Professional Documents
Culture Documents
04 Asmanah Kuntadi KLM PDF
04 Asmanah Kuntadi KLM PDF
i
ABSTRACT
Apis mellifera beekeeping in Indonesia has been practiced mainly in Java since 1970’s; nevertheless, the
honey productivity is considerably low in both quantity and quality. To identify problems of beekeeping from
beekeeper perspectives, we conducted a case study in Pati Regency, Central Java Province, by interviewing
respondents selected based on the method of purposive sampling from several villages in Gembong
subdistrict. There were six main problems in A. mellifera beekeeping. The decreasing of bee forages and the
unavailability of funding were the major problems faced by beekeepers, each stated by 78.13% and 59.38%
respondent opinions, followed by the lack of extension services concerning beekeeping value (50.%) and
technical advisory (37.50%), the decreasing queen quality (25%), and the honeybee pest (18.75%). There
have been seven solutions to solve the problems proposed by beekeepers, i.e. developing bee forage
plantation in forest areas (87.50%), subsidizing sugar (50.%), subsidizing equipment (37.50%),
standardizing honey price (31.25%), arranging migratory schedules (25%), formulating the rules of felling
randu trees (18.75%), and subsidizing honeybee queen (18.75%). All the solutions basically connected
merely to problems of bee forages and funding. It can be concluded that the decrease of bee forage
availability and problem of funding are two major obstacles for the development of A. mellifera beekeeping
in Indonesia.
Keywords: Apis mellifera, beekeeping problems, proposed solutions, Pati Regency
ABSTRAK
Budidaya lebah madu Apis mellifera di Indonesia telah dipraktekan terutama di Jawa sejak tahun 1970-an,
namun dari segi produktivitas tergolong rendah, baik secara kuantitas maupun kualitas. Untuk
mengidentifikasi permasalahan budidaya lebah A. mellifera dari perspektif peternak telah dilakukan
penelitian di Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Metode yang digunakan yaitu wawancara dengan
responden yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling dari desa-desa di Kecamatan Gembong.
Hasil penelitian menunjukkan ada enam permasalahan pokok dalam budidaya lebah madu A. mellifera.
Penurunan sumber pakan dan kekurangan dana menurut pendapat responden adalah masalah utama yang
dihadapi para peternak, masing-masing didukung fakta oleh ketersediaan sumber pakan 78,13% responden
dan ketersediaan dana 59,38% responden. Kemudian berturut-turut pendapat responden yaitu permasalahan
yang terkait dengan kurangnya penyuluhan manfaat perlebahan (50%) dan pembinaan teknis (37,50%),
penurunan kualitas ratu (25%), dan hama (18,75%). Untuk mengatasi permasalahan tersebut, ada tujuh butir
solusi yang diajukan peternak kepada pemerintah dan dibuktikan hasil penelitian yakni pengembangan
tanaman pakan lebah di kawasan hutan (87,50% responden), pemberian subsidi gula (50% responden),
subsidi peralatan (37,50% responden), standardisasi harga madu (31,25% responden), pengaturan angon
(25% responden), aturan penebangan (18,75% responden), dan subsidi bibit (18,75% responden). Ketujuh
butir solusi tersebut pada dasarnya hanya berkaitan dengan persoalan tanaman pakan dan pembiayaan. Oleh
sebab itu dapat disimpulkan bahwa berkurangnya ketersediaan tanaman pakan dan masalahan pembiayaan
merupakan persoalan utama yang menghambat perkembangan budidaya A. mellifera di Kabupaten Pati
khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
Kata kunci: Apis mellifera, permasalahan budidaya, saran pemecahan masalah, Kabupaten Pati
351
Vol. 9 No. 4 : 351-361, 2012
353
Vol. 9 No. 4 : 351-361, 2012
Tabel (Table) 1. Karakteristik responden di lokasi penelitian (Characteristics of respondents in the study
area)
Indikator sosial-ekonomi peternak lebah Karakteristik responden
(Socio-economic indicators of beekeepers) (Characteristics of respondents)
Umur rata-rata (Mean age) 44 tahun (year)
Pendidikan (Education):
SD (Elementary school) 15,63%
SMP (Yunior high school) 18,75%
SMA (Senior high school) 50,00%
Perguruan tinggi (University) 6,25%
Pekerjaan utama (Main job):
Petani (Farmer) 25,62%
Peternak lebah (Beekeepers) 74,38%
Rata-rata kepemilikan lahan (Average of land ownership) 0,73 ha
Kursus perlebahan (Beekeeping courses):
Pernah (Ever) 43,75%
Belum pernah (Never) 56,25%
Rata-rata kepemilikan koloni lebah (Average number of colonies) 198 kotak (hive)
Jumlah responden (Total of respondents) (n) 32 jiwa (person)
Sumber (Source): Data primer (Primary data)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN satu tanaman sumber pakan lebah yang
penting karena bunganya menghasilkan
A. Budidaya Apis mellifera di Keca- nektar dan polen.
matan Gembong Budidaya lebah A. mellifera dilaku-
kan dengan sistem angon (migratory bee-
Budidaya lebah madu A. mellifera di
keeping). Lebah digembalakan secara
Kecamatan Gembong dimulai sekitar ta-
berpindah-pindah mengikuti musim pem-
hun 1976, tidak lama setelah Kwartir Na-
bungaan tanaman. Penetapan tujuan
sional (Kwarnas) Gerakan Pramuka men-
angon biasanya didasarkan pada kondisi
gembangkan budidaya lebah eropa ini di
koloni. Untuk koloni yang lemah dibu-
kebun randu milik Perseroan Terbatas
tuhkan perawatan untuk memperkuat dan
Perkebunan Nasional (PTPN) di Keca-
memperbesar populasi, sehingga dibutuh-
matan Gringsing, Kabupaten Batang,
kan tanaman pakan yang banyak mengan-
Provinsi Jawa Tengah. Saat itu beberapa
dung tepungsari. Bila koloni sudah besar
orang mengikuti pelatihan teknik budida-
maka siap untuk proses produksi, untuk
ya lebah A. mellifera di bawah bimbingan
itu lebah diangon ke lokasi tanaman sum-
Bapak Karsono dari Kwarnas Pramuka
ber pakan penghasil nektar. Akan lebih
yang pernah belajar perlebahan di Ruma-
baik bila di satu lokasi tersedia tanaman
nia, dan peserta diberi lima kotak lebah
penghasil tepungsari dan nektar dalam
untuk dipelihara. Sejak saat itu berkem-
jumlah banyak karena akan mengurangi
banglah budidaya lebah A. mellifera, ti-
biaya angon (Kuntadi, 2008b).
dak hanya di Kecamatan Gembong, tetapi
Secara garis besar, sistem migratory
juga kecamatan lain di sekitarnya, seperti
koloni yang dilakukan peternak lebah A.
Tlogowungu, dan Kluwak.
mellifera di Kecamatan Gembong dalam
Budidaya lebah A. mellifera berkem-
satu tahun mengikuti jadwal angon seper-
bang dengan baik di Kabupaten Pati ka-
ti disajikan pada Tabel 2.
rena didukung oleh adanya potensi pohon
Budidaya A.mellifera membutuhkan
kapuk randu sebagai sumber pakan. Ka-
sumber pakan yang terus-menerus untuk
bupaten Pati sejak jaman Kolonial Be-
kelangsungan hidupnya, oleh karena itu
landa dikenal sebagai penghasil kapuk
pada saat musim paceklik bunga lebah
terbesar di Jawa Tengah (Mulyadi, 2011).
harus diberikan makanan tambahan. Sirup
Tanaman kapuk randu merupakan salah
354
Budidaya Lebah Madu Apis mellifera L. oleh Masyarakat…(A. Widiarti; Kuntadi)
Tabel (Table) 2. Jadwal angon koloni lebah A. mellifera di Jawa (Migratory schedules of A. mellifera bee-
keeping in Java)
Bulan Tanaman pakan Produksi
Lokasi (Location) Sumber (Source)
(Month) (Beeforage) (Production)
Mei-Juni Pati Randu, Sonokeling Nektar-polen Madu
Juli Pasuruan, Probolinggo, Randu Nektar-polen Madu
Banyuwangi
Agustus Purwodadi,Wonosobo, Jagung Polen koloni-polen
Boyolali,Kediri, Jepara
September- Boja, Wonosari, Gringsing Karet Nektar Madu
Oktober
November Subang Rambutan Nektar Madu
Desember- Pati - - -
April
Sumber (Source): Data primer (Primary data)
gula merupakan pakan tambahan peng- kaitan dengan semakin banyaknya ma-
ganti nektar, diberikan terutama pada saat syarakat yang beralih dari penggunaan
lebah digembalakan di lokasi kebun ja- kapuk untuk bahan dasar kasur dengan
gung dan pada saat musim pembungaan dacron dan busa, sehingga pohon randu
sangat kurang. banyak yang ditebang karena menurun-
nya permintaan dan kebutuhan kapuk.
B. Permasalahan Budidaya Lebah Data statistik perkebunan dari Kemente-
Menurut Persepsi Peternak rian Pertanian (2011) mengkonfirmasikan
penurunan areal kebun randu tersebut. Di
Hasil identifikasi permasalahan ber-
Provinsi Jawa Tengah, angka penurunan
dasarkan wawancara dengan peternak le-
luas areal kebun randu antara tahun 2000-
bah yang menjadi responden menunjuk-
2009 mencapai 44%, yaitu dari 79.779 ha
kan bahwa ada enam kategori permasa-
pada tahun 2000 menjadi tinggal hanya
lahan dalam budidaya lebah A. mellifera,
44.666 ha pada tahun 2009. Penebangan
yaitu persoalan pakan, dana, penyuluhan,
tidak hanya pada tanaman randu yang su-
pembinaan teknis, bibit/induk ratu, dan
dah tua tetapi juga yang masih produktif.
hama. Di antara permasalahan tersebut,
Oleh karena itu banyak perusahaan peng-
keterbatasan ketersediaan sumber pakan
odol kapuk randu yang gulung tikar, de-
menduduki urutan pertama, yaitu dike-
mikian juga pabrik minyak klentheng (bi-
mukan oleh 78,13% responden, diikuti
ji kapuk) berhenti sejak lima tahun tera-
selanjutnya masalah keterbatasan dana
khir akibat kelangkaan bahan baku.
atau permodalan pada urutan kedua
Penyusutan luas tegakan pohon randu
(59,38% responden). Secara lebih terpe-
tidak hanya terjadi di Jawa Tengah, wila-
rinci urutan permasalahan dapat dilihat
yah Jawa Timur juga mengalami hal yang
pada Gambar 1.
sama. Hal ini menambah kesulitan bagi
1. Sumber Pakan para peternak lebah mengingat kebun-ke-
Menurunnya jumlah dan luas areal ta- bun randu di Jawa Timur termasuk wila-
naman sumber pakan dinilai para peter- yah penggembalaan koloni A. mellifera
nak sebagai permasalahan yang paling dari berbagai daerah. Data statistik perta-
utama bagi perkembangan budidaya le- nian untuk komoditi perkebunan menca-
bah A. mellifera. Kelangkaan sumber pa- tat terjadinya penurunan luas areal kebun
kan sudah dirasakan peternak lebah sejak randu di Jawa Timur sebesar 10% antara
beberapa tahun terakhir. Pohon kapuk tahun 2000-2009, yaitu dari total luasan
randu yang menjadi andalan utama peng- sebesar 89.028 ha pada tahun 2000
hasil madu makin menurun jumlah dan menjadi tinggal 79.955 ha pada tahun
kualitas tegakannya. Hal ini diduga ber- 2009 (Kementerian Pertanian, 2011). Dari
355
Vol. 9 No. 4 : 351-361, 2012
100
78,13
80
59,38
Persentase
60 50,00
37,50
40
25,00
18,75
20
0
Pakan Dana Pembinaan Penyuluhan Hama Bibit
teknis
Masalah
Gambar (Figure) 1. Tingkat urgensi permasalahan dalam budidaya lebah A. mellifera (Urgency level of problems
on A. mellifera beekeeping)
Sumber (Source): Data primer (Primary data)
luasan yang masih ada, hanya 70% yang ni/pekebun tidak jarang bersifat sangat
dapat dimanfaatkan sebagai sumber pa- ekstrim dengan mengancam membakar
kan lebah, karena selebihnya berupa te- stup-stup lebah atau menjungkir-balik-
gakan rusak (14%) dan tegakan yang be- kannya. Penolakan dan pengusiran keda-
lum berproduksi (16%) (Kuntadi, 2008a). tangan koloni lebah antara lain terjadi di
Pohon randu pada umumnya ada di Purwodadi (Jawa Tengah) oleh petani ja-
lahan masyarakat, antara lain di lahan pe- gung dan Subang (Jawa Barat) oleh pe-
karangan, kebun, dan pematang sawah/te- milik kebun rambutan. Ini merupakan hal
galan. Di Jawa Timur, lebih dari 95% ke- yang sangat ironis mengingat di negara
bun randu merupakan kebun rakyat yang lain lebah madu justru sangat dibutuhkan
ditanam di lahan milik (Kuntadi, 2008a). para petani/pekebun untuk meningkatkan
Hal yang sama juga ditemui di Jawa Te- produksi pertanian/perkebunan. Nilai pro-
ngah. Pohon-pohon randu yang ditebang duk pertanian/perkebunan yang meman-
umumnya karena dianggap sudah tidak faatkan jasa penyerbukan oleh lebah ma-
memiliki nilai secara ekonomis (hasil du di berbagai negara mencapai US$ 14,6
produksinya tidak terjual), sementara ke- milyar di Amerika Serikat (Morse & Cal-
beradaannya di pematang sawah/tegalan deron, 2000), $A 0,97 milyar di Austra-
hanya menjadi penghambat pertumbuhan lia (Gordon & Davis, 2003), $Can 0,4
ketela pohon yang menjadi pilihan usaha milyar di Kanada (Scott-Dupree et al.,
tani pemilik lahan. 1995), € 4,3 milyar di Eropa (Bornek &
Masalah yang tidak kalah mengkhawa- Merle, 1989). Burgett (2011) menginfor-
tirkan bagi para peternak lebah A. melli- masikan bahwa penghasilan utama mayo-
fera dibanding dengan berkurangnya ritas peternak lebah di wilayah barat
jumlah dan kualitas tegakan tanaman Amerika Serikat berasal dari jasa penye-
sumber pakan di atas adalah masih ada- waan koloni, dengan biaya sewa tahun
nya penolakan kedatangan koloni lebah 2010 berkisar dari yang termurah sebesar
oleh sebagian petani/pekebun. Mereka US$ 3225 untuk penyerbukan buah straw-
mengganggap lebah menyebabkan rontok berry dan yang termahal sebesar US$
bunga sehingga potensi pembuahan ber- 13720 untuk buah almond (biaya sewa ra-
kurang. Beberapa peternak lebah meng- ta-rata keseluruhan jenis buah sebesar
informasikan bahwa penolakan para peta- US$ 7085).
356
Budidaya Lebah Madu Apis mellifera L. oleh Masyarakat…(A. Widiarti; Kuntadi)
Tabel (Table) 3. Biaya tahunan pemeliharaan lebah A. mellifera (Annual cost of A. mellifera beekeeping)
No Jenis pengeluaran (The expenditures) Jumlah biaya/responden (Cost/respondent) (Rp)
1. Survei lokasi (survey) 350.000
2. Angkutan (transportation) 6.643.375
3. Pungutan liar di jalanan (street bribery) 406.250
4. Bongkar muat (loading and unloading) 300.000
5. Sewa lahan penggembalaan (rental beeyard) 295.000
6. Pajak desa (village taxes) 1.183.050
7. Keamanan (security) 240.000
8. Tenaga kerja (labour) 1.760.000
9. Biaya panen (cost of harvesting) 600.000
10. Gula (sugar) *) 34.280.000
Jumlah 46.057.675
Keterangan (Remark) :
*) Untuk kepemilikan lebah 198 kotak/responden, diperlukan gula sebanyak 4.285 kg dengan harga gula Rp
8.000/kg. Sumber (Source): Data primer (Primary data)
357
Vol. 9 No. 4 : 351-361, 2012
Solusi
Gambar (Figure) 2. Saran peternak untuk mendorong perkembangan budidaya lebah Apis mellifera (Bee-
keeper advices to boost the development of Apis mellifera beekeeping)
Sumber (Source) : Data primer (Primary data)
Dari tujuh butir solusi yang disaran- erah. Responden menyarankan jarak
kan, hampir keseluruhannya berkaitan de- angon antar peternak berkisar 300-500
ngan dua permasalahan teratas yang dike- meter. Untuk perlindungan tanaman pa-
luhkan peternak, yakni masalah sumber kan yang ada, khususnya tegakan randu,
pakan lebah dan modal kerja. Ini menan- sebagian responden menyarankan agar
dakan bahwa kedua permasalahan terse- aturan penebangan pohon randu diterap-
but menduduki prioritas utama untuk se- kan kembali dengan sangsi yang tegas.
gera mendapatkan solusinya. Di antara Pada tahun 2001 pernah terbit peraturan
butir-butir solusi tersebut, tiga butir ber- daerah yang mengatur soal penebangan
hubungan dengan permasalahan sumber pohon randu, yaitu bila menebang satu
pakan, yaitu perlunya penanaman kawas- pohon kapuk randu maka punya kewajib-
an hutan dengan tanaman sumber pakan an menanam kembali sebanyak tiga po-
lebah (87,50%), aturan angon (25%), dan hon, namun aturan ini dalam pelaksana-
aturan penebangan (18,75%). Persentase annya mengalami kesulitan, karena tidak
tertinggi pada butir solusi satu, menanda- adanya sangsi yang tegas.
kan bahwa sebagian besar peternak Empat butir saran solusi lainnya ber-
menghendaki perlunya pengembangan hubungan dengan modal kerja, yaitu sub-
areal tanaman sumber pakan lebah di ka- sidi gula (50%), subsidi peralatan
wasan hutan. Peternak menyarankan pe- (37,50%), standar harga produk
nanaman jenis-jenis pakan lebah seperti (31,25%), dan subsidi bibit (18,75%). Ba-
sonokeling (Dalbergia sp.), akasia (Aca- gi peternak yang umumnya memiliki ke-
cia sp.), kaliandra (Caliandra callothyr- terbatasan modal, diharapkan sekali ada-
sus), sengon (Paraserianthes falcataria), nya subsidi harga gula, karena komponen
dan randu (Ceiba pentandra). Dua butir biaya ini sangat berat. Selain itu juga ada
saran solusi lainnya berhubungan dengan bantuan peralatan untuk memproduksi
pengaturan pemanfaatan dan perlindung- polen dan royal jeli karena selama ini
an terhadap tanaman pakan yang ada. Pe- hanya beberapa peternak saja yang sudah
ternak memandang penting adanya aturan memproduksinya. Saran berikutnya ada-
angon agar tidak terjadi rebutan areal lah adanya standar harga jual madu curah
penggembalaan, seperti yang selama ini dengan besaran sekurang-kurangnya tiga
sering terjadi, di mana peternak Pati sen- kali harga gula pasir. Selama ini, peternak
diri kesulitan mendapatkan lokasi karena seringkali terpaksa menjual hasil madu-
sudah diserbu oleh peternak dari luar da- nya dengan harga murah saat panen kare-
359
Vol. 9 No. 4 : 351-361, 2012
na harus segera melunasi utang pembeli- 2. Para peternak perlu difasilitasi untuk
an gula. Peternak juga mengharapkan membentuk kelembagaan dan mem-
adanya subsidi bantuan bibit ratu unggul bangun kesepahaman dalam hal pe-
agar dapat meningkatkan produksi madu. manfaatan kawasan untuk tujuan me-
Meskipun para peternak memiliki ke- menuhi ketersediaan pakan dengan
mampuan menangkarkan ratu, namun pola kemitraan.
mereka menyadari bahwa penangkaran 3. Perlu ada aturan dimana pemilik po-
yang berulang-ulang dari sumber bibit hon randu juga mendapatkan/sebagai
yang sama akan menghasilkan ratu yang penerima manfaat dari usaha perle-
semakin merosot kualitasnya. Subsidi di- bahan.
perlukan mengingat harga bibit unggul
cukup mahal sehingga tidak terjangkau DAFTAR PUSTAKA
oleh para peternak. Adalina, Y. (2008). Analisis finansial
usaha lebah madu Apis mellifera L.
KESIMPULAN DAN SARAN Jurnal Penelitian Hutan dan Kon-
servasi Alam V (3), 217-237.
A. Kesimpulan Borneck, R., & Merle, B. (1989). Essai
1. Penurunan ketersediaan tanaman d’une évaluation de l’incidence
sumber pakan dan keterbatasan mo- économique de l’abeille pollini-
dal kerja (dana) merupakan masalah satrice dans l’agriculture euro-
utama budidaya lebah A. mellifera. péenne. Apiacta 24, 33-38.
2. Berkurangnya areal tegakan pohon Burgett, M.D. (2011). Pacific Northwest
randu yang sangat signifikan menjadi honey bee pollination economic
penyumbang terbesar dalam kaitan- survey. National Honey Report, 12.
nya dengan penurunan ketersediaan Departemen Kehutanan. (2000). Perle-
sumber pakan, mengingat bunga ran- bahan: Peluang agribisnis yang ra-
du merupakan sumber utama pengha- mah lingkungan. Jakarta: Biro Hu-
sil madu dalam budidaya lebah madu bungan Masyarakat, Departemen
A. mellifera. Selain itu, adanya feno- Kehutanan.
mena penolakan kedatangan koloni Departemen Kehutanan. (2000). Temu
lebah oleh sebagian kecil petani/pe- usaha, pameran perlebahan, dan
kebun juga semakin mempersempit musyawarah nasional Asosiasi Per-
ruang gerak peternak dalam meng- lebahan Indonesia (API Indonesia).
gembalakan lebahnya. Diunduh 15 Nopember 2011 dari
3. Tingginya harga gula pasir dan kebu- http://www.dephut.go.id/informasi/
tuhannya yang tinggi pada masa pa- rrl/TEMUUSaha_api HTM.
ceklik (tidak ada bunga) menjadi fak- Kementerian Pertanian. (2011). Basis da-
tor utama yang berhubungan dengan ta statistik pertanian. Diunduh 15
permasalahan dana modal kerja. Sela- November 2011 dari http://aplikasi
in biaya pembeliannya merupakan .deptan.go.id/bdsp/hasil_kom.asp.
pengeluaran yang terbesar dalam bu- Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabu-
didaya lebah madu A. mellifera, paten Pati. (2007). Statistik Kehu-
pengadaannya pun tidak bisa ditunda. tanan dan Perkebunan Kabupaten
Pati 2007. Pati: Dinas Kehutanan
B. Saran dan Perkebunan Kabupaten Pati.
Ditjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan
1. Sebaiknya pemerintah ikut membantu Sosial. (2006). Keynote Speech Di-
dalam menyediakan pakan lebah de- rektur Jenderal RLPS pada Loka-
ngan berbagai pola pemanfaatan ka- karya Perlebahan Nasional tanggal
wasan hutan. 7 Desember 2007 di Yogyakarta.
360
Budidaya Lebah Madu Apis mellifera L. oleh Masyarakat…(A. Widiarti; Kuntadi)
El-Zemity, S.R., Hussein, A.R., & Zai- Kuntadi, & Andadari, L. (2011). Aktivi-
toon, A.A. (2006). Acaricidal acti- tas akarisida beberapa minyak atsiri
vity of some essential oils and their dan cuka kayu terhadap Varroa
monotherpenoidal constituents destructor Anderson & Trueman di
against the parasitic bee mite, Var- Laboratorium. Manuskrip. Jurnal
roa destructor (Acari: Varroidae). Penelitian Hutan Tanaman (dalam
Journal of Applied Sciences Re- proses penerbitan).
search, 2(11), 1032-1036. Morse, R.A., & Calderon, N.W. (2000).
Gordon, J., & Davis, L. (2003). Valuing The value of honey bees as polli-
honey pollination. Publication 03/ nators of US crop in 2000. (Re-
077. Barton, ACT, Australia: Rural port). Cornell University, Ithaca,
Industries Research and Develop- New York.
ment Corporation. Mulyadi, A. (2011). Kapuk Jawa, keung-
Hadisoesilo, S. (1992). Evolutionary and gulan yang terlupakan. Diunduh
development of beekeeping in In- April 2011 dari http:
donesia (pp.39-44). Dalam Procee- //kapukrandukaraban-pati.blogspot
ding of the Beenet Asia. Workshop .com.
on Priorities in R&D on Bee- Perhutani. (2008). 20 persen hutan untuk
keeping in Tripical Asia. Beenet pakan lebah. Diunduh 28 Desember
Asia, Universiti Pertanian Malay- 2011 dari http://www.bumn.go.id
sia, Southbound. /perhutani/publikasi/berita/20-
Kuntadi. (2003). Perlebahan di Indonesia. persen-hutanuntuk-pakan-lebah/.
Sylva Tropika No 08, Desember Salmah, S. (1992). Lebah, pengembangan
2003. Jakarta: Badan Penelitian dan dan pelestariannya. (Pidato pengu-
Pengembangan Kehutanan. kuhan Guru Besar Tetap Ilmu Bio-
Kuntadi. (2008). Profil perlebahan na- logi). Fakultas Matematika dan Il-
sional: Peluang dan tantangan. Ba- mu Pengetahuan Alam, Universitas
han presentasi Kelompok Kerja Andalas.
HHBK Kementerian Kehutanan pa- Scott-Dupree, C., Gates, J., Hergert, G.,
da Oktober 2008. Nelson J.D., Termer B., & Wins-
Kuntadi. (2008). Langkah-langkah me- ton, M. (1995). A guide to ma-
maksimalkan produksi dan produk- naging bees for crop pollination.
tivitas koloni lebah madu. Makalah Canadian Association of Pro-
Gelar Teknologi tanggal 5-6 No- fessional Apicultturists.
vember 2008 di Padang Pariaman. Singarimbun, M., & Sofian E. (1982).
Sumatera Barat. Pusat Peneltian Metoda Penelitian Survai. Jakarta:
dan pengembangan Hutan dan Kon- LP3ES.
servasi Alam. Bogor. Soekartiko, B. (2000). Permasalahan da-
Kuntadi, & Adalina, Y. (2010). Potensi lam usaha perlebahan di Indonesia.
Acacia mangium sebagai sumber Prosiding Temu Usaha Perlebahan.
pakan lebah madu (pp. 915-921). Jakarta: Direktorat Jenderal Rehabi-
Prosiding Seminar Nasional Ma- litasi Lahan dan Perhutanan Sosial,
syarakat Peneliti Kayu Indonesia Departemen Kehutanan; Perum
(MAPEKI) XIII: Pengembangan Perhutani; API Indonesia.
ilmu dan teknologi kayu untuk men- Soekartiko, B. (2009). Perkembangan
dukung implementasi program per- perlebahan nasional dan dunia.
ubahan iklim, Bali 10-11 Nopem- (Makalah). Pertemuan Asosiasi
ber 2010. Bogor : Masyarakat Pe- Perlebahan Indonesia 2009 di Ci-
neliti Kayu Indonesia. bubur. Jakarta: Bina Apiari Indo-
nesia.
361