You are on page 1of 6

Artikel Penelitian

PROFIL LEUKOKORIA PADA ANAK


DI RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG

Kemala Sayuti, Azwin Aziz, Maya Nasrul

Abstrak
Tujuan penelitian ini ialah menilai penyebab leukokoria pada pasien anak di RSUP
Dr. M. Djamil Padang dengan rancang studi cross sectional. Data dikumpulkan dari medical
record pasien dengan riwayat leukokoria atau pupil putih yang berusia kurang dari 13 tahun
di bagian mata RSUP Dr M Djamil Padang periode Oktober 2009 Februari 2011. Diagnosis
banding disingkirkan melalui pemeriksaan USG dan patologi. Dari 36 pasien dengan
leukokoria, 21 orang (58,3%) laki-laki dan umur rata-rata 31,3 bulan. Penyebab leukokoria
adalah retinoblastoma 12 pasien (33,4%), tiga diantaranya bilateral, katarak kongenital 11
pasien (30,5%), delapan diantaranya bilateral, katarak traumatika 5 pasien (13,8%), uveitis
intra uterin 2 pasien (5,5%), keduanya bilateral, dan ROP 2 pasien (5,5%), satu diantaranya
bilateral. Kami juga menemukan penyebab lain, masing-masing satu pasien dengan leukokoria
unilateral, antara lain: PHPV (2,7%), endoftalmitis eksogen (2,7%), uveitis anterior (2,7%),
dan glioma nervus optikus (2,7%). Sangat krusial mengetahui perbedaan gambaran klinik
retinoblastoma dan katarak kongenital, karena pengobatannya berbeda, dan retinoblastoma
mengancam kehidupan, sedangkan katarak kongenital mengancam penglihatan.
Kata kunci: leukokoria, retinoblastoma, katarak kongenital

Abstract
The objective of this study was to determine the etiology of leukocoria in children using
cross sectional study conducted in eye clinic of Dr. M. Djamil Hospital Padang. Samples were
taken from medical records of patients with children leukocoria during the period of October
2009 to February 2011. Differential diagnosis eliminated by USG and pathology examination.
There were 36 children with leukocoria in total, 21 of them were boys (58,3%). The mean age
was 31.3 months old. The causes of leukocoria were retinoblastoma in 12 patients (33,4%)
three of them were bilateral, followed respectively by congenital cataract in 11 patients (30.5%)
which 8 of them were bilateral, traumatic cataract in 5 patients (13.8%), intrauterine uveitis
in 2 patients (5,5%) both were bilateral, and ROP in 2 patients (5,5%) which one of them
was bilateral. We also found one patient each with unilateral leukocoria for following causes:
PHPV (2.7%), exogen endophthalmitis (2.7%), anterior uveitis (2,7%), and optic nerve glioma
(2.7%). Thus, awareness and clinical knowledge to differentiate retinoblastoma and congenital
cataract are crucial for appropriate treatment, since retinoblastoma can cost patient’s life while
congenital cataract can threat sight condition.
Keywords: leukocoria, retinoblastoma, congenital cataract

Afiliasi penulis: Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/ RSUP Dr. M. Djamil
Padang. Korespondensi: Kemala Sayuti, Bagian Mata RSUP Dr. M. Djamil, Jl. Perintis Kemerdekaan Padang.
Email: kemala_sayuti@yahoo.co.id, Telp/HP: +62751 31746

MKA, Volume 37 Nomor 1, April 2014


Kemala Sayuti dkk, Profil Leukokoria pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang

PENDAHULUAN Dr.M.Djamil Padang periode Oktober 2009


sampai Februari 2011.
Leukokoria diartikan dengan white pupil
atau pupil putih, pupil dapat terlihat normal
pada cahaya kamar namun tidak memiliki METODE
red reflex pada pemeriksaan oftalmoskop.
Gejala leukokoria merupakan suatu keadaan Desain penelitian ini adalah cross
adanya patologi di mata. Setiap kelainan sectional study berupa pengambilan da-
yang menghalangi jalan sinar ke retina akan ta dari medical record pasien dengan leu-
menimbulkan pantulan berwarna putih.1 kokoria yang berusia <13 tahun di poliklinik
Mata RSUP.Dr.M.Djamil Padang periode
Leukokoria disebabkan oleh retinoblas- Oktober 2009 sampai Februari 2011. Data
toma, katarak kongenital, katarak traumatika, dikelompokkan menurut penyebab leuko-
uveitis intrauterin, retinopathy of prematurity koria, jenis kelamin serta lateralitas.
(ROP), uveitis anterior, endoftalmitis, glio-
ma nervus optikum. Leukokoria dapat me-
rupakan suatu ancaman terhadap hidup HASIL DAN PEMBAHASAN
ataupun terhadap kerusakan permanen Sejak bulan Oktober 2009 sampai
penglihatan.2,3 Februari 2011 ditemukan 36 orang pasien
Tujuan penelitian ini adalah untuk anak dengan leukokoria yang datang ke
menentukan etiologi dari leukokoria pada poliklinik Mata di RSUP. Dr.M. Djamil Padang.
pasien anak yang berusia kurang dari 13 Penyebab dari leukokoria pada pasien ini
tahun datang ke Poliklinik Mata RSUP dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Leukokoria pada Anak di Bagian Mata RSUP Dr. M. Djamil Periode Oktober
2009 Februari 2011

Penyebab Unilateral Laki - laki Perempuan Jumlah


Bilateral n(%)
Leukokoria n(%) n(%) n(%) n(%)
Retinoblastoma 3 (8,3) 9 (25) 6 (16,7) 6 (16,7) 12 (33,4)
Katarak kongenital 8 (22,2) 3 (8,3) 8 (22,2) 3 (8,3) 11 (30,5)
Katarak traumatik 0 5 (13,8) 4 (11,1) 1 (2,7) 5 (13,8)
Uveitis intrauterin 2 (5,5) 0 0 2 (5,5) 2 (5,5)
ROP 1 (2,7) 1 (2,7) 1 (2,7) 1 (2,7) 2 (5,5)
PHPV 0 1 (2,7) 0 1 (2,7) 1 (2,7)
Endoftalmitis eksogen 0 1 (2,7) 1 (2,7) 0 1 (2,7)
Uveitis anterior 0 1 (2,7) 0 1 (2,7) 1 (2,7)
Glioma n.optikus 0 1 (2,7) 1 ( 2,7) 0 1 (2,7)
Jumlah 14 (38,9) 22 (61,1) 21 (58,3) 15 (41,7) 36 (100)

Sebanyak 36 orang anak leukokoria, atau refleksi fundus berwarna merah.


14 orang diantaranya mengalami leukokoria Pada leukokoria, karena sinar yang masuk
bilateral dan 22 orang unilateral. Leukokoria terhalang oleh keadaan patologis maka
dikenal juga dengan cat’s eye yang secara terlihat putih dibelakang pupil.4
literatur diartikan dengan white pupil atau Keluhan seperti mata kucing merupakan
pupil putih, normalnya saat cahaya masuk keluhan yang di laporkan oleh keluarga atau
ke dalam mata melewati media refraksi dari pengamatan foto keluarga dan juga
(kornea, lensa, vitreus) yang bening hingga alasan utama pasien untuk berkonsultasi
mencapai retina, maka akan terlihat pantulan dengan dokter. Pada penelitian ini dilaporkan

MKA, Volume 37, Nomor 1, April 2014 39


MKA, Volume 37 Nomor 1, April 2014 http://mka.fk.unand.ac.id/

diagnosis retinoblastoma ditegakkan ber- terjadinya yaitu katarak kongenital, katarak


dasarkan dari anamnesa adanya pupil putih infantile, dan katarak juvenile.7
atau seperti mata kucing, mata menonjol. Penelitian ini ditemukan 16 orang
Pemeriksaan oftalmologis dengan slit (44,3%) dari penyebab leukokoria adalah
lamp dan pemeriksaan USG dan CT-scan serta katarak, yaitu katarak kongenital sebanyak
hasil pemeriksaan patologi. Retinoblastoma 11 orang (30.5%) dan katarak traumatika 5
merupakan penyebab leukokoria terbanyak orang (13,8%). Jumlah katarak kongenital
di penelitian ini yaitu sebanyak 12 orang bilateral lebih banyak (8 orang) dari pada
(33,4%) dimana sebanyakb3 orang (33%) katarak kongenital uni lateral (3 orang), dan
adalah retinoblastoma bilateral dan 9 orang pada katarak traumatika semuanya adalah
retinoblastoma unilateral (67%). unilateral.
Dua belas orang pasien retinoblastoma Diagnosis katarak ditegakkan dengan
yang datang dengan keluhan seperti mata anamnesa adanya putih pada mata atau
kucing 6 orang dan 6 orang lainnya datang seperti mata kucing sejak lahir dan dilanjutkan
dengan keluhan mata sudah menonjol, pada pemeriksaan oftalmologi pada slit
dimana sebelum mata menonjol orang tua lamp dengan cara pasien dibedung dan
pasien sudah melihat mata anaknya seperti diposisikan di depan slit lamp akan tampak
mata kucing. Pemeriksaan USG dilakuan kekeruhan di lensa. Pemeriksaan serum
pada semua pasien retinoblastoma dan IgM toxopalasma dan IgM rubela dilakukan
tampak kalsifikasi pada daerah retina dan pada semua penderita katarak kongenital
vitreus. Pada penelitian ini dilakukan tindakan namun hanya satu dari pasien yang kembali
operasi pada 8 orang pasien retinoblastoma dan menunjukkan hasil meningkatnya kadar
dan 4 orang menolak dilakukan tindakan IgM toxoplasma. Pemeriksaan fisik sebelum
operasi. Hasil pemeriksaan patologi anatomi operasi semua pasien di konsultasikan ke
pada semua pasien yang dioperasi adalah Bagian Anak untuk menilai apakah ada
positif retinoblastoma. penyakit sistemik yang menyertai dan
Retinoblastoma adalah tumor primer apakah ada kontra indikasi untuk dilakukan
yang paling sering pada anak, yang tindakan anestesi saat operasi. Semua
berasal dari neuroblas akibat mutasi kro- pasien belum ditemukan kelainan sistemik
mosom 13q14. Sepertiga kasus retino- dan dapat dilakukan anestesi saat operasi.
blastoma bersifat familial (bilateral) dan Katarak bilateral berhubungan de-
duapertiga kasus merupakan sporadic ngan penyakit sistemik, sedangkan katarak
(unilateral). Gambaran klinis bervariasi unilateral ini berhubungan dengan disge-
sesuai pertumbuhan masa tumor dan re- nesis lokal.Sindroma rubella kongenital
tinoblastoma dapat menyebar ke sistem merupakan salah satu yang penyebab
syaraf pusat. Penyebaran ke syaraf pusat terjadinya sepertiga dari seluruh kasus
membuat prognosa pasien semakin buruk. katarak kongenital. Sindroma ini dapat
Analisa cairan liquor, atau analisa sumsum meliputi kelainan sistemik dan kelainan mata.
tulang dapat membantu untuk menentukan Infeksi rubella maternal yang terjadi 3 bulan
adanya tumor yang bermetastasis ke system sebelum konsepsi hingga trimester kedua
syaraf pusat maupun ke tulang.5 pada janin dapat menimbulkan sindrom ini.2
Pemeriksaan USG dan CT-scan dapat Masalah utama terjadinya katarak pada
terlihat massa dengan kalsifikasi pada po- anak adalah ambliopia. Ambliopia timbul
lus posterior. Kalsifikasi dapat dideteksi bila faktor-faktor penyebab tidak ditangani
dengan USG, tetapi alat ini tidak dapat dengan baik, faktor yang harus ditangani
digunakan untuk menilai penyebaran tu- yaitu menghilangkan hambatan visual aksis,
mor ke ekstra okuler. Pemeriksaan CT- rehabilitasi tajam penglihatan paska operasi
scan sangat sensitif untuk mendiagnosis dan masih adanya anisometropia atau
retinoblastoma, serta memiliki spesifisitas strabismus setelah operasi.8
91 %.6 Katarak merupakan penyebab ke-2 Uveitis intrauterin pada penelitian ini
terbanyak leukokoria pada anak. Diagnosis ditemukan pada dua orang dengan leukokoria
katarak biasanya tegak pada saat bayi sejak lahir dan keduanya bilateral. Diagnosis
baru lahir. Katarak merupakan salah satu uveitis intra uterin ditegakkan berdasarkan
penyebab kebutaan terbanyak pada anak. pemeriksaan oftalmologis adanya leukokoria
Katarak pada anak dibagi berdasarkan onset dan terlihat seklusio pada pupil serta adanya

40
Kemala Sayuti dkk, Profil Leukokoria pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang

membran pada pupil, pemeriksaan lain yang Diagnosis ROP ditegakkan ber-
dilakukan adalah USG. Pada kedua pasien ini dasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
dianjurkan untuk pemeriksaan laboratorium oftalmologi. Kelainan pada segmen anterior
namun kedua pasien tidak datang kembali dan posterior bervariasi tergantung klasifikasi
untuk berobat. ROP.
Penelitian ini juga ditemukan kasus Penatalaksanaan ROP sangat ter-
uvetitis anterior sebanyak 1 orang dari gantung pada stadium. ROP stadium 1
semua kejadian leukokoria. Uveitis dapat dan 2 diobservasi 2 minggu. Observasi
ditimbulkan oleh infeksi intraokuler oleh ini dilakukan untuk melihat apakah akan
toxoplasmosis, rubella, cytomegalic inclusion berlanjut menjadi stadium 3 atau akan
disease, herpes viruses. Pada bayi baru mengalami regresi secara spontan. Beberapa
lahir maternal IgM tidak melewati plasenta, peneliti menganjurkan untuk melakukan
bila ditemukan IgM pada serum bayi baru tindakan krioterapi. ROP dengan stadium
lahir maka dapat dipastikan adanya infeksi 3 dianjurkan melakukan krioterapi anterior
kongenital pada bayi baru lahir tersebut.7,8 atau fotokoagulasi laser. Penatalaksanaan
Retinopathy of premature (ROP) di- pada ROP stadium 4 masih kontroversial.
temukan sebanyak 2 orang, 1 pasien dengan Tindakan skleral buckling dan vitrectomy
ROP unilateral berumur 3 bulan, berat badan pada stadium 4 dan 5 telah dilaporkan
lahir 900gr, umur kehamilan 30 minggu, dan 60% mengalami reattachment, tetapi hanya
pada satu pasien lagi dengan ROP bilateral sedikit yang dapat mengalami perbaikan
berumur 7 bulan dengan usia kehamilan tajam penglihatan.13,14
28 minggu, berat badan lahir 2200gr, serta Kelainan okuler yang ditimbulkan
adanya gangguan pada saluran pernafasan pada pasien dengan persistent hyperplastic
dan pemakaian oksigen lebih dari 7 hari. primary vitreous (PHPV) dapat mengenai
Diagnosis ROP ditegakkan berdasar- segmen anterior dan segmen posterior
kan anamnesis adanya lahir belum cukup atau dapat mengenai keduanya.15 PHPV
bulan dan berat badan lahir rendah, adanya anterior murni tidak ditemukan adanya
pemakaian oksigen lebih dari 7 hari, men- kelainan pada polus porterior retina dan
derita acute respiratory distress syndrome akan mengalami perbaikan bila ditangani
dan pemeriksaan fisik serta oftalmologi. dengan tepat. Leukokoria disebabkan oleh
Gambaran klinis pada kedua pa-sien ROP membran retrolenta, fibrovaskuler atau
ini berbeda, 1 pasien dengan ROP unilateral lensa katarak. PHPV posterior jarang terjadi,
dan 1 pasien lagi ROP bilateral. Pemeriksaan dimana jaringan ikat opak timbul dari papilla
USG kedua mata ditemukan ablasio retina bergmeister’s dan pembuluh darah hialoid
dan kekeruhan vitreus. Pemeriksaan indirek persisten, dapat ditemukan lipatan retina
oftalmoskop ditemukan ablasio retina total pada 70% kasus.16,17 Endoftalmitis eksogen
atau ROP stadium 5. Usia kehamilan dan ditemukan satu dari kejadian leukokoria
berat badan lahir yang rendah merupakan yang disebabkan oleh karena trauma.
faktor risiko utama ROP. Endoftalmitis pada pasien ini diakibatkan oleh
karena trauma, dan menimbulkan leukokoria
Suplemen oksigen, kadar karbondiok-
karena ditemukan membran di belakang
sida, paparan cahaya, sepsis, tranfusi darah
lensa dan dari USG tampak perdarahan
berulang, ras, defisiensi vitamin E, respiratory
di vitreous. Glioma N.optikus terjadi pada
distress syndrome, status kelahiran eklamsi,
1 orang pasien leukokoria di RSUP. Dr. M.
dan pre-eklamsia merupakan faktor lain
Djamil. Pemeriksaan oftalmologi ditemukan
yang diduga berperan dalam terjadi ROP.9
pe-nurunan dari tajam penglihatan, protusio
Manifestasi klinis ROP bervariasi tergantung
dan edema papil dan pada pemeriksaan CT
stadium. International classification of retino-
scan menunjukkan masa di jaringan dengan
pathy of prematurity revisited (ICROP) mem-
densitas isoden yang melibatkan M.rektus
bagi derajat ROP berdasarkan parameter
medialis dan N. optikus dari anterior ke
zona, perluasan stadium, dan adanya plus
posterior, dan tampak masa mendesak
disease, pre-plus disease, dan aggressive
bola mata dari sisi latero anterior. Pasien
posterior ROP, serta regresi ROP.10 Pene-
ini direncanakan pemeriksaan penunjang
litian CRYO-ROP membagi ROP jadi pre-
dan rencana kemoterapi, tetapi pasien tidak
threshold dan threshold berdasarkan prog-
datang lagi untuk berobat.
nosis anatomisnya.11,12

MKA, Volume 37, Nomor 1, April 2014 41


MKA, Volume 37 Nomor 1, April 2014 http://mka.fk.unand.ac.id/

Glioma adalah tumor jinak yang dapat SIMPULAN


mengenai bagian mana saja dari visual path-
way.18 Sebanyak 2-5% dari tumor otak pada Penelitian ini menemukan penyebab
anak dengan gejala awal dapat asimtomatik, terbanyak yang dapat menimbulkan leu-
atau dapat berkembang dengan cepat se- kokoria pada anak adalah retinoblastoma,
hingga dapat menimbulkan gangguan tajam disusul oleh katarak kongenital. Kedua pe-
penglihatan, defisit neurologi dan gangguan nyebab leukokoria ini dapat mengancam
endokrin. Tumor pada umumnya ditemukan kehidupan bila tidak segera ditatalaksana.
pada dekade awal kehidupan, regresi dari Retinoblastoma dapat mengancam nyawa,
tumor dapat terjadi secara spontan, dengan sedangkan katarak kongenital dapat me-
kemoterapi atau radioterapi.19,20 ngancam perkembangan penglihatan.

DAFTAR RUJUKAN
1. American Academy of Ophthalmology 10. Azad VR. Etiopathogenesis ROP. Dalam
staff. Section 6. Pediatric ophthalmology Retinopathy of Prematurity A Text and
and strabismus 2009-2010. San Atlas. New Delhi; Jaypee Brother 2006.
Fransisco; American Academy of 11. International Committee for Classification
Ophthalmology 2009. of Retinopahty of Prematurity. The
2. Balmer A, Munier F. A review of differential international classification of retinopathy
diagnosis of leukocoria and strabismus, of prematurity revised. Arch Ophthalmol
first presenting signs of Retinoblastoma. 2005;123:991-9.
3. American Academy of Ophthalmology 12. Fieder AR, Quinn GE. Retinopathy
staff. Section 4. Ophthalmic pathologi of prematurity. Dalam Taylor D, Hoyt
and intraocular tumor 2009-2010. SC, Pediatric Ophthalmologist and
San Fransisco; American Academy of Strabismus. 3th ed. London; Elsevier
Ophthalmology 2009. Saunders 2005.
4. Murphree AL, Christensen LE. 13. Bashour M. Emedicine: Retinopathy
Retinoblastoma and malignant intraocular of prematurity. Diakses dari:
tumors. Dalam Pediatric Ophthalmology http:// emedicine.medscape.com/
and Strabismus. St. Louis; Mosby-Year article/1225022-overview
Book 1995. 14. American Academy of Ophthalmology
5. Damato B. Retinoblastoma. Dalam staff. Retina. section 12. 2009-2010.
Butterworth Heinemann. Ocular Tumors: San Fransisco; American Academy of
Diagnosis and Treatment. Elsevier 2004. Ophthalmology 2009
6. Wright KW, Kolin T. Matsumoto E. Lens 15. Lambert SR. Cataract and persistent
abnormalities. Dalam Wright KW, Spiegel hyperplastic primary vitreous. Dalam
PH penyunting. Pediatric Ophthalmology Taylor D et al, penyunting. Pediatric
and Strabismus. St. Louis; 1995. Ophthalmology and Strabismus.
7. Blodi F. Leukocoria. Dalam Gerhard C, Edinburg; Elsevier Saunders 2005.
Tongue A, Stass LM, penyunting, Decision 16. Benson WE, Tasman W, Vander, et al.
Making in Pediatric Ophthalmology. Disease of the retina and vitreous. Dalam
United Stated of America; Mosby Year Harley Pediatric Ophthalmology. 5th ed.
Book Inc 1993. Philadelphia; 2005
8. Lambert S. Ocular manifestations of 17. Khurana AK. Persistent hyperplastic
intrauterine infection. Dalam Taylor primary vitreous. Dalam Comprehensif
D, Hoyt SC, penyunting. Pediatric Ophthalmology. 4th ed. 2007.
Ophthalmologist and Strabismus. 7th ed. 18. Sebag J. Vitreous pathology. Duane’s
London; Elsevier Saunders 2005. Clinical Ophthalmology 3th ed. Chapter
9. Palmer EA, Phelp DL, Spencer R, Lutty 39. Philadelphia; Lippincot Raven Publ
GA. Retinopathy of prematurity. Dalam 1997.
Ryan SJ, Wilkinson CP, Lutty GA, 19. Reese. BA. Glioma of the optic nerve,
penyunting. Retina. 4th ed. St. Louis; retina, and orbit. Dalam Tumors of the
Mosby Inc 2006. Eye. 3th ed. 1976

42
Kemala Sayuti dkk, Profil Leukokoria pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang

20. Garrity AJ, Henderson WJ. Primitive Henderson’s. Orbital Tumors. Lippin-
neuroectodermal tumors. Dalam cott Williams & Wilkins 2007.

MKA, Volume 37, Nomor 1, April 2014 43

You might also like