Professional Documents
Culture Documents
3910 8263 1 SM PDF
3910 8263 1 SM PDF
3596
JEJAK
Journal of Economics and Policy
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak
Windhu Putra
Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v7i1.3596
Abstract
This study aims to identify the efficiency of health services districts / cities before and after the regional
proliferation, understand the indicators that affect the change in efficiency and to design a health cooperative
district / town after the regional proliferation. It was conducted in 9 districts; Pontianak, Sambas, Sanggau,
Sintang, Singkawang, Bengkayang, Landak, Sekadau, Melawi. Data Envelopment Analysis is used to calculate
the efficiency at each hospital in the parent division area and regional levels. this study also uses rationality of
resource efficiency analysis.The result first, a change in the efficiency of health services after the introduction
of regional proliferation. It causes declining health of economies of scale; Second, the seven indicators of input
factors; General Practitioners, Specialists, Pharmacists, Nurses , Employees, Total polyclinic, and the Investment
Fund for hospital, which most influence the change in efficiency is a specialist doctor, nurse and the number of
polyclinics. They influence the level of efficiency. Third, In implementing the policy of expansion, which related to
health care services, need designed a model hospital revitalisai by considering the number of specialist doctors,
nurses and polyclinics. The combination of these factors, will greatly affect the model of health care in the
profilferation area.
Abstrak
Penelitian ini lebih diarahkan kepada upaya merevitalisasi kondisi daerah pemekaran melalui kerjasama
di bidang kesehatan agar terjadi bentuk kerjasama yang efisien berdasarkan keunggulan aspek kesehatan
yang ada pada masing-masing daerah. Penelitian ini mengidentifikasi efisiensi pelayanan kesehatan
kabupaten/kota sebelum dan sesudah pemekaran wilayah. Lokasi Penelitian berada di 9 daerah kabupaten
yang terdiri dari 4 kabupaten daerah induk, yaitu; Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sambas, Kabupaten
Sanggau, Kabupaten Sintang. Serta 5 kabupaten daerah pemekaran, yaitu ; Kota Singkawang, Kabupaten
Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi. Metode analisis yang digunakan
adalah dengan Data Envelopment Analysis (DEA) untuk menghitung efisiensi pada setiap rumah
sakit di daerah pemekaran maupun daerah induk. Selain itu penelitian ini juga menggunakan analisis
efisiensi rasionalitas sumber daya dalam membentuktata kelola kerjasama kesehatan antara kabupaten.
How to Cite: Putra, W. (2012). Efisiensi Dan Efektivitas Pelayanan Rumah Sakit Setelah Pemekaran Wilayah.
JEJAK Journal of Economics and Policy, 5 (2): 127-229 doi: 10.15294jejak.v7i1.3596
Corresponding author : ISSN 1979-715X
Address: Jl. Prof. Dr. Haji Hadari Nawawi, Kalimantan Barat 78115
E-mail: windhu_putra@yahoo.com
JEJAK Journal of Economics and Policy 5 (2) (2012): 127-229 219
Efisiensi Kerjasama dilihat dari Aspek dapat digambarkan yang mencakup koope-
Kewilayahan rasi efektif antar otoritas-otoritas publik,
sektor swasta dan institusi-institusi lain
Alasan penerapan kebijakan desent- yang terkait (Lembaga Penelitian, Akademi-
ralisasi di berbagai negara umumnya adalah si, NGO, dll). Karenanya rasionalitas sumber
dalam rangka memperbaiki kinerja sektor daya akan dapat meningkatkan produktivi-
publik demi mencapai kesejahteraan masy- tas, daya saing, serta mutu perencanaan dan
arakat dengan mendekatkan perencanaan mencapai satu kohesi antar daerah-daerah
dan pelayanan kepada masyarakat. Alasan secara menyeluruh.(Abinett, at all,1999).
lain adalah juga untuk mendukung pemba Dalam Tulisannya (Parr,1978) meneliti
ngunan ekonomi yakni percepatan pertum- model tempat sentral yang memiliki bany-
buhan ekonomi daerah, dengan menye- ak kesederhanaan model Christaller, teta-
rahkan sejumlah kewenangan pengelolaan pi yang jauh lebih besar dari umum. Teori
pembangunan kepada pemerintah daerah Tempat Sentral untuk kasus di Australia,
(pemda) secara otonom (otonomi daerah) menyatakan bahwa tempat pusat (Melbour-
(Elhiraika dan Ndikumana,2007). Dengan ne) menyediakan barang dan jasa dengan
demikian desentralisasi juga mengandung biaya yang tinggi dimana kebutuhan biaya
konsekwensi bahwa wilayah pengelolaan yang rendah akan dipasok oleh pasar lokal
yang membutuhkan intervensi pemerin di pedalaman. Barang dengan biaya tinggi
tahan menjadi mencakup area yang sangat akan dijual di kota-kota besar karena am-
luas. bang untuk barang-barang ini cukup tinggi
Di era otonomi daerah perencanan untuk mempertahankan toko. Barang ke-
dan pelaksanaan pembangunan daerah di- butuhan dengan biaya rendah seperti roti
hadapkan pada dua kenyataan yakni, batas dan susu akan dijual di pasar kecil di kota-
wilayah administratif (sesuai peraturan pe- kota kecil di sekitar tempat sentral. Dalam
rundangan), dan batas wilayah fungsional teori dijelaskan bahwa distribusi populasi
(sesuai hubungan sosial ekonomi lintas akan menurun ketika dibuat jalan keluar
batas administratif). Batas wilayah admi- dari tempat pusat dan kemudian mulai me-
nistratif ditentukan secara formal melalui ningkat kembali sebagai salah satu menjadi
peraturan perundangan, akan tetapi dalam lebih dekat dengan pusat kota berikutnya.
kenyataan sering kali hubungan fungsional Pada titik tengah antara kedua kota pusat
di bidang sosial ekonomi melewati batas- Anda akan menemukan tanah paling ma-
batas wilayah administratif tersebut. hal. Karena Tanah disini sering digunakan
Pengembangan ekonomi regional ada- untuk tujuan seperti pertanian dan peng-
lah suatu strategi kombinasi kewenangan gembalaan.
daerah untuk dapat mandiri dengan basis Dikatakan pada (Nakamura, 2008)
atau berkah sumberdaya yang dimiliki den- bahwa interaksi trade-off antara ekonomi
gan kemampuan menciptakan interaksi dan aglomerasi dan biaya transportasi tidak da-
keterkaitan dengan daerah lain disekitarnya pat dikecualikan dari analisis central place
atau wilayah ekonomi yg lebih luas. Untuk theory. Pertama, akan terjadi model tum-
itu aspek rasionalitas sumber daya merupa- pang tindih antara dua pesaing pada area
kan unsur penting dalam perencanaan stra- pasar. Hal tersebut sudah diuji dua kasus
tegi pembangunan ekonomi spasial dalam yaitu produk homogen dan produk berbe-
rangka mendukung pembangunan ekono- da bersama-sama dengan pembentukan
mi secara menyeluruh. Rasionalitas sumber daerah penawaran yang relevan. Analisis
daya tidak hanya perwujudan dari keterkai- ini kemudian lebih lanjut menggali model
tan antara pemerintah dengan pemerintah eksklusif-daerah dalam kondisi duopoli dan
melainkan juga mencakup kerjasama antara oligopoli daerah pasar dan proses pemben-
pemerintah dengan sektor swasta (Public tukan daerah pasokan. Akhirnya, pertim-
Private Partnerships). Dengan demikian bangan diberikan kepada metodologi ko-
kerjasama pembangunan yang menyeluruh nektivitas antara sistem pusat-tempat dan
222 Windhu Putra, Efisiensi dan Efektivitas Pelayanan Rumah Sakit Setelah Pemekaran Wilayah di
Kalimantan Barat
ekonomi aglomerasi. mempercepat pembangunan di wilayahnya
Dalam tulisan (Barbetta et al, 2007) masing-masing, ternyata belum cukup efisi-
telah mengidentifikasi perbedaan prilaku en dalam meningkatkan pelayanan kepada
antar Rumah Sakit Umum dan Swasta yang masyarakat, karena tidak dapat dipungkiri
terjadi di Italia. Hasil penelitian menunjuk- bahwa maju mundurnya satu daerah juga
kan terjadi pemusatan skor efesien yang cu- bergantung pada daerah-daerah lain, khu-
kup berarti antara rumah sakit swasta dan susnya daerah yang berdekatan. Tahapan
rumah sakit umum yang di kelola pemerin- penelitian diawali dengan mengung kap
tah. Dimana disimpulkan terjadi penurunan kondisi pemekaran wilayah, dimana pada
inefisiensi pada rumah sakit umum dengan era sebelum pemekaran Provinsi Kaliman-
cara mengurangi tingkat rawat inap. Ber- tan Barat terdiri dari 6 Kabupaten 1 Kota,
kaitan dengan system perawatan terpadu, yaitu: (1) Kotamadya Pontianak, (2) Kabu-
perawatan kesehatan terpadu merupakan paten Pontianak, (3) Kabupaten Sambas, (4)
tujuan kebijakan utama pemerintah Skot- Kabupaten Sanggau, (5) Kabupaten Sintang,
landia yang baru didelegasikan (Woods, (6) Kabupaten Kapuas Hulu, (7) Kabupaten
2001), Kemitraan bekerja’ adalah mekanis- Ketapang.
me yang telah dipilih untuk mencapai tu- Implikasi dari otonomi daerah ber-
juan ini. Tiga contoh ilustrasi dari model pengaruh pada pemekaran daerah di Pro-
integrasi perawatan kesehatan yang dikem- vinsi Kalimantan barat, dimana sejak tahun
bangkan di Skotlandia yaitu; sistem orga- 1999 Kabupaten Kota di Provinsi Kaliman-
nisasi dan struktur; Perawatan Kesehatan tan Barat telah melakukan pemekaran se-
Lokal Co-operatives (LHCCs); dan Managed hingga menjadi 12 Kabupaten dengan 2
Klinis Networks. Penelitian ini lebih meng Kota, Yaitu; (1) Kabupaten Landak, peme-
eksplorasi sifat ‘kemitraan’ dan perawatan karan dari Kabupaten Pontianak (4 Oktober
yang terintegrasi. 1999), (2) Kabupaten Bengkayang, pemeka-
Dalam tulisannya (Wang,2007) me- ran dari Kabupaten Sambas (20 April 1999),
nunjukan bahwa tidak ada hubungan yang (3) Kota Singkawang, pemekaran dari Kabu-
kointergrasi antara pengeluaran perawa- paten Bengkayang (21 Juni 2001), (4) Kabu-
tan kesehatan masyarakat dengan produk paten Sekadau, pemekaran dari Kabupaten
nasional bruto. Dengan menggunakan 50 Sanggau (18 Desember 2003), (5) Kabupaten
data Negara bagian menunjukkan bah- Melawi, pemekaran dari Kabupaten Sintang
wa elastisistas pendapatan dari kesehatan (18 Desember 2003), (6) Kabupaten Kayong
menjadi lebih kecil di era tahun 1990-an. Utara, pemekaran dari Kabupaten Ketapang
Disamping itu telah diteliti juga hubungan (2 Januari 2007), (7) Kabupaten Kubu Raya,
dengan antara efisiensi biaya dengan kiner- pemekaran dari Kabupaten Pontianak (17
ja rumah sakit. Penelitian yang dilakukan di Juli 2007).
AS diera tahun 1999-2001 ini menghasilkan Banyaknya permasalahan yang mun-
terdapat pola yang sistematis antara biaya cul seiring dengan pelaksanaan pemekaran
dan hasil inefisiensi kesehatan rumah sakit daerah tersebut telah mendorong penu-
(McKay,2008). Penelitian ini tidak meng- lis untuk melakukan revitali sasidari hasil
kaitkan inefisiensi biaya dengan kematian pemekaran daerah yang telah ada dalam
dan memburuknya tingkat komplikasi yang rangka merumuskan model Strategi Umum
terjadi. Sedangkan disisi lain penurunan (Grand Strategy) khusus untuk tatakelola
biaya bisa memiliki konsekwensi yang me- kerjasama aspek kesehatan melalui pende-
rugikan pada hasil kesehatan. katan Ilmu Ekonomi Regional.
Selain melakukan pembahasan ten-
METODE PENELITIAN tang evaluasi pemekaran yang ada sekarang
ini, maka penelitian hanya melihat kondisi
Berangkat dari fakta sementara, saat eksisting yang ada dan menganggap bahwa
ini konsep desentralisasi dan Otonomi kondisi wilayah pemekaran yang ada se-
Daerah diartikulasikan untuk menata dan karang ini adalah kondisi yang given, dan
JEJAK Journal of Economics and Policy 5 (2) (2012): 127-229 223
las (Xj) dan data kategorik/ kualitatif/ non- sumber daya sedangkan daerah induk juga
metrik untuk variabel respon (Y). Secara mengalami penurunan sumber daya.
ringkas, langkah-langkah dalam analisis Tenaga kesehatan profesi adalah te-
diskriminan adalah sebagai berikut: 1) Pen- naga kesehatan yang telah melalui pendi-
gecekan adanya kemungkinan hubungan dikan vokasi atau pendidikan akademis dan
linier antara variabel penjelas. Untuk point profesi di bidang kesehatan. Sedangkan te-
ini, dilakukan dengan bantuan matriks ko- naga kesehatan non profesi adalah tenaga
relasi (pembentukan matriks korelasi sudah kesehatan yang telah melalui pendidikan
difasilitasi pada analisis diskriminan). Pada vokasi, pendidikan akademis tanpa melalui
output SPSS, matriks korelasi bisa dilihat pendidikan profesi dalam bidang kesehatan
pada Pooled Within-Groups Matrices, 2) Uji Tenaga pendukung/penunjang kese-
Vektor Rata-rata Kedua KelompokDiharap- hatan adalah setiap tenaga yang telah me-
kan dari uji ini adalah hipotesis nol ditolak, miliki ijasah pendidikan vokasi atau pendi-
sehingga kita mempunyai informasi awal dikan akademis dan profesi pendidikan di
bahwa variabel yang sedang diteliti memang luar kesehatan dan mengabdikan dirinya di
membedakan kedua kelompok. Pada SPSS, bidang kesehatan sesuai keahliannya serta
uji ini dilakukan secara univariate (jadi yang tenaga lainnya yang telah mengikuti pela-
diuji bukan berupa vektor), dengan bantu- tihan di bidang kesehatan sesuai dengan
an tabel Tests of Equality of Group Means. 3) kompetensi yang dibutuhkan dalam men-
Dilanjutkan pemeriksaan asumsi homoske- dukung penyelenggaraan pembangunan/
dastisitas, dengan uji Box’s M. Diharapkan pelayanan kesehatan.
dari uji ini hipotesisi nol tidak ditolak, 4) Pembangunan kesehatan harus di-
Pembentukan model diskriminan (Duda, et dukung dengan pemenuhan seluruh ke-
al., 2001) butuhan SDM Kesehatan yang berkualitas,
memiliki kemampuan perencanaan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN mantap dengan didukung oleh sistem infor-
masi SDM Kesehatan yang efektif dan efisi-
Seperti telah diuraikan diatas, impli- en.
kasi dari otonomi daerah adalah mening- Program distribusi dan manajemen
katnya pemekaran daerah. Dari 4(empat) karier SDM Kesehatan juga harus dapat
daerah sampel yang merupakan daerah dilaksanakan dalam rangka mendukung
induk pemekaran di Kalimantan Barat, se- pemerataan dan peningkatan pelayanan
lanjutnya dimekarkan menjadi 9 (sembilan) kesehatan. Oleh karena itu dibutuhkan
daerah otonomi baru. Hal ini berdampak upaya-upaya perencanaan, pendayagunaan
pada pembagian sumberdaya ekonomi yang dan pengadaan, pembinaan dan pengawa-
berakibat pada melemahnya basis kapasitas san, SDM Kesehatan yang efektif dan efisi-
local. en.
Tingkat efisiensi pengelolaan Rumah Adapun jumlah tenaga medis dan
Sakit Umum Daerah kebupaten/kota se- para medis di daerah kabupaten/kota untuk
belum pemekaran menunjukan rata-rata keadaan sebelum pemekaran adalah seba-
tingkat efisiensi sebesar 1, yang terdiri dari gai berikut ; (1) Untuk dokter umum rata-
rumah sakit di Kabupaten Pontianak, Kabu- rata 6 orang untuk setiap rumah sakit kabu-
paten Sambas, Kabupaten Sanggau dan Ka- paten, (2) Untuk dokter spesialis rata-rata 7
bupaten Sintang. Dengan tingkat efisiensi orang untuk setiap rumah sakit kabupaten.
sama dengan 1. Sedangkan setelah pemeka- Jumlah terbanyak pada daerah Kab. Sambas
ran nilai rata-rata Efisiensi menjadi 0,6. dan Kab. Sanggau, sedangkan jumlah paling
Ada perubahan tingkat efisiensi pela- sedikit di daerah Kabupaten Pontianak. (3)
yanan kesehatan setelah adanya pemekaran jumlah Apoteker rata-rata 2 orang untuk se-
daerah. Hal ini disebabkan menurunnya tiap rumah sakit kabupaten. (4) Jumlah Pe-
skala ekonomi pelayanan kesehatan. Daerah rawat rata-rata 64 orang untuk setiap rumah
baru (pemekaran) mengalami kekurangan sakit kabupaten. Jumlah terbanyak pada da-
226 Windhu Putra, Efisiensi dan Efektivitas Pelayanan Rumah Sakit Setelah Pemekaran Wilayah di
Kalimantan Barat
erah Kab. Sambas dan jumlah terkecil pada Seperti telah dijelaskan diatas bahwa
daerah Kab.Pontianak. (5) Jumlah karyawan untuk melakukan perubahan efisiensi san-
rata-rata 44 orang untuk setiap rumah sakit gat tergantung dari faktor input dan output.
kabupaten dengan jumlah terbanyak pada Faktor input yang digunakan dalam anali-
daerah Kab. Sambas dan terkecil pada da- sis disini adalah: 1) dokter umum, 2) dokter
erah Kab. Pontianak. spensialis, 3) Apoteker, 4) Perawat, 5) Kary-
Guna mendukung penyelenggaraan awan, 6) Jumlah Poliklinik, 7) Dana Investa-
pembangunan kesehatan juga dibutuhkan si, dan 8) Pasien rawat inap dan Jalan.
pembiayaan kesehatan yang dapat men- Dari hasil perhitungan analisis DEA
jamin kecukupan, pembelanjaan, ekuitas, terhadap indikator yang berpengaruh ter-
portabilitas, berkelanjutan, efektif dan efi- hadap perubahan efisiensi, menunjukkan
sien, akuntabel, subsidiaritas dan fleksibi- kondisi in-efisiensi pada daerah yang baru
litas. dibentuk. Untuk itu perlu adanya perbai-
Pembiayaan kesehatan merupakan kan (improvement) terhadap indikator agar
suatu proses yang terus-menerus dan ter- daerah-daerah yang masih belum efisien di-
kendali, agar tersedia dana kesehatan yang harapkan menjadi efisien.
memadai dan berkesinambungan, yang ber- Untuk mencapai tingkat efisiensi yang
sumber dari masyarakat, pemerintah, dunia diingin kan secara keseluruhan maka per-
usaha, dan sumber lainnya. Perencanaan lu melakukan pengurangan jumlah dokter
dan pengaturan pembiayaan kesehatan umum sebesar 14,07%. Dimana untuk se-
merupakan hal yang penting agar dapat di- lanjutnya diikuti oleh pengurangan jumlah
mobilisasi sumber-sumber dana kesehatan, dokter spesialis, sebesar 13,48%, pengurang
mengalokasikannya secara rasional serta an jumlah apoteker sebesar 13,87%, pengu-
menggunakannya secara efisien dan efektif rangan jumlah perawat sebesar 13,29%, pen-
serta diarahkan pada hal-hal pokok yakni gurangan jumlah karyawan sebesar 13,09%,
kesinambungan pembiayaan program kes- pengurangan Jumlah poliklinik sebesar
ehatan prioritas, menghilangkan hambatan 13,85%, pengurangan jumlah dana investa-
biaya untuk mendapakan pelayanan kese- si 13, 62%, rawat inap 0% dan peningkatan
hatan dikarenakan pembiayaan tunai pero- jumlah pasien rawat jalan sebesar 4,73%.
rangan, pemerataan dalam akses pelayanan, Selain daripada itu analisis ini me-
peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi nentukan berapa persen jumlah perubahan
sumber daya serta kualitas pelayanan. Pem efisiensi yang terjadi untuk setiap indika-
biayaan kesehatan yang mengutamakan pe- tor baik dari setiap struktur input maupun
merataan serta berpihak kepada masyarakat struktur output pada masing-masing rumah
miskin akan mendorong tercapainya akses sakit pada setiap kabupaten. Dalam anali-
yang universal. sis berikutini akan ditunjukkan nilai aktu-
Arah kedepan, pengalokasian pem- al dan target yang harus dicapai dari setiap
biayaan kesehatan yang bersumber peme- input maupun setiap output pada setiap ru-
rintah diharapkan tidak lagi membiayai mah sakit kabupaten.
pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilita- Jika besarnya nilai aktual sudah sama
tif, sehingga sepenuhnya dapat membiayai dengan nilai targetnya maka efisiensi untuk
upaya kesehatan promotif dan upaya kese setiap input atau output sudah terjadi. Seba-
hatan preventif. Pemerintah hanya mem- liknya jika nilai antara aktual dengan target
biayai upaya kesehatan kuratif dan rehabi- tidak sama maka efisiensi belum tercapai.
litatif bagi masyarakat rentan dan miskin, Hasil perhitungan DEA dengan soft-
yang dikelola melalui sistem jaminan kese- ware Banxia Frontier AnalysisSkor efisiensi
hatan. Pengelolaan pembiayaan kesehatan menghasilkan: 1) Rumah sakit Kabupaten
melalui sistem jaminan kesehatan nasional Pontianak adalah 100%. Karena sama den-
diharapkan telah mantap. Semua penduduk gan 100%, berarti Rumah sakit Kabupaten
juga diharapkan dapat dicakup dalam jami- Pontianak telah efisien. Untuk itu tidak
nan kesehatan nasional. perlu dilakukan improvement terhadap in-
JEJAK Journal of Economics and Policy 5 (2) (2012): 127-229 227
dikator input dan output. 2) Skor efisiensi indikator yang dapat dikerjasamakan dapat
Rumah sakit Kabupaten Sanggau adalah 100 diketahui melalui perhitungan dengan pen-
%. Karena sama dengan 100%, berarti Ru- dekatan Linier Deskriminan Analisis (LDA).
mah sakit Kabupaten Sanggau telah efisien. Dari hasil data olahan LDA menun-
Untuk itu tidak perlu dilakukan improve- jukkan bahwa yang berpengaruh significant
ment terhadap indikator input dan output. dengan tingkat kesalah dibawah 10% terha-
3) Rumah sakit Kota Singkawang adalah dap efisiensi rumah sakit adalah; 1) Jumlah
100%. Karena sama dengan 100%, berarti Dokter spesialis yaitu sebesar 8%, 2) Jum-
Rumah sakit Kota Singkawang telah efisien. lah Perawat yaitu sebesar 3% dan 3) Jumlah
Untuk itu tidak perlu dilakukan improve- Poliklinik yang ada yaitu 8,9%. Sedangkan
ment terhadap indikator input dan output, tingkat signifikansi diatas 10% adalah; 1)
4) Skor efisiensi Rumah sakit Kabupaten Jumlah Dokter umum sebesar 41,9%, 2)
Sambas adalah 100%. Karena sama dengan Apoteker sebesar 80%, 3) Karyawan 10,2%
100%, berarti Rumah sakit Kabupaten Sam- dan 4) Dana Investasi 94,8%.
bas telah efisien. Untuk itu tidak perlu di- Untuk melihat arah perubahan indi-
lakukan improvement terhadap indikator kator yang significant apakah kearah efisi-
input dan output. 5) Skor efisiensi Rumah en/in-efisien diperlukan functions at group
sakit Kabupaten Sintang adalah 100%. Ka- centroids. Hal ini menunjukan apabila in-
rena sama dengan 100%, berarti Rumah sa- dikator yang mempunyai nilai discriminant
kit Kabupaten Sintang telah efisien. Untuk bertanda “negatif” maka indikator tersebut
itu tidak perlu dilakukan improvement ter- akan mengarah ke arah efisien, demikian
hadap indikator input dan output. 6) Skor sebaliknya apabila indikator tersebut mem-
efisiensi Rumah sakit Kabupaten Sekadau punyai nilai discriminat “positip” maka in-
adalah 13%. Karena dibawah 100%, berar- dikator tersebut menuju kearah in-efisiensi.
ti Rumah sakit Kabupaten Sekadau belum Berdasarkan data dapat dijelaskan
efisien. Untuk meningkatkan efisiensi perlu bahwa indikator yang significant dan mem-
dilakukan improvement terhadap indikator punyai berpengaruh untuk meningkatkan
input dan output. 7) Skor efisiensi Rumah efisiensi adalah jumlah perawat. Sedangkan
sakit Kabupaten Bengkayang adalah 11%. indikator yang significant dan berpengaruh
Karena dibawah 100%, berarti Rumah sakit kepada inefisiensi adalah indikator dokter
Kabupaten Bengkayang belum efisien. Un- spesialis dan jumlah poliklinik.
tuk meningkatkan efisiensi perlu dilakukan Berdasarkan kondisi diatas dapatlah
improvement terhadap indikator input dan dirancang suatu model revitalisai rumah
output. 8) Hasil perhitungan DEA dengan sakit kabupaten setelah pemekaran sebagai
software Banxia Frontier AnalysisSkor efi- berikut: 1) Untuk meningkatkan efisiensi
siensi Rumah sakit Kabupaten Melawi ada- rumah sakit perlu penambahan jumlah pe-
lah 10%. Karena dibawah 100%, berarti Ru- rawat secara mandiri oleh masing-masing
mah sakit Kabupaten Melawi belum efisien. rumah sakit., 2) Diperlukan kerjasama an-
Untuk meningkatkan efisiensi perlu dilaku- tar rumah sakit kabupaten agar pengelolaan
kan improvement terhadap indikator input dokter spesialis dan poliklinik bisa menjadi
dan output. 9) Skor efisiensi Rumah sakit efisien.
Kabupaten Landak adalah 4%. Karena diba-
wah 100%, berarti Rumah sakit Kabupaten SIMPULAN
Landak belum efisien. Untuk meningkat-
kan efisiensi perlu dilakukan improvement Berdasarkan hasil analisis data yang
terhadap indikator input dan output telah dilakukan, ditemukan ada peruba-
Oleh karena itu harus ada upaya un- han tingkat efisiensi pelayanan kesehatan
tuk memba ngun suatu sistem kerjasama setelah adanya pemekaran daerah. Hal ini
antar rumah sakit. Kerjasama dapat diban- disebabkan menurunnya skala ekonomi pe-
gun melalui Rumah sakit yang efisien den- layanan kesehatan. Daerah baru (pemeka-
gan rumah sakit yang tidak efisien. Adapun ran) mengalami kekurangan sumber daya
228 Windhu Putra, Efisiensi dan Efektivitas Pelayanan Rumah Sakit Setelah Pemekaran Wilayah di
Kalimantan Barat
sedangkan daerah induk juga mengalami DAFTAR PUSTAKA
penurunan sumber daya.
Dari 7 (tujuh) indikator input, yaitu: Abinett, Gordon D., & Richardson,Tim. (1999). The
European Spatial Approach (The Role of Power
Dokter Umum, Dokter Spesalis, Apoteker,
and Knowledge in Strategic Planning and Pol-
Perawat, Karyawan, Jumlah Poliklinik, dan icy Evaluation), SAGE Publications (London,
Dana Investasi untuk Rumah sakit, yang Thousand Oaks and New Delhi) [1356–3890
paling mempengaruhi perubahan efisiensi (199904)5:2; 220–236; 008650], 5(2), 220–236.
adalah Dokter spesialis, Perawat dan Jumlah Barbettaa, Paolo G., Turatib Gilberto., & Zagoc An-
gelo. (2007). Behavioral Differences Between
poliklinik. Public And Private Not-For-Profit Hospitals
Dalam melaksanakan kebijakan di- In The Italian National Health Service, Health
sektor input diatas dirancang suatu model Economics Health Econ, 16, 75–96.
revitalisai rumah sakit kabu paten setelah Building and Reinventing Decentralized Governance
Project (2007). Studi Evaluasi Pemekaran Dae-
pemekaran dengan penambahan jumlah
rah. Badan Perencanaan Pemangunan Nasi-
perawat dan pengelolaan dokter spesialis onal bekerjasama dengan United Nation De-
dan poliklinik bisa menjadi efisien. velopment Program.
Hal yang perlu disarankan dalam pen- Busrizalti. (2006). Pemekaran Daerah Dalam Perspek
elitian ini ; 1) Perlu tindakan kehati-hatian tif Otonomi Daerah. Supremasi Hukum, U(I),
9-14.
dalam melakukan kebijakan pemekaran Buud, Leslie., and Hirmis Amer K. (2004). Concep-
daerah baru. Kebijakan dan tindakan peme- tual Framework for Regional Competitiveness.
karan wilayah dapat merugikan pelayanan Regional Studies, 38(9), 1015-1028.
publik yang dianalisis melalui pendekatan Charnes, W.A., W Cooper., and E Rhodes. (1978). Eu-
ropean Journal of Operational Research . vol 2 ,
efisiensi (input dan output). Pemekaran
issue 6, pages 429-444
wilayah hanya mampu membagi wilayah Duda, R. O. et al. (2001). Pattern Classification. John
tetapi tidak diikuti dengan efisiensi kerja Wiley & Sons, Inc.
pada daerah baru. Pemekaran wilayah me- Dunford, Michael. (2005). Theorising regional econo
nyebabkan ketidakmerataan pada sumber mic performance and the changing territorial
division of labour, School of European Stud-
daya manusia pada sektor pelayan publik se- ies, University of Sussex, Falmer, Brighton BN1
hingga terjadi in-efisiensi pada daerah baru. 9QN, Page 5.
Ketidakmampuan meningkatkan kemanfaa- Elhiraika, Adam & Leonce Ndikumana. (2007). Re-
tan sumber daya terlihat pada daerah baru. serves Accumulation in African Countries:
Sources, Motivations, and Effects. Economics
Dimana terdapat sumber daya yang berlebih
Department Working Paper Series. Paper 24
disatu sisi dan terjadi kelebihan beban kerja Harmantyo, Djoko. (2007). Pemekaran Daerah Dan
pada daerah induk. 2) Diperlukan penam Konflik Keruangan (Kebijakan Otonomi Dae-
bahan jumlah perawat secara mandiri oleh rah dan Implementasinya di Indonesia). Ma-
masing-masing rumah sakit, serta kerjasa- kara Sains, 11(1), 22-42.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Re-
ma antar rumah sakit kabupaten agar pen- publik Indonesia. (2004). Kep.Men.PAN No-
gelolaan dokter spesialis dan poliklinik bisa mor: KEP/75/M.PAN/7/2004 Tentang Pedoman
menjadi efisien, 3) Kerjasama menjadi salah Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan
satu titik penting dalam meningkatkan kua- Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan For-
masi Pegawai Negeri Sipil. Jakarta
litas pelayanan Rumah sakit, oleh karena hal
Kim, Aehyung. (2008). Decentralization and the
tersebut berkaitan dengan penyediaan sara- Provision of Public Services:Framework and
na poliklinik. Sekaligus pengaturan spesia- Implementation. Policy Research Working
lisasi tenaga dokter baik untuk daerah yang Paper, 4503, The World Bank Development
mempunyai layanan yang efisien maupun Economics,Capacity Building, Partnership,
and Outreach Team, 19.
yang belum efisien. Untuk itu, demi kelan- Krugman, P. (2009). The Increasing Returns Revo
caran jalannya pelayanan kesehatan akan lution in Trade and Geography. American Eco-
lebih efektif diserahkan ke tingkat provinsi. nomic Review, 99(3), 561–571.
Namun untuk menjamin keadilan, daerah Kuncoro, Mudrajad. (2002). Analisis Spasial dan Re-
gional: Studi Aglomerasi dan Kluster Industri
kabupaten/kota seyogianya mendapatkan
Indonesia. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
bagi hasil dari penerimaan yang dihasilkan Madsen,Tatiana K. et al. (2009). Exploiting Coope
dari penyelenggaraan urusan tersebut. ration for Performance Enhancement and
JEJAK Journal of Economics and Policy 5 (2) (2012): 127-229 229
High Data Rates. Journal Of Communications, Rosen, E.D. (1993). Improving Public Sector Produc
4(3), 194. tivity: Concept and Practice. London: Sage
Martin P.,& Ottavianno. (2001). Growth and Agglo Publications International Educational and
meration. International Economic Review, Professional Publisher.
42(4), 947-968. Shell, A., & Ha We P. (1996). Health Promotion Com-
Mckay,N.L., & Deily M. E. (2008). Cost Inefficien- munity Development And The Tyranny Of In-
cy And Hospital Health Outcomes. Health dividualism. Health Economics, 5, 241-247.
Econonomics, 17,833–848. Vlk, Bruce. (2011). Post-New Public Management
Merkel, Joel C. (2006). Community Participation In under the Obama Administration: An Early
Utility-Scale Renewable Projects: Lessons Snapshot. Michigan Journal Of Public Affairs,
Learned From The Last Mile Electric Coopera 8.
tive Experience. Wang, Z., & Rettenmaier A. J. (2007). A Note On Coin-
Nakamura, D. (2008). Spatial-Competition, Integrat- tegration Of Health Expenditures And In-
ed Framework Of Central-Place System With come. Health Economics, 16,559–578.
Agglomeration Economies. Région et Dével- Williams,T. (2005). Cooperation By Design: Structure
oppement, 27: 193-214. And Cooperation In Interorganizational Net
Olawepo, R.A., & Fadayiro, M.O. (2010). The Trend works. Journal of Business Research, 58, 223–
Of Demised Industries In A Nigerian Environ 231.
ment: Implications For Sustainable Develop Wolman, Hal., & Levy, Alice. (2010). Government,
ment. Journal of Sustainable Development in Governance, and Regional Economic Growth.
Africa, 12(2). Paper grant by the Surdna Foundation, 6.
Ovretveit J. (2008). Effective leadership of Impro Woods, K. J. (2001). The Development of Integrated
vement: The Research. Int J of Clin Leadersh, Health Care Models in Scotland. International
16, 97-105. Journal of Integrated Care, 1.
Parr, J.B. (1978). Models of the Central Place System: A
More General Approach. Urban Studies, 15(1),
35-49.