You are on page 1of 12

Jejak 5 (2) (2012): 127-229. DOI: 10.15294/jejak.v7i1.

3596

JEJAK
Journal of Economics and Policy
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jejak

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PELAYANAN RUMAH


SAKIT SETELAH PEMEKARAN WILAYAH

Windhu Putra

Fakultas Ekonomi, Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan, Indonesia

Permalink/DOI: http://dx.doi.org/10.15294/jejak.v7i1.3596

Received : Juli 2012; Accepted: Agustus 2012; Published: September 2012

Abstract
This study aims to identify the efficiency of health services districts / cities before and after the regional
proliferation, understand the indicators that affect the change in efficiency and to design a health cooperative
district / town after the regional proliferation. It was conducted in 9 districts; Pontianak, Sambas, Sanggau,
Sintang, Singkawang, Bengkayang, Landak, Sekadau, Melawi. Data Envelopment Analysis is used to calculate
the efficiency at each hospital in the parent division area and regional levels. this study also uses rationality of
resource efficiency analysis.The result first, a change in the efficiency of health services after the introduction
of regional proliferation. It causes declining health of economies of scale; Second, the seven indicators of input
factors; General Practitioners, Specialists, Pharmacists, Nurses , Employees, Total polyclinic, and the Investment
Fund for hospital, which most influence the change in efficiency is a specialist doctor, nurse and the number of
polyclinics. They influence the level of efficiency. Third, In implementing the policy of expansion, which related to
health care services, need designed a model hospital revitalisai by considering the number of specialist doctors,
nurses and polyclinics. The combination of these factors, will greatly affect the model of health care in the
profilferation area.

Keywords: Health services efficiency, Proliferation, Effieciency, Resources Analysis

Abstrak
Penelitian ini lebih diarahkan kepada upaya merevitalisasi kondisi daerah pemekaran melalui kerjasama
di bidang kesehatan agar terjadi bentuk kerjasama yang efisien berdasarkan keunggulan aspek kesehatan
yang ada pada masing-masing daerah. Penelitian ini mengidentifikasi efisiensi pelayanan kesehatan
kabupaten/kota sebelum dan sesudah pemekaran wilayah. Lokasi Penelitian berada di 9 daerah kabupaten
yang terdiri dari 4 kabupaten daerah induk, yaitu; Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sambas, Kabupaten
Sanggau, Kabupaten Sintang. Serta 5 kabupaten daerah pemekaran, yaitu ; Kota Singkawang, Kabupaten
Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi. Metode analisis yang digunakan
adalah dengan Data Envelopment Analysis (DEA) untuk menghitung efisiensi pada setiap rumah
sakit di daerah pemekaran maupun daerah induk. Selain itu penelitian ini juga menggunakan analisis
efisiensi rasionalitas sumber daya dalam membentuktata kelola kerjasama kesehatan antara kabupaten.

Kata Kunci: pelayanan kesehatan, pemekaran, efisiensi, analisis sumberdaya

How to Cite: Putra, W. (2012). Efisiensi Dan Efektivitas Pelayanan Rumah Sakit Setelah Pemekaran Wilayah.
JEJAK Journal of Economics and Policy, 5 (2): 127-229 doi: 10.15294jejak.v7i1.3596

© 2012 Semarang State University. All rights reserved


Corresponding author : ISSN 1979-715X
Address: Jl. Prof. Dr. Haji Hadari Nawawi, Kalimantan Barat 78115
E-mail: windhu_putra@yahoo.com
JEJAK Journal of Economics and Policy 5 (2) (2012): 127-229 219

PENDAHULUAN tuk mengantisipasi peluang terjadinya 2760


spatial conflict (Harmantyo,2007).
Otonomi daerah sebagaimana dia- Dengan melihat kondisi diatas maka
tur UU No. 32 Tahun 2004 diamanatkan tujuan mulia dari otonomi yaitu untuk
bagi penyelenggaraan pemerintah daerah mendekatkan agar tercipta efisiensi pelay-
untuk mengatur dan mengurus sendiri anan pada masyarakat akan semakin jauh
urusan pemerintahan yang berasas otono- dari harapan. Oleh karena sumberdaya yang
mi daerah dan tugas pembantuan dengan sangat terbatas pada daerah induk harus di-
tujuan untuk mempercepat terwujudnya bagi/ disebar ke daerah pemekaran baru.
kesejahteraan masya­ra­kat melalui pening- Dengan kata lain bahwa daerah baru harus
katan, pelayanan, pemberdayaan dan pe- mengambil sum­ber daya manusia yang su-
ran serta masyarakat dalam peningkatan dah sangat terbatas pada daerah lain. Se-
daya saing daerah dengan memperhatikan hingga banyak daerah pemekaran terbelit
prinsip demo­kratis, pemerataan, keadilan, dengan problem serius di fase transisi admi­
keistimewaan dan kekhususan suatu da- nistratif dari daerah induk ke daerah peme-
erah. Dengan otonomi daerah berarti telah karan baru.
memindahkan sebagian besar kewe­nangan Hal tersebut tercermin pada kondisi
yang tadinya berada di pemerintah pusat pelayanan kesehatan di Provinsi Kaliman-
diserahkan kepada daerah otonom, sehing- tan Barat. Dimana pada era sebelum peme-
ga peme­rintah daerah otonom diharapkan karan Provinsi Kalimantan Barat terdiri dari
dapat lebih cepat dalam merespon tuntutan 6 Kabupaten 1 Kota, yaitu; (1) Kota­ma­dya
masyarakat daerah sesuai dengan kemam- Pontianak, (2) Kabupaten Pontianak, (3)
puan yang dimiliki. Kabu­paten Sambas, (4) Kabupaten Sang-
Implikasi lain dari otonomi daerah gau, (5) Kabupaten Sintang, (6) Kabupaten
adalah terjadinya pemekaran daerah. Oleh Kapuas Hulu, (7) Kabupaten Ketapang
karena Undang Undang Nomor 22 Tahun Implikasi dari otonomi daerah ber-
1999 jo Undang Undang Nomor 32 Tahun pengaruh pada pemekaran daerah di Pro-
2004 sangat memungkin daerah untuk me- vinsi Kalimantan barat, dimana sejak tahun
lakukan perluasanatau pemekaran wila- 1999 Kabupaten Kota di Provinsi Kaliman-
yah dalam bentuk penggabungan ataupun tan Barat telah melakukan peme­kar­an se-
penghapusan daerah itu sendiri (Pasal 6 Bab hingga menjadi 12 Kabupaten dengan 2
III Undang Undang Nomor 22 Tahun 1999), Kota, Yaitu; (1) Kabupaten Landak, peme-
dalam upaya pencapaian optimalisasi pe- karan dari Kabu­pa­ten Pontianak (4 Oktober
laksanaan pemerintahan dan memu­dah­kan 1999), (2) Kabupaten Bengkayang, pemeka-
public service di daerah yang dimekarkan ran dari Kabupaten Sambas (20 April 1999),
(Busrizalti,2006). (3) Kota Singkawang, pemekaran dari Kabu-
Bila dilihat pola pemekarannya, prin- paten Bengkayang (21 Juni 2001), (4) Kabu-
sip peme­karan daerah di Indonesia sebagai paten Sekadau, pemekaran dari Kabupaten
negara kepulauan daerah tropis, memiliki Sanggau (18 Desember 2003), (5) Kabupaten
karakteristik tersendiri, selain ditinjau dari Melawi, pemekaran dari Kabupaten Sintang
besarnya jumlah penduduk yang ter­sebar (18 Desember 2003), (6) Kabupaten Kayong
tidak merata, juga dilihat dari keanekara- Utara, pemekaran dari Kabupaten Ketapang
gaman sosial budaya, sumberdaya alam, (2 Januari 2007), (7) Kabupaten Kubu Raya,
flora dan fauna serta keragaman fisik wila- pemekaran dari Kabupaten Pontianak (17
yah. Berdasarkan kera­gaman tersebut, da- Juli 2007)
lam perspektif geografi, Indonesia memili- Banyaknya permasalahan yang mun-
ki potensi konflik kewilayahan yang tinggi. cul seiring dengan pelaksanaan pemekaran
Jika dimodelkandengan menggunakan segi daerah tersebut telah mendorong penu-
enam Christaller, secara teoritis diperlukan lis untuk melakukan revitalisa­si dari hasil
paling tidak 2760 bentuk kerjasama antar pemekaran daerah yang telah ada dalam
daerah otonom yang saling berbatasan un- rangka merumuskan model Strategi Umum
220 Windhu Putra, Efisiensi dan Efektivitas Pelayanan Rumah Sakit Setelah Pemekaran Wilayah di
Kalimantan Barat
(Grand Strategy) khusus untuk tatakelola agar kegiatan pembangunan ekonomi dapat
kerjasama aspek kesehatan melalui pende- mencapai kondisi optimal bila terjadi ska-
katan Ilmu Ekonomi Regio­nal. la ekonomi (economies ofscale) dan caku-
Selain melakukan pembahasan ten- pan ekonomi (economies of scope) tertentu
tang eva­lua­si pemekaran yang ada sekarang (Aehyung, 2008). Untuk mencapai tingkat
ini, maka penelitian hanya melihat kondisi efisiensi (skala) ekonomi, efisiensi biaya,
eksisting yang ada dan menganggap bahwa kinerja pembangunan, dan tingkat peme-
kondisi wilayah pemekaran yang ada seka- rataan yang optimal dalam kerangka kebi-
rang ini adalah kondisi yang given, dan ke- jakan desentralisasi, dibutuhkan suatu uku-
mudian melakukan upaya pendekatan revi- ran yang optimal (optimal size) dari pemda
talisasi kondisi yang telah ada menjadi lebih untuk pembangunan dan pelayanan publik.
baik. Meningkatnya skala ekonomi barang
Penelitian ini lebih memfokuskan dan jasa akan menyebabkan peroduksile-
pada pelayanan publik khususnya bidang bih murah dengan catatanjika produksidi-
kesehatan, dimana rumah sakit sebagai ob- lakukandalam skala besar (Dunford, 2005).
jek penelitian pelayanan kesehatan bagi ma- Secara teoritis, istilah kerjasama (coopera-
syarakat. Adapun alasan penulis mengambil tion) telah lama dikenal dan dikonsepsikan
topik kesehatan adalah mengingat keseha- sebagai suatu sumber efisiensi dan kualitas
tan meru­pa­kan bidang yang sangat dibutu- pela­yanan (Rosen,1993). Kerjasama telah di-
han oleh masya­rakat. kenal seba­gai cara yang untuk mengambil
Permasalahan yang akan dibahas da- manfaat dari eko­no­mi skala (economies of
lam pene­litian ini adalah, turunnya kapasi- scales). Pembelanjaan atau pembelian ber-
tas local kese­hatan di daerah sebagai akibat sama, misalnya, telah membuktikan keun-
adanya pemekaran daerah. Sehingga yang tungan tersebut, dimana pembelian dalam
menjadi pertanyaan adalah, apakah akan skala besar atau melebihi “threshold points”,
terjadi efisiensi pelayan publik akibat terja- akan lebih menguntungkan dari pada da-
dinya penurunan kapasitas lokal tersebut. lam skala kecil.
Yang dimaksud dengan pelayanan Dengan kerjasama tersebut biaya
publik disini adalah rumah sakit yang me- overhead (overhead cost) akan teratasi mes-
rupakan sebagai objek dalam peneltian ini. kipun dalam skala yang kecil. Sharing dalam
Adapun yang menjadi ukuran kapasitas lo- investasi, misalnya, akan memberikan hasil
kal disini adalah indikator pelayanan yang akhir yang lebih memuaskan seper­ti dalam
diberikan oleh tenaga sumber daya manu- penyediaan fasilitas dan peralatan, serta
sia yang bekerja pada rumah sakit tersebut, pengangkatan spesialis dan administrator
yang terdiri dari; Dokter Umum, Dokter (Merkel,2006). Kerjasama juga dapat me-
Spesialis, Perawat, Apo­te­ker dan Karyawan ningkatkan kualitas pelayanan, misalnya
Rumah Sakit. dalam pemberian atau pengadaan fasilitas,
Dengan melihat dari seluruh uraian dimana masing-masing pihak tidak dapat
diatas, ma­ka studi didesain untuk memenu- membelinya sendiri. Dengan kerjasama,
hi beberapa tujuan: (1) Mengidentifikasi efi- fasilitas pelayanan yang mahal harganya da-
siensi pelayanan kese­hatan kabupaten/kota pat dibeli dan dinikmati bersama (Madsen.
sebelum dan sesudah peme­karan wilayah. et al., 2009).
(2) Menganalisis indikator-indikator yang Untuk itu dapat disimpulkan bahwa
mempengaruhi perubahan efisiensi setelah kerjasama antar pemerintah daerah adalah
adanya pemekaran. (3) Merancang model suatu bentuk penga­turan kerjasama yang
kerjasama kese­hat­an kabupaten/kota sete- dilakukan antar pemerintahan daerah da-
lah pemekaran wilayah. lam bidang-bidang yang disepakati untuk
mencapai nilai efisiensi dan kualitas pelay-
Efisiensi Dilihat Dari Aspek Teori anan yang lebih baik.
Produksi
Secara teoritis dan empiris, prasyarat
JEJAK Journal of Economics and Policy 5 (2) (2012): 127-229 221

Efisiensi Kerjasama dilihat dari Aspek dapat digambarkan yang mencakup koope-
Kewilayahan rasi efektif antar otoritas-otoritas publik,
sektor swasta dan institusi-institusi lain
Alasan penerapan kebijakan desent- yang terkait (Lembaga Peneli­tian, Akademi-
ralisasi di berbagai negara umumnya adalah si, NGO, dll). Karenanya rasionalitas sumber
dalam rangka memperbaiki kinerja sektor daya akan dapat meningkatkan produktivi-
publik demi mencapai kesejahteraan masy- tas, daya saing, serta mutu perencanaan dan
arakat dengan mendekatkan perencanaan mencapai satu kohesi antar daerah-daerah
dan pelayanan kepada masyarakat. Alasan secara menye­lu­ruh.(Abinett, at all,1999).
lain adalah juga untuk mendukung pemba­ Dalam Tulisannya (Parr,1978) meneliti
ngunan ekonomi yakni percepatan pertum- model tempat sentral yang memiliki bany-
buhan ekonomi daerah, dengan menye- ak kesederhanaan model Christaller, teta-
rahkan sejumlah kewenangan pengelolaan pi yang jauh lebih besar dari umum. Teori
pembangunan kepada pemerintah daerah Tempat Sentral untuk kasus di Austra­lia,
(pemda) secara otonom (otonomi daerah) menyatakan bahwa tempat pusat (Melbour-
(Elhiraika dan Ndikumana,2007). Dengan ne) menyediakan barang dan jasa dengan
demikian desentra­li­sasi juga mengandung biaya yang tinggi dimana kebutuhan biaya
konsekwensi bahwa wilayah pengelolaan yang rendah akan dipasok oleh pasar lokal
yang membutuhkan intervensi pemerin­ di pedalaman. Barang dengan biaya tinggi
tahan menjadi mencakup area yang sangat akan dijual di kota-kota besar karena am-
luas. bang untuk barang-barang ini cukup tinggi
Di era otonomi daerah perencanan untuk mempertahankan toko. Barang ke-
dan pelak­sanaan pembangunan daerah di- butuhan dengan biaya rendah seperti roti
hadapkan pada dua kenyataan yakni, batas dan susu akan dijual di pasar kecil di kota-
wilayah administratif (sesuai peraturan pe- kota kecil di sekitar tem­pat sentral. Dalam
rundangan), dan batas wilayah fungsio­nal teori dijelaskan bahwa distri­busi populasi
(sesuai hubungan sosial ekonomi lintas akan menurun ketika dibuat jalan keluar
batas administratif). Batas wilayah admi- dari tempat pusat dan kemudian mulai me-
nistratif ditentukan secara formal melalui ningkat kembali sebagai salah satu menjadi
peraturan perundangan, akan tetapi dalam lebih dekat dengan pusat kota berikutnya.
kenyataan sering kali hubungan fung­sional Pada titik tengah antara kedua kota pusat
di bidang sosial ekonomi melewati batas- Anda akan menemukan tanah paling ma-
batas wilayah administratif tersebut. hal. Karena Tanah disini sering digunakan
Pengembangan ekonomi regional ada- untuk tujuan seperti pertanian dan peng-
lah suatu strategi kombinasi kewenangan gembalaan.
daerah untuk dapat mandiri dengan basis Dikatakan pada (Nakamura, 2008)
atau berkah sumberdaya yang dimiliki den- bahwa inte­raksi trade-off antara ekonomi
gan kemampuan menciptakan interaksi dan aglomerasi dan biaya transportasi tidak da-
keterkaitan dengan daerah lain disekitarnya pat dikecualikan dari analisis central place
atau wilayah ekonomi yg lebih luas. Untuk theory. Pertama, akan terjadi model tum-
itu aspek rasionalitas sumber daya merupa- pang tindih antara dua pesaing pada area
kan unsur penting dalam perencanaan stra- pasar. Hal tersebut sudah diuji dua kasus
tegi pembangunan ekonomi spasial dalam yaitu produk homogen dan produk berbe-
rangka mendukung pembangunan ekono- da bersama-sama dengan pembentukan
mi secara menyeluruh. Rasionalitas sumber daerah penawaran yang relevan. Analisis
daya tidak hanya perwujudan dari keterkai- ini kemudian lebih lanjut menggali model
tan antara pemerintah dengan pemerintah eksklusif-daerah dalam kondisi duopoli dan
melainkan juga mencakup kerjasama antara oligopoli daerah pasar dan proses pemben-
pemerintah dengan sektor swasta (Public tukan daerah pasokan. Akhirnya, pertim-
Private Partnerships). Dengan demikian bangan diberikan kepada metodologi ko-
kerjasama pembangunan yang menyeluruh nektivitas antara sistem pusat-tempat dan
222 Windhu Putra, Efisiensi dan Efektivitas Pelayanan Rumah Sakit Setelah Pemekaran Wilayah di
Kalimantan Barat
ekonomi aglomerasi. mempercepat pembangunan di wilayahnya
Dalam tulisan (Barbetta et al, 2007) masing-masing, ternyata belum cukup efisi-
telah mengiden­tifikasi perbedaan prilaku en dalam meningkatkan pelayanan kepada
antar Rumah Sakit Umum dan Swasta yang masyarakat, karena tidak dapat dipungkiri
terjadi di Italia. Hasil penelitian menunjuk- bahwa maju mundurnya satu daerah juga
kan terjadi pemusatan skor efesien yang cu- bergantung pada daerah-daerah lain, khu-
kup berarti antara rumah sakit swasta dan susnya daerah yang berde­katan. Tahapan
rumah sakit umum yang di kelola pemerin- penelitian diawali dengan mengung­ kap
tah. Dimana disimpulkan terjadi penurunan kondisi pemekaran wilayah, dimana pada
inefisiensi pada rumah sakit umum dengan era sebelum pemekaran Provinsi Kaliman-
cara mengurangi tingkat rawat inap. Ber- tan Barat terdiri dari 6 Kabupaten 1 Kota,
kaitan dengan system perawatan terpadu, yaitu: (1) Kotamadya Pontianak, (2) Kabu-
perawatan kesehatan terpadu merupakan paten Pontianak, (3) Kabupaten Sambas, (4)
tujuan kebijakan utama pemerintah Skot- Kabupaten Sanggau, (5) Kabupaten Sintang,
landia yang baru didelegasikan (Woods, (6) Kabupaten Kapuas Hulu, (7) Kabupaten
2001), Kemitraan bekerja’ adalah mekanis- Ketapang.
me yang telah dipilih untuk mencapai tu- Implikasi dari otonomi daerah ber-
juan ini. Tiga contoh ilustrasi dari model pengaruh pada pemekaran daerah di Pro-
integrasi perawatan kesehatan yang dikem- vinsi Kalimantan barat, dimana sejak tahun
bangkan di Skot­lan­dia yaitu; sistem orga- 1999 Kabupaten Kota di Provinsi Kaliman-
nisasi dan struktur; Perawat­an Kesehatan tan Barat telah melakukan peme­karan se-
Lokal Co-operatives (LHCCs); dan Managed hingga menjadi 12 Kabupaten dengan 2
Klinis Networks. Penelitian ini lebih meng­ Kota, Yaitu; (1) Kabupaten Landak, peme-
eks­plorasi sifat ‘kemitraan’ dan perawatan karan dari Kabupaten Pontianak (4 Oktober
yang terintegrasi. 1999), (2) Kabupa­ten Bengkayang, pemeka-
Dalam tulisannya (Wang,2007) me- ran dari Kabupaten Sam­bas (20 April 1999),
nunjukan bahwa tidak ada hubungan yang (3) Kota Singkawang, pemekar­an dari Kabu-
kointergrasi antara pengeluaran perawa- paten Bengkayang (21 Juni 2001), (4) Kabu-
tan kesehatan masyarakat de­ngan produk paten Sekadau, pemekaran dari Kabupaten
nasional bruto. Dengan menggunakan 50 Sanggau (18 Desember 2003), (5) Kabupaten
data Negara bagian menunjukkan bah- Mela­wi, pemekaran dari Kabupaten Sintang
wa elastisistas pendapatan dari kesehatan (18 Desem­ber 2003), (6) Kabupaten Kayong
menjadi lebih kecil di era tahun 1990-an. Utara, pemekaran dari Kabupaten Ketapang
Disamping itu telah diteliti juga hubungan (2 Januari 2007), (7) Kabupaten Kubu Raya,
dengan antara efisiensi biaya dengan kiner- pemekaran dari Kabupaten Pontianak (17
ja rumah sakit. Penelitian yang dilakukan di Juli 2007).
AS diera tahun 1999-2001 ini menghasilkan Banyaknya permasalahan yang mun-
terdapat pola yang sistematis antara biaya cul seiring dengan pelaksanaan pemekaran
dan hasil inefi­siensi kesehatan rumah sakit daerah tersebut telah mendorong penu-
(McKay,2008). Peneli­tian ini tidak meng- lis untuk melakukan revitali­ sasidari hasil
kaitkan inefisiensi biaya dengan kematian pemekaran daerah yang telah ada dalam
dan memburuknya tingkat komplikasi yang rangka merumuskan model Strategi Umum
terjadi. Sedangkan disisi lain penurunan (Grand Strategy) khusus untuk tatakelola
biaya bisa memiliki konsekwensi yang me- kerjasama aspek kesehatan melalui pende-
rugikan pada hasil kesehatan. katan Ilmu Ekonomi Regional.
Selain melakukan pembahasan ten-
METODE PENELITIAN tang eva­lua­si pemekaran yang ada sekarang
ini, maka penelitian hanya melihat kondisi
Berangkat dari fakta sementara, saat eksisting yang ada dan meng­anggap bahwa
ini konsep desentralisasi dan Otonomi kondisi wilayah pemekaran yang ada se-
Daerah diartikulasikan untuk menata dan karang ini adalah kondisi yang given, dan
JEJAK Journal of Economics and Policy 5 (2) (2012): 127-229 223

kemu­dian melakukan upaya pendekatan pakan sektor penggerak dalam pelayanan


revitalisasi kondi­si yang telah ada menjadi langsung kepada masyarakat.
lebih baik. Penilaian Rumah Sakit Umum Daerah
Penelitian ini lebih memfokuskan yang tidak termasuk dalam analisa ada-
pada pelayanan publik khususnya bidang lah Kota Pontianak dan Kabupaten Kapuas
kesehatan, dimana Rumah Sakit sebagai Hulu. Kota Pontianakdan Kabupaten Kapu-
fakus penelitianpelayanan kesehatan bagi as Hulu tidak dimasukkan dalam penelitian
masyarakat. ini karena tidak termasuk daerah yang di-
Penelitian melakukan pengujian ter- mekarkan di Kalimantan Barat, Yang dika-
hadap per­be­daan efisiensi pelayanan rumah tagorikan sebagai daerah daerah penelitian
sakit sebelum dan sesudah adanya peme- adalah daerah yang sudah dimekarkan lebih
karan wilayah. Dari hasil pengujian den- dari 5 tahun. Hal ini disesuaikan dengan
gan pendekatan DEA (Data Envelop­ment peraturan pemerintah bahwa kemandiri-
Analysis) akan diketahui daerah kabupaten an suatu daerah otonomi baru dapat die­
mana yang kondisi rumah sakit nya efisien valuasi kemandiriannya setelah dilakukan
dan daerah mana rumah sakit yang tidak treatment selama 5 tahun. Untuk itu daerah
efisien. Suatu rumah sakit dikatakan efisien Otonomi baru yang dimekarkan diatas ta-
apabila mempunyai nilai 1. Kondisi rumah hun 2005 tidak termasuk dalam katagori ini
sakit dikatakan tidak efisien apabila kurang yaitu Kabupaten Kuburaya (2007) dan Ka-
dari 1. bupaten Kayong Utara (2007).
Setelah diketahui efisiensi masing- Dengan tahap-tahapan pemilihan
masing Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD), tempat seper­ti di atas, Secara keseluruhan
perlu dipahami indikator-indikator yang daerah yang masuk dalam studi meliputi 4
membuat rumah sakit terse­but menjadi efi- Wilayah Induk, dengan 5 Daerah Otono-
sien. Adapun indikator yang menjadi uku- mi Baru, yaitu: 1) Kabupaten Pontia­nak, 2)
ran adalah dari aspek pelayanan yaitu Sum- Kabupaten Landak, 3) Kabupaten Sambas,
ber Daya Manusia (SDM) yang terdiri dari; 4) Kota Singkawang, 5) Kabupaten Bengka-
Dokter Umum, Dokter Spesialis, Apoteker yang, 6) Kabupaten Sanggau, 7) Kabupaten
dan Perawat. Berdasarkan Kep.Men.PAN Sekadau, 8) Kabupaten Sintang, dan 9) Ka-
Nomor: KEP/75/M.PAN/ 7/2004,Tentang bupaten Melawi.
Pedoman Perhitungan Kebutuhan Pegawai Data yang akan dikumpulkan dalam
Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka penelitian ini berupa data Sekunder, yang
Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil, mana untuk kese­suain penelitian serta me-
Kemen­terian Pendayagunaan Aparatur Ne- lihat kondisi objektif dila­pangan maka dila-
gara Republik Indonesia menetapkan stan- kukan metode pengumpulan data sekunder
dart regional untuk masing-masing indika- sebagai berikut: 1) Inventarisasi, Klasifikasi
tor tersebut. (Classifying) dan Evaluasi Terhadap Sum-
Indikator tersebut dibuat atas pertim- ber Daya Kesehatan, yang meliputi: Sumber
bangan aspek kwalitas pelayanan. Suatu da- Daya Manusia dan Sumber Daya Buatan, 2)
erah dikatakan baik apabila nilainya jumlah Melakukan Inventari­sasi Aspek Ekonomi
beban kerja sama dengan nilai kecukupan yang meli­puti; Efisiensi Pelayan­an dan Efi-
minimum menurut standart regional, baik siensi Alokasi, 3) Melakukan pengumpulan
itu untuk dokter umum, dokter spesia­lis, (capturing) data Aspek Kelem­bagaan yang
apoteker muapun perawat. meliputi; Regulasi dan Organi­sasi, 4) Me-
Dengan kerangka metodologi evalua- lakukan perhitungan (calculating) data as-
si seperti di atas, maka satu simpul penting pek lokasi/spasial yang meliputi beberapa
dalam studi ini adalah penentuan Rumah faktor antara lain; jarak, waktu tempuh, dan
Sakit Umum Daerah (RSUD) yang akan biaya perjalanan.
masuk menjadi tempat penelitian. Alasan Untuk mendapatkan informasi yang
menilai pelayanan publik kesehatan berada bersifat diskriptip terhadap kondisi obyek-
di RSUD adalah karena rumah sakit meru- tif diatas, studi ini melakukan pendalaman
224 Windhu Putra, Efisiensi dan Efektivitas Pelayanan Rumah Sakit Setelah Pemekaran Wilayah di
Kalimantan Barat
terhadap situasi dan kondisi pemekaran da- penelitan ini akan diuji tingkat efisiensi
erah dengan melakukan wawancara (data rumah sakit melalui indikator factor input
primer) terhadap masyarakat pengguna jasa dan output. Kelompok variable input terdiri
pelayanan rumah sakit serta ditambah be- dari: (1) Dokter. Umum, (2) Dokter Spesalis,
berapa studi literatur berupa jurnal-jurnal (3) Apoteker, (4) Perawat, (5) Karyawan, (6)
yang mendukung. Jumlah Poliklinik, dan (7) Dana Investasi
Dengan menggunakan DEA proses untuk rumah sakit. Sedangkan yang terma-
produksi disajikan dalam sebuah struktur suk variable output adalah; (1) Jumlah pasi-
yang menggunakan beberapa input dan en rawat inap dan (2) Jumlah pasien rawat
output. Beberapa manfaat pada analisa DEA jalan. Dari kedua variable input dan out-
adalah (1) Tidak memerlukan secara ekspli- put ini akan dike­tahui nilai efisiensi untuk
sit bentuk matematika dalam menentukan masing-masing rumah sakit pada daerah
fungsi produksi, (2) Terbukti bermanfaat pemekaran.
dalam meng­ungkap hubungan yang ter- Untuk membangun suatu model ker-
sembunyi dibanding­kan dengan metodo- jasama dilakukan melalui pendekatan Mo-
logi lain, (3) Mampu menangani input dan del Diskriminat Analisis. Analisis diskri-
output, (4) Mampu digunakan dengan pen- minan adalah salah satu teknik statistik
gukuran input-output, dan (5) Sumber ine- yang bisa digunakan pada hubungan de-
fisiensi dapat dianalisis dan diukur untuk pendensi (hubungan antarvariabel dimana
setiap unit yang dievaluasi. sudah bisa dibedakan mana variabel respon
DEA diperkenalkan oleh Charnes, dan mana variabel penjelas). Lebih spesifik
Cooper dan Rhodes (1978). Metode Data lagi, analisis diskri­minan digunakan pada
Envelopment Analysis (DEA) dibuat sebagai kasus dimana variabel respon berupa data
alat bantu untuk evaluasi kinerja suatu akti- kualitatif dan variabel penjelas berupa data
fitas dalam sebuah unit entitas (organisasi). kuantitatif. Analisis diskriminan bertujuan
Pada dasarnya prinsip kerja model DEA ada- untuk mengklasifikasikan suatu individu
lah membandingkan data input dan output atau observasi ke dalam kelompok yang sa-
dari suatu organisasi data (decision making ling bebas (mutually exclu­sive/disjoint) dan
unit, DMU) dengan data input dan output menyeluruh (exhaustive) berdasar­kan se-
lainnya pada DMU yang sejenis. Perbandin- jumlah variabel penjelas.
gan ini dilakukan untuk mendapatkan sua- Ada dua asumsi utama yang harus
tu nilai efisiensi. dipenuhi pada analisis diskriminan ini, yai-
Pada model ini diperkenalkan suatu tu: 1) Sejumlah p variabel penjelas harus
ukuran efisiensi untuk masing-masing de- berdistribusi normal. 2) Matriks varians-
cision making unit (DMU) yang merupakan covarians variabel penjelas berukur­an pxp
rasio maksimum antara output yang terbo- pada kedua kelompok harus sama, 3) Jika
bot dengan input yang terbobot. Masing- dianalogikan dengan regresi linier, maka
masing nilai bobot yang digunakan dalam analisis diskriminan merupakan kebalikan-
rasio tersebut ditentukan dengan batasan nya. Pada regresi linier, variabel respon yang
bahwa rasio yang sama untuk tiap DMU harus mengikuti distribusi normal dan ho-
harus memiliki nilai yang kurang dari atau moskedastis, sedangkan variabel penjelas
sama dengan satu. Dengan demikian akan diasumsikan fixed, artinya variabel penjelas
mereduksi multiple inputsdan multiple out- tidak disyaratkan mengikuti sebaran ter-
putske dalam satu “virtual” input dan “virtu- tentu. Untuk analisis diskriminan, variabel
al” output tanpa membutuhkan penentuan penjelasnya seperti sudah disebutkan di
awal nilai bobot. Oleh karena itu ukuran atas harus mengikuti distribusi normal dan
efisiensi merupakan suatu fungsi nilai bo- homoskedastis, sedangkan variabel respon-
bot dari kombinasi virtual input dan virtual nya fixed.
output. Data dasar yang digunakan otomatis
Dengan menggunakan data yang di- adalah data yang kontinu (karena adanya
kumpulkan melalui data sekunder dalam asumsi kenor­malan untuk variabel penje-
JEJAK Journal of Economics and Policy 5 (2) (2012): 127-229 225

las (Xj) dan data kate­gorik/ kualitatif/ non- sumber daya sedangkan daerah induk juga
metrik untuk variabel respon (Y). Secara mengalami penurunan sumber daya.
ringkas, langkah-langkah dalam analisis Tenaga kesehatan profesi adalah te-
diskriminan adalah sebagai berikut: 1) Pen- naga kesehatan yang telah melalui pendi-
gecekan adanya kemungkinan hubungan dikan vokasi atau pendidikan akademis dan
linier antara variabel penjelas. Untuk point profesi di bidang kese­hat­an. Sedangkan te-
ini, dilakukan dengan bantuan matriks ko- naga kesehatan non profesi adalah tenaga
relasi (pembentukan matriks korelasi su­dah kesehatan yang telah melalui pendidikan
difasilitasi pada analisis diskriminan). Pada vo­ka­si, pendidikan akademis tanpa melalui
output SPSS, matriks korelasi bisa dilihat pendidikan profesi dalam bidang kesehatan
pada Pooled Within-Groups Matrices, 2) Uji Tenaga pendukung/penunjang kese-
Vektor Rata-rata Kedua KelompokDiharap- hatan ada­lah setiap tenaga yang telah me-
kan dari uji ini adalah hipotesis nol ditolak, miliki ijasah pendi­dikan vokasi atau pendi-
sehingga kita mempunyai informasi awal dikan akademis dan profesi pendidikan di
bahwa variabel yang sedang diteliti memang luar kesehatan dan mengabdikan dirinya di
membedakan kedua kelompok. Pada SPSS, bidang kesehatan sesuai keahliannya serta
uji ini dilakukan secara univariate (jadi yang tenaga lainnya yang telah mengikuti pela-
diuji bukan berupa vektor), dengan bantu- tihan di bidang kesehatan sesuai dengan
an tabel Tests of Equality of Group Means. 3) kompetensi yang dibutuhkan dalam men-
Dilanjutkan pemeriksaan asumsi homoske- dukung penyelenggaraan pem­bangunan/
dastisitas, dengan uji Box’s M. Diharapkan pelayanan kesehatan.
dari uji ini hipotesisi nol tidak ditolak, 4) Pembangunan kesehatan harus di-
Pembentukan model diskriminan (Duda, et dukung dengan pemenuhan seluruh ke-
al., 2001) butuhan SDM Kese­hatan yang berkualitas,
memiliki kemampuan peren­canaan yang
HASIL DAN PEMBAHASAN mantap dengan didukung oleh sistem infor-
masi SDM Kesehatan yang efektif dan efisi-
Seperti telah diuraikan diatas, impli- en.
kasi dari otonomi daerah adalah mening- Program distribusi dan manajemen
katnya pemekaran daerah. Dari 4(empat) karier SDM Kesehatan juga harus dapat
daerah sampel yang merupa­kan daerah dilaksanakan dalam rangka mendukung
induk pemekaran di Kalimantan Barat, se- pemerataan dan peningkatan pelayanan
lanjutnya dimekarkan menjadi 9 (sembilan) kesehatan. Oleh karena itu dibutuhkan
daerah otonomi baru. Hal ini berdampak upaya-upaya perencanaan, pendayagunaan
pada pembagian sumberdaya ekonomi yang dan pengadaan, pembinaan dan pengawa-
berakibat pada mele­mahnya basis kapasitas san, SDM Kesehatan yang efektif dan efisi-
local. en.
Tingkat efisiensi pengelolaan Rumah Adapun jumlah tenaga medis dan
Sakit Umum Daerah kebupaten/kota se- para medis di daerah kabupaten/kota untuk
belum pemekaran menunjukan rata-rata keadaan sebelum pemekaran adalah seba-
tingkat efisiensi sebesar 1, yang terdiri dari gai berikut ; (1) Untuk dokter umum rata-
rumah sakit di Kabupaten Pontianak, Kabu- rata 6 orang untuk setiap rumah sakit kabu-
paten Sambas, Kabupaten Sanggau dan Ka- paten, (2) Untuk dokter spesialis rata-rata 7
bupaten Sintang. Dengan tingkat efisiensi orang untuk setiap rumah sakit kabupaten.
sama dengan 1. Sedangkan setelah pemeka- Jumlah terbanyak pada daerah Kab. Sambas
ran nilai rata-rata Efisiensi menjadi 0,6. dan Kab. Sanggau, sedangkan jumlah paling
Ada perubahan tingkat efisiensi pela- sedikit di daerah Kabupaten Pontianak. (3)
yanan kesehatan setelah adanya pemekaran jumlah Apoteker rata-rata 2 orang untuk se-
daerah. Hal ini disebabkan menurunnya tiap rumah sakit kabupaten. (4) Jumlah Pe-
skala ekonomi pelayanan kesehatan. Daerah rawat rata-rata 64 orang untuk setiap rumah
baru (pemekaran) mengalami kekurangan sakit kabupaten. Jumlah terbanyak pada da-
226 Windhu Putra, Efisiensi dan Efektivitas Pelayanan Rumah Sakit Setelah Pemekaran Wilayah di
Kalimantan Barat
erah Kab. Sambas dan jumlah terkecil pada Seperti telah dijelaskan diatas bahwa
daerah Kab.Pontianak. (5) Jumlah karyawan untuk melakukan perubahan efisiensi san-
rata-rata 44 orang untuk setiap rumah sakit gat tergantung dari faktor input dan output.
kabupaten dengan jumlah terbanyak pada Faktor input yang digunakan dalam anali-
daerah Kab. Sambas dan terkecil pada da- sis disini adalah: 1) dokter umum, 2) dokter
erah Kab. Pontianak. spensialis, 3) Apoteker, 4) Perawat, 5) Kary-
Guna mendukung penyelenggaraan awan, 6) Jumlah Poliklinik, 7) Dana Investa-
pemba­ngun­an kesehatan juga dibutuhkan si, dan 8) Pasien rawat inap dan Jalan.
pembiayaan kesehatan yang dapat men- Dari hasil perhitungan analisis DEA
jamin kecukupan, pembe­lanjaan, ekuitas, terhadap indikator yang berpengaruh ter-
portabilitas, berkelanjutan, efektif dan efi- hadap perubahan efisiensi, menunjukkan
sien, akuntabel, subsidiaritas dan fleksibi- kondisi in-efisiensi pada dae­rah yang baru
litas. dibentuk. Untuk itu perlu adanya perbai-
Pembiayaan kesehatan merupakan kan (improvement) terhadap indikator agar
suatu pro­ses yang terus-menerus dan ter- daerah-daerah yang masih belum efisien di-
kendali, agar tersedia dana kesehatan yang harapkan menjadi efisien.
memadai dan berkesinam­bung­an, yang ber- Untuk mencapai tingkat efisiensi yang
sumber dari masyarakat, pemerin­tah, dunia diingin­ kan secara keseluruhan maka per-
usaha, dan sumber lainnya. Perencanaan lu melakukan pengurangan jumlah dokter
dan pengaturan pembiayaan kesehatan umum sebesar 14,07%. Dimana untuk se-
merupakan hal yang penting agar dapat di- lanjutnya diikuti oleh pengurangan jumlah
mobilisasi sumber-sumber dana kesehatan, dokter spesialis, sebesar 13,48%, pengu­rang­
mengalokasikannya secara rasional serta an jumlah apoteker sebesar 13,87%, pengu-
menggunakannya secara efisien dan efektif rangan jum­lah perawat sebesar 13,29%, pen-
serta diarahkan pada hal-hal pokok yakni gurangan jum­lah karyawan sebesar 13,09%,
kesinambungan pembiayaan program kes- pengurangan Jumlah poliklinik sebesar
ehatan prioritas, menghilangkan hambatan 13,85%, pengurangan jumlah dana investa-
biaya untuk men­dapakan pelayanan kese- si 13, 62%, rawat inap 0% dan peningkatan
hatan dikarenakan pembia­yaan tunai pero- jumlah pasien rawat jalan sebesar 4,73%.
rangan, pemerataan dalam akses pelayanan, Selain daripada itu analisis ini me-
peningkatan efisiensi dan efektifitas alokasi nentukan berapa persen jumlah perubahan
sumber daya serta kualitas pelayanan. Pem­ efisiensi yang terjadi untuk setiap indika-
biayaan kesehatan yang mengutamakan pe- tor baik dari setiap struktur input maupun
merataan serta berpihak kepada masyarakat struktur output pada masing-masing rumah
miskin akan mendorong tercapainya akses sakit pada setiap kabupaten. Dalam anali-
yang universal. sis berikutini akan ditunjukkan nilai aktu-
Arah kedepan, pengalokasian pem- al dan target yang harus dicapai dari setiap
biayaan kesehatan yang bersumber peme- input maupun setiap output pada setiap ru-
rintah diharapkan tidak lagi membiayai mah sakit kabupaten.
pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilita- Jika besarnya nilai aktual sudah sama
tif, sehingga sepenuhnya dapat mem­bia­yai dengan nilai targetnya maka efisiensi untuk
upaya kesehatan promotif dan upaya kese­ setiap input atau output sudah terjadi. Seba-
hatan preventif. Pemerintah hanya mem- liknya jika nilai antara aktual dengan target
biayai upaya kesehatan kuratif dan rehabi- tidak sama maka efisiensi belum tercapai.
litatif bagi masyarakat rentan dan miskin, Hasil perhitungan DEA dengan soft-
yang dikelola melalui sistem jaminan kese- ware Banxia Frontier AnalysisSkor efisiensi
hatan. Pengelolaan pembiayaan kese­hatan menghasilkan: 1) Rumah sakit Kabupaten
melalui sistem jaminan kesehatan nasional Pontianak adalah 100%. Karena sama den-
diharapkan telah mantap. Semua penduduk gan 100%, berarti Rumah sakit Kabupaten
juga diharapkan dapat dicakup dalam jami- Pontianak telah efisien. Untuk itu tidak
nan kesehatan nasional. perlu dilakukan improvement terhadap in-
JEJAK Journal of Economics and Policy 5 (2) (2012): 127-229 227

dikator input dan output. 2) Skor efisiensi indikator yang dapat dikerjasamakan dapat
Rumah sakit Kabupaten Sanggau adalah 100 diketahui melalui perhitungan dengan pen-
%. Karena sama dengan 100%, berarti Ru- dekatan Linier Deskriminan Analisis (LDA).
mah sakit Kabupaten Sanggau telah efisien. Dari hasil data olahan LDA menun-
Untuk itu tidak perlu dilakukan improve- jukkan bahwa yang berpengaruh significant
ment terhadap indikator input dan output. dengan tingkat kesalah dibawah 10% terha-
3) Rumah sakit Kota Singkawang adalah dap efisiensi rumah sakit adalah; 1) Jumlah
100%. Karena sama dengan 100%, berarti Dokter spesialis yaitu sebesar 8%, 2) Jum-
Rumah sakit Kota Singkawang telah efisien. lah Perawat yaitu sebesar 3% dan 3) Jumlah
Untuk itu tidak perlu dilakukan improve- Poliklinik yang ada yaitu 8,9%. Sedangkan
ment terhadap indikator input dan output, tingkat signifikansi diatas 10% adalah; 1)
4) Skor efisiensi Rumah sakit Kabupaten Jumlah Dokter umum sebesar 41,9%, 2)
Sambas adalah 100%. Karena sama dengan Apoteker sebesar 80%, 3) Karyawan 10,2%
100%, berarti Rumah sakit Kabupaten Sam- dan 4) Dana Investasi 94,8%.
bas telah efisien. Untuk itu tidak perlu di- Untuk melihat arah perubahan indi-
lakukan improvement terhadap indikator kator yang significant apakah kearah efisi-
input dan output. 5) Skor efisiensi Rumah en/in-efisien diperlukan functions at group
sakit Kabupaten Sintang adalah 100%. Ka- centroids. Hal ini menunjukan apabila in-
rena sama dengan 100%, berarti Rumah sa- dikator yang mempunyai nilai discriminant
kit Kabupaten Sintang telah efisien. Untuk bertanda “negatif” maka indikator tersebut
itu tidak perlu dilakukan improvement ter- akan mengarah ke arah efisien, demikian
hadap indikator input dan output. 6) Skor sebaliknya apa­bila indikator tersebut mem-
efisiensi Rumah sakit Kabupaten Sekadau punyai nilai discriminat “positip” maka in-
adalah 13%. Karena dibawah 100%, berar- dikator tersebut menuju kearah in-efisiensi.
ti Rumah sakit Kabupaten Sekadau belum Berdasarkan data dapat dijelaskan
efisien. Untuk meningkatkan efisiensi perlu bahwa indi­kator yang significant dan mem-
dilakukan improvement terhadap indikator punyai berpengaruh untuk meningkatkan
input dan output. 7) Skor efisiensi Rumah efisiensi adalah jumlah perawat. Sedangkan
sakit Kabupaten Bengkayang adalah 11%. indikator yang significant dan berpenga­ruh
Karena dibawah 100%, berarti Rumah sakit kepada inefisiensi adalah indikator dokter
Kabupaten Bengkayang belum efisien. Un- spesialis dan jumlah poliklinik.
tuk meningkatkan efisiensi perlu dilakukan Berdasarkan kondisi diatas dapatlah
improvement terhadap indikator input dan dirancang suatu model revitalisai rumah
output. 8) Hasil perhi­tungan DEA dengan sakit kabupaten setelah pemekaran sebagai
software Banxia Frontier AnalysisSkor efi- berikut: 1) Untuk meningkatkan efisiensi
siensi Rumah sakit Kabupaten Melawi ada- rumah sakit perlu penambahan jumlah pe-
lah 10%. Karena dibawah 100%, berarti Ru- rawat secara mandiri oleh masing-masing
mah sakit Kabupaten Melawi belum efisien. rumah sakit., 2) Diperlukan kerjasama an-
Untuk meningkatkan efisiensi perlu dilaku- tar rumah sakit kabupaten agar pengelolaan
kan improvement terhadap indikator input dokter spesialis dan poliklinik bisa menjadi
dan output. 9) Skor efisiensi Rumah sakit efisien.
Kabupaten Landak adalah 4%. Karena diba-
wah 100%, berarti Rumah sakit Kabupaten SIMPULAN
Landak belum efisien. Untuk meningkat-
kan efisiensi perlu dilakukan improvement Berdasarkan hasil analisis data yang
terhadap indikator input dan output telah dilakukan, ditemukan ada peruba-
Oleh karena itu harus ada upaya un- han tingkat efisiensi pelayanan kesehatan
tuk memba­ ngun suatu sistem kerjasama setelah adanya pemekaran daerah. Hal ini
antar rumah sakit. Kerjasama dapat diban- disebabkan menurunnya skala ekono­mi pe-
gun melalui Rumah sakit yang efisien den- layanan kesehatan. Daerah baru (pemeka-
gan rumah sakit yang tidak efisien. Adapun ran) mengalami kekurangan sumber daya
228 Windhu Putra, Efisiensi dan Efektivitas Pelayanan Rumah Sakit Setelah Pemekaran Wilayah di
Kalimantan Barat
sedangkan daerah induk juga mengalami DAFTAR PUSTAKA
penurunan sumber daya.
Dari 7 (tujuh) indikator input, yaitu: Abinett, Gordon D., & Richardson,Tim. (1999). The
European Spatial Approach (The Role of Power
Dokter Umum, Dokter Spesalis, Apoteker,
and Knowledge in Strategic Planning and Pol-
Perawat, Karya­wan, Jumlah Poliklinik, dan icy Evaluation), SAGE Publications (London,
Dana Investasi untuk Rumah sakit, yang Thousand Oaks and New Delhi) [1356–3890
paling mempengaruhi perubahan efisiensi (199904)5:2; 220–236; 008650], 5(2), 220–236.
adalah Dokter spesialis, Perawat dan Jumlah Barbettaa, Paolo G., Turatib Gilberto., & Zagoc An-
gelo. (2007). Behavioral Differences Between
poliklinik. Public And Private Not-For-Profit Hospitals
Dalam melaksanakan kebijakan di- In The Italian National Health Service, Health
sektor input diatas dirancang suatu model Economics Health Econ, 16, 75–96.
revitalisai rumah sakit kabu­ paten setelah Building and Reinventing Decentralized Governance
Project (2007). Studi Evaluasi Pemekaran Dae-
pemekaran dengan penambahan jumlah
rah. Badan Perencanaan Pemangunan Nasi-
perawat dan pengelolaan dokter spesialis onal bekerjasama dengan United Nation De-
dan poliklinik bisa menjadi efisien. velopment Program.
Hal yang perlu disarankan dalam pen- Busrizalti. (2006). Pemekaran Daerah Dalam Pers­pek­
elitian ini ; 1) Perlu tindakan kehati-hatian tif Otonomi Daerah. Supremasi Hukum, U(I),
9-14.
dalam melakukan kebijakan pemekaran Buud, Leslie., and Hirmis Amer K. (2004). Concep-
daerah baru. Kebijakan dan tindakan peme- tual Framework for Regional Competitiveness.
karan wilayah dapat merugikan pela­yanan Regio­nal Studies, 38(9), 1015-1028.
publik yang dianalisis melalui pendekatan Charnes, W.A., W Cooper., and E Rhodes. (1978). Eu-
ropean Journal of Operational Research . vol 2 ,
efisiensi (input dan output). Pemekaran
issue 6, pages 429-444
wilayah hanya mampu membagi wilayah Duda, R. O. et al. (2001). Pattern Classification. John
tetapi tidak diikuti dengan efisiensi kerja Wiley & Sons, Inc.
pada daerah baru. Pemekaran wilayah me- Dunford, Michael. (2005). Theorising regional econo­
nyebabkan ketidakmerataan pada sumber mic performance and the changing territorial
division of labour, School of European Stud-
daya manusia pada sektor pelayan publik se- ies, University of Sussex, Falmer, Brighton BN1
hingga terjadi in-efisiensi pada daerah baru. 9QN, Page 5.
Ketidakmam­puan meningkatkan kemanfaa- Elhiraika, Adam & Leonce Ndikumana. (2007). Re-
tan sumber daya terlihat pada daerah baru. serves Accumulation in African Countries:
Sources, Motivations, and Effects. Economics
Dimana terdapat sumber daya yang berlebih
Department Working Paper Series. Paper 24
disatu sisi dan terjadi kelebihan beban kerja Harmantyo, Djoko. (2007). Pemekaran Daerah Dan
pada daerah induk. 2) Diperlukan penam­ Konflik Keruangan (Kebijakan Otonomi Dae-
bahan jumlah perawat secara mandiri oleh rah dan Implementasinya di Indonesia). Ma-
masing-masing rumah sakit, serta kerjasa- kara Sains, 11(1), 22-42.
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara Re-
ma antar rumah sakit kabupaten agar pen- publik Indonesia. (2004). Kep.Men.PAN No-
gelolaan dokter spesialis dan poliklinik bisa mor: KEP/75/M.PAN/7/2004 Tentang Pedo­man
menjadi efisien, 3) Kerjasama menjadi salah Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berda­sarkan
satu titik penting dalam meningkatkan kua- Beban Kerja Dalam Rangka Penyusunan For-
masi Pegawai Negeri Sipil. Jakarta
litas pelayanan Rumah sakit, oleh karena hal
Kim, Aehyung. (2008). Decentralization and the
tersebut berkaitan dengan penyediaan sara- Pro­vision of Public Services:Framework and
na poliklinik. Sekaligus pengaturan spesia- Implementation. Policy Research Working
lisasi tenaga dokter baik untuk daerah yang Paper, 4503, The World Bank Development
mempunyai layanan yang efisien maupun Economics,Capacity Building, Partnership,
and Outreach Team, 19.
yang belum efisien. Untuk itu, demi kelan- Krugman, P. (2009). The Increasing Returns Revo­
caran jalannya pelayanan kesehatan akan lution in Trade and Geography. American Eco-
lebih efektif diserahkan ke tingkat provinsi. nomic Review, 99(3), 561–571.
Namun untuk menjamin keadilan, daerah Kuncoro, Mudrajad. (2002). Analisis Spasial dan Re-
gional: Studi Aglomerasi dan Kluster Industri
kabupaten/kota seyogianya mendapatkan
Indonesia. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
bagi hasil dari penerimaan yang dihasilkan Madsen,Tatiana K. et al. (2009). Exploiting Coope­
dari penyeleng­garaan urusan tersebut. ration for Performance Enhancement and
JEJAK Journal of Economics and Policy 5 (2) (2012): 127-229 229

High Data Rates. Journal Of Communications, Rosen, E.D. (1993). Improving Public Sector Produc­
4(3), 194. tivity: Concept and Practice. London: Sage
Martin P.,& Ottavianno. (2001). Growth and Agglo­ Publi­cations International Educational and
meration. International Economic Review, Professional Publisher.
42(4), 947-968. Shell, A., & Ha We P. (1996). Health Promotion Com-
Mckay,N.L., & Deily M. E. (2008). Cost Inefficien- munity Development And The Tyranny Of In-
cy And Hospital Health Outcomes. Health dividualism. Health Economics, 5, 241-247.
Econonomics, 17,833–848. Vlk, Bruce. (2011). Post-New Public Management
Merkel, Joel C. (2006). Community Participation In under the Obama Administration: An Early
Utility-Scale Renewable Projects: Lessons Snapshot. Michigan Journal Of Public Affairs,
Learned From The Last Mile Electric Coopera­ 8.
tive Experience. Wang, Z., & Rettenmaier A. J. (2007). A Note On Coin-
Nakamura, D. (2008). Spatial-Competition, Integrat- tegration Of Health Expenditures And In-
ed Framework Of Central-Place System With come. Health Economics, 16,559–578.
Agglomeration Economies. Région et Dével- Williams,T. (2005). Cooperation By Design: Structure
oppement, 27: 193-214. And Cooperation In Interorganizational Net­
Olawepo, R.A., & Fadayiro, M.O. (2010). The Trend works. Journal of Business Research, 58, 223–
Of Demised Industries In A Nigerian Environ­ 231.
ment: Implications For Sustainable Develop­ Wolman, Hal., & Levy, Alice. (2010). Government,
ment. Journal of Sustainable Development in Governance, and Regional Economic Growth.
Africa, 12(2). Paper grant by the Surdna Foundation, 6.
Ovretveit J. (2008). Effective leadership of Impro­ Woods, K. J. (2001). The Development of Integrated
vement: The Research. Int J of Clin Leadersh, Health Care Models in Scotland. International
16, 97-105. Journal of Integrated Care, 1.
Parr, J.B. (1978). Models of the Central Place Sys­tem: A
More General Approach. Urban Studies, 15(1),
35-49.

You might also like