehamilan dengan
ruang nusa indah terdapat 8144 ibu, jenis
baik. Antenatal care efektif dapat
kasus meliputi Preeklampsi Berat (PEB)
menghindari perkembangan
sebanyak 525 orang (6,44%), Ketuban
preeklampsia dan mendeteksi dini
Pecah Dini (KPD) sebanyak 766 orang
diagnosa preeklampsia untuk mengurangi
(9,4%), anemia sebanyak 118 orang
komplikasi preeklampsia. Tujuan
(1,44%), dan kasus lainnya sebanyak
antenatal care untuk deteksi dini setiap
6735 orang (82,6%). Jumlah kematian ibu
kenaikan tekanan darah saat kehamilan,
mencapai 8 orang dengan penyebab
screening preeklampsia, dan
kematian tertinggi adalah eklampsia yaitu
pengambilan tindakan yang terpat dalam
2 orang (25%), Preeklampsia Berat (PEB)
persiapan rujukan. Penelitian Prual,et.all,
yaitu 1 orang (12,5%), dan penyebab
2012 di Nigeria menyebutkan kualitas
lainnya mencapai 5 orang (62,5%).
pemeriksaan faktor risiko selama
konsultasi antenatal memiliki efektifitas Ibu hamil dan bersalin dengan
dalam mencegah dan memprediksi preeklampsia dapat berisiko terjadinya
komplikasi obstetric. Didukung penelitian kematian ibu maupun janin. Kejadian
Mathole,et.all, 2005 di Zimbabwe preeklampsia sebagai penyebab utama
menyatakan kunjungan antenatal yang morbiditas dan mortalitas maternal-
pertama kali dapat mendeteksi komplikasi neonatal cenderung mengalami
kehamilan. peningkatan. Belum diketahuinya faktor

55
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

risiko yang lebih dominan dalam jaringan tercukupi. Kenaikan berat badan
hubungannya terhadap kejadian dan edema yang disebabkan berlebihnya
preeklampsia serta diperlukannya upaya penimbunan air dalam ruangan interstisial
prevensi dan intervensi yang tepat untuk karena retensi air dan garam. Proteinuria
mengatasi preeklampsia. Dengan disebabkan oleh spasme arteriola
diketahuinya faktor risiko PE baik internal sehingga glomerulus mengalami
maupun eksternal, diharapkan perubahan (Mansjoer, 2004).
pencegahan dan pengendalian faktor Tujuan penelitian ini adalah
risiko secara tepat dalam upaya mengidentifikasi faktor determinan
penurunan kesakitan dan kematian pada
preeklampsia yaitu usia ibu, graviditas,
ibu dan bayi akibat preeclampsia riwayat penyakit hipertensi dan ANC
(Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, (antenatal care). Target luaran yang ingin
2012). dicapai dalam penelitian ini sebagai
Preeklampsia adalah suatu pengkayaan bahan ajar asuhan
sindroma yang ditemui pada usia kehamilan dan dipublikasikan dalam
kehamilan lebih dari 20 minggu, dengan jurnal nasional.
tanda hipertensi dan proteinuria disertai METODE PENELITIAN
atau tanpa edema. Tanda hipertensi bila
tekanan darah ≥ 140/90 mmHg atau Jenis penelitian adalah observasional
terjadi kenaikan tekanan sistolik ≥30 yang dilakukan untuk menganalisis
mmHg atau tekanan diastolik ≥15 mmHg hubungan variabel bebas (faktor
dari hasil pengukuran normal. determinan: umur, graviditas, riwayat
Preeklampsia adalah kumpulan gejala hipertensi dan ANC) dan variabel terikat
dari trias: hipertensi, proteinuria dan (preeklampsia). Desain penelitian dengan
edema yang timbul pada ibu hamil, case control (sebagai kasus adalah ibu
bersalin dan dalam masa nifas; terkadang hamil dan bersalin dengan preeklampsia)
disertai konvulsi sampai koma dan kontrol (ibu bersalin yang tidak
(Winkjosastro, 2005). Hipertensi dan mengalami preeklampsia sejak kehamilan
proteinuria dalam kehamilan dapat sampai persalinan). Selanjutnya menilai
meningkatkan risiko gagal ginjal, faktor determinan (paparan) dengan
gangguan sistem koagulasi dan fungsi kejadian preeklampsia.
hati, perdarahan otak, prematuritas, Penelitian dilakukan pada bulan
kematian janin-neonatal dan kematian Januari-Juni 2015. Populasi penelitian ini
ibu. Adanya koagulasi intravaskuler, adalah seluruh ibu hamil dan bersalin
hipoperfusi darah ke plasenta yang datang periksa ataupun dirawat di
mengakibatkan hipoksia kronis dan RSUD Dr. Soeselo Kabupaten Tegal.
retardasi pertumbuhan janin Pengambilan sampel secara purposif
(Cunningham, 2006). sampling dengan menggunakan kriteria
Terjadinya preeklampsia karena data kasus yaitu: Ibu hamil dan bersalin
adanya spasme pembuluh darah disertai yang didiagnosa preeklampsia di RSUD
dengan retensi natrium dan air. Jika Dr Soeselo Kab. Tegal; mempunyai data
semua arteriola tubuh mengalami rekam medik yang lengkap dan bertempat
spasme, maka tekanan darah cenderung tinggal di Kab.Tegal. Kriteria data kontrol
naik, sebagai upaya mengatasi kenaikan meliputi: Ibu bersalin yang tidak
tekanan perifer sehingga oksigenisasi didiagnosa PE sejak kehamilan sampai

56
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

Tabel 1. Hasil Analisis Hubungan Status Kesehatan Ibu dengan Kejadian


Preeklampsia

Variabel Pre Eklampsia OR CI 95% x2 p


Ya Tidak
Umur
Reproduktif 16 27 7,875 1,95-3,67 0,407 0,01
Berisiko 14 3
Paritas
Primipara 12 20 1,56 1,06-3,16 0,612 0,03
Multipara 18 10
Jarak kehamilan
≤ 2 tahun 20 24 2,00 0,61-6,45 0,151 0,25
>2 tahun 10 6
Riwayat Hipertensi
Ada 5 23 6,42 4,56-9,07 0,601 0,001
Tidak ada 25 7
Riwayat pre
eklampsia
Ada 15 23 3,26 1,08-5,95 0,277 0,03
Tidak ada 15 7
OR: Odd Ratio, CI: Confidence Interval
persalinan dan dipilih secara acak (status HASIL
obsterik yang normal; kehamilan dan Penelitian yang dilakukan pada bulan
persalinan fisiologis/normal); data rekam Mei-Juli pada 30 responden ibu hamil
medik yang lengkap dan bertempat dengan pare eklampsia (sebagai kasus)
tinggal di Kab.Tegal. dan 30 responden ibu hamil normal
Sampel penelitian diambil secara (sebagai kontrol). Uji chi square vdan Odd
simple random sampling dan besar ratio digunakan sebagai analisis bivariat
sampel ditentukan dengan menggunakan untuk mengetahui signifikansi faktor risiko
minimal sample size, α:0,05 menurut terhadap kejadian preeklampsia.Berikut
Lemeshow yang dihitung berdasarkan table distribusi frekuensi variabel
rumus diperoleh 30 sampel kasus dan 30 penelitian dan hasil analisisnya.
sampel kontrol. Analisis data penelitian Faktor risiko yang berhubungan
secara bivariat dengan chi square dan dengan kejadian preklampsia
odd ratio, analisis multivariat dengan berdasarkan hasil analisis bivariat yaitu
regresi logistik. umur, riwayat hipertensi dan riwayat

Tabel 2 Hasil Analisis Multivariat

Variabel B S.E. Sig. Exp(B 95.0% C.I.for


) EXP(B)
Lower Upper
Riwayat Pre Eklamsia -0,464 0,987 0,638 3,266 1,091 4,352
Riwayat Hipertensi 1,674 1,050 0,111 6,433 4,681 6,759
Constant 20,455 1,0364 0,998 7,6508

57
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

preeklampsia (nilai p<0.05). Dapat tingkat kepercayaan 95%. Hasil analisis


diartikan umur, riwayat hipertensi dan diketahui hanya 2 variabel bebas (riwayat
riwayat preeklampsia mempunyai PE dan riwayat hipertensi) yang masuk
hubungan yang signifikan dengan kedalam model regresi. Dapat diartikan
kejadian preeklampsia. Ada perbedaan bahwa risiko kejadian preeklampsia
proporsi terjadinya preeklampsia meningkat pada ibu dengan riwayat
berdasarkan nilai OR dan CI. Variabel hipertensi dan preeklampsia (lihat tabel
umur menunjukkan adanya perbedaan 2).
proporsi terjadinya preeklampsia antara PEMBAHASAN
umur reproduktif dengan umur berisiko.
Besarnya perbedaan adalah 7,875 berarti Preeklampsia merupakan komplikasi
ibu yang hamil pada umur < 20 tahun dan penyakit yang langsung disebabkan oleh
> 35 tahun berisiko terjadi preeklampsia kehamilan, namun penyebabnya belum
7,875 kali dibandingkan ibu usia diketahui secara pasti.
reproduksi sehat (20-35 tahun). Hasil Preeklamsia/eklamsia merupakan salah
penelitian variabel paritas didapatkan nilai satu penyebab utama kesakitan dan
OR 1.56 yang berarti ibu hamil pertama kematian perinatal di Indonesia. Kejadian
(primigravida) mempunyai risiko terjadi preeklamsia dipengaruhi oleh berbagai
preeklampsia 1,56 kali dibandingkan ibu faktor risiko meliputi status primigravida
yang hamil lebih dari 1 kali (multiparitas). (kehamilan pertama), gemelly, diabetes
melitus, hipertensi yang telah ada
Berdasarkan nilai OR variabel sebelumnya, preeklampsia dalam
jarak kehamilan didapatkan 2,00 yang kehamilan lalu, riwayat preeklampsia
berarti ibu dengan jarak kehamilan < 2 dalam keluarga (Osterdall, 2008).
tahun mempunyai risiko terjadi Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi
preeklampsia dibandingkan ibu dengan disertai proteinuria akibat kehamilan,
jarak kehamilan 2 tahun atau lebih. Nilai setelah umur kehamilan 20 minggu atau
OR variabel riwayat hipertensi segera setelah persalinan. Penyebab
menunjukan 6,42 dapat diartikan ibu terjadinya preeklampsia tidak hanya
hamil dengan hipertensi mempunyai disebabkan oleh satu faktor saja,
risiko 6,42 kali terjadi preeklampsia melainkan multi faktor yang
dindingkan dengan ibu hamil yang tidak menyebabkan terjadinya preeklampsia
ada riwayat hipertensi. Hasil penelitian dan eklampsia (multiple causation).
variabel riwayat preeklampsia didapatkan
Diabetes melitus, mola hidatidosa,
nilai OR 3,26 yang berarti ibu hamil kehamilan ganda, hidrops fetalis, umur
dengan riwayat preeklampsia mempunyai
lebih dari 35 tahun dan obesitas
risiko 3,26 kali terjadi preeklampsia merupakan faktor pendukung terjadinya
dibandingkan ibu hamil tanpa riwayat preeclampsia (Trijatmo, 2007).
preeklampsia.
Faktor umur ibu yang hamil pada
Analisis multivariat umur < 20 tahun dan > 35 tahun berisiko
menggunakan uji regresi logistik terjadi preeklampsia 7,875 kali
dilakukan untuk melihat hubungan dibandingkan ibu usia reproduksi sehat
variabel bebas dengan variabel terikat (20-35 tahun). Insiden preeklampsia
(kejadian preeklampsia). Pada tingkat tertinggi pada wanita hamil dengan usia
kemaknaan p<0,05 dan kekuatan
paling muda. Kecenderungan umur ibu
hubungan dari nilai Odd Ratio dengan yang kurang dari 20 tahun mmpunyai

58
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

risiko terjadi preeclampsia (Osterdall, ibu dengan paritas >3 berisiko semakin
2008). kecil mengalami preeklamsia (OR=1,34).
Interval kelahiran berhubungan dengan
Faktor paritas (anak pertama)
kejadian preeklamsia dimana jarak
berisiko mengalami preeklampsia
kelahiran anak ≥5 tahun semakin berisiko
sebesar 1,56 kali dibandingkan ibu hamil
terdiagnosa preeklamsia (Rozanna,
yang kedua atau lebih (multiparitas). Hasil
2009). Interval kelahiran merupakan
ini mendukung teori bahwa primigravida
salah satu faktor risiko yang dapat
sebagai faktor predisposisi terjadinya
mempengaruhi terjadinya preeklamsia.
preeklampsia. Kejadian preeklamsia
Skjaerven, dkk. (2002) menyatakan risiko
paling banyak dialami ibu dengan interval
terjadinya preeklamsia pada pasangan
persalinan ≥ 5 tahun dibandingkan ibu
yang sama maupun pada pasangan yang
dengan interval persalinan < 5 tahun, dan
berbeda. yaitu jarak kelahiran yang
usia ≥ 35 tahun dibandingkan ibu dengan
panjang antara anak sekarang dengan
usia < 35 tahun. Frekuensi ibu
sebelumnya. Robillard dan Hulsey
preeklamsia dengan multipara lebih besar
menyatakan bahwa meningkatnya risiko
dibandingkan tidak preeklampsia.
preeklamsia pada ibu dengan jarak yang
Semakin lama interval kelahiran anak (≥5
lebih pendek dalam melakukan hubungan
tahun), semakin besar risiko mengalami
seksual sebelum hamil (Cathrine, et.al
preeklamsia. Semakin banyak umur ibu
2013).
(≥ 35 tahun) berisiko semakin besar untuk
mengalami preeklamsia. Paritas Hasil penelitian Conde-Agudelo
berhubungan dengan kejadian dan Belizan (2000) di Amerika Latin dan
preeklampsia, ibu primipara lebih berisiko Caribia ada hubungan yang bermakna
mengalami preeklampsia. Kejadian antara jarak kelahiran sekarang dengan
preeklampsia lebih banyak pada sebelumnya dengan kejadian
primigravida muda maupun tua (Utama, preeklamsia yaitu bila jarak kelahiran
2008). Dalam New England Journal of tersebut mencapai > 59 bulan. Hal ini
Medicine disebutkan persalinan kedua sejalan dengan penelitian Skajaerven dkk
dan ketiga adalah persalinan yang aman, (2002) menyebutkan bahwa risiko
tercatat bahwa kehamilan pertama preeklamsia selama kehamilan kedua
berisiko terjadi preeklampsia 3,9%; cenderung meningkat seiring dengan
kehamilan kedua 1,7% dan kehamilan peningkatan jarak waktu saat kelahiran
ketiga 1,8%. (Merviel, et.al, 2008). pertama terutama bila jarak waktu setelah
melahirkan anak pertama 10 tahun
Faktor interval kehamilan < 2
dengan kehamilan kedua, risiko itu akan
tahun mempunyai risiko terjadi
meningkat lebih dari tiga kali lipat hampir
preeklampsia dibandingkan ibu dengan
sama tingkatan risikonya dengan wanita
jarak kehamilan 2 tahun atau lebih. Ibu
nullipara. Trongstad dkk. menyatakan
yang melahirkan dengan jarak kelahiran
bahwa semakin lama jarak kelahiran
≤4 tahun berisiko preeklamsia sebesar
maka akan meningkatkan risiko
0,81 kali daripada ibu dengan interval
preeklamsia dibandingkan pada wanita
kelahiran ≥5 tahun (OR=0,81). Ibu hamil
dengan jarak kelahiran 1-5 tahun setelah
berusia > 33 tahun semakin berisiko
kelahiran anak pertama. Hasil riset ini
terdiagnosa preeklamsia (OR= 0,823).
juga menyatakan bahwa pasangan yang
Ibu berpendidikan tinggi lebih berisiko
berbeda pada kehamilan kedua
mengalami preeklamsia (OR=0,689) dan
menurunkan risiko preeklamsia apabila

59
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

interval kelahiran pertama dengan kedua preeklampsia dibandingkan ibu hamil


tidak terlalu panjang terutama pada ibu tanpa riwayat preeklampsia.. Hasil
tanpa riwayat preeklamsia. Risiko penelitian ini sejalan dengan teori bahwa
terjadinya preeklampsia akan meningkat ibu hamil dengan riwayat preeklampsia
bila jarak kelahiran terlalu panjang. Ibu terdapat kecenderungan diwariskan,
hamil dengan riwayat preeklamsia yang preeklampsia sebagai penyakit yang
mempunyai pasangan berbeda risiko diturunkan pada anak atau saudara
terjadinya preeklamsia semakin menurun perempuan. Menurut Mochtar (2002)
jika interval kelahiran pertama dan kedua riwayat preeklamsia pada kehamilan
semakin panjang. Hasil penelitian Basso sebelumnya merupakan salah satu fakor
dkk. (2001) menyimpulkan tidak ada pendukung terjadinya preeklamsia pada
peningkatan risiko terjadinya preeklamsia kehamilan.
dengan pasangan yang berbeda pada ibu KESIMPULAN
tanpa riwayat preeklamsia bila jarak
antar kelahiran itu waktunya tidak terlalu Simpulan dalam penelitian ini adalah Ada
lama. Hasil penelitian Basso dkk. (2003) hubungan yang signifikan antara umur,
di Denmark menyimpulkan bahwa waktu paritas, riwayat hipertensi dan riwayat
yang lama untuk hamil lebih preekampsia ibu dengan kejadian
meningkatkan risiko kejadian preeklamsia; Faktor umur, paritas, jarak
preeklamsia. kehamilan, riwayat hipertensi dan riwayat
preeklamsi merupakan faktor risiko
Faktor riwayat hipertensi terhadap kejadian preeklamsia; Riwayat
mempunyai risiko 6,42 kali terjadi hipertensi merupakan faktor risiko yang
preeklampsia dindingkan dengan ibu paling dominan terhadap kejadian
hamil yang tidak ada riwayat hipertensi. preeklampsia.
Tekanan darah tinggi pada ibu hamil
menimbulkan dampak yang beragam, SARAN
mulai dari preeklampsia ringan hingga Disarankan kepada Ibu Hamil melakukan
yang berat. Hipertensi dalam kehamilan pemeriksan kehamilan secara rutin pada
terbagi atas preeklamsia ringan, petugas kesehatan yang terlatih dan pada
preeklamsia berat, eklampsia, serta fasilitas kesehatan yang baik agar dapat
superimposed hipertensi (ibu hamil yang terdeteksi secara dini tanda dan gejala
sebelum kehamilannya sudah memiliki serta faktor risiko gangguan kehamilan
hipertensi dan hipertensi berlanjut selama dan persalinan serta dapat dilakukan
kehamilan). Tanda dan gejala yang terjadi penatatalaksanaan yang tepat untuk
serta pentatalaksanaan masing-masing mengurangi komplikasi sedini mungkin.
hipertensi tidaklah sama. Hasil penelitian Bagi Tenaga Kesehatan mampu
Anggana, 2011 didapatkan 8,1 % ibu melaksanakan pemeriksan kehamilan
hamil mengalami hipertensi sejak dan layanan obstetri secara berkualitas
trimester I yang kemudian berlanjut sebagai upaya deteksi dan
menjadi preeklamsia. Preeklampsia yang penatalaksanaan komplikasi obstetri.
terjadi pada usia > 35 tahun kemungkinan Bagi Dinas Kesehatan diharapkan
akibat hipertensi yang diperketat oleh menyusun kebijakan strategis terkait
kehamilan (Yuliawati, 2001). pelayanan antenatal sesuai standar
Faktor riwayat preeklampsia prosedur operasional.
mempunyai risiko 3.26 kali terjadi

60
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 11, No.1, Maret 2016

UCAPAN TERIMA KASIH Journal Gynecology Obstetric


Biology 37(5):477-82.
Peneliti menyampaikan terima kasih Mochtar. (2002). Sinopsis obstetri.
kepada Kemenristek Dikti yang Jakarta: EGC.
membiayai penelitian ini. Seluruh civitas Osterdal, M.L., Strøm, M., Klemmensen,
STIKes Bhamada Slawi dan RSUD Dr Å.K., et al. (2008). Does leisure time
Soeselo Slawi yang berpartisipasi dalam physical activity in early pregnancy
kegiatan riset. protect against pre-eclampsia?
Prospective cohort in Danish women,
British. Journal of Obstetrics and
DAFTAR PUSTAKA Gynaecology 10(6.)14-17.
Bigelow, C. A., Pereira, G. A., Warmsley, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.
A., Cohen, J., Getrajdman, C., (2012). Hasil telaah dan masukan
Moshier, E., ... & Stone, J. (2014). terhadap strategi dan program
Risk factors for new-onset late akselerasi pencapaian MDG’s 5 di
postpartum preeclampsia in women Provinsi Jawa Tengah.
without a history of preeclampsia. Prual et.al. (2012). Effectieness of
American journal of obstetrics and External Inspection of Compliance
gynecology, 210(4), 338-e1. with Standards in Improving
Cunningham, F.G. (2006). Obstetri Healthcare Organization Behavior
Williams, Joko Suyono & Andry and Healthcare Profesional Behavior.
Hartono (transl.). Jakarta: EGC. Department of Publish Health,
Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal, University of Oxford.
profil kesehatan Kabupaten Tegal Rozanna. F., R., Dawson, A.,
tahun 2012. Lohsoonthorn, V., & Williams, M.A.
Eskenazi, B., Bradman, A., Gladstone, E. (2009). Risk Factors of Early and
A., Jaramillo, S., Birch, K., & Holland, Late Onset Preeclampsia among
N. (2003). CHAMACOS, a Thai Women, Journal Medical
longitudinal birth cohort study: Assocciation, 3(5): 477-486
lessons from the fields. Journal of Rozikhan. (2007). Faktor–faktor risiko
Children's Health, 1(1), 3-27. terjadinya preeklampsia berat di
IBI,(2006). Bidan menyongsong masa Rumah Sakit dr. H. Soewondo
depan-IBI 50 tahun. Jakarta: Depkes Kendal, Jurnal Ilmiah Universitas
RI. Diponegoro Semarang 10(3):4-5
Kemenkes RI, (2012). Pedoman Trijatmo Rachimhadhi .(2007).
pelayanan antenatal terpadu. Preeklamsia dan Eklamsia.
Jakarta: Ditjen Bina Gizi dan KIA.. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka
Mansjoer, A. (2004). Kapita selekta Sarwono Prawiroharjo
kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media Utama, Y.S. (2008). Faktor risiko yang
Aesculapius. berhubungan dengan kejadian
Mathole, G. Lindmark & BM Ahlberg. preeklampsia berat pada ibu hamil Di
(2005). Dillemas and paradoxes in RSD Raden Mataher Jambi, Jurnal
providing and changing antenatal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi
care:a study of nurse and midwives 8(2):2-4
in rural Zimbabwe. Heapol Oxford Winkjosastro, H. (2005). Ilmu kebidanan.
Journals, 046:385-393. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Merviel, P., Touzart, L., Deslandes, V., Yuliawati, S. (2001) Analisis faktor risiko
Delmas, M., Coicaud, M., & Gondry, yang mempengaruhi terjadinya
J. (2008). Risk factors of preeklampsia di RS Boyolali. Tesis.
preeclampsia in single pregnancy, Yogyakarta: Program Pasca Sarjana
UGM

61

You might also like