Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Alternative of policy model that can be considered to be effective and efficient in order to ‘make
synergy’ of interests in actualizing the desire for unity of Horse Shoe area into one unit of
regional planning under the importance of regional autonomy policy implementation is by
integrated economic development of reliable zone on specific of locality base. The next is
question about what are internal and external factors that can be considered to be potentially
covering, and also how the grand strategy in the frame of actualizing those desire. In order to
answer this question, there was approach of evaluation matrix analysis of internal and external
factors as well as grand strategy of SWOT interaction. Based on the research result, it can be
found out that there are 10 (Ten) factors of internal strength, 8 (eight) factor of internal
weaknesses, 3 (three) external opportunity, and 4 (four) external threat that has covering
potential. The existence of supporting potential in order to actualize this desire is internally
under strong position and externally can be effective in utilizing the opportunity as well as
minimizing the negative effect of external threat potential. Grand Strategy in order to actualize
this desire is by SO strategy. It means that the potential of superiority being owned, namely
factors of internal should be well-managed so that this can be as trigger strength (triger/move
of rule) in order to obtain existing opportunities.
Key words : grand strategy, regional planning, Horse Shoe Area, decentralization
(4) Pada kolom urgensi permasalahan (7) Jumlah total nilai yang dibobot jauh di
adalah menunjukkan apakah faktor bawah 2,5, dapat menginterpretasikan
internal kunci tersebut mewakili: (a) karakteristik kondisi yang memiliki
kelemahan utama (peringkat=1), (b) posisi lemah secara internal. Sedangkan
kelemahan kecil (peringkat =2), (c) apabila jumlah total nilai yang dibobot
kekuatan kecil (peringkat=3), dan (d) jauh di atas 2,5, dapat
kekuatan utama (peringkat=4). menginterpretasikan karakteristik
(5) Pada kolom nilai yang dibobot adalah kondisi yang memiliki posisi internal
merupakan hasil perkalian antara bobot yang kuat.
dengan peringkat pada setiap item Adapun di dalam proses perumusan
faktor internal kunci yang matriks EFE dapat dijelaskan sebagai
didentifikasikan. Jumlah total nilai yang berikut (David, 2002):
dibobot (Q1 + Q2), adalah untuk (1) Pada kolom faktor-faktor eksternal
mementukan nilai yang dibobot untuk kunci memuat tentang faktor-faktor
perusahaan yang bersangkutan. eksternal yang didentifikasikan dalam
(6) Tidak peduli berapa jumlah faktor proses evaluasi eksternal atau audit
internal kunci yang dimasukkan ke eksternal. Dituliskan peluang terlebih
dalam matriks-EFI, jumlah total nilai dahulu, kemudian ancaman, dan
yang dibobot dapat berkisar dari 1,00 selanjutnya diisikan dari uraian ke-1
yang rendah sampai 4,00 yang tertinggi, sampai dengan ke-n.
dengan rata-rata 2,5.
(2) Pada kolom bobot permasalahan, yang rendah sampai 4,00 yang tertinggi,
berisikan peringkat nilai pembobotan dengan rata-rata 2,5.
terhadap faktor-faktor eksternal kunci (7) Jumlah total nilai yang dibobot < 2,5
yang sudah diidentifikasikan, dengan hingga mendekati 1,00, dapat
kisaran nilai dari 0,00 (tidak penting) menginterpretasikan karakteristik
sampai dengan 1,00 (terpenting/paling kondisi yang memiliki posisi harus
penting). Bobot yang diberikan pada memilih 1 (satu) dari 2 (dua) pilihan,
suatu faktor internal kunci, yaitu: (a) memanfaatkan peluang
menunjukkan kepentingan relatif dari eksternal yang ada, atau (b)
faktor. Dimana faktor-faktor yang menghindari ancaman eksternal yang
dianggap mempunyai pengaruh terbesar ada.
pada prestasi diberikan bobot tinggi. (8) Jumlah total nilai yang dibobot > 2,5
(3) Jumlah semua bobot (X1 + X2) pada hingga mendekati 4,00, dapat
kolom bobot permasalahan harus sama menginterpretasikan karakteristik
dengan 1,00. kondisi yang memiliki posisi dapat
(4) Pada kolom urgensi permasalahan efektif memanfaatkan peluang yang ada
adalah menunjukkan apakah faktor dan sekaligus meminimalkan pengaruh
eksternal kunci tersebut: (a) superior negatif potensi ancaman eksternal yang
(peringkat=4), (b) di atas rata-rata ada.
(peringkat=3), (c) rata-rata
(peringkat=2), dan (d) di bawah rata- (b) Grand Strategy Interaksi SWOT
rata/jelek (peringkat=1). Guna dapat menjawab permasalahan
(5) Pada kolom nilai yang dibobot adalah ke-2, dipergunakan pendekatan analisis
merupakan hasil perkalian antara bobot grand strategy interaksi SWOT. Analisis
dengan peringkat pada setiap item grand strategy interaksi SWOT ini adalah
faktor eksternal kunci yang merupakan cara sistematis untuk
didentifikasikan. Jumlah total nilai yang mengindetifikasi strategi yang
dibobot (Y1 + Y2) adalah untuk menggambarkan kecocokan paling baik
mementukan nilai yang dibobot untuk diantara analisis lainnya (Salusu, 2000).
perusahaan yang bersangkutan. Selain itu menurut Soesilo (2000), analisis
(6) Tidak peduli berapa jumlah faktor ini adalah merupakan pendekatan analisis
internal kunci yang dimasukkan ke popular untuk merumuskan strategi
dalam matriks-EFE, jumlah total nilai alternatif.
yang dibobot dapat berkisar dari 1,00
Nilai yang dibobot untuk strategi Nilai yang dibobot untuk strategi
ST = ((nilai yang dibobot untuk WO = ((nilai yang dibobot untuk
Threats (T): faktor kekuatan internal) + (nilai faktor kelemahan internal) + (nilai
yang dibobot untuk faktor yang dibobot untuk faktor
ancaman eksternal)) ancaman eksternal))
Dimana: Strategi terpilih adalah alternatif strategi yang memiliki nilai yang dibobot paling besar.
Sumber: Soesilo (2000)
Analisis ini pada dasarnya merupakan partai politik, (d) dapat dijumpai sejumlah
interaksi dari hasil analisis evaluasi faktor kelembagaan forum ulama Tapal Kuda, (e)
internal (matriks-EFI) dan evaluasi faktor istilah WTK telah dikenal secara luas
eksternal (matrik-EFE). Apabila diterapkan (regional maupu nasional), (f) adanya
secara akurat, asumsi sederhana ini harapan-harapan penciptaan nilai tambah
mempunyai dampak yang sangat besar atas ekonomi dari dibangunnya jembatan
rancangan suatu strategi yang berhasil Suramadu, (g) potensi perikanan di perairan
(Soesilo, 2000). Hasil interaksi tersebut laut WTK cukup besar, (h) mulai ada
memunculkan 4 (empat) pilihan posisi kesadaran stakeholders di tingkat
strategi (positioning strategy) yaitu: (a) Pemerintah Kabupaten/Kota di dalam
strategi SO, (b) strategi WO, (c) strategi ST, lingkup WTK terhadap pentingnya
dan (d) strategi WT. Terkait dengan hal ini kerjasama antar daerah, (i) WTK merupakan
dapat lebih dicermati pada Tabel 3. kawasan sentra penghasil tembakau penting
di tingkat nasional, serta (j) banyak hasil-
PEMBAHASAN hasil kajian akademis terkait WTK.
Faktor Internal Kunci Sedangkan faktor-faktor internal
Dapat diidentifikasikan sejumlah kunci berupa kelemahan antara lain: (a)
faktor internal kunci (internal key factors) daerah-daerah pesisiran di dalam lingkup
yang dapat dipandang berpotensi melingkupi WTK merupakan kantong-kantong
dalam kerangka mewujudkan keinginan kemiskinan, (b) tingkat pendidikan
guna mengembangkan wilayah Tapal Kuda masyarakat di daerah-daerah pesisiran WTK
(WTK) sebagai daerah nodal menjadi relatif rendah, (c) masyarakat di daerah-
kesatuan daerah perencanan di era otonomi daerah pesisiran WTK relatif kurang
daerah, yaitu melalui alternatif model tersentuh akses pelayanan publik, (d)
pengembangan ekonomi terpadu kawasan sebagian potensi lahan pertanian di WTK
andalan berbasis spesifik lokalita. adalah lahan marginal, (e) relatif ada
Setidaknya ada 10 (sepuluh) faktor kekuatan kecenderungan muncul ego-sektoral dan
internal (strengths) dan 8 (delapan) kekuatan ego-kedaerahan di tingkat stakeholders di
internal (weakneses). beberapa Pemerintah Kabupaten/Kota di
Faktor-faktor internal kunci berupa dalam lingkup WTK, (f) relatif minimimnya
kekuatan internal antara lain: (a) adanya sarana dan prasarana penarik investasi di
keterkaitan WTK dengan sejarah Kerajaan dalam lingkup WTK, (g) kurang pro-
Majapahit, (b) perairan laut WTK aktifnya sebagian besar masyarakat WTK
merupakan jalur pelayaran & perdagangan terhadap arus modernisasi, serta (h) sering
penting di jaman Hindia Belanda, (c) WTK terjadi konflik antar nelayan di lingkup
merupakan kawasan istimewa bagi sejumlah perairan laut WTK.
Perundang-Undangan:
(1) PP No.47 Tahun 1997 tentang Tata
Ruang Wilayah Nasional (RTWN)
(2) UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah
(3) UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah