You are on page 1of 13

Volume 1 No.

2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENERAPAN


KOMUNIKASI SBAR DI RUANG RAWAT INAP

1
Fitrianola Rezkiki, 2Ghita Sri Utami
Ilmu Keperawatan STIKes Fort De Kock Bukittinggi
Email : fitrianola.rezkiki@gmail.com

Submitted: 12-12-2016, Reviewer: 12-12-2016, Accepted: 14-12-2016

ABSTRACT
The application of communication SBAR is one effort in improving security hospital
patients .Research aims to understand factors that deals with the application of
communication SBAR at the time overan government offices in inpatient rooms RSAM
Bukittinggi.The kind of research this is descriptive analytic with the approach cross
sectional study.Population this research is nurse as the team head of the in inpatient
rooms. The sample collection using a technique total sampling as many as 36 people.
Date collection use sheets of kuisioner and a observation the implementation of the
SBAR. Date analysis covering analysis unviariat and analysis bivariat use chi-square
test. Based on the results of research know that 83,3 % knowledge high, 61,1 % negative
attitude, 50 % motivation low andp 66.7 % of respondents not to apply communication
SBAR appropriate with the SOP.There was a correlation the attitude ( p = 0,003, or =
11.4 ), motivation ( p = 0,013, or = 10 and there was no connection knowledge ( p =
1,000 ) by the application of communication SBAR. Concluded that attitude and
motivation nurse associated with the implementation of the communication so expected to
the team head of the nursing to can always motivate self and the team members nursing
to apply the communication of SBAR by adopt the SOP.
Keywords : Attitude ,Communication SBAR, Knowledge , Motivation

ABSTRAK
Penerapan Komunikasi SBAR merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan
keamanan pasien di rumah sakit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor
yang berhubungan dengan penerapan komunikasi SBAR pada saat overan di Ruang
Rawat Inap. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross
sectional study. Populasi penelitian ini adalah semua ketua tim di ruang rawat inap yaitu
sebanyak 36 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan
jumlah 36 orang. Pengumpulan data menggunakan lembar kuisioner dan lembar
observasi pelaksanaan SBAR. Analisis data meliputi analisis unviariat dan analisis
bivariat menggunakan uji chi-square yang dilakukan secara komputerisasi. Berdasarkan
hasil penelitian diketahui bahwa 83,3% berpengetahuan tinggi, 61,1% sikap negatif, 50%
motivasi rendah dan 66,7% tidak menerapkan komunikasi SBAR sesuai SOP. Ada
hubungan sikap (p = 0,003, OR = 11,4), motivasi ( p = 0,013, OR = 10) serta tidak ada
hubungan pengetahuan (p = 1,000) dengan penerapan komunikasi SBAR saat overan.
Dapat disimpulkan bahwa sikap dan motivasi perawat berhubungan dengan pelaksanaan
komunikasi SBAR maka diharapkan kepada perawat dan ketua tim keperawatan untuk
dapat selalu memotivasi diri dan anggota tim keperawatan agar melaksanakan
komunikasi SBAR sesuai SOP.
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Motivasi, Komunikasi SBAR


PENDAHULUAN tahun 2005 oleh pakar keselamatan
pasien dan lebih 100 negara dengan
Berdasarkan Permenkes
mengidentifikasi dan mempelajari
Nomor 1691/ MENKES/ PER/ VIII/
berbagai masalah keselamatan
2011 program Patient Safety adalah
pasien. Dengan diterbitkannya Nine
untuk menjamin keselamatan pasien
Life Saving Patient Safety oleh WHO
di rumah sakit melalui pencegahan
maka komite keselamatan pasien
terjadinya kesalahan dalam
Rumah Sakit (KKP-RS) mendorong
memberikan pelayanan kesehatan.
rumah sakit di indonesia untuk
Pelayanan kesehatan di rumah sakit
menerapkan sembilan solusi “ Life-
yang padat modal, teknologi dan
Saving” keselamatan pasien rumah
karya dihadapkan pada tantangan
sakit, langsung atau bertahap sesuai
untuk meningkatkan kualitas mutu
dengan kemampuan dan kondisi RS
pelayanan yang multi dimensi
masing-masing. Salah satu dari
dengan berbagai kompleksitas
sembilan solusi tersebut, adalah
masalah yang menyertai (Fitria
komunikasi secara benar saat serah
2013,p:109).
terima (handover) dengan metode
Menurut Depkes RI (2008) SBAR.
keselamatan pasien (patient safety)
Penerapan pelayanan yang
merupakan suatu sistem di mana
mengacu pada patient safety ada
rumah sakit membuat asuhan pasien
beberapa standar yang perlu
lebih aman. Sistem ini meliputi
diimplementasikan, salah satu
assesmen risiko, identifikasi dan
standar tersebut adalah penerapan
pengelolaan hal yang berhubungan
komunikasi efektif. Kerangka
dengan risiko pasien, pelaporan dan
komunikasi efektif yang digunakan
analisi insiden, kemampuan belajar
adalah berbasis SBAR, yang
dari insiden dan menindaklanjuti
digunakan pada saat perawat
insiden serta implementasi solusi
melakukan timbang terima
untuk mengurangi dan
(handover), pindah ruang perawatan
meminimalkan timbulnya risiko
maupun dalam melaporkan kondisi
dalam mengkomunikasikan
pasien kepada dokter melalui telepon
informasi yang bersifat kritis,
(TIM KP-RS RSUP Sanglah, 2011)
memberikan kesempatan bagi para
praktisi untuk bertanya dan Rekomendasi WHO Pada
menyampaikan pertanyaan- tahun 2007, mewajibkan untuk
pertanyaan pada saat serah terima anggota negara WHO dalam
dan melibatkan para pasien serta memperbaiki pola komunikasi pada
keluarga dalam proses operan jaga saat melakukan operan jaga
(handover). (handover) harus menggunakan
suatu standar yang strategis yaitu
WHO Collaborating Center
dengan mengunakan metode
For Patient Safety pada tanggal 2
komunikasi SBAR. Upaya untuk
mei 2007 resmi menerbitkan “Nine
menurunkan insiden keselamatan
Life Saving Patient Safety Solution”.
pasien yang dapat dilakukan salah
Panduan ini mulai disusun oleh sejak
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

satunya dengan cara Patient Safety ; Menurut Chalhoun dan


komunikasi efektif SBAR. Acocella sikap adalah (attitude is a
cluster of ingrained beliefs and
Komunikasi efektif feeling about a certain object and a
menggunakan komunikasi SBAR predispotion to act toward that
adalah kerangka yang mudah diingat, object in acertain way) sesuatu yang
mekanisme nyata yang digunakan melekat pada keyakinan-keyakinan
untuk menyampaikan kondisi pasien dan perasaan- perasaan terhadap
yang kritis atau perlu perhatian dan suatu objek dan presdiposisi untuk
tindakan segera. S (situation) berbuat terhadap objek dengan cara-
mengandung komponen tentang cara tertentu (Wahyuni 2012,p: 61)
identitas pasien, masalah saat ini, dan
hasil diagnosa medis. B (baground) Motivasi adalah dorongan
menggambarkan riwayat penyakit untuk bertindak guna untuk
atau situasi yang mendukung mencapai suatu tujuan tertentu yang
masalah/situasi saat ini. A diwujudkan dalam bentuk perilaku
(assesment) merupakan kesimpulan (Wahyuni 2012,p: 51). Menurut
masalah yang sedang terjadi pada Hendrarni (dalam Abdullah, 2014)
pasien sebagai hasil analisa terhadap mengatakan motivasi atau dorongan
situasion dan Background. R dalam melakukan suatu pekerjaan
(recommendation) adalah rencana memiliki kontribusi terhadap kerja
ataupun usulan yang akan dilakukan perawat.
untuk mengenai permasalahan yang
ada (Permanente 2011,p: 104). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Nurfitria (2013) yang
Dalam upaya menjaga mutu mengidentifikasi efektifitas pelatihan
pelayanan keperawatan di sarana komunikasi SBAR dalam
kesehatan yang berhubungan meningkatkan motivasi dan
keselamatan pasien, banyak faktor yang psikomotor perawat di ruang medikal
mempengaruhi prilaku seseorang dalam bedah RS PKU Muhammadiyah
pelaksanan tindakan, termasuk Surakarta. Hasil penelitian diperoleh
pelaksanaan perawat dan keselamatan responden yang mempunyai
pasien(patient safety) dalam pengalaman kerja lebih dari 10 tahun
berkomunikasi efektif salah satunya sebanyak 22,5%. Nilai rerata
pada saat perawat melakukan timbang motivasi perawat ada peningkatan
terima (handover). Menurut donabedian
dari pre test sebesar 87,15 menjadi
(dalam Cahyono, 2008) beberapa faktor
93,15 dengan kategori nilai tersebut
yang mempengaruhi diantaranya
menunjukkan perawat mempunyai
pengetahuan, sikap dan motivasi
motivasi yang tinggi. Gambaran
Pengetahuan (Knowledge) motivasi perawat sebelum dan
merupakan hasil dari tahu melalui sesudah pelatihan komunikasi SBAR
penginderaan terhadap suatu obyek mempunyai nilai rerata yang
tertentu dan sangat penting terhadap termasuk kategori tinggi dengan ada
terbentuknya tindakan kesadaran peningkatan dari 84,45 menjadi
seseorang dalam melakukan 86,40.
komunikasi efektif SBAR
Berdasarkan Survey Awal yang
(Notoatmodjo 2010,p:10).
dilakukan dengan wawancara 3 karu
di RSAM Bukittinggi didapatkan
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

data bahwa sosialisasi metode SBAR Peneliti berasumsi adanya


pada saat overan dinas sudah hubungan pengetahuan, sikap dan
dilakukan, tetapi masih banyak motivasi dengan penerapan
perawat yang belum mengerti komunikasi SBAR pada saat
tentang penerapan komunikasi SBAR
overan dinas di ruang rawat
secara efektif. Namun kurang
perhatian, dan kesadaran perawat inap RSAM Bukittinggi.Adapun
mengenai pentingnya tujuan penelitian ini adalah untuk
mendokumentasian status pasien mengetahui hubungan pengetahuan,
dalam bentuk SBAR. Hal ini sikap dan motivasi perawat dengan
menunjukkan bahwa perilaku penerapan SBAR pada saat overan
perawat dalam menerapkan prosedur dinas di ruang rawat inap RSAM
tindakan pendokumentasian SBAR Bukittinggi
masih belum sesuai dengan pedoman
SOP.

METODE PENELITIAN Instrumen penelitian menggunakan


kuesioner pengetahuan, sikap dan
motivasi serta lembar observasi SOP
Penelitian ini bersifat Deskriptif pelaksanaan overan SBAR di setiap
Analitik dengan pendekatan Cross shift dinas. Kuesioner diisi
Sectional dimana variabel responden dengan sebelumnya
independen dan variabel dependen meminta persetujuan untuk bersedia
diteliti secara bersamaan menjadi responden. Pengumpulan
(Notoatmodjo 2012). Penelitian ini data untuk variabel independen
dirancang untuk melihat hubungan dilakukan dengan menyebar
variabel independen yaitu kuesioner pengetahuan, sikap dan
pengetahuan, sikap, motivasi dengan motivasi kepada responden dengan
variabel dependen komunikasi SBAR. teknik wawancara terpimpin untuk
Sehingga didapatkan faktor-faktor memaksimalkan objektifitas hasil
yang berhubungan dengan penerapan penelitian. Sedangkan variabel
komunikasi SBAR pada saat overan dependen dikumpulkan dengan
dinas di Ruang Rawat Inap RSAM mengobservasi pelaksanaan Overan
Bukittinggi. Populasi pada penelitian SBAR masing-masing ketua tim
ini adalah semua ketua tim yang ada yang mengacu kepada SOP overan
di RSAM yaitu sebanyak 36 orang. SBAR.
Pengambilan sampel diambil dengan
tekinik Total Sampling yang
berjumlah 36 orang. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden di Ruang Rawat Inap.
No Pengetahuan f %
1. Rendah 6 16,7
2. Tinggi 30 83,3
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel 1 diketahui orang (83,3%) dengan kategori


bahwa dari 36 orang responden, pengetahuan tinggi.
sebagian besar yaitu sebanyak 30
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Sikap Responden di Ruang Rawat Inap
No Sikap F %
1. Negatif 22 61,1
2. Positif 14 38,9
Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel 2 yaitu sebanyak 22 orang (61,1%)


diketahui bahwa dari 36 orang responden menunjukkan respon
responden, lebih dari sebahagian sikap negatif.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Motivasi Respondendi Ruang Rawat


Inap
No Pengetahuan f %
1. Rendah 18 50
2. Tinggi 18 50
Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel 3 diketahui (50%) responden menunjukkan


bahwa dari 36 responden, tercatat tingkat motivasi dengan kategori
sebagian yaitu sebanyak 18 orang rendah.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Komunikasi SBARdi Ruang Rawat Inap


No Komunikasi SBAR F %
1. Tidak dilaksanakan 24 66,7
2. Dilaksanakan 12 33,3
Jumlah 36 100

Berdasarkan tabel 4 diketahui sebanyak 24 orang (66,7%)


bahwa dari 36 orang responden, responden tidak melaksanakan
tercatat lebih dari sebahagian yaitu komunikasi SBAR dengan baik.
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

Tabel 5. Hubungan Pengetahuan dengan Penerapan Komunikasi


SBARPada saat Overan Dinas di Ruang Rawat Inap
Komunikasi SBAR Total
Pengeta Tidak P
No Dilaksanakan OR
huan Dilaksanakan N % value
n % N %
1. Rendah 4 66,7 2 33,3 6 100 1,000 -
2. Tinggi 20 66,7 10 33,3 30 100

Jumlah 24 66,7 12 33,3 36 100

Berdasarkan tabel 5 diketahui pengetahuan tinggi, tercatat lebih


bahwa dari 6 orang responden dari sebahagian (66,7%) responden
dengan yang berpengetahuan rendah, tidak melaksanakan komunikasi
tercatat lebih dari sebahagian SBAR dengan baik.Hasil analisis
(66,7%) responden tidak statistik menunjukkan bahwa tidak
melaksanakan komunikasi SBAR ada hubungan antara pengetahuan
dengan baik. Sedangkan dari 30 dengan penerapan komunikasi SBAR
orang responden dengan dengan nilai p = 1,000( p> 0,05).

Tabel 6. Hubungan Sikap dengan Penerapan Komunikasi SBARPada


saat Overan Dinas di Ruang Rawat Inap
Komunikasi SBAR Total
Tidak p
No Sikap Dilaksanakan OR
Dilaksanakan N % value
n % n %
1. Negatif 19 86,4 3 13,6 22 100 0,003 11,400
2. Positif 5 35,7 9 64,3 14 100 (2,219 –
58,557)
Jumlah 24 66,7 12 33,3 36 100

Berdasarkan tabel. 8 diketahui SBAR dengan baik. Sedangkan dari


bahwa dari 22 orang responden yang 14 orang responden yang
menunjukkan respon sikap negatif, menunjukkan respon sikap positif,
sebagian besar (86,4%) responden kurang dari sebahagian (35,7%)
tidak melaksanakan komunikasi responden tidak melaksanakan
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

komunikasi SBAR dengan baik.Hasil responden yang menunjukkan sikap


analisis statistik menunjukkan bahwa negatif berpeluang 11,4 kali untuk
ada hubungan antara sikap perawat tidak melaksanakan komunikasi
dengan penerapan komunikasi SBAR SBAR dengan baik dibandingkan
pada saat overan dinas dengan nilai p responden yang menunjukkan respon
= 0,003 dan OR = 11,400, artinya sikap negatif.

Tabel 7. Hubungan Motivasi dengan Penerapan Komunikasi


SBARPada saat Overan Dinas di Ruang Rawat Inap
Komunikasi SBAR Total

Tidak p
No Motivasi Dilaksanak OR
Dilaksanaka
an N % value
n
n % n %
1. Rendah 16 88,9 2 11,1 18 100 0,01 10,00
3
2. Tinggi 8 44,4 10 55,6 18 100 (1,756 –
56,933)
Jumlah 24 66,7 12 33,3 36 100

Berdasarkan tabel. 9 analisis statistik menunjukkan bahwa


diketahui bahwa dari 18 orang ada hubungan antara motivasi
responden dengan motivasi rendah, dengan penerapan komunikasi SBAR
tercatat sebagian besar (88,9%) dengan nilai p = 0,013 dan OR =
responden tidak melaksanakan 10,00, artinya responden dengan
komunikasi SBAR dengan baik. motivasi rendah berpeluang 10 kali
Sedangkan dari 18 responden dengan untuk tidak melaksanakan
kategori motivasi tinggi, tercatat komunikasi SBAR pada saat overan
kurang dari sebahagian (44,4%) dinas jika dibandingkan responden
responden tidak melaksanakan dengan motivasi tinggi.
komunikasi SBAR dengan baik.Hasil

Pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan


telinga (Notoatmodjo 2012,p:10).
Pengetahuan merupakan hasil
dari tahu dan ini terjadi setelah orang Hasil penelitian ini sejalan
melakukan pengindraan terhadap dengan penelitian yang telah
sesuatu objek tertentu. Pengindraan dilakukan oleh Susanti, dkk (2014)
terjadi melalui pancaindra manusia, tentang Hubungan Pengetahuan
yakni: indra penglihatan, Perawat Tentang Patient Safety
pendengaran, penciuman, rasa dan Dengan Kepatuhan Pelaksanaan
raba. Sebagian besar pengetahuan Standar Operasional Prosedur (SOP)
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

Pemberian Obat Intravena Di Hasil penelitian ini sejalan


Instalasi Rawat IntensifRSUD Prof. dengan penelitian yang telah
DR. Margono Soekarjo Purwokerto dilakukan oleh Aini & Firdaus
diketahui bahwa 93,7% responden (2014) tentang Pengaruh Tingkat
berpengetahuan tinggi. Pengetahuan Dan Sikap Perawat
Terhadap Penerapan Standar
Menurut asumsi peneliti pada ProsedurOperasional (SPO)
dasarnya pengetahuan perawat Komunikasi Terapeutik di RS PKU
tentang komunikasi SBAR pada saat Muhammadiyah Bantul diketahui
overan dinas adalah tinggi, hal ini bahwa 52,3% responden
terbukti dengan hasil jawaban menunjukkan sikap yang kurang
responden yang mampu menjawab baik.
dengan benar sebagian besar
pertanyaan yang diberikan. Menurut asumsi peneliti di
Tingginya pengetahuan perawat Ruang Rawat Inap RSAM
tentang komunikasi SBAR Bukittinggi masih banyak ditemukan
dipengaruhi oleh tingkat perawat yang menunjukkan respon
profesionalitas profesi yang sedang sikap negatif tentang penerapan
dijalaninya, pada penelitian ini yang komunikasi SBAR dengan baik pada
menjadi responden adalah ketua tim saat overran dinas, hal ini terlihat
perawat yang telah dipercaya sebagai dari hasil penelitian bahwa
seorang tenaga profesional yang menganggap memperkenalkan diri
dianggap mampu untuk melakukan pada pasien saat overran dinas tidak
koordinator terhadap pelaksanaan terlalu penting sehingga jarang
asuhan keperawatan kepada pasien. dilaksanakan, tidak mempertahankan
Selain itu, faktor pengalaman kerja kontak mata dengan pasien pada saat
juga mempengaruhi tingkat komunikasi SBAR pada overran dinas
pengetahuan responden tentang dikarenakan petugas lebih berfokus
komunikasi SBAR, dimana pada terhadap penyampaikan kondisi
penelitian ini diketahui bahwa pasien kepada perawat jam dinas
sebagian besar responden adalah berikutnya serta seringnya penerapan
perawat dengan masa kerja lebih dari overran dinas dilakukan secara
5 tahun, tentunya pengalaman ini tergesa-gesa sehingga perawat tidak
telah memberikan berbagai macam rileks dan fokus saat bersama pasien.
pengetahuan terhadap responden,
termasuk tentang penerapan Motivasi
komunikasi SBAR pada saat overan Menurut Hendrarni (dalam
dinas. Abdullah, 2014) mengatakan
Sikap motivasi adalah dorongan atau
motivasi kerja yang terdapat di
Sikap adalah keadaan mental dalam diri perawat memegang
dan saraf dari kesiapan yang diatur peranan penting dalam pelaksanaan
melalui pengalaman yang suatu tindakan. Apabila motivasi
memberikan pengaruh dinamik atau kerja perawat tinggi, maka itu akan
terarah terhadap respon individu mempermudah perawat dalam
pada semua objek dan situasi yang melakukan tindakan dan begitupun
berkaitan dengannya (Widayatun sebaliknya.
2009,p:25).
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

Hasil penelitian ini sejalan saat overran dinas, dimana pelaksanaan


dengan penelitian yang telah overran sering berfokus padahal-hal
dilakukan oleh Natasia, dkk (2014) penting pasien saja yaitu penyampaian
tentang Faktor yang Mempengaruhi situasi pasien, latarbelakang,
assessment/ penilaian dan diagnose
Kepatuhan Pelaksanaan SOP Asuhan
keperawatan saja. Sedangkan tindakan
Keperawatan di ICU-ICCU RSUD
rekomendasi terhadap rencana tindakan
Gambiran Kota Kediri diketahui lebih lanjut, memperkenalkan diri
bahwa 52,4% responden bersalaman serta klarifikasi tentang
menunjukkan motivasi yang rendah. materi overan yang telah disampaikan
sering diabaikan dan dianggap tidak
Menurut asumsi peneliti
terlalu penting sehingga perawat sering
masih banyak ditemukan responden tidak melaksanakannya. Kondisi ini
dengan motivasi yang rendah untuk dipengaruhi olehberbagaihal,
melaksanakan komunikasi SBAR diantaranya adalah factor efisiensi waktu
dengan benar dan sesuai dengan pada saat overran dinas. Mengingat
standar operasional prosedur banyaknya pasien yang akan dioverkan
pelaksanaan SBAR pada saat overan oleh petugas, maka penerapan
dinas, dimana penerapan SBAR komunikasi SBAR sesuai prosedur sering
dengan benar dianggap terlalu tidak dilaksanakan karena dianggap
panjang dan mengulur waktu overan, terlalu lama dan mengulur waktu pada
mengingat banyaknya pasien yang saat overran dinas, sehingga pada saat
overran sering berfokus padahal-hal
akan dioverkan, maka petugas sering
tertentu saja.
tidak termotivasi untuk
melaksanakan komunikasi SBAR
sesuai prosedur yang telah ditetapkan
Hubungan Pengetahuan dengan
demi efisiensi waktu overran dinas.
Penerapan Komunikasi SBARpada
Penerapan Komunikasi SBAR Overan
Menurut Rofii, (2013) SBAR adalah Pengetahuan merupakan
metode terstruktur untuk aspek yang sangat vital dari
mengkomunikasikan informasi penting keperawatan. Setiap hal yang
yang membutuhkan perhatian segera dilakukan oleh perawat dilakukan
dan tindakan berkontribusi terhadap berdasarkan pengetahuan yang kita
eskalasi yang efektif dan meningkatkan anggap benar dan praktik yang
keselamatan pasien. dilakukan harus sesuai dengan
Hasil penelitianinisejalan pengetahuan (Basford & Slevin,
dengan penelitian yang telah dilakukan 2006 dalam Afdhal 2009).
oleh Supinganto, dkk(2015) tentang
Hasil penelitian ini sejalan
Identifikasi Komunikasi Efektif SBAR
dengan penelitian yang telah
(Situation, Background, Assesment,
dilakukan oleh Susanti, dkk (2014)
Recommendation) Di RSUD Kota
tentang Hubungan Pengetahuan
Mataram, diketahu ibahwa 64,0%
responden tidak melaksanakan
Perawat Tentang Patient Safety
komunikasi SBAR secara efektif. Dengan Kepatuhan Pelaksanaan
Menurut asumsi peneliti, masih Standar Operasional Prosedur (SOP)
banyak ditemukan responden yang tidak Pemberian Obat Intravena Di
melaksanakan komunikasi SBAR pada Instalasi Rawat IntensifRSUD Prof.
DR. Margono Soekarjo Purwokerto
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

diketahui bahwa tidak terdapat upaya pelaksanaan keselamatan


hubungan antara pengetahuan pasien (patient safety) yaitu
dengan kepatuhan pelaksanaan SOP, menunjukkan semakin baik sikap
p = 0,298 (p > 0,05). maka semakin baik perilaku perawat
dalam upaya pelaksanaan
Menurut asumsi peneliti, keselamatan pasien (patient safety).
pengetahuan perawat tidak
berhubungan dengan pelaksanaan Menurut asumsi peneliti,
komunikasi SBAR yang sesuai sikap kerja seorang perawat
dengan standar operasional prosedur berhubungan dengan pelaksanaan
pelaksanaan SBAR. Berdasarkan komunikasi SBAR pada saat overan
hasil penelitian, pada dasarnya dinas. Sikap kerja positif yang
perawat mengetahui dengan baik ditunjukkan oleh seorang perawat
tentang komunikasi SBAR baik itu cenderung berperilaku kerja yang
pengertian, tujuan, manfaat, konsep positif, dan begitu pula sebaliknya.
dasar serta prosedur pelaksanaan Dalam hal pelaksanaan komunikasi
SBAR dengan baik, namun SBAR seorang perawat yang
pengetahuan perawat belum hanya menunjukkan respon sikap yang
sekedar mengetahui dan memahami positif cenderung akan melaksanakan
saja dan belum mencapai tahap seluruh aspek komunikasi SBAR
aplikasi atau pelaksanaan. Kondisi pada saat overan dinas, karena setiap
ini dipengaruhi oleh faktor budaya aspek yang telah ditentukan dalam
dan kebiasaan kerja perawat, dimana standar operasional dianggap penting
pada saat overan dinas perawat dan harus dilaksanakan, misalnya
sering terlalu berfokus pada hal-hal proses pemberian rekomendasi
inti dari overan yaitu penyampaian tindakan dan klarifikasi materi
kondisi atau situasi pasien, latar overan pada petugas pada shift
belakang dan diagnosa keperawatan berikutnya sering tidak dilaksanakan,
yang ditegakkan terhadap pasien sedangkan hal ini merupakan sebuah
yang bersangkutan dan proses lain tindakan penting karena dengan
sering dianggap tidak terlalu penting pemberian rekomendasi petugas akan
seperti rekomendasi rencana tidak memiliki standar acuan terhadap
lanjut, merangkum atau proses tindakan keperawatan yang
menyimpulkan materi overan, akan dilakukan. Selain itu, proses
memperkenalkan diri serta memberi pengenalan diri dan pengucapan
salam sehingga tidak selalu salam juga sering tidak dilaksanakan,
dilaksanakan pada saat overan dinas. sedangkan hal ini merupakan proses
yang penting untuk menjalin
Hubungan Sikap dengan Penerapan
komunikasi terapeutik dan menjalin
Komunikasi SBAR pada Overan
hubungan saling percaya antara
Sikap positif yang perlu pasien dan petugas. Semua aspek ini
dimiliki perawat dalam pelaksanaan akan terlaksana apabila seorang
patient safety dimanifestasikan perawat menunjukkan sikap kerja
dalam bentuk tanggapan/ respon yang positif dan tidak pernah
perasaan positif perawat terhadap menganggap enteng setiap prosedur
tindakan. Berdasarkan hasil kerja yang telah ditetapkan.
penelitian Bawelle, dkk (2013) sikap
berhubungan secara signifikan
dengan perilaku perawat dalam
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

Hubungan Motivasi dengan dengan motivasi kerja yang tinggi


Penerapan Komunikasi SBAR pada seorang perawat cenderung akan
Overan sangat teliti dalam melakukan
pekerjaannya sebagai seorang tenaga
Upaya peningkatan motivasi
keperawatan.
salah satunya adalah dengan
memberikan sesuatu kepada SIMPULAN
karyawan dipandang sebagai cara
atau metode untuk meningkatkan Dari penelitian ini dapat
motivasi kerja. disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikant
Hasil penelitian ini sejalan pengetahuan dengan penerapan
dengan penelitian yang telah dilakukan komunikasi SBAR pada saat Overan
oleh Natasia, dkk (2014) tentang Faktor dinas. Ada hubungan yang signifikan
yang Mempengaruhi Kepatuhan antara sikap dan motivasi dengan
Pelaksanaan SOP Asuhan Keperawatan penerapan komunikasi SBAR pada
di ICU-ICCU RSUDGambiran Kota saat overan dinas di ruang rawat
Kediri diketahui bahwa ada pengaruh inap. Diharapkan kepada perawat
motivasi terhadap kepatuhan sebagai tenaga pelaksana pemberian
pelaksanaan SOP (p = 0,040). asuhan keperawatan kepada pasien
Menurut asumsi peneliti untuk dapat melakukan segala
motivasi perawat berhubungan tindakan keperawatan sesuai dengan
dengan pelaksanaan komunikasi standar operasional prosedure yang
SBAR pada saat overan dinas, dimana telah ditetapkan, termasuk
perawat dengan motivasi kerja yang pelaksanaan komunikasi SBARpada
tinggi cenderung akan bekerja sesuai saat overan dinas demi menjaga
dengan standar operasional prosedur keamanan pasien dengan pemberian
yang telah ditetapkan demi informasi tentang keadaan dan
meningkatkan profesionalitas dan kondisi pasien dengan jelas kepada
kualitas kerjanya dan begitu pula tenaga pemberian asuhan
sebaliknya, termasuk dalam keperawatan lain yang akan
pelaksanaan komunikasi SBAR pada menangani pasien yang
saat overan dinas. Motivasi kerja bersangkutan. Diharapkan kepada
yang tinggi cenderung akan pihak Rumah Sakit DR. Achmad
memberikan dorongan pada perawat Mochtar Bukittinggi untuk selalu
untuk melakukan komunikasi melakukan berbagai upaya
SBARpada saat overan dinas karena peningkatan kualitas kerja perawat
pada saat overan merupakan proses pelaksana dengan cara memberikan
yang penting untuk menyampaikan pelatihan-pelatihan terkait standar
atau mengoverkan operasional asuhan keperawatan,
tanggungjawabnya atas keselamatan termasuk penerapan komunikasi
pasien kepada tenaga pemberi asuhan SBAR pada saat overan dinas.
keperawatan berikutnya, sehingga

REFERENSI uPendekatanPraktik.Edisi14.
Jakarta: RinekaCiptaPriyoto.
Arikunto, S.
2010.ProsedurPenelitianSuat Alimul, H. 2012. Riset keperawatan
dan teknik penulisan ilmiah.
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

edisi ke 2. Jakarta: salemba Ruang Medikal Bedah RS


medika PKU Muhammadiyah
Surakarta. Jurnal Prosiding
Ariyani. 2009. Analisis Pengetahuan Konferensi Nasional Ppni
Dan Motivasi Perawat Yang Jawa Tengah. Volume 15, no
Mempengaruhi Sikap 8.
Mendukung Penerapan
Program Patient Safety Di Ira, W. 2014. Efektifitas Pelatihan
Instalasi Perawatann Komunikasi S-BAR Dalam
Instensif RSUD DR Meningkatkan Mutu Operan
Moewardi Surakarta Tahun Jaga (Hand Over) Di
2008.Semarang : Universitas Bangsal Wardah Rs Pku
Diponegoro.Volume 22, no Muhammadiyah Yogyakarta
11. Unit II. Tesis mahasiswa
magister Program
Ainiat all (2014). Pengaruh Tingkat Pascasarjana Universitas
Pengetahuan Dan Sikap Muhammadiyah Yogyakarta.
Perawat Terhadap
Penerapan Standar Kepmenkes Nomor
ProsedurOperasional (SPO) 129/MenKes/SK/II/2008
KomunikasiTerapeutik di RS tentang Standar Pelayanan
PKU Muhammadiyah. Minimal RumahSakit. (oline)
Volume 6, no 1 Komite Keselamatan Rumah Sakit
(KKP-RS) PERSI. Pedoman
Bawelle, Selleya Cintya. dkk. 2013. Insiden Keselamatan Pasien
Hubungan Pengetahuan Dan (IKP) (Patient Safety Incident
Sikap Perawat Dengan Report). (ed-2). Jakarta. 2008.
Pelaksanaan Keselamatan
Pasien (Patient Safety) Di
Ruang Rawat Inap RSUD
Liun Kendage. Volume 10, Lestari, A . Dkk, 2013. Pengaruh
no 5. Operan Dengan Metode
SBAR Terhadap
Cahyono, J.B. S. B. 2008. Pendokumentasian
Membangun Budaya Implementasi Dan Evaluasi
Keselamatan Pasien Dalam Asuha Keperawan Di Ruang
Praktek Kedokteran. Flambiyan II RSUD Kota
Yogyakarta: Salatiga. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan
Departemen Kesehatan R.I, 2008. (JIKK),4 (2). 18-34
Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (Patien Safety).(ed-2). Nursalam, 2002. Menajemen
Jakarta: Bhakti Husada. Keperawatan Aplikasi Dalam
Keperawatan
Fitria, C. 2013. Efektifitas Pelatihan Profesional.Salemba Medika:
Komunikasi SBAR dalam Jakarta.
Meningkatkan Motivasi dan
Psikomotor Perawat di Nursalam. 2013. Manajemen
Kepererawatan Aplikasi
Volume 1 No.2 Tahun 2017 Jurnal Human Care

dalam Praktik Keperawatan Susanti at all.2014. Hubungan


Profesional. Edisi 3. Jakarta : Pengetahuan Perawat
Salemba Medika. Tentang Patient Safety
Dengan Kepatuhan
Natasi at all. 2014. Faktor yang Pelaksanaan Standar
Mempengaruhi Kepatuhan Operasional Prosedur (SOP)
Pelaksanaan SOP Asuhan Pemberian Obat Intravena Di
Keperawatan di ICU-ICCU Instalasi Rawat IntensifRSUD
RSUDGambiran Kota Kediri. Prof. DR. Margono Soekarjo
Volume 26, no 4. Purwokerto. Volume 43, no
Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi 21
Penelitian Kesehatan.Jakarta Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun
: Rineka Cipta 2009 tantang Kesehatan.
Pieter, Herri Zon & Lubis, Nomoro (online), (http://e-
Lumangga (2010). Pengantar report.alkes.kemkes.go.id/dat/
Psikologi Dalam UU_No._36_Th_2009_ttg_Ke
Keperawatan. Jakarta : sehatan.pdf).
Kencana. Wibowo, 2011. Manajemen kinerja.
Program Studi S1 Keperawatan. Edisi ke-5. Jakarta : PT Raja
2015. Buku Pedoman Grafindo Persada.
Penulisan Skripsi. STIKes Wawan, A & Dewi, M. 2011. Teori
forth de kock : Bukittinggi. dan Pengukuran Pengetahuan,
Permatasari Istanti at all. 2015. Sikap dan Perilaku Manusia.
Peningkatan Patien Safety Mutia Medika: Yogyakarta.
Dengan Komunikasi SBAR
universitas muhamadiyah Wijaya ananta at all. 2014. Pengaruh
yogyakarta. .junal Univesity Edukasi Teknik SBAR Saat
Research ColoqoiumISSN 2407- Handover Terhadap
9189.Volume 35, no 15. Penerapan Sasaran
International Patient Safety
Salamun, M. 2014. Buku saku Goals 2 Di Ruang Rawat Ianap
panduan komunikasi efektif Nakula Dan Sahadewa
SBAR. Bandung RSAU. Inpatient Ward Of Rsud
Sanjiwani. volume 40, no 17.
Supinganto at all .2015.
tentangIdentifikasi Komunikasi Wahyuni, S. 2012. Psikologi
Efektif SBAR (Situation, Keperawatan.Jakarta
Background, Assesment, :Salemba Medika.
Recommendation)Di RSUD Winardi. 2007. Motivasi dan
Kota Mataram. volume 20, no Pemotivasian dalam
7. Manajemen.Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Sujwerni, V. 2014. Metodologi
Penelitian Keperawatan.
Yogyakarta Gava Media.

You might also like