You are on page 1of 7

KARAKTERISTIK KLINIS PASIEN MYASTHENIA GRAVIS

DI PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO

Sri Rezeki Handayani, Antonia Kartika Indriati


Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo Bandung

ABSTRACT
Introduction
Myasthenia gravis is a relatively uncommon disorder. This autoimmune disease is
characterized by muscle weakness that fluctuates, worsening with exertion, and
improving with rest, as a result of impaired synaptic transmission across the
neuromuscular junction. Nearly all patients present with eyelid and extra ocular muscles
involvement. Myasthenia gravis is often associated with other autoimmune disease.
Several tests are available to help establish the diagnosis of myasthenia gravis. There are
two approaches for management of Myasthenia gravis based on the pathophysiology of
the disease.
Objective
To describe the clinical features, associated autoimmune diseases, diagnostic testing and
treatment of myasthenia gravis patients in the National Eye Center-Cicendo Eye
Hospital.
Methods
We retrospectively reviewed the medical records of 48 patients who had diagnosed
myasthenia gravis. All patients were evaluated between January 2010 and December
2014. Age, gender, clinical feature, associated autoimmune diseased, diagnostic testing
and therapy were examined retrospectively.
Results
Among the 48 patient was more frequent in women (70.83%). The mean age of onset was
39.15 years. All of patients showed ptosis and unilateral presentation (83.33%).
Associated autoimmune thyroid disease was in 8.33%. A positive response to the ice pack
test was elicited in 100% patients. Pyridostigmine or combination with corticosteroid
were administered in 23 patients.
Conclusions
Myasthenia gravis patient’s in the National eye Center-Cicendo Eye Hospital was more
frequent in females with mean age < 50 years old. Ptosis was the common sign and
autoimmune disease such as thyroid disease was commonly found in these patients. The
presence of an ice pack test may help to diagnose of myasthenia gravis. Cholinesterase
inhibitor was common used in management.

Keywords : Myasthenia gravis, ptosis, autoimmune disease, ice pack test

PENDAHULUAN Myasthenia gravis adalah suatu


Kejadian Myasthenia gravis relatif kondisi yang ditandai dengan kelemahan
jarang. Prevalensinya 20 per 100.000 dan keletihan, yang disebabkan oleh
populasi di Amerika Serikat. Kejadian penurunan jumlah reseptor acetylcholine
pada wanita lebih sering dibandingkan di neuromuscular junction. Penurunan
dengan pria. Manifestasi okular dapat reseptor ini akibat adanya antibodi
terjadi 20% dari seluruh kasus.1 terhadap reseptor acetylcholine atau
membran postsinap, sehingga

1
menyebabkan gangguan transmisi klinis, lateralitas, penyakit autoimun
neuromuskular.1,2 yang menyertai seperti rheumatoid
Gejala yang khas dari myasthenia disease, thyroid disease, systemic lupus
gravis adalah bervariasinya kekuatan erithematous dan pemeriksaan penunjang
kontraksi otot. Kelemahan otot yang serta pengobatan yang diberikan.
timbul terutama pada sore hari. Otot Thyroid disease, systemic lupus
levator palpebra superior dan otot erithematous atau rheumatoid disease
ekstraokular terjadi hampir pada 90% adalah pasien yang telah didiagnosis
pasien.1 thyroid disease, systemic lupus
Beberapa pemeriksaan dilakukan erithematous, rheumatoid heart disease
untuk mendiagnosis Myasthenia gravis. atau rheumatoid arthritis oleh bagian
Misalnya pemeriksaan klinis, antibodi, Ilmu Penyakit Dalam atau sedang dalam
farmakologi, dan electrophysiologic test.1 pengobatan.
Pasien dengan Myasthenia gravis Data yang didapat kemudian
dapat disertai dengan penyakit autoimun dipaparkan secara deskriptif terhadap
lain, salah satunya adalah penyakit seluruh variabel dengan menggunakan
thiroid. Mekanisme hubungan penyakit Microsoft Excel 2010 dan ditampilkan
autoimun ini masih belum diketahui.1 dalam bentuk tabel.
Managemen Myasthenia gravis
terbagi menjadi dua macam berdasarkan HASIL
patofisiologi penyakitnya, yaitu Selama periode 1 Januari 2010
acetylcholinesterase inhibitor dan hingga 31 Desember 2014, terdapat 55
imunosupresif. 1 pasien yang didiagnosis dengan
Tujuan penelitian ini adalah untuk Myasthenia gravis dan 48 pasien
menggambarkan karakteristik klinis memenuhi kriteria inklusi dan
pasien yang didiagnosis Myasthenia dimasukkan ke dalam penelitian.
gravis, pemeriksaan diagnosis, Karakteristik klinis pasien
pengobatan dan penyakit autoimun yang Myasthenia gravis yaitu jenis kelamin,
menyertai seperti Rheumatoid disease, usia, keluhan, lateralitas dan penyakit
Thyroid disease, Systemic Lupus penyerta ditunjukkan pada tabel 1.
Erithematous. Pasien berjenis kelamin wanita (70,83%)
lebih banyak bila dibandingkan dengan
METODE pria (29,17%) yaitu 2,4:1 dengan rentang
Data dikumpulkan dari rekam medis usia 9 sampai 79 tahun dan rerata usia
pasien yang didiagnosis Myasthenia 39,15 tahun.
gravis selama periode 1 Januari 2010 Ditemukan 77,08% kelompok usia
hingga 31 Desember 2014 di Pusat Mata kurang dari 50 tahun, diantaranya
Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo terdapat 4 pasien berusia dibawah 18
Bandung. tahun. Pada kelompok usia diatas 50
Kriteria inklusi adalah rekam medis tahun, terdapat 63,63% atau 7 pasien
dari pasien yang didiagnosis Myasthenia berjenis kelamin wanita.
gravis,yaitu ptosis atau diplopia atau Seluruh pasien mengalami keluhan
gangguan gerak bola mata yang disertai ptosis dan keluhan kedua yang paling
dengan salah satu abnormalitas sering adalah diplopia sebanyak 21
pemeriksaan ice pack test, pasien (43,75%). Pasien yang mengalami
electrophysiologic test atau prostigmin ptosis saja sebanyak 27 pasien (56,25%)
test. dan tidak ada pasien yang hanya
Data dilihat secara retrospektif dan mengalami diplopia saja tanpa disertai
dilakukan pengambilan data yang terdiri ptosis.
dari usia, jenis kelamin, karakteristik

2
Tabel 1. Gambaran Klinis Myasthenia Gravis electrophysiological test atau prostigmine
Karakteristik Jumlah Persen test. Seluruh hasil pemeriksaan
n : 48
menunjukkan hasil positif.
Usia rata rata 39,15 Tabel 2 menunjukkan pemeriksaan
< 50 tahun 37 77,08
diagnosis dan pengobatan yang
diberikan. Pemeriksaan ice pack test
 50 tahun 11 22,92
dilakukan pada 48 pasien dan hasil yang
Jenis Kelamin
positif sebanyak 100% pasien. Cogan
Wanita 34 70,83 eyelid twitch 38,46% menunjukkan hasil
Pria 14 29,17 positif dan tes tatap dilakukan pada 45
Keluhan pasien dan terdapat 33 pasien (73,33%)
Okular menunjukkan suatu hasil positif.
Ptosis 48 100
Diplopia 21 43,75 Tabel 2. Pemeriksaan Diagnostik Myasthenia
Ektraokular Gravis
n = 48
Disfagia 4 8,33 Persen
Dilakukan
Disfonia 1 2,08 Abnormal
Dyspnoe 3 6,25 Pemeriksaan diagnostik

Fatigue 16 33,33 Non farmakologi


Pemeriksaan fisik Ice pack test 48 100
Cogan eyelid twitch 39 38,46
Unilateral ptosis 40 83,33
Tes tatap 45 73,33
Bilateral ptosis 8 16,67 Orbicularis weakness 27 62,96
Gangguan gerak bola mata 7 14,58
Farmakologi
Penyakit Autoimun Penyerta Tensilon test 0 -
Rheumathoid disease 2 4,17 Prostigmine test 11 100
Thyroid disease 4 8,33 Elektrofisiologi
Systemic Lupus Erithematous 1 2,08 Repetitive Nerve 2 100
Stimulation

Pada pemeriksaan fisik, 83,33%


pasien mengalami ptosis unilateral dan Pemeriksaan non farmakologi ini
terdapat 8 pasien (16,67%) yang dilakukan di poliklinik Rumah Sakit mata
ditemukan bilateral ptosis, namun salah Cicendo, sedangkan pemeriksaan
satu mata terjadi lebih berat farmakologi dan elektrofisiologi
dibandingkan mata sebelahnya. Tujuh dilakukan di departemen Neurologi
pasien disertai dengan gangguan gerak Rumah Sakit Hasan Sadikin.
bola mata. Tabel 3 menunjukkan 23 pasien
Penyakit autoimun yang menyertai (47,91%) yang diberikan pengobatan,
pasien Myasthenia gravis adalah 4 pasien yaitu 18 pasien diberikan pyridostigmine
menderita thyroid disease, dan 1 pasien dan 5 pasien kombinasi pyridostigmine
dengan systemic lupus erithematous. dengan methylprednisolone.Tidak semua
Terdapat 2 pasien dengan diagnosis pasien yang didiagnosis Myasthenia
rheumatoid disease, yaitu terdiri dari 1 gravis langsung diberikan pengobatan.
pasien dengan rheumatoid heart disease Sebagian besar pasien yang dirujuk untuk
dan 1 pasien dengan rheumatoid pemeriksaan diagnosis farmakologi atau
arthritis. elektrofisiologi tidak kembali lagi untuk
Pasien yang disertai dengan kontrol, sehingga data pengobatan yang
penyakit autoimun dilakukan diterima pasien tidak diketahui.
pemeriksaan diagnosis dengan

3
Tabel 3. Pengobatan Myasthenia Gravis penelitian ini ditemukan 4 pasien yang
Jenis terapi Diberikan Persen berusia dibawah 18 tahun.
n : 48
Pyridostigmine 18 37,5
Wanita lebih sering menderita
Kombinasi Myasthenia gravis dibandingkan dengan
Pyridostigmine & 5 10,41 pria. Pada penelitian ini wanita 2 kali
Kortikosteroid lebih sering dibandikan pria. Pada
penelitian yang lain, rasio wanita dan pria
PEMBAHASAN 2,8 : 1 di Eropa dan 0,68 di Taiwan.9,14
Di Amerika dan Eropa, kelemahan Sedangkan di Jepang menunjukkan
otot ekstraokular adalah gejala yang bahwa wanita tiga kali lebih sering
paling sering timbul pada Myasthenia daripada pria.10
gravis, mencapai 59 sampai 85 persen Predileksi jenis kelamin dipengaruhi
pasien.3,4,5 Sedangkan di Cina 50% oleh usia, wanita lebih dominasi pada
pasien Myasthenia gravis terdapat kelompok usia muda dan pria lebih
manifestasi okular.6 banyak pada usia yang lebih tua.1,15 Di
Hasil penelitian ini didapatkan 48 Jepang selama 5 tahun terakhir, pada
pasien yang didiagnosis Myasthenia kelompok usia diatas 70 tahun, wanita
gravis selama 5 tahun. Angka ini hampir lebih banyak daripada pria.16 Sedangkan
setara dengan jumlah pasien di unit pada penelitian ini menunjukkan bahwa
Neuro-ophthalmologi Universitas Kansas wanita lebih banyak dibandingkan pria
dan di Kairo, yaitu didapatkan 95 pasien pada kedua kelompok, yaitu usia diatas
selama periode 9 tahun, dan 14 pasien 50 tahun dan dibawah 50 tahun. Hasil ini
dalam 1 tahun.7,8 hampir sama dengan penelitian Oopik
Klasifikasi onset usia berdasarkan bahwa rasio wanita dan pria pada
abnormalitas timus, Thymoma-associated kelompok usia muda ( < 50 tahun )
MG, membagi menjadi dua kelompok, adalah 2,5 : 1, dan usia tua ( ³ 50 tahun )
yaitu early-onset Myasthenia gravis bila adalah 2,0:1.4
onset usia < 50 tahun dan late-onset Seluruh pasien pada penelitian ini
Myasthenia gravis bila onset usia ³ 50 mengalami ptosis. Dua puluh satu pasien
tahun. Pada penelitian ini 77,08% pasien atau 43,75% mengalami kombinasi ptosis
berusia dibawah 50 tahun. Penelitian dengan diplopia. Berbeda pada penelitian
sebelumnya juga ditemukan 74,3% Kuppersmith yang mengumpulkan pasien
pasien dibawah usia 50 tahun.9 Berbeda ocular Myasthenia gravis murni, kurang
dengan penelitian Akaishi bahwa usia dari 10% pasien mengalami ptosis saja
penderita Myasthenia gravis rata-rata dan kurang dari 30% mengalami diplopia
diatas 50 tahun.10 Zivkovic melaporkan saja, sedangkan mayoritas pasien (65%)
bahwa ocular Myasthenia gravis lebih mengalami kombinasi diplopia dan
sering pada late onset. Rerata onset usia ptosis.17
pada penelitian ini hampir sama dengan Keluhan ptosis pada pasien
penelitian sebelumnya, yaitu 39,15 dan Myasthenia gravis lebih sering terjadi
36,4 tahun.11 pada salah satu mata.17 Hasil penelitian
Pada penelitian sebelumnya, ini manifestasi unilateral ptosis terjadi
terdapat 18 pasien anak-anak di Canada pada 83,33% pasien sedangkan bilateral
yang didiagnosis ocular Myasthenia ptosis lebih jarang yaitu 16,63% pasien.
gravis selama periode 2 tahun.12 Myasthenia gravis dapat disertai
Sedangkan di Korea ditemukan 24 pasien dengan penyakit autoimun lain. Sekitar
anak-anak selama 13 tahun.13 13% - 15% pasien Myasthenia gravis
Vanderpluym dkk menemukan ocular disertai dengan penyakit autoimun lain.
Myasthenia gravis pada anak-anak paling Pada penelitian ini penyakit autoimun
sering terjadi pada etnis asia.12 Pada yang paling banyak menyertai adalah

4
thyroid disease, yaitu 4 pasien (8,33%). Sensitivitas Cogan’s eyelid twitch
Penyakit autoimun lain yaitu rheumatoid relatif rendah yaitu 50% dengan angka
disease dan systemic lupus erithematous. prediksi positif 25%. Hasil yang positif
Kejadian ini setara dengan penelitian dapat dicurigai suatu Myasthenia
sebelumnya bahwa thyroid disease gravis.24 Penelitian sebelumnya
adalah penyakit autoimun yang paling menunjukkan sensitivitas cogan eyelid
sering menyertai yaitu 8%.18,19 Hasil ini twitch adalah 0,5 dan spesifitas 0,92.7
lebih rendah bila dibandingkan dengan pada penelitian ini pemeriksaan cogan
penelitian Rastenyte yang menemukan eyelid twitch paling rendah hasilnya,
diagnosis hyperthyroidism pada 10 yaitu hanya 38,46% yang positif.
pasien (12,2%) yang menderita ocular Edrophonium test merupakan
Myasthenia gravis.19 Di eropa bagian pemeriksaan farmakologis untuk
utara, rheumatoid arthritis lebih sering mendiagnosis Myasthenia gravis dengan
daripada thyroid disease.4 sensitivitas 86% sampai 97% dan
Pada pasien ocular Myasthenia spesifisitas 83%.8,23 Pada penelitian ini,
gravis yang berusia lebih dari 70 tahun, tidak ada pasien yang dilakukan
27% wanita dan 13% pria disertai dengan pemeriksaan edrophonium test, karena
penyakit autoimun.4 Penyakit autoimun tidak tersedianya pemeriksaan ini di
lebih sering terjadi pada wanita yang Departemen Neurologi Rumah Sakit
memiliki seropositive Myasthenia Hasan Sadikin. Edrophonium test atau
20
gravis. Tensilon test cukup aman, namun
Pemeriksaan ice pack test beberapa efek samping dapat terjadi
menunjukkan spesifisitas yang tinggi dan seperti hipotensi, bradikardi, cardiac
sensitif untuk mendiagnosis ptosis dan arrest dan respiratory distress. Adanya
diplopia akibat Myasthenia gravis. potensial efek samping yang dapat timbul
Spesifisitasnya mencapai 98,3%. Secara ini, maka tensilon test harus dilakukan di
umum sensitivitas ice pack test untuk tempat yang memiliki fasilitas resusitasi
mendiagnosis Myasthenia gravis adalah yang lengkap. 8,23
93,33%. Namun, sensitivitas ice pack test Pemeriksaan farmakologi lain
pada myasthenic ptosis lebih baik bila adalah prostigmine test dilakukan di
dibandingkan diplopia, 92,3% banding bagian Neurologi Universitas
76,9%.21 El-Touky membandingkan Padjadjaran. Sebelas pasien dalam
antara Ice pack test dengan single-fiber penelitian ini menunjukkan hasil positif.
electromyography, terdapat respon yang Menurut Hoyt sensitivitas prostigmine
positif pada 85,7% pasien yang dilakukan test adalah 70 – 94%.1 Neostigmine tetes
pemeriksaan ice pack test.8 Keuntungan mata juga dapat digunakan untuk
pemeriksaan ini yaitu noninvasif, mudah, pemeriksaan penunjang ocular
murah, aman dan cepat.22-3 Myasthenia gravis. Respon positif setelah
Pemeriksaan ice pack test yang penetesan neostigmine akan terjadi
dilakukan di Pusat Mata Nasional Rumah peningkatan fisura palpebra. Tetes mata
Sakit Mata Cicendo pada penelitian ini neostigmine cukup aman, mudah dan
sebanyak 48 pasien dan hasilnya efektif untuk mendiagnosis Myasthenia
menunjukkan 100% positif. Perbaikan gravis.25
ptosis terjadi setelah aplikasi es pada Pemeriksaan penunjang yang paling
kelopak mata disebabkan karena sensitif untuk Myasthenia gravis adalah
penurunan aktifitas acethylcolineesterase single fiber electromyography, mencapai
saat penurunan temperatur. Ellis meneliti 99%.26 Mittal melaporkan bahwa
15 pasien dengan ice pack test sensitivitas single fiber electromyography
menunjukkan 100% hasil positif.21-3 adalah 0,62-0,99 dan spesifitas 0,66-0,98.
Repetitive nerve stimulation memiliki

5
spesifitas 0,89-0,98 dan sensitivitas 0,11- 2. American Academy of Ophthalmology.
0,39.7 Hanya 2 pasien yang dilakukan Basic and Clinical Science Course
pemeriksaan electrophysiological pada Section 5 : Neuro Ophthalmology. San
penelitian ini. Fransisco. 2011-2012.
3. Allen JA, Scala S, Jones HR. Ocular
Pengobatan pada Myasthenia gravis
myasthenia gravis in a senior
dibagi menjadi 2 pendekatan berdasarkan population: diagnosis, therapy, and
patofisiologinya. Pertama meningkatkan prognosis. Muscle Nerve. 2010;41:
jumlah acethylcoline yang terdapat di 379-84
postsinaps dengan acethylcolineesterase 4. Oopik M, Kaasik AE, Jakobsen J. A
inhibitor. Kedua bertujuan menurunkan population based epidemiological study
ikatan antara reseptor acethylcoline on myasthenia gravis in Estonia. J
terhadap antibodi dengan menggunakan Neurol Neurosurg Phychiatry. 2003;
imunosupresor.27 2003:1638-43
Pada penelitian ini terdapat 37,5% 5. Meriggioli M dan Sanders D.
pasien mendapatkan pengobatan Autoimmune myasthenia gravis:
emerging clinical and biological
pyridostigmine, dan 10,41% pasien
heterogeneity. Lancet Neurol.
mendapatkan pengobatan kombinasi 2009;8(5): 475-90
pyridostigmine dengan 6. Zhang X, Yang M, Xu J, Zhang M,
methylprednisolone. Lang B, Wang W, Vincent A. Clinical
Pyridostigmine adalah pilihan utama and serological study of myasthenia
dan mempunyai respon yang baik gravis in HuBei Province, China. J
terhadap Myasthenia gravis. Pemberian Neurol Neurosurg Psychiatry
kortikosteroid diduga dapat mencegah 2007;78:386-90
terjadinya ocular Myasthenia gravis 7. Mittal MK, Barohn RJ, Pasnoor M,
menjadi general Myasthenia gravis. 7,27 McVey A, Herbelin L, Whittaker T dkk.
Kelemahan dari penelitian ini adalah Ocular myasthenia gravis in an
data pemeriksaan diagnostik pasien academic neuro-ophthalmology clinic:
clinical features and therapeutic
kurang seragam. Saran untuk penelitian response. Journal of clinical
berikutnya adalah pemeriksaan diagnosis neuromuscular disease. 2011; Vol 7(1):
dilakukan dengan lengkap sesuai 46-52
formulir yang disarankan. 8. El-Toukhy E dan Hosni HH. A
Pasien Myasthenia gravis di Pusat comparison between the ice test and
Mata Nasional Rumah Sakit Mata single-fiber electromyography
Cicendo, lebih banyak terjadi pada (SFEMG) in the diagnosis of ptosis
wanita dengan usia rerata di bawah 50 caused by myasthenia gravis. Middle
tahun. Ptosis merupakan gejala yang east journal of ophthalmology. 2007.
paling umum ditemukan dan penyakit Vol 14;2:51-3
9. Rastenyte D, Vaitkus A, Neverauskas R,
autoimun thyroid disease yang paling Pauza V. Demographic-clinical profile
sering menyertai. Pemeriksaan ice pack of patients with myasthenia gravis.
test dapat digunakan untuk membantu Medicina. 2002; Vol38(6): 611-6
mendiagnosis Myasthenia gravis. 10. Akaishi T, Yamaguchi T, Suzuki Y,
Cholinesterase inhibitor menjadi pilihan Nagane Y, Suzuki S dkk. Insights into
dalam pengobatan Myasthenia gravis di the classification of myasthenia gravis.
Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata PloS ONE. 2014;9(9): e106757
Cicendo. 11. Zivkovic S, Clemens P, Lacomis.
Characteristics of late onset myasthenia
gravis. J Neurol. 2012; 259: 2167-71
DAFTAR PUSTAKA 12. Vanderpluym J, Vajsar J, Jacob FD,
1. Calvert PC. Disorder of neuromuscular
Mah JK, Grenier D, Kolski H. Clinical
transmission. Dalam: Walsh and Hoyt’s
characteristics of pediatric myasthenia:
clinical neuro-ophthalmology. Sixth
edition. 2005. 1041-75

6
a surveillance study. Pediatrics 2013; the utility of Cogan’s lid twitch sign in
132:1-6 patients with isolated unilateral or
13. Kim JH, Hwang JM, Hwang YS, Kim bilateral ptosis. Journal of the
KJ, Chae J. Childhood Ocular Nourological Sciences. 2007;256: 84-5
Myasthenia gravis. American Academy 25. Salih MA, Salih MA, Mustafa AA,
of Ophthalmology. 2003.1458-62 Oystreck DT dkk. Ocular neostigmine
14. Lai CH dan Tseng HF. Nationwide drops for diagnosis myasthenia gravis. J
population-based epidemiological study Neurol Neurophysiol. 2012.
of myasthenia gravis in Taiwan. 26. Sarrigiannis PG, Kennett RP, Read S,
Neuroepidemiology. 2010; 35: 66-71 Farrugia ME, Single fiber EMG with a
15. Liu GT, Volpe NJ, Galetta SL. Neuro- concentric needle electrode validation in
ophthalmolohy: diagnosis and myasthenia gravis. Muscle nerve.
management. Saunders Elsevier. 2010. 2006;33:61-5
471-7 27. Annapurni Jayam, Alok Dabi,Noha
16. Matsuda M, Iijima ND, Nakamura A, Solieman, Mohankumar Kurukumbi and
Sekijima Y, Morita H, Matsuzawa S. Janaki Kalyanam. Myasthenia Gravis: A
Increase in incidence of elderly-onset Review. Hindawi Publishing
patients with myasthenia gravis in Corporation. Autoimmune Diseases.
Nagano Prefecture, Japan. Internal 2012
medicine. 2005.Vpl 44;6: 572-77
17. Kuppersmith MJ, Ying G. Ocular motor
dysfunction and ptosis in ocular
myasthenia gravis: effects of treatment.
Br J Ophthalmol. 2005; 89: 1330-4
18. Lok Wing, Asha, Helen. Myasthenia
gravis in Singapore. Neurol J Southeast
Asia. 2003; 8: 35-40
19. Beekman, Kuks, Oosterhuis.
Myasthenia gravis:diagnosis and follow
up of 100 consecutive patients. JNeurol.
1997; 244: 112-8
20. Mao ZF, Yang LX, Mo XA, Qin C, Lai
YR, He NY dkk. Frequency of
autoimmune diseases in myasthenia
gravis: a systematic review.
International journal of neuroscience.
2011. 121: 121-9
21. Chatzistefanou KL, Kouris T, Iliakis E,
Piaditis G, Tagaris G, Katsikeris dkk.
The ice pack test in the differential
diagnosis of myasthenic diplopia.
Ophthalmology. 2009. Vol 116;11:
2236-43
22. Ellis FD, Hoyt Creig, Ellis FJ, Jeffery
AR, Sondhi N. Extraocular muscle
responses to orbital cooling (ice test) for
ocular myasthenia gravis diagnosis.
Journal of AAPOS, 2000. Vol 5;5: 271-
81
23. Diogo Fraxino, Rafael de Figueiredo,
Aluisio Cláudio. Ice pack test in the
diagnosis of myasthenia gravis. Arq
Neuropsiquiatr 2008;66(1):96-98
24. Van Stavern GP,Bhatt A, Haviland J,
Black H. A prospective study assessing

You might also like