Professional Documents
Culture Documents
Studi Perkembangan Aerenkim Akar Padi Sawah dan Padi Ladang pada Tahap
Persemaian dengan Perlakuan Perendaman
Abstract
The study of root aerenchyma development of wetland paddy cv."anak daro" and upland paddy
cv. "merah" at nursery stageby flooding treatment was conducted from January to April 2013 in
green house and Laboratory of Plant Development and Structure, Biology Departement,
Andalas University, Padang. The objective of this study was to observe the aerechyma
development in the root cortex and its zone along root. The root of paddy as materials were
prepared by the paraffin method. The result showed that aerenchyma was developed from
cortical cells of proximal root either in wetland or upland paddy in two days after seedling. At 8
days after seedling, wetland paddy with flooding treatment formed 27-29 aerenchymatous
cavities compared to 27-28 cavities of their control. Upland paddy with flooding treatment
formed 28-30 aerenchymatous cavities and did not form any cavity on their control.. The
aerenchyma of both paddies developed completely between outer and inner cortex in 14 days
after seedling. The aerenchymatous zone was developed completely from proximal up to distal
root at 21 days after seedling.
Peningkatan produksi padi juga dilakukan pada jaringan korteks pada akar benih padi
dengan penanaman pada lahan kering, sawah dan ladang dari awal sampai akhir
seperti padi ladang. Luas pemanfaatkan persemaian dengan perlakuan perendaman.
lahan tidur dan lahan kering di Indonesia
adalah 48,3 juta ha (30% dari luas daratan). MetodePenelitian
Sumatera memiliki areal terbesar yaitu 20,6
juta ha, disusul Papua 19,6 juta ha, Benih padi sawah kultivar anak daro dan
Kalimantan 16,1 juta ha, Maluku 3,2 juta padi ladang kultivar merah diinkubasi
ha, dan Sulawesi 2,0 juta ha. Padahal padi dalam kondisi lembab selama 24 jam
ladang sangat membantu produksi padi saat (BPTP, 2011), kemudian disemai pada pot
sekarang ini, apalagi pada saat musim plastik dan dipelihara di Rumah Kaca
kemarau yang panjang (Kamandalu, 2005). Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Penanaman padi terlebih dahulu Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
melalui tahap persemaian. Pada padi sawah, Andalas, Padang. Benih diperlakukan
kondisi tanahnya harus lembab dengan dengan kondisi terendam dan sebagi kontrol
kadar air 30%, sedangkan untuk padi kedua jenis padi dipelihara dalam kondisi
ladang tidak membutuhkan air atau dalam yang sesuai dengan persemaian normalnya.
kondisi kering. Tahap persemaian benih Perkembangan aerenkim pada akar diamati
merupakan tahap yang menentukan untuk secara deskriptif dengan seri pengambilan
kelangsungan hidup tanaman padi karena sampel akar mulai dari umur 1 sampai 8
pada masa ini lah terjadi masa–masa kritis hari setalah semai, selanjutnya pada 14 dan
dalam bercocok tanam padi. Akan tetapi 21 hari setelah semai.
pada saat sekarang ini musim di Indonesia Struktur anatomi akar diamati pada preparat
tidak dapat lagi diprediksi karena pengaruh permanen yang disediakan dengan metoda
dari iklim global, sehingga bisa saja terjadi parafin (Sass, 1958) di Laboratorium
kemarau yang panjang atau musim hujan Struktur dan Perkembangan Tumbuhan
yang terus-menerus di sepanjang bulan. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Keadaan ini dapat mempersulit petani Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
dalam masa penyemaian benih. Jika Andalas, Padang. Sampel akar difiksasi
tanaman berada pada keadaan terendam dengan larutan fiksatif FAA (Formaldehid
(kondisi anaerob), akar dari tanaman yang Acetic Acid Alcohol), didehidrasi dalam
terendam akan terangsang membentuk larutan Johansen dan sayatan diwarnai
jaringan aerenkim dibandingkan dengan dengan Safranin-Fastgreen.
akar tanaman pada lahan kering (Saab dan
Sach, 1995). Hasil dan Pembahasan
Aerenkim dapat terbentuk melalui
dua proses secara lisogenous atau Pada hari ke 2 setelah semai sudah mulai
schizogenous. Aerenkim lisogenous terbentuk aerenkim pada jaringan korteks
terbentuk melalui sel yang melisis, bagian pangkal akar yaitu sel-sel yang
sedangkan aerenkim schizogenous melisis sudah tampak jelas (Gambar 1).
terbentuk dengan cara pemisahan sel Pada padi sawah kondisi terendam
selama pengembangan jaringan (Evans, terbentuk 2-10 rongga aerenkim, sedangkan
2003). Aerenkim dianggap sebagai salah pada kondisi lembab (kontrol) terbentuk 4-8
satu adaptasi morfologi penting bagi rongga aerenkim. Pada padi ladang kondisi
tanaman untuk menghadapi stres hipoksia. terendam terbentuk 2-6 rongga aerenkim,
Saluran aerenkim biasanya terbentuk di sedangkan pada kondisi kering (kontrol)
korteks akar, rimpang dan batang. tidak terbentuk aerenkim (Tabel 1).
Aerenkim berfungsi untuk meningkatkan Aerenkim jaringan akar terbentuk melalui
aerasi pada jaringan akar yang terendam proses lisogenous, berasal dari sel korteks
(Seago et. al, 2005). Dalam penelitian ini yang melisis di bagian tengah dan ke bagian
dirumuskan masalahnya yaitu samping (Gambar 2. a,c,d).
bagaimanakah perkembangan aerenkim
147
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(2) – Juni 2013 : 145-152(ISSN : 2303-2162)
Gambar 1. Sayatan melintang akar padi umur 2 hari setelah semai: a. padi sawah kontrol; b.
padi ladang kontrol; c. padi sawah kondisi terendam; d. padi ladang terendam,
dan ae = aerenkim
Gambar 2. Sayatan melintang akar padi umur 4 hari setelah semai: a. padi sawah kontrol; b.
padi ladang kontrol; c. padi sawah kondisi terendam; d. padi ladang terendam;
dan ae = aerenkim
148
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(2) – Juni 2013 : 145-152(ISSN : 2303-2162)
Gambar 3. Sayatan melintang akar padi umur 8 hari setelah semai: a. padi sawah kontrol; b.
padi ladang kontrol; c. padi sawah kondisi terendam; d. padi ladang terendam; dan
ae = aerenkim
c
Gambar 4. Sayatan melintang akar padi umur 21 hari setelah semai: a. padi sawah kontrol; b.
padi ladang kontrol; c. padi sawah kondisi terendam; d. padi ladang terendam; ae
= aerenkim
149
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(2) – Juni 2013 : 145-152(ISSN : 2303-2162)
Tabel 1. Jumlah rongga aerenkim pada padi sawah dan padi ladang kontrol dan kondisiterendam
dari 1 sampai 8 harisetelahsemai
Umur Jumlah Jumlah Jumlah deret sel Jumlah rongga aerenkim
(hari) individu akar korteks yang tersisa
a b c d a b c d
1 16 16 6-8 6-8 6-8 6-8 - - - -
2 16 16 6-8 6-8 6-8 6-8 4-8 - 2-10 2-6
3 16 16 7-8 6-8 7-9 7-9 10-16 - 11-16 8-16
4 5 15 2 7-8 2 3 19-21 - 17-22 19-26
5 5 15 2 7-8 2 3 20-24 - 22-24 25-27
6 5 15 2 7-8 2 3 23- 26 - 24- 27 26-28
7 5 15 2 7-8 2 3 26-28 - 26-27 28-30
8 5 15 2 7-8 2 3 27-28 - 27-29 28-30
Ket.: a. padi sawah kontrol, b. padi ladang kontrol, c. padi sawah kondisi terendam, d. padi
ladang kondisi terendam
a 0 b 1a 1 b 1 a0 b1a1 b1 a0 b1a1 b1
7 hss 14 hss 21 hss
Gambar 5. Zona pembentukan aerenkim pada akarumur 7,14dan 21 hari setelah semai: a0. padi
sawah kontrol, b0. padi ladang kontrol, a1. padi sawah terendam, b1. padi ladang
terendam. Derah yang diarsir hitam menunjukkanzona aerenkim
terhadap banjir juga telah diamati pada aerenkim, sedangkan pada kontrol 27-28
tanaman jagung (Gunawardena, 2001). rongga aerenkim. Pada padi ladang
Tiga hari setelah semai, pada padi terendam terbentuk 28-30 rongga aerenkim
sawah kondisi terendam terbentuk 11-16 dan juga menyisakan selapis sel pada
rongga aerenkim yang berasal dari lisisnya bagian luar dan dalam dari jaringan korteks,
5 sel korteks dan pada kontrol juga terjadi sedangkan pada kontrol masih belum
penambahan menjadi 10-16 rongga terbentuk aerenkim.
aerenkim. Pada padi ladang terbentuk 8-16 14 hari setelah setelah semai, padi
rongga aerenkim, sedangkan pada kontrol sawah kondisi lembab, padi sawah kondisi
tidak terbentuk aerenkim. Aerenkim mulai terendam dan padi ladang konsisi terendam
berkembang pesat pada 4 hari setelah semai tidak mengalami perubahan dari
(Gambar 2 dan Tabel 1). Pada padi sawah pengamatan sebelumnya struktur anatomi
kondisi terendam terbentuk 17-22 rongga akarnya sama dengan sebelumnya.
aerenkim, sedangkan pada kontrol Kestabilan perkembangan aerekim juga
terbentuk 19-21 rongga aerenkim. Pada dilaporkan oleh Shimamura (2007) bahwa
padi ladang kondisi terendam terbentuk 19- aerenkim pada tanaman labu sudah stabil
26 rongga aerenkim, sedangkan pada setelah 16 hari akar berada dalam kondisi
kontrol tidak terbentuk aerenkim. Pada hari terendam. Akan tetapi berbeda dengan padi
ke 5 setelah semai, padi sawah kondisi ladang kondisi kering, pada hari ke 14 ini
lembab membentuk 20-24 rongga sel baru mulai membentuk 4-10 rongga
aerenkim dengan sel yang melisi sama aerenkim yang berasal dari 2 sel korteks
dengan hari sebelumnya. Pada padi ladang melisis di bagian tengah dan 1 sel korteks
kondisi kering tidak terbentuk aerenkim melisis ke bagian samping. Pada hari ke 21
sehingga struktur akarnya masih dalam setelah semai (Gambar 4 dan Tabel 1). Pada
keadaan normal. Pada padi sawah kondisi padi ladang kontrol mengalami
terendam terbentuk 22-24 rongga sel perkembangan aerenkim dan terbentuk 12-
aerenkim yang berasal dari 5 sel korteks 14 rongga aerenkim. Pembentukan
yang melisis di bagian tengah dan 2 sel aerenkim pada padi sawah padi sawah
korteks melisis ke bagian samping. Pada menyisakan 2 sel korteks yaitu 1 sel di
padi ladang kondisi terendam terbentuk 26- bawah eksodermis dan 1 sel sebelah luar
28 rongga sel aerenkim yang berasal dari 5 endodermis. Pada padi ladang menyisakan
sel korteks melisis di bagaian tengah, 2 sel 3 sel korteks yang tidak melisis yaitu 2 sel
korteks melisis ke bagian samping. sebelah dalam eksodermis dan 1 sel sebelah
Enam hari setelah semai, pada padi luar endodermis.
sawah kondisi terendam terbentuk 24-27 Zona aerenkim terbentuk dari
rongga aerenkim, sedangkan pada kontrol pangkal (proksimal) ke ujung (distal) akar
terbentuk 23-26 rongga aerenkim. Pada (Gambar 5). Zona aerenkim pada padi
padi ladang kondisi terendam terbentuk 26- sawah kontrol umur 7 hari setelah semai
28 rongga aerenkim, sedangkan pada terbentuk sepanjang ±8 mm dari total 50
kontrol tidak terbentuk aerenkim. Pada hari mm panjang akar. Pada padi sawah kondisi
ke 7 setelah semai tidak mencolok terendam terbentuk zona aerenkim dari
penambahan ronggga aerenkim dari hari bagian proximal akar ke bagian distal
sebelumnya. Pada padi sawah kondisi sepanjang ±5 mm dari total panjang akar 47
terendam dibentuk 26-27 rongga aerenkim, mm. Pada padi ladang kondisi terendam
sedangkan pada kontrol terbentuk 26-28 terbentuk zona aerenkim dari bagian
rongga aerenkim. Pada padi ladang proksimal akar ke bagian distal sepanjang ±
terendam dibentuk 28-30 rongga sel 5 mm dari total panjang akar 45 mm. Zona
aerenkim, sedangkan pada kontrol masih pembentukan aerenkim berkembang pesat
tidak terbentuk aerenkim pada jaringan pada hari ke 14 setelah semai. Pada padi
korteks akar. Delapan hari setelah semai sawah kontrol terbentuk zonaaerenkim
(Gambar 3 dan Tabel 1), pada padi sawah sepanjang ±65 mm dari total panjang akar
kondisi terendam terbentuk 27-29 rongga 67 mm. Pada padi ladang kontrol sudah
151
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
2(2) – Juni 2013 : 145-152(ISSN : 2303-2162)
Drew, M.C. and A. Fourcy. 1986. Radial Kamandalu, A.A.N.B. 2005. Uji
movement of cations across Multilokasi Galur Harapan (gh) Padi
aerenchyimatous roots of Zea mays Gogo. Balai Pengkajian Teknologi
measured by electron probe x-ray Pertanian. Bali.
analysis. Journal of Experimental Saab, I.N., and M.M. Sachs. 1995. A
Botany. 37: 823–831. flooding-induced xyloglucan endo-
Fahn, A. 1990.Plant Anatomy 4thEdition. transglycosylase homolog in maize is
Pergamon Press. Oxford responsive to ethylene and associated
Gunawardena, A., D.M. Pearce, M.B. with aerenchyma. Plant Physiol. 112:
Jackson, C.R. Hawes, and D.E. 385–391.
Evans. 2001. Characterisation of Sass, E. 1958. Botanical Microtechnique.
programmed cell death during Third Edition. The Iowa State
aerenkim formation induced by University Press.Iowa.
ethylene or hypoxia in roots of maize Seago, J. L. Jr., L. C. marsh, K. J. Stevens,
(Zea mays L.). Planta 212: 205–214. A. Soukup, O. Votrubova and D. E.
Hessie, R. 2009. Analisis Produksi Padi Enstone. 2005. A re-examination of
dan Komsumsi Berasdalam Negeri the root cortex in wetland flowering
serta Implikasinya terhadap plants with respect to
Swasembada Beras di Indonesia. aerenchyma. Annals of Botany 96:
Departemen Ekonomi Sumberdaya 565–579.
dan Lingkungan Fakultas Ekonomi Shannon, R.D., J.R. White, J.E. Lawson
dan Manajemen, Institut Pertanian and B.S. Gilmour. 1996. Methane
Bogor. Bogor. efflux from emergent vegetation in
Jackson, M.B., T.M. Fenning, M.C. Drew peatlands. Journal of Ecology 84:
and L.R. Saker. 1985. Stimulation of 239–246.
ethylene production and gas-space Shimamura. S, S.Yoshida, and
(Aerenkim) formation in adventitious T.Mochizuki. 2007. Cortical
roots of Zea mays L. by small partial aerenchymaformation in hypocotyl
pressures of oxygen. Planta 165: and adventitious roots of Luffa
486–492. cylindrica subjected to soil flooding.
Annalsof Botany100: 1431-1439.